Maateri ini berbentuk powerpoint. Hasil sosialisasi pendalaman materi UN bahasa Indonesia SMP di MGMP bahasa Indonesia Kabupaten Lumajang, Selasa, 22 Maret 2016
2. Simakbagian awal cerpen di bawah ini!
Lang it jadi m e rah. Se e ko r nag a m e nukik, m e nyapu
bintang -bintang dan m atahari. Pucuk-pucuk sayapnya
m e m e rcik bara. Api be rte baran. Ang in be rputing .
Ke takutan dise m pro tkan ke udara se pe rti tinta g urita.
Para satria be rbaju zirah itu be rg e lim pang an. Je rit
putus asa m e nye saki ruang . Makhluk itu m arah luar
biasa. Rum ah-rum ah, po ho n-po ho n, pucuk g unung di
ke jauhan, jadi re m uk tak je las be ntuk. Rata tanah.
Se m ua. Ke cuali satu anak yang be rdiri te g ak tak
be rg e rak. Tang annya m e ng g e ng g am busur yang
se le sai te re g ang . Waiahnya se g e lap batu, nam un
m atanya se te rang kilat. Dari busurnyalah panah be sar
yang m e ng hunjam di dada sang nag a.
Kutipan cerpen 1:
3. Kutipan cerpen 2:
De ng an tidak didug a pada suatu siang kritikus Adinan
m e ne rim a se o rang tam u. Tidak ada yang m e narik pada tam u itu
– dari ujung ram but sam pai sandalnya biasa— ke cuali caranya
be rtam u m e m buat kritikus Adinan be rtanya-tanya dalam hati.
Se be lum m asuk pe karang an tam u itu m e m bunyikan be l
se pe danya te rus-m e ne rus, dan se te lah m asuk pe karang an tam u
itu tidak m au turun dari se pe da. Ke dua kaki tam u itu m e m acak
tanah, lalu tang annya m e le pas kancing baju lalu m e ng am bilsurat
yang disim pan di be lakang baju bag ian dada.
“Apakah ini rum ah kritikus Adinan? ” kritikus Adinan
m e ng ang g uk.
“Saya m e m bawa surat pe rintah dari pe ng adilan. ”
Tam u itu m e nyam paikan surat tanpa turun dari se pe da.
Kriikus Adinan m e ne rim a surat lalu m atanya m e m be lalak
m e m andang cap di atas sam pul.
(“Kritikus Adinan” karya Budi Darma)
4. Kutipan cerpen 3:
Pada se buah te le po n um um , se o rang wanita
be rbicara de ng an wajah g e lisah.
“Katakanlah se kali lag i, kam u cinta padaku. ”
Me nde ng ar kalim at itu, o rang yang m e ng antre di
be lakang nya m e m be re ng ut, sam bilm e lihat arlo jinya.
Pe ng alam an m e nunjukkan, o rang tidak bisa be rbicara
te ntang cinta kurang dari 1 5 m e nit. Nam un, sung g uh
te rlalu kalau wanita itu m asih jug a be rtanya te ntang cinta
se te lah 30 m e nit. Apalag i sudah ada be be rapa o rang
be rdatang an ke te le po n um um itu, sam bilse ng aja
m e ng e cre k-ng e cre kkan ko in di tang annya.
“Kam u be nar-be nar cinta padaku? Sam pai kapan? ”
( “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta” karya Seno Gumira
Ajidarma)
5. Kutipan cerpen 4:
Akulah Jibril, m alaikat yang suka m e m bag i-bag ikan wahyu.
Aku suka be rjalan di antara pe po ho nan, jika ang in m e nde sir:
itulah aku; jika po ho n be rg o yang : itulah aku; yang sarat be ban
wahyu, yang dipe rcayakan Tuhan ke pundakku. Se ring wahyu
itu aku naikkan se pe rti layang -layang , sam pai jauh ting g i di
awan, de ng an se utas be nang yang m e ng hubung kannya;
se m e ntara itu lang kahku m e le ntur-le ntur m e layang di antara
batang pisang dan m ang g a.
Akulah Jibril, m alaikat yang te lah m e m bag i-bag ikan wahyu
ke pada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim , Nabi Musa, Nabi Muham m ad,
Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang ke datang anku se nantiasa
ditandai de ng an g e m e risiknya ang in di antara pe po ho nan atau
padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)
6. Cerpen adalah ...
Secara umum cerpen adalah cerita atau narasi,
bukan analisis argumentatif, yang fiktif, tidak
benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di
mana saja dan kapan saja, serta re latif pe nde k.
Ciri utama cerpen adalah (1) cerita yang
disampaikan relatif pendek, (2) fictio n ‘sifatnya
rekaan’, dan (3) bersifat naratif/penceritaan.
