2. IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 42 tahun
Alamat : kondangsari
Pendidikan : SD
Pekerjaan : buruh tani
Agama : Islam
4. Riwayat penyakit sekarang
Os, laki-laki berusia 42 tahun datang ke IGD
RSUD arjawinangun dengan keluhan demam
sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Demam hilang timbul selama kurun waktu 3
bulan. Demam timbul terutama pada siang hari
dan terkadang pada malam hari. Os juga sering
merasa lemas dan mudah lelah sehingga os
tidak dapat bekerja seperti biasanya. Sejak satu
minggu yang lalu demam disertai sakit kepala.
5. − Third Outline Level
Fourth Outline Level
− Fifth Outline Level
− Sixth Outline Level
− Seventh Outline
Level
− Eighth Outline Level
Ninth Outline LevelClick to edit Master
text styles
Click to edit the outline text
format
Second Outline Level
− Third Outline Level
Fourth Outline
Level
− Fifth Outline
Level
− Sixth Outline
Level
− Seventh
Outline Level
− Eighth Outline
Level
Click to edit the outline text
format
Second Outline Level
− Third Outline Level
Fourth Outline
Level
− Fifth Outline
Level
− Sixth Outline
Level
− Seventh
Outline Level
− Eighth Outline
Level
Riwayat penyakit dahulu
Os belum pernah sakit seperti
ini sebelumnya
penyakit jantung disangkal
penyakit paru disangkal
penyakit ginjal disangkal
penyakit liver disangkal
penyakit DM disangkal
penyakit alergi disangkal
penyakit hipertensi disangkal
. Riwayat penyakit
keluarga
Os tidak mengetahui tentang
riwayat penyakit keluarganya
Riwayat pengobatan
pasien baru berobat ke dokter
saat ini
6. STATUS PRESENS
Vital sign
Sensorium : Compos Mentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tensi : 140/90 mmHg
Suhu : 37,5oC
Pulsasi : 88x/menit
Respirasi : 24 x / menit
Tinggi Badan : 163 cm
7. PEMERIKSAAN FISIK
Kulit: pucat, petekia (--), bruise (--)
kepala
Rambut tidak mudah tercabut
Mata: Palpebra edema -/-; Konjungtiva anemis
+/+; Sklera ikterik -/-; Refleks pupil +/+, isokor
Hidung: tidak ada epistaksis
Mulut: tidak ada perdarahan di mukosa dan
gingiva
Leher :
8. PEMERIKSAAN FISIK
Toraks :
Paru-Paru:
I : Dinding dada datar, dalam keadaan
statis kedua hemitoraks terlihat simetris, dalam
keadaan dinamis gerakan pernapasan kedua
hemitoraks terlihat simetris
P : Fremitus taktil dan vokal simetris
P : Sonor seluruh lapang paru
A : Ronkhi --/--, wheezing --/--
9. PEMERIKSAAN FISIK
Toraks
Jantung:
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis tidak teraba
P : Batas kanan jantung pada SIC 5 linea
parasternalis dextra
Batas kiri jantung pada SIC 5 linea
midclavicula sinistra
Batas atas jantung pada SIC 3 linea
10. PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen:
I : Permukaan cembung, tidak simetris, terlihat
bulging di regio abdomen superior sinistra dan
abdomen inferior sinistra, tidak terdapat
kelainan kulit atau pelebaran pembuluh vena
P : Hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae
kesan hepatomegali, lien teraba di schuffner V
kesan splenomegali, Nyeri tekan (--)
P : perkusi redup pada regio abdomen superior
sinistra dan abdomen inferior sinistra, nyeri
11.
Click to edit the outline
text format
Second Outline Level
− Third Outline Level
Fourth Outline
Level
− Fifth Outline
Level
− Sixth Outline
Level
− Seventh
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
JENIS NILAI SATUAN KISARAN NORMAL
Sel darah putih 142 103/μl 4.0 – 10.0
Limfosit 16,9 103/μl 1- 5
Monosit 16,6 103/μl 0,1 – 10
Granulosit 108,5 103/μl 2 – 8
Limfosit % 11,9 % 25 – 50
Monosit % 11,7 % 2 – 10
Granulosit % 76,4 % 50 – 80
Sel darah merah 2,65 106/μl 4 – 6,2
Hemoglobin 8,5 g/dl 11 – 17
Hematokrit 31,7 % 33 – 55
MCV 111,2 µm3 80 – 100
MCH 29,8 Pg 26 – 34
MCHC 26,8 g/dl 31.0 – 35.5
RDW 12,7 % 10 – 16
Trombosit 167 103/μl 150 – 400
MPV 9,8 µm3 7.0 – 11.0
PCT 0,155 % 0.200 – 0.500
RDW 12,8 % 10 – 18.0
LED 110 mm/jam
12. PEMERIKSAAN DARAH TEPI
Eritrosit : Normokrom normositer
• Eritroblast ortokromatik
• Burr cell
• Target cell
• Peer-shaped cell
Leukosit : Jumlah Meningkat
• Promielosit
• Mielosit
• Meta-mielosit
• Stab
Trombosit : Jumlah Menurun
Retikulosit : 9,7%
17. USG ABDOMEN
Click to edit Master
text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
18.
