SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 15
PENDAHULUAN 
A.Pengertian Sumber Hukum Kepegawaian 
Bila mengkaji sumber hukum kepagawaian, maka tidak bisa terlepas dari teori-teori tentang 
sumber hukum dan pendapat para ahli berkaitan dengan teori suber hukum secara umum. 
Maka jelas bahwa sumber hukum kepegawaian bisa kita temukan dari peraturan perundang-undangan 
yang merupakan konsekuensi dari civil law siystem yang dianut oleh Indonesia 
yang menempatkan undang-undang pada kedudukan yang penting. Sistem civil law 
mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada presiden 
sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sitem peradilan yang 
bersifat inkuisitorial. Yang dimaksud pengadilan bersifat inkuisitorial adalah dimana hakim 
mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutus perkara; hakim aktif 
dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut Sastra Jatmika dan 
Marsono sumber hukum kepegawaian adalah: 
1. Traktat (di Indonesia tidak dikenal) 
2. Kebiasaan 
3. Peraturan perundang-undangan (UU No.10 Tahun 2004) 
Sedangkan menurut Sudibyo Triadmojo sumber hukum kepegwaian meliputi: 
1. Sumber hukum Materiil (Pancasila) 
2. Sumber hukum Formil (Peraturan perundang-undangan) 
Pengertian Pegawai Negeri 
Menurut UU No. 43 tahun 1999, Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara 
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang 
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya 
dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil 
bertugas menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. 
Pegawai negeri adalah pekerja di sektor publik yang bekerja untuk pemerintah suatu negara. 
Pekerja di badan publik non-departemen kadang juga dikategorikan sebagai pegawai negeri. 
II. Kewajiban Pegawai Negeri 
Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap 
PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban 
PNS tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 
1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan 
2. Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing PNS. 
3. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada umumnya;
Kewajiban ini terkait dengan kedudukan PNS sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan 
abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut: 
a. Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.8 tahun 1974; 
b. Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai; 
c. Kewajiban menurut Peraturan Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS; 
d. Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk kerja; 
e. Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia; 
f. Kewajiban mentaati ketentuan tentang pola hidup sederhana dan larangan penerimaan 
pemberian hadiah; 
g. Kewajiban sebagai anggota KORPRI; 
h. Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-usaha/kegiatan-kegiatan 
yang wajib mendapat ijin; 
i. Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana; 
j. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi; 
k. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi; 
l. Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai polotik; 
3. Kewajiban PNS yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan tidak 
berhubungan dengan kedudukan sebagai PNS pada umumnya. 
Kewajiban ini terkait dengan pasal 5, 28 dan 29 UU No.8 tahun 1974. 
III. Hak Kewajiban Pegawai Negeri 
Hak-hak Kewajiban Pegawai Negeri adalah sesuatu yang diterima oleh Kewajiban Pegawai 
Negeri dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain: 
1. Gaji; 
a. Gaji PNS; 
b. Perhitungan masa kerja; 
c. Kenaikan gaji pokok; 
d. Tunjangan. 
2. Kenaikan Pangkat; 
3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan; 
4. Cuti; 
5. Tunjangan cacat dan uang duka; 
6. Kesejahteraan;
7. Pensiun. 
IV. Tanggung Jawab Pegawai Negeri 
Menurut Siti Soetami Ada tiga Pertanggungjawaban: 
a. Pertanggungan Jawab Kepidanaan 
b. Pertanggungan Jawab Keuangan Perdata 
c. Pertanggungan Jawab Disipliner Atau administratif 
V. Jenis-Jenis Hukuman: 
Jenis Hukuman Disiplin Ringan Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Huruf A Terdiri Dari: 
A. Teguran secara lisan 
B. Tegran tertulis 
C. pernyataan secara tertulis 
(3) Jenis Hukuman Disiplin Sedang Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Huruf B Terdiri 
Dari: 
A.Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun; 
B.Penundaan Kenaikan Pangkat Selama 1 (Satu) Tahun; Dan 
C.Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah Selama 1 (Satu) Tahun. 
(4) Jenis Hukuman Disiplin Berat Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Huruf C Terdiri 
Dari: 
A. Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah Selama 3 (tiga) tahun 
B. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah 
C. Pembebasan dari jabatan 
D. Pemberhentian Dengan Hormat Tidak Atas Permintaan Sendiri Sebagai PNS 
E. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS 
VI. Pemberhentian Pegawai Negeri 
Pemberhentian Pegawai negeri Disebabkan: 
a. Meninggal Dunia 
b. Atas Permintaan sendiri. 
Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan berhenti, dapat 
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Permintaan berhenti tersebut 
dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas yang mendesak. 
Permintaan berhenti dapat ditolak apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih 
terikat dalam keharusan bekerja pada Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan 
yang berlaku, atau masih ada sesuatu hal yang harus dipertanggungjawabkan. 
c. Mencapai Batas Usia Pensiun 
Batas Usia Pensiun (BUP) Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada dasarnya telah diatur dalam 
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS, yaitu 56 
(lima puluh enam) tahun. Dan PP Nomor 32 Tahun 1979 ini telah dua kali mengalami 
perubahan yaitu dengan PP Nomor 1 Tahun 1994 dan PP Nomor 65 Tahun 2008. 
Perpanjangan usia pensiunan sendiri terbagi menjadi tiga bagian yakni:
1. Perpanjangan batas usia pensiun sampai 65 tahun untuk PNS yang memangku jabatan 
peneliti madya dan peneliti utama dengan tugasnya secara penuh di bidang penelitian atau 
jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden. Kemudian perpanjangan batas usia pensiun bagi 
PNS yang memangku jahatan struktural Eselon I tertentu pada saat sampai dengan 62 (enam 
puluh dua) tahun, memperhatikan dengan tegas persyaratan sebagai berikut : 
- Memiliki keahlian dan pengalaman yang sangat dibutuhkan organisasi; 
- Memiliki kinerja yang baik; 
- Memiliki moral dan integritas yang baik dan; 
-Sehat jasmanl dan rohani yang dibuktikan oleh keterangan dokter. 
-Ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/lembaga setelah mendapat 
pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Jabatan 
Struktural Eselon 1. 
2. Usia pensiun sampai 60 tahun untuk PNS yang memangku golongan struktural eselon I dan 
II serta jabatan dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri 
dan jabatan pengawas sekolah menengah atas atau jabatan lain yang ditentukan oleh 
Presiden. 
3. Usia pensiun 58 tahun untuk PNS yang menjadi hakim pada Mahkamah Pelayaran dan 
jabatan lain yang ditentukan Presiden. 
Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 1979, BUP dapat diperpanjang bagi PNS yang 
memangku jabatan tertentu. Jabatan-jabatan tertentu yang diduduki PNS yang dapat 
diperpanjang BUP-nya ada yang diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979 dan ada diatur 
dalam Keputusan Presiden / Peraturan Presiden. 
Perpanjangan BUP bagi PNS yang telah diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979, antara lain : 
4. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku jabatan Ahli Peneliti dan Peneliti; 
5. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang memangku jabatan : Pimpinan Lembaga Pemerintah 