7. Penceritaan (narasi), hemat dan ekonomis, hanya ada
dua/tiga tokoh, satu peristiwa, satu efek bagi pembaca. Satu
kesatuan yang utuh dan lengkap dapat dilihat dari unsur
yang membentuknya.
Unsur-unsurYang MembentukCerpen
(1) peristiwa cerita (alur/plot)
(2) tokoh cerita (karakter)
(3) tema cerita
(4) suasana cerita (m o o d dan atmosfir)
(5) sudut pandang pencerita (po int o f vie w)
(6) gaya (style ) pengarang
8. (1) Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan.
Misal, Raja mati = jalan cerita. Raja mati karena
sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik jalan
cerita.
Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian
ada karena ada sebabnya, ada alasannya.
Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut
adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian.
Kejadian akan berkembang = konflik.
Plot terdiri atas: a) pengenalan, b) timbulnya
konflik, c) konflik memuncak, d) klimaks, e)
pemecahan soal. Kelimanya berpusat pada
9. (1) Plot
Plot terdiri atas: a) pengenalan, b) timbulnya konflik, c)
konflik memuncak, d) klimaks, e) pemecahan soal.
Kelimanya berpusat pada konflik.
Timbulnya konflik/terbitnya plot sering berhubungan
dengan unsur watak atau tema, bahkan setting. Segi yang
paling menarik dari cerpen adalah plot ini.
Sebagai bahan pengayaan Anda, silakan baca:
1. “Laki-laki dan Mesiu” karya Trisnoyuwono
2. “Matahari dalam Kelam” karya Motinggo Busye
3. “Hujan Kepagian” dan “Rasa Sayange” karya Nugroho
Notosusasnto
4. “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” karya Seno Gumira
Adjidarma
10. (2) Tokoh
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam
penggarapannya, menekankan pada unsur
perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada
cerpen-cerpen Budi Darma yang dimuat pada
Ho riso n.
Beberapa ciri utama tentang karakter tersaji di bawah ini.
a. kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik watak
tokoh utamanya
b. mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis
(cerpenis) dalam menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi
keseharian
11. (2) Tokoh
Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali
karakter, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan
seperti di bawah ini.
a. melalui apa yang diperbuatnya
b. melalui ucapan-ucapannya
c. melalui penggambaran fisik tokoh
d. melalui pikiran-pikirannya
e. melalui penerangan langsung
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen:
1. “Mendiang” karya S.N. Ratmana,
2. “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar
Kayam.
12. (3) Tema
Ide sebuah cerita. Beberapa kata kunci
tentang tema adalah sebagai berikut.
a. bukan sekedar mau bercerita
b. bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
c. komentar tentang hidup
d. tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran moral
e. bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap
kehidupan
f. pesan tidak selalu definitif
13. (3) Tema
Cerpen yang berhasil menyajikan tema secara
tersamar dalam seluruh elemen-elemen. Mencari arti
sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema
yang terkandung dalam cerpen tersebut. Tema
disampaikan secara tersembunyi. Tema cerpen
besar --- universal dan berlaku segala zaman.
Sebagai bahan pengayaan Anda, simak cerpen:
1. “Nasihat Untuk Anakku” karya Motinggo Busye
2. “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” karya Seno Gumira
Adjidarma
3. “Pelajaran Mengarang” karya Seno Gumira Adjidarma
4. “Kado Istimewa” karya Jujur Prananto.
14. (4) Setting
Setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175).
Beberapa hal yang terkait dengan setting adalah
a. bukan hanya sekedar backg ro und,
b. bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
c. dalam cerpen modern: menjadi sangat penting, erat dengan
karakter,
tema, suasana cerita,
d. setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter
cerita,
e. setting terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi
(kaitan)
filosofis,
f. setting dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
15. (4) Setting
Untuk menilai apakah suatu setting integral dalam cerpen, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. dapatkah setting diganti dengan tempat lain tanpa
mengubah
karakter dan isi cerpen?
b. sampai sejauh mana setting menentukan tema dan plot
cerpen?
c. sampai sejauh mana setting membentuk watak dan mengapa
daerah
lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
d. apakah setting akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen
kalau dihilangkan atau diabaikan?
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen:
1. “Pawai di Bawah Bulan” karya S.N. Ardan
2. “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar Kayam
16. (5) Point of view
Po int o f vie w menjawab pertanyaan siapakah yang
menceritakan kisah ini. Beberapa hal yang menyangkut
masalah po int o f vie w adalah:
a. bagaimana kisah tersebut diceritakan?
b. dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu
penting,
yang terpenting adalah bag aim ana?
c. pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut
pandangan yang diambil pengarang untuk melihat
suatu
kejadian cerita
d. berbeda dengan pandangan pengarang sebagai
pribadi
karena dalam cerpen sebenarnya adalah pandangan
17. (5) Point of view
Ada 4 (empat) macam po int o f vie w:
1 . O m niscie nt po int o f vie w ‘sudut penglihatan yang
berkuasa’ sebagai pencipta, serba tahu, dan bisa
menceritakan apa saja: perasaan, kelakuan, pikiran,
termasuk komentar kelakuan pelakunya). Ciri:
sejarah, edukatif, humor.
