SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 41
Baixar para ler offline
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


                                      BAB I

                                  PENGANTAR

                           A. Latar Belakang Masalah

     Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia

dewasa. Pada masa remaja individu mulai mengalami perubahan dalam sikap dan

perilakunya sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya. Remaja sangat mudah

dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti keluarga, lingkungan,

pergaulan,teman sebaya dan teman sekolah. Menurut Papalia dan Old (2001), masa

remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

     Masa remaja merupakan masa peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Menurut Erikson (dalam Hall dan Lindzey, 1993) masa dimana

seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa

sebagai seseorang yang unik seseorang dengan perubahan-perubahan yang baru

dialaminya.

     Setiap individu pada umumnya memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD) pada

umur 6 tahun dan selama di SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) tidak pernah tinggal kelas, maka pada umur 18 tahun

seseorang mulai memasuki dunia mahasiswa (Gunarsa & Gunarsa, 2001). Monks dkk

(2002) mengatakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-

21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal , 15-18 tahun: masa

remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir. Umur 18-21 tahun oleh para

ahli psikologi perkembangan masih digolongkan pada remaja atau lebih tepatnya lagi

bagi remaja lanjut, pada usia-usia ini mereka masih pada tahapan peralihan dari

dunia remaja ke dunia dewasa (Gunarsa & Gunarsa, 2001)
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


     Masa remaja merupakan salah satu periode dari proses perkembangan

manusia. Peristiwa-peristiwa yang dialami pada masa ini dirasakan lebih kompleks

dibandingkan dengan tahap perkembangan sebelumya. Untuk memahaminya perlu

dimengerti masalah yang berhubungan dengan keadaan remaja, dan dari kenyataan-

kenyataan itu akan dapat kita prediksi kehidupan remaja dimasa-masa selanjutnya.

Masalah yang dihadapi remaja adalah masalah yang muncul dalam dirinya atau

hubungannya dengan orang lain misalnya: kenakalan remaja, homoseksualitas,

kemerosotan moral, penyalahgunaan narkotika, termasuk adanya kecemasan-

kecemasan melakukan onani atau masturbasi. Masalah yang timbul begitu

memprihatinkan baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Masalah yang

dihadapi remaja ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang cukup.

     Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang

terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut

akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan

kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut (http://umah

belajarpsikologi.com/index.php/fungsi-dasar-psikologi/).

     Masa perkuliahan sangat jauh berbeda dengan masa-masa sekolah dahulu

yang terkesan lebih formal, baik dari segi peraturan, kedisplinan serta sistem belajar-

mengajarnya. Dunia perkuliahan adalah dunia di mana hampir semua kegiatan

dilakukan dan diputuskan sendiri, oleh karena itu kemandirian dalam diri individu

dibutuhkan di sini, terlebih mahasiswa baru yang diyakini membutuhkan waktu yang

lebih banyak untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang dimasukinya.

Sebaliknya bagi mereka yang tidak siap dengan lingkungan baru ini akan merasa

asing. Hal ini dimungkinkan karena ia biasa bergantung pada keadaan dari luar

dirinya sendiri atau orang lain. Keterasingan ini lambat laun juga mempengaruhi
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


kehidupannya baik di hari ini ataupun hari esok, walaupun pada awalnya hanya

mengalami konflik ringan terutama yang berhubungan dengan sosialisasi.

     Salah   satu   masalah   yang    dapat   dialami   oleh      remaja   adalah   rasa

kesepian/keterasingan/keterpisahan yang makin dalam bila remaja tidak dapat

involve (memiliki keterlibatan emosional) dalam keluarga atau kelompok sosial yang

ada. Akibatnya kebutuhan akan kehangatan cinta dapat berkembang secara primitif,

instinktif, biologis, berupa dorongan seksual yang membabi buta. Hal ini juga terkait

dengan adanya konsep diri yang merupakan kata kunci dari kebermaknaan eksistensi

manusia khususnya pada remaja. Merupakan pengenalan (penemuan) atas aspek-

aspek di dalam diri yang menjangkau aspek spritual (kehidupan batin yang bereleasii

dengan alam, manusia lain dan Tuhan. Yang memberikan ketenangan, rasa

keutuhan-kepenuhan                   yang               relatif                menetap

