Dokumen tersebut membahas tentang masa remaja dan alienasi. Masa remaja didefinisikan sebagai masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Remaja rentan mengalami alienasi akibat kurangnya dukungan sosial dan konflik dengan lingkungan sekitar, seperti orang tua dan teman sebaya, yang dapat menyebabkan penyimpangan perilaku. Alienasi pada remaja dap
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia
dewasa. Pada masa remaja individu mulai mengalami perubahan dalam sikap dan
perilakunya sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya. Remaja sangat mudah
dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti keluarga, lingkungan,
pergaulan,teman sebaya dan teman sekolah. Menurut Papalia dan Old (2001), masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Masa remaja merupakan masa peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Menurut Erikson (dalam Hall dan Lindzey, 1993) masa dimana
seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa
sebagai seseorang yang unik seseorang dengan perubahan-perubahan yang baru
dialaminya.
Setiap individu pada umumnya memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD) pada
umur 6 tahun dan selama di SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) tidak pernah tinggal kelas, maka pada umur 18 tahun
seseorang mulai memasuki dunia mahasiswa (Gunarsa & Gunarsa, 2001). Monks dkk
(2002) mengatakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-
21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal , 15-18 tahun: masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir. Umur 18-21 tahun oleh para
ahli psikologi perkembangan masih digolongkan pada remaja atau lebih tepatnya lagi
bagi remaja lanjut, pada usia-usia ini mereka masih pada tahapan peralihan dari
dunia remaja ke dunia dewasa (Gunarsa & Gunarsa, 2001)
2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Masa remaja merupakan salah satu periode dari proses perkembangan
manusia. Peristiwa-peristiwa yang dialami pada masa ini dirasakan lebih kompleks
dibandingkan dengan tahap perkembangan sebelumya. Untuk memahaminya perlu
dimengerti masalah yang berhubungan dengan keadaan remaja, dan dari kenyataan-
kenyataan itu akan dapat kita prediksi kehidupan remaja dimasa-masa selanjutnya.
Masalah yang dihadapi remaja adalah masalah yang muncul dalam dirinya atau
hubungannya dengan orang lain misalnya: kenakalan remaja, homoseksualitas,
kemerosotan moral, penyalahgunaan narkotika, termasuk adanya kecemasan-
kecemasan melakukan onani atau masturbasi. Masalah yang timbul begitu
memprihatinkan baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Masalah yang
dihadapi remaja ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang cukup.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut
akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut (http://umah
belajarpsikologi.com/index.php/fungsi-dasar-psikologi/).
Masa perkuliahan sangat jauh berbeda dengan masa-masa sekolah dahulu
yang terkesan lebih formal, baik dari segi peraturan, kedisplinan serta sistem belajar-
mengajarnya. Dunia perkuliahan adalah dunia di mana hampir semua kegiatan
dilakukan dan diputuskan sendiri, oleh karena itu kemandirian dalam diri individu
dibutuhkan di sini, terlebih mahasiswa baru yang diyakini membutuhkan waktu yang
lebih banyak untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang dimasukinya.
Sebaliknya bagi mereka yang tidak siap dengan lingkungan baru ini akan merasa
asing. Hal ini dimungkinkan karena ia biasa bergantung pada keadaan dari luar
dirinya sendiri atau orang lain. Keterasingan ini lambat laun juga mempengaruhi
3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
kehidupannya baik di hari ini ataupun hari esok, walaupun pada awalnya hanya
mengalami konflik ringan terutama yang berhubungan dengan sosialisasi.
Salah satu masalah yang dapat dialami oleh remaja adalah rasa
kesepian/keterasingan/keterpisahan yang makin dalam bila remaja tidak dapat
involve (memiliki keterlibatan emosional) dalam keluarga atau kelompok sosial yang
ada. Akibatnya kebutuhan akan kehangatan cinta dapat berkembang secara primitif,
instinktif, biologis, berupa dorongan seksual yang membabi buta. Hal ini juga terkait
dengan adanya konsep diri yang merupakan kata kunci dari kebermaknaan eksistensi
manusia khususnya pada remaja. Merupakan pengenalan (penemuan) atas aspek-
aspek di dalam diri yang menjangkau aspek spritual (kehidupan batin yang bereleasii
dengan alam, manusia lain dan Tuhan. Yang memberikan ketenangan, rasa
keutuhan-kepenuhan yang relatif menetap
(http://www.pintusingapura.org/forumpintu/profile.php?mode=viewprofile&u=14&si
d=bd1a5d66c22100d0f9dbfefd8360d19d, 18 feb 2006 9:18 pm)
Alienasi sebagai salah satu konsep turunan dari konsep proses sosial telah lama
menjadi perhatian para pengamat sosial. Sebagai fenomena yang dijauhi masyarakat
dan juga oleh para korban alienasi itu sendiri. Fenomena alienasi biasa dilekatkan
pada aktifitas kejahatan, alkoholisme, prasangka nasional, keresehan buruh,
kenakalan anak dan rasnya, serta penyakit psikis. Manisfestasi dari alienasi memiliki
perbedaan di masing-masing kelompok sosial, hal itu dikarenakan tergantung pada
tingkat kesenjangan antara situasi sosial; pada kelompok-kelompok tersebut dan
harapan-harapan mereka untuk mengatasinya.
Berikut sebagian kutipan yang di dapat mengenai gejala alienasi yang dihadapi
oleh sebagian remaja :
Selama masa remaja saya mengalami keterasingan sosial di sekolah karena
saya senang menggunakan sebagian waktu saya untuk membaca buku-buku di
perpustakaan dan tidak tertarik, kepada lawan jenis, pesta, dansa, film,
perhiasan, maupun kosmetika. Saya beranggapan bahwa merokok merupakan
4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
kebiasaan vulgar dan kemubaziran. Meskipun kenyataan di masyarakat
mengharuskan seseorang untuk minum-minum di dalam pesta dengan tujuan
agar diterima secara sosial, dan kedua orang tua saya berpendapat bahwa
pengumbaran diri sekedarnya dengan anggur tidak dapat di pisahkan dari
“kenikmatan hidup” namun saya belum pernah menyentuh minuman keras.
Saya hampir tidak mempunyai teman selama delapan tahun di sekolah lanjutan
pertama dan atas, karena saya hanya berbagi sedikit kegetiran dengan anak
laki-laki dan perempuan sebaya saya (Maulana). (http:
//media.isnet.org/islam/Jamilah/index.html)
Seperti cerita yang sudah klise Rita (18 tahun, bukan nama aslinya)
mengatakan, kesibukan kedua orang tuanya membuat dia selalu kesepian di
rumah. Di tempat lain remaja bernama Abadi (22 tahun) ia lari ke pil ectasy
karena orang tuanya memaksa kehendaknya untuk menjadi seorang dokter.
(http://apakabar/clarknet/new, Mon.Maret.27 1995-06:33:00 EST)
Banyaknya permasalahan yang melilit pada diri seorang remaja telah
mendorong sebagian dari mereka menjadi sangat rentan terhadap dampak negatif
dari kehidupan modern, misalnya mendambakan suatu kebebasan yang mendorong
mereka lari dari rumah dan mulai mencoba-coba menikmati obat-obatan terlarang
dan narkotika, perilaku seks bebas, serta tawuran. Data yang dikemukakan oleh
Noviansyah (dalam http://www.pelajarislam .or.id/piipub03.htm,2002) menyebutkan
bahwa antara tahun 1995-1999 terjadi sejumlah 933 kasus di mana terbanyak terjadi
di wilayah Polda Metro Jaya sejumlah 810 kasus, sedangkan untuk kasus di luar
pulau jawa paling banyak terjadi wilayah Polda Sumsel sebanyak 253 kasus, di mana
kesemuanya itu dengan tingkat radikalisme yang sudah menjurus ke arah
krimininalitas. Hasil survey Lentera-Sahaja PKBI Yogyakarta (Embrio, 10 September
2000) memperlihatkan perilaku seksual remaja mencangkup kegiatan berpegangan
tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting, berhungan dengan pasangan tetap
maupun dengan banyak orang, sedangkan kasus kehamilan yang tidak dikendaki
pada tahun 1998/1999 sebanyak 113 kasus. Selain itu terdapat penelitian lain yang
telah mengungkapkan banwa di Indonesia terdapat dua juta pecandu narkotika dan
obat-obatan terlarang, di mana menurut Nasution (dalam http://www. Kompas -
5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
cetak?0102/05/iptek/maha10,2001) sembilan puluh persen dari pecandu itu adalah
generasi muda dan 25 ribu diantaranya merupakan mahasiswa.
