SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
MAKALAH
AUDIT FORENSIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah AUDITING II
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
LAVENIA TONDATUON C 301 10 033
DIYAH WIDYARTI C 301 10 035
MARDIYAH RIDWAN C 301 10 045
ANNASTRY WIDYAKUSUMA C 301 10 065
MARSELLA AYU M. C 301 10 067
HERALD CHRISTY NYAUA C 301 10 069
MARYA MARGARETH C 301 10 072
SANDY SYAHRIR C 301 10 075
WAHYU ISMAIL C 301 10 083
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
Kelompok 4 | Audit Forensik 1
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi Forensik (Accounting Forensic) dan Audit Forensik (Forensic Auditing).
Bolgna dan Lindquist (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai aplikasi dari
keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecahkan permasalahan dari isu-
isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upaya pembuktian. Menurut Grippo dan Ibex
(2003 dalam Singleton, 2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai ilmu pengetahuan
yang berbeda dari audit tradisional tetapi bergabung dengan metode audit dan prosedurnya
untuk mengatasi permasalahan hukum. Sedangkan, menurut Kumalahadi dari Ikatan
Akuntan Indonesia (2009) akuntansi forensik merupakan perpaduan
antara accounting, auditing, dan kemampuan investigasi yang menghasilkan kekhususan
yang disebut forensic accounting. Keunikan dari akuntansi forensik ini sendiri adalah
metode ini memiliki kerangka berpikir yang berbeda dari audit laporan keuangan. Audit
laporan keuangan lebih berprosedur dan kurang efektif dalam mendeteksi kecurangan
sedangkan akuntansi forensik lebih efektif digunakan dalam mendeteksi kecurangan karena
dari prosesnya metode ini terkadang lebih mengandalkan intuisi dan deduktif.
Menurut Prof. Dr. Gunadi, Msc, Ak (2009), akuntansi bersifat konstruktif (bukti
akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing bersifat analitis (menelusuri unsur
laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya persuasian). Oleh karena itu,
muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk
mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau pembelaan. Harapannya agar
bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh majelis hakim. Contoh bukti
yang dikumpulkan melalui audit forensik suatu kasus kejahatan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Aliran dana dari satu orang/ perusahaan/ lembaga ke orang/ perusahaan/
lembaga yang lain bisa terlihat sebagai transfer bank biasa tanpa unsur niat jahat dan
perbuatan melawan hukum.
2. Pemberian uang tunai (rupiah atau valas) bisa nampak sebagai transaksi
pinjam meminjam biasa atau bantuan.
Kelompok 4 | Audit Forensik 2
3. Bukti percakapan telepon yang dikumpulkan melalui penyadapan dapat
mengukuhkan keyakinan hakim bahwa aliran dana tersebut bukan semata-mata bantuan
atau pinjaman kepada teman.
4. Keterangan mengenai penghasilan yang belum dilaporkan, dapat menjadi
bukti tindak pidana perpajakan maupun korupsi. Auditor forensik melacak dari kekayaan,
penghasilan yang dilaporkan pada dua periode berturutan (SPT) dan pengakuan
pengeluaran (adanya pembayaran fiskal luar negeri, dsb).
Kemampuan audit forensik untuk mengungkap kejahatan keuangan melalui
pengumpulan bukti-bukti yang lebih bersifat rahasia memotivasi klien mempertimbangkan
menggunakan jasa seorang auditor forensik di samping seorang auditor laporan keuangan
dalam rangka mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material dalam
laporan keuangannya apalagi bila perusahaan mengalami permasalahan hukum atau
menerima sinyal ketidakberesan dalam perusahaannya.
Akuntansi forensik ini sendiri mulai berkembang di Amerika semenjak terjadinya
kasus Enron dan munculnyaSarbanes Oxley (SARBOX). Belajar dari pengalaman tersebut,
Amerika tidak ingin kejahatan yang diakukan penjahat kerah putih (white collar
crime) dalam perusahaan terjadi lagi. Oleh karena itu, akuntansi forensik terus
dikembangkan Amerika untuk mendukung kinerja auditor dalam mengungkapkan
kecurangan yang bisa saja sewaktu-waktu dilakukan oleh penjahat kerah putih.
Kelompok 4 | Audit Forensik 3
BAB II
PEMBAHASAN
Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan
untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah
segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting /
auditing merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal
yang sama, yaitu:
“Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative
skills to provide quantitative financial information about matters before the courts.”
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting
(JFA) “Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum.
Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan,
atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”.
Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa
dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan
informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di
muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit
investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation
support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik
digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau
kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti)
awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas
ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan
dilakukan.
Kelompok 4 | Audit Forensik 4
Perbandingan antara Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan)
Audit Tradisional Audit Forensik
Waktu Berulang Tidak berulang
Lingkup
Laporan Keuangan secara
umum
Spesifik
Hasil Opini
Membuktikan fraud
(kecurangan)
Hubungan Non-Adversarial
Adversarial (Perseteruan
hukum)
Metodologi Teknik Audit Eksaminasi
Standar Standar Audit
Standar Audit dan Hukum
Positif
Praduga Professional Scepticism Bukti awal
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah
pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik
audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa
dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit
Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.
Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara spesifik
untuk menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat mendeteksi
fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu siapa pelaku fraud.
Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip teknik yang digunakan detektif
untuk menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah
metode kekayaan bersih, penelusuran jejak uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa
tanda tangan, analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara mendalam, digital
forensic, dan sebagainya.
Kelompok 4 | Audit Forensik 5
Praktik Ilmu Audit Forensik
Penilaian risiko fraud
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensik
yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan
swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya risiko
terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa
menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.
Deteksi dan investigasi fraud
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud
dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang
berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang,
penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.
Deteksi kerugian keuangan
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan
negara yang disebabkan tindakan fraud.
Kesaksian ahli (Litigation Support)
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang
berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang
dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data
pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
Uji Tuntas (Due diligence)
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna
penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna
memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai
kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Kelompok 4 | Audit Forensik 6
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK,
BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE
(Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit
forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya
di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian
keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu
audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum
dipraktikan di Indonesia.
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi
hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK
maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu
mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar
Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank
swasta nasional. Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank
Century yang dilakukan BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena
faktor politis yang sedemikian kental dalam kasus tersebut.
Kelompok 4 | Audit Forensik 7
Gambaran Proses Audit Forensik
Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak
diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang
lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
Pembicaraan dengan klien
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,
kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil
pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what,
where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi
minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini
auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
Pengembangan rencana pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit,
prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan,
maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan
bersama tim audit serta klien.
Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa
atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-
teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud
tersebut.
Kelompok 4 | Audit Forensik 8
Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam
laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain
adalah:
1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh
karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai
temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya
mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud
tersebut.
Pelaksanaan audit forensik
Proses pelaksanaan audit forensik, dalam banyak hal, sama dengan proses pelaksanaan audit,
tetapi dengan tambahan beberapa pertimbangan. Berikut ini adalah langkah-langkah audit
forensik secara umum dan singkat.
Langkah I : Menerima Tugas
Auditor forensik pertama kali harus mempertimbangkan apakah dirinya memiliki keahlian
dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menerima pekerjaan tersebut. Investigasi forensik
bersifat khusus, dan pekerjaan tersebut memerlukan pengetahuan tentang investigasi fraud
dan pengetahuan tentang hukum secara luas dan mendalam. Para auditor juga harus
memperoleh bukti-bukti yang diperoleh secara aman. Auditor sebaiknya tidak memberikan
jasa audit umum dan investigasi forensik atas klien yang sama.
Langkah II : Perencanaan
Tim auditor harus berhati-hati dalam merencanakan pekerjaan audit forensik. Perencanaan
pekerjaan audit ini paling tidak harus mencakup hal-hal berikut :
1. Mengidentifikasi jenis fraud yang terjadi, seberapa lama fraud telah berlangsung, dan
bagaimana fraud telah dilakukan, siapa pelakunya dan juga termasuk
Kelompok 4 | Audit Forensik 9
mengkuntifikasi kerugian finansial yang diderita oleh klien dan mengumpulkan bukti
yang akan digunakan di pengadilan
2. Memberi saran untuk pencegahan terulangnya fraud
3. Mempertimbangkan cara terbaik mendapatkan bukti
4. Menggunakan teknik audit berbantuan computer, bila diperlukan
Langkah III : Mengumpulkan Bukti
Dalam rangka mengumpulkan bukti yang lengkap, auditor (investigator) harus memahami
jenis fraud dan bagaimana kecurangan tersebut telah dilakukan. Bukti-bukti yang
dikumpulkan harus memadai untuk membuktikan identitas pelakunya, mekanisme
pelaksanaan fraud, dan jumlah kerugian finansial yang diderita. Hal penting yang harus
dipikirkan adalah bahwa tim auditor memiliki keahlian di dalam mengumpulkan bukti yang
akan digunakan dalam kasus persidangan, dan menjaga rantai pengamanan bukti-bukti
hingga dikemukakan dalam persidangan.
Jika ada bukti yang belum dapat disimpulkan atau ada kejanggalan dalam rantai prosesnya,
maka bukti tersebut mungkin akan dimentahkan dalam persidangan, atau bahkan bisa
menjadi bukti yang melemahkan. Auditor juga harus diperingatkan bahwa kemungkinan
bukti-bukti akan diselewngkan, dirusak atau dihancurkan oleh tersangka.
Bukti dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai taknik seperti :
1. Menguji pengendalian guna mendapatkan bukti adanya kelemahan
2. Menggunakan prosedur analisis untuk membndingkan tren dari waktu ke waktu atau
untuk memberikan gambaran tentang perbandingan antara satu segen bisnis dengan
segmen bisnis lainnya dengan menggunakan teknik-teknik audit berbantuan
komputer.
3. Teknik-teknik substantif seperti rekonsilisasi, kas opname, pemeriksaan fisik dan
penelaahan dokumen.
Tujuan akhir dari audit forensik adalah mendapatkan pengakuan dari pelaku fraud, bahwa
suatu fraud benar-benar telah terjadi. Untuk alasan ini, para investigator sebaiknya
menghindari konfrontasi dengan tersangka hingg mereka telah mengumpulkan bukti yang
memadai untuk mendukung suatu pengakuan.
Kelompok 4 | Audit Forensik 10
Langkah IV : Pelaporan
Klien akan mengharapkan bahwa laporan berisi temuan-temuan dari investigasi, termasuk
ringkasan bukti-bukti dan kesimpulan tentang jumlah kerugian sebagai akibat adanya fraud.
Laporan tersebut juga sebaiknya membahas bagaimana pelaku fraud merencanakan skema
pelaksanaan kecurangan, dan bagaimana pengendalian yang ada telah didobrak oleh pelaku
fraud. Selain itu, tim audit harus merekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian
organisasi untuk mencegah terjadinya kejadian fraud serupa di masa yang akan datang.
Langkah V : Tuntutan Hukum (Court Proceedings)
Investigasi diatas mungkin akhirnya akan sampai pada tuntunan hukum terhadap terdakwa,
dan anggota tim investigasi mungkin akan terlibat dalam proses pengadilan. Bukti yang
dikumpulkan selama investigasi akan dikemukakan di dalam pengadilan, dan anggota tim
mungkin akan dipanggil ke sidang pengadilan untuk menjelaskan bukti yang telah mereka
kumpulkan dan menjelaskan bagaimana terdakwa didentifikasi. Sangat penting bahwa
anggota tim investigasi yang dipanggil ke depan pengadilan harus dapat menjelaskan bukti-
buktinya secara jelas dan profesional, dan menjelaskan secara sederhana masalah-masaalh
akuntansi yang begitu kompleks agar para non-akuntan yang ada dipersidangan dapat
memahami permasalahan dan implikasinya.
Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Auditor Forensik
Dalam rangka meningkatkan kinerja seorang auditor forensik dalam mengungkap
kecurangan yang ada diperlukan kompetensi-kompetensi khusus. Kompetensi yang dimiliki
seorang auditor forensik ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat akan sebuah
laporan keuangan yang andal dan relevan, terutama dari pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Pihak-pihak yang berkepentingan yang dimaksud di sini
meliputi akademisi, akuntan forensik, dan ahli hukum.
Dalam sebuah literatur asing berjudul “Forensic Accounting”, diungkap mengenai
kompetensi-kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik meliputi:
1. Keterampilan auditing
2. Pengetahuan dan keterampilan menginvestigasi
3. Kriminologi yang secara khusus mempelajari psikologi kriminalitas.
4. Pengetahuan akuntansi secara umum
Kelompok 4 | Audit Forensik 11
5. Pengetahuan mengenai hukum
6. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi informasi (TI)
7. Keterampilan berkomunikasi
Ketujuh kompetensi tersebut diambil berdasarkan opini-opini dari pihak-pihak yang
berkepentingan. Selain itu, dari penelitian sebelumnya, ketujuh kompetensi dari berbagai
opini dari pihak yang berkepentingan tersebut telah diuji secara empiris oleh seorang peneliti
dari Amerika, James A. Digabrielle di Amerika. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
terdapat perbedaan pandangan antara ketiga pihak yang berkepentingan tersebut, walaupun
tidak terlalu signifikan.
Dalam blog internet yang penulis temukan, terdapat sebuah pembahasan yang
menarik sehubungan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik
menurut pandangan BPK dan Ahli hukum. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang akuntan forensik menurut BPK dalam blog tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil, tidak
memihak, sahih, akurat
2. Kemampuan melaporkan fakta secara lengkap
3. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat
4. Mengenal perilaku manusia
5. Pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan
6. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan
7. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi
8. Pemahaman tentang pengendalian internal
9. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think like a theft)
Sedangkan menurut Kumalahadi dari IAI, sebagai auditor forensik harus memiliki
pengetahuan mengenaiaccounting, auditing, dan investigative skills ketika melakukan
investigasi. Hal yang penting menurut beliau hal yang penting adalah kemampuan untuk
menanggapi segera dan mengkomunikasikan informasi keuangan secara jelas dan ringkas di
sidang pengadilan. Selain itu, auditor forensik yang terpercaya harus memiliki karakteristik
psikologis seperti curiosity, persistence, creativity, discretion, organization,
confidencesound profesional judgement. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh
Sudarmadji, Staff Ahli Akuntansi Forensik dari KAP Herry Susanto sekarang KAP Henry
Sugeng. Beliau berpendapat bahwa seorang auditor forensik harus memiliki kemampuan
Kelompok 4 | Audit Forensik 12
teknis, psikologis, dan integritas. Oleh karena itu, menurut beliau pengetahuan mengenai
psikologi audit diperlukan dalam pengungkapan kecurangan.
Ahli hukum berpandangan bahwa seorang auditor forensik yang terpenting adalah
harus mampu membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,
perumusan penghitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan atau
pelanggaran kontrak.
Kemudian penulis juga menemukan sebuah blog yang meresensi isi buku yang
ditulis oleh seorang ahli forensik sekaligus seorang dosen di suatu universitas, M.
Tuanakotta. Dalam resensi tersebut dikatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang auditor forensik adalah:
1. Pengetahuan yang mendetail mengenai prosedur akuntansi, standar akuntansi, peraturan
perpajakan, perbankan, asuransi, dan praktek bisnis yang aktual
2. Memiliki karakteristik khusus yaitu pengetahuan yang luas, intuisi yang tajam sekaligus
rasa ingin tahu yang besar.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis didapatkan bahwa masing-masing
pihak yang berkepentingan dalam akuntansi forensik ini, memiliki pandangan yang berbeda
satu dengan yang lain mengenai kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang auditor
forensik. Namun pada dasarnya, kompetensi yang harus dimiliki seorang auditor adalah
kompetensi-kompetensi khusus yang berbeda dengan kompetensi yang dimiliki auditor
laporan keuangan.
Audit Invetigatif Dan Forensik Audit
Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh
bukti formal dalam kaitannya dengan pengungkapan kasus dibidang keuangan yang ada
hubungannya dengan asfek hukum.
Pengertian investigasi sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pe
nyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta – fakta; melakukan peninjauan ,
percobaan, dan sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan –
pertanyaan ( tentang peristiwa , sifat, atau khasiat suatu zat, dan sebagainya ); penyelidikan.
Kelompok 4 | Audit Forensik 13
Secara garis besar audit investigasi mengandung 4 aspek
1. Permasalahan yang diperiksa
2. Criteria peraturan perundang- undangan dan ketentuan lain yang berlaku
3. Pengumpulan bukti sesuai ketentuan hukum
4. Pelaporan
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara audit forensic dengan audit
investigasi , kecuali beberapa bagian yang dapat membedakan keduanya. Perbedaannya
adalah ,dasar kewenangan audit invetigasi ada pada organisasi / lembaga / unit audit,
misalnya audit internal, dewan komisaris / komite audit, atau ketentuan lain yang dapat
menjadi dasar pemeriksaan. Sedangkan dasar kewenangan pada audit forensic adalah
KUHAP, yakni jika penyidik menganggap perlu minta bantuan pendapat ahli ( dalam hal
ini auditor ). Misalnya untuk menghitung keruguan yang terjadi, menjadi saksi ahli dan
sebagainya.
Dengan demikian pada audit forensic , tanggung jawab ada pada individu
auditor yang bersangkutan ,yang dalam hal ini bertindak sebagai saksi ahli. Yang
dipahami disini bahwa peran auditor ialah sebagai saksi ahli ( yang melakukan
penyelidikan ) bukan penyidik yang mempunyai kewenangan untuk menyampaikan
tuntutan hukum.
Secara lebih rinci , perbedaan- perbedaan antara audit investigasi dengan audit
forensic dapat di lihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
1. Tanggungjawab pelaksanaan
Tanggungjawab audit investigasi ada pada unit audit, sedangkan pada audit
forensic ada pada pribadi auditor.
2. Tujuan audit
Tujuan audit investigasi ialah menindaklanjuti indikasi / temuan kecurangan pada
audit sebelumnya,atau untuk membuktikan kebenaran brdasarkan pengaduan.
Sedangkan audit forensic bertujuan membantu penyidik dalam pencarian bukti
– bukti dalam suatu kegiatan hokum.
3. Prosedur dan teknik
Kelompok 4 | Audit Forensik 14
Prosedur dan teknik audit investigasi mengacu pada standar audit, sedangkan
audit forensic mengacu standar audit dan kewenangan penyidik .Dengan
demikian auditor dapat menggunakan prosedur / teknik audit yang lebih luas .
4. Perencanaan dan pelaksanaan
Dalam merencanakan / melaksanakan audit investigasi auditor menggunakan
skeptic profeionalisme dan azas praduga tak bersalah ( bahkan pendekatan
kemitraan ). Dalam audit forensic penyidik telah memperoleh bukti awal bahwa
tersangka telah melakukan perbuatan melawan hukum.
5. Tim pelaksana dan persyaratan Auditor
Tim audit investigasi sebaiknya adalah tim yang mengaudit sebelumnya,paling
tidak salah satu auditornya. Sedangkan dalam audit forensic auditor tersebut
akan menjadi saksi ahli di siding pengadilan .
6. Pelaporan
Laporan audit investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau bertanggung
jawab, dan ditandatangani kepala unit audit ( satuan pengawas intern ). Dalam
laporan audit forensic auditor berkewajiban membuat menandatangani
keterangan ahli atas nama auditor.
Instrumen audit yang digunakan menurut Carl. Bonass ( seminar on Fraud and
Forensic Investigation , Arthur Andersen ,Januari,2001) meliputi inspeksi, observasi ,
inquiri, konfirmasi, wawancara, rekonsiliasi, penghitungan ulang, pemeriksaan ke –
authentikan , penelusuran, dan prosedur analisis. Analisis forensic yang dapat di
lakukan , antara lain :
 Analisis bukti – bukti dokumen ( Analysis of documentation )
 Analisis data / laporan computer ( Analysis of computer data / information )
 Analisis bukti lisan (Analysis of oral evidence )
 Analisis data catatan akuntansi (Analysis of financial records )
 Identifikasi hal – hal tertentu atau anomaly – anomaly yang perlu dianalisis lebih
lanjut (Identification of discrepancies or anomalies in the evidence )
Kelompok 4 | Audit Forensik 15
 Identifikasi pola hubungan antara kejadian / fakta / bukti ( Identification of
patterns and / or links of events, facts, evidence )
 Penyiapan laporan hasil audit ( Preparation of reports of the findings )
Tanggungjawab Auditor Deteksi Fraud
Fraud auditing adalah merupakan proses audit yang memfokuskan pada
keanehan / keganjilan ( sesuatu yang nampaknya diluar kebiasaan kemudian menelusuri
dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa yang
mengikuti transaksi tersebut. Dalam fraud audit proses untuk pengumpulan bukti audit
lebih focus pada apakah fraud memang terjadi dan jika maka audit mengarah pada
pengumpulan bukti – bukti untuk mengetahui dan membuktikan siapa – siapa pelakunya
( yang terlibat ) ,bagaimana fraud itu terjadi ( modus operandinya ), dimana fraud terjadi
, kapan terjadinya, hukum apa yang dilanggar, berapa kerugian yang diakibatkannya,
siapa yang di rugikan / di untungkan, dan hal -hal lain yang berkaitan dengan bukti –
bukti investigasi. Sebetulnya peran penting fraud auditor adalah preventing fraud
(mencegah ), detecting fraud ( mendeteksi ) , dan investigating fraud ( investigasi )
.Dalam perkembangannya investigasi menjadi cabang tersendiri.
Kelompok 4 | Audit Forensik 16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akuntansi forensik sebagai aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas
untuk memecahkan permasalahan dari isu-isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu
upaya pembuktian.
Akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing
bersifat analitis (menelusuri unsur laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya
persuasian). Oleh karena itu, muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan
bukti dan barang bukti untuk mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau
pembelaan. Harapannya agar bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh
majelis hakim.
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah
pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik
audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa
dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit
Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.
Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh
bukti formal dalam kaitannya dengan pengungkapan kasus dibidang keuangan yang ada
hubungannya dengan asfek hukum.
B. SARAN
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Kelompok 4 | Audit Forensik 17
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com
http://nenygory.wordpress.com/2011/08/14/peran-auditor-forensik-dalam-memberantas-white-
collar-crime-di-indonesia/
http://blogs.itb.ac.id/ansyaku/2012/07/05/akuntansi-forensik-dan-audit-investigatif/
http://uziek.blogspot.com/2011/07/audit-forensik.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Forensic_accounting
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik
http://www.asosai.org/journal2001/forensic_auditing.htm
http://smallbusiness.chron.com/forensic-audit-vs-financial-audit-25409.html
(diakses tanggal 2 Desember 2012).