Non Departemen, Pejabat Struktural Eselon I, Pejabat Struktural Eselon II, Dokter yang 
ditugaskan secara penuh pada Lembaga Kedokteran Negeri sesuai profesinya. 
Perpanjangan BUP bagi PNS yang telah diatur dalam Keputusan Presiden / Peraturan 
Presiden, antara lain : 
6. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional Pustakawan 
Utama; Widyaiswara Utama; Pranata Nuklir Utama; Pengawas Radiasi Utama; 
7. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak 
(jenjang tertentu); Penilai Pajak Bumi dan Bangunan (jenjang tertentu);Penyuluh Pertanian 
(jenjang tertentu); Sandiman (jenjang tertentu); Penyelidik Bumi Utama dan Madya.
Selain diatur dalam PP dan Keputusan Presiden / Peraturan Presiden, juga terdapat 
pengaturan BUP PNS yang diatur dalam Undang-Undang, antara lain : 
8. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan : 
Dosen, sedangkan bagi Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang sampai dengan 70 
(tujuh puluh) tahun (UU Nomor 14 Tahun 2005); 
Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Banding di lingkungan Peradilan Umum,PTUN, 
dan Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3 Tahun 
2006). 
9. 62 (enam puluhdua) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan : 
Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Pertama di lingkungan Peradilan Umum,PTUN, dan 
Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3Tahun2006); 
Jaksa(UU Nomor 16 Tahun 2004). 
10. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Guru (UU Nomor 14 Tahun 2005) 
Dengan PP Nomor 65 Tahun 2008, maka bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon 
I tertentu, BUP dapat diperpanjang sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun. Adapun 
perpanjangan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan persyaratan sebagaimana yang 
telah di sebutkan di atas. Dan Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun 
ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/Lembaga setelah 
mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan, dan 
Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon I. 
Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun dilakukan secara selektif bagi 
PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I yang sangat strategis. Dengan demikian, 
tidak semua PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dapat diperpanjang BUP-nya 
sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun. 
d. Adanya Penyederhanaan Organisasi 
Perubahan satuan organisasi negara adakalanya mengakibatkan kelebihan pegawai. Apabila 
terjadi hal yang sedemikian maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu disalurkan pada 
satuan organisasi negara lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak mungkin dilaksanakan, 
maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai 
Negeri Sipil atau dari jabatan negeri dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan 
peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
e. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Dan Rohani Berdasarkan peraturan undang-undangan 
yang berlakuyang dinyatakan dengan surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan 
dinyatakan: 
1. Tidak dapat berkerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatannya. 
2. Menderita penyakit atau kelainan yan berbahaya bagi diri sendiri atau lingkungan kerjanya. 
Pegawai Negeri Sipil Dapat Diberhentikan Dengan Hormat Atau Tidak Hormat karena :
a. Melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji Jabatan Selain 
Pelanggaran sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia 
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; atau 
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai 
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman 
hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun. 
Pegawai Negeri Sipil Dapat Diberhentikan Dengan Hormat Tidak Atas Permintaan Sendiri 
Atau Tidak Dengan Hormat karena : 
1. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum 
yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya 4 tahun 
atau lebih; atau 
2. Melakukan pelanggaran disiplin tingkat berat 
Pegawai Negeri Sipil Diberhentikan Tidak Dengan Hormat karena : 
1. Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia 
kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah; 
2. Melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara, Pancasila, Undang-Undang Dasar 
1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan Pemerintah; atau 
3. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai 
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak 
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan. 
B.Sejarah Birokrasi dan PNS 
Pada tanggal 30 Mei1948 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1948 pemerintah 
RI yang berkedudukan di Jogjakarta baru mendirikan Kantor Urusan Pegawai (KUP) 
sedangkan pemerintahan RIS yang berkedudukan di Jakarta untuk masalah kepegawaian 
dibentuk melalui Keputusan Letnan Gubernur Jenderal di Hindia Belanda Nomor 10 tanggal 
20 Februari1946 dengan nama Kantor Urusan Umum Pegawai (KUUP) yang berada di 
bawah departemen urusan sosial namun dengan Keputusan Letnan Gubernur Jenderal di 
Hindia Belanda Nomor 13 Tahun 1948 membatalkan keputusan terdahulu dan membentuk 
Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) yang langsung dibawah Gubernur Jenderal, antara 
Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) masing-masing 
melaksanakan kegiatannya sendiri-sendiri hingga terdapat dualisme dalam birokrasi 
di Indonesia, kemudian karena adanya pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 
Desember 1949 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 dibentuklah Kantor 
Urusan Pegawai (KUP) guna menyatukan Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan Djawatan 
Urusan Umum Pegawai (DUUP) dan berada di bawah dan bertanggugjawab kepada perdana 
menteri akan tetapi karena suasana perpolitikan saat itu, Kantor Urusan Pegawai (KUP) yang 
akan menata birokrasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disusul pada tanggal 17 
Agustus1950, terjadi pergantian konstitusi RIS berubah menjadi UUDS 1950 yang berakibat
terjadinya perubahan bentuk negara kembali ke negara kesatuan. 
Tahun 1953T.R. Smith membantu menyusun laporan untuk Biro Perancang Negara berjudul 
Public Administration Training, setahun kemudian dua orang profesor dari Cornell 
University, School of Business and Public AdministrationAmerika yang diundang ke 
Indonesia yaitu Edward H. Lichtfeld dan Alan C. Rankin yang berhasil menyusun laporan 
rekomendasi yang berjudul Training for Administration in Indonesia. Pada masa kabinet Ali 
Sastroamidjojo II (20 Maret1956 – 9 April1957) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 
Tahun 1957 dibentuk Panitia Negara untuk menyelidiki Organisasi Kementerian-kementerian 
atau Panitia Organisasi Kementerian (PANOK) sebagai pengganti Kantor Urusan Pegawai 
(KUP) serta ikut dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang bertugas 
menyempurnakan administratur negara atau birokrasi keduanya berada di bawah dan 
bertanggung jawab kepada perdana menteri. Pada tanggal 5 Juli1959, dikeluarkan dekrit 
presiden yang menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan presiden melalui Peraturan 
Presiden Nomor 2 Tahun 1959 melarang PNS golongan F menjadi anggota dari partai politik 
selanjutnya pada tahun 1961 dikeluarkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang 
Ketentuan Pokok Kepegawaian dan dibentuk Badan Administrasi Kepegawaian Negara 
(BAKN) diikuti dengan lembaga baru bernama Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN) 
yang menghasilkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1962 tentang pokok-pokok organisasi 