Perilaku remaja yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika, seks bebas,
tawuran, kebiasaan memprotes dengan keras,menjadi kaum hippies, dan kenakalan
lainnya, serta menjadi orang yang mempunyai gangguan psikologis menurut
Bernanrd (1971) adalah merupakan perilaku remaja yang menyimpang. Hurlock
(1999) menyebutkan perilaku tersebut sebagai sindrom alienasi yang merupakn
perilaku sosial dengan karakteristik menutup diri, menyendiri, menggangu orang lain,
berlaku seperti bos, tidak bisa diajak bekerja sama, dan tidak bijaksana. Dampaknya
remaja yang mengalami alienasi menurut Hurlock (1999) akan merasa tidak nyaman
dengan standar kelompok secara fisik yang menyebakan remaja menarik diri,
sedangkan disisi lain secara kepribadian remaja yang bersangkutan akan memiliki
kepribadian yang egois, keras kepala, pemarah, dan gelisah.
Sebagai suatu turunan dari konsep proses sosial, maka alienasi dianggap
merupakan hasil dari proses sosial, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa
proses sosial yang berbeda di berbagai masyarakat pada akhirnya akan
menghasilkan berbagai macam alienasi, Fromm (1974) menyebutkan ada beberapa
bentuk alienasi dalam artian filosofis, yaitu alienasi diri (dari dirinya sendiri ), alienasi
dari orang lain, serta alienasi dari lingkungannya. Alienasi diri oleh Fromm (1955)
didefinisikan sebagai bentuk pengalaman ketika orang mengalami dirinya sendiri
sebagai orang asing dimana ia tidak menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia,
dan sebagai pelaku dari perbuatan-perbuatan seseorang. Alienasi ini menyangkut
hubungan manusia dengan pekerjaannya, dengan benda yang dikonsumsinya,
dengan negara, dengan sesama, dan dengan dirinya sendiri.
Schachtel (1977) berpendapat bahwa alienasi terhadap diri sendiri merupakan
awal dari semua bentuk alienasi, di mana alienasi dari diri selalu sejalan dengan
6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
alienasi dari orang-orang lain serta alienasi dari dunia di sekitarnya, sehingga orang
yang teralienasi cenderung untuk menarik diri dari lingkungannya terutama yang
berkaitan dengan aktiivitas yang berhubungan dengan orang lain. Perilaku ini
didukung oleh suatu perasaan subyektif yang sinis atau negatif dalam diri seorang
individu tentang diri beserta peran-perannya untuk memperoleh dalam berhubungan
sosial.
Keterasingan atau alienasi (alienation) ditandai dengan ciri meningkatnya rasa
kesepian, hasrat hidup yang menurun, hasrat untuk meraih sesuatu namun sulit
untuk meraihnya. Proses alienasi adalah suatu kenyataan bahwa manusia tidak
menghayati dirinya sendiri sebagai seseorang yang aktif, melainkan sesuatu yang
bergantung pada keadaan dari luar diri sendiri dalam (Said, 1998). Saat ini alienasi
juga mempengaruhi kehidupan remaja. Remaja banyak mengalami konflik terutama
yang berhubungan dengan sosialisasi, hubungan dengan orang tua sudah mulai
renggang, harapan orang tua dengan cita-cita sering bertentangan sehingga banyak
remaja yang mencari kompensasi lain untuk memecahkan masalahnya tersebut.
Remaja menjadi asing dengan dirinya dan masih mencari identitas dirinya sehingga
banyak melakukan penyimpangan perilaku.
Berbagai masalah yang diahadapi oleh para mahasiswa terkadang sulit diatasi
secara mandiri. Dukungan dan saran-saran dari orang tua akan sulit dilakukan
mengingat keterbatasan biaya maupun waktu sehingga mahasiswa tersebut harus
mampu mengatasi permasalahan yang muncul dengan menyesuiakan diri dan
menjalin hubungan dengan orang lain di sekitar lingkungan yang baru.
Pada remaja yang memiliki konsep diri yang rendah atau negatif akan
menjadikan sulit untuk menerima diri dengan apa adanya dalam (Jersild, 1999) tidak
yakin terhadap dirinya sendiri, dan menyangka orang lain tidak menyukai dirinya
(Hurlock, 1999), peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, serta pesismis (
7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Brooks & Emmet dalam Rakhmat, 1996). Adanya anggapan bahwa orang lain tidak
mengakui keberadaanya, sensitif terhadap kritik, dan pesimis terhadap hidup yang
dijalankan. Maka pada remaja akan muncul keengganan untuk melakukan hubungan
dengan orang lain disekitarnya (asosial). Di sisi lain keinginannya untuk mencari
identitas diri dan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri seseorang remaja
menyebabkan remaja berusaha mencoba sesuatu yang baru baginya. Terjadinya
konflik batin antara norma masyarakat dan keinginan yang tertanam dalam dirinya
menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan kebimbangan. Masa ini menjadi masa
transisi dan akan menjadi suatu developmental challenges yang ditandai dengan
adanya kecendrungan untuk berprilaku menyimpang (maladaptive response). Dalam
kondisi tertentu perilaku menyimpang akan berlangsung lama dan berkembang
menjadi perilaku mengganggu ( Ekowarni, 1993).
Dalam menjalin dengan orang lain, diperlukan suatu kemampuan komunikasi
dan keberanian untuk memulainya. Hal-hal tersebut tidak terlepas dari gambaran
mental diri individu yang bersangkutan yang disebut konsep diri. Konsep diri
merupakan suatu pandangan tentang diri yang sebenarnya. Konsep diri ini sangat
penting karena hal yang dipikirkan seseorang tentang dirinya menentukan tindakan
dan hubungan dengan orang lain. Konsep diri positif biasanya menambah
kemampuan individu untuk mengasihi dan dikasihi. Individu dapat bergaul dengan
orang lain dengan sikap terbuka dan jujur. Individu juga merasa bahagia dan puas
dengan dirinya. Bila timbul permasalahan dapat segera mengatur stratregi untuk
mengatasinya.
Konsep diri pada dasarnya merupakan pengertian dan harapan seseorang
mengenai cara seseorang itu memandang dirinya, diri yang dicita-citakan dan dirinya
dalam realita sesungguhnya baik secara fisik maupun psikologik (Hurlock, 1978)
konsep diri memegang peranan penting dalam bentuk apapun. Bentuk atau kualitas
8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
interaksi dapat berubah, karena konsep diri bersifat tidak stabil, dapat berubah
sesuai dengan pengalaman hidup seseorang. Melalui konsep diri individu dapat
memperoleh gambaran tentang dirinya secara utuh, tahu dan mengerti yang akan
dijalaninya dan diinginkannya sehingga akan berusaha untuk mewujudkannya.
Merurut Fofel dan Melson (1988) terdapat signifikansi yang tinggi antara
alienasi dengan status sosial remaja yang rendah kerena adanya tuntunan keluarga
yang belum semuanya terpenuhi , sehingga mengakibatkan remaja menjadi frustasi
dan akhirnya menarik diri. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah berlebihan bila
Bronfenbrener & Keniston ( dalam Thornberg, 1982) mengartikan alienasi sebagai
perasaan hilang dari hubungan yang diinginkan sebelum yang menyebabkan
perasaan ditolak oleh dunia luar, dan karena perasaan inilah individu merasa kecil
dan melakukan perilaku yang menyimpang. Perilaku ini sebenarnya tidak akan
menyimpang seandainya individu yang bersangkutan menganggap wajar perasaan
yang dialaminya sewaktu memasuki suatu lingkungan yang baru. Dikatakan
menyimpang bila perilakunya sudah luar batas-batas kewajaran, sehingga orang lain
mengganggap aneh keadannya.
Hepner (1973) menyatakan bahwa alienasi dapat dikategorikan sebagai salah
satu gaya hidup yang dicirikan sebagai sindrom sikap, serta perasaan pesimistis,
sinisme, dan ketidakpercayaan terhadap suatu pandangan bahwa orang lain tidak
peduli, manipulatif dan secara emosional terpisah dari dirinya. Keadaan seperti ini
membuat orang kehilangan jati dirinya, sehingga pada akhirnya akan membuat
seseorang mengalami kebingungan dengan keadaan dirinya yang pada umumnya
terjadi ketika individu memasuki usia remaja. Menurut Mubarok (2000) alienasi diri
ditandai dengan beberapa gangguan kejiwaan atau kesehatan mental yang
diantaranya dapat berupa kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang,
dan psikosis.