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditKonsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
 
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan AkuntansiKebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansimas ijup
 
Audit berbasis resiko
Audit berbasis resikoAudit berbasis resiko
Audit berbasis resikoBelqis Oraya
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalMhd. Abdullah Hamid
 
Penyelesaian audit
Penyelesaian auditPenyelesaian audit
Penyelesaian auditagunghery19
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 
Akuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatifAkuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatifneeaem
 
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6   pengendalian internal dan evaluasinyaQuiz 6   pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinyaHutria Angelina Mamentu
 
Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali
Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran KembaliAudit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali
Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran KembaliLuthfi Nk
 
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuhKonsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuhmaritahardi
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...Ilham Sousuke
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikAry Efendi
 
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiPengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
 
soal dan jawaban soal auditing
soal dan jawaban soal auditing soal dan jawaban soal auditing
soal dan jawaban soal auditing Astri Yulia
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan auditIndah Dwi Lestari
 

Mais procurados (20)

Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditKonsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
 
Bab 21 Management Letter
Bab 21 Management LetterBab 21 Management Letter
Bab 21 Management Letter
 
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan AkuntansiKebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansi
 
Audit berbasis resiko
Audit berbasis resikoAudit berbasis resiko
Audit berbasis resiko
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internal
 
Penyelesaian audit
Penyelesaian auditPenyelesaian audit
Penyelesaian audit
 
Surat perikatan-audit
Surat perikatan-auditSurat perikatan-audit
Surat perikatan-audit
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Quiz 4 the building blocks of auditing
Quiz 4   the building blocks of auditingQuiz 4   the building blocks of auditing
Quiz 4 the building blocks of auditing
 
Akuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatifAkuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatif
 
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6   pengendalian internal dan evaluasinyaQuiz 6   pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
 
KOMBINASI BISNIS
KOMBINASI BISNISKOMBINASI BISNIS
KOMBINASI BISNIS
 
Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali
Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran KembaliAudit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali
Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali
 
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuhKonsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
 
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiPengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
 
soal dan jawaban soal auditing
soal dan jawaban soal auditing soal dan jawaban soal auditing
soal dan jawaban soal auditing
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audit
 

Destaque

Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malamReview jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malamSri Apriyanti Husain
 
Deteksi fraud dan audit investigatif
Deteksi fraud  dan audit investigatifDeteksi fraud  dan audit investigatif
Deteksi fraud dan audit investigatifAinul Yaqin
 
Forensic Auditing Show
Forensic Auditing ShowForensic Auditing Show
Forensic Auditing Showvikas_k
 
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -TuanakottaInvestigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -TuanakottaVahid Asyrofian
 
Bankcruptcy of Adam Air
Bankcruptcy of Adam AirBankcruptcy of Adam Air
Bankcruptcy of Adam AirCitra Dewi
 
critical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahcritical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahHasunah
 
FORENSIC AUDIT
FORENSIC  AUDITFORENSIC  AUDIT
FORENSIC AUDITABC
 
Audit investigasi catatan catatan
Audit investigasi   catatan catatanAudit investigasi   catatan catatan
Audit investigasi catatan catatanBPKP
 
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24Sri Apriyanti Husain
 
PSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASAN
PSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASANPSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASAN
PSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASANrara wibowo
 
Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)
Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)
Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)neni anggraini
 
Soal Pengendalian internal sia
Soal Pengendalian internal siaSoal Pengendalian internal sia
Soal Pengendalian internal siaEr Erlyta
 
Tugas basic teknik service platina
Tugas basic teknik service platinaTugas basic teknik service platina
Tugas basic teknik service platinaRian Tono
 
Ebook Orang sukses
Ebook Orang suksesEbook Orang sukses
Ebook Orang suksesEddy Nakmofa
 

Destaque (20)

Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malamReview jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
 
Deteksi fraud dan audit investigatif
Deteksi fraud  dan audit investigatifDeteksi fraud  dan audit investigatif
Deteksi fraud dan audit investigatif
 
Forensic Auditing Show
Forensic Auditing ShowForensic Auditing Show
Forensic Auditing Show
 
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -TuanakottaInvestigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
 
Forensic audit
Forensic auditForensic audit
Forensic audit
 
Bankcruptcy of Adam Air
Bankcruptcy of Adam AirBankcruptcy of Adam Air
Bankcruptcy of Adam Air
 
Case study on forensic audit
Case study on forensic auditCase study on forensic audit
Case study on forensic audit
 
critical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahcritical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiah
 
