Dokumen tersebut membahas tentang korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah di Indonesia. Korupsi di sektor ini mencapai 40,7% dari total kasus korupsi yang ditangani KPK pada tahun 2013. Dokumen ini juga menganalisis aktor dan indikator korupsi serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan pemerintah.
1. Menutup Ruang Korupsi
Pengadaan Barang & Jasa
Di sampaikan di
Kampus Bina Nusantara
Tama S Langkun
Koordinator Investigasi dan Publikasi
2. Urgensi pengadaan barang dan jasa
•Merupakan tanggungjawab pemerintah
untuk memastikan Berjalannya program
pembangunan yang telah direncanakan
•Merupakan tanggungjawab pemerintah
untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada masyarakat
•Merupakan tanggung jawab pemerintah
untuk memberdayakan perekonomian
(konteks dunia usaha) Wrap-up
3. Korupsi di Sektor Pengadaan
•Mantan Menteri BUMN Soegiharto pernah memperkirakan
jika 80% korupsi dan berbagai penyelewengan di BUMN
terkait pengadaan barang dan jasa
•Pada periode 2004-2010, 44 persen kasus korupsi yang
ditangani KPK merupakan kasus pengadaan barang dan
jasa.
•Berdasarkan pemantauan terhadap penanganan kasus
korupsi oleh APH selama tahun 2013, terpantau 560 kasus
korupsi dengan jumlah tersangka 1271 orang dan potensi
kerugian negara sebesar 7,3 Triliun rupiah.
•Dari 560 kasus, sekitar 40,7% (228 kasus) merupakan kasus
yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa.
Sedangkan dari 1271 tersangka, sekitar 47,6% (605 orang)
ditetapkan sebagai tersangka kasus pengadaan barang dan
jasa.
4. Korupsi di Sektor Pengadaan Barang dan Jasa
Periode/keterang
an
Semester 1 Semester 2
Jumlah kasus 293 kasus 267 kasus
Jumlah
tersangka
676 tersangka 594 tersangka
Kasus PBJ
114 kasus
(38,22%)
114 kasus
(42,7%%)
Tersangka PBJ
314 orang
(46,38%)
291 orang
(48,9%)
5. Korupsi Berdasarkan Pelaku (Aktor) 2013
• Perbandingan tiap semester menunjukkan kecenderungan yang sama (Smt I dan Smt II
2013). Tersangka masih didominasi dari kalangan.
1. Pegawai Pemda/kementerian (557 tersangka)
2. Direktur/pegawai swasta (274 tersangka)
3. Kepala dinas (108 tersangka)
4. Direktur/pejabat/Pegawai BUMN/D (85 tersangka)
5. Anggota DPR/D (62 tersangka)
• Menariknya, khusus di Smt II tahun 2013, dari 228 orang yang ditetapkan sebagai
tersangka, sekurangnya 39,03% merupakan pihak penyelenggara pengadaan barang
dan jasa seperti panitia lelang, PPK, PPTK dll.
• Beberapa aktor utama korupsi di daerah sudah banyak yang terjerat. Misalnya seperti
Kepala Daerah (35 orang) dan Anggota DPR/D (62 orang). Jumlah tersangkanya sangat
signifikan.
• Terdapat korporasi yang menjadi tersangka kasus korupsi (IM2). Pada pengadilan
tingkat pertama dihukum membayar uang pengganti 1,3 Triliun. Namun, pada tingkat
banding di vonis bebas.
*terdapat kepala daerah yang dihitung ulang karena tersangka korupsi di 2( dua) kasus atau lebih.
6. LOGO
www.opentender.net
Pengadaan B/J Secara Elektronik
Dasar Hukum Kebijakan e-Procurement
Keppres 54 tahun Perpres 54 Tahun 2010
Inpres 17 tahun 2011
Inpres 01 tahun 2013
e-Procurement dianggap sebagai alternatif solusi bagi pengadaan
secara konvensional yang tak lagi mampu menjawab kebutuhan akan
efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan persaingan usaha
yang sehat.
e-Procurement menggunakan perangkat teknologi informasi dalam
bentuk sistem aplikasi atau layanan pengadaan elektronik yang
disediakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Nasional
Maanfaat: Efisien & Efektif, Transparan & Akuntabel, Hemat Waktu &
Biaya, Paperless dan Terhidar dari KKN
7. LOGO
www.opentender.net
Potential Fraud Analysis (PFA)
Merupakan Metode yang dikembangkan ICW untuk
mengawasi sistem pengadaan barang dan jasa secara
elektronik yang diterapkan oleh pemerintah
Metode ini diharapkan dapat memperkuat reformasi
pengadaan yang sedang berlangsung untuk memperbaiki
kualitas layanan publik mengembangkan perekonomian lokal
dan meningkatkan persaingan usaha yang sehat.