9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tentunya untuk menghindari kecendrungan alienasi diri, langkah antisipasi
yang perlu yang perlu dilakukan tidak dapat terlepas dari suatu proses sosial yang
harus dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Menurut hemat peneliti langkah
yang disekitarnya dapat dilakukan adalah dengan menjalani hidup berdasarkan pada
nilai-nilai kehidupan religiusitas dan pembentukan konsep diri yang positif. Hal
tersebut didasarkan pada beberapa pendapat seperti tertulis sebelumnya, bahwa
kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai reliusitas diantaranya akan menjadikan
individu memiliki kepercayaan diri, optimis, dan ketenangan kalbu yang menjadikan
individu tersebut untuk selanjutnya diharapkan akan lebih tahan dalam mengahadapi
cobaan hidup dan tidak putus asa, sehingga hidupnya menjadi bermakna. Kaitannya
dengan konsep diri, ditengarai bahwa alienasi diri berhubungan dengan konsep diri
seorang individu, hal tersebut didasarkan pada pendapat Gergen (1970) yang
berpendapat bahwa individu yang teralienasi salah satunya dikarenakan oleh perilaku
yang tidak konsisten dengan konsep dirinya, sehingga muncul kecendrungan untuk
berprilaku yang melanggar aspirasi-aspirasi identiatas dirinya.
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara konsep diri dengan kemungkinan terjadinya alienasi diri pada Mahasiswa.
Diharapkan dengan diketahuinya hasil yang dicapai dalam penelitian ini, mampu
untuk memberikan sumbangan saran berkaitan dengan hasil dari penelitian ini
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama yang berkaitan dengan
kehidupan remaja, khususnya yang berstatus mahasiswa, misalnya pihak keluarga,
maupun lembaga pendidikan.
10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Jika penelitian ini terbukti maka diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, yaitu psikologi sosial, dan
psikologi kepribadian, khususnya pada aspek konsep diri dan alienasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja akhir yang khususnya berstatus mahasiswa, hasil penelitian ini
dapat memberikan pengetahuan sejauh mana konsep diri yang terbentuk dan
apa kaitannya dengan alienasi yang dialami oleh remaja
b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya pada bidang
psikologi sosial, serta psikologi kepribadian
D. Orisinalitas Penelitian
Topik yang diangkat dari penelitian ini terutama mengenai alienasi pada remaja
telah banyak di lakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya di antaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Syahroza (2004) dengan judul Hubungan antara
kemandirian dengan alienasi pada remaja yang berstatus mahasiswa. Subjek dalam
penelitian ini adalah melibatkan 100 mahasiswa jurusan teknik Geologi fakultas
teknologi Mineral UPN “Veteran “ Yogyakarta angkatan 2002-2003 dengan usia 18-
22 tahun. Alienasi pada penelitian ini di ungkap dengan skala alienasi yang
merupakan modifikasi sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek
alienasi dari Dean (Pratomo, 1994). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan alienasi. Perbedaan
mendasar antara penelitian penulis dengan penelitian sebelumya terletak pada
tujuan penelitian, tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui hubungan
antara konsep diri dengan alienasi pada remaja akhir yang berstatus mahasiswa.
11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Sedangkan penelitian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kemandirian dengan alienasi pada remaja yang berstatus mahasiswa.
Penelitian lainnya adalah tentang hubungan antara konsep diri dengan
kesepian pada mahasiswa baru di Universiatas Islam Indonesia Sari (1999). Subjek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan tahun
2003/2004 baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini menggunakan variabel
tergantungnya, sama dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya
peneliti menggunakan skala konsep diri yang merupakan modifikasi dari skala
konsep diri Khairiyah (1998) dengan mengacu pada teori yang disusun oleh
Berzonsky (1981), yang mengacu pada empat aspek yaitu; aspek fisik, aspek psikis,
aspek sosial, dan aspek moral. Kesimpulan yang diperoleh dari data yang
sebelumnya adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kesepian pada
mahasiswa baru.
Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh Effendi (2004) tentang hubungan
antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar pada siswa kelas
lima sekolah dasar muhammadiyah sukonandi yogyakarta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memahami hubungan antara konsep diri dengan kemampuan verbal
dengan prestasi belajar sedangkan tujuan yang kedua adalah memahami perbedaan
konsep diri dan kemampuan verbal siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Subjek
penelitian adalah siswa kelas lima sekolah dasar muhammdiyah di kotamadya
yogyakarta. Dua sekolah merupakan dari 8 sekolah yang termasuk kategori baik (A)
yang menjadi populasi penelitian adalah SD muhammdiyah sukonandi dan SD
muhammadiyah karangkajen. Sampel penelitian berjumlah 79 anak terdiri dari 42
siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan yang memiliki umur dari 9 s/d 13 tahun.
Data konsep diri dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket yang terdiri dari
32 pertanyaan. Sementara data kemampuan verbal siswa dikumpulkan dengan
12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
menggunakn Tes Verbal WISC. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) ada hubungan
yang signifikan antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar
(2) tidak ada perbedaan antara konsep diri antara siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (3) tidak ada perbedaan kemampuan verbal antara siswa laki-laki
dengan siswa perempuan.
Perbedaan mendasar dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada
variabel bebas, yaitu penelitian sebelumnya mengukur mengenai kemampuan verbal
dengan prestasi belajar, sedangkan variabel bebas peneliti adalah mengenai alienasi
remaja yang berstatus mahasiswa.
Berdasarkan penelitian yang akan saya lakukan, maka saya akan
memberitahukan, bahwa penelitian ini sangat-sangat benar dan belum ada yang
pernah menggunakannya. Merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan karya tulis
orang lain, sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang sudah
disebutkan sumbernya. Keaslian penelitian ini berdasarkan dengan:
1.Keaslian topik
Topik yang akan saya teliti adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri
dengan alienasi pada remaja akhir yang berstatus mahasiwa.
2. Keaslian teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini banyak bersumber pada teori yang di
ungkapkan oleh Roger mengenai aspek-aspek konsep diri, begitu pula yang
dikemukakan oleh Nashori mengenai aspek-aspek konsep diri yang terdiri dari tiga
aspek. Teori Burn mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukan konsep
diri. Begitu pula teori yang dikemukakan oleh Katz & Kahn mengenai aspek-aspek
alienasi, teori Fromm mengenai ciri-ciri orang modern teralienasi.
13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
3. Keaslian alat ukur
Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada metode Likert
yang telah dimodifikasi menjadi 4 alernatif jawaban. Skala alienasi menggunakan
aspek-aspek alienasi dari Dean (Purnomo, 1995). Sedangkan alat ukur yang
digunakan untuk mengungkap konsep diri adalah dengan menggunakan teori
Berzonsky (1981).
4. Keaslian subjek penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan subjek remaja akhir yang berusia
antara 18-22 tahun yang berstatus mahasiswa.
14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alienasi
1.Pengertian Alienasi
Menurut Purnomo (2002), pengertian alienasi berkembang sejalan dengan
fenomena yang menyertainya. Pada awal kemunculannya pengertian alienasi lebih
bermakna teologis filsafat, akan tetapi kemudian berkembang ke arah pengertian
yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saat ini masih
terus berlangsung, sehingga tidak mengherankan bila pemahamannya tidak dapat
diseragamkan dan berada di setiap disiplin ilmu. Pada umumnya, dalam ilmu-ilmu
sosial khusunya, alienasi diartikan sebagai bentuk dari suatu keterasingan.
Alienasi dalam ilmu sosial sering digunakan untuk menggambarkan perasaan
keterasingan individu terhadap masyarakat, alam, orang lain, maupun dirinya sendiri
(Johson, 1986). Alienasi dalam filsafat sering disamakan dengan reifikasi tindakan
(hasil tindakan) dalam transformasi kekayaan manusia, tindakan yang berhubungan
dengan kekayaan atau benda-benda di luar manusia yang mengatur hidupnya, dan
sering pula diartikan sebagai alienasi diri yang merupakan suatu proses dan hasil di
mana diri (Tuhan atau manusia) melalui dirinya sendiri (melalui tindakannya)
menjadi asing atau aneh terhadap dirinya sendiri (Edwards, 1967).
Istilah alienasi itu sendiri menurut Gajo Petrovic (dalam Edwards, 1967)
mempunyai modifikasi pengertian yang di dorong oleh etimologi dan forologi kata.
Bardasarkan hal tersebut, maka Linchtheim (1965) mencoba menjelaskan istilah
alienasi ini sebagai istilah yang berasal dari kata Yunani, ekenosen-dalam-injil bahasa
Latin disebut exinanivit-yang membimbing langsung penggunaan istilah
entausserung pada Hegel, di mana istilah entausserung ini dapat di terjemahkan
15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
secara bebas sebagai self alienation, jika seandainya Hegel menggunakan istilah
tersebut dalam pengertian teologi-kristologi. Menurut pengertian tersebut, alienasi
diperlukan sebagai penandaan “hilang dari ada” (loose of being) atau “pengasingan”
(estangement).