FORENSIC AUDIT
FORENSIC  AUDITFORENSIC  AUDIT
FORENSIC AUDIT
 
Audit investigasi catatan catatan
Audit investigasi   catatan catatanAudit investigasi   catatan catatan
Audit investigasi catatan catatan
 
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
 
Audit kecurangan
Audit kecuranganAudit kecurangan
Audit kecurangan
 
Dasar hukum forensik
Dasar hukum forensikDasar hukum forensik
Dasar hukum forensik
 
P7 forensic auditing
P7 forensic auditingP7 forensic auditing
P7 forensic auditing
 
PSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASAN
PSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASANPSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASAN
PSIKOLOGI FORENSIK, CONTOH KASUS PEMBAHASAN
 
Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)
Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)
Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud)
 
Soal Pengendalian internal sia
Soal Pengendalian internal siaSoal Pengendalian internal sia
Soal Pengendalian internal sia
 
Black Hipnotis
Black Hipnotis  Black Hipnotis
Black Hipnotis
 
Tugas basic teknik service platina
Tugas basic teknik service platinaTugas basic teknik service platina
Tugas basic teknik service platina
 
Ebook Orang sukses
Ebook Orang suksesEbook Orang sukses
Ebook Orang sukses
 

Semelhante a Audit2 audit forensik

akuntansi Forensik.ppt
akuntansi Forensik.pptakuntansi Forensik.ppt
akuntansi Forensik.pptagussupriadi51
 
2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt
2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt
2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.pptagussupriadi51
 
Aminullah assagaf akuntansi forensik
Aminullah assagaf akuntansi forensikAminullah assagaf akuntansi forensik
Aminullah assagaf akuntansi forensikAminullah Assagaf
 
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".Kanaidi ken
 
Fraud Vona bab 15
Fraud Vona bab 15Fraud Vona bab 15
Fraud Vona bab 15AyzCha
 
Aminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatif
Aminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatifAminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatif
Aminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatifAminullah Assagaf
 
Audit Investigatif new slides terbaru.pptx
Audit Investigatif new slides terbaru.pptxAudit Investigatif new slides terbaru.pptx
Audit Investigatif new slides terbaru.pptxNourahSuzumieZea1
 
Tugas makalah bukti_audit_dan_kkp
Tugas makalah bukti_audit_dan_kkpTugas makalah bukti_audit_dan_kkp
Tugas makalah bukti_audit_dan_kkpHilanglah Harapanku
 
Akuntansi forensik
Akuntansi forensikAkuntansi forensik
Akuntansi forensikrisaandanii
 
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...yenny yoris
 
BAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdf
BAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdfBAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdf
BAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdfyaman53
 
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdfMonica565188
 
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docxMakalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docxfadilaamalis
 
perencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansi
perencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansiperencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansi
perencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansiFATIMAHAZZAHRA218321
 
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...Sandy Setiawan
 

Semelhante a Audit2 audit forensik (20)

akuntansi Forensik.ppt
akuntansi Forensik.pptakuntansi Forensik.ppt
akuntansi Forensik.ppt
 
akuntansi Forensik.ppt
akuntansi Forensik.pptakuntansi Forensik.ppt
akuntansi Forensik.ppt
 
2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt
2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt
2 Lingkup Akuntansi Forensik - BAB 3.ppt
 
Atribut dan Kode Etik serta Tatanan Kelembagaan
Atribut dan Kode Etik serta Tatanan KelembagaanAtribut dan Kode Etik serta Tatanan Kelembagaan
Atribut dan Kode Etik serta Tatanan Kelembagaan
 
Aminullah assagaf akuntansi forensik
Aminullah assagaf akuntansi forensikAminullah assagaf akuntansi forensik
Aminullah assagaf akuntansi forensik
 
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
 
Audit Investigatif Dengan Teknik Audit Dan Teknik Perpajakan
Audit Investigatif Dengan Teknik Audit Dan Teknik PerpajakanAudit Investigatif Dengan Teknik Audit Dan Teknik Perpajakan
Audit Investigatif Dengan Teknik Audit Dan Teknik Perpajakan
 
Fraud Vona bab 15
Fraud Vona bab 15Fraud Vona bab 15
Fraud Vona bab 15
 
Aminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatif
Aminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatifAminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatif
Aminullah assagaf akuntansi forensik dan aufit investigatif
 
Audit Investigatif new slides terbaru.pptx
Audit Investigatif new slides terbaru.pptxAudit Investigatif new slides terbaru.pptx
Audit Investigatif new slides terbaru.pptx
 
Tugas makalah bukti_audit_dan_kkp
Tugas makalah bukti_audit_dan_kkpTugas makalah bukti_audit_dan_kkp
Tugas makalah bukti_audit_dan_kkp
 
Auditing
AuditingAuditing
Auditing
 
Akuntansi forensik
Akuntansi forensikAkuntansi forensik
Akuntansi forensik
 
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
 
BAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdf
BAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdfBAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdf
BAB 1 - INTERNAL AUDIT.pdf
 
Mencegah Dan Mendeteksi Fraud Serta Profil Pelaku, Korban Dan Perbuatan Fraud
Mencegah Dan Mendeteksi Fraud Serta Profil Pelaku, Korban Dan Perbuatan FraudMencegah Dan Mendeteksi Fraud Serta Profil Pelaku, Korban Dan Perbuatan Fraud
Mencegah Dan Mendeteksi Fraud Serta Profil Pelaku, Korban Dan Perbuatan Fraud
 
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
 
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docxMakalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
 
perencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansi
perencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansiperencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansi
perencanaan-dan-teknik-audit.pptx akuntansi
 