aparatur pemerintah negara tingkat tertinggi, dua tahun kemudian dikeluarkan Keppres 
Nomor 98 Tahun 1964 dibentuk Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi 
(KONTRAR) merupakan kelanjutan dari Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN), 
retooling atau “pembersihan” dalam dua kepanitian terakhir ini lebih bernuansa politis 
dengan penyingkiran birokrat yang tak sehaluan dengan partai yang sedang memerintah (the 
ruling party) atau yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan pemerintahan republik. 
Dalam perkembangannya pengorganisasian birokrasi mulai diwarnai dengan ketidakpastian 
akibat peranan partai-partai politik yang saling bersaing dengan sangat dominan, partai-partai 
politik mulai melakukan building block kekuasaan melalui pos-pos kementerian strategis di 
jajaran pemerintahan sebagai sumber daya kelangsungan partai politik yang bersangkutan, 
program rekrutmen birokrasi ikut mengalami spoil system yang merajalela mulai dari 
pengangkatan, penempatan, promosi dan instrumen kepegawaian lainnya tidak didasarkan 
kriteria penilaian melainkan berdasarkan pertimbangan politik, golongan serta unsur-unsur 
lainnya diluar tugas birokrasi. Pada tahun 1966 awal pemerintahan Suharto bedasarkan 
Ketetapan MPRS Nomor XIII/MPRS/1966 tentang Kabinet Ampera ditunjuk selaku presiden 
dan ketua presidium Kabinet Ampera melalui Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 
266 Tahun 1967 kembali membentuk panitia pengorganisasian birokrasi sebagai pembantu 
presidium yang kemudian dikenal dengan nama Tim Pembantu Presiden untuk Penertiban 
Aparatur dan Administrasi Pemerintah atau disingkat menjadi Tim PAAP yang 
beranggotakan sebelas orang dengan Menteri Tenaga Kerja selaku ketua didampingi oleh 
direktur LANsebagai sebagai sekretaris serta dibantu oleh lima orang penasehat ahli yang 
mengusulkan unit kerja baru bernama Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal dan 
Inspektorat tercermin dalam Keputusan Presidium Kabinet Nomor 75/U/KEP/11/1966 serta 
dalam pengorganisasian kembali birokrasi pada kementerian negara melalui Keputusan 
Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1966 dilakukan pengubahan penggolongan PNS dari 
golongan A sampai dengan F menjadi golongan I sampai dengan IV.
Selanjutnya pada tahun 1968 kembali dibentuk Panitia Koordinasi Efisiensi Aparatur 
Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintah yang disebut pula sebagai Proyek 13 disusul 
dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1968 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan 
Presiden Nomor 199 Tahun 1968, Proyek 13 ini kemudian berganti nama menjadi Sektor 
Penyempurnaan dan Penertiban Administrasi Negara yang lebih dikenal dengan nama Sektor 
P’ dengan anggota terdiri dari Lembaga Administrasi Negara (LAN), Badan Administrasi 
Kepegawaian Negara (BAKN), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 
Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, Departemen Tenaga Kerja, serta Departemen 
Transmigrasi dan Koperasi. yang diketuai oleh Awaloeddin Djamin yang menjabat sebagai 
Menteri Tenaga Kerja dengan tugas agar dapat menyempurnakan administrasi pemerintahan. 
Ketika Suharto pertama kali membentuk Kabinet Pembangunan I dengan Keputusan Presiden 
Nomor 19 Tahun 1968, dibentuk kementerian nomenklatur baru yaitu Kementerian Negara 
Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara bertugas antara lain melanjutkan 
pembersihan birokrasi dari unsur-unsur apa yang disebut dengan berpolitik kepartaian lalu 
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971 pada tanggal 29 Nopember 1971 
didirikan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) sebagai organisasi wadah tunggal 
bagi seluruh pegawai pemerintahan Indonesia dan dalam perkembangan selanjutnya Tim 
PAAP dan Proyek 13 akhirnya dilebur kedalam Kementerian Negara Penyempurnaan dan 
Pembersihan Aparatur Negara sedangkan Sektor Aparatur Pemerintah (Sektor P) tetap dan 
berfungsi meliputi penyusunan kebijaksanaan, perencanaan, pembuatan program, koordinasi, 
pengendalian, dan penelitian dalam rangka menyempurnakan dan membersihkan aparatur 
negara dan Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara yang 
dipimpin oleh seorangan menteri merangkap menjadi anggota Sektor N (Penelitian dan 
Pengembangan) dan Sektor Q (Keamanan dan Ketertiban) dan dengan Keppres Nomor 45/M 
Tahun 1983Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara diubah 
kembali menjadi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yang secara langsung 
menteri pada kementerian tersebut merangkap sebagai pula Ketua Bappenas. Tahun 1995 
melalui Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995 pemerintah 
mencanangkan dimulai diterapkan lima hari kerja yaitu hari kerja mulai hari Senin sampai 
dengan hari Jumat yang berlaku secara efektif sejak tanggal 1 Oktober 1995 sebagai akibat 
dari sistem pembinaan Karier PNS, pertumbuhan nol pegawai negeri sipil (PNS) (Zero)serta 
pengabungan organisas 
Setelah tahun 1998 yang dikenal sebagai gerakan reformasi maka melalui Peraturan 
Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 mengenai keberadaan pegawai negeri sipil (PNS) sebagai 
anggota partai politik lalu diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 yang 
membuat pegawai negeri sipil (PNS) kembali tertutup dari kemungkinan untuk ikut berkiprah 
sebagai keanggotaan dalam partai politik apapun. Peran PNS dari Berbagai Aspek Pada 
dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai tiga peran yang serupa. 
Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah. 
Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan. Kedua, melakukan fungsi 
manajemen pelayanan publik. Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah 
seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama 
otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga desentralisasi 
dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada
daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, 
PNS harus mampu mengelola pemerintahan. Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan 
fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan 
dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan 
tujuan kebijakan tersebut. Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus 
dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada 
pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan 
saat ini. Dalam masa mendatang manajemen kepegawaian akan dihadapkan pada berbagai 
tantangan yang tidak ringan. Pertama, sejauh mana sistem kepegawaian mampu bertahan dari 
tekanan politik. Dalam sistem multipartai yang meyebabkan pemimpin institusi pemerintah, 
baik di pusat maupun di daerah, berasal dari partai-partai politik, mampukah PNS bersikap 
netral? Artinya jenjang karier dari PNS telah tersusun rapih, sehingga tidak ada jabatan karier 
yang akan diisi oleh personil dari suatu partai atau golongan tertentu saja. Kedua, sejauh 
mana sistem kepegawaian mampu menterjemahkan setiap peraturan perundangan yang 
dikeluarkan pemerintah tanpa meninggalkan azas netralitas dan peran sebagai perekat 
kesatuan dan persatuan. Dalam hal ini, profesionalitas dan integritas dalam diri setiap PNS 
dipertaruhkan. Untuk itu perlu dijaga tingkat kesejahteraan dan stabilitas dari PNS beserta 
keluarganya. Ketiga, sejauh mana “budaya kepegawaian” dapat ditumbuhkan. Artinya ada 
rasa kebanggaan menjadi PNS. Ini sangat berhubungan dengan tantangan pertama dan kedua. 
Sampai dimana netralitas dan profesionalitas PNS masih dapat diharapakan. Justru untuk 
mempertahankan kedua sifat tersebut, pengaturan kepegawaian yang terpusat masih 
diperlukan. Keempat, sejauh mana manajemen kepegawaian mampu mengikuti 
perkembangan teknologi informasi. 
Masalah Kepegawaian 