Untuk itu Triandis (1980) memberikan batasan untuk memahami konsep
alienasi diri. Pertama, bahwa seorang individu dapat dikatakan teralienasi, bila
berada di irama dan gerak masyarakatnya dan oleh karena itu tidak memperoleh
kepuasan hidup dalam kondisi tersebut. Kedua, sebagai implikasinya seorang
individu tersebut akan merasa senang bila masyarakatnya berubah, atau apabila
dirinya yang harus berubah, maka arahnya adalah untuk semakin confrom dengan
harapan dari kalangan mayoritas.
Sementara itu menurut Bail dalam Akhmad, dkk (1992) alienasi sebenarnya
berasal dari kata latin, alienare yang berarti “memisahkan” (to separate),
“memindahkan “ (to remote), atau “menjauhkan” (to ake away). Alienasi dengan
kata lain secara lebih sederhana dapat merupakan penunjukkan pada kondisi
pemisahan atau pengasingan. Pada mulanya dan tetap dipertahankan sampai
sekarang, alienasi banyak digunakan dalam bahasa hukum yang menunjukkan pada
“menunai” (trade), “meniadakan” (transfering), “menjual” (to sold), dan mewariskan
kekayaan pribadi seseorang kepada orang lain. Lambat laun alienasi dalam
perkembangannya memiliki dan meliputi pengertian yang berbeda dalam filsafat,
ilmu pengetahuan, dan dalam kehidupan sehari-hari. Alienasi dalam kehidupan
sehari-hari sering kali berarti menolak atau menjauh dari kawan-kawan atau
kelompoknya. Sementara dalam teori sosial politik, sosiologi dan psikologi, alienasi
biasanya digunakan untuk menunjuk pada perasaan” keterasingan”, individu itu
sendiri. Manusia teralienasi dari orang lain atau dari berbagai macam struktur sosial
ketika keberadaan kriterianya untuk mengevaluasi dirinya sendiri berbeda dengan
16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
kriteria yang digunakan orang lain dalam mengevaluasi diri mereka. Alienasi pada
manusia berarti, terpisahnya aspek-aspek atau elemen-elemen tersebut pada diri
menejemen dari aspek-aspek atau elemen-elemen diri yang lain.
Konsep alienasi dalam kajian psikologis banyak mengacu pada pendapat
Fromm yang mendefinisikan alienasi sebagai suatu cara berada yang menjadikan
seorang individu merasa sebagai sesuatu yang asing, dan segala tindakannya
melainkan tindakan dan konsekwensi-konsekwensinya tersebut justru yang telah
menjadi tuan yang harus dipatuhi dan harus dipuja (Fromm, 1977). Secara jelas
Fromm dalam rumusannya telah memodifikasikan konsepsi alienasi Marx dengan
mengubah konsep mode of production menjadi mode of experience, atau dalam
bahasa sederhananya telah mengubah konsep alienasi dari modus berproduksi
menjadi modus berada (dalam Meszaos, 1970). Selain itu, Fromm (1977) juga
berpendapat bahwa secara historis kata alienasi digunakan untuk menunjuk orang
yang sakit pikiran atau gila, alienasi adalah kata-kata lama yang menyebut psikotik,
karena dalam bahasa Inggris kata “alienist” itu sendiri hingga saat ini digunakan
sebagai sebutan bagi dokter yang merawat orang-orang gila.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengertian alienasi berkembang
sejalan dengan fenomena yang menyertainya. Pada awal kemunculannya pengertian
alienasi lebih bermakna teologis filsafati, akan tetapi kemudian berkembang ke arah
pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saat ini
masih berkembang ke arah pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan
pengertian alienasi sampai saai ini masih terus berlangsung, sehingga tidak
mengherankan bila pemahamannya tidak dapat diseragamkan dan berbeda di setiap
disiplin ilmu, pada umumnya dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya psikologi alienasi
diartikan sebagai bentuk dari suatu keterasingan.
17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Banyak anggapan yang mengatakan bahwa kita sekarang ini tinggal di suatu
jaman alienasi. Alienasi atau keterasingan diungkapkan di dalam hampir semua
aspek kehidupan. Dalam bidang dan juga teori politik, salah satu pengertian
mengenai alienasi yang paling sering digunakan adalah yang dibuat oleh Karl Marx
pada tahun 1814. Marx merasa bahwa tenaga kerja manusia dalam suatu sistem
kapitalis dapat mengasingkan individu dari dirinya sendiri (Gergen, 1970). Individu
yang teralienasi adalah salah satunya dikarenakan oleh perilaku yang tidak konsisten
dengan konsep dirinya, sehingga muncul kecendrungan untuk berprilaku yang
melanggar aspirasi-aspirasi identitas dirinya (Gergen, 1970).
Alienasi merupakan suatu perilaku yang dialami oleh seorang individu yang
digerakkan oleh nafsu akan kekuasaan, uang, dan kehormatan tanpa menyadari dan
menghayati arti kebebasan yang dimiliki oleh seseorang individu. Hal tersebut akan
menjadikan individu yang bersangkutan mengalami kecendrungan untuk menjadi
budak dari salah satu ambisinya yang diproyeksikan pada tujuan-tujuan di luar
dirinya. Selain itu alienasi juga dapat dipahami sebagai suatu kesadaran tidak
sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh prilaku yang bukan mencerminkan
dirinya, di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya,
sehingga individu tersebut mengalami kehilangan jati diri (Purnomo, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alienasi merupakan suatu
perilaku yang dialami oleh seorang individu yang digerakkan oleh nafsu akan
kekuasaan, uang, dan kehormatan tanpa menyadari dan menghayati arti
keterbatasan yang dimiliki oleh seorang individu. Hal tersebut akan menjadikan
individu yang bersangkutan mengalami kecendrungan untuk menjadi salah satu
ambisi yang diproyeksikan pada tujuan di luar dirinya. Selain itu alienasi juga dapat
dipahami sebagai suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan
18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
oleh perilaku yang mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut berprilaku
berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut kehilangan jati dirinya.
Sesuai dengan daftar istilah Filasat, alienasi merupakan proses konkretisasi
hakikat batin manusia yang kemudian menjadi barang mati, dan menceraikan
manusia yang satu dari manusia yang lainnya (Lavine, 2003). Di dalam kamus
Psikologi sendiri di jelaskan bahwa alienasi merupakan bentuk kesalahan pengenalan
suatu situasi atau orang yang sudah dikenal (Sitanggang, 1994).
Alienasi telah di jelaskan dalam berbagai pengertian tetapi yang sering
digunakan adalah mengacu pada faktor internal dalam diri individu yaitu adanya rasa
ketidak berartian yang hakiki terhadap peranan sosial yan telah ditetapkan kepada
mereka. Jika ikatan individu untuk berorganiasi adalah salah satu faktor di luar
dirinya yaitu adanya hukuman dan penghargaan, maka individu bisa merasakan telah
diasingkan dari pekerjaan dan sekaligus dari lingkungan masyarakat disekitarnya.
Bagaimanapun juga alienasi mempunyai konsep awal yang di mulai lebih dulu
malalui agama dan filasafat dibandingkan tulisan-tulisan dari Marx. Hal ini sudah ada
sejak jaman dulu dengan banyak pengertian dan telah menjadi sejarah panjang
tersendiri, semua ini menyertakan juga beberapa gagasan yang menjelaskan suatu
kerenggangan yang tidak diinginkan oleh individu baik dari Tuhannya, alamnya,
lingkungan masyarakatnya, pekerjaannya, ataupun dari dirinya sendiri (Katz & Kahn,
1965).
Berdasarkan beberapa definisi dan pemahaman tentang alienasi diri seperti
yang telah terurai di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alienasi diri sebenarnya
merupakan salah satu bentuk alternatif pilihan dari berbagai macam karakter
orientasi sosial individu dalam usahanya dalam memenuhi esensi, hakekatnya dan
martabat kemanusiannya. Pilihan-pilihan tersebut sebenarnya disadari maupun tidak
sangat merugikan bagi diri seorang individu yang bersangkutan, karena akan
19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
memunculkan dampak ketidakberdayaan, ketiadaan norma, dan isolasi sosial, yang
mana dampaknya menurut Hepner (1973) akan menjadikan individu yang
bersangkutan cendrung untuk menjadi pribadi yang egoistik, pesimis, penuh
kebencian, pencemas, dan rasa ketidakberdayaan yang tinggi.
Jadi berdasarkan uraian di atas alienasi adalah suatu kesadaran tidak
sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh perilaku yang mencerminkan dirinya,
di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga
individu tersebut kehilangan jati dirinya.
