2. DEFENISI
HIPERTENSI di defenisikan oleh JNC
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi
maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus)
atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali
dapat diperbaiki (Marilynn E.
Doenges, dkk, 1999).
3. Menurut Arif Muttaqin, 2009
Hipertensi merupakan keadaan ketika
tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80
mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah
4. Menurut Bruner dan Suddarth
(2001)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik di atas 160
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg.
5. KLASIFIKASI
MENURUT HSL KONSENSUS PERHIMPUNAN HIPERTENSI IND
KATEGORI SISTOL (mmhg) Dan / Atau Diastol( mmhg )
Normal < 120 Dan < 180
Pre Hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi tahap I 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100
Hipertensi Sistol
Terisolasi
≥140 Dan < 90
6. ETIOLOGI
• Elastisitas dinding aorta menurun
• Katub jantung menebal dan menjadi kaku
• Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan
penyempitan lumen pembuluh darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
a. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik,
Stres psikologis
b. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
(sekunder)
c. Hipertensi hormonal
d. Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular,neurogenik
(Andy Sofyan, 2012)
7. Manifestasi Klinis
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Mimisan (jarang)
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Rasa berat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang
8. Sebagian besar manifestasi klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa:
• nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah
• penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi
• ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat
• nokturia karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus
• edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler
(Elizabeth J. Corwin, 2000).
13. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu:
• Mempunyai efektivitas yang tinggi.
• Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan
atau minimal
• Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
• Tidak menimbulkan intoleransi.
• Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh
klien
• Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
14. KOMPLIKASI
Hipertensi dalam jangka waktu lama menyebabkan :
1. Rusaknya endotel artheri dan mempercepat
artherosklerosis.
2. Rusaknya organ tubuh spt jantung, mata, ginjal,
otak dan pembuluh darah besar.
3. Merupakan faktor resiko utama untuk penyakit
serebrovaskular (stroke ).
4. Mempunyai peningkatan resiko yang bermakna
untuk penyakit koroner, stroke, arteri perifer dan
gagal jantung.
15. ASKEP HIPERTENSI
PENGKAJIAN :
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan
b. Riwayat
• Riwayat kesehatan keluarga
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit sekarang
• Manifestasi klinis penyakit jantung seperti dyspnea, angina
• Kebiasaan sehari-hari: nutrisi, istirahat, olah raga
• Faktor psikologis dan lingkungan: stes emosional, budaya
makan, dan status ekonomi
• Faktor risiko
• Riwayat alergi
• Riwayat pemakaian obat: pil KB, steroid, NSAID
16. c. Pemeriksaan fisik
• Berat badan dan tinggi badan.
• Mata
• Leher
• Paru
• Jantung
• Abdomen
• Ekstremitas
• Neurologi
18. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vaskonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vasculer serebral
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Doenges, dkk. 1999).
19. Intervensi
Untuk Diagnosa 1
• Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah penurunan curah jantung dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
• mempertahankan tekanan darah dalam rentang
individu yang dapat diterima
• berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah atau kerja jantung
• memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien
20. 1. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua
tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan
ukuran manset yang tepat dan teknik yang
akurat.
rasional :
Perbandingan dari tekanan m’berikan gambaran yang
lebih langkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskuler.
2. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa
pengisian kapiler
rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan dekompensasi/
penurunan curah jantung
21. 3. Catat edema umum/tertentu
rasional ; Dapat mengindikasi gagal
jantung, kerusakan ginjal atau vaskular
4. Berikan lingkungan
tenang, nyaman, kurangi
aktivitas/keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
rasional: Membantu menurunkan
rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
22. 5. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti:
istirahat di tempat tidur/kursi, jadwal periode
istirahat tanpa gangguan, bantu pasien
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
rasional : Menurunkan stres dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanna darah dan perjalanan
peyakit hipertensi
6. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti:
pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala
tempat tidur
rasional :Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis
23. 7. Kolaborasi:Berikan obat-obat sesuai
indikasi contoh:Diuretic tiazid
Rasional : Tiazid mungkin digunakan
sendiri atau dicampur dengan obat
lain untuk menurunkan TD pada
pasien dengan fungsi ginjal yang
relative normal.
24. EVALUASI YG DI HARAPKAN
• Resiko penurunan jantung tidak
terjadi, intoleransi aktivitas dapat
teratasi, rasa sakit kepala berkurang
bahkan hilang, klien dapat mengontrol
pemasukan / intake nutrisi, klien dapat
menggunakan mekanisme koping yang
efektif dan tepat, klien paham mengenai
kondisi penyakitnya.
•