Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Bahan bangunan
1. BAHAN BANGUNAN II
1. JENIS-JENIS KAYU
2. SPESIFIKASI UKURAN KAYU (SNI KAYU)
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
ANDI SOFYAN
CUCU FATIHA
FAJRUL IKHSAN
HENDRI GUNAWAN
MOHD.HARDYATMA
WILDAN PERMANA
2. A. JENIS KAYU DI INDONESIA.
Menurut Peraturan Konstruksi Kayu - PKKI (Lampiran 3), dari 3000-
4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru sekitar 150 jenis yang
telah diselidiki dan dianggap penting dalam perdagangan. Dari
jumlah tersebut sebagian merupakan jenis kayu yang penting
sebagai bahan struktur. Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan
telah menyusun daftar kayu Indonesia yang terdiri dari 90 jenis
kayu penting di Indonesia. Daftar tersebut tercantum selengkapnya
pada Lampiran I.
Susunan kayu sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. terdiri dari
susunan sel-sel, dan sel-sel tersebut terdiri dari susunan “cellose” yang
diikat dan disatukan oleh “lignine”. Perbedaan susunan sel-sel inilah
yang menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis.
3. a. Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering dan berfingsi sebagai
pelindung bagian dalam kayu. b. Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak basah, yang
berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun kebagian lain. c. Kambium
(cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat tipis
(tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi sel-sel
kulit dan sel-sel kayu. d. Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20
cm tergantung jenis kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi sebagai
pengangkut air (berikut zat-zat) dari tanah ke daun. Untuk keperluan struktur
umumnya kayu perlu diawetkan dengan memasukan bahan-bahan kimia kedalam
lapisan kayu gubal ini. e. Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu
gubal yang tidak bekerja lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara
perlahan-lahan. Kayu teras merupakan bagian utama pada struktur kayu yang
biasanya lebih awet (terhadap serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada kayu
gubal. f. Hati (puh). g. Jari-jari teras (Rays) yang menghubungkan berbagai bagian
dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan bahan makanan.
4. Tabel 1.1. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan
Berat Jenisnya.
Kelas kuat Berat Jenis
Kering Udara
Kuat Lentur
(Kg/Cm2)
Kuat Desak
(kg/cm2)
I > 0,90 > 1100 > 650
II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425
III 0,60 - 0,40 725 - 500 425 - 300
IV 0,40 - 0,30 500 - 360 300 - 215
V < 0,30 < 360 < 215
5. B. HUBUNGAN BERAT JENIS DAN KEKUATAN.
Berat jenis menyatakan berat kayu dibagi dengan volumenya, umumnya
kayu yang baru ditebang mempunyai kadar air 40 % untuk kayu berat hingga
dan 200 % untuk kayu ringan. Kadar air tersebut akan keluar bersamaan
dengan mengeringnya kayu hingga mencapai titik jenuh serat (fiber
saturation point), yang berkadar lengas kira-kira 25–35 %. Apabila kayu
mengering dibawah titik jenuh seratnya, dinding sel menjadi padat, 5
akibatnya serat-seratnya menjadi kuat dan kokoh. Jadi turunnya kadar lengas
kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu. Berdasarkan berat
jenisnya, kayu di Indonesia dibedakan menjadi lima kelas kuat, sebagaimana
tersaji pada Tabel 1.1 (Klasifikasi ini disusun oleh Lembaga Pusat Penyelidikan
Kehutanan).
6. C. CARA MENINGKATKAN KEAWETAN KAYU.
Upaya meningkatkan keawetan kayu telah lama dilakukan, tujuannnya
adalah untuk meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan-serangan
serangga (rayap, bubuk, dll.) agar memperpanjang umur kayu. Lembaga
Penelitian Hasil Hutan (LPPH), membagi keawetan kayu menjadi lima kelas
awet. Pembagian kelas awet tersebut didasarkan pada kriteria yang terdapat
dalamTabel 1.2.
7. KELAS AWET I II III IV V
Selalu berhungan
dengan tanah
Sangat
Sangat
8 tahun 5 tahun 3 tahun
lembab.
pendek
pendek
Kayu tidak terlindung
terhadap angin dan
iklim,tetapi dilindungi
terhadap air.