2. Bentuk dan Sumber Alienasi
Menurut Marx (Lavine, 2003) dalam naskah 1844, alienasi manusia memiliki
empat bentuk utama :
a. Manusia diasingkan dari produk hasil pekerjaanya, para buruh dalam kapitalisme
industrialis diasingkan dari produksinya.
b. Manusia diasingkan dari kegiatan produksi, sistem kapitalis mengasingkan
manusia dan aktivitasnya.
c. Manusia diasingkan dari sifat sosialnya sendiri, masyarakat mengasingkan buruh
dari kualitas penting manusia.
d. Manusia diasingkan dari rekan-rekannya, alienasi adalah “pemisahan manusia dari
manusia “.
Gergen (1970) mengemukakan bahwa sumber-sumber alienasi dapat terjadi
dalam tiga tahapan, di mana sumber-sumber yang dikemukakannya tersebut lebih
mengarah pada penyebab yang berasal dari dalam diri individu (internal),
diantaranya yaitu :
a. Individu dapat teralienasi dikarenakan perilakunya yang tidak konsisten dengan
konsep dirinya.
20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
b. Alienasi dapat muncul pada situasi ketika perilaku seorang individu melanggar
aspirasi-aspirasi identitas dirinya.
c. Alienasi yang terjadi pada seorang individu dapat diketahui ketika perilaku seorang
individu tersebut tidak terdapat hubungan dengan cara individu yang bersangkutan
dalam memandang dirinya.
3. Aspek-aspek Alienasi
Dalam suatu riset tentang alienasi, disebutkan pula oleh Seeman (Katz &
Kahn, 1965) bahwa alienasi memiliki beberapa aspek, sebagai berikut :
a. A sense of powerlessness (perasaan tidak berdaya), yaitu suatu perasaan bahwa
kejadian dari akibat yang terjadi pada seorang individu dikontrol serta ditentukan
oleh kekuasaan ekternal di luar dirinya, bukan karena kekuatan atau dari individu itu
sendiri.
b. A sense of meaninglessness (perasaan tidak berarti), yaitu suatu perasaan bahwa
terjadinya suatu kejadian tidak dapat dipahami, sehingga muncul anggapan bahwa
segala sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang akan sulit untuk ditebak.
c. A sense of normlessness (perasaan tidak ada norma), yaitu suatu perasaan
bahwa tujuan-tujuan yang tidak diakui secara sosial diperlukan untuk mencapai
maksud-maksud yang diakui secara sosial sehingga muncul anggapan bahwa
seorang individu tidak harus terikat pada nilai-nilai dan moralitas standar yang
berlaku di lingkungan sosialnya.
d. Social isolation (perasaan terisolasi secara sosial), yaitu suatu perasaan
kesendirian, penolakan dan terpisah dari nilai-nilai kelompok atau hubungan antar
anggota kelompok sehingga tidak menutup kemungkinan karena perasaan seperti
menjadikan individu yang bersangkutan menarik diri dari kehidupan sosialnya.
21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
e. Self-estrangement (perasaan keterasingan diri), yaitu perasaan yang muncul
pada diri seorang individu bahwa segala aktivitas yang telah dilakukannya tidaklah
menguntungkan dirinya, sehingga memunculkan perasaan bahwa segala perilaku
yang dilakukan individu tersebut semata-mata bukan keinginannya sendiri.
Kemudian Katz & Kahn (1965) meringkas enam aspek alienasi menjadi lima
aspek, yang diantaranya adalah: sense of powerlessness (perasaan tidak berdaya),
sense of meaninglessness (perasaan tidak berarti), sense of normlessness (perasaan
tidak adanya norma), isolation (perasasaan terisolasi), self-estrangement (perasaan
keterasingan diri).
Selanjutnya Dean (Pratomo, 1994) membagi aspek-aspek alienasi menjadi
tiga aspek, dimana ketiga aspek tersebut didasarkan pada aspek-aspek alienasi yang
telah dikembangkan oleh Seeman serta Katz & Kahn. Dean kemudian melakukan
penggabungan aspek-aspek tersebut menjadi: a) ketidakberdayaan (powerlessness),
dimana aspek ini merupakan penggabungan dari aspek powerlessness dan
meaninglessness, b) ketidakbernormaan (normlessness), c) isolasi sosial (social
isolation), dimana aspek ketidakbernormaan dan isolasi sosial merupakan
penggabungan dari aspek isolation dan self-estrangement.
Ada beberapa sikap yang menjadikan orang modern teralienasi. Menurut
Fromm (Rosyadi, 2000) ada beberapa aspek spesifik dari sosial kontemporer yang
erat kaitannya dengan fenomena alienasi, yakni:
a. Otoritas anonim-konformitas, akan terlaksana bila melalui prinsip konformitas
yakni sebuah tindakan atau aktivitas yang kesemuanya berdasar pada faktor-faktor
di luar pribadi-pribadi yang merdeka.
b. Prinsip nonfrustasi kurangnya pengendalian hasrat pada akhirnya menjadikan
lumpuh dan hancurnya jati diri.
22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
c. Asosiasi bebas dan berbicara bebas, telah banyak dilihat bahwa perkembangan
manusia modern telah banyak didominasi psikologi yang dikembangkan Freud
dengan asosiasi bebas.
d. Akal budi, kesadaran, dan agama. Masyarakat sekarang mampu mengembangkan
pikiran-pikiran untuk mampu mempertahankan hidup secara biologis.
e. Kerja, makna sebuah kerja sesungguhnya membentuk dan mengubah alam di luar
manusia.
Berdasarkan uraian di atas dengan demikian maka kesempatan kali ini peniliti
memakai aspek-aspek yang dikembangkan oleh Dean (dalam Robinson & Shaver,
1973) di mana aspek tersebut meliputi ketidakberdayaan, ketiaadaan norma, dan
isolasi sosial.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Alienasi
Purnomo (2002) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang sekiranya
berpengaruh terhadap kecendrungan terjadinya alienasi pada diri seorang individu,
diantaranya adalah :
a. Reliugitas
Berdasrkan uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa alienasi merupakan
suatu gangguan kesehatan mental yang dialami oleh seseorang, di mana menurut
Mubarok (2000) hal tersebut diantaranya ditandai oleh perilaku menyimpang dan
psikosomatis. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat religiusitas berpengaruh
terhadap kecendrungan munculnya alienasi diri. Pendapat peneliti tersebut
didasarkan pada hasil penelitian Paloutzian (1996) yang telah membuktikan adanya
korelasi antara tingkat religiusitas dengan kesehatan mental di mana diantaranya
tingginya tingkat religiusitas dapat membebaskan seseorang dari gejala alienasi.
23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
b. Konsep diri
Kedudukan konsep diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
kecendrungan terjadinya alienasi diri didasarkan pada pendapat alienasi menurut
Fromm (1995) yang berpendapat bahwa alienasi merupakan kondisi ketika
seseorang mengalami dirinya sendiri sebagai orang asing, di mana ia tidak
menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia dan sebagai pelaku dari perbuatan-
perbuatannya. Kondisi seperti itu menurut peneliti berhubungan dengan konsep diri
yang melingkupi seorang individu, di mana hal tersebut di dasarkan pada pendapat
Burn (1993) yang mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri
secara keseluruhan yang mencangkup tentang pendapat akan dirinya sendiri,
pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain dan pendapat tentang
hal-hal yang diperolehnya.
c. Usia
Usia merupakan faktor yang diperkirakan turut mempengaruhi terjadinya
alienasi diri pada seorang individu karena semakin dewasa usia seorang individu
akan berpengaruh pada kematangan mentalnya. Semakin dewasa usia seseorang
individu akan menjadikan semakin matangnya orientasi dan konsep hidupnya,
sehingga relatif telah mampu memaknai dirinya karena telah dapat menemukan jati
dirinya secara hakiki. Hal tersebut didorong oleh pendapat Hurlock (1999),
menurutnya remaja lebih ada kecendrungan terkena alienasi diri, hal itu dikarenakan
pada umumnya remaja merasa tidak nyaman dengan standar kelompok secara fisik,
sehingga remaja menarik diri dan biasanya kepribadian yang melingkupinya adalah
kepribadian yang egois, keras kepala, pemurung, dan gelisah yang disebabkan
karena belum daitemukannya jati dirinya, sehingga kurang dapat untuk memaknai
hidupnya dengan baik.
24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
d. Tingkat pendidikan
Hal tersebut berkaitan dengan konsep tentang alienasi diri seperti telah
diuraikan di bagian lain, di mana kecendrungan terjadinya alienasi diri pada seorang
individu memiliki hubungan dengan status sosial yang melingkupinya. Tingkat
pendidikan adalah merupakan salah satu faktor penentu status sosial yang akan
mempengaruhi pada kepuasan seseorang, bahkan jenjang pendidikan diasumsikan
sebagai kriteria status sosial tersendiri, misalnya seseorang yang telah duduk di
Perguruan Tinggi memiliki status lebih sebagai seorang mahasiswa yang diharapakan
sebagai generasi penerus bangsa dengan kemampuan lebih sebagai kaum intelektual
muda yang diantaranya adalah memiliki kemampuan ilmiah, obyektif, rasional,
inovatif, dan berpredikat sebagai agent of change, dan memiliki kepribadian yang
seimbang. Bila ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan harapan yang ada, maka
menurut Helmi dan Ramdhani (1992) dapat memunculkan dampak negatif yang
berupa perasaan tidak puas terhadap dirinya, sehingga tidak menutup kemungkinan
individu yang bersangkutan terjebak dalam perilaku negatif, seperti menjadi Pecandu
Obat terlarang dan narkotika.
Sebagai suatu konsep, batasan alienasi berbeda-beda antar peneliti
tergantung pada aspek perilaku mana yang hendak ditekankan, kendati demikian
seperti hal yang tersebut di atas selalu muncul dalam setiap pembahasan mengenai
alienasi. Tentunya hal itu berhubungan dengan pendefinisian alienasi dalam kontek
manifestasinya, maka konteks dari bentuk sebenarnya dari kondisi alienasi yang
sering terjadi. Manifestasi itu sendiri ternyata berbeda-beda dari kelompok sosial
yang satu dengan kelompok yang lainnya tergantung pada tingkat kesenjangan
antara situasi sosial pada kelompok-kelompok tersebut dan harapan mereka untuk
mengatasinya.
25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi alienasi
adalah religiutas, konsep diri, usia dan tingkat pendidikan.
B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Manusia dilahirkan ke muka bumi pada awalnya tanpa dibekali pengetahuan
tentang dirinya, tidak memiliki harapan, dan tidak memiliki penilaian akan dirinya.
Maksudnya adalah bahwa manusia sebagai individu tidak sadar akan dirinya yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan (Caplan dalam Calhaoun &
Acocella, 1995).
Semakin beranjak dewasa, manusiapun akan menyadari dengan sendirinya
tentang keberadaan dirinya dan mulai mencari-cari yang pada akhirnya menemukan
konsep akan dirinya, kesadaran akan konsep diri pada manusia tumbuh dengan
pesat semenjak seorang individu mulai menggunakan bahasa sebagai sebuah alat
komunikasinya. Hal itu dikarenakan dengan kemampuannya memahami perkataan
orang lain, maka individu telah mendapatkan informasi yang lebih dari cukup untuk
memahami dirinya, dan mulailah konsep diri itu terwujud baik yang positif dan
negatif. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bee (1981), di mana dikatakan
bahwa konsep diri berkembang ketika anak berkemampuan untuk mengobservasi
fungsi dirinya seperti apa yang dilihatnya pada orang lain.
Burn (1993) mendefinisikan konsep diri ini sebagai kesan terhadap diri sendiri
secara keseluruhan, di mana hal tersebut mencangkup tentang pendapat akan
dirinya sendiri, pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain, dan
pendapatnya tentang hal-hal yang diperolehnya. Sementara itu Hurlock (1979)
berpendapat bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri
26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional,
aspirasi, dan prestasi yang dicapai oleh diri seorang.
Lain halnya dengan pendapat Rakhmat (1996), menurutnya konsep diri tidak
hanya merupakan gambaran deskriptif semata, akan tetapi juga merupakan
penilaian seorang individu mengenai dirinya sendiri, sehingga konsep diri merupakan
sesuatu yang diperkirakan dan dirasakan oleh seorang individu. Menurut Rakhmat
(1996) terhadap dua komponen dari konsep diri yang sekiranya dapat dikemukakan,
yaitu komponen kognitif (self image) dan komponen self afektif (self esteem).
Komponen kognitif (self image) adalah merupakan pengetahuan individu yang
mencangkup pengetahuan “who am I” yang mana itu akan memberikan gambaran
tentang dirinya hal ini disebut sebagai suatu pencitraan diri. Adapun komponen
efektif adalah merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan
membentuk bagaimana penerimaan akan diri dan harga diri individu yang
bersangkutan. Dari beberapa uraian tentang definisi konsep diri seperti tersebut,
dapat dipahami bahwa konsep diri merupakan sesuatu yang dirasakan dan dipikirkan
oleh seorang individu yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
Hubungan dengan penentu perilaku, konsep diri menurut Pudjijogjanti (1993)
terdiri dari 3 peranan penting yaitu; pertama, peranan konsep diri berkaitan dengan
usaha dari seorang individu untuk mempertahankan keselarasan batinya. Hal
tersebut didasarkan pada sifat dasar individu yang cenderung untuk selalu
mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya, sehingga bila timbul
pikiran, perasaan, dan persepsi yang tidak seimbang maupun berlawanan, maka
akan terbentuk iklim psikologis tidak menyenangkan yang mendorong individu untuk
mengubah perilakunya. Ke dua setiap individu akan memberikan penafsiran yang
berbeda terhadap sesuatu yang dihadapinya, di mana ini berkaitan dengan
keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri dan hal itu berpengaruh
27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
besar terhadap pengalamannya. Ke tiga konsep diri merupakan penentu
pengharapan individu, sehingga dapat dikatakan bahwa pengharapan adalah inti dari
konsep diri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Mc Candless (1970), di mana
menurutnya konsep diri merupakan seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang
menunjuk pada harapan tersebut, sehingga bila sikap dan pandangan individu
terhadap kemampuan dirinya bersifat negatif, maka sebenarnya hal tersebut akan
menyebabkan individu tidak memiliki motivasi yang tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan pengertian konsep
diri remaja dalam penelitian ini adalah gambaran remaja mengenai diri sendiri
berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya.
Fitts dkk (Wijayaningsih, 2000) mengemukakan aspek-aspek konsep diri
meliputi; Pertama konsep diri fisik. Konsep diri fisik berarti pandangan, pikiran,
perasaan dan penilaian remaja terhadap fisiknya sendiri. Kedua, konsep diri pribadi.
Konsep diri pribadi berarti pandangan pikiran, perasaan, dan penilaian remaja
terhadap pribadinya sendiri. Ketiga, konsep diri sosial. Konsep diri sosial berarti
pandangan, pikiran perasaan dan penilaian remaja terhadap kecendrungan sosial
yang ada pada dirinya sendiri. Keempat, konsep diri moral etik. Konsep diri moral
etik berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap moralitas
diri sendiri. Konsep diri moral etik berkaitan dengan nilai dan prinsip yang memberi
arti arah bagi kehidupan remaja. Kelima, konsep diri keluarga. Konsep diri keluarga
berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap keluarganya
sendiri. Konsep diri keluarga berkaitan dengan keberadaan remaja dalam keluarga.
Keenam, konsep diri akademik. Konsep diri akademik berarti pandangan, pikiran,
perasaan dan penilaian remaja terhadap kemampuan akademisnya sendiri.
28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Burn (1979) berdasarkan tinjauannya secara umum mengemukakan bahwa
perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh 5 faktor :
1. Citra Fisik (body image), merupakan evaluasi terhadap diri sendiri secara fisik
2. Bahasa, merupakan kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi
mengenai diri sendiri dan orang lain.
3. Umpan balik dari lingkungan yang diinterpretasikan sebagai pandangan orang
lain yang berarti dan dekat (significant others) bagi seseorang terhadap
caranya dalam berhubungan dengan norma dan nilai masyarakat yang
bermacam-macam.
4. Identifikasi dengan peran jenis yang sesuai dengan strereotip masyarakat.
5. Cara pengasuhan anak (pola asuh dari orang tua) dan perlakuan serta
komunikasi orangtua setiap saat yang dapat membentuk kebiasaan dan pola
perilaku anak.
Ciri-ciri khusus dari tiap individu merupakan hasil dari proses yang diterima
dan diolah dalam situasi seperti yang daitemukan oleh Burn. Sebagai contoh, misal
tentang penerimaan diri, bagaimana terbentuknya penerimaan diri seseorang tidak
dapat dilepaskan dari citra fisik, umpan balik, dari lingkungan, identifikasi peran
jenis dan pola asuh orangtua. Penerimaan diri adalah salah satu komponen dalam
kepribadian yang ikut membentuk konsep diri. Jelasnya aspek-aspek khusus secara
bersama-sama atau sendiri-sendiri akan mempengaruhi pembentukan konsep diri.
Coopersmith (1967) mencoba meneliti hubungan antara salah satu dimensi
dari konsep diri yaitu self esteem dengan beberapa aspek kepribadian. Hasilnya,
seseorang dapat diterima dengan baik oleh lingkungan apabila perilakunya tidak
menyimpang dari aturan-aturan, norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam masyarakat, maka ia dapat menjadi panutan. Hal tersebut akan ikut
menentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Makin taat seseorang
29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
menjalankan apa yang telah digariskan oleh lingkungan, maka makin tinggi
penerimaan lingkungan hidupnya, hal tersebut akan mendorong terbentuknya
konsep diri yang tinggi.