2. O bje ctive po int o f vie w, sama dengan a hanya tanpa
komentar; pembaca disuguhi pandangan mata;
pembaca bebas menafsirkan.
3. Po int o f vie w o rang pe rtam a, pembaca diajak ke
pusat kejadian; seolah membaca otobiografi;
bahayanya pribadi masuk dalam tokoh.
4. Po int o f vie w pe m im pin, salah satu tokohnya
bercerita; atau teknik orang ketiga.
18. (5) Point of view
Bgm cara pengarang menempatkan atau memperlakukan dirinya
dalam cerita yang ditulisnya. (sebagai tokoh utama, pengamat,
penonton yang melaporkan peristiwa yg diamati kpd pembaca?)
Pola orang pertama
umumnya memakai kata ganti aku, saya, kami.
a. pengarang sebagai tokoh utama
b. pengarang sebagai pengamat tidak langsung
c. pengarang sebagai pengamat langsung
Pola orang ketiga
scr eksplisit memakai kata ganti dia, ia, atau nama orang.
a. sudut pandang serbatahu
b. titik padangan terarah
19. (6) Gaya
Simak beberapa simpulan yang terkait dengan gaya di bawah ini.
cara khas pengungkapan seseorang,
cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan,
meninjau persoalan dan menceritakannya dalam cerpen,
gaya bisa berubah kalau pengarangnya berubah,
dalam puisi, gaya Chairil Anwar banyak diepigoni penulis muda,
juga gaya bahasa: penggunaan kalimat, penggunaan dialog,
penguasaan detil, cara memandang persoalan, dll..
Ikranegara, Darmanto Djatman, Yulius, E. Subangun: kalimatnya
kompleks dan sulit (intelek),
Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, Idrus: sederhana, enak diikuti,
tapi kaya dan padat dengan pengertian-pengertian,
Penulis hiburan (Marga T., Ashadi Siregar, Remy Silado): banyak
dialog: encer, ringan, lincah, kontemporer,
Umar Kayam dalam cerpen Ne w Yo rk: dialog bahasa sehari-hari,
sederhana (Hemingway).
20. Suasana (tambahan)
Beberapa kalimat kunci yang terkait dengan suasana adalah ...
cerpen ditulis dengan maksud tertentu
suasana dalam cerpen membantu menegaskan maksud pengarang
suasana merupakan daya pesona
suasana terbentuk jika pengarangnya mengarahkan ke sana, misalnya
kematian, misteri, ketakutan (lukisan letak rumah, keadaan sedemikan rupa,
lalu karakter-karakter yang misterius)
Riyono Pratikto: menyajikan suasana seram --- misteri supranatural
harus dibedakan antara gaya pengarang dengan suasana
gaya berhubungan dengan tema, suasana tak terpisahkan dari tema
suasana milik khas sebuah cerita, gaya selalu kembali pada cerita
membaca cerpen terasa berbagai nuansa suasana
suasana bisa memperkuat tema, ide, dan maksud
cara membangun lewat: karakter, setting, simbol tertentu
baca dengan cermat terkait dengan suasana yang dibangun dalam cerpen
“Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar Kayam!
21. Pola Pengembangan Cerpen
Beberapa macam pola pengembangan cerpen:
Pengarang memulai cerpen dengan
mendeskripsikan tokoh, misalnya
Namanya Harjo. Usianya lima puluhan. Rambutnya
sudah memutih, hampir semua. Tampak tua dibanding
usianya. Ia menjalani hidup dengan kesabaran yang luar
biasa. Karena sabar dalam hidupnya itulah ia oleh orang
sekampung dijuluki Harjo Sabar. Sabar menjadi bagian dari
namanya. Ya, Harjo Sabar, Harjo Sabar.
22. Pola Pengembangan Cerpen
Pengarang memulai cerpen dengan
mendeskripsikan latar (setting), misalnya
Pagi itu desa Karangelo seperti masih
tertidur. Angin mengelus perlahan menambah
kelelapan desa. Tetumbuhan perlahan
bergerak, nyaris tak kelihatan gerakannya.
Jalanan belum menampakkan sesosok
bayangan warga, satu pun. Pintu-pintu rumah
warga seperti kehilangan kunci.
23. Pola Pengembangan Cerpen
Pengarang memulai cerpen dengan
mendeskripsikan konflik, misalnya
Suara gebrakan meja terdengar keras.
