1. 46 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
MODEL SIKLUS BELAJAR HIPOTESISDEDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Ni Wayan Yuniawati dan I Wayan Redhana
Alumni Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha
Jalan Udayana Singaraja Bali
Email: redhana.undiksha@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh model siklus belajar
hipotesisdeduktif dan model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar
siswa, dan (2) tanggapan siswa dan guru terhadap model siklus belajar hipotesis
deduktif. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan
rancangan nonequivalent control group design. Subjek pada penelitian ini adalah
siswa kelas XII IPA2 dan XII IPA3 semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Objek
penelitian adalah hasil belajar siswa. Siswa pada kelas eksperimen dibelajarkan
dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif, sedangkan siswa pada kelas
kontrol dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Data yang
dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data kuantitatif berupa hasil belajar
siswa dan tanggapan siswa dari angket tertutup serta data kualitatif berupa data
tanggapan siswa dari angket terbuka dan tanggapan guru. Data hasil belajar siswa
dianalisis dengan statistik inferensial, yaitu ANCOVA. Data tanggapan siswa dan
guru dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif
lebih baik daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori. Siswa dan guru menunjukkan kesan positif terhadap
penerapan model siklus belajar hipotesisdeduktif.
Katakata kunci: Siklus belajar hipotesisdeduktif, hasil belajar
Abstract
This study aimed at investigating: (1) effect of hypotheticaldeductive learning
cycle and conventional learning model towards students’ learning achievement,
and (2) students’ and teacher’s responses towards hypotheticaldeductive learning
cycle. The study type was quasi experiment with nonequivalent control group
design. Subjeks of the study were 12 th
grade students of science 2 and 3, odd
semester at academic year 2010/2011. On the other hand, object of the study was
students’ learning achievement. Students at experimental group were taught by
hypotheticaldeductive learning cycle, while students at control group were
taught by conventional learning model. Data which were collected in this study
were quantitative data, namely students’ learning achievement and students’
responses from closed questionnaire, and qualitative data were students’
responses from open questionnaire as well as teacher responses. Data of students’
learning achievement were analyzed by using inferential statistics, namely
ANCOVA. Meanwhile, data of students’ and teacher’s responses were analyzed
descriptively. The findings of the study showed that students being taught by
hypotheticaldeductive learning cycle got higher score of learning achievement
than those of conventional learning model. Students and teacher showed a
positive impression towards application of hypotheticaldeductive learning cycle.
Keywords: hypotheticaldeductive learning cycle, learning achievement
2. 47 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan tingkat
kemajuan suatu negara. Salah satu aspek yang
sangat mendukung peningkatan sumber daya
manusia adalah pendidikan. Pendidikan meru
pakan wahana untuk mengembangkan potensi
sumber daya manusia, baik berupa kecerdasan,
akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian,
spiritual keagamaan maupun keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Peningkatan mutu pendidikan berarti
pula peningkatan kualitas sumber daya manu
sia (Santyasa, 2004).
Peningkatan kualitas sumber daya ma
nusia yang diharapkan pada era globalisasi ini
sejalan dengan UndangUndang Republik Indonesia
No. 20 tahun 2003 yang mengamanatkan bah
wa pendidikan nasional harus memiliki standar
mutu yang seimbang dengan bangsa lain di
dunia (Yuliandari, 2008). Berbagai upaya telah
dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, baik yang menyang
kut sarana prasarana, fasilitas dan sumber bela
jar maupun pengembangan inovasi pembela
jaran, serta penyempurnaan kurikulum. Na
mun, upaya tersebut belum mencapai hasil
yang diharapkan, dalam arti mutu pendidikan,
khususnya pendidikan kimia masih tetap
menjadi sorotan semua pihak. Hal tersebut
tampak dari rendahnya prestasi belajar siswa
dan tingginya miskonsepsi siswa terhadap
konsepkonsep IPA (Redhana & Kirna, 2004).
Sudria et al., (2000) melaporkan bahwa keba
nyakan guruguru IPA mengalami miskonsepsi
terhadap konsepkonsep dasar kimia. Hasil Pe
nelitian Simamora & Redhana (2006) me
nunjukkan bahwa beberapa miskonsepsi siswa
berasal dari guru.
Rendahnya hasil belajar dan tingginya
miskonsepsi siswa tidak terlepas dari pem
belajaran yang dilakukan oleh guruguru se
lama ini. Guruguru belum mengkondisikan
pembelajaran yang memungkinkan siswa me
ngembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Guru dalam pembelajarannya didasar
kan atas asumsi tersembunyi bahwa penge
tahuan dapat dipindahkan secara utuh dari
pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi
di atas, mungkin saja guru merasa mengajar
sudah baik, namun siswanya belum belajar,
dalam arti tidak terjadi perubahan struktur
kognitif pada diri siswa. Pandangan tradisional
tentang pengetahuan menganggap bahwa pi
kiran siswa dipandang sebagai kotak hitam
(black box) yang siap diisi pengetahuan
sebanyakbanyaknya (Berg, dalam Aryantini,
2003).
