SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 42
Rekayasan Lalu Lintas
Karakteristik Komponen Lalu
Lintas
Pecah Ban
Sexy Euoii…
Waaah ..
Meledak deh…..
Komponen Lalu Lintas
• Sarana
• Pemakai
• Prasarana
Sarana
• Jenis Kendaraan Yang digunakan di
Indonesia
• Karakteristik Kendaraan :
– Karakerisitik Fisik (Dimensi dan Berat)
– Unjuk Kerja
– Fungsi
Kegunaan Dasar Kendaraan
• Angkutan Pribadi
• Angkutan Umum
• Angkutan Barang
Dimensi Kendaraan
• Panjang
• Lebar
• Tinggi
• Jarak Sumbu
• Radius Putar
• Tinggi mata pengemudi
Kategori
Kendaraan
Rencana
Dimensi Kendaraan
(cm)
Tonjolan
(cm)
Radius Putar
(cm)
Radius
Tonjolan
(cm)
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Minimum Maksimum
Kendaraan
Kecil
130 210 580 90 150 420 730 780
Kendaraan
Sedang
410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Kendaraan
Besar
410 260 2100 120 90 290 1400 1370
Dimensi Kendaraan
Unjuk Kerja
• Pengereman
– Jarak Pengereman dibatasi oleh koefisien gesek roda
dengan permukaan jalan
– Perlambatan normal 1-3 m/det2
– Penghentiandarurat mengebabkan perlambatan 6-10
m/det2
• Percepatan
– Percepatan diatur oleh hukum Newton
– Percepatan mobil sedan : 0,85 – 2,20 m/det2
– Percepatan Mobil Balab : 3,32 – 4,50 m/det2
– Percepatan kendaraan angkutan umum : 0,21 – 0.56
m/det2
• Kecepatan Maximum
– Terjadi pada saat kombinasi gaya-gaya penahan
adalah sama dengan besarnya tenaga pendorong,
sehingga tidak adalagi gaya percepatan terjadi.
Karakteristik Kendaraan Lainnya
• Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
– BOK ditentukan oleh
• Konsumsi BBM
• Biaya perawatan
• Konsumsi Oli
• Depresi / penyusutan nilai kendaraan
• Keamanan
– Usaha untukmenghidari kecelakaan
– Perlindungan terhadap isi kendaraan pada
saat terjadinya kecelakaan
Aspek Keamanan dan
Kenselamatan lalu lintas
• Penglihatan
• Penerangan
Karakteristik Pemakai Jalan
• Karakteristik Mental
– Intelengesia
– Motivasi
– Belajar
– Emosi
• Karakteristik Fisik
– Penglihatan
• Ketajaman Penglihatan : Kemampuan mata untuk menangkap objek dan
memfokuskannya dengan cepat
• Kedalaman Penglihatan :Perkiraan terhadap jarak khususnya perubahan
jarak sewaktu kendaraan berjalan
• Bidang Penglihatan
– Pendengaran
– Perasaan terhadap kestabilan
• Waktu Reaksi
Waktu Reaksi (PIEV)
• Presepsi : Informasi diterima mata dan dikirim
ke otak
• Identifikasi : otak menerima dan
menginterprestasikan pesan–pesan tersebut
• Evaluasi : otak mengevaluasi informasi dan
memutuskan untuk melakukan sesuatu aksi.
Jika aksi reflek diperintahkan maka aksi tersebut
tidak diputuskan secara sadar.
• Volition : otak mengirimkan keputusan dan
tubuh bereaksi secara fisik.
Faktor yang mempengaruhi waktu
reaksi
• Umur
• Kelelahan
• Alkohol dan obat
• Penyakit dan cacat tubuh
• Cuaca, altitude, ventulasi
• Latihan, pendidikan, penindakan
Karaktristik Prasarana
• Prasarana terdiri dari :
– Jalan
• Jalan dalam kota
• Jalan antar kota
– Pesimpangan
– Terminal
– Parkir
Penampang Melintang Jalan
Jalan Luar Kota
• Daerah luar Kota memiliki konstrasi
penduduk dan intensitas penggunaan
lahan yang rendah
• Ciri Jalan Luar Kota;
– Disesain untuk kecepatan tinggi dan
perjalanan jarak jauh
– Mempunyai jaringan jalan pengumpan
(Feder) dan akses khusus
Jalan Dalam Kota
• Fungsi utama untuk menyediakan akses
ke lahan disekitar
Jalan Propinsi Riau
Pola Jaringan Jalan Kota
• Linier, pada kota kecil dengan 2 buan jalan utama,
khususnya dibatasi oleh batasan topografi
• Radial, Jalan antar kota dibangun dari suatu kota ke kota
lainnya, maka masing-masing kota memiliki sejumlah
jalan berarah radial dari pusat kota
• Tributri, adalah pola jaringan jalan pola hirarki yang
baiuk yaitu cabang dan ranting
• Kisi-kisi,Pertama kali digunakan bangsa romawi, pola ini
sangat mudah diterapkan dan memiliki beberapa
keuntungan pada sisi rekayasa lalu lintas
Fungsi dan Hirarki Jalan
• Jalan memiliki 2 fungsi dasar yang saling
bertentangan
– Untuk menggerakkan volume lalu lintas yang
tinggi secara efisien dan aman
– Untuk menyediakan akses bagi lahan
disekitarnya.
Klasifikasi jalan
• Klasifikasi jalan menurut jenisnya:
– Jalan umum