Kedua orang bersahabat itu saling menatap
tajam. Tak ada suara lain. Kesenyapan
membeku. Ruang tamu seolah menyetujui
peristiwa itu, kedua orang bersahabat itu saling
bersitegang.
24. Makna simbol dalamcerpen
Makna merupakan suatu hal yang menjadi pesan
atau maksud
Simbol merupakan lambang dari suatu hal yang
mempunyai makna atau artian.
25. Makna Simbol
Sebuah kata adalah juga sebuah simbol, sebab kedua-duanya
sama-sama menghadirkan sesuatu yang lain. Setiap kata pada
dasarnya bersifat konvensional dan tidak membawa maknanya
sendiri secara langsung bagi pembaca atau pendengarnya. Lebih
jauh lagi, orang yang berbicara membentuk pola-pola makna
secara tidak sadar dalam kata-kata yang dikeluarkannya. Pola-
pola makna ini secara luas memberikan gambaran tentang
konteks hidup dan sejarah orang tersebut. Sebuah kata
mengandung konotasi yang berbeda bergantung pada konteks
pemakainya, misalnya kata “pohon” akan mempunyai makna
yang bermacam-macam bergantung pada pembicaranya: apakah
ia seorang penebang kayu, penyair, ekologist, petani dan
sebagainya. Bahkan meskipun benar juga bahwa makna dapat
diturunkan dari konteks yang terdapat dalam sebuah kalimat,
namun konteks pun bermacam-macam menurut zamannya.
Karena itu, istilah-istilah memiliki makna ganda. Dasarnya adalah
tradisi dan kebudayaan setempat (Rafiek, 2010:9).
26. Makna Simbol
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan WJS Poerwadarminta disebut, simbol
atau lambang adalah semacam tanda, lukisan,
perkataan, lencana dan sebagainya, yang
mengatakan sesuatu hal, atau mengandung
maksud tertentu. Misalnya, warna putih
merupakan lambang kesucian, lambang padi
lambang kemakmuran, dan kopiah merupakan
salah satu tanda pengenal bagi warga negara
Republik Indonesia.
27. Makna Simbol
Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar
perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol yang tertuliskan sebagai
bunga, misalnya mengacu dan mengemban gambaran fakta yang
disebut “bunga” sebagai sesuatu yang ada di luar bentuk simbolik itu
sendiri. Dalam kaitan ini Peirce mengemukakan bahwa “A Symbol is a
sign which refers to the object that is denotes by virtue of a law, usually
an association of general ideas, which operates to causethe symbol to
be interpreted as reffering to that object” (Derrida, 1992). Dengan
demikian, dalam konsep Peirce simbol diartikan sebagai tanda yang
mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara
simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda)
sifatnya konvensional.
Berdasarkan konvensi itu pula masyarakat pemakainya menafsirkan
ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan
maknanya. Dalam arti demikian, kata misalnya, merupakan salah satu
bentuk simbol karena hubungan kata dengan dunia acuannya
ditentukan berdasarkan kaidah kebahasaannya. Kaidah kebahasaan
itu secara artifisial dinyatakan ditentukan berdasarkan konvensi
masyarakat pemakainya (Alex Sobur: 2004:156).
28. Makna Simbol
Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif,
terpisah dari hubungan asosiatifnya dengan
simbol lainnya. Walaupun demikian berbeda
dengan bunyi, simbol telah memiliki kesatuan
bentuk dan makna. Berbeda pula dengan tanda
(sign), simbol merupakan kata atau sesuatu
yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah
terkait dengan penafsiran pemakai, kaidah
pemakaian sesuatu dengan Jenis wacana dan
kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi
pemakainya. Simbol yang ada dalam dan
berkaitan dengan ketiga butir tersebut bentuk
simbolik.
29. Makna Simbol
Lain dari pada alegori-cerita yang dikisahkan dalam
lambang-lambang; merupakan metafora yang
diperluas dan berkesinambungan, tempat atau
wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang
diperlambangkan-maka simbol terpengaruh oleh
perasaan. Pada dasarnya simbol dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu : simbol-simbol universal,
berkaitan dengan arketipos, misalnya tidur sebagai
lambang kematian. Simbol kultural yang
dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan tertentu
(misalnya keris dalam kebudayaan Jawa). Simbol
individual yang biasanya dapat ditafsirkan dalam
konteks keseluruhan karya seorang pengarang.
30. Tentang makna simbol ...
Makna simbol dipengaruhi pengarang,
masyarakat saat karya ditulis, dan pembaca
Makna simbol dapat dihadirkan oleh pengarang
melalui latar, tokoh, maupun aspek kebahasaan
lain
Makna simbol merupakan hasil penaafsiran,
pengarang maupun pembaca