(http://www.pintusingapura.org/forumpintu/profile.php?mode=viewprofile&u=14&si

d=bd1a5d66c22100d0f9dbfefd8360d19d, 18 feb 2006 9:18 pm)

     Alienasi sebagai salah satu konsep turunan dari konsep proses sosial telah lama

menjadi perhatian para pengamat sosial. Sebagai fenomena yang dijauhi masyarakat

dan juga oleh para korban alienasi itu sendiri. Fenomena alienasi biasa dilekatkan

pada aktifitas kejahatan, alkoholisme, prasangka nasional, keresehan buruh,

kenakalan anak dan rasnya, serta penyakit psikis. Manisfestasi dari alienasi memiliki

perbedaan di masing-masing kelompok sosial, hal itu dikarenakan tergantung pada

tingkat kesenjangan antara situasi sosial; pada kelompok-kelompok tersebut dan

harapan-harapan mereka untuk mengatasinya.

     Berikut sebagian kutipan yang di dapat mengenai gejala alienasi yang dihadapi

oleh sebagian remaja :

     Selama masa remaja saya mengalami keterasingan sosial di sekolah karena
     saya senang menggunakan sebagian waktu saya untuk membaca buku-buku di
     perpustakaan dan tidak tertarik, kepada lawan jenis, pesta, dansa, film,
     perhiasan, maupun kosmetika. Saya beranggapan bahwa merokok merupakan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


     kebiasaan vulgar dan kemubaziran. Meskipun kenyataan di masyarakat
     mengharuskan seseorang untuk minum-minum di dalam pesta dengan tujuan
     agar diterima secara sosial, dan kedua orang tua saya berpendapat bahwa
     pengumbaran diri sekedarnya dengan anggur tidak dapat di pisahkan dari
     “kenikmatan hidup” namun saya belum pernah menyentuh minuman keras.
     Saya hampir tidak mempunyai teman selama delapan tahun di sekolah lanjutan
     pertama dan atas, karena saya hanya berbagi sedikit kegetiran dengan anak
     laki-laki   dan     perempuan      sebaya    saya     (Maulana).     (http:
     //media.isnet.org/islam/Jamilah/index.html)

     Seperti cerita yang sudah klise Rita (18 tahun, bukan nama aslinya)
     mengatakan, kesibukan kedua orang tuanya membuat dia selalu kesepian di
     rumah. Di tempat lain remaja bernama Abadi (22 tahun) ia lari ke pil ectasy
     karena orang tuanya memaksa kehendaknya untuk menjadi seorang dokter.
     (http://apakabar/clarknet/new, Mon.Maret.27 1995-06:33:00 EST)

     Banyaknya permasalahan yang melilit pada diri seorang remaja telah

mendorong sebagian dari mereka menjadi sangat rentan terhadap dampak negatif

dari kehidupan modern, misalnya mendambakan suatu kebebasan yang mendorong

mereka lari dari rumah dan mulai mencoba-coba menikmati obat-obatan terlarang

dan narkotika, perilaku seks bebas, serta tawuran. Data yang dikemukakan oleh

Noviansyah (dalam http://www.pelajarislam .or.id/piipub03.htm,2002) menyebutkan

bahwa antara tahun 1995-1999 terjadi sejumlah 933 kasus di mana terbanyak terjadi

di wilayah Polda Metro Jaya sejumlah 810 kasus, sedangkan untuk kasus di luar

pulau jawa paling banyak terjadi wilayah Polda Sumsel sebanyak 253 kasus, di mana

kesemuanya itu dengan tingkat radikalisme yang sudah menjurus ke arah

krimininalitas. Hasil survey Lentera-Sahaja PKBI Yogyakarta (Embrio, 10 September

