Islam masuk ke Spanyol pada abad ke-8 M melalui penaklukan oleh pasukan dari Afrika Utara di bawah pimpinan Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Islam kemudian berkembang di Spanyol selama lebih dari tujuh setengah abad hingga akhirnya jatuh pada abad ke-15, dengan periode kejayaan di bawah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah.
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masuknya Islam ke Spanyol
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715),
salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damarkus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagian salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasa sepenuhnya atas
Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd
Al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah
itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa
ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa Ibn Nushair memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah
Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari
Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H
(masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid).
1
Setelah kawasan Afrika Utara dikuasai, umat islam mulai memusatkan perhatiannya
untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan
bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn
Malik,Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Thaif dapat disebut sebagai perintis
dan penyelidik.
Tharif ibn Malik dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu
pasukan perang, lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka
1
A. syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam,Jilid 2, (Jakarta:Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama),
hal.154.
2. menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.2
Dalam penyerbuan itu Tharif
tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara
membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Di dorong oleh keberhasilan
Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighothic yang berkuasa di
Spanyol saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.3
Thariq ibn Ziyad lebih banyak di kenal sebagai penakluk Spanyol, Karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian
besar buku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian orang Arab
yang di kirim Khalifah Al-Wahid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat
dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.4
Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, di kenal dengan nama Gibraltar
(Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas
untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah,
Rja Roderick dapat di kalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukan
kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Todelo (ibu kota kerajaan Goth saat
itu).5
Kemenangan pertama yang di capai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukan wilayah yang luas lagi .
Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan
yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu dan satu per satu kota yang
dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia,
Karmona, Seville, dan Merinda serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothik,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Todelo. Selanjutnya,
2
Ibid,hlm, 158
3
Philip K Hitti, History of the Arabs (London: Macmilla Press, 1970), hlm.493
4
Carl, Brockelmann, History of the islamic Peoples;(London Rotledge & Kegan Paul, 1980), hlm 83
5
A. Syalabi op cit, hlm 161
3. keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
Utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.6
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada pemerintahan
Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99H/717M. Sasaran yang ditunjuk ialah daerah
sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan
kepada Al-Samah, tetapi usahanya gagal dan terbunuh pada tanggal 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd Al-Rahman ibn Abdullah Al-
Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu,Poiter, dan kota Tours,
akan tetapi penyerangan ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur
kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan seperti ke
Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau yang terdapat di Laut
Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia
juga jatuh ke tangan Islam di Zaman Bani Umayah.7
Gelombang kedua terbesar dari
penyerbuan kaum Muslim yang gerakannya dimulai pada permulaan abad ke-8 M in,
telah menjangkau seluruh Spanyol dan menyebar jauh menjangkau Prancis Tengah
dan bagian-bagian penting dari Italia.8
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat islam nampak begitu mudah .
Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang
menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di
dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa Spanyol di taklukkan oleh islam kondisi
sosial, ekonomi, politik sangat menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terbagi-
bagi menjadi beberapa negara kecil, serta penguasa yang bersikap tidak toleran
terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan
6
Carl Brockelmann,op. Cit,hal. 14.
7
Harun, Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, Cetakan
kelima), hlm. 62
8
Bertold Spuler, The Muslim World: A Historcal Survey, (Leiden: E J. Brill, 1960), hlm. 100.
4. bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen.
Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.9
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri.7
Yang tak
kalah penting adalah ajaran Islam bersifat toleransi, persaudaraan, dan tolong
menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum
Muslim itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.10
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI SPONYOL
Sejak pertama kali di tanah sponyol hingga jatuhnya kerajaan islam di sana,
Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat islam di spanyol itu dapat dibagi
menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini, sponyol berada dibawah pemerintahaan para wali
yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna, gangguan- gangguan masih terjadi, baik datang dari luar maupun
dari dalam. Ganguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu
terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur
Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa,
merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena
itu, terjadi 20 kali pergantian wali (gubernur). Spanyol dalam jangka waktu
yang amat singkat. Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik
9
Thomas W. Arnold, Sejarah da’wah Islam,( Jakarta: Wijaya, 1983), hlm.118
10
Ibid, hlm. 126.
5. politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di
Spanyolm pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan
kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.11
Gangguan dari luar
datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di
daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada
pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang
lebih dar 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi
Spanyol. Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang
menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini islam Spanyol belum
memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.
Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun
138H/755M.