Moratorium (Belanja) Pegawai 
Tepat tanggal 1 September 2011, kebijakan moratorium pegawai negeri sipil resmi 
diberlakukan selama 16 bulan.Kebijakan yang berlaku sampai 31 Desember 2012 ini 
ditetapkan melalui surat keputusan bersama yang ditandatangani Menteri Keuangan, Menteri 
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Menteri Dalam 
Negeri.Awalnya kebijakan dilontarkan oleh Menkeu, yang mengeluhkan semakin tingginya 
beban belanja negara untuk membiayai pegawai di tingkat pusat dan daerah. Tim reformasi 
birokrasi kemudian menawarkan moratorium pengangkatan PNS. Padahal, beberapa’ bulan 
lalu, Menkeu yang paling ngotot mengusulkan kenaikan gaji pejabat setelah Presiden 
Beban belanja pegawai pada APBN memang semakin berat. Pada RAPBN 2012, belanja 
pegawai menjadi alokasi belanja tertinggi Rp 215,7 triliun, mengalahkan belanja subsidi yang 
selama ini mendominasi.Potret yang sama terjadi di daerah. Analisis Fitra pada APBD 2011, 
terdapat 124 daerah yang beban belanja pegawainya melebihi 60 persen dan 16 daerah 
diantaranya mencapai 70 persen. Analisis Kementerian Keuangan juga menunjukkan, belanja
pegawai terbesar di Kabupaten Demak yang mencapai 89 persen.Bom waktu belanja pegawai 
tidak terlepas dari kebijakan kepegawaian yang tidak memperhatikan implikasinya terhadap 
anggaran negara. Selain perekrutan pegawai baru, kebijakan seperti pemberian gaji ke-13, 
kenaikan gaji pokok 5-20 persen sejak tahun 2006, serta kenaikan berbagai tunjangan dan 
pemberian tambahan uang makan tidak hanya menambah beban belanja gaji pokok APBN 
juga harus menanggung beban pembayaran pensiun yang sebelumnya sharing pembiayaan 
dengan Taspen. Pembayaran pensiun sejak tahun 2009 menjadi beban penuh APBN (Nota 
Keuangan RAPBN 2012, IV-80).Kebijakan pemberian remunerasi sebagai salah satu agenda 
reformasi birokrasi, mulai tahun 2007 pada tiga kementerian/lembaga dan terakhir pada tahun 
2011 pada 14 kementerian/lembaga, juga menambah beban belanja pegawai. Tahun 2010 
dialokasikan Rp 13,4 triliun untuk remunerasi. Begitu pula dengan semakin menjamurnya 
lembaga non-struktural (LNS). Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 
2007, tercatat terdapat 76 LNS dengan memakan beban belanja pegawai Rp 483,3 miliar. 
Kemudian membengkak menjadi 101 LNS dengan belanja pegawai Rp 1,87 triliun pada 
tahun 2010. Dana alokasi umum Buruknya potret anggaran daerah juga tidak terlepas dari 
kebijakan anggaran dan kepegawaian yang tidak selaras di tingkat pusat. Sumber pendapatan 
daerah 80 persen tergantung dari dana perimbangan. Di sisi lain, 68 persen belanja transfer 
yang dialokasikan ke daerah sebagian besar diperuntukkan belanja pegawai, seperti dana 
alokasi umum (DAU) dan tambahan tunjangan guru. Dengan demikian, tidak ada insentif 
bagi daerah yang merampingkan birokrasi atau meningkatkan pendapatannya.Kebijakan 
DAU ini juga tidak memberikan disinsentif bagi laju pemekaran daerah. Daerah baru 
memerlukan pegawai baru sehingga DAU yang menjadi tumpuan biaya. akibat pemekaran, 
penerimaan DAU berkurang dari Rp 358 miliar tahun 2008 menjadi Rp 351,7 miliar tahun 
2009 (Nota Keuangan 2011). Sebagai arena zero sum game, belanja pegawai yang 
membengkak di daerah otomatis mengorbankan alokasi belanja lain seperti belanja modal. 
Semakin mahalnya “ongkos tukang” di daerah juga disebabkan tidak jelasnya pengaturan 
mengenai tambahan tunjangan pegawai daerah. DKI Jakarta sebagai daerah kaya 
memberikan tambahan tunjangan pegawai setingkat staf sebesar Rp 2,9 juta Rp 4,7 juta dan 
pejabat eselon I sebesar Rp 50 juta.Kebijakan moratorium saja tidak cukup sepanjang 
kebijakan reformasi birokrasi masih bersifat parsial dan sebatas “kosmetik politik”. Buktinya, 
meskipun ke¬bijakan moratorium PNS diberlakukan, belanja pegawai pada RAPBN 2012 
justru meningkat paling tinggi sebesar Rp 32,8 triliun. Di dalamnya juga dialokasikan gaji 
bagi tambahan pegawai baru (Nota Keuangan RAPBN 2012 IV-205). Moratorium juga tidak 
akan signifikan mengurangi beban be¬lanja pegawai. Dari kajian Fitra, rata-rata kenaikan 
jumlah pegawai dalam lima tahun terakhir adalah 2 persen, sementara kenaikan belanja 
pegawai jauh lebih signifikan, yakni 20 persen. Artinya, beratnya belanja pegawai lebih
disebabkan oleh semakin meningkatnya ongkos pegawai dibandingkan dengan per-tumbuhan 
jumlah pegawai.Kebijakan moratorium PNS dan beratnya beban belanja pega-wai merupakan 
penanda kegagalan desain reformasi birokrasi karena tidak mempertimbangkan 
konsekuensinya terhadap beban anggaran. Kebijakan yang masih bersifat ego sektoral 
berimplikasi terhadap kepegawaian dan beban anggaran. Struktur birokrasi yang semakin 
gemuk, dengan menjamurnya LNS, dan belanja birokrasi yang semakin boros dengan 
tambahan remunerasi dan tunjangan justru bertentangan dengan semangat reformasi 
birokrasi.Perbaikan penghasilan dan pemberian remunerasi seharusnya diikuti dengan 
peningkatan produktivitas pegawai. Sementara pegawai yang tidak produktif dan tidak 
kompeten akibat perekrutan yang masih sarat KKN serta pejabat yang memiliki harta tidak 
wajar harus dipangkas. Dengan demikian, hasil pemangkasan dapat dikonversi untuk 
menutupi tambahan penghasilan serta dapat menghasilkan birokrasi yang ramping dan efisien 
dari sisi biaya.Moratorium bukanlah kebijakan utama reformasi birokrasi. Moratorium harus 
dipandang sebagai pintu masuk untuk membenahi desain reformasi birokrasi. Selama 
moratorium dilakukan, harus disertai dengan ke¬bijakan dari sektor lain yang terintegrasi dan 
sejalan, seperti pembenahan LNS, perampingan pegawai tidak produktif, rasio pe¬gawai, 
indikator kinerja pegawai, standar pelayanan, perbaikan skema dana perimbangan, dan 
pemekaran daerah.Kebijakan moratorium saja justru akan menghadapkan negara ini pada 
“bom waktu” belanja pegawai, yang semakin mempersempit ruang fiskal untuk membiayai 
pembangunan.
KESIMPULAN 
Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat 
yang ditentukan,diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu 
jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan 
perundang- undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil bertugas menjamin 
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. 
Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap 
PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban 
PNS tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 
1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan. Kewajiban ini terkait 
dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing PNS. 
2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada umumnya.
Referensi 
Perpustakaan 
Judul, Hukum Kepegawaian Di Indonesia. Pengarang, Sast ra Djatmika, sh , Drs. Marsono. 
Judul,Hukum Kepegawaian. Pengarang,Dra.Wiwik Wdayati. 
DAFTAR PUSTAKA 
Djatmika,sastra.S.H.2007.Hukum kepegawaian Di Indonesia.Jakarta:Djambatan1960 
Wdayayati,Wiwik.Dra.Hukum Kepagawaian 
http:// Warunghukum.blogspot.com/2011/01/sumber-sumber hukum kepegawaian SKH 
Kompas hal.7, 7 September 2011
TUGAS 
PENGANTAR 
HUKUM 
INDONESIA 
MENGENAL HUKUM KEPEGAWAIAN 
Nama: 
Hendri tovan 
(20110610202) 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR 
Assalamu’alaikum Wr. Wb. 
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya 
sehingga Iman dan Islam tetap terjaga. 
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin, 
dan tabiut yang senantiasa istiqomah di jalanNya. Berkah dan Rahmat Allah serta 
pertolongan-Nyalah sehinnga penulis dapat menyelesaika tugas ini. 
“ MENGENAL HUKUM KEPEGAWAIAN” 
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, 
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar dalam penyusunan laporan selanjutnya 
dapat lebih baik. 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
Adinda siti Hapsoh
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
Nuelimmanuel22
 