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
– Jalan khusus
Jalan khusus adalah jalan selain dari jalan umum (yang tidak diperuntukkan
bagi lalu lintas umum).
Contohnya : - Jalan inspeksi pengairan
• Jalan inspeksi saluran minyak dan gas
• Jalan perkebunan
• Jalan pertambangan
• Jalan kehutanan
• Jalan komplek bukan untuk umum
• Jalan untuk keperluan pertahan dan keamanan negara.
Jalan khusus yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dinyatakan oleh pengelolanya terbuka untuk lalu lintas umum, maka
terhadap ruas jalan dan lalu lintas tersebut berlaku peraturan perundang-
undangan tentang jalan dan tentang lalu lintas angkutan jalan raya.
– Jalan Tol
Jalan Tol adalah jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan
kewajiban membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan
untuk pemakai jalan tol.
• Klasifikasi jalan menurut pelayanan jasa
distribusinya
– Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan
jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang
kemudian berwujud kota.
– Sistem jaringan jalan sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder adalah sisten
jaringan jalan dengan peranan jasa distribusi
untuk masyarakat di dalam kota.
• Klasifikasi jalan menurut peranan fungsinya
– Jalan arteri
Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien.
– Jalan Kolektor
Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
– Jalan lokal
Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah dan jalan masuk tidak dibatasi.
Klasifikasi jalan yang diatur oleh PP No. 43 tahun 1993 dan
UULLAJ No. 14 tahun 1992
• Pembagian kelas jalan berdasarkan kebutuhan transportasi, pemilihan moda
secara tepat dengan pertimbangan keunggulan karakteristik masing-masing
moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat
kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
– Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10
ton
– Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari
10 ton.
– Jalan kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak
melebihi dari 8 ton
– Jalan kelas IIIB, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari
8 ton
– Jalan kelas IIIC, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8
ton.
Kaitan antara sistem jalan primer dengan peranannya.
• Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu (ibukota propinsi) yang
terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua.
– Persyaratan jalan arteri primer:
• Kecepatan rencana > 60 km/jam
• Lebar badan jalan > 8 m
• Kapasitas jalan lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.
• Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan
lokal.
• Jalan masuk dibatasi secara efisien.
• Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas
jalan.
• Tidak terputus walaupun memasuki kota
• Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan tidak kurang dari 2.
• Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh mentri.
• Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua (ibukota kabupaten)
dengan kota jejang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga
(ibukota kecamatan).
– Persyaratan jalan kolektor primer :
– Kecepatan rencana > 40 km/jam.
– Lebar badan jalan > 7 m.
– Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
– Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan
kapasitas
– Tidak terputus walaupun masuk kota
– Indeks permukaan tidak kurang dari 2
• Jalan lokal primer menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan persil atau kota jenjang
kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga
dengan persil atau kota di bawah kota jenjang
ketiga sampai persil.
– Persyaratan jalan lokal primer :
– Kecepatan rencana > 20 km/jam
– Lebar badan jalan > 6 m.
– Tidak terputus walaupun melalui desa
•
• Yang dimaksud kota jenjang pertama adalah kota yang berperan melayani
seluruh satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan
jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah pengembangan serta memiliki
orientasi keluar
• Yang dimaksud kota jenjang kedua adalah kota yang berperan melayani
sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan
pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang pertama dalam satuan
wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang
kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang pertama.
• Yang dimaksud kota jenjang ketiga adalah kota yang berperan melayani
sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan
pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kedua dalam satuan
wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang
kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan kota jenjang
pertama.
• Yang dimaksud kota dibawah jenjang ketiga adalah kota yang berperan
melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan
kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang ketiga
dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa dan
orientasinya mengikuti prinsip-prinsip di atas.
Kaitan antara sistem jalan sekunder dengan peranannya
• Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan
pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-
kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder
pertama, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
• Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder pertama atau menghubungkan kawasan
sekunder pertama dengan kawasan sekunder pertama atau
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua.
– Persyaratan jalan arteri sekunder :
– Kecepatan rencana > 30 km/jam
– Lebar badan jalan > 8 m.
– Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
– Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
– Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi
kecepatan dan kapasitas jalan
• Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan
sekunder pertama dengan kawasan sekunder kedua
atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
Persyaratan jalan kolektor sekunder :
– Kecepatan rencana > 20 km/jam.
– Lebar badan jalan > 7 m
• Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan
sekunder pertama dengan perumahan, atau kawasan
sekunder kedua dengan perumahan atau kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.
Persyaratan jalan lokal sekunder :
– Kecepatan rencana >10 km/jam.
– Lebar badan jalan yang persyaratan tekniknya diperuntukkan
bagi kendaraan roda tiga atau lebih adalah > 5 m.
– Lebar badan jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
roda tiga atau lebih adalah > 3,5 m.
• Kawasan adalah wilayah yang ditentukan berdasarkan
lingkup pengamatan fungsi tersebut. Wilayah dimaksud
sebagai kesatuan geografi beserta segenap unsur yang
terkait padanya yang batas dan sistemmnya ditentukan
berdasarkan pengamatan administratif dan atau
fungsional.
• Kawasan primer adalah kawasan kota yang
mempunyai fungsi primer. Fungsi primer adakah fungsi
kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan
kota, dan wilayah pengembangannya.
• Kawasan sekunder adalah kawasan kota yang
mempunyai fungsi sekunder. Fungsi sekunder sebuah
kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga
kota itu sendiriyang lebih berorientasi kedalam
jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung fungsi
yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat
pertahanan keamanan .
Tabel 1.1. Hubungan antara hirarki jalan dengan peranan ruas jalan dalam
sistim jaringan jalan primer.
KOTA JENJANG I JENJANG II JENJANG III PERSIL
JENJANG I Arteri Arteri - Lokal
JENJANG II Arteri Kolektor Kolektor Lokal
JENJANG III - Kolektor Lokal Lokal
PERSIL Lokal Lokal Lokal Lokal
Tabel 1.2 Hubungan kawasan kota dengan peranan ruas jalan dalam sistim
jaringan jalan sekunder
KAWASAN PRIMER
I
(F1)
SEKUNDER
I
(F21)
SEKUNDER
II
(F22)
SEKUNDER III
(F23)
PERUMA
HAN
PRIMER I
(F1) - Arteri - - -
SEKUNDER I
(F1) Arteri Arteri Arteri - Lokal
SEKUNDER II
(F1) - Arteri Kolektor Kolektor Lokal
SEKUNDER III
(F1) - - Kolektor - Lokal
PERUMAHAN - Lokal Lokal Lokal -
Gambar. 1.1. Sistim Jaringan Jalan
Primer.
(Sumber : Bina Marga No.
010/T/BNKT/1990)
Gambar. 1.2. Sistim Jaringan Jalan Sekunder
(Sumber : Bina Marga No. 010/T/BNKT/1990)
Klasifikasi Jalan Berdasarkan
Administrasi Pembina Jalan
• Jalan Negara
• Jalan Propinsi
• Jalan Negara