Hasilhasil studi Redhana (2007) me
nunjukkan bahwa umumnya guruguru me
ngajarkan materi kimia hanya mengacu pada
satu buku ajar dan dalam pembelajaran guru
menggunakan metode informasi dan tanya ja
wab, kemudian dilanjutkan dengan latihan
soalsoal hitungan yang sering diambilkan dari
buku ajar. Untuk memecahkan soalsoal ini,
siswa menerapkan rumusrumus secara algo
ritmik. Menurut Tsapartis & Zoller (2003)
pemecahan masalah yang bersifat algoritmik
memerlukan penerapan keterampilan berpikir
tingkat rendah.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dapat dilakukan dengan menerapkan pembela
jaran yang menuntut siswa berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Salah satunya dengan
menerapkan model siklus belajar hipotesis
deduktif. Karplus dan Thier (dalam Lawson,
1995) mengemukakan tiga tipe model siklus
belajar, yaitu: deskriptif, empirisabduktif, dan
hipotesisdeduktif. Dalam penerapannya, keti
ga tipe model siklus belajar ini melalui
tahapan/fase yang sama yaitu: fase eksplorasi,
pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.
Perbedaan ketiga tipe model siklus belajar
tersebut terletak pada inisiatif, pengetahuan,
dan kemampuan siswa bernalar. Model siklus
belajar deskriptif dipicu oleh observasi dan
deskripsi. Pada model siklus belajar deskriptif,
siswa dan guru hanya mengemukakan apa
yang mereka amati tanpa usaha untuk me
lahirkan hipotesishipotesis untuk menjelas
kan hasil pengamatan mereka. Model siklus
belajar empirisabduktif mengharapkan siswa
tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga
menyimpulkan dan menguji penjelasan yang
mungkin ada. Model siklus belajar hipotesis
deduktif didasarkan atas pertanyaan kausal,
merumuskan hipotesishipotesis sebagai alter
natif jawaban sementara atas pertanyaan ter
sebut (Dahar, 2003).
Model siklus belajar hipotesisdeduktif
mengutamakan pebelajar (siswa) dalam proses
pembelajaran, yaitu siswa dirangsang untuk
lebih kreatif dan aktif serta mempunyai rasa
kompetisi dengan temannya dan mampu me
respon penjelasan guru. Di samping itu, agar
interaksi antarsiswa serta antara guru dan
siswa lebih optimal, siswa perlu diberikan
3. Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 48
kesempatan seluasluasnya mengembangkan
kreativitas dalam proses pembelajaran kimia
(guru hanya sebagai fasilitator dan mediator),
memberikan kebebasan kepada siswa menge
mukakan hipotesisnya tentang konsep kimia,
dan memberikan kesempatan kepada siswa
membuktikan hipotesisnya melalui model si
klus belajar hipotesisdeduktif.
Penerapan model siklus belajar hipotesis
deduktif (hipoteticaldeductive learning cycle)
dimulai dengan menggali pengetahuan awal
siswa. Guru mengidentifikasi beberapa konsep
dan fenomena yang berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan. Siswa ditugaskan meng
identifikasi suatu fenomena sehingga muncul
beberapa pertanyaan. Pembelajaran dimulai
dari tahap eksplorasi sampai tahap aplikasi
konsep sehingga memungkinkan siswa mem
peroleh hasil belajar yang lebih baik. Namun,
seberapa jauh pembelajaran dengan meng
gunakan model siklus belajar hipotesisde
duktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dibandingkan dengan model pembelajaran
ekspositori pada topik sifat koligatif larutan,
perlu diteliti secara lebih mendalam.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di
atas, dapat dirumuskan masalah dalam pene
litian ini sebagai berikut. (1) Apakah hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran eks
positori? (2) Bagaimana tanggapan guru ter
hadap model siklus belajar hipotesisdeduktif?
(3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap mo
del siklus belajar hipotesisdeduktif?
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu (quasi experiment). Penelitian ini meng
gunakan eksperimen kuasi dengan rancangan
nonequivalent control group design. Pada pe
nelitian ini, tes dilakukan sebanyak dua kali,
yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah
perlakuan (postes). Tes yang diberikan pada
postes sama dengan tes pada saat pretes. Pada
pelaksanaan pembelajaran, siswa pada kelas
eksperimen diajar dengan model siklus belajar
hipotesisdeduktif dan siswa pada kelas kontrol
diajar dengan model pembelajaran ekspositori.