Mais procurados (20)

Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2
 
Penelitian hukum (mph)
Penelitian hukum (mph)Penelitian hukum (mph)
Penelitian hukum (mph)
 
Hukum Kepagawaian - Definisi dan Ruang Lingkup (Idik Saeful Bahri)
Hukum Kepagawaian - Definisi dan Ruang Lingkup (Idik Saeful Bahri)Hukum Kepagawaian - Definisi dan Ruang Lingkup (Idik Saeful Bahri)
Hukum Kepagawaian - Definisi dan Ruang Lingkup (Idik Saeful Bahri)
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
 
Perbandingan UU Pemda
Perbandingan UU PemdaPerbandingan UU Pemda
Perbandingan UU Pemda
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan
 
Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Hukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah DaerahHukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah Daerah
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empirisPerbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 

Semelhante a Pengertian sumber hukum kepegawaian

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
BBPP_Batu
 
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangPP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
MuhammadNorman9
 
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawaiMSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
Herlambang Bagus
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Ahmad Solihin
 
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
Winarto Winartoap
 

Semelhante a Pengertian sumber hukum kepegawaian (20)

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
 
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
 
Devi makalah
Devi makalahDevi makalah
Devi makalah
 
Murad65
Murad65Murad65
Murad65
 
5. juklak pensiun
5. juklak pensiun5. juklak pensiun
5. juklak pensiun
 
Disiplin PNS
Disiplin PNSDisiplin PNS
Disiplin PNS
 
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangPP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
 
Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawaiPemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawai
 
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdfperka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
 
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
 
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdfPERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
 
Materi smt2 adm.kepegwn
Materi smt2 adm.kepegwnMateri smt2 adm.kepegwn
Materi smt2 adm.kepegwn
 
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaianUU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
 
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawaiMSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
 
1-SOSIALISASI PP-53 BKD.pptx
1-SOSIALISASI PP-53 BKD.pptx1-SOSIALISASI PP-53 BKD.pptx
1-SOSIALISASI PP-53 BKD.pptx
 
3. pp nomor 53 tahun 2010
3. pp nomor 53 tahun 20103. pp nomor 53 tahun 2010
3. pp nomor 53 tahun 2010
 
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
 
Hak dan kewajiban pns
Hak dan kewajiban pnsHak dan kewajiban pns
Hak dan kewajiban pns
 
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
 

Último

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Último (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Pengertian sumber hukum kepegawaian

