1. SEMANTIK,PRAGMATIK, D
AN SOSIOLINGUISTIK
Membedakan prinsip-prinsip semantik,
pragmatik, dan kaitannya dengan
sosiolinguistik
Heidyanne R. Kaeni
R. A. Disyacitta Nariswari
Departemen Linguistik
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Semptember 2012
3. Makna Kata
Tiap aspek dari makna sebuah kata terlihat
dalam sebuah pola karakteristik dari
kenormalan dan ketidaknormalan semantis
dalam konteks yang sesuai secara
gramatikal (Cruse, 1986:15).
Hubungan kewajaran antara unsur leksikal
dengan konteks hubungan kontekstual
(Cruse, 1986:16)
◦ makna sebuah kata tercermin sepenuhnya
dalam hubungan kontekstual
◦ makna sebuah kata dibentuk oleh hubungan
kontekstualnya
4. Tujuh Tipe Makna menurut Leech
(2003:19-37)
1. Makna Konseptual: isi yang logis, kognitif, atau denotatif.
Contoh: rumah
2. Makna Konotatif: yang dikomunikasikan dengan apa
yang diacu oleh bahasa. Contoh: pelacur – PSK; kakus –
WC – kamar kecil
3. Makna Stilistik: yang dikomunikasikan dari keadaan
sosial mengenai penggunaan bahasa. Contoh: aku dan
kau suka dancow
4. Makna Afektif :yang terungkap dari perasaan dan tingkah
laku pembicara/ penulis. Contoh: bedebah, honey,..
5. Makna Refleksi: yang disampaikan melalui asosiasi
dengan pengertian yang lain dari ungkapan yang sama.
Contoh: bacaan saat dzikir, sholat
6. Makna Kolokatif: yang disampaikan melalui asosiasi
dengan kata yang cenderung terjadi pada lingkup kata
yang lain. Contoh: cantik - putri, gadis, perempuan, ...
7. Makna Thematik: yang dikomunikasikan dengan cara di
mana pesannya disusun atas dasar urutan dan
tekanan. Contoh: iklan bank, iklan shampo
5. Kebertalian dan Ketidakbertalian
Makna kata digambarkan sebagai pola kebertalian dan
ketidakbertalian dengan semua kata lain yang mampu
bertentangan dalam konteks gramatika (Cruse, 1986:16).
Kebertalian dan ketidakbertalian sintagmatik:
kebertalian sintagmatik ditetapkan oleh kapasitas asosiasi
yang normal dalam ujaran
contoh: The dog barked (kebertalian antara dog dan barked)
ketidakbertalian sintagmatik digambarkan oleh
ketidakwajaran sintagmatik yang melanggar batasan
gramatika
contoh: The lions are chirruping.
Kebertalian dan ketidakbertalian paradigmatik:
kebertalian paradigmatik kebertalian semantis antara pola
kewajaran sintagmatik
ketidakbertalian paradigmatik ketidakbertalian semantis
antara pola kewajaran sintagmatik
contoh:
Arthur fed the dog/ cat/ ?lamp-post.
The dog/ cat/ ?lamp-post ran away.
The ?dog/ ?cat/ lamp-post got bent in the crash.
We painted the ?dog/ ?cat/ lamp-post red.
6. Perikutan Makna
It’s a triangle memperikutkan makna
“it has three angles”
It’s a bird tidak memperikutkan makna
“it is adapted for flight”
It’s a dog tidak memperikutkan makna
“it has four legs”
Sumber: Cruse (1986:18)
7. Sifat Semantis
Makna kata yang bisa digali dari
hubungan kontekstual adalah salah satu
atau setidaknya sebagian dari makna
kata lain. Sebuah kata bermakna yang
berperan dalam makna kata lain
merupakan sifat semantis dari kata
kedua (Cruse, 1986:16).
Pembeda tingkat dan jenis peran dari
sifat semantis: ketercakupan,
keterdugaan, kemungkinan,
ketidakterdugaan, dan keterkecualian
8. Sifat Ketercakupan dan
Keterkecualian
Sifat ketercakupan dan
keterkecualian dapat didiagnosis
dengan membawa makna antar
kalimat (Cruse, 1986:16-17).
“animal” merupakan sifat
ketercakupan dari dog karena It’s a
dog membawa makna “it’s an animal”.
“fish” merupakan sifat keterkecualian
dari dog karena It’s a dog membawa
makna “it’s not a fish”.
9. Sifat Keterdugaan,
Kemungkinan, dan
Ketidakterdugaan
Sifat keterdugaan, kemungkinan dan
ketidakterdugaan dapat diuji oleh bentuk
“P, tetapi Q” (Cruse, 1986:17).
It’s a dog tidak membawa makna “it can
bark” jadi “can bark” bukan sifat
ketercakupan
Contoh yang menunjukkan sifat
keterdugaan:
It’s a dog, but it can bark. (kalimat ganjil)
paradoks ekspresif
It’s a dog, but it can’t bark. (kalimat
10. Sifat kemungkinan ada ketika kedua
kalimat penguji menunjukkan paradoks
ekspresif dan P and Q normal:
It’s a dog, but it’s brown. (kalimat ganjil)
It’s a dog, but it isn’t brown. (kalimat
ganjil)
It’s a dog and it’s brown. (kalimat normal)
“can sing” merupakan sifat
ketidakterdugaan dari dog:
It’s a dog, but it can sing. (kalimat
normal)
It’s a dog, but it can’t sing. (paradoks
ekspresif)
11. Kanonik
Sifat semantis yang dianggap tidak memiliki
"kecacatan" disebut sifat kanonik (Cruse,
1986:19).