Click to edit the outline
text format
Second Outline Level
− Third Outline Level
Fourth Outline
Level
− Fifth Outline
Level
− Sixth Outline
Level
− Seventh
USG ABDOMEN
Click to edit
Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Kesan :
Hepatosplenomegali non
spesifik, perlu
diwaspadai kemungkinan
adanya hematologic
disorder
19. RESUME
Os, laki-laki berusia 42 tahun datang dengan
keluhan demam(+) sejak satu bulan SMRS,
malaise (+), cephalgia(+), nausea(+), vomitus(+)
Hasil pemeriksaan fisik: Kulit pucat(+), C.A(+/+),
ABD(Hepatosplenomegali), akral pucat(+)
Hasil pemeriksaan penunjang: darah
rutin(Leukositosis(+), Eritropenia(+), Anemia(+),
Trombositopenia(--)); analisa darah tepi(eritrosit
normokrom normositer, leukositosis shift to the
left, jumlah trombosit menurun, jumlah
21. penatalaksanaan
Infus Normal Saline 20 gtt/menit
Cefotaxime 2 x 1 gr i.v
Ranitidine 3 x 1 amp i.v
Dexanta 3 x CI
Transfusi Whole Blood → cek Analisa Darah Tepi
dahulu
Paracetamol 3 x 500 mg
Metoclopramid 3 x 1 gr iv
22. 11-08-2010 S: sakit kepala(+), mual(+), muntah(+)
O:
KU tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
T: 140/80 mmHg; P:96 x/menit; R: 28 x/menit; S: 36,5˚C
Kulit: tampak pucat
Mata: C.A (+/+), S.I (-/-)
Abd: Hepatosplenomegali
A: leukemia mielositik akut dd thalasemia
P: ketorolac 3 x 30 mg
• Infus Normal Saline 20 gtt/menit
• Cefotaxime 2 x 1 gr i.v
• Ranitidine 3 x 1 amp i.v
• Dexanta 3 x CI
• Transfusi Whole Blood → cek Analisa Darah Tepi dahulu
23. 12-08-2010 S: demam (+), sakit kepala(+), mual(+), muntah(+)
O:
KU tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
T: 130/80 mmHg; P: 108 x/menit; R: 32 x/menit; S:38,2˚C
Kulit: tampak pucat
Mata: C.A (+/+), S.I (-/-)
Abd: Hepatosplenomegali
A: leukemia mielositik akut dd thalasemia
P: pemeriksaan Hb elektroforesis
Ketorolac 3 x 30 mg
• Infus Normal Saline 20 gtt/menit
• Cefotaxime 2 x 1 gr i.v
• Ranitidine 3 x 1 amp i.v
• Dexanta 3 x CI
• Transfusi Whole Blood → cek hasil Hb electroforesis
24. 13-08-2010 S: demam(+), sakit kepala(+), mual(+), muntah(+)
O:
KU tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
T: 140/80 mmHg; P: 102 x/menit; R: 36 x/menit; S:38,5˚C
Kulit: tampak pucat
Mata: C.A (+/+), S.I (-/-)
Abd: Hepatosplenomegali
A: leukemia mielositik akut dd thalasemia
P: ketorolac 3 x 30 mg
• Infus Normal Saline 20 gtt/menit
• Cefotaxime 2 x 1 gr i.v
• Ranitidine 3 x 1 amp i.v
• Dexanta 3 x CI
• Transfusi Whole Blood → cek hasil Hb electroforesis
• Paracetamol 3 x 500 mg
• Metoclopramid 3 x 1 gr iv
25. 14-08-2010 S: sakit kepala(+), mual(--), muntah(--)
O:
KU tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
T: 130/80 mmHg; P: 104 x/menit; R: 28 x/menit; S:37,5˚C
Kulit: tampak pucat
Mata: C.A (+/+), S.I (-/-)
Abd: Hepatosplenomegali
A: leukemia mielositik akut dd thalasemia
P: ketorolac 3 x 30 mg
• Infus Normal Saline 20 gtt/menit
• Cefotaxime 2 x 1 gr i.v
• Ranitidine 3 x 1 amp i.v
• Dexanta 3 x CI
• Transfusi Whole Blood → cek hasil Hb electroforesis
• Paracetamol 3 x 500 mg
• Metoclopramid 3 x 1 gr iv
26. 16-08-2010 S: sakit kepala(+), mual(--), muntah(--)
O:
KU tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
T: 130/80 mmHg; P: 96 x/menit; R: 24 x/menit; S:37˚C
Kulit: tampak pucat
Mata: C.A (+/+), S.I (-/-)
Abd: Hepatosplenomegali
A: leukemia mielositik akut
P: ketorolac 3 x 30 mg
• Infus Normal Saline 20 gtt/menit
• Cefotaxime 2 x 1 gr i.v
• Ranitidine 3 x 1 amp i.v
• Dexanta 3 x CI
• Transfusi Whole Blood → cek hasil Hb electroforesis
• Paracetamol 3 x 500 mg
• Metoclopramid 3 x 1 gr iv
28. Leukemia mieloblastik akut
suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan
diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada dewasa
(85%) dari pada anak (15%)
Sesudah usia 30 tahun insidensi LMA meningkat
secara eksponensial sejalan dengan
meningkatnya usia
29. Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
31. Patogenesis
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade
maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi
sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda
(blast)
Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan
menyebabkan gangguan hematopoesis normal
Terjadi sindrom kegagalan sumsum tulang (bone
marrow failure syndrome) yang ditandai dengan
adanya sitopenia (anemia, leukopenia dan
trombositopenia).