2. Aspek-Aspek Konsep Diri
Berzonsky (1981) hanya mengemukakan 4 aspek konsep diri, yaitu :
1. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya,
seperti tubuh, pakaian, dan benda yang dimilikinya.
2. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap
dirinya sendirinya.
3. Aspek sosial, meliputi peran individu dalam lingkup peran sosialnya dan penilain
individu terhadap peran tersebut.
4. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberikan arti dan arah dalam
hidup individu.
Dari keempat aspek diatas diketahui bahwa konsep diri adalah persepsi
individu tentang dirinya baik fisik, psikis, sosial maupun moral yang diakui individu
sebagai cirri dirinya.
3. Perkembangan Konsep Diri
Apabila seseorang mengenal identitas dirinya maka hal tersebut tidak hanya
sebatas pada pengenalan nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan
dan pekerjaan, tetapi juga mengenal konsep dirinya. Pengalaman-pengalaman hidup
yang dilewati individu pada tahap-tahap perkembangan akan membentuk cara
pandang individu terhadap dirinya dan lingkungannya. Pengalaman positif bagi
individu akan membentuk konsep diri yang positif sebaliknya pengalaman yang
buruk akan membentuk konsep diri yang negatif.
30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Konsep diri terbagi menjadi dua bagian, yaitu konsep diri positif dan konsep
diri negatif. Burn (dalam Apriana, 2002) berpendapat bahwa kebanyakan orang jika
dimintai untuk menggambarkan diri mereka maka mereka akan membuat perbedaan
antara “siapa diri mereka” dan “ingin menjadi apa mereka”. Pendapat yang lain dari
Grinder (1978) mengemukakan bahwa persepsi individu terhadap dirinya dibentuk
selama hidupnya ketika individu mendapatkan hadiah dan hukuman dari orang-orang
yang ada disekitarnya. Semua yang dialami akan diproses, sehingga terbentuk suatu
keyakinan dan penyesuaian mengenai dirinya sendiri.
Pengalaman hidup yang dilewati individu akan membentuk cara pandang
individu terhadap diri dan lingkungannya. Pengalaman yang positif akan membentuk
konsep diri yang positif sebaliknya pengalaman yang negatif akan membentuk
konsep diri yang negatif.
C.Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Alienasi Pada Mahasiswa
Ketidaksiapan mental dan ketidakmampuan untuk memahami dan memaknai
dirinya sebagai makhluk individu maupun sosial. Kegamangan terhadap arus budaya
modern akan membawa perubahan-perubahan psikososial yang ditandai dengan
perubahan nilai-nilai kehidupan.
Perubahan tersebut dapat berupa pola hidup sosial yang cenderung bergeser
ke arah masyarakat individual matrealistik dan sekuler, pola hidup sederhana dan
produktif cenderung berubah ke arah pola hidup mewah dan konsumtif, struktur
keluarga cenderung ke arah nuclear family dan single parent family, hubungan
kekeluargaan cendrung rapuh dan longgar, nilai-nilai agama dan tradisi yang dianut
masyarakat berubah menjadi masyarakat yang sekuler dan serba membolehkan
(permissive society), masyarakat cenderung hidup bersama di luar nikah dan
meragukan lembaga perkawinan hubungan interpersonal dalam keluarga dan
masyarakat terganggu akibat ambisi dan materi (Hawari, 1997).
31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Berger & Luckmann (1992) berpendapat bahwa fenomena tersebut terjadi
seiring dengan meluasnya rasionalisasi masyarakat modern dengan cara-cara
produksi kapitalis yang mendorong berkembangnya proses differensiasi yang
disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan pembagian kerja.
Gejala itu dirasakan oleh semua kalangan baik anak, remaja, maupun orang
dewasa. Remaja merupakan kalangan yang paling rentan terkena dampak negatif
dari budaya modern, mengingat masa remaja dipandang sebagai masa transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Terlebih pada remaja akhir yang berstatus
mahasiswa. Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diketahui bahwa
pengguna obat-obatan terlarang dan narkotika mayoritas adalah mahasiswa.
Fenomena tersebut tidak dapat dipisahkan dari banyaknya persoalan yang
melingkupi kehidupan mereka salah satunya adalah harapan yang begitu besar
kepada mereka, terutama dari lingkungan sekitarnya misalnya keluarga. Bila harapan
tersebut tidak dapat terpenuhi, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan
merasa tidak berdaya, tidak bermakna, dan merasa disisihkan dari dunia sekitarnya.
Dalam ilmu sosial, khususnya psikologi gejala tersebut disebut dengan istilah
teralienasi.
Pada diri remaja alienasi menurut Hurlock (1979) dapat diartikan dari
beberapa ciri yang disebutnya sebagai sindrom alienasi, yaitu:
1. Menyendiri
Maksudnya adalah remaja yang demikian memiliki kecendrungan untuk
menarik diri dari lingkungannya dan tidak memiliki gairah untuk beraktifitas apapun
apabila dirasa lingkungannya menolak dirinya. Dalam dirinya tidak ada gairah untuk
melakukan sesuatu yang berguna, sehingga waktunya hanya dihabiskan untuk
melamun atau hanya bersantai saja tanpa melakukan apapun.
32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
2. Ketidaktertarikan Sosial
Maksudnya adalah remaja yang mengalami kondisi seperti ini hanya
berkonsentasi pada ketertarikan dan kesenangan sendiri tanpa peduli pada orang
lain di sekitarnya. Remaja demikian cenderung menjadi egois, tidak mau bergaul
dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan budaya tidak peduli sudah mewarnai
dirinya, sehingga remaja demikian tidak akan membantu orang lain kalau tidak
mendatangkan keuntungan bagi dirinya.
3. Ketidakefektifan Sosial
Ketidakefektifan sosial ini ditandai dengan perilaku remaja yang selalu
menjadi biang keributan dengan melawan penguasa, membunuh hukum, dan
peraturan. Remaja selalu tidak merasa puas dengan keadannya, sehingga remaja
dianggap sebagai provokator kekacauan-kekacauan yang terjadi.
Sindrom alienasi seperti tersebut di atas bila tidak segera dapat teridentifikasi
dengan dini, menurut Mubarok (2000) mengakibatkan gangguan kejiwaan yang
diantaranya dapat berupa :
1. Kecemasan
Perasaan cemas ini bersumber dari hilangnya makna hidup (the meaning of
live) sehingga individu yang bersangkutan tidak memiliki hidup. Segala sesuatu yang
dilakukan adalah mengikuti trend, mengikuti tuntunan sosial kendati tindakan
tersebut mungkin tidak sesuai dengan norma atau prinsip yang ada, sehingga
hidupnya hanya mengikuti kemauan orang lain dan kepuasan sesaat yang
dikejarnya, dan sewaktu mengalami kegagalan individu seperti ini akan merasa malu
dan kecewa. Perasaan seperti ini pada akhirnya akan menciptakan suatu ketidak
seimbangan dalam dirinya, sehingga pada akhirnya hidupnya senantiasa dilanda oleh
kegelisahan dan kecemasan yang berkepanjangan.
33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
2. Kesepian
Gangguan ini bersumber dari hubungan antar manusia (personal) di kalangan
masyarakat modern yang tidak lagi tulus dan hangat. Kepribadian hipokrit telah
mendarah daging, sehingga segala sesuatu yang diucapkan dan dilakukan adalah
kebohongan semata. Dampaknya individu yang demikian akan merasa tidak memiliki
apapun dan siapapun, sehingga dirinya akan merasa sepi di tengah keramaian
3. Kebosanan
Dikarenakan karena hidup sudah tidak bermakna, hubungan dengan orang
lain telah hambar dan konsentarsi selalu menggangu jiwanya, maka dampaknya
menimbulkan perasaan bosan. Bosan kepada kepura-puraan, bosan kepada
kepalsuan, namun tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk
menghilangkan kebosanan tersebut.
4. Perilaku Menyimpang
Kecemasan, kesepian, dan kebosanan yang diderita berkepanjangan akan
menjadikan seorang individu tidak tahu persis dengan apa yang harus dilakukan
untuk masa depannya memutuskan sesuatu dan jalan mana yang harus di tempuh
dengan keadaan jiwa yang kosong dan rapuh seperti tersebut dapat menjadikan
seorang idividu tidak mampu berfikir secara jernih dan jangka panjang, selain itu
juga meyebabkan kecendrungan memuaskan motif pada perilaku yang tidak terpuji,
karena perilaku itu dianggapnya mampu menghibur dirinya. Manusia dalam tingkat
gangguan kejiwaan seperti ini mudah sekali diajak atau dipengaruhi untuk
melakukan hal-hal yang menyenangkan, meskipun perbuatan tersebut menyimpang
dari norma-norma moral, misalnya terjerumusnya dalam penggunaan obat-obatan
terlarang dan narkotika, seks bebas, tawuran, merampok, bahkan membunuh.