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Analisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanAnalisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalan
Ekha Poetra
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
afifsalim
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Ali Asnan
 
Mkji simpang bersinyal
Mkji   simpang bersinyalMkji   simpang bersinyal
Mkji simpang bersinyal
abay31
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintas
Alen Pepa
 
Kuliah 6 rll bundaran mkji
Kuliah  6 rll   bundaran mkjiKuliah  6 rll   bundaran mkji
Kuliah 6 rll bundaran mkji
bangkit bayu
 

Mais procurados (20)

Grafik nomogram
Grafik nomogramGrafik nomogram
Grafik nomogram
 
Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1
 
Konsep dasar perencanaan terminal
Konsep dasar perencanaan terminalKonsep dasar perencanaan terminal
Konsep dasar perencanaan terminal
 
Analisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanAnalisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalan
 
Materi Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Materi Kuliah Rekayasa Lalu LintasMateri Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Materi Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 
Konsep dasar sistem transportasi
Konsep dasar sistem transportasiKonsep dasar sistem transportasi
Konsep dasar sistem transportasi
 
perencanaan gemotri jalan
perencanaan gemotri jalanperencanaan gemotri jalan
perencanaan gemotri jalan
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
 
Kelembagaan sistem transportasi
Kelembagaan sistem transportasiKelembagaan sistem transportasi
Kelembagaan sistem transportasi
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
 
Mkji simpang bersinyal
Mkji   simpang bersinyalMkji   simpang bersinyal
Mkji simpang bersinyal
 
Karakteristik lalu lintas
Karakteristik lalu lintasKarakteristik lalu lintas
Karakteristik lalu lintas
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalan
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintas
 
sistem transportasi pertemuan ke-2
sistem transportasi pertemuan ke-2sistem transportasi pertemuan ke-2
sistem transportasi pertemuan ke-2
 
Perencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan rayaPerencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan raya
 
Ppt kerusakan jalan
Ppt kerusakan jalanPpt kerusakan jalan
Ppt kerusakan jalan
 
Kuliah 6 rll bundaran mkji
Kuliah  6 rll   bundaran mkjiKuliah  6 rll   bundaran mkji
Kuliah 6 rll bundaran mkji
 

Destaque

Lalin kel 3 karakteristik lalu lintas
Lalin kel 3   karakteristik lalu lintasLalin kel 3   karakteristik lalu lintas
Lalin kel 3 karakteristik lalu lintas
Blue Falcon
 
Pengantar manajemen rekayasa lalu lintas
Pengantar manajemen rekayasa lalu lintasPengantar manajemen rekayasa lalu lintas
Pengantar manajemen rekayasa lalu lintas
bangkit bayu
 
Manajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintasManajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintas
ikhsan93
 
Komponen mesin guru 1020 0101
Komponen mesin guru 1020 0101Komponen mesin guru 1020 0101
Komponen mesin guru 1020 0101
Eko Supriyadi
 
INDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEW
INDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEWINDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEW
INDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEW
tribudia
 

Destaque (20)

Lalin kel 3 karakteristik lalu lintas
Lalin kel 3   karakteristik lalu lintasLalin kel 3   karakteristik lalu lintas
Lalin kel 3 karakteristik lalu lintas
 
Pengantar manajemen rekayasa lalu lintas
Pengantar manajemen rekayasa lalu lintasPengantar manajemen rekayasa lalu lintas
Pengantar manajemen rekayasa lalu lintas
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Manajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintasManajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintas
 
Komponen mesin guru 1020 0101
Komponen mesin guru 1020 0101Komponen mesin guru 1020 0101
Komponen mesin guru 1020 0101
 
03_Toponimi Keputih Gang II
03_Toponimi Keputih Gang II03_Toponimi Keputih Gang II
03_Toponimi Keputih Gang II
 