32. Tanda dan gejala
Tanda-tanda anemia, pucat, lelah, lemas, lesu,
palpitasi dan dispnea sangat umum dijumpai.
Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus
LMA, sedang 15% pasien mempunyai angka
leukosit yang normal dan sekitar 35% pasien
mengalami netropenia; sel-sel blast dalam
jumlah yang signifikan di darah tepi akan
ditemukan pada 85% kasus LMA. Infeksi bakteri
dan jamur adalah hal umum; Infeksi pyogenic
minor di kulit dapat dijumpai.
33. Tanda dan gejala
Anoreksia dan penurunan berat badan adalah
hal umum; dapat terjadi demam.
Hepatosplenomegali muncul pada 1/3 pasien
Abnormalitas metabolik dapat termasuk
hiponatremia, hipokalemia, peningkatan LDH,
hiperuricemia dan asidosis laktat
Pada jumlah sel blast yang sangat tinggi dapat
terjadi spurious hiperkalemia dan hipoglikemia
38. kemoterapi
regimen kemoterapi untuk pasien LMA terdiri
dari beberapa fase: fase induksi dan fase
konsolidasi
Terapi pada LMA dibedakan menjadi 2 yaitu
terapi untuk LMA pada umumnya dan terapi
khusus untuk leukemia promielositik akut (LPA).
39. Tabel 3.Pilihan Terapi LMA non-LPA
Sitogenetik Awal Kemoterapi Induksi Terapi Post Remisi
Donor HLA sesuai
Terapi Post Remisi
Tidak ada Donor
Favorable Standar 7+3 HDACx 3-4 siklus atau 2-3 siklus
diikuti HSCT otolog
HDACx 3-4 siklus atau 2-3 siklus
diikuti HSCT otolog
Intermediate Standar 7+3 HSCT alogenik sesegera mungkin
atau HDACx 2-4 siklus
HDACx 2-4 siklus + HSCT otolog
Unfavourable Standar 7+3 HSCT alogenik sesegera mungkin HDACx 2-4 siklus ± HSCT otolog
40. Terapi LMA non-LPA
Terapi standar 7+3 adalah kemoterapi induksi
dengan regimen sitarabin dan daunorubisin
protocol sitarabin 100 mg/m2 diberikan secara
infusive kontinyu selama 7 hari dan daunorubisin
45-60 mg/m2/hari iv selama 3 hari
Pilihan untuk terapi post remisi dapat berupa
kemoterapi konsolidasi, transplantasi sel stem
hematopoetik (hematopoetic stem cell
transplantation/HSCT) otology, atau HSCY
alogenik
41. Terapi Leukemia Promielositik Akut
Terapi induksi LPA terdiri atas kombinasi ATRA
plus kemoterapi berbasi antrasiklin
ATRA 45 mg/m2/hari per oral dalam 2 dosis
daunorubisin 50-60 mg/m2 selama 3 hari
Terapi konsolidasi dengan kemoterapi berbasis
antrasiklin dan terapi pemeliharaan dengan
menggunakan ATRA
arsenic trioxide (ATO) diberikan pada pasien yang
relaps atau resisten terhadap ATRA
42. Transplantasi sumsum tulang
Pada transplantasi sumsum tulang kita
memindahkan sel-sel hemopoetik pluripoten dari
donor kepada resipien yang memerlukannya
Sumsum tulang yang digunakan dapat
merupakan sumsum tulang autolog, singenik,
atau alogenik
(sumsum tulang donor) mengandung sel T
imunokompeten yang dapat bereaksi dengan
antigen resipien dan menyebabkan reaksi graft
versus host
43. GvHD dapat dikurangi dengan pemberian obat-
obat imunosupresif pasca transplantasi atau
memberikan antibodi monoklonal terhadap
CD4+ atau dikombinasi dengan antibodi
terhadap CD8+.
Paduan obat imunosupresif yang sering
digunakan untuk transplantasi berbagai organ
(ginjal, sumsum tulang, hati, jantung dan
pankreas) menggunakan siklosporin dan
prednison
44. Terapi suportif
Penatalaksanan infeksi
Infeksi Oleh Bakteri Gram Negatif
kombinasi obat beta-laktam dengan
aminoglikosid
Infeksi Oleh Bakteri Gram Positif
vankomisin dan teikoplanin untuk infeksi
S.epidermidis
Infeksi Jamur
amfoterisin B