  • 1. PENDAHULUAN A.Pengertian Sumber Hukum Kepegawaian Bila mengkaji sumber hukum kepagawaian, maka tidak bisa terlepas dari teori-teori tentang sumber hukum dan pendapat para ahli berkaitan dengan teori suber hukum secara umum. Maka jelas bahwa sumber hukum kepegawaian bisa kita temukan dari peraturan perundang-undangan yang merupakan konsekuensi dari civil law siystem yang dianut oleh Indonesia yang menempatkan undang-undang pada kedudukan yang penting. Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada presiden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sitem peradilan yang bersifat inkuisitorial. Yang dimaksud pengadilan bersifat inkuisitorial adalah dimana hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutus perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut Sastra Jatmika dan Marsono sumber hukum kepegawaian adalah: 1. Traktat (di Indonesia tidak dikenal) 2. Kebiasaan 3. Peraturan perundang-undangan (UU No.10 Tahun 2004) Sedangkan menurut Sudibyo Triadmojo sumber hukum kepegwaian meliputi: 1. Sumber hukum Materiil (Pancasila) 2. Sumber hukum Formil (Peraturan perundang-undangan) Pengertian Pegawai Negeri Menurut UU No. 43 tahun 1999, Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil bertugas menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. Pegawai negeri adalah pekerja di sektor publik yang bekerja untuk pemerintah suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen kadang juga dikategorikan sebagai pegawai negeri. II. Kewajiban Pegawai Negeri Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban PNS tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan 2. Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing PNS. 3. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada umumnya;
  • 2. Kewajiban ini terkait dengan kedudukan PNS sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut: a. Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.8 tahun 1974; b. Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai; c. Kewajiban menurut Peraturan Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS; d. Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk kerja; e. Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia; f. Kewajiban mentaati ketentuan tentang pola hidup sederhana dan larangan penerimaan pemberian hadiah; g. Kewajiban sebagai anggota KORPRI; h. Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-usaha/kegiatan-kegiatan yang wajib mendapat ijin; i. Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana; j. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi; k. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi; l. Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai polotik; 3. Kewajiban PNS yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan tidak berhubungan dengan kedudukan sebagai PNS pada umumnya. Kewajiban ini terkait dengan pasal 5, 28 dan 29 UU No.8 tahun 1974. III. Hak Kewajiban Pegawai Negeri Hak-hak Kewajiban Pegawai Negeri adalah sesuatu yang diterima oleh Kewajiban Pegawai Negeri dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain: 1. Gaji; a. Gaji PNS; b. Perhitungan masa kerja; c. Kenaikan gaji pokok; d. Tunjangan. 2. Kenaikan Pangkat; 3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan; 4. Cuti; 5. Tunjangan cacat dan uang duka; 6. Kesejahteraan;
  • 3. 7. Pensiun. IV. Tanggung Jawab Pegawai Negeri Menurut Siti Soetami Ada tiga Pertanggungjawaban: a. Pertanggungan Jawab Kepidanaan b. Pertanggungan Jawab Keuangan Perdata c. Pertanggungan Jawab Disipliner Atau administratif V. Jenis-Jenis Hukuman: Jenis Hukuman Disiplin Ringan Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Huruf A Terdiri Dari: A. Teguran secara lisan B. Tegran tertulis C. pernyataan secara tertulis (3) Jenis Hukuman Disiplin Sedang Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Huruf B Terdiri Dari: A.Penundaan Kenaikan Gaji Berkala Selama 1 (Satu) Tahun; B.Penundaan Kenaikan Pangkat Selama 1 (Satu) Tahun; Dan C.Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah Selama 1 (Satu) Tahun. (4) Jenis Hukuman Disiplin Berat Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Huruf C Terdiri Dari: A. Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah Selama 3 (tiga) tahun B. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah C. Pembebasan dari jabatan D. Pemberhentian Dengan Hormat Tidak Atas Permintaan Sendiri Sebagai PNS E. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS VI. Pemberhentian Pegawai Negeri Pemberhentian Pegawai negeri Disebabkan: a. Meninggal Dunia b. Atas Permintaan sendiri. Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan berhenti, dapat diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Permintaan berhenti tersebut dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas yang mendesak. Permintaan berhenti dapat ditolak apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja pada Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau masih ada sesuatu hal yang harus dipertanggungjawabkan. c. Mencapai Batas Usia Pensiun Batas Usia Pensiun (BUP) Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS, yaitu 56 (lima puluh enam) tahun. Dan PP Nomor 32 Tahun 1979 ini telah dua kali mengalami perubahan yaitu dengan PP Nomor 1 Tahun 1994 dan PP Nomor 65 Tahun 2008. Perpanjangan usia pensiunan sendiri terbagi menjadi tiga bagian yakni:
  • 4. 1. Perpanjangan batas usia pensiun sampai 65 tahun untuk PNS yang memangku jabatan peneliti madya dan peneliti utama dengan tugasnya secara penuh di bidang penelitian atau jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden. Kemudian perpanjangan batas usia pensiun bagi PNS yang memangku jahatan struktural Eselon I tertentu pada saat sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun, memperhatikan dengan tegas persyaratan sebagai berikut : - Memiliki keahlian dan pengalaman yang sangat dibutuhkan organisasi; - Memiliki kinerja yang baik; - Memiliki moral dan integritas yang baik dan; -Sehat jasmanl dan rohani yang dibuktikan oleh keterangan dokter. -Ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Jabatan Struktural Eselon 1. 2. Usia pensiun sampai 60 tahun untuk PNS yang memangku golongan struktural eselon I dan II serta jabatan dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri dan jabatan pengawas sekolah menengah atas atau jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden. 3. Usia pensiun 58 tahun untuk PNS yang menjadi hakim pada Mahkamah Pelayaran dan jabatan lain yang ditentukan Presiden. Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 1979, BUP dapat diperpanjang bagi PNS yang memangku jabatan tertentu. Jabatan-jabatan tertentu yang diduduki PNS yang dapat diperpanjang BUP-nya ada yang diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979 dan ada diatur dalam Keputusan Presiden / Peraturan Presiden. Perpanjangan BUP bagi PNS yang telah diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979, antara lain : 4. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku jabatan Ahli Peneliti dan Peneliti; 5. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang memangku jabatan : Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pejabat Struktural Eselon I, Pejabat Struktural Eselon II, Dokter yang ditugaskan secara penuh pada Lembaga Kedokteran Negeri sesuai profesinya. Perpanjangan BUP bagi PNS yang telah diatur dalam Keputusan Presiden / Peraturan Presiden, antara lain : 6. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional Pustakawan Utama; Widyaiswara Utama; Pranata Nuklir Utama; Pengawas Radiasi Utama; 7. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak (jenjang tertentu); Penilai Pajak Bumi dan Bangunan (jenjang tertentu);Penyuluh Pertanian (jenjang tertentu); Sandiman (jenjang tertentu); Penyelidik Bumi Utama dan Madya.
  • 5. Selain diatur dalam PP dan Keputusan Presiden / Peraturan Presiden, juga terdapat pengaturan BUP PNS yang diatur dalam Undang-Undang, antara lain : 8. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan : Dosen, sedangkan bagi Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang sampai dengan 70 (tujuh puluh) tahun (UU Nomor 14 Tahun 2005); Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Banding di lingkungan Peradilan Umum,PTUN, dan Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3 Tahun 2006). 9. 62 (enam puluhdua) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan : Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Pertama di lingkungan Peradilan Umum,PTUN, dan Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3Tahun2006); Jaksa(UU Nomor 16 Tahun 2004). 10. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Guru (UU Nomor 14 Tahun 2005) Dengan PP Nomor 65 Tahun 2008, maka bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I tertentu, BUP dapat diperpanjang sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun. Adapun perpanjangan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan persyaratan sebagaimana yang telah di sebutkan di atas. Dan Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/Lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon I. Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun dilakukan secara selektif bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I yang sangat strategis. Dengan demikian, tidak semua PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dapat diperpanjang BUP-nya sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun. d. Adanya Penyederhanaan Organisasi Perubahan satuan organisasi negara adakalanya mengakibatkan kelebihan pegawai. Apabila terjadi hal yang sedemikian maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu disalurkan pada satuan organisasi negara lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak mungkin dilaksanakan, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari jabatan negeri dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Dan Rohani Berdasarkan peraturan undang-undangan yang berlakuyang dinyatakan dengan surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan dinyatakan: 1. Tidak dapat berkerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatannya. 2. Menderita penyakit atau kelainan yan berbahaya bagi diri sendiri atau lingkungan kerjanya. Pegawai Negeri Sipil Dapat Diberhentikan Dengan Hormat Atau Tidak Hormat karena :