?The typical dog has four legs.
?Dogs typically have four legs.
The typical bird is adapted for flight.
Birds are typically adapted for flight.
?A dog that does not have four legs is not necessarily
defective.
A bird that cannot fly is not necessarily defective.
?What kinds of dog have only three legs?
13. Definisi Pragmatik
studi tentang makna dalam hubungannya
dengan situasi-situasi ujar (Leech, 1983).
kajian tentang bagaimana bahasa
digunakan untuk berkomunikasi (Parker,
1986).
kajian tentang kondisi penggunaan
bahasa manusia sebagaimana ditentukan
oleh konteks masyarakatnya (Mey, 1993).
kajian hubungan antara bahasa dan
konteks yang tergramatikalisasi atau
terkodifikasi dalam struktur bahasa
(Levinson, 1983)
14. Konteks dalam Pragmatik
Konteks situasi lingkungan dalam arti yang
luas yang memungkinkan peserta pertuturan
untuk dapat berinteraksi dan yang membuat
ujaran mereka dapat dipahami (Mey, 1993).
Pentingnya konteks dalam pragmatik:
Wijana (1996) : Pragmatik mengkaji makna yang
terikat konteks
Searle, Kiefer dan Bierwich (1980) : Pragmatik
berkaitan dengan interpretasi ungkapan yang
mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara
menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung
pada kondisi-kondisi khusus penggunaan
ungkapan tersebut dalam konteks
sumber: Nadar
(2009:4)
15. Semantik dan Pragmatik
Perlakuan makna menurut Leech (1983):
Semantik : makna didefinisikan semata-mata
sebagai ciri ungkapan suatu bahasa, terpisah dari
situasi, penutur, dan petuturnya
Pragmatik : makna diberi definisi dalam
hubungannya dengan penutur (intended meaning and
interpreted meaning).
Kajian makna menurut Parker (1986):
Acuan penutur : kajian pragmatik
Referensi linguistik : kajian semantik
Kajian makna menurut Frawly (1993):
Konteks dan penggunaan (pragmatik) menentukan
makna
Semantik bahasa tidak terlalu terkait dengan
pengkajian konteks & penggunaan bahasa
sumber: Nadar (2009:3)
16. Pertentangan Pandangan
Semantik Generatif (tokoh John R. Ross)
memasukkan pragmatik ke dalam semantik
hipotesis performatif: sebuah kalimat dalam representasi struktur
batin/semantiknya merupakan kalimat performatif
cth 1: “Saya menyatakan kepadamu bahwa X”
cth 2: “Saya memerintahkan kamu untuk Y”
daya ilokusi / daya pragmatik suatu tuturan terkurung di dalam
struktur semantiknya
Ahli Filsafat (tokoh: John R. Searle)
skeptis terhadap pendekatan makna sebagai wujud abstrak
(konsep-konsep)
semantik masuk ke dalam pragmatik
usul: teori makna sebagai sub bagian dan teori tindakan
definisi makna bertolak dari tindakan ujar penutur – petutur
Leech
(1983:7)
18. Pengertian Sosiolinguistik
Ilmu antardisiplin sosiologi-linguistik.
Cabang linguistik yang mempelajari
hubungan dan saling pengaruh antara
perilaku bahasa dan perilaku sosial
(Kridalaksana, 2011:225).
Kajian bahasa dalam penggunaannya
untuk meneliti hubungan konvensi
pemakaian bahasa dengan aspek-
aspek lain dari tingkah laku sosial
(Criper & Widdowson dalam Chaer,
2004).
19. Bahasa dan Masyarakat
Dimensi kemasyarakatan memberi
“makna” pada bahasa, menyebabkan
terjadinya ragam-ragam bahasa (Chaer
& Agustina, 2004:2-3).
Menurut Chaer & Agustina (2004),
bahasa sebagai objek dalam
sosiolinguistik: dilihat/didekati sebagai
sarana interaksi atau komunikasi di
dalam masyarakat manusia
tiap kegiatan kemasyarakatan tidak lepas
dari penggunaan bahasa rumusan
20. Pragmatik dan Sosiolinguistik
Pragmatik: fokus kajian bahasa pada
hubungan lambang-penutur
sosiolinguistik (Chaer & Agustina, 2004:2-
3).
Menurut Leech (1983), pertemuan
sosiologi-pragmatik:
didasarkan pada kenyataan Prinsip Kerjasama
dan Prinsip Sopan Santun berperan secara
berbeda dalam kebudayaan masyarakat bahasa
yang berbeda.
deskripsi pragmatik harus dikaitkan dengan
kondisi-kondisi sosial tertentu.
21. DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004.
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Cruse, D. A. 1986. Lexical Semantics.
Cambridge University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik
Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of
Pragmatics. Longman Group Limited.
____________. 2003. Semantik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nadar, F. X. 2009. Pragmatik & Penelitian
Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.