Aspek fisik
Aspek fisikAspek fisik
Aspek fisik
 
pesantren Thaybah surabaya
pesantren Thaybah surabayapesantren Thaybah surabaya
pesantren Thaybah surabaya
 
Pertumbuhan kota surabaya
Pertumbuhan kota surabayaPertumbuhan kota surabaya
Pertumbuhan kota surabaya
 
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
 
Toponimi kelurahan klampis asem
Toponimi kelurahan klampis asemToponimi kelurahan klampis asem
Toponimi kelurahan klampis asem
 
Iii. dasar teori arus lalu lintas
Iii. dasar teori arus lalu lintasIii. dasar teori arus lalu lintas
Iii. dasar teori arus lalu lintas
 
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota Surabaya
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota SurabayaAnalisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota Surabaya
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota Surabaya
 
Masterplan Yayasan
Masterplan YayasanMasterplan Yayasan
Masterplan Yayasan
 
Perkerasan lentur dan kaku
Perkerasan lentur dan kakuPerkerasan lentur dan kaku
Perkerasan lentur dan kaku
 
Pedoman Mereview Master Plan
Pedoman Mereview Master PlanPedoman Mereview Master Plan
Pedoman Mereview Master Plan
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
contoh cover proposal kegiatan
contoh cover proposal kegiatancontoh cover proposal kegiatan
contoh cover proposal kegiatan
 
[Sustainable Mobility Workshop with UCLG-ASPAC] City Paper : Surabaya(Indonesia)
[Sustainable Mobility Workshop with UCLG-ASPAC] City Paper : Surabaya(Indonesia)[Sustainable Mobility Workshop with UCLG-ASPAC] City Paper : Surabaya(Indonesia)
[Sustainable Mobility Workshop with UCLG-ASPAC] City Paper : Surabaya(Indonesia)
 
INDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEW
INDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEWINDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEW
INDONESIA TRANSPORTATION SECTOR OVERVIEW
 

Semelhante a Ii. karakteristik komponen lalu lintas

PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptxPERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
meizajolanda3
 
Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul
andika dika
 

Semelhante a Ii. karakteristik komponen lalu lintas (20)

Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanPerancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
 
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptxPERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
 
Jenis
JenisJenis
Jenis
 
Bab iv sistem transportasi darat
Bab iv   sistem transportasi daratBab iv   sistem transportasi darat
Bab iv sistem transportasi darat
 
Penjelasan undang undang no 38
Penjelasan undang undang no 38Penjelasan undang undang no 38
Penjelasan undang undang no 38
 
e7ef7_Geometrik_Jalan_Pada_Terowongan_v.pdf
e7ef7_Geometrik_Jalan_Pada_Terowongan_v.pdfe7ef7_Geometrik_Jalan_Pada_Terowongan_v.pdf
e7ef7_Geometrik_Jalan_Pada_Terowongan_v.pdf
 
klasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxklasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptx
 
1 pengantar perkerasan jalan
1 pengantar perkerasan jalan1 pengantar perkerasan jalan
1 pengantar perkerasan jalan
 
klasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxklasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptx
 
KLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALANKLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALAN
 
Transportasi Modul 2.pdf
Transportasi Modul 2.pdfTransportasi Modul 2.pdf
Transportasi Modul 2.pdf
 
Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul
 
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
 
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
 
Makalah senior
Makalah seniorMakalah senior
Makalah senior
 
Nur Syafiqah binti Anuar (A170086) LMCP2502 Tugasan Projek Akhir
Nur Syafiqah binti Anuar (A170086) LMCP2502 Tugasan Projek AkhirNur Syafiqah binti Anuar (A170086) LMCP2502 Tugasan Projek Akhir
Nur Syafiqah binti Anuar (A170086) LMCP2502 Tugasan Projek Akhir
 
PENATAAN RUANG JALAN Menuju Infrastruktur Yang Berkeadilan - Ir. Yusmada Fai...
PENATAAN RUANG JALAN Menuju Infrastruktur Yang Berkeadilan -  Ir. Yusmada Fai...PENATAAN RUANG JALAN Menuju Infrastruktur Yang Berkeadilan -  Ir. Yusmada Fai...
PENATAAN RUANG JALAN Menuju Infrastruktur Yang Berkeadilan - Ir. Yusmada Fai...
 
