1. MAKALAH
GEJALA-GEJALA PSIKOLOGIS
Disusun Dan Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata KuliahPendidikan Psikologi
Dosen Pengampu :Muhamad Irham, S.Pd.
Oleh :
Indra Gunawan
( 40312002 )
Dodi Priyatna
( 40312005 )
Slamet Riyadi
( 40312010 )
Pendidikan Matematika
Semester I
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP )
ISLAM BUMIAYU
Tahun Akademik 2012 / 2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. KATA PENGANTAR
Begitu sering kita merasakan akibat dari gejala fisik kita, kadang kita mengerti
akan apa yang kita rasakan. Namun sering juga kita tidak mengetahui apa yang
sedang kita rasakan. Merasakan kondisi diri dan memahami diri kita luar dan dalam
memang cukup sulit, karena hal itu merupakan imbas dari gejala-gejala yang timbul
dari kegiatan fisik kita.Saat menemui berbagai masalah dalam kehidupan kita seperti
masalah sosial, masalah ekonomi juga masalah hidup lainnya kita seringkali salah
dalam mengekspresikan diri dalam penyelesaian masalah tersebut.
Sering juga kita berlomba untuk menjadi yang terhebat, terkuat, atau terpandai.
Kita berkompetisi untuk mendapat semua hal itu, berbagai cara dilakukan baik dengan
cara yang salah ataupun cara yang benar demi mendapatkan apa yang kita impikan.
Tumbuhnya banyak kebutuhan dalam hidup kita memaksa diri untuk mengeluarkan
segala potensi, mengasah kemampuan berfikir dan mempertajam potensi-potensi
lainnya.
Namun, pernahkah sesekali kita berpikir, seberapa jauh kemampuan kita dalam
menghadapi masalah itu dan seberapa besar keinginan kita menyelesaikan masalah
itu?. Di dalam makalah ini, akan dibahas sedikit tentang gejala psikologi mengenai
berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi dalam hidup kita yang mungkin akan
berguna bagi kita jika kita mengetahui mengenai hal-hal tersebut, guna menghadapi
hidup di hari esok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apayang dimaksud gejala Psikologis?
2. Apa pengertian Berfikir, Intelegensi, Emosi, dan Motivasi dalam gejala
psikologis?
3. Bagaimana aplikasi dalam pendidikan?
1
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Gejala Psikologis
Sebelum kita membahas tentang apa yang dimaksud gejala psikologis, tentu kita
perlu mengetahui terlebih dahulu pengertian psikologi itu sendiri. Pengertian
psikologi dapat kita simpulkan dengan cara menguraikan kata psikologi itu sendiri.
Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu “psyce” yang dalam bahasa Indonesia
berarti “jiwa” dan “logos” yang berarti “ilmu pengetahuan”.Jadi psikologi adalah
ilmu yang mepelajari tentang jiwa.Namun dalam perkembangan selanjutnya lebih
menekankan pada istilah psikologi yang lebih ilmiah (berobjek, bermetode, bersistem,
dan berlaku universal), dan cakupan ilmu psikologi lebih sempit dari ilmu jiwa
(etimologi).Sehingga pengertian psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang membahas
tentang tingkah laku manusia sebagai individu dan kelompok dalam hubungannya
dengan lingkungan dalam bentuk tingkah laku terbuka dan tertutup.
Dari pengertian psikologi diatas, maka dapat kita ketahui bahwa gejala
psikologis adalah gejala yang timbul akibat dari aktifitas tingkah laku manusia dengan
lingkungan dalam bentuk terbuka dan tertutup, serta individu maupun kelompok.Ada
beberapa kelompok gejala psikologis, diantaranya penginderaan, psikis, berfikir,
intelegensi, emosi dan motivasi. Namun dalam makalah ini, yang akan dibahas hanya
tentang gejala psikologis mengenai berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi saja.
B. Pengertian Berpikir, Intelegensi, Emosi, dan Motivasi
1. Berpikir
Berpikir menggunakan pikiran dan pikiran dikendalikan oleh akal,
pengertian pikiran itu sendiri adalah kondisi letak hubungan antarbagian
pengetahuan yang telah ada dalam diri, yang dikontrol oleh akal.jadi akal adalah
sumber kekuatan yang mengendalikan pikiran. Tanpa akal, pikiran tidak akan bisa
dikendalikan, jika pikiran tidak bisa dikendalikan maka tidak akan bisa berpikir
normal.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa berpikir adalah meletakan hubungan
antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia oleh akalnya. Berpikir
merupakan suatu proses dinamis, yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu :
2
4. a) Pembentukan pengertian, hal ini melalui proses mendekskripsikan ciri-ciri
objek yang sejenis, mengklasifikasi ciri-ciri yang sama, menyisihkan,
membuang, dan menganggap cirri-ciri yang hakiki.