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
 

Audit2 audit forensik

  • 1. MAKALAH AUDIT FORENSIK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah AUDITING II DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 LAVENIA TONDATUON C 301 10 033 DIYAH WIDYARTI C 301 10 035 MARDIYAH RIDWAN C 301 10 045 ANNASTRY WIDYAKUSUMA C 301 10 065 MARSELLA AYU M. C 301 10 067 HERALD CHRISTY NYAUA C 301 10 069 MARYA MARGARETH C 301 10 072 SANDY SYAHRIR C 301 10 075 WAHYU ISMAIL C 301 10 083 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TADULAKO 2012
  • 2. Kelompok 4 | Audit Forensik 1 BAB I PENDAHULUAN Akuntansi Forensik (Accounting Forensic) dan Audit Forensik (Forensic Auditing). Bolgna dan Lindquist (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecahkan permasalahan dari isu- isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upaya pembuktian. Menurut Grippo dan Ibex (2003 dalam Singleton, 2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai ilmu pengetahuan yang berbeda dari audit tradisional tetapi bergabung dengan metode audit dan prosedurnya untuk mengatasi permasalahan hukum. Sedangkan, menurut Kumalahadi dari Ikatan Akuntan Indonesia (2009) akuntansi forensik merupakan perpaduan antara accounting, auditing, dan kemampuan investigasi yang menghasilkan kekhususan yang disebut forensic accounting. Keunikan dari akuntansi forensik ini sendiri adalah metode ini memiliki kerangka berpikir yang berbeda dari audit laporan keuangan. Audit laporan keuangan lebih berprosedur dan kurang efektif dalam mendeteksi kecurangan sedangkan akuntansi forensik lebih efektif digunakan dalam mendeteksi kecurangan karena dari prosesnya metode ini terkadang lebih mengandalkan intuisi dan deduktif. Menurut Prof. Dr. Gunadi, Msc, Ak (2009), akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing bersifat analitis (menelusuri unsur laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya persuasian). Oleh karena itu, muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau pembelaan. Harapannya agar bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh majelis hakim. Contoh bukti yang dikumpulkan melalui audit forensik suatu kasus kejahatan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Aliran dana dari satu orang/ perusahaan/ lembaga ke orang/ perusahaan/ lembaga yang lain bisa terlihat sebagai transfer bank biasa tanpa unsur niat jahat dan perbuatan melawan hukum. 2. Pemberian uang tunai (rupiah atau valas) bisa nampak sebagai transaksi pinjam meminjam biasa atau bantuan.
  • 3. Kelompok 4 | Audit Forensik 2 3. Bukti percakapan telepon yang dikumpulkan melalui penyadapan dapat mengukuhkan keyakinan hakim bahwa aliran dana tersebut bukan semata-mata bantuan atau pinjaman kepada teman. 4. Keterangan mengenai penghasilan yang belum dilaporkan, dapat menjadi bukti tindak pidana perpajakan maupun korupsi. Auditor forensik melacak dari kekayaan, penghasilan yang dilaporkan pada dua periode berturutan (SPT) dan pengakuan pengeluaran (adanya pembayaran fiskal luar negeri, dsb). Kemampuan audit forensik untuk mengungkap kejahatan keuangan melalui pengumpulan bukti-bukti yang lebih bersifat rahasia memotivasi klien mempertimbangkan menggunakan jasa seorang auditor forensik di samping seorang auditor laporan keuangan dalam rangka mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangannya apalagi bila perusahaan mengalami permasalahan hukum atau menerima sinyal ketidakberesan dalam perusahaannya. Akuntansi forensik ini sendiri mulai berkembang di Amerika semenjak terjadinya kasus Enron dan munculnyaSarbanes Oxley (SARBOX). Belajar dari pengalaman tersebut, Amerika tidak ingin kejahatan yang diakukan penjahat kerah putih (white collar crime) dalam perusahaan terjadi lagi. Oleh karena itu, akuntansi forensik terus dikembangkan Amerika untuk mendukung kinerja auditor dalam mengungkapkan kecurangan yang bisa saja sewaktu-waktu dilakukan oleh penjahat kerah putih.
  • 4. Kelompok 4 | Audit Forensik 3 BAB II PEMBAHASAN Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting / auditing merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal yang sama, yaitu: “Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative skills to provide quantitative financial information about matters before the courts.” Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA) “Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”. Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan. Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan. Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.
  • 5. Kelompok 4 | Audit Forensik 4 Perbandingan antara Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan) Audit Tradisional Audit Forensik Waktu Berulang Tidak berulang Lingkup Laporan Keuangan secara umum Spesifik Hasil Opini Membuktikan fraud (kecurangan) Hubungan Non-Adversarial Adversarial (Perseteruan hukum) Metodologi Teknik Audit Eksaminasi Standar Standar Audit Standar Audit dan Hukum Positif Praduga Professional Scepticism Bukti awal Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara spesifik untuk menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat mendeteksi fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu siapa pelaku fraud. Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip teknik yang digunakan detektif untuk menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah metode kekayaan bersih, penelusuran jejak uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan, analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara mendalam, digital forensic, dan sebagainya.
  • 6. Kelompok 4 | Audit Forensik 5 Praktik Ilmu Audit Forensik Penilaian risiko fraud Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensik yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut. Deteksi dan investigasi fraud Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang, penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya. Deteksi kerugian keuangan Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud. Kesaksian ahli (Litigation Support) Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan. Uji Tuntas (Due diligence) Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
  • 7. Kelompok 4 | Audit Forensik 6 Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia. Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank swasta nasional. Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang dilakukan BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang sedemikian kental dalam kasus tersebut.
  • 8. Kelompok 4 | Audit Forensik 7 Gambaran Proses Audit Forensik Identifikasi masalah Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran. Pembicaraan dengan klien Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit. Pemeriksaan pendahuluan Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak. Pengembangan rencana pemeriksaan Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien. Pemeriksaan lanjutan Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik- teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.
  • 9. Kelompok 4 | Audit Forensik 8 Penyusunan Laporan Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain adalah: 1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan. 2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan. 3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut. Pelaksanaan audit forensik Proses pelaksanaan audit forensik, dalam banyak hal, sama dengan proses pelaksanaan audit, tetapi dengan tambahan beberapa pertimbangan. Berikut ini adalah langkah-langkah audit forensik secara umum dan singkat. Langkah I : Menerima Tugas Auditor forensik pertama kali harus mempertimbangkan apakah dirinya memiliki keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menerima pekerjaan tersebut. Investigasi forensik bersifat khusus, dan pekerjaan tersebut memerlukan pengetahuan tentang investigasi fraud dan pengetahuan tentang hukum secara luas dan mendalam. Para auditor juga harus memperoleh bukti-bukti yang diperoleh secara aman. Auditor sebaiknya tidak memberikan jasa audit umum dan investigasi forensik atas klien yang sama. Langkah II : Perencanaan Tim auditor harus berhati-hati dalam merencanakan pekerjaan audit forensik. Perencanaan pekerjaan audit ini paling tidak harus mencakup hal-hal berikut : 1. Mengidentifikasi jenis fraud yang terjadi, seberapa lama fraud telah berlangsung, dan bagaimana fraud telah dilakukan, siapa pelakunya dan juga termasuk
  • 10. Kelompok 4 | Audit Forensik 9 mengkuntifikasi kerugian finansial yang diderita oleh klien dan mengumpulkan bukti yang akan digunakan di pengadilan 2. Memberi saran untuk pencegahan terulangnya fraud 3. Mempertimbangkan cara terbaik mendapatkan bukti 4. Menggunakan teknik audit berbantuan computer, bila diperlukan Langkah III : Mengumpulkan Bukti Dalam rangka mengumpulkan bukti yang lengkap, auditor (investigator) harus memahami jenis fraud dan bagaimana kecurangan tersebut telah dilakukan. Bukti-bukti yang dikumpulkan harus memadai untuk membuktikan identitas pelakunya, mekanisme pelaksanaan fraud, dan jumlah kerugian finansial yang diderita. Hal penting yang harus dipikirkan adalah bahwa tim auditor memiliki keahlian di dalam mengumpulkan bukti yang akan digunakan dalam kasus persidangan, dan menjaga rantai pengamanan bukti-bukti hingga dikemukakan dalam persidangan. Jika ada bukti yang belum dapat disimpulkan atau ada kejanggalan dalam rantai prosesnya, maka bukti tersebut mungkin akan dimentahkan dalam persidangan, atau bahkan bisa menjadi bukti yang melemahkan. Auditor juga harus diperingatkan bahwa kemungkinan bukti-bukti akan diselewngkan, dirusak atau dihancurkan oleh tersangka. Bukti dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai taknik seperti : 1. Menguji pengendalian guna mendapatkan bukti adanya kelemahan 2. Menggunakan prosedur analisis untuk membndingkan tren dari waktu ke waktu atau untuk memberikan gambaran tentang perbandingan antara satu segen bisnis dengan segmen bisnis lainnya dengan menggunakan teknik-teknik audit berbantuan komputer. 3. Teknik-teknik substantif seperti rekonsilisasi, kas opname, pemeriksaan fisik dan penelaahan dokumen. Tujuan akhir dari audit forensik adalah mendapatkan pengakuan dari pelaku fraud, bahwa suatu fraud benar-benar telah terjadi. Untuk alasan ini, para investigator sebaiknya menghindari konfrontasi dengan tersangka hingg mereka telah mengumpulkan bukti yang memadai untuk mendukung suatu pengakuan.
  • 11. Kelompok 4 | Audit Forensik 10 Langkah IV : Pelaporan Klien akan mengharapkan bahwa laporan berisi temuan-temuan dari investigasi, termasuk ringkasan bukti-bukti dan kesimpulan tentang jumlah kerugian sebagai akibat adanya fraud. Laporan tersebut juga sebaiknya membahas bagaimana pelaku fraud merencanakan skema pelaksanaan kecurangan, dan bagaimana pengendalian yang ada telah didobrak oleh pelaku fraud. Selain itu, tim audit harus merekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian organisasi untuk mencegah terjadinya kejadian fraud serupa di masa yang akan datang. Langkah V : Tuntutan Hukum (Court Proceedings) Investigasi diatas mungkin akhirnya akan sampai pada tuntunan hukum terhadap terdakwa, dan anggota tim investigasi mungkin akan terlibat dalam proses pengadilan. Bukti yang dikumpulkan selama investigasi akan dikemukakan di dalam pengadilan, dan anggota tim mungkin akan dipanggil ke sidang pengadilan untuk menjelaskan bukti yang telah mereka kumpulkan dan menjelaskan bagaimana terdakwa didentifikasi. Sangat penting bahwa anggota tim investigasi yang dipanggil ke depan pengadilan harus dapat menjelaskan bukti- buktinya secara jelas dan profesional, dan menjelaskan secara sederhana masalah-masaalh akuntansi yang begitu kompleks agar para non-akuntan yang ada dipersidangan dapat memahami permasalahan dan implikasinya. Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Auditor Forensik Dalam rangka meningkatkan kinerja seorang auditor forensik dalam mengungkap kecurangan yang ada diperlukan kompetensi-kompetensi khusus. Kompetensi yang dimiliki seorang auditor forensik ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat akan sebuah laporan keuangan yang andal dan relevan, terutama dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Pihak-pihak yang berkepentingan yang dimaksud di sini meliputi akademisi, akuntan forensik, dan ahli hukum. Dalam sebuah literatur asing berjudul “Forensic Accounting”, diungkap mengenai kompetensi-kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik meliputi: 1. Keterampilan auditing 2. Pengetahuan dan keterampilan menginvestigasi 3. Kriminologi yang secara khusus mempelajari psikologi kriminalitas. 4. Pengetahuan akuntansi secara umum
  • 12. Kelompok 4 | Audit Forensik 11 5. Pengetahuan mengenai hukum 6. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi informasi (TI) 7. Keterampilan berkomunikasi Ketujuh kompetensi tersebut diambil berdasarkan opini-opini dari pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, dari penelitian sebelumnya, ketujuh kompetensi dari berbagai opini dari pihak yang berkepentingan tersebut telah diuji secara empiris oleh seorang peneliti dari Amerika, James A. Digabrielle di Amerika. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa terdapat perbedaan pandangan antara ketiga pihak yang berkepentingan tersebut, walaupun tidak terlalu signifikan. Dalam blog internet yang penulis temukan, terdapat sebuah pembahasan yang menarik sehubungan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik menurut pandangan BPK dan Ahli hukum. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang akuntan forensik menurut BPK dalam blog tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil, tidak memihak, sahih, akurat 2. Kemampuan melaporkan fakta secara lengkap 3. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat 4. Mengenal perilaku manusia 5. Pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan 6. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan 7. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi 8. Pemahaman tentang pengendalian internal 9. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think like a theft) Sedangkan menurut Kumalahadi dari IAI, sebagai auditor forensik harus memiliki pengetahuan mengenaiaccounting, auditing, dan investigative skills ketika melakukan investigasi. Hal yang penting menurut beliau hal yang penting adalah kemampuan untuk menanggapi segera dan mengkomunikasikan informasi keuangan secara jelas dan ringkas di sidang pengadilan. Selain itu, auditor forensik yang terpercaya harus memiliki karakteristik psikologis seperti curiosity, persistence, creativity, discretion, organization, confidencesound profesional judgement. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Sudarmadji, Staff Ahli Akuntansi Forensik dari KAP Herry Susanto sekarang KAP Henry Sugeng. Beliau berpendapat bahwa seorang auditor forensik harus memiliki kemampuan