20 tahun 15 tahun 10 tahun
Beberapa
tahun
Sangat
pendek
Kayu di tempatkan di
tempat terlindung.
Tidak
terbatas
Tidak
terbatas
Sangat
lama
Beberapa
tahun
Pendek
Kayu di tempatkan di
tempat terlindung.
Tapi dirawat,di
cat,dsb.
Tidak
terbatas
Tidak
terbatas
Tidak
terbatas
20 tahun Tahun
Kayu
termakan/terserang
rayap.
Tidak Jarang
Agak
cepat
Sangat cepat Sangat cepat
Kayu termakan oleh
bubuk kayu,rayap dan
serangga lain.
tidak tidak
Hampir
tidak
Tidak
seberapa
Sangat cepat
Tabel 1.2. KelasAwet Kayu Berdasarkan
Umurnya.
8. Ada beberapa cara untuk meningkatkan keawetan kayu, diantaranya
adalah :
1. Membakar Kayu.
Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar
lapisan luar kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah
termakan rayap. Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian
tertanam dalam tanah. Cara 6
ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah masuk
dalam retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.
2. Mengetir. Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda.
Ada dua macam tir yang sering dipakai yaitu : “kolter” dan “sweedsteer” warnanya
coklat muda dan cair.
3. Penggunaan Karbolium. Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu
tidak tertutup dan getahnya masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan
air dan umum, misalnya untuk tiang jembatan dalam laut, perahu, dll.
4. Penggunaan Minyak Kreosoot. Kayu yang akan di-kreosoot dimasukan kedalam
ketel. Kemudian disalurkan uap air, agar getah kayu keluar. Air panas yang tercampur
getah dan angin dipompa keluar. Lewat saluran pipa lain minyak kreosoot yang telah
dipanasi sampai 60 0 C dimasukan, lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan
minyak ini juga bisa disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir.
9. 5. Proses Burnett. Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya
bahannya yang berbeda yaitu Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak
dapat digunakan untuk struktur yang terendam air.
6. Penggunaan Kopervitriool (Prusi). Pada proses ini digunakan dua bejana
(tangki) khusus. Tangki bagian atas diisi campuran kopervitriool dan air, kayu
dimasukan kedalam tangki bagian bawah, sehingga kopervitriool bercampur air
akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu.
7. Proses Kijan. Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet
Hg Cl2 (zat cair putih yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 -
14 hari, kemudian ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati
tidak berbau dan berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika
digunakan pada struktur yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit)
dengan besi.
8. ProsesWolman.
Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri
dari Na Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk
bubuk. Kayu yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian
direndam dalam air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan
kemudian dikeringkan.
10. Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan
Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung sebagai berikut : Pengawetan adalah
suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk
memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan
rumah dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas
awet III, IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas
jenisnya. Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan,
proses rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai. Peralatan yang
digunakan dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki
pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum,
pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor,
manometer, termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk
proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan,
bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer,
timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan
peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah
tungku panas. Cara pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan larutan, dan
persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara
vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin. Setelah kayu
diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal yang
seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan
matahari secara langsung sampai kering udara.
11. RUANG LINGKUP :
Spesifikasi ini mencakup ketentuan ukuran kayu gergajian yang ada di pasaran
untuk
dipakai dalam pembuatan bangunan rumah dan gedung.
RINGKASAN:
Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan
kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai
dengan
tujuan penggunaannya.
SPESIFIKASI
UKURAN KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG
SNI 03-2445-1991
12. • Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10) mm, (10x30)
mm, (20x30) nm, sampai (120x120) mm, (25x30) mm, (30x30) nm, (30x50) mm,
(60x80) mm, (60x100) mm, 60x120)mm, (80x80) mm, (80x100) mm, 120x120)mm.
• Ukuran kayu berdasarkan penggunaan (Tabel):
• Ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5.
• Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung:
™ Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150).
™ Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).
™ Kaso (mm) : 40x60; 40x80; 50x70.
™ Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120; 120 (120, 150).
™ Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100
(120, 150).
™ Balok langit (mm): 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).
•Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100mm dan
toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran nominal.
• Ketentuan kadar air kayu adalah ukuran kayu gergajian dalam keadaan kering udara,
maksimum 23%, kecuali untuk kusen daun pintu, daun jendela, jelusi dan elemen
lainnya mempunyai kadar air maksimum 20%