b) Pembentukan pendapat, hal ini merupakan peletakan hubungan antara dua
pengertian atau lebih sehingga hubungan itu dapat dirumuskan menjadi
pendapat menolak, menerima, atau asumtip (mengungkapkan kemungkinan).
c) Pembentukan keputusan, hal ini merupakan kesimpulan atau pendapat baru
yang dibentuk dari pendapat-pendapat yang sudah ada. Mengenai keputusan
ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1) Keputusan induktif, yaitu keputusan yang dibentuk dari pendapat khusus
membentuk suatu pendapat umum, contohnya : tangan dicubit sakit, kaki
dicubit sakit, pinggang dicubit sakit. Keputusannya bagian badan dicubit
sakit.
2) Keputusan deduktif, yaitu kebalikan dari keputusan induktif misalnya,
badan dicubit sakit, pipi bagian dari badan, maka keputusannya adalah pipi
dicubit sakit.
3) Keputusan analogis, yaitu keputusan yang diambil dengan cara
membandingkan atau menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapatpendapat khusus yang telah ada. Contoh : kepala dipukul sakit, badan
dipukul sakit, tangan dipukul sakit. Maka keputusannya muka dipukul
sakit.
Setiap keputusan yang kita ambil merupakan hasil berfikir melalui pikiran
yang dikerjakan oleh akal. Keputusan akan mengarahkan dengan tindakan dan
tingkah laku manusia. Dengan demikian akal sangat menentukan perubahan
tingkah laku manusia dalam mengembangkan kepribadian manusia.Oleh karena
itu, pendidikan hendaknya memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi
perkembangan akal anak didik, agar dapat membentuk suatu tingkah laku dan
kepribadian yang baik.
2. Intelegensi
Intelegensi sering diartikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau belajar dari pengalaman.Manusia hidup dilingkungan yang
kompleks, sehingga manusia memerlukan kemampuan menyesuaikan diri dengan
3
5. lingkungan oleh karena itu manusia harus belajar dari pengalaman. Banyak
pendapat para ahli tentang pengertian intelegensi, namun dalam makalah ini hanya
akan dibahas pendapat beberapa ahli saja diantaranya :
a) Pendapat Bischof, yaitu intelegensi adalah kemampuan menyelesaikan segala
jenis masalah.
b) Pendapat Heidenrich, yaitu intelegensi adalah kemampuan untuk belajar dan
menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap
situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah.
Pendapat ahli mengenai intelegensi rumusannya berbeda-beda, namun
dengan maksud sama atau tidak bertentangan. Sehingga dapat didefinisikan bahwa
intelegensi merupakan kemampuan menyelesaikan “problem solving” dalam
segala situasi yang baru atau yang mengandung masalah.Problem solving ini
mencakup masalah pribadi, sosial, akademik-kultural, atau masalah ekonomi
keluarga.
Untuk memperjelas pengertian intelegensi diatas, berikut akan diungkapkan
beberapa teori tentang intelegensi.
a) Teori Uni-Factors
Teori ini diperkenalkan oleh Wilhelm stem, juga dikenal sebagai teori
kapasitas umum. Menurut teorinya bahwa intelegensi merupakan kapasitas
atau kemampuan umum. Karena itu cara kerja intelegensi juga bersifat umum,
yaitu reaksi atau tindakan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan atau
memecahkan masalah yang bersifat umum.Kapasitas umum itu tumbuh akibat
belajar atau pertumbuhan fisiologis.
b) Teori Two-Factors
Teori ini dikemukakan oleh ahli matematika bernama Charles Spearmen,
dalam teorinya dijelaskan bahwa intelegensi berdasarkan pada suatu mental
umum dan factor-faktor spesifik.Faktor umum berfungsi dalam tingkah laku
mental individu, sedangkan faktor spesifik menentukan tindakan mental untuk
mengatasi masalah. Orang yang mempunyai faktor umum luas, memiliki
kapasitas untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, sedangkan yang
mempunyai faktor umum sedang, ia dapat mempelajari bidang-bidang studi
saja. Luasnya faktor umum dipengaruhi oleh kerjanya otak secara unit atau
keseluruhan.Untuk faktor spesifik didasarkan pada gagasan bahwa fungsi otak
4
6. tergantung pada ada dan tidaknya struktur khusus.Faktor spesifik lebih
bergantung
pada
organisasi
neurologis
yang
berhubungan
dengan
kemampuan-kemampuan khusus.