Setelah diberi pembelajaran, siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol diberi postes. Hasil
postes dianalisis untuk mengevaluasi efek
tivitas pembelajaran yang telah diterapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Sukawati. Pada penelitian ini, yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
XII IPA semester ganjil pada tahun ajaran
2010/2011 yang terdistribusi dalam dua kelas
yang mempunyai nilai rerata kelas hampir sa
ma. Objek dalam penelitian adalah hasil be
lajar siswa. Selain itu, data juga dikumpulkan
berkaitan dengan tanggapan guru dan siswa
terhadap model siklus belajar hipotesisde
duktif. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa
sebagai variabel terikat (dependent), sedang
kan model pembelajaran (siklus belajar hipo
tesisdeduktif dan ekspositori) sebagai variabel
bebas (independent). Variabel kovariat dalam
penelitian ini adalah pretes.
Pada penelitian ini digunakan perangkat
pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Penelitian ini menggunakan dua model
pembelajaran yang terdiri dari model siklus
belajar hipotesisdeduktif dan model pem
belajaran ekspositori. Secara umum langkah
langkah yang dilakukan dalam menyusun RPP,
yaitu: (1) menganalisis standar kompetensi
dan kompetensi dasar, (2) menyusun indikator
pencapaian kompetensi dan tujuan pembela
jaran, (3) mengalokasikan waktu pembelaja
ran, (4) merancang kegiatan pembelajaran yang
disesuaikan dengan model siklus belajar hipo
tesisdeduktif dan model pembelajaran ekspo
sitori, dan (5) menyusun instrumen penilaian
untuk mengukur indikator pencapaian kom
petensi yang telah ditetapkan. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini didasarkan atas
data yang diperlukan. Instrumen yang diguna
kan berupa format expert judgment, pedoman
wawancara, angket, dan tes hasil belajar.
Data yang diperoleh pada penelitian ini
adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif berupa skor pretes dan postes pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dan
tanggapan siswa dari angket tertutup. Semen
tara itu, data kualitatif berupa data tanggapan
siswa dari angket terbuka dan data tanggapan
guru.
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol diukur dengan tes hasil belajar
siswa. Teknik analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
analisis kovarian (analysis of covariance,
ANCOVA). Perhitungan ANCOVA dan semua
4. 49 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
uji statistik yang digunakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan bantuan software SPSS
version 15 for windows. Pengujian dilakukan
pada taraf signifikansi 5%. ANCOVA meru
pakan salah satu statistik parametrik sehingga
perlu dilakukan uji prasyarat terhadap data
hasil belajar siswa. Pengujian prasyarat ini
meliputi analisis uji normalitas, uji homoge
nitas, dan uji liniearitas.
Tanggapan guru terhadap penerapan mo
del siklus belajar hipotesisdeduktif dikumpul
kan dengan metode wawancara. Data tentang
tanggapan guru tersebut dianalisis secara des
kriptif interpretatif, yaitu dengan mendeskrip
sikan secara keseluruhan mengenai tanggapan
yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan setelah guru selesai
mengimplementasikan model siklus belajar
hipotesisdeduktif.
Tanggapan siswa terhadap model siklus
belajar hipotesisdeduktif berupa derajat eks
presi siswa yang dikategorikan atas: sangat
setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Tanggapan siswa dianalisis secara des
kriptif dengan jalan menghitung frekuensi mun
culnya respon. Di samping itu, untuk mening
katkan kualitas simpulan, peneliti juga mela
kukan analisis deskriptif dengan rentangan pe
nilaian.
Hasil Penelitian
Hasil Pretes Siswa
Pretes dilakukan sebelum siswa di
belajarkan dengan model siklus belajar hipo
tesisdeduktif dan model pembelajaran eks
positori. Berdasarkan data yang diperoleh,
diketahui bahwa skor pretes siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berkisar antara
14 sampai dengan 40. Nilai ratarata (M) dan
standar deviasi (SD) skor pretes siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol, disajikan
pada Tabel 1.
Hasil Postes Siswa
Postes diberikan setelah siswa dibela
jarkan dengan model siklus belajar hipotesis
deduktif dan model pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui
bahwa skor postes siswa pada kelas ekspe
rimen berkisar antara 68 sampai dengan 91.
Sementara itu, skor postes siswa pada kelas
kontrol berkisar antara 57 sampai dengan 85.
Nilai ratarata (M) dan standar deviasi (SD)
skor postes siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol, disajikan pada Tabel 2.
Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa ditentukan
dengan membandingkan hasil belajar siswa
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM),
yaitu 75. Jumlah siswa yang sudah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada kelas
eksperimen adalah 39 orang, sedangkan pada
kelas kontrol sebanyak 18 orang. Ketuntasan
yang dicapai oleh siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol masingmasing sebesar 79,59%
dan 36,73%.
Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
untuk ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis ter
sebut meliputi uji normalitas data, uji homo
genitas varians antarkelas, dan uji linieritas.
Tabel 1. Nilai RataRata dan Standar Deviasi Skor Pretes Siswa untuk Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Kelas M SD
Eksperimen 30.03 5.32
Kontrol 25.59 6,03
Tabel 2. Nilai RataRata dan Standar Deviasi Hasil Posttest Siswa untuk Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Kelas M SD
Eksperimen 80,82 5,65
Kontrol 73,12 7,04
5. Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 50
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan terhadap
data kelas kontrolpretes, kontrol postes, eks
perimenpretes, dan eksperimen postes. Ring
kasan hasil uji normalitas data dapat dilihat
pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan angka
signifikansi lebih dari 0,05 untuk semua unit
analisis, baik pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa
sebaran data pretes dan postes siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi
normal.
Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan terhadap ho
mogenitas varians antarkelas. Hasil uji homo
genitas varians dapat dilihat pada Tabel 4. Ta
bel 4 menunjukkan bahwa angka signifikansi
lebih dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa
varians antarkelas adalah homogen.
Uji Linieritas dan Keberartian Regresi
Hasilhasil uji linieritas data dapat dilihat
pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan angka sig
nifikansi pada lajur Deviation from Linearity
pada masingmasing kelas lebih dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara skor
pretes dan skor postes siswa adalah linier pada
masingmasing kelas. Sementara itu, angka
signifikansi pada lajur Linearity pada masing
masing kelas kurang dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara skor
pretes dan skor postes siswa adalah signifikan
pada masingmasing kelas.
Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat yang telah
dilakukan, terlihat bahwa data hasil belajar
siswa memenuhi prayarat untuk dilakukan uji
hipotesis. Oleh karena itu, analisis kovarian
untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Da
lam penarikan kesimpulan dengan mengguna
kan ANCOVA diinterpretasikan dua hal. Per
tama, pengaruh kovariat (kemampuan awal
siswa) terhadap hasil belajar siswa. Kovariat
dikatakan berpengaruh apabila angka signifi
kansinya kurang dari 0,05. Kedua, hipotesis
nol ditolak apabila angka signifikansinya ku
rang dari 0,05. Ringkasan hasil anakova dapat
dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan ringkasan hasil uji ANCOVA
yang disajikan pada Tabel.6 dapat ditarik ke
simpulan sebagai berikut. Pertama, variabel
kovariat tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil belajar siswa, yaitu dari hasil
analisis diperoleh angka signifikansi lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat di
katakan bahwa apabila terdapat perbedaan
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Kelas Data
KolmogorovSmirnov ShapiroWilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol
Pretest 0,121 49 0,071 0,965 49 0,159
Posttest 0,111 49 0,177 0,957 49 0,071
Eksperimen
Pretest 0,118 49 0,084 0,957 49 0,072
Posttest 0,113 49 0,158 0,966 49 0,174
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians
Kriteria
Levene
statistic
df1 df2 Sig.
Pretest Based on mean
Based on median
Based on median and with adjusted df
Based on trimmed mean
0,107
0,099
0,099
0,909
1
1
1
1
96
96
93,852
96
0,744
0,754
0,754
0,764
Posttest Based on mean
Based on median
Based on median and with adjusted df
Based on trimmed mean
2,030
1,920
1,920
2,025
1
1
1
1
96
96
90,010
96
0,157
0,169
0,169
0,158
6. 51 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol, maka perbedaan tersebut sema
tamata disebabkan oleh perbedaan perlakuan
yang diberikan. Kedua, dari pengaruh variabel
bebas (independent) terhadap variabel terikat
(dependent) diperoleh nilai F sebesar 19,450
dengan angka signifikansi sebesar 0,000. Ang
ka signifikansi tersebut kurang dari 0,05. De
ngan demikian, dapat diambil keputusan
sebagai berikut.
1. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan
siklus belajar hipotesisdeduktif kurang dari
atau sama dengan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
ekspositori ditolak, atau
2. hipotesos alternatif yang menyatakan bah
wa hasil belajar siswa yang dibelajarkan
dengan siklus belajar hipotesisdeduktif
lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
ekspositori diterima.
Jadi, hasil belajar siswa dalam penelitian
ini secara signifikan dipengaruhi oleh model
pembelajaran yang digunakan setelah dila
kukan pengendalian pada variabel kovariat.
Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik
dibandingkan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
ekspositori.