2000) memperlihatkan perilaku seksual remaja mencangkup kegiatan berpegangan

tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting, berhungan dengan pasangan tetap

maupun dengan banyak orang, sedangkan kasus kehamilan yang tidak dikendaki

pada tahun 1998/1999 sebanyak 113 kasus. Selain itu terdapat penelitian lain yang

telah mengungkapkan banwa di Indonesia terdapat dua juta pecandu narkotika dan

obat-obatan terlarang, di mana menurut Nasution (dalam http://www. Kompas -
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


cetak?0102/05/iptek/maha10,2001) sembilan puluh persen dari pecandu itu adalah

generasi muda dan 25 ribu diantaranya merupakan mahasiswa.

      Perilaku remaja yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika, seks bebas,

tawuran, kebiasaan memprotes dengan keras,menjadi kaum hippies, dan kenakalan

lainnya, serta menjadi orang yang mempunyai gangguan psikologis menurut

Bernanrd (1971) adalah merupakan perilaku remaja yang menyimpang. Hurlock

(1999) menyebutkan perilaku tersebut sebagai sindrom alienasi yang merupakn

perilaku sosial dengan karakteristik menutup diri, menyendiri, menggangu orang lain,

berlaku seperti bos, tidak bisa diajak bekerja sama, dan tidak bijaksana. Dampaknya

remaja yang mengalami alienasi menurut Hurlock (1999) akan merasa tidak nyaman

dengan standar kelompok secara fisik yang menyebakan remaja menarik diri,

sedangkan disisi lain secara kepribadian remaja yang bersangkutan akan memiliki

kepribadian yang egois, keras kepala, pemarah, dan gelisah.

      Sebagai suatu turunan dari konsep proses sosial, maka alienasi dianggap

merupakan hasil dari proses sosial, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa

proses sosial    yang    berbeda     di berbagai masyarakat pada            akhirnya   akan

menghasilkan berbagai macam alienasi, Fromm (1974) menyebutkan ada beberapa

bentuk alienasi dalam artian filosofis, yaitu alienasi diri (dari dirinya sendiri ), alienasi

dari orang lain, serta alienasi dari lingkungannya. Alienasi diri oleh Fromm (1955)

didefinisikan sebagai bentuk pengalaman ketika orang mengalami dirinya sendiri

sebagai orang asing dimana ia tidak menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia,

dan sebagai pelaku dari perbuatan-perbuatan seseorang. Alienasi ini menyangkut

hubungan manusia dengan pekerjaannya, dengan benda yang dikonsumsinya,

dengan negara, dengan sesama, dan dengan dirinya sendiri.

      Schachtel (1977) berpendapat bahwa alienasi terhadap diri sendiri merupakan

awal dari semua bentuk alienasi, di mana alienasi dari diri selalu sejalan dengan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


alienasi dari orang-orang lain serta alienasi dari dunia di sekitarnya, sehingga orang

yang teralienasi cenderung untuk menarik diri dari lingkungannya terutama yang

berkaitan dengan aktiivitas yang berhubungan dengan orang lain. Perilaku ini

didukung oleh suatu perasaan subyektif yang sinis atau negatif dalam diri seorang

individu tentang diri beserta peran-perannya untuk memperoleh dalam berhubungan

sosial.

      Keterasingan atau alienasi (alienation) ditandai dengan ciri meningkatnya rasa

kesepian, hasrat hidup yang menurun, hasrat untuk meraih sesuatu namun sulit

untuk meraihnya. Proses alienasi adalah suatu kenyataan bahwa manusia tidak

menghayati dirinya sendiri sebagai seseorang yang aktif, melainkan sesuatu yang

bergantung pada keadaan dari luar diri sendiri dalam (Said, 1998). Saat ini alienasi

juga mempengaruhi kehidupan remaja. Remaja banyak mengalami konflik terutama

yang berhubungan dengan sosialisasi, hubungan dengan orang tua sudah mulai

renggang, harapan orang tua dengan cita-cita sering bertentangan sehingga banyak

remaja yang mencari kompensasi lain untuk memecahkan masalahnya tersebut.