c) Teori Multi-Factors
Teori ini dikembangkan oleh E.L. Thomdike, yang mengemukakan
bahwa intelegensi adalah jumlah koneksi aktual dan potensial didalam system
saraf. Ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak,
menjumlahkan bilangan atau melakukan pekerjaan berarti ia dapat melakukan
itu karena terbentuknya koneksi-koneksi didalam system saraf akibat belajar
atau latihan.
d) Teori Primary-Mental-Abilities
Teori ini dijelaskan oleh L.L Thompson, yaitu bahwa intelegensi
merupakan penjelmaan dari tujuh kemampuan primer yaitu kemampuan
matematis,verbal, visualisasi(befikir), menghubungkan kata-kata, membuat
keputusan, mengenal(mengamati), dan kemampuan mengingat. Tujuh
kemampaun primer tersebut adalah independen serta menjadikan fungsi
pikiran yang berbeda-beda. Para ahli lain menyoroti bahwa teori ini
mengandung kelemahan, karena memisahkan fungsi atas kemampuan mental
individu. Menurut mereka setiap kemampuan individu tidak berdiri sendiri
namun saling berhubungan.
e) Teori Sampling
Teori sampling ini dikemukakan oleh Godfrey H. Thomson.Menurut
teori ini intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel.Dunia berisikan
berbagai bidang pengalaman yang dikuasai oleh pikiran manusia, namun tidak
semuanya.Masing-masing bidang hanya terkuasai sebagian saja, dan ini
mencerminkan kemampuan mental manusia.Menurut teori sampling bahwa
intelegensi beroperasi dengan terbatas pada sampel dan kemampuan atau
pengalaman dunia nyata.
Sejak tahun 1905, Alfred Binet telah mengembangkan suatu cara untuk
mengukur intelegensi. Untuk mengembangkan tes intelegensi itu, Binet terus
melakukan penyempurnaan.Kemudian Binet mendapat bantuan dari St. Simon
hingga kemudian menghasilkan karya yang dikenal dengan sebutan “Tes Binet
Simon” pada tahun 1908. Tes Binet Simon itu memperhitungkan dua hal, yaitu :
5
7. a) Umur Kronologis (Cronological age disingkat C.A.), yaitu umur seseorang
atau lamanya seseorang hidup sejak tanggal lahirnya.
b) Umur mental (Mental age disingkat M.A.), yaitu umur kecerdasan
sebagaimana yang ditunjukan oleh hasil tes kemampuan akademik.
Dalam menggunakan rumus kemampuan intelegensi, Binet menggunakan
pedoman selisih tetap, yaitu MA adalah 3 tahun diatas atau dibawah umur
kronologis CA, maka MA yang demikian pada individu dinyatakan normal. Cara
pengukuran intelegensi tersebut disempurnakan lagi pada tahun 1911 yang
kemudian dipakai orang hingga sekarang.
Menurut cara barunya, ukuran intelegensi tidak lagi menggunakan pedoman
selisih tetap. Namun menggunakan pedoman perbandingan tetap antara umur
kronologis dengan umur mental seseorang.Dengan demikian, tingkat intelegensi
ditunjukan dengan perbandingan kecerdasan atau disebut dengan istilah
“Intelligence Quotient” yang disingkat IQ.
Rumus :
IQ=MA:CA
Namun karena rumus tersebut sering menemukan bilangan pecahan, maka dirubah
lagi demi memudahkan penghitungan tanpa merubah perbandingan aslinya,
menjadi :
IQ = MA : CA x 100
3. Emosi
Dalam hidup ini banyak sekali masalah, dan banyak orang yang hancur
karena emosinya sendiri. Namun apa sesungguhnya emosi itu?, banyak pakar
yang mengemukakan arti emosi. Emosi diambil dari bahasa latin yaitu emovere
yang berarti bergerak menjauh, arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.Jadi pada dasarnya
emosi adalah kecenderungan untuk berindak.Biasanya emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.Sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat
tertawa,
emosi
sedih
mendorong
seseorang
berperilaku
6
8. menangis.emosimerupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi
juga dapat mengganggu perilaku manusia.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),
Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).
Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang
tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a) Amarah berupa beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b) Kesedihan berupa pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
putus asa.
c) Rasa takut berupa cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri.
d) Kenikmatan berupa bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,
bangga.
e) Cinta berupa penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, dan kemesraan.
f) Terkejut berupa terkesiap, terkejut.
g) Jengkel berupa hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
h) malu berupa malu hati.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Jadi berbagai macam emosi itu
mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap
stimulus yang ada.