Tanggapan Siswa dari Angket Tertutup
Angket tertutup yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari 11 item pernyataan.
Berdasarkan data tanggapan siswa dari angket
tertutup, terlihat sebagian besar siswa me
nunjukkan kesan positif terhadap penerapan
model siklus belajar hipotesisdeduktif. Dari
hasil perhitungan, yaitu perbandingan antara
jumlah skor tanggapan masingmasing siswa
dan jumlah siswa keseluruhan (N = 49) di
peroleh ratarata skor tanggapan siswa sebesar
36,63. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan
Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Linieritas pada Masingmasing Kelas
Kelas Kriteria
Nilai Statistik
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F Sig.
Eksperimen Between
Group
(Combined) 411,440 7 58,777 2,146 0,060
Linearity 121,972 1 121,972 4,454 0,041
Deviation
from
Linearity
289,468 6 48,245 1,762 0,131
Within Groups 1122,748 41 27,384
Total 1534,188 48
Kontrol Between
Group
(Combined) 1599,588 9 177,732 8,862 0,000
Linearity 1331,891 1 1331,891 66,411 0,000
Deviation
from
Linearity
267,698 8 33,462 1,669 0,137
Within Groups 782,152 39 20,055
Total 2381,740 48
Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Anakova
Source
Sum of
Squres
Df
Mean
Squares
F Sig.
Kovariat (Pretest) 1202,554 1 1202,554 1,104 0,109
Model 555,528 1 555,528 19,450 0,000
7. Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 52
siswa terhadap model siklus belajar hipotesis
deduktif tergolong sangat baik
Tanggapan Siswa dari Angket Terbuka
Selain melalui angket tertutup, pendapat
siswa terhadap model siklus belajar hipotesis
deduktif juga dijaring melalui angket terbuka.
Berdasarkan data tanggapan siswa dari angket
terbuka, terlihat sebagian besar siswa menun
jukkan kesan positif terhadap penerapan model
siklus belajar hipotesis deduktif. Dari angket
terbuka diperoleh pendapat siswa, antara lain
mereka merasa: (1) memperoleh pengalaman
langsung untuk menyelidiki fenomena yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan;
(2) terpacu berpartisipasi aktif dalam pembela
jaran; (3) terlibat dalam kerja sama; (4) mema
hami aplikasi konsepkonsep yang telah dipe
lajari dalam kehidupan seharihari; (5) mema
hami materi yang diajarkan dengan baik; (6)
suasana belajar menjadi lebih santai dan me
nyenangkan; dan (7) termotivasi dalam belajar
kimia.
Tanggapan Guru
Hasil wawancara dengan guru menun
jukkan bahwa guru memberikan kesan positif
terhadap model siklus belajar hipotesisde
duktif. Menurut guru, model siklus belajar hi
potesisdeduktif dapat membantu dalam me
ngelola pembelajaran dan menciptakan sua
sana belajar yang aktif dan menyenangkan
bagi siswa. Dalam pembelajaran ini, guru
merasakan bahwa siswa terlibat aktif aktif
dalam menggali informasiinformasi yang
berkaitan dengan fenomena yang disajikan.
Model siklus belajar hipotesisdeduktif
melibatkan siswa secara langsung melakukan
pengujian hipotesis melalui percobaan se
hingga dapat menambah pengetahuan siswa
yang secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, yaitu hasil belajar
siswa akan semakin meningkat. Lebih lanjut,
model siklus belajar hipotesisdeduktif juga
membuat guru menjadi lebih termotivasi mem
pelajari berbagai sumber informasi agar dapat
membimbing siswa dalam kegiatan pembela
jaran serta guru terinspirasi membuat program
pembelajaran inovatif yang sejenis.