  • 13. Kelompok 4 | Audit Forensik 12 teknis, psikologis, dan integritas. Oleh karena itu, menurut beliau pengetahuan mengenai psikologi audit diperlukan dalam pengungkapan kecurangan. Ahli hukum berpandangan bahwa seorang auditor forensik yang terpenting adalah harus mampu membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan penghitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan atau pelanggaran kontrak. Kemudian penulis juga menemukan sebuah blog yang meresensi isi buku yang ditulis oleh seorang ahli forensik sekaligus seorang dosen di suatu universitas, M. Tuanakotta. Dalam resensi tersebut dikatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik adalah: 1. Pengetahuan yang mendetail mengenai prosedur akuntansi, standar akuntansi, peraturan perpajakan, perbankan, asuransi, dan praktek bisnis yang aktual 2. Memiliki karakteristik khusus yaitu pengetahuan yang luas, intuisi yang tajam sekaligus rasa ingin tahu yang besar. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis didapatkan bahwa masing-masing pihak yang berkepentingan dalam akuntansi forensik ini, memiliki pandangan yang berbeda satu dengan yang lain mengenai kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang auditor forensik. Namun pada dasarnya, kompetensi yang harus dimiliki seorang auditor adalah kompetensi-kompetensi khusus yang berbeda dengan kompetensi yang dimiliki auditor laporan keuangan. Audit Invetigatif Dan Forensik Audit Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh bukti formal dalam kaitannya dengan pengungkapan kasus dibidang keuangan yang ada hubungannya dengan asfek hukum. Pengertian investigasi sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pe nyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta – fakta; melakukan peninjauan , percobaan, dan sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan – pertanyaan ( tentang peristiwa , sifat, atau khasiat suatu zat, dan sebagainya ); penyelidikan.
  • 14. Kelompok 4 | Audit Forensik 13 Secara garis besar audit investigasi mengandung 4 aspek 1. Permasalahan yang diperiksa 2. Criteria peraturan perundang- undangan dan ketentuan lain yang berlaku 3. Pengumpulan bukti sesuai ketentuan hukum 4. Pelaporan Secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara audit forensic dengan audit investigasi , kecuali beberapa bagian yang dapat membedakan keduanya. Perbedaannya adalah ,dasar kewenangan audit invetigasi ada pada organisasi / lembaga / unit audit, misalnya audit internal, dewan komisaris / komite audit, atau ketentuan lain yang dapat menjadi dasar pemeriksaan. Sedangkan dasar kewenangan pada audit forensic adalah KUHAP, yakni jika penyidik menganggap perlu minta bantuan pendapat ahli ( dalam hal ini auditor ). Misalnya untuk menghitung keruguan yang terjadi, menjadi saksi ahli dan sebagainya. Dengan demikian pada audit forensic , tanggung jawab ada pada individu auditor yang bersangkutan ,yang dalam hal ini bertindak sebagai saksi ahli. Yang dipahami disini bahwa peran auditor ialah sebagai saksi ahli ( yang melakukan penyelidikan ) bukan penyidik yang mempunyai kewenangan untuk menyampaikan tuntutan hukum. Secara lebih rinci , perbedaan- perbedaan antara audit investigasi dengan audit forensic dapat di lihat dari berbagai aspek sebagai berikut : 1. Tanggungjawab pelaksanaan Tanggungjawab audit investigasi ada pada unit audit, sedangkan pada audit forensic ada pada pribadi auditor. 2. Tujuan audit Tujuan audit investigasi ialah menindaklanjuti indikasi / temuan kecurangan pada audit sebelumnya,atau untuk membuktikan kebenaran brdasarkan pengaduan. Sedangkan audit forensic bertujuan membantu penyidik dalam pencarian bukti – bukti dalam suatu kegiatan hokum. 3. Prosedur dan teknik
  • 15. Kelompok 4 | Audit Forensik 14 Prosedur dan teknik audit investigasi mengacu pada standar audit, sedangkan audit forensic mengacu standar audit dan kewenangan penyidik .Dengan demikian auditor dapat menggunakan prosedur / teknik audit yang lebih luas . 4. Perencanaan dan pelaksanaan Dalam merencanakan / melaksanakan audit investigasi auditor menggunakan skeptic profeionalisme dan azas praduga tak bersalah ( bahkan pendekatan kemitraan ). Dalam audit forensic penyidik telah memperoleh bukti awal bahwa tersangka telah melakukan perbuatan melawan hukum. 5. Tim pelaksana dan persyaratan Auditor Tim audit investigasi sebaiknya adalah tim yang mengaudit sebelumnya,paling tidak salah satu auditornya. Sedangkan dalam audit forensic auditor tersebut akan menjadi saksi ahli di siding pengadilan . 6. Pelaporan Laporan audit investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau bertanggung jawab, dan ditandatangani kepala unit audit ( satuan pengawas intern ). Dalam laporan audit forensic auditor berkewajiban membuat menandatangani keterangan ahli atas nama auditor. Instrumen audit yang digunakan menurut Carl. Bonass ( seminar on Fraud and Forensic Investigation , Arthur Andersen ,Januari,2001) meliputi inspeksi, observasi , inquiri, konfirmasi, wawancara, rekonsiliasi, penghitungan ulang, pemeriksaan ke – authentikan , penelusuran, dan prosedur analisis. Analisis forensic yang dapat di lakukan , antara lain :  Analisis bukti – bukti dokumen ( Analysis of documentation )  Analisis data / laporan computer ( Analysis of computer data / information )  Analisis bukti lisan (Analysis of oral evidence )  Analisis data catatan akuntansi (Analysis of financial records )  Identifikasi hal – hal tertentu atau anomaly – anomaly yang perlu dianalisis lebih lanjut (Identification of discrepancies or anomalies in the evidence )
  • 16. Kelompok 4 | Audit Forensik 15  Identifikasi pola hubungan antara kejadian / fakta / bukti ( Identification of patterns and / or links of events, facts, evidence )  Penyiapan laporan hasil audit ( Preparation of reports of the findings ) Tanggungjawab Auditor Deteksi Fraud Fraud auditing adalah merupakan proses audit yang memfokuskan pada keanehan / keganjilan ( sesuatu yang nampaknya diluar kebiasaan kemudian menelusuri dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa yang mengikuti transaksi tersebut. Dalam fraud audit proses untuk pengumpulan bukti audit lebih focus pada apakah fraud memang terjadi dan jika maka audit mengarah pada pengumpulan bukti – bukti untuk mengetahui dan membuktikan siapa – siapa pelakunya ( yang terlibat ) ,bagaimana fraud itu terjadi ( modus operandinya ), dimana fraud terjadi , kapan terjadinya, hukum apa yang dilanggar, berapa kerugian yang diakibatkannya, siapa yang di rugikan / di untungkan, dan hal -hal lain yang berkaitan dengan bukti – bukti investigasi. Sebetulnya peran penting fraud auditor adalah preventing fraud (mencegah ), detecting fraud ( mendeteksi ) , dan investigating fraud ( investigasi ) .Dalam perkembangannya investigasi menjadi cabang tersendiri.
  • 17. Kelompok 4 | Audit Forensik 16 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Akuntansi forensik sebagai aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecahkan permasalahan dari isu-isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upaya pembuktian. Akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing bersifat analitis (menelusuri unsur laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya persuasian). Oleh karena itu, muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau pembelaan. Harapannya agar bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh majelis hakim. Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks. Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh bukti formal dalam kaitannya dengan pengungkapan kasus dibidang keuangan yang ada hubungannya dengan asfek hukum. B. SARAN Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
  • 18. Kelompok 4 | Audit Forensik 17 DAFTAR PUSTAKA www.google.com www.wikipedia.com http://nenygory.wordpress.com/2011/08/14/peran-auditor-forensik-dalam-memberantas-white- collar-crime-di-indonesia/ http://blogs.itb.ac.id/ansyaku/2012/07/05/akuntansi-forensik-dan-audit-investigatif/ http://uziek.blogspot.com/2011/07/audit-forensik.html http://en.wikipedia.org/wiki/Forensic_accounting http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik http://www.asosai.org/journal2001/forensic_auditing.htm http://smallbusiness.chron.com/forensic-audit-vs-financial-audit-25409.html (diakses tanggal 2 Desember 2012).