LMCP2502 A174662 NURAIN NAJWA PROJEK AKHIR
LMCP2502 A174662 NURAIN NAJWA PROJEK AKHIRLMCP2502 A174662 NURAIN NAJWA PROJEK AKHIR
LMCP2502 A174662 NURAIN NAJWA PROJEK AKHIR
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
 
e1363_FUNGSI_DAN_STATUS_JALAN NASIONAL, PROVINSI, KABUPATEN, LINGKUNGAN, JALA...
e1363_FUNGSI_DAN_STATUS_JALAN NASIONAL, PROVINSI, KABUPATEN, LINGKUNGAN, JALA...e1363_FUNGSI_DAN_STATUS_JALAN NASIONAL, PROVINSI, KABUPATEN, LINGKUNGAN, JALA...
e1363_FUNGSI_DAN_STATUS_JALAN NASIONAL, PROVINSI, KABUPATEN, LINGKUNGAN, JALA...
 

Último (9)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 

Ii. karakteristik komponen lalu lintas

  • 1. Rekayasan Lalu Lintas Karakteristik Komponen Lalu Lintas
  • 2. Pecah Ban Sexy Euoii… Waaah .. Meledak deh…..
  • 3.
  • 4. Komponen Lalu Lintas • Sarana • Pemakai • Prasarana
  • 5. Sarana • Jenis Kendaraan Yang digunakan di Indonesia • Karakteristik Kendaraan : – Karakerisitik Fisik (Dimensi dan Berat) – Unjuk Kerja – Fungsi
  • 6.
  • 7. Kegunaan Dasar Kendaraan • Angkutan Pribadi • Angkutan Umum • Angkutan Barang
  • 8. Dimensi Kendaraan • Panjang • Lebar • Tinggi • Jarak Sumbu • Radius Putar • Tinggi mata pengemudi
  • 9. Kategori Kendaraan Rencana Dimensi Kendaraan (cm) Tonjolan (cm) Radius Putar (cm) Radius Tonjolan (cm) Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Minimum Maksimum Kendaraan Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780 Kendaraan Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410 Kendaraan Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370 Dimensi Kendaraan
  • 10.
  • 11.
  • 12. Unjuk Kerja • Pengereman – Jarak Pengereman dibatasi oleh koefisien gesek roda dengan permukaan jalan – Perlambatan normal 1-3 m/det2 – Penghentiandarurat mengebabkan perlambatan 6-10 m/det2 • Percepatan – Percepatan diatur oleh hukum Newton – Percepatan mobil sedan : 0,85 – 2,20 m/det2 – Percepatan Mobil Balab : 3,32 – 4,50 m/det2 – Percepatan kendaraan angkutan umum : 0,21 – 0.56 m/det2 • Kecepatan Maximum – Terjadi pada saat kombinasi gaya-gaya penahan adalah sama dengan besarnya tenaga pendorong, sehingga tidak adalagi gaya percepatan terjadi.
  • 13. Karakteristik Kendaraan Lainnya • Biaya Operasional Kendaraan (BOK) – BOK ditentukan oleh • Konsumsi BBM • Biaya perawatan • Konsumsi Oli • Depresi / penyusutan nilai kendaraan • Keamanan – Usaha untukmenghidari kecelakaan – Perlindungan terhadap isi kendaraan pada saat terjadinya kecelakaan
  • 14. Aspek Keamanan dan Kenselamatan lalu lintas • Penglihatan • Penerangan
  • 15. Karakteristik Pemakai Jalan • Karakteristik Mental – Intelengesia – Motivasi – Belajar – Emosi • Karakteristik Fisik – Penglihatan • Ketajaman Penglihatan : Kemampuan mata untuk menangkap objek dan memfokuskannya dengan cepat • Kedalaman Penglihatan :Perkiraan terhadap jarak khususnya perubahan jarak sewaktu kendaraan berjalan • Bidang Penglihatan – Pendengaran – Perasaan terhadap kestabilan • Waktu Reaksi
  • 16. Waktu Reaksi (PIEV) • Presepsi : Informasi diterima mata dan dikirim ke otak • Identifikasi : otak menerima dan menginterprestasikan pesan–pesan tersebut • Evaluasi : otak mengevaluasi informasi dan memutuskan untuk melakukan sesuatu aksi. Jika aksi reflek diperintahkan maka aksi tersebut tidak diputuskan secara sadar. • Volition : otak mengirimkan keputusan dan tubuh bereaksi secara fisik.
  • 17. Faktor yang mempengaruhi waktu reaksi • Umur • Kelelahan • Alkohol dan obat • Penyakit dan cacat tubuh • Cuaca, altitude, ventulasi • Latihan, pendidikan, penindakan
  • 18. Karaktristik Prasarana • Prasarana terdiri dari : – Jalan • Jalan dalam kota • Jalan antar kota – Pesimpangan – Terminal – Parkir
  • 20.
  • 21.
  • 22. Jalan Luar Kota • Daerah luar Kota memiliki konstrasi penduduk dan intensitas penggunaan lahan yang rendah • Ciri Jalan Luar Kota; – Disesain untuk kecepatan tinggi dan perjalanan jarak jauh – Mempunyai jaringan jalan pengumpan (Feder) dan akses khusus