2. Periode kedua (755-912M)
Pada periode ini, Sponyol berada di bawah pemerintahan seorang yang
bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat
pemerintahan islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasyiah di
Bagdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I, yang memasuki spanyol tahun
138H/755M dan diberi gelar Al- Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Pada
periode ini, umat islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik
dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd Al Rahman Al
Dakhil mendirikan masjid cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum islam dan
Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol, sedangkan Abd Al Rahman Al
Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.12
11
David Wassenstein, Politics and Society in Islamic Spain: 1002-1086,(New Jersey: Princeton
University Press, 1985), hlm. 15-16.
12
Ahmad Syalabi, mausu’ah al Tarikh al Islami wa al Hadhaath al Islamiyah, jilid 4, (Kairo: Maktabah
Al-Nahdhah Al Mishriyah: 1979) hlm.41:50.
6. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama pada zaman
Abdurrahman Al Aushat Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya
datang ke Spanyol, sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai
semarak.
3. Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintah Abd Arrahman ke 3 yang
bergelar “An-nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal
dengan sebutan Muluk Al-Thawaif. Pada periode ini, spanyol diperintah oleh
penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula
dari berita yang sampai kepada Abdurrahman ke 3, bahwa Al Muktadir,
khalifah daulah bani Abbasiyah di Bagdad meninggal dunia di bunuh oleh
pengawalnya sendiri. Kholifah-kholifah besar yang memerintah pada
periode ini ada tiga orang, yaitu: Abd Al-Rahman Al-nasir(912-961M)
Hakam II (961-967M) dan Hasyim II (976-1009M). Pada periode ini umat
islam Spanyol mencapai puncak kejayaan, menyaingi kejayaan daulah
Abbasiyah da Baghdad. Abd Al Rahman Al Nasir mendirikan Universitas
Cordova. Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah
ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu,
kekuasaan aktual berada ditangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Kalifah
menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia
seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan
melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan
dan saingannya. Atas keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah.
Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al Muzaffar, yang
masih mempertahankan keberhasilannya. Akan tetapi, setelah wafat pada
tahun 1008 M. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur,
kemudian dilanca kekacauan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Mentri
7. yang memerintahkan Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu
Spanyol sudah terpecah belah dalam banyak sekali negara kecil.13
4. Periode Keempat (1013-1086M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil
dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-mulukuth-Thawaif, yang
berpusat di suatu kota seperti Sevile, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang
terbesar adalah Abbadiyah di seville. Pada abad ini umat islam di spanyol
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertingkai itu yang meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa
keadaan politik islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada
periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan
politik tidak stabil namun, kehidupan intelektual terus berkembang pada
periode ini. Istana- istana mendorong para sarjana dan sastawan untuk
mendapatkan perlindungan dari istana ke istana lainnya.14
5. Periode kelima (1086-1248M)
Pada periode ini, Spanyol islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahidiun (1146-1235 M). dinasti
Murobithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didikan oleh
Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke
Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa islam di sana yang tengah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya. Dari
serangan-serangan orang Kristen. Pada tahun 1143 M kekuasaan dinasti ini
berakhir baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti
13
W.Montgomery Watt, Kejayaan Islam: kajian Krisis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1990), hlm.217-218.
14
Bertold Spuler,op.cit,hlm 108.
8. Muwahhidun. Pada masa Muwahhidun yang didirikan oleh Muhammad ibn
Tumart. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al-Mun”im.
Antara tahun 1114 M dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova,
Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa
dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen
dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun
mengalami keambrukan. Pada tahun1212m, tentara Kristen memperoleh
kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahn-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan
Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Dalm kondisi demikian,
umat islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang
semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari
kekuasaan Islam.15
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa didaerah Granada, dibawah dinasti
Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti
di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi secara politik, dinasti ini
hanya berkuasa diwilayah yang kecil. Kekuasaan islam yang merupakan
pertahanan terakhir, karena perselisihan orang-orang istana dalam
memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganti raja.
Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan
itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad.Kemudian
Abu Abdullah meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk
menjatuhkan kekuasaan Muhammad ibn Sa’ad. Dua penguasa Kristen ini
15
Ahmad Syalabi,op.cit.hlm 76.
9. dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.16
Tentu
saja ,Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut
kekuasaan terakhir umat islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya
mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella,
kemudian hijrah ke afrika utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan
islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat islam setelah itu dihadapkan kepada
dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun
1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.12
C. KEMAJUAN PERADABAN
Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat
Islam mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh,
bahkan, pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada
kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan ini mendatangkan
penghasilan ekonomi yang tinggidan pada gilirannya banyak menghasilkan
pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun
(orang –orang yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari
Afrika Utara),al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan
Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan di jual kepada penguasa Islam
untuk di jadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua
komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap
16
Harun Nasution,op.cit, hlm.82.
10. terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan
ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik Spanyol.17
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat
brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada
abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai di
kembangkan pada abad ke-9 M, selamapemerintahan penguasa Bani
Umayyah yang ke-5, Muhammadibn Abd Al-Rahman (832-889 M).18
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu
Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah.
Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena
keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi
Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut
tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan
filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnyaseorang pengikut
Ariestoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam yaitu Ibn
Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan wafat 1198 M. Ciri khasnya
adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Ariestoteles dan
kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang
keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karya Bidayah al
Mujtahid.
b. Sains
17
Luthfi Abd Al-Badi’,Al-Isla fi Isbaniya, (Kairo:Maktabah Al Nahdhah Al-Mishriyah, 1969), hlm.38.
18
Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), hlm.357.
11. Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, kimia dan lain-lainjuga
berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari
batu.19
Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi.
Ahmad ibn Ibas adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan binti
Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah islam bagian barat
melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228
M) menulis tentang negeri-negeri muslim Medeterania dan Silicia dan Ibn
Bathutah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina.
Ibn Al-Kathib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di
atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.20
Itulah
sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab
Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyadibn Abd Al-
Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang
menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih
lainnya adalah Abu Bakar ibn Al-Quthiyah, Munziribn Sa’id Al-Baluthi, dan
Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai
kecermelangan dengan tokohnya Al- Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.
19
Ahmad Syalabi,op.cit,.hlm.86.
20
Bertold Spuler,op,cit.,hlm.112.
12. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu.21
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintah
Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-
Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka.
Mereka juga banyak yang mahir dalam bahasa Arab, baik ketrampilan
berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn
Malik, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur,
dan Abu Hayyan Al Gharnathi.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat
banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang
pertanian, dibangun irigasi baru yang diperkenalkan kepada masyarakat
Spanyol.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan
irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam)
dibuat untuk konservasi (penyimpanan air) Pengaturan hidrolik itu dibangun
dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan
na’ruah Spanyol:Noria). Di samping itu, orang-orang Islam memperkenalkan
petani padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman. 22
Namun
demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung seperti Pembangunan kota Al-Zahra, Istana
Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Mukmun, masjid Seville,
dan istana Al-Hamra di Granada.
21
Ahmad Syalabi,op.cit.hlm.88.
22
Bertold Spuler,op.cit,.hlm.103.
13. D. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
1. Faktor Eksternal
Kondisi sosial, politik dan ekonomi dalam keadaan tidak stabil.
Secara politik, Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi menjadi beberapa
negara kecil.
Keadaan sosial begitu menyedihkan, bangsa dibagi-bagi atas sistem kelas.
Ekonomi tak stabil dan lumpuh.
2. Faktor Internal
Para pejuang, prajurit dan pemimpin Islam adalah tokoh-tokoh yang kuat, para
tentaranya kompak, bersatu,percaya diri, dan pemberani.
Tentara Islam menunjukkan ajaran Islam : toleransi, persaudaraan dan tolong
– menolong terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka
ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol.
Adanya penguasa yang kuat dan mampu mempersatukan kekuatan umat
Islam, seperti Abd Al Rahman Al Dakhil, Abd Al Rahman Al Wasith dan Abd
Al Rahman Al Nashir.
E. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
1. Konflik Islam dengan Kristen
Penguasa muslim sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari
kerajaan Kristen taklukannya an membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan adat mereka, asal tidak ada perlawanan.23
hal itu yang
menyebabkan rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen menjadi kuat.
Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan
orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara di
23
Armand Abel,op.cit,.hlm.246.
14. Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara
umat islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu
Kalau ditempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam
yang sederajat, di Spanyol, sebagaiman politk yang dijalankan Bani Umayah.
Di Damaskus. Orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang
pribumi, setidaknya sampai abad ke 10 M, Akibatnya kelompok-kelompok
etnis non Arab yang ada sering menggrogoti dan merusak perdamaian. Hal ini
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut.
Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna
persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadikan personifikasi
ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Diparuh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai
membina perekonomian.24
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat
memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Karena tidak adanya kejelasan kepemimpinan, pada masa Periode ke enam.
Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen dan
akhirnya Islam di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan Islam di Spanyol
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan. Dengan demikian tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membentung kebangkitan Kristen di
Spanyol.
24
Ibid.,hlm.251.
15. F. Para Tokoh Ekonomi
Abu Ishaq Al-Syatibi (1388 M)
A. Biografi
Al-Syatibi yang bernama lengkap Abu Ishaq bin Musa bin Muhammad al-
Lakhmi al-Gharnati al-Syatibi merupakan salah seorang cendekiawan muslim yang
belum banyak diketahui latar belakang kehidupannya. Yang jelas, beliau berasal dari
suku Arab Lakhmi. Nama al-Syatibi dinisbatkan ke daerah asal keluarganya, Syatibah
(Xatiba / Jativa) yang terletak di Spanyol bagian timur.25
Al-Syatibi memperoleh seluruh pendidikannya di Granada. Al-Syatibi memulai
aktivitas ilmiahnya dengan belajar dan mendalami bahasa Arab. Selanjutnya ia
belajar dan mendalami hadist, ilmu kalam, falsafah, ushul fiqih, ilmu sastra, ilmu
falaq, mantiq, dan debat. Al-Syatibi lebih tertarik pada ushul fiqih karene menurutnya
metodologi dan falsafah ilmu Islam merupakan faktor yang sangat menentukan
kekuatan dan kelemahan fiqih dalam menanggapi perubahan sosial.26
B. Konsep Maqasid Syari’ah
Secara bahasa, Maqasid Syari’ah terdiri dari dua kata, yakni Maqasid dan al-
syari’ah berarti jalan menuju sumber air, dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah
sumber pokok kehidupan.27
Menurut istilah, al-Syatibi menyatakan “Sesungguhnya
syari’ah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di
akhirat.”28
Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan syari’ah menurut al-
Syatibi adalah kemaslahatan umat manusia. Labih jauh, ia menyatakan bahwa tidak
25
Abdul Aziz Dahlan,Suplemen Ensiklopedi Islam,(jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve,1996), hlm.187.
26
Muhammad Khalid Masud,Filsafat Hukum Islam: Studi tentang hidup Pemikiran al-Syatibi
(Bandung: Penerbit Pustaka,1996), 111.
27
Fazlurrahman,Islam (Bandung: Penerbit Pustaka, 1984), 140.
28
Al-Syatibi,Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah (Kairo: Musthafa Muhammad,t.th), Jilid 2, 347.
16. satu pun hukum yang tidak dapat dilaksanakan.29
Kemaslahatan, dalam hal ini,
diartikannya sebagai segala sesuatu yang menyangkut rezeki manusia, pemenuhan
penghidupan manusia, dan perolehan apa – apa yang dituntut oleh kualitas – kualitas
emosional dan intelektualitasnya, dalam pengertian yang mutlak.30
C. Beberapa Pandangan Al-Syatibi di bidang Ekonomi
Objek Kepemilikan
Pada dasarnya, Al-Syatibi mengakui hak milik individu. Namun ia
menolak kepemilikan individu terhadap sumber daya yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Ia menegaskan bahwa air bukanlah objek kepemilikan dan
penggunaannya tidak bisa dimiliki seorangpun. Dalam hal ini, ia membedakan dua
macam air. Yaitu :
(1) Air yang tidak dapat dijadikan sebagai objek kepemilikan
Contoh : air sungai dan oase
(2) Air yang bisa dijadikan objek kepemilikan
Contoh : air yang dibeli dan air yang termasuk dalam tanah milik individu
Pajak
Dalam pandangan Al-Syatibi, pemungutan pajak harus dilihat dari sudut
pandang maslahah (kepentingan umum). Dengan mengutip pendapat para
pendahulunya, Seperti Al-Ghazali dan Ibnu Al-Farra, Ia menyatakan bahwa
pemeliharaan kepentingan umum secara esensial adalah tanggung jawab masyarakat.
Dalam kondisi tidak mampu melaksanakan tanggung jawab ini, masyarakat bisa
mengalihkannya kepada Baitul Maal serta menyumbangkan sebagian kekayaan
mereka sendiri untuk tujuan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah dapat mengenakan
pajak – pajak baru terhadap masyarakatnya, sekalipun pajak trsebut belum pernah
dikenal dalam sejarah Islam.31
29
Ibid., Jilid 1., 150
30
Ibid., Jilid 2.,25.
31
Ibid., 138-139.