Remaja menjadi asing dengan dirinya dan masih mencari identitas dirinya sehingga

banyak melakukan penyimpangan perilaku.

      Berbagai masalah yang diahadapi oleh para mahasiswa terkadang sulit diatasi

secara mandiri. Dukungan dan saran-saran dari orang tua akan sulit dilakukan

mengingat keterbatasan biaya maupun waktu sehingga mahasiswa tersebut harus

mampu mengatasi permasalahan yang muncul dengan menyesuiakan diri dan

menjalin hubungan dengan orang lain di sekitar lingkungan yang baru.

      Pada remaja yang memiliki konsep diri yang rendah atau negatif akan

menjadikan sulit untuk menerima diri dengan apa adanya dalam (Jersild, 1999) tidak

yakin terhadap dirinya sendiri, dan menyangka orang lain tidak menyukai dirinya

(Hurlock, 1999), peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, serta pesismis (
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


Brooks & Emmet dalam Rakhmat, 1996). Adanya anggapan bahwa orang lain tidak

mengakui keberadaanya, sensitif terhadap kritik, dan pesimis terhadap hidup yang

dijalankan. Maka pada remaja akan muncul keengganan untuk melakukan hubungan

dengan orang lain disekitarnya (asosial). Di sisi lain keinginannya untuk mencari

identitas diri dan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri seseorang remaja

menyebabkan remaja berusaha mencoba sesuatu yang baru baginya. Terjadinya

konflik batin antara norma masyarakat dan keinginan yang tertanam dalam dirinya

menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan kebimbangan. Masa ini menjadi masa

transisi dan akan menjadi suatu developmental challenges yang ditandai dengan

adanya kecendrungan untuk berprilaku menyimpang (maladaptive response). Dalam

kondisi tertentu perilaku menyimpang akan berlangsung lama dan berkembang

menjadi perilaku mengganggu ( Ekowarni, 1993).

     Dalam menjalin dengan orang lain, diperlukan suatu kemampuan komunikasi

dan keberanian untuk memulainya. Hal-hal tersebut tidak terlepas dari gambaran

mental diri individu yang bersangkutan yang disebut konsep diri. Konsep diri

merupakan suatu pandangan tentang diri yang sebenarnya. Konsep diri ini sangat

penting karena hal yang dipikirkan seseorang tentang dirinya menentukan tindakan

dan hubungan dengan orang lain. Konsep diri positif biasanya menambah

kemampuan individu untuk mengasihi dan dikasihi. Individu dapat bergaul dengan

orang lain dengan sikap terbuka dan jujur. Individu juga merasa bahagia dan puas

dengan dirinya. Bila timbul permasalahan dapat segera mengatur stratregi untuk

mengatasinya.

     Konsep diri pada dasarnya merupakan pengertian dan harapan seseorang

mengenai cara seseorang itu memandang dirinya, diri yang dicita-citakan dan dirinya

dalam realita sesungguhnya baik secara fisik maupun psikologik (Hurlock, 1978)

konsep diri memegang peranan penting dalam bentuk apapun. Bentuk atau kualitas
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


interaksi dapat berubah, karena konsep diri bersifat tidak stabil, dapat berubah

sesuai dengan pengalaman hidup seseorang. Melalui konsep diri individu dapat

memperoleh gambaran tentang dirinya secara utuh, tahu dan mengerti yang akan

dijalaninya dan diinginkannya sehingga akan berusaha untuk mewujudkannya.

     Merurut Fofel dan Melson (1988) terdapat signifikansi yang tinggi antara

alienasi dengan status sosial remaja yang rendah kerena adanya tuntunan keluarga

yang belum semuanya terpenuhi , sehingga mengakibatkan remaja menjadi frustasi

dan akhirnya menarik diri. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah berlebihan bila

Bronfenbrener & Keniston ( dalam Thornberg, 1982) mengartikan alienasi sebagai

perasaan hilang dari hubungan yang diinginkan sebelum yang menyebabkan

perasaan ditolak oleh dunia luar, dan karena perasaan inilah individu merasa kecil

dan melakukan perilaku yang menyimpang. Perilaku ini sebenarnya tidak akan

menyimpang seandainya individu yang bersangkutan menganggap wajar perasaan

yang dialaminya sewaktu memasuki suatu lingkungan yang baru. Dikatakan

menyimpang bila perilakunya sudah luar batas-batas kewajaran, sehingga orang lain

mengganggap aneh keadannya.