Masih menurut guru, model siklus belajar
hipotesisdeduktif yang diterapkan memberi
kan beberapa manfaat, antara lain: (1) mem
peroleh pengalaman baru dalam mengelola
pembelajaran sehingga guru lebih termotivasi
mempelajari berbagai sumber informasi untuk
membimbing siswa; (2) memudahkan dalam
mengelola pembelajaran; (3) memudahkan meng
ajarkan konsepkonsep agar mudah dipahami
siswa; dan (4) meningkatkan motivasi belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil bela
jar siswa. Lebih lanjut, menurut guru, model
siklus belajar hipotesisdeduktif memiliki be
berapa kelebihan, antara lain: (1) pembelajaran
terpusat pada siswa dan guru hanya sebagai
mediator; (2) terdorongnya siswa berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran; (3) pelaksanaannya
lebih praktis dan terarah; (4) peningkatan pe
mahaman siswa terhadap materi kimia; (5)
pelatihan pemecahan masalah; (6) pening
katan hasil belajar siswa; dan (7) peningkatan
kemampuan siswa mengaplikasikan sifat koli
gatif larutan dalam kehidupan seharihari.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model siklus belajar hipotesisdeduktif berpe
ngaruh terhadap hasil belajar siswa. Pening
katan hasil belajar siswa pada kelas ekspe
rimen dan kelas kontrol terlihat dari hasil
pretes dan postes yang diperoleh siswa. Hasil
pretes siswa menunjukkan skor ratarata pada
kelas eksperimen (30,03) tidak berbeda secara
signifikan dari skor ratarata kelas kontrol
(25,59). Sementara itu, hasil postes menun
jukkan skor ratarata pada kelas eksperimen
(80,82) lebih tinggi daripada skor ratarata
kelas kontrol (73,12). Selain itu, ketuntasan
yang dicapai oleh siswa pada kelas eksperimen
juga lebih tinggi (79,59%) daripada ketuntasan
siswa pada kelas kontrol (36,73%). Dengan
demikian, jumlah siswa yang sudah me
menuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)
pada kelas eksperimen lebih banyak daripada
kelas kontrol.
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa
tampak adanya perbedaan hasil pretes siswa,
namun tidak signifikan. Adanya perbedaan ha
sil pretes siswa tersebut tidak mempengaruhi
pengujian hipotesis. Hal ini disebabkan oleh
adanya pengendalian variabel kovariat dalam
statistik anakova. Variabel kovariat yang di
curigai dapat mengganggu hasil penelitian ini
adalah kemampuan awal siswa. Berdasarkan
hasil ANCOVA, diperoleh nilai F sebesar
1,104 dengan angka signifikansi 0,109. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan (0,109 > 0,05) dari variabel kovariat
terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian,
8. 53 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan
oleh perbedaan perlakuan yang diberikan,
bukan karena pengaruh dari kemampuan awal
siswa.
Di samping itu, dari uji ANCOVA yang
dilakukan terhadap hasil belajar siswa dipe
roleh nilai F sebesar 19,450 dengan angka
signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05).
Nilai statistik yang diperoleh menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan
dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif
lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model pem
belajaran ekspositori. Hal ini terjadi karena
model siklus belajar hipoteisdeduktif memi
liki kelebihan dibandingkan dengan model
pembelajaran ekspositori. Model siklus belajar
hipotesisdeduktif berangkat dari suatu perta
nyaan yang mengarah pada penciptaan hipo
tesis. Hipotesis tersebut diuji secara langsung
melalui kegiatan eksperimen sehingga hipo
tesis yang diajukan diterima atau ditolak.
Selain itu, model siklus hipotesisdeduktif juga
mengharapkan siswa menemukan konsep sen
diri sehingga konsep yang dipelajari dapat
diingat lebih lama.
Model siklus belajar hipotesisdeduktif,
menuntut siswa untuk menjelaskan fenomena,
merumuskan, dan membuktikan hipotesis sen
diri. Model siklus belajar hipotesisdeduktif
merupakan model pembelajaran yang me
mungkinkan siswa mampu mengemukakan ga
gasan yang sudah mereka kuasai dan menguji
serta mendiskusikan gagasan tersebut secara
terbuka sehingga akan memberi kontribusi pa
da peningkatan hasil belajar siswa.
Sementara itu, model pembelajaran eks
positori lebih memusatkan pada penyajian
informasi secara detail kepada siswa. Seba
gian besar informasi yang disajikan oleh guru
adalah informasi yang ada di buku. Setelah
semua informasi disajikan, pembelajaran dilan
jutkan dengan memberikan latihan soalsoal.
Soalsoal tersebut diambilkan dari bagian akhir
suatu bab buku. Dalam pembelajaran ini, siswa
dipandang sebagai individu pasif yang tugas
nya mendengarkan, mencatat, menghafal, dan
bukan mengkonstruksi pengetahuan sehingga
menyebabkan siswa kurang dapat mengopti
malkan kemampuan berpikirnya (Sungur et al.,
2006). Pembelajaran seperti ini dapat menga
baikan minat siswa dan menyebabkan siswa
belajar dengan menghafal materi sehingga sis
wa kesulitan menghubungkan materi yang
dipelajari dengan kehidupan siswa (Nasution,
2004).
Berdasarkan pemaparan masingmasing
model pembelajaran tersebut, terlihat bahwa
model siklus belajar hipotesisdeduktif dapat
menuntun proses berpikir siswa dibandingkan
dengan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori. Hal ini menyebab
kan pengembangan pola pikir yang dialami
siswa juga berbeda. Siswa yang belajar dengan
model siklus belajar hipotesisdeduktif dibiasa
kan mengidentifikasi sebuah fenomena dengan
memberdayakan kemampuan berpikirnya. Oleh
karena itu, secara tidak langsung, hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model siklus
belajar hipotesisdeduktif lebih baik diban
dingkan dengan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran eks
positori.