  • 23. Jalan Dalam Kota • Fungsi utama untuk menyediakan akses ke lahan disekitar
  • 25. Pola Jaringan Jalan Kota • Linier, pada kota kecil dengan 2 buan jalan utama, khususnya dibatasi oleh batasan topografi • Radial, Jalan antar kota dibangun dari suatu kota ke kota lainnya, maka masing-masing kota memiliki sejumlah jalan berarah radial dari pusat kota • Tributri, adalah pola jaringan jalan pola hirarki yang baiuk yaitu cabang dan ranting • Kisi-kisi,Pertama kali digunakan bangsa romawi, pola ini sangat mudah diterapkan dan memiliki beberapa keuntungan pada sisi rekayasa lalu lintas
  • 26.
  • 27. Fungsi dan Hirarki Jalan • Jalan memiliki 2 fungsi dasar yang saling bertentangan – Untuk menggerakkan volume lalu lintas yang tinggi secara efisien dan aman – Untuk menyediakan akses bagi lahan disekitarnya.
  • 28. Klasifikasi jalan • Klasifikasi jalan menurut jenisnya: – Jalan umum Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. – Jalan khusus Jalan khusus adalah jalan selain dari jalan umum (yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum). Contohnya : - Jalan inspeksi pengairan • Jalan inspeksi saluran minyak dan gas • Jalan perkebunan • Jalan pertambangan • Jalan kehutanan • Jalan komplek bukan untuk umum • Jalan untuk keperluan pertahan dan keamanan negara. Jalan khusus yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dinyatakan oleh pengelolanya terbuka untuk lalu lintas umum, maka terhadap ruas jalan dan lalu lintas tersebut berlaku peraturan perundang- undangan tentang jalan dan tentang lalu lintas angkutan jalan raya. – Jalan Tol Jalan Tol adalah jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakai jalan tol.
  • 29. • Klasifikasi jalan menurut pelayanan jasa distribusinya – Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. – Sistem jaringan jalan sekunder Sistem jaringan jalan sekunder adalah sisten jaringan jalan dengan peranan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
  • 30. • Klasifikasi jalan menurut peranan fungsinya – Jalan arteri Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. – Jalan Kolektor Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. – Jalan lokal Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jalan masuk tidak dibatasi.
  • 31. Klasifikasi jalan yang diatur oleh PP No. 43 tahun 1993 dan UULLAJ No. 14 tahun 1992 • Pembagian kelas jalan berdasarkan kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan pertimbangan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. – Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton – Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 10 ton. – Jalan kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8 ton – Jalan kelas IIIB, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8 ton – Jalan kelas IIIC, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8 ton.
  • 32. Kaitan antara sistem jalan primer dengan peranannya. • Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu (ibukota propinsi) yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. – Persyaratan jalan arteri primer: • Kecepatan rencana > 60 km/jam • Lebar badan jalan > 8 m • Kapasitas jalan lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata. • Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. • Jalan masuk dibatasi secara efisien. • Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan. • Tidak terputus walaupun memasuki kota • Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan tidak kurang dari 2. • Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh mentri. • Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua (ibukota kabupaten) dengan kota jejang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga (ibukota kecamatan). – Persyaratan jalan kolektor primer : – Kecepatan rencana > 40 km/jam. – Lebar badan jalan > 7 m. – Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata. – Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas – Tidak terputus walaupun masuk kota – Indeks permukaan tidak kurang dari 2
  • 33. • Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah kota jenjang ketiga sampai persil. – Persyaratan jalan lokal primer : – Kecepatan rencana > 20 km/jam – Lebar badan jalan > 6 m. – Tidak terputus walaupun melalui desa •
  • 34. • Yang dimaksud kota jenjang pertama adalah kota yang berperan melayani seluruh satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah pengembangan serta memiliki orientasi keluar • Yang dimaksud kota jenjang kedua adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang pertama dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang pertama. • Yang dimaksud kota jenjang ketiga adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kedua dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan kota jenjang pertama. • Yang dimaksud kota dibawah jenjang ketiga adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang ketiga dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa dan orientasinya mengikuti prinsip-prinsip di atas.
  • 35. Kaitan antara sistem jalan sekunder dengan peranannya • Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan- kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder pertama, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. • Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder pertama atau menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan kawasan sekunder pertama atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua. – Persyaratan jalan arteri sekunder : – Kecepatan rencana > 30 km/jam – Lebar badan jalan > 8 m. – Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata – Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat – Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan
  • 36. • Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder : – Kecepatan rencana > 20 km/jam. – Lebar badan jalan > 7 m • Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder : – Kecepatan rencana >10 km/jam. – Lebar badan jalan yang persyaratan tekniknya diperuntukkan bagi kendaraan roda tiga atau lebih adalah > 5 m. – Lebar badan jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda tiga atau lebih adalah > 3,5 m.
  • 37. • Kawasan adalah wilayah yang ditentukan berdasarkan lingkup pengamatan fungsi tersebut. Wilayah dimaksud sebagai kesatuan geografi beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemmnya ditentukan berdasarkan pengamatan administratif dan atau fungsional. • Kawasan primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer. Fungsi primer adakah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah pengembangannya. • Kawasan sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiriyang lebih berorientasi kedalam jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan keamanan .
  • 38. Tabel 1.1. Hubungan antara hirarki jalan dengan peranan ruas jalan dalam sistim jaringan jalan primer. KOTA JENJANG I JENJANG II JENJANG III PERSIL JENJANG I Arteri Arteri - Lokal JENJANG II Arteri Kolektor Kolektor Lokal JENJANG III - Kolektor Lokal Lokal PERSIL Lokal Lokal Lokal Lokal
  • 39. Tabel 1.2 Hubungan kawasan kota dengan peranan ruas jalan dalam sistim jaringan jalan sekunder KAWASAN PRIMER I (F1) SEKUNDER I (F21) SEKUNDER II (F22) SEKUNDER III (F23) PERUMA HAN PRIMER I (F1) - Arteri - - - SEKUNDER I (F1) Arteri Arteri Arteri - Lokal SEKUNDER II (F1) - Arteri Kolektor Kolektor Lokal SEKUNDER III (F1) - - Kolektor - Lokal PERUMAHAN - Lokal Lokal Lokal -
  • 40. Gambar. 1.1. Sistim Jaringan Jalan Primer. (Sumber : Bina Marga No. 010/T/BNKT/1990)
  • 41. Gambar. 1.2. Sistim Jaringan Jalan Sekunder (Sumber : Bina Marga No. 010/T/BNKT/1990)
  • 42. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pembina Jalan • Jalan Negara • Jalan Propinsi • Jalan Negara