     Hepner (1973) menyatakan bahwa alienasi dapat dikategorikan sebagai salah

satu gaya hidup yang dicirikan sebagai sindrom sikap, serta perasaan pesimistis,

sinisme, dan ketidakpercayaan terhadap suatu pandangan bahwa orang lain tidak

peduli, manipulatif dan secara emosional terpisah dari dirinya. Keadaan seperti ini

membuat orang     kehilangan jati dirinya, sehingga pada akhirnya akan membuat

seseorang mengalami kebingungan dengan keadaan dirinya yang pada umumnya

terjadi ketika individu memasuki usia remaja. Menurut Mubarok (2000) alienasi diri

ditandai dengan beberapa gangguan kejiwaan atau kesehatan mental yang

diantaranya dapat berupa kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang,

dan psikosis.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


     Tentunya untuk menghindari kecendrungan alienasi diri, langkah antisipasi

yang perlu yang perlu dilakukan tidak dapat terlepas dari suatu proses sosial yang

harus dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Menurut hemat peneliti langkah

yang disekitarnya dapat dilakukan adalah dengan menjalani hidup berdasarkan pada

nilai-nilai kehidupan religiusitas dan pembentukan konsep diri yang positif. Hal

tersebut didasarkan pada beberapa pendapat seperti tertulis sebelumnya, bahwa

kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai reliusitas diantaranya akan menjadikan

individu memiliki kepercayaan diri, optimis, dan ketenangan kalbu yang menjadikan

individu tersebut untuk selanjutnya diharapkan akan lebih tahan dalam mengahadapi

cobaan hidup dan tidak putus asa, sehingga hidupnya menjadi bermakna. Kaitannya

dengan konsep diri, ditengarai bahwa alienasi diri berhubungan dengan konsep diri

seorang individu, hal tersebut didasarkan pada pendapat Gergen (1970) yang

berpendapat bahwa individu yang teralienasi salah satunya dikarenakan oleh perilaku

yang tidak konsisten dengan konsep dirinya, sehingga muncul kecendrungan untuk

berprilaku yang melanggar aspirasi-aspirasi identiatas dirinya.




                              B.Tujuan Penelitian

     Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara konsep diri dengan kemungkinan terjadinya alienasi diri pada Mahasiswa.

Diharapkan dengan diketahuinya hasil yang dicapai dalam penelitian ini, mampu

untuk memberikan sumbangan saran berkaitan dengan hasil dari penelitian ini

kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama yang berkaitan dengan

kehidupan remaja, khususnya yang berstatus mahasiswa, misalnya pihak keluarga,

maupun lembaga pendidikan.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


                              C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

     Jika penelitian ini terbukti maka diharapkan dapat memberikan sumbangan

yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, yaitu psikologi sosial, dan

psikologi kepribadian, khususnya pada aspek konsep diri dan alienasi.

2. Manfaat Praktis

a.   Bagi remaja akhir yang khususnya berstatus mahasiswa, hasil penelitian ini

     dapat memberikan pengetahuan sejauh mana konsep diri yang terbentuk dan

     apa kaitannya dengan alienasi yang dialami oleh remaja

b.   Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

     untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya pada bidang

     psikologi sosial, serta psikologi kepribadian

                              D. Orisinalitas Penelitian

     Topik yang diangkat dari penelitian ini terutama mengenai alienasi pada remaja

telah banyak di lakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya di antaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Syahroza (2004) dengan judul Hubungan antara

kemandirian dengan alienasi pada remaja yang berstatus mahasiswa. Subjek dalam

penelitian ini adalah melibatkan 100 mahasiswa jurusan teknik Geologi fakultas

teknologi Mineral UPN “Veteran “ Yogyakarta angkatan 2002-2003 dengan usia 18-

22 tahun. Alienasi pada penelitian ini di ungkap dengan skala alienasi yang

merupakan modifikasi sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek

alienasi dari Dean (Pratomo, 1994). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan

negatif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan alienasi.         Perbedaan

mendasar antara penelitian penulis dengan penelitian sebelumya terletak pada

tujuan penelitian, tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui hubungan

antara konsep diri dengan alienasi pada remaja akhir yang berstatus mahasiswa.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