Pernyataan di atas diperkuat dengan ada
nya respon/tanggapan yang positif dari guru
dan siswa terhadap model siklus belajar hipo
tesisdeduktif. Bahkan, pada penelitian ini
tanggapan siswa terhadap model siklus belajar
hipotesisdeduktif tergolong sangat baik de
ngan skor ratarata mencapai 36,63. Penerapan
model siklus belajar hipotesisdeduktif mem
buat guru lebih mudah dalam mengelola pem
belajaran di kelas karena selama pembelajaran
berlangsung siswa terlihat lebih aktif terutama
pada saat diskusi kelompok dan diskusi kelas
yang membahas tentang fenomena yang ber
kaitan dengan materi yang akan diajarkan.
Siswa juga tampak aktif dalam melakukan
pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
berdasarkan data hasil percobaan. Guru juga
menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari
berbagai sumber informasi agar dapat mem
bimbing siswa dalam mengemukakan hipotesis
dan pertanyaan kausal berdasarkan fenomena
yang disajikan. Hal ini menunjukkan bahwa
model siklus belajar hipotesisdeduktif dapat
meningkatkan minat siswa terhadap mata pela
jaran kimia. Apabila minat siswa terhadap pel
ajaran kimia meningkat, maka siswa akan
menjadi lebih termotivasi belajar kimia. Di
samping itu, pembelajaran ini dapat mening
katkan keterampilan siswa dalam meme
cahkan masalah serta siswa dapat mengetahui
aplikasi konsepkonsep yang telah dipelajari
dalam kehidupan seharihari sehingga mem
buat pemahaman siswa terhadap materi kimia
menjadi semakin meningkat. Hasil penelitian
9. Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 54
ini sejalan dengan hasilhasil penelitian yang
dilakukan Suma (1999), Sudiatmika (1997),
Sujanem & Adiarta (2000), Rapi & Adiarta
(2001), Prihantono (1999), Manuaba (1999),
Wiarta (1999), dan Aryantini (2003) bahwa
strategi pembelajaran dengan siklus belajar
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
hasil belajar siswa.
Penutup
Dari hasilhasil yang diperoleh dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai ber
ikut. (1) Hasil belajar siswa yang dibelajarkan
dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif
lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran eks
positori. (2) Tanggapan guru terhadap model
siklus belajar hipotesisdeduktif sangat positif,
yaitu model siklus belajar hipotesisdeduktif
dapat: (a) memberikan pengalaman baru dalam
mengelola pembelajaran sehingga guru lebih
termotivasi mempelajari berbagai sumber in
formasi untuk membimbing siswa; (b) memu
dahkan guru dalam mengelola pembelajaran;
(c) memudahkan mengajarkan konsepkonsep
agar mudah dipahami oleh siswa; dan (d) me
ningkatkan motivasi belajar siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3)
Tanggapan siswa terhadap model siklus belajar
hipotesisdeduktif tergolong sangat baik. Sis
wa berpendapat bahwa model siklus belajar
hipoteisdeduktif dapat: (a) memperoleh pe
ngalaman langsung menyelidiki fenomena
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari;
(b) memacu partisipasi aktif dalam pembela
jaran; (c) memacu terjadinya kerja sama; (d)
memahami aplikasi konsepkonsep yang telah
dipelajari dalam kehidupan seharihari; (e)
memahami materi yang diajarkan dengan baik;
(f) membuat suasana belajar menjadi lebih san
tai dan menyenangkan; dan (g) memotivasi
dalam belajar kimia.
Berdasarkan hasilhasil yang telah dicapai
pada penelitian ini dapat disarankan sebagai
berikut. (1) Model siklus belajar hipotesis
deduktif dapat dijadikan salah satu alternatif
model pembelajaran oleh guruguru dalam
melaksanakan pembelajaran kimia sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan lebih variatif
dan tidak menoton sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (2)
Model siklus belajar hipotesis deduktif perlu
diterapkan pada lebih banyak topiktopik kimia
sehingga dapat diketahui reliabilitas dari pe
ngaruh model siklus belajar hipotesisdeduktif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Daftar Rujukan
Aryantini, N.P. (2003). Efektivitas strategi
pengubah konsepsi dengan siklus belajar
hipotesisdeduktif dalam pembelajaran
IPA (fisika) di SMU Negeri 2 Singaraja.
Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja.
Dahar, R. W. (2003). Teoriteori belajar. Ja
karta : Erlangga.
Emzir. (2007). Metodologi penelitian pendi
dikan kuantitatif dan kualitatif. Jakarta:
Grafindo.