  • 6. a. Melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji Jabatan Selain Pelanggaran sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; atau b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun. Pegawai Negeri Sipil Dapat Diberhentikan Dengan Hormat Tidak Atas Permintaan Sendiri Atau Tidak Dengan Hormat karena : 1. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya 4 tahun atau lebih; atau 2. Melakukan pelanggaran disiplin tingkat berat Pegawai Negeri Sipil Diberhentikan Tidak Dengan Hormat karena : 1. Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah; 2. Melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan Pemerintah; atau 3. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan. B.Sejarah Birokrasi dan PNS Pada tanggal 30 Mei1948 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1948 pemerintah RI yang berkedudukan di Jogjakarta baru mendirikan Kantor Urusan Pegawai (KUP) sedangkan pemerintahan RIS yang berkedudukan di Jakarta untuk masalah kepegawaian dibentuk melalui Keputusan Letnan Gubernur Jenderal di Hindia Belanda Nomor 10 tanggal 20 Februari1946 dengan nama Kantor Urusan Umum Pegawai (KUUP) yang berada di bawah departemen urusan sosial namun dengan Keputusan Letnan Gubernur Jenderal di Hindia Belanda Nomor 13 Tahun 1948 membatalkan keputusan terdahulu dan membentuk Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) yang langsung dibawah Gubernur Jenderal, antara Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) masing-masing melaksanakan kegiatannya sendiri-sendiri hingga terdapat dualisme dalam birokrasi di Indonesia, kemudian karena adanya pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 dibentuklah Kantor Urusan Pegawai (KUP) guna menyatukan Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) dan berada di bawah dan bertanggugjawab kepada perdana menteri akan tetapi karena suasana perpolitikan saat itu, Kantor Urusan Pegawai (KUP) yang akan menata birokrasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disusul pada tanggal 17 Agustus1950, terjadi pergantian konstitusi RIS berubah menjadi UUDS 1950 yang berakibat
  • 7. terjadinya perubahan bentuk negara kembali ke negara kesatuan. Tahun 1953T.R. Smith membantu menyusun laporan untuk Biro Perancang Negara berjudul Public Administration Training, setahun kemudian dua orang profesor dari Cornell University, School of Business and Public AdministrationAmerika yang diundang ke Indonesia yaitu Edward H. Lichtfeld dan Alan C. Rankin yang berhasil menyusun laporan rekomendasi yang berjudul Training for Administration in Indonesia. Pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret1956 – 9 April1957) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957 dibentuk Panitia Negara untuk menyelidiki Organisasi Kementerian-kementerian atau Panitia Organisasi Kementerian (PANOK) sebagai pengganti Kantor Urusan Pegawai (KUP) serta ikut dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang bertugas menyempurnakan administratur negara atau birokrasi keduanya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada perdana menteri. Pada tanggal 5 Juli1959, dikeluarkan dekrit presiden yang menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 melarang PNS golongan F menjadi anggota dari partai politik selanjutnya pada tahun 1961 dikeluarkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan Pokok Kepegawaian dan dibentuk Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) diikuti dengan lembaga baru bernama Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN) yang menghasilkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1962 tentang pokok-pokok organisasi aparatur pemerintah negara tingkat tertinggi, dua tahun kemudian dikeluarkan Keppres Nomor 98 Tahun 1964 dibentuk Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KONTRAR) merupakan kelanjutan dari Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN), retooling atau “pembersihan” dalam dua kepanitian terakhir ini lebih bernuansa politis dengan penyingkiran birokrat yang tak sehaluan dengan partai yang sedang memerintah (the ruling party) atau yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan pemerintahan republik. Dalam perkembangannya pengorganisasian birokrasi mulai diwarnai dengan ketidakpastian akibat peranan partai-partai politik yang saling bersaing dengan sangat dominan, partai-partai politik mulai melakukan building block kekuasaan melalui pos-pos kementerian strategis di jajaran pemerintahan sebagai sumber daya kelangsungan partai politik yang bersangkutan, program rekrutmen birokrasi ikut mengalami spoil system yang merajalela mulai dari pengangkatan, penempatan, promosi dan instrumen kepegawaian lainnya tidak didasarkan kriteria penilaian melainkan berdasarkan pertimbangan politik, golongan serta unsur-unsur lainnya diluar tugas birokrasi. Pada tahun 1966 awal pemerintahan Suharto bedasarkan Ketetapan MPRS Nomor XIII/MPRS/1966 tentang Kabinet Ampera ditunjuk selaku presiden dan ketua presidium Kabinet Ampera melalui Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 266 Tahun 1967 kembali membentuk panitia pengorganisasian birokrasi sebagai pembantu presidium yang kemudian dikenal dengan nama Tim Pembantu Presiden untuk Penertiban Aparatur dan Administrasi Pemerintah atau disingkat menjadi Tim PAAP yang beranggotakan sebelas orang dengan Menteri Tenaga Kerja selaku ketua didampingi oleh direktur LANsebagai sebagai sekretaris serta dibantu oleh lima orang penasehat ahli yang mengusulkan unit kerja baru bernama Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal dan Inspektorat tercermin dalam Keputusan Presidium Kabinet Nomor 75/U/KEP/11/1966 serta dalam pengorganisasian kembali birokrasi pada kementerian negara melalui Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1966 dilakukan pengubahan penggolongan PNS dari golongan A sampai dengan F menjadi golongan I sampai dengan IV.
  • 8. Selanjutnya pada tahun 1968 kembali dibentuk Panitia Koordinasi Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintah yang disebut pula sebagai Proyek 13 disusul dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1968 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1968, Proyek 13 ini kemudian berganti nama menjadi Sektor Penyempurnaan dan Penertiban Administrasi Negara yang lebih dikenal dengan nama Sektor P’ dengan anggota terdiri dari Lembaga Administrasi Negara (LAN), Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, Departemen Tenaga Kerja, serta Departemen Transmigrasi dan Koperasi. yang diketuai oleh Awaloeddin Djamin yang menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dengan tugas agar dapat menyempurnakan administrasi pemerintahan. Ketika Suharto pertama kali membentuk Kabinet Pembangunan I dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1968, dibentuk kementerian nomenklatur baru yaitu Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara bertugas antara lain melanjutkan pembersihan birokrasi dari unsur-unsur apa yang disebut dengan berpolitik kepartaian lalu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971 pada tanggal 29 Nopember 1971 didirikan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) sebagai organisasi wadah tunggal bagi seluruh pegawai pemerintahan Indonesia dan dalam perkembangan selanjutnya Tim PAAP dan Proyek 13 akhirnya dilebur kedalam Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara sedangkan Sektor Aparatur Pemerintah (Sektor P) tetap dan berfungsi meliputi penyusunan kebijaksanaan, perencanaan, pembuatan program, koordinasi, pengendalian, dan penelitian dalam rangka menyempurnakan dan membersihkan aparatur negara dan Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara yang dipimpin oleh seorangan menteri merangkap menjadi anggota Sektor N (Penelitian dan Pengembangan) dan Sektor Q (Keamanan dan Ketertiban) dan dengan Keppres Nomor 45/M Tahun 1983Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara diubah kembali menjadi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yang secara langsung menteri pada kementerian tersebut merangkap sebagai pula Ketua Bappenas. Tahun 1995 melalui Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995 pemerintah mencanangkan dimulai diterapkan lima hari kerja yaitu hari kerja mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat yang berlaku secara efektif sejak tanggal 1 Oktober 1995 sebagai akibat dari sistem pembinaan Karier PNS, pertumbuhan nol pegawai negeri sipil (PNS) (Zero)serta pengabungan organisas Setelah tahun 1998 yang dikenal sebagai gerakan reformasi maka melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 mengenai keberadaan pegawai negeri sipil (PNS) sebagai anggota partai politik lalu diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 yang membuat pegawai negeri sipil (PNS) kembali tertutup dari kemungkinan untuk ikut berkiprah sebagai keanggotaan dalam partai politik apapun. Peran PNS dari Berbagai Aspek Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai tiga peran yang serupa. Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan. Kedua, melakukan fungsi manajemen pelayanan publik. Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada
  • 9. daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan. Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini. Dalam masa mendatang manajemen kepegawaian akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak ringan. Pertama, sejauh mana sistem kepegawaian mampu bertahan dari tekanan politik. Dalam sistem multipartai yang meyebabkan pemimpin institusi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, berasal dari partai-partai politik, mampukah PNS bersikap netral? Artinya jenjang karier dari PNS telah tersusun rapih, sehingga tidak ada jabatan karier yang akan diisi oleh personil dari suatu partai atau golongan tertentu saja. Kedua, sejauh mana sistem kepegawaian mampu menterjemahkan setiap peraturan perundangan yang dikeluarkan pemerintah tanpa meninggalkan azas netralitas dan peran sebagai perekat kesatuan dan persatuan. Dalam hal ini, profesionalitas dan integritas dalam diri setiap PNS dipertaruhkan. Untuk itu perlu dijaga tingkat kesejahteraan dan stabilitas dari PNS beserta keluarganya. Ketiga, sejauh mana “budaya kepegawaian” dapat ditumbuhkan. Artinya ada rasa kebanggaan menjadi PNS. Ini sangat berhubungan dengan tantangan pertama dan kedua. Sampai dimana netralitas dan profesionalitas PNS masih dapat diharapakan. Justru untuk mempertahankan kedua sifat tersebut, pengaturan kepegawaian yang terpusat masih diperlukan. Keempat, sejauh mana manajemen kepegawaian mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi. Masalah Kepegawaian Moratorium (Belanja) Pegawai Tepat tanggal 1 September 2011, kebijakan moratorium pegawai negeri sipil resmi diberlakukan selama 16 bulan.Kebijakan yang berlaku sampai 31 Desember 2012 ini ditetapkan melalui surat keputusan bersama yang ditandatangani Menteri Keuangan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Menteri Dalam Negeri.Awalnya kebijakan dilontarkan oleh Menkeu, yang mengeluhkan semakin tingginya beban belanja negara untuk membiayai pegawai di tingkat pusat dan daerah. Tim reformasi birokrasi kemudian menawarkan moratorium pengangkatan PNS. Padahal, beberapa’ bulan lalu, Menkeu yang paling ngotot mengusulkan kenaikan gaji pejabat setelah Presiden Beban belanja pegawai pada APBN memang semakin berat. Pada RAPBN 2012, belanja pegawai menjadi alokasi belanja tertinggi Rp 215,7 triliun, mengalahkan belanja subsidi yang selama ini mendominasi.Potret yang sama terjadi di daerah. Analisis Fitra pada APBD 2011, terdapat 124 daerah yang beban belanja pegawainya melebihi 60 persen dan 16 daerah diantaranya mencapai 70 persen. Analisis Kementerian Keuangan juga menunjukkan, belanja
  • 10. pegawai terbesar di Kabupaten Demak yang mencapai 89 persen.Bom waktu belanja pegawai tidak terlepas dari kebijakan kepegawaian yang tidak memperhatikan implikasinya terhadap anggaran negara. Selain perekrutan pegawai baru, kebijakan seperti pemberian gaji ke-13, kenaikan gaji pokok 5-20 persen sejak tahun 2006, serta kenaikan berbagai tunjangan dan pemberian tambahan uang makan tidak hanya menambah beban belanja gaji pokok APBN juga harus menanggung beban pembayaran pensiun yang sebelumnya sharing pembiayaan dengan Taspen. Pembayaran pensiun sejak tahun 2009 menjadi beban penuh APBN (Nota Keuangan RAPBN 2012, IV-80).Kebijakan pemberian remunerasi sebagai salah satu agenda reformasi birokrasi, mulai tahun 2007 pada tiga kementerian/lembaga dan terakhir pada tahun 2011 pada 14 kementerian/lembaga, juga menambah beban belanja pegawai. Tahun 2010 dialokasikan Rp 13,4 triliun untuk remunerasi. Begitu pula dengan semakin menjamurnya lembaga non-struktural (LNS). Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2007, tercatat terdapat 76 LNS dengan memakan beban belanja pegawai Rp 483,3 miliar. Kemudian membengkak menjadi 101 LNS dengan belanja pegawai Rp 1,87 triliun pada tahun 2010. Dana alokasi umum Buruknya potret anggaran daerah juga tidak terlepas dari kebijakan anggaran dan kepegawaian yang tidak selaras di tingkat pusat. Sumber pendapatan daerah 80 persen tergantung dari dana perimbangan. Di sisi lain, 68 persen belanja transfer yang dialokasikan ke daerah sebagian besar diperuntukkan belanja pegawai, seperti dana alokasi umum (DAU) dan tambahan tunjangan guru. Dengan demikian, tidak ada insentif bagi daerah yang merampingkan birokrasi atau meningkatkan pendapatannya.Kebijakan DAU ini juga tidak memberikan disinsentif bagi laju pemekaran daerah. Daerah baru memerlukan pegawai baru sehingga DAU yang menjadi tumpuan biaya. akibat pemekaran, penerimaan DAU berkurang dari Rp 358 miliar tahun 2008 menjadi Rp 351,7 miliar tahun 2009 (Nota Keuangan 2011). Sebagai arena zero sum game, belanja pegawai yang membengkak di daerah otomatis mengorbankan alokasi belanja lain seperti belanja modal. Semakin mahalnya “ongkos tukang” di daerah juga disebabkan tidak jelasnya pengaturan mengenai tambahan tunjangan pegawai daerah. DKI Jakarta sebagai daerah kaya memberikan tambahan tunjangan pegawai setingkat staf sebesar Rp 2,9 juta Rp 4,7 juta dan pejabat eselon I sebesar Rp 50 juta.Kebijakan moratorium saja tidak cukup sepanjang kebijakan reformasi birokrasi masih bersifat parsial dan sebatas “kosmetik politik”. Buktinya, meskipun ke¬bijakan moratorium PNS diberlakukan, belanja pegawai pada RAPBN 2012 justru meningkat paling tinggi sebesar Rp 32,8 triliun. Di dalamnya juga dialokasikan gaji bagi tambahan pegawai baru (Nota Keuangan RAPBN 2012 IV-205). Moratorium juga tidak akan signifikan mengurangi beban be¬lanja pegawai. Dari kajian Fitra, rata-rata kenaikan jumlah pegawai dalam lima tahun terakhir adalah 2 persen, sementara kenaikan belanja pegawai jauh lebih signifikan, yakni 20 persen. Artinya, beratnya belanja pegawai lebih
  • 11. disebabkan oleh semakin meningkatnya ongkos pegawai dibandingkan dengan per-tumbuhan jumlah pegawai.Kebijakan moratorium PNS dan beratnya beban belanja pega-wai merupakan penanda kegagalan desain reformasi birokrasi karena tidak mempertimbangkan konsekuensinya terhadap beban anggaran. Kebijakan yang masih bersifat ego sektoral berimplikasi terhadap kepegawaian dan beban anggaran. Struktur birokrasi yang semakin gemuk, dengan menjamurnya LNS, dan belanja birokrasi yang semakin boros dengan tambahan remunerasi dan tunjangan justru bertentangan dengan semangat reformasi birokrasi.Perbaikan penghasilan dan pemberian remunerasi seharusnya diikuti dengan peningkatan produktivitas pegawai. Sementara pegawai yang tidak produktif dan tidak kompeten akibat perekrutan yang masih sarat KKN serta pejabat yang memiliki harta tidak wajar harus dipangkas. Dengan demikian, hasil pemangkasan dapat dikonversi untuk menutupi tambahan penghasilan serta dapat menghasilkan birokrasi yang ramping dan efisien dari sisi biaya.Moratorium bukanlah kebijakan utama reformasi birokrasi. Moratorium harus dipandang sebagai pintu masuk untuk membenahi desain reformasi birokrasi. Selama moratorium dilakukan, harus disertai dengan ke¬bijakan dari sektor lain yang terintegrasi dan sejalan, seperti pembenahan LNS, perampingan pegawai tidak produktif, rasio pe¬gawai, indikator kinerja pegawai, standar pelayanan, perbaikan skema dana perimbangan, dan pemekaran daerah.Kebijakan moratorium saja justru akan menghadapkan negara ini pada “bom waktu” belanja pegawai, yang semakin mempersempit ruang fiskal untuk membiayai pembangunan.
  • 12. KESIMPULAN Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil bertugas menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban PNS tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan. Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing PNS. 2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada umumnya.
  • 13. Referensi Perpustakaan Judul, Hukum Kepegawaian Di Indonesia. Pengarang, Sast ra Djatmika, sh , Drs. Marsono. Judul,Hukum Kepegawaian. Pengarang,Dra.Wiwik Wdayati. DAFTAR PUSTAKA Djatmika,sastra.S.H.2007.Hukum kepegawaian Di Indonesia.Jakarta:Djambatan1960 Wdayayati,Wiwik.Dra.Hukum Kepagawaian http:// Warunghukum.blogspot.com/2011/01/sumber-sumber hukum kepegawaian SKH Kompas hal.7, 7 September 2011
  • 14. TUGAS PENGANTAR HUKUM INDONESIA MENGENAL HUKUM KEPEGAWAIAN Nama: Hendri tovan (20110610202) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
  • 15. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga Iman dan Islam tetap terjaga. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin, dan tabiut yang senantiasa istiqomah di jalanNya. Berkah dan Rahmat Allah serta pertolongan-Nyalah sehinnga penulis dapat menyelesaika tugas ini. “ MENGENAL HUKUM KEPEGAWAIAN” Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar dalam penyusunan laporan selanjutnya dapat lebih baik. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.