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat
tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai
kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik
akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan
kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak
terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya
7
9. bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi
dan cara mengekspresikan.
Menurut Mayer, orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap
individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna
dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Mengenai
kecerdasan
emosional
Goleman
mengemukakan
bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi
dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Daniel Goleman (Emotional
Intelligence) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan
ketimbang IQ atau keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang
dalam suatu pekerjaan. Teori Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman adalah
sebagai berikut :
a) Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi
mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
b) Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan
agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu.Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita .Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
8
10. c) Memotivasi diri sendiri
Meraih prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang
positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d) Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih, mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
e) Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang
popularitas,
kepemimpinan
dan
keberhasilan
antar
sesama.Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar
dalam keberhasilan membina hubungan. Terkadang manusia sulit untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan
serta kemauan orang lain.
Setelah mengetahui teori tentang kecerdasan emosi, maka kita tentu juga
perlu mengetahui tantang cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional
tersebut. Caranya adalah sebagai berikut :
a) Membaca situasi
Dengan memperhatikan situasi sekitar, kita akan mengetahui apa yang harus
dilakukan.
b) Mendengarkan dan menyimak lawan bicara
Dengarkan dan simak pembicaraan dan maksud dari lawan bicara, agar tidak
terjadi salah paham serta dapat menjaga hubungan baik.
c) Siap berkomunikasi
Jika terjadi suatu masalah, bicarakanlah agar tidak terjadi salah paham.
d) Tidak usah takut ditolak
Setiap usaha terdapat dua kemungkinan, diterima atau ditolak, jadi siapkan diri
dan jangan takut ditolak.
9
11. e) Mencoba berempati
EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau
bisa mengertisituasi yang dihadapi orang lain.
f) Pandai memilih prioritas
Ini perlu agar bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak, dan apa yang
bisaditunda.
g) Siap mental
Situasi apa pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan mental
sebelumnya.
h) Bersikap rasional
Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, namun tetap berpikir
rasional.
i) Fokus
Konsentrasikan diri pada suatu masalah yang perlu mendapat
perhatian.Janganmemaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara
bersamaan.
4. Motivasi
Kita tentu sudah sering mendengar kata “Motivasi”, tapi apa sebenarnya
pengertian dari motivasi itu?.Untuk menjawab hal ini, ada beberapa pendapat,
diantarnya yaitu pendapat James O. Whittaker, bahwa motivasi adalah kondisikondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk
untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan dari motivasi
tersebut.Mc. Donald juga telah memberikan sebuah devinisi tentang motivasi.
Bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha
mencapai tujuan. Definisi ini berisi tiga hal, yaitu :
a) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang.
Setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga didalam
system neurofisiologis manusia.Banyak motivasi yang kepastian hakikat
organis dari perubahan tenaganya tidak dapat diketahui, misalnya keiinginan
untuk dihargai.Hal ini tidak dapat diterangkan dasar organisnya namun dapat
diasumsikan. Dasar organis yang dapat diketahui perubahan tenanganya
misalnya pada haus,lapar dan lelah.
10
12. b) Motivasi ditandai oleh dorongan afektif
Secara subjektif, keadaan ini dapat dicirikan sebagai emosi.Dorongan afektif
ini tidak mesti kuat, dorongan afektif yang kuat sering nyata dalam tingkah
laku.Misalnya kata-kata kasar, bentakan, suara nyaring atau teriakan, pukulan
ke meja dan sebagainya.
c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan
Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya
pada usaha mencapai tujuan untuk mengurangi ketegangan yang timbul akibat
perubahan tenaga di dalam dirinya. Misalnya untuk dapat diakui oleh orang
lain, seorang anak mencari cara agar mendapat perhatian.
Dari pengertian diatas, pada dasarnya motivasi memiliki dua elemen, yaitu
elemen dalam (inner component) dan elemen luar (outer component).
a) Elemen dalam
Elemen dalam ini berupa perubahan yang terjadi didalam diri seseorang,
berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psikologis.Rasa tidak puas atau
ketegangan psikologis ini bisa timbul oleh keinginan-keinginan untuk
memperoleh penghargaan serta berbagai macam kebutuhan lainnya yang tidak
dapat tercapai.
b) Elemen luar
Elemen luar dari motivasi adalah berupa tujuan yang ingin dicapai oleh
seseorang.Tujuan itu sendiri berada diluar seseorang itu, namun tujuan itu
mengarahkan tingkah laku seseorang itu untuk mencapainya. Seseorang yang
diasumsikan mempunyai kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan, maka
timbulah tujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Peristiwa terbentuknya elemen dalam dan luar terjadi serempak.Elemen
yang satu mendahului, setelah itu segera setelah itu elemen lainnya mengikuti.