Lawson, A.E. (1995). Science teaching and the
development of thinking. California: Wad
sworth Publishing Company Belmont.
Manuaba, I.B.P. (2000). Penerapan model si
klus belajar empirisinduktif dalam
pembelajaran usaha dan suhu sebagai
upaya peningkatan aktivitas belajar siswa
dan mengembangkan sikap ilmiah siswa
kelas IA cawu 3 1999/2000 di SLTPN
Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: STKIP Singaraja.
Nasution, S. (2004). Didaktik asasasas me
ngajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Prihantono, T. (1999). Penerapan siklus be
lajar hipotesisdeduktif dalam pembe
lajaran bunyi sebagai gelombang pada
siswa kelas I 6 cawu 3 SMUN 2 Singa
raja Tahun ajaran 1999/2000. Skripsi
(tidak diterbitkan). Singaraja: STKIP
Singaraja.
Rapi, N.K. & Adiarta, A. (2001). Imple
mentasi strategi siklus belajar hipotesis
deduktif dengan peta konsep dalam
pembelajaran fisika di SMU Negeri I
Singaraja. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Si
ngaraja.
Ratumanan, T. G. & Laurens, T. (2003). Eva
luasi hasil belajar. Semarang: Unesa
University Press.
Redhana, I W. & Kirna, I M. (2004). Iden
tifikasi miskonsepsi siswa SMA Negeri di
kota Singaraja terhadap konsepkonsep
kimia yang dilakukan setelah pembela
jaran. Laporan Penelitian (tidak diter
bitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singa
raja.
Redhana, I W. (2007). Chemistry teachers’
views toward teaching and learning and
10. 55 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
assessment of critical thinking skill.
Proceeding of the first international of
science education. ISBN: 9792505997.
498504.
Sadia. (1998). Model konstruktivisme dalam
pembelajaran sains (suatu alternatif pem
belajaran sains berdasarkan paradigma
konstruktivisme). Orasi ilmiah disampai
kan pada Dies Natalis V dan Wisuda IX
STKIP Singaraja, 24 Maret 1998.
Santyasa, I W. (2004). Pengaruh model dan
seting pembelajaran terhadap remidiasi
miskonsepsi, pemahaman konsep, dan
hasil belajar fisika siswa SMU. Disertasi.
Malang: Program Pasca Sarjana Uni
versitas Negeri Malang.
Simamora, M. & Redhana, I W. (2006). Iden
tifikasi miskonsepsi guru kimia pada
pembelajaran konsep struktur atom.
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan).
Singaraja: Universitas Pendidikan Ga
nesha.
Sudiatmika, A.A.I.A.R. (1997). Penguasaan
konsep zat dan wujudnya melalui siklus
belajar empirisinduktif (studi kuasi eks
perimental dalam pandangan konstruk
tivisme pada siswa kelas I SLTP Negeri I
Denpasar Bali). Tesis (tidak diterbitkan).
Bandung: Program Pasca Sarjana IKIP
Bandung.
Sujanem, R. & Adiarta, A. (2000). Imple
mentasi strategi siklus belajar empiris
induktif dengan peta konsep dalam
pengubahan konseptual tentang listrik
pada siswa SLTP Lab. STKIP Singaraja.
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan).
Singaraja: STKIP Singaraja.
Suma, K. (1999). Pengaruh penerapan stra
tegi siklus belajar terhadap perubahan
konsepsi siswa dalam penguasaan dina
mika gerak lurus di SMU (studi pem
belajaran dalam pandangan konstruk
tivisme). Laporan Penelitian (tidak diter
bitkan). Singaraja: STKIP Singaraja.
Sungur, S., Tekkaya, C., & Geban, O. (2006).
Improving achievement through problem
based learning. JBE, 40(4), 155160.
Tersedia pada: http://www. iob.org/ user
files/ File/JBBE 404Sungur.pdf. Diakses
tanggal 2 September 2010.
Tsapartis, G. & Zoller, U. (2003). Evaluation
of higher vs. lowerorder cognitive skills
type examination in chemistry: impli
cations for university in class assessment
and examination. U.Chem.Ed. 7, 5057.
Wiarta, I M.D. (2000). Upaya menuntaskan
hasil belajar dan meningkatkan aktivitas
siswa melalui strategi belajar empiris
induktif dalam pembelajaran suhu dan
pemuaian pada siswa kelas I cawu 3
SLTP Paramadipta Gulingan pelajaran
1999/2000. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: STKIP Singaraja.
Yuliandari, I. (2008). Komparasi keefektifan
individual creative problem solving dan
group creative problem solving terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Singaraja tahun pela
jaran 2007/2008. Skripsi. (tidak diter
bitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja