การใช้ซอฟต์แวร์ Open source (alpha miner) วิเคราะห์ลักษณะลูกค้าเป้าหมาย (cust...
3 fase bulan ramadhan
1. 3 FASE BULAN RAMADHAN
Thursday, 11 August 2011 15:47
Hari/Tgl : Rabu, 03 Agustus 2011
Pembicara : Drs. Sodikin, SH
Di hari yang cerah nan penuh berkah ini, masih di mushalla kantor Pengadilan
Agama Tigaraksa, rutinitas Kultum kembali di gelar. Seluruh pegawai Pengadilan
baik struktural maupun fungsional di tambah beberapa pegawai honorer, khusyuk
menyimak paparan yang disampaikan oleh Bapak Drs. Sodikin SH.
Dalam isi kultumnya tersebut, beliau membahas tentang pemanfaatan organ
infrastruktur manusia yang di berikan Allah SWT. Walau singkat, uraian beliau
sangat menggelitik untuk kembali di renungkan tentang hakikat manusia dengan
puasa. Diantara penjelasan beliau tersebut, pokok bahasannya bisa kita tuangkan
disini.
Yang pertama, beliau memulai paparannya dengan mengatakan bahwa kita patut
bersyukur hingga saat ini kita bisa menjalani puasa ramadhan di hari yang ketiga.
Berarti kita masih di fase pertama dari 3 fase ramadhan. 10 hari pertama adalah
fase rohmat (kasih-sayang) Allah terhadap seluruh hambanya yang berpuasa. 10 hari
kedua adalah fase maghfiroh (ampunan) Allah terhadap hambanya yang berpuasa
dengan penuh keikhlasan. Dan 10 hari ketiga atau terakhir dari bulan ramadhan
adalah fase itqu min an-Nar (dibebaskan dari api neraka). Di fase terakhir ini
kemulyaan ramadhan benar-benar diperlihatkan, karena didalamnya terhadap malam
yang lebih mulya dari 1000 bulan, yaitu malam lailatul qodar.
Yang kedua, hubungan manusia dengan manusia harus terjaga seperti hubungan
hamba dengan Tuhannya. Jangan sampai hablu min an-Nas ini terputus karena lebih
mementingkan hablu min Allah, ataupun sebaliknya. Alangkah indahnya kalau kita
yang berpuasa ini (hablu min Allah) dibarengi dengan kedekatan kita terhadap
sesama manusia. Kita baik dengan tetangga, kita hormat dengan tetangga, kita
jalankan kewajiban kita sebagai tetangga dan kita tunaikan hak-haknya. Maka
disinilah inti berpuasa sebenarnya, kita dekat dengan Tuhan kita, kita pun dekat
dengan sesama manusia.
Yang ketiga, beliau menjelaskan lebih lanjut, setiap manusia yang ada di muka bumi
ini merupakan simbol atau manifestasi kekuasaan Allah. Manusia diberi beberapa
kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Diantara kelebihan itu adalah
manusia diberi akal, hati dan pikiran.
Dengan kelebihan ini, infrastruktur organ manusia seperti mata, tangan, kaki, hati,
mulut, hidung dan organ lainnya yang telah diberikan oleh Allah seharusnya dapat
difungsikan dengan maksimal. Fungsi mata adalah untuk melihat hal-hal yang baik,
2. fungsi kaki adalah untuk berjalan menuju keridhoan Allah, fungsi mulut adalah
untuk mengucap kata-kata yang benar, fungsi hati adalah untuk mengingat dan
mengagumi kebesaran Allah. Makanya pantas bila manusia di beri amanah sebagai
Khalifah Allah di muka bumi ini.
Namun ironisnya, masih kata beliau, hingga saat ini pemanfaatan fungsi organ tubuh
tersebut masih kurang. Banyak yang masih beranggapan bahwa puasa hanyalah
sekedar rutinitas tahunan belaka, yang dilalui dengan menahan lapar dahaga dari pagi
sampai terbenam matahari tanpa ada pengaruh atau stimulus apa-apa. Mereka rajin
bershodaqoh, selalu sholat di masjid/mushalla, mengaji Al-qur’an siang malam
hanya pada bulan ramadhan. Selepas itu, ketika ramadhan telah usai mereka
tanggalkan kembali baju ketaatan mereka. Mereka kembali kepada kebiasaan mereka
yang dulu, shodaqoh jarang, sholat apalagi. Kalau sudah begini, derajat muttaqin
tidak akan bisa diraih.
Sebenarnya kalau kita mau memanfaatkan fungsi hati kita dengan maksimal,
kejadian tersebut tidak akan berlaku buat kita. Orang yang melek hatinya atau
pikirannya, akan menggangap bahwa puasa merupakan sebuah ujian dan pembinaan
agar kita menjadi manusia yang paripurna. Iman kita semakin bertambah tinggi
seiring waktu, perbuatan kita terus sejalan dengan tuntunan Allah seiring pergantian
masa. Inilah manusia yang benar-benar memfungsikan infrastruktur yang diberikan
oleh Allah kepada dirinya.
Yang keempat, di akhir-akhir penjelasannya, Bapak Drs. Sodikin, SH memberikan
contoh bahwa umur Yang Mulia para Hakim yang sudah berumur, tidak ada
maknanya kalau umurnya itu hanya habis atau lewat begitu saja tanpa ada perubahan
yang semakin baik pada dirinya. Bertambahnya uban bukan berarti bertambahnya
pengetahuan dan kebijaksanaan, tetapi bertambahnya uban karena bertambahnya
umur. Sedangkan bertambahnya pengetahuan adalah karena seringnya belajar dan
mau memfungsikan semua infrastruktur yang melekat pada diri manusia tersebut.
Yang kelima, dan yang terakhir, beliau mengatakan bahwa puasa membangun
kejujujaran bagi yang yang menjalankannya. Puasa mendidik kita untuk berlaku
jujur, baik terhadap diri sendiri, orang lain, ataupun terhadap siapa saja di alam ini.
Waallahu a’alm bisshowab.
3. KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN
Keutamaan Puasa Ramadhan (1o Hari Pertama)
Keutamaan Puasa Ramadhan sangat luar biasa, Bulan
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmah, maghfirah dan
ampunan. Sebagaimana yang telah disabdakan baginda Rasulullah
SAW , membagi bulan Ramadhan itu menjadi tiga. Keutamaan puasa
Ramadhan 10 hari Pertama, adalah rahmat (awwaluhu
rahmah), Keutamaan puasa ramadhan pada 10 hari kedua adalah
ampunan (wa awsathuhu maghfirah), dan keutamaan puasa ramadhan
pada 10 hari terakhir adalah bulan pelepasan dari siksa neraka (wa
akhiruhu itqun min an-nar).
“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah
dengan membawa berkah rahmat dan ampunan Allah. Bulan yang mulia
di sisi Allah. Hari-harinya adalah yang paling utama. Malam-malamnya
adalah yang paling utama. Waktu demi waktunya adalah yang paling
utama.” (HR Ibnu Khuzaimah).
Oleh karena itu Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam agar
senantiasa memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan. Sebab,
terdapat banyak keutamaan Puasa Ramadhan yang akan diperolehnya.
Ibadah sunah menjadi bernilai fardhu, makan sahur merupakan berkah,
bersedekah akan dilipatgandakan, membaca Alquran akan menjadi
syafaat, dan beribadah pada malam Lailatul Qadar nilainya lebih baik
daripada seribu bulan.
Keutamaan Puasa Ramadhan (1o Hari Kedua)
Keutamaan puasa ramadhan pada 10 hari kedua adalah ampunan.
Dimana keutamaan puasa ramadhan fase kedua ini adalah Allah
banyak memberikan maghfirah atau ampunan. Inilah saat yang tepat
4. bagi kita untuk meminta ampun atas dosa-dosa kita dengan
memperbanyak dzikir dan meminta ampunan, meminta agar semua
dosa-dosa kita di maafkan dan diterima tobat kita.
Tidak ada bulan-bulan lain yang sebaik bulan ramadhan, maka itu
janganlah kita menyiakannya, agar kita tidak menjadi orang yang
merugi.
Keutamaan Puasa Ramadhan Ketiga ( 10 Hari Terakhir )
Keutamaan Puasa Ramadhan pad 10 hari terakhir yang dipenuhi
barokah yang berlimpah ruah. Terutama jika kiat beribadah pada malam
lailatul qadar. Sebuah ibadah yang dilakukan pada malam itu dengan
ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi
wa Sallam lebih baik daripada ibadah yang dilakukan selama Seribu
bulan selain Ramadhan. Tentu keutamaan Puasa Ramadhan yang amat
besar ini akan membuat hati yang jernih dan akal yang sehat terdorong
dan berharap untuk dapat meraihnya.
Malam lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, sekali dalam
setahun. RasulullahShalallahu „alaihi wa Sallam bersabda:
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan,
jika ada diantara kalian lemah, maka jangan sampai luput dari tujuh
malam yang tersisa (terakhir).” (HR. Al-Bukhari danMuslim)
Dalam riwayat Al-Imam Muslim yang lain, Rasulullah Shalallahu „alaihi
wa Sallam bersabda:
…. maka carilah pada malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir
bulan ramadhan.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam Fathul Bari: “Pendapat
yang paling kuat tentang terjadinya lailatul qadar adalah pada malam
ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. Dan terjadinya
tidak menetap pada malam tertentu dalam setiap tahunnya.”
5. Adapun memastikan suatu malam dari bulan Ramadhan bahwa ia
adalah Malam lailatul qadar(di tahun tersebut), maka membutuhkan
dalil (yang shahih dan jelas) dalam penentuannya. Namun malam-
malam ganjil pada sepuluh terakhir itu hendaknya lebih dijaga dibanding
selainnya, dan malam keduapuluh tujuh hendaknya lebih dijaga lagi
daripada malam-malam ganjil selainnya yang dimungkinkan bertepatan
dengan lailatul qadar (Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah li Al-Buhuts
wa Al-Ifta`)
Apa yang seharusnya dilakukan di malam tersebut?
Pertama: Bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir melebihi
kesungguhan pada malam-malam selainnya, dalam hal shalat,
membaca Al-Qur‟an, berdo‟a, dan ibadah-ibadah yang lainnya. „Aisyah s
menceritakan:
“Dahulu Rasulullah Shalallahu „alaihi wa Sallam jika memasuki sepuluh
malam terakhir, beliau menghidupkan malamnya, dan membangunkan
keluarganya, serta mengencangkan tali pinggangnya.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Al-Imam Ahmad dan Muslim: “Dahulu beliau Shalallahu
„alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh malam
terakhir yang tidak sama kesungguhannya dengan malam-malam
selainnya.”
Kedua: Menegakkan shalat tarawih dengan penuh keimanan dan hanya
mengharapkan pahala dari Allah. Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wa
Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam lailatul
qadar dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari
Allah, maka pasti akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (HR. Al-Jama’ah, kecuali Ibnu Majah).
6. Ketiga: Membaca do‟a sebagaimana yang diajarkan Nabi Shalallahu
„alaihi wa Sallam kepada „Aisyah radliyallahu „anha. „Aisyah radliyallahu
„anha berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku
menjumpai suatu malam bahwa itu adalah malam lailatul qadar apa
yang harus aku baca pada malam itu? Rasulullah Shalallahu „alaihi wa
Sallam menjawab: “Ucapkanlah (berdo‟alah):
“Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf Maha Mulia lagi suka
memaafkan, maka maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi). * Keutamaan
Puasa Ramadhan pada sepuluh hari pertama, kedua dan terakhir.