34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
5. Psikosomatik
Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor
kejiwaan dan sosial. Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan antara
fisik dan mental. Penderita psikosomatik biasanya mengeluh merasa tidak enak
badan, jantungnya berdeba-debar, merasa lemah, tidak dapat berkonsentrsi dengan
baik. Wujud psikosomatik dapat dalam bentuk sindrom, trauma, stress,
ketergantungan kepada obat penenang, alkohol, narkotika, dan berperilaku
menyimpang.
Dari uraian tentang gangguan kejiwaan yang dapat muncul sebagai dampak
dari terjadinya alienasi diri pada seorang individu sungguh sangat mengerikan,
terlebih bila hal tersebut sampai terjadi pada remaja yang berstatus mahasiswa.
Tentunya dapat dibayangkan seandainya mahasiswa sebagai kaum intelektual muda,
generasi penerus bangsa, agent of change, dan memiliki status sosial yang
terhormat sampai terkena sindrom alienasi diri dapat dipastikan bangsa indonesia
dapat terhambat dan akan hancur.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” ada hubungan negatif
antara konsep diri dengan alienasi diri, dimana semakin positif konsep diri, maka
akan semakin berkurang kemungkinan seorang terkena alienasi diri” sebaliknya jika
semakin negatif konsep diri, maka akan semakin tinggi kemungkinan seorang
terkena alienasi diri.
35. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel bebas : Konsep diri
Variabel tergantung : Alienasi
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep diri
Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang
merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan
prestasi yang dicapai oleh diri seorang Hurlock (1979). Konsep diri diungkap dengan
menggunakan skala konsep diri yang melibatkan aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan
moral. Semakin tinggi total skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula konsep diri
individu, sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh maka makin rendah
pula konsep diri individu tersebut.
2. Alienasi
Alienasi adalah suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang
disebabkan oleh prilaku yang bukan mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut
berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut mengalami
kehilangan jati diri (Purnomo, 2002). Alienasi diukur dengan skala alienasi dengan
aspek-aspek yang meliputi : perasaan tidak berdaya, ketiadaan norma, dan isolasi
sosial. Total skor yang diperoleh skala alienasi menunjukkan semakin tinggi total
skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula alienasi diri individu, sebaliknya
36. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
semakin rendah total skor yang diperoleh maka semakin rendah pula alienasi diri
individu tersebut.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta fakultas Psikologi dan Ekonomi baik laki-laki maupun perempuan yang
masih aktif berstatus mahasiswa. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah pria
dan wanita dalam rentang usia 18-23 tahun. Subjek penelitian sebanyak 100 orang.
D. Metode pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
konsep diri dan skala alienasi dengan menggunakan angket. Angket adalah daftar
yang berisi pertanyaan atau peryataan yang diberikan pada subjek untuk
mengungkapkan kondisi yang ada pada diri subjek yang ingin diketahui (Hadi, 1983).
Penggunaan metode skala dalam suatu penelitian didasarkan pada beberapa asumsi,
yaitu:
a. subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
b. apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercayai.
c. interpretasi subjek terhadap peryataan yang disajikan kepadanya, adalah sama
dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Alat ukur yang yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari :
1. Skala Konsep diri
Skala konsep diri terdiri dari 50 aaitem yang terdiri dari 25 aaitem yang
bersifat favorable dan 25 aaitem yang bersifay unfavorable.
37. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Penulis menyusun penelitian ini menggunakan skala konsep diri yang
merupakan modifikasi dari skala konsep diri Famella (1999). Konsep diri ada dua
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Dalam skala ini Famella mengacu
pada teori yang disusun oleh Berzonsky (1981), yang berdasarkan pada 4 aspek
yaitu:
a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, dan benda yang dimilikinya.
b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu
terhadap dirinya sendiri.
c. Aspek sosial, meliputi peran individu dalam lingkup sosialnya dan
penilaian individu terhadap peran tersebut.
d. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah
dalam hidup individu.
Skala dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang telah dimodifikasi
menjadi 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),
sangat tidak sesuai (STS), yang disajikan dalam kalimat favourable dengan
penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk kalimat unfavourable dengan
penampilan bergerak dari 1 sampai 4. Adapun pendistribusian aitemnya dapat dilihat
di tabel 1.
Tabel 1
Distribusi Butir Skala konsep diri sebelum uji coba
Aspek Aitem Aitem Jumlah
Favourable unfavourable aitem
Fisik 1,9,17,25,33,41 2,10,18,26,34,42 12
Psikis 7,15,23,31,39,47 8,16,24,32,40,48,50,52 14
Sosial 3,11,19,27,35,43 4,12,20,28,36,44 12
Moral 5,13,21,29,37,45,49,51 6,14,22,30,38,46 14
Jumlah 26 26 52
38. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
2. Skala Alienasi
Skala alienasi terdiri dari 53 aaitem yang terdiri dari 23 aaitem yang bersifat
favourable dan 30 aitem yang bersifat unfavourable.
Skala alienasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dengan
melalui Proses Modifikasi dan Penambahan jumlah Pertanyaan dari alienation scale
yang disusun oleh Dean (dalam Robinson dan Shaver, 1973). Skala alienasi ini
merupakan modifikasi dari skala alienasi Purnomo (1994) yang dikembangkan oleh
Dean (dalam Robinsin dan Shaver, 1973) berdasarkan pada lima aspek alienasi dari
Seeman (dalam Mizruchi, 1967), dimana kemudian dilakukan penggabungan kelima
aspek tersebut menjadi tiga aspek yaitu; a) ketidakberdayaan, b) ketiadaan norma,
c) isolasi sosial, dimana konsep ketiadaan norma dan isolasi sosial merupakan
gabungan dari aspek isolasi dan keterasingan diri.
Skala dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang telah dimodifikasi
menjadi 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),
sangat tidak sesuai (STS), yang disajikan dalam kalimat favourable dengan
penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk kalimat unfavourable dengan
penampilan bergerak dari 1 sampai 4. Adapun pendistribusian aitemnya dapat dilihat
di tabel 2.
Tabel 2
Distribusi Butir Skala alienasi diri sebelum uji coba
Aspek Aitem Aitem Jumlah
Favourable unfavourable aitem
Ketidakberdayaan 6,11,12,15,16,1 2,23,24,27,29,32,34,37,38,4 22
9,21,30,53
2,43,45,50
Ketiadaan norma 4,9,14,17,18,41 26,28,35,40,46,48,51 13
Isolasi sosial 1,3,7,22,25,36, 5,8,10,13,20,31,33,44,49,52 18
39,47
Jumlah 23 30 53
39. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
E. Validitas dan Reabilitas
1. Validitas skala
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dalam melaksanakan fungsi ukurnya suatu tes atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut, sedangkan tes yang menghasilkan data yang tak
relevan dengan tujuan pengukuran dikatan sebagi tes yang memiliki validitas rendah.
Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mmapu mengungkapkan data dengan tepat
akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut
(Azwar, 2003).
Seleksi terhadap aaitem-aaitem yang digunakan dalam penelitian dilakukan
dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor pada aaitem yang
bersangkutan dengan skor total skala dengan melihat indeks daya beda aaitem
dapat ditentukan aitem-aitem yang gugur dan aitem-aitem yang layak digunakan
dalam tehnik yang digunakan adalah korelasi moment atau product moment dari
pearson. Seleksi aaitem menggunakn uji validitas dan teknik konsistensi internal,
yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total. Tehnik untuk mengujinya
menggunakan teknik korelasi part whole untuk menghindari diperolehnya taksiran
yang terlalu tinggi. Perhitungan validitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan komputer dengan program statistik (SPSS) edisi Sutrisno Hadi, MA (2000).
2. Reliabilitas skala
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang merupakan asal
kata dari rely dan ability walaupun reliabilitas memiliki nama lain seperti
kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan sebagainya namun ide pokok yang
40. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 1992)
Hasil pengukuran dapat dipercaya hasilnya apabila beberapa kali pelaksanaan
pengukurannya terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan kecil diantara hasil
beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu,
maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak
reliabel (Azwar, 1997).
Reliabel alat pengumpul data dapat di lihat dari koefisien reliabilitasnya.
Pengujian koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Pengujian kerilibilitas dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan menggunakan SPSS edisi Sutrisno Hadi.MA
F. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode statistik. Teknik analisis data yang
digunakan adalah product moment dari pearson yaitu untuk mengetahui hubungan
antara konsep diri dengan alienasi pada mahasiswa.