Sebagai contoh seorang remaja memiliki kebutuhan untuk dihargai temantemannya (elemen dalam) yang dapat dipenuhi dengan berbagai cara (elemen
luar). Ia mengambil keputusan memenuhi kebutuhannya (elemen dalam) dengan
cara menulis artiikel agar teman-temannya memberi penghargaan (elemen luar).
11
13. Secara garis besar, sebenarnya motivasi adalah suatu dorongan atau tenaga atau
power yang timbul dalam diri seseorang karena ingin mencapai suatu tujuan. Jika
tujuan tersebut tidak dapat dicapai dengan berbagai cara karena ketidakmampuan
atau faktor lainnya, maka seseorang tersebut akan merasa tidak puas. Begitu pula
sebaliknya, jika tujuan tersebut dapat tercapai, maka seseorang itu akan merasa
puas.
C. Aplikasi gejala psikologis dalam pendidikan
1. Aplikasi Berfikir dalam Proses Pembelajaran
Berikan siswa Pra-Pembelajaran dg memunculkan memori yg memiliki latar
belakang hampir sama dg materi baru, agar semakin banyak koneksi yg
terbentuk.
Contoh :
dalam pembelajaran luas kubus, tanyakan kepada siswa tentang luas
persegi.
Ciptakan lingkungan kelas yg mendukung, menantang, kompleks, tanpa
ancaman serta proses eksplorasi dan tanya jawab secara berkembang.
Contoh :
Guru memberikan kesempatan siswa bertanya tentang kubus,
melakukan kuis/game, diskusi, dsb.
Berikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa dalam bentuk
merefleksikan kehidupan nyata.
Contoh:
Berbicara tentang kubus dihubungkan dengan bangunan atau bendabenda yang berbentuk kubus.
Bantu siswa menyimpan informasi dg teknik-teknik penyimpan informasi,
kegiatan istirahat, asosiasi kehidupan nyata, serta pengulangan-pengulangan.
Contoh :
Guru memberikan soal tentang luas kubus secara berulang-ulang.
2. Aplikasi Intelegensi dalam proses pembelajaran
Guru dapat memberikan cara pembelajaran dengan melihat tingkat
intelegensi, contoh : pembelajaran anak tingkat SD dengan SMP dibedakan.
12
14.
Guru dapat membuat bentuk-bentuk pengajaran yang berbeda-beda dalam
proses pembelajaran, karena tingkat intelegensi seseorang berbeda-beda.
3. Aplikasi Emosi dalam Pembelajaran
Guru harus memahami emosi siswanya dlm belajar.
contoh : memahami siswa yang sedang galau, atau sedih, agar bisa normal
kembali emosinya.
Guru harus mampu melibatkan emosi siswa selama proses pembelajaran
contoh : saat siswa sedang gembira, diajak untuk bermain sambil belajar agar
belajar lebih menyenangkan.
4. Aplikasi Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar
Guru harus memahami motivasi siswa dlm belajar.
Guru mampu menumbuhkan dan mempertahankan motivasi siswa.
Guru harus menamkan keyakinan positif ttg kemampuan siswa.
Tandai kesuksesan dan pencapaian prsetasi terbaik dg kegembiraan atau
perayaan.
Berikan dan bangun harapan-harapan siswa utk sukses.
Mengelola kondisi psikologis siswa dlm belajar.
13
15. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gejala Psikologis adalah gejala yang timbul akibat dari aktifitas tingkah laku
manusia dengan lingkungan dalam bentuk terbuka dan tertutup, serta individu
maupun kelompok. Ada beberapa kelompok gejala psikologis yaitu berfikir,
intelegensi, emosi dan motivasi.
Berfikir yaitu kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada
dalam diri yang di kontrol oleh akal. Jadi akal adalah sumber kekuatan yang
mengandalikan pikiran. Selain berfikir juga ada Intelegensi, Intelegensi sering
diartikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari
pengalaman. Kemudian emosi adalah kecenderungan untuk berindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Dan
kemudian motifasi, motifasi sendiri mempunyai arti suatu perubahan tenaga di dalam
diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi
dalam usaha mencapai tujuan.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak sekali ketidak
sempurnaan, maka dari itu kami sebagai penulis bersedia dengan lapang dada
menerima segala kritik maupun saran yang bersibat membangun. Sehingga kami bisa
memperbaiki tulisan kami di dalam tulisan yang akan datang.
14
16. DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, M. 1997. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. 2003. “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2001. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Bumi Aksara
15