Sumber data berasal dari data pengadaan nasional yang
disediakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah (LKPP) kemudian dianalisa lewat
serangkaian parameter oleh perangkat lunak di
OpenTender.net
9. www.opentender.net
LOGO Latar Belakang PFA
Tersedianya informasi proyek pengadaan di seluruh
Indonesia yang tersaji di Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE)
Mulai muncul berbagai bentuk indikasi pelanggaran dalam
pelaksanaan pengadaan secara elektronik
Mengembangkan alert system bagi pengawas internal, aparat
penegak hukum
Mendorong keterlibatan Organisasi Masyarakat Sipil (CSO)
untuk mengawasi pelaksanaan reformasi pengadaan
meningkatkan persaingan usaha yang adil bagi setiap pelaku
usaha
10. www.opentender.net
LOGO Tujuan
Meningkatkan sinergi pengawasan antara institusi pengawas
daerah dengan CSO untuk mengawasi pengadaan secara
elekronik di daerah masing-masing
Mendorong efesiensi dan efektifitas anggaran daerah serta
persaingan usaha yang lebih kompetitif dalam proses
pengadaan barang/jasa secara elektronik.
Memperkuat kemitraan antara Masyarakat (ICW) dan
Pemerintah (LKPP) sebagai bagian wujud nyata kampanye
global Open Government Patnership (OGP)
11. LOGO
www.opentender.net
Kriteria Monitoring dan Analisis
Indikator Alasan Kinerja
Pemda/SK
PD
Tingkat
Risiko
Proyek
Jumlah paket, anggaran e-proc,
dan % terhadap total
anggaran
Kapasitas dan komitmen pemda untuk melaksanakan e-procurement
✔ ✖
Nilai kontrak Rerata nilai kontrak/paket yang tinggi dapat mendorong efisiensi
dan mendorong partisipasi dari luar daerah, walaupun dapat
mengurangi kesempatan UKM lokal.
Risiko bagi pemerintah tinggi untuk nilai kontrak besar.
✔ ✔
Jumlah peserta lelang Jumlah peserta yang rendah mengindikasikan tingkat kompetisi
yang rendah, dan kemungkinan kolusi antar peserta (“arisan”)
✔ ✔
Nilai kontrak/ HPS Semakin tinggi menunjukkan semakin kecil “savings,” dapat berarti
tingkat kompetisi rendah. Walaupun nilai yang rendah mungkin
tidak berarti apapun jika HPS di-”marked-up”
✔ ✔
Waktu pelaksanaan proyek Hanya untuk proyek konstruksi, waktu pelaksanaan yang sempit
dapat mengakibatkan kualitas pekerjaan buruk
✔ ✔
Jumlah kontrak
dimenangkan 1 perusahaan
Jumlah kontrak yang tinggi menunjukkan ketidakseimbangan
kompetisi, yang bisa terjadi secara natural, maupun faktor-faktor
ekonomi politik
✔ ✖
13. LOGO
Indikasi persekongkolan tender. Contoh:
www.opentender.net
Temuan
Dalam putusan putusan KPPU disebutkan tiga perusahaan
berada dalam kepemilikan saham yang sama. Berdasarkan
penelusuran ada hubungan keluarga pemilik
Nilai penawaran yang sama dari beberapa peserta lelang yang
terindikasi tergabung dalam satu grup
Pemenang tender memiliki jejak rekam buruk. Contoh:
Sanksi Blacklist Kementerian PU
Pernah menjalani sanksi Blacklist dari KPPU selama 18 bulan
Diduga melakukan penyuapan proyek di provinsi lain
Sengketa perdata dengan bank di provinsi lain karena tidak
melakukan pembayaran kredit.
14. www.opentender.net
LOGO Temuan
Indikasi Proyek Fiktif. Contoh:
Tidak terlihat adanya aktivitas proyek di lapangan
sampai tahun anggaran berakhir
Pelanggaran Administratif:
Proyek tahun tunggal diubah menjadi tahun jamak
setelah tidak berhasil diselesaikan pada akhir tahun
anggaran
Serah terima pekerjaan dilakukan sebelum proyek
selesai
15. LOGO
www.opentender.net
Laporan Kasus
Kasus yang telah dilaporkan
Kasus pengadaan lampu lapangan stadion Blitar senilai 6.5
Miliar ----> KPK
Kasus pembangunan pasar di madiun ----> Kejaksaan
Negeri
Kasus pengadaan meubelair di Kota Makassar ---->
Disampaikan ke Walikota Makassar
16. LOGO
Rekomendasi awal
Review semua aturan maupun pengadaan barang dan jasa di
Indonesia
Penting bagi presiden baru untuk membuat draft Undang - Undang
pengadaan barang dan jasa. Mengingat Indonesia belum memiliki UU
PBJ.
Fungsi pencegahan dan pengawasan internal Kementerian harus
ditingkatkan.
Optimalisasi LKPP
Blacklist perusahaan dan pengusaha-pengusaha yang terbukti melakukan
kecurangan dalam pengadaan barang dan jasa
Mendorong partisipasi masyarakat dalam memantau pengadaan barang
dan jasa