Sedangkan penelitian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

kemandirian dengan alienasi pada remaja yang berstatus mahasiswa.

     Penelitian lainnya adalah tentang hubungan antara konsep diri dengan

kesepian pada mahasiswa baru di Universiatas Islam Indonesia Sari (1999). Subjek

yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan tahun

2003/2004 baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini menggunakan variabel

tergantungnya, sama dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya

peneliti menggunakan skala konsep diri yang merupakan modifikasi dari skala

konsep diri Khairiyah (1998) dengan mengacu pada teori yang disusun oleh

Berzonsky (1981), yang mengacu pada empat aspek yaitu; aspek fisik, aspek psikis,

aspek sosial, dan aspek moral. Kesimpulan yang diperoleh dari data yang

sebelumnya adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kesepian pada

mahasiswa baru.

     Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh Effendi (2004) tentang hubungan

antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar pada siswa kelas

lima sekolah dasar muhammadiyah sukonandi yogyakarta. Tujuan penelitian ini

adalah untuk memahami hubungan antara konsep diri dengan kemampuan verbal

dengan prestasi belajar sedangkan tujuan yang kedua adalah memahami perbedaan

konsep diri dan kemampuan verbal siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Subjek

penelitian adalah siswa kelas lima sekolah dasar muhammdiyah di kotamadya

yogyakarta. Dua sekolah merupakan dari 8 sekolah yang termasuk kategori baik (A)

yang menjadi populasi penelitian adalah SD muhammdiyah sukonandi dan SD

muhammadiyah karangkajen. Sampel penelitian berjumlah 79 anak terdiri dari 42

siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan yang memiliki umur dari 9 s/d 13 tahun.

Data konsep diri dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket yang terdiri dari

32 pertanyaan. Sementara data kemampuan verbal siswa dikumpulkan dengan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


menggunakn Tes Verbal WISC. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) ada hubungan

yang signifikan antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar

(2) tidak ada perbedaan antara konsep diri antara siswa laki-laki dengan siswa

perempuan (3) tidak ada perbedaan kemampuan verbal antara siswa laki-laki

dengan siswa perempuan.

     Perbedaan mendasar dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada

variabel bebas, yaitu penelitian sebelumnya mengukur mengenai kemampuan verbal

dengan prestasi belajar, sedangkan variabel bebas peneliti adalah mengenai alienasi

remaja yang berstatus mahasiswa.

     Berdasarkan    penelitian   yang   akan    saya   lakukan,      maka   saya   akan

memberitahukan, bahwa penelitian ini sangat-sangat benar dan belum ada yang

pernah menggunakannya. Merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan karya tulis

orang lain, sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang sudah

disebutkan sumbernya. Keaslian penelitian ini berdasarkan dengan:

1.Keaslian topik

Topik yang akan saya teliti adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri

dengan alienasi pada remaja akhir yang berstatus mahasiwa.

2. Keaslian teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini banyak bersumber pada teori yang di

ungkapkan oleh Roger mengenai aspek-aspek konsep diri, begitu pula yang

dikemukakan oleh Nashori mengenai aspek-aspek konsep diri yang terdiri dari tiga

aspek. Teori Burn mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukan konsep

diri. Begitu pula teori yang dikemukakan oleh Katz & Kahn mengenai aspek-aspek

alienasi, teori Fromm mengenai ciri-ciri orang modern teralienasi.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


3. Keaslian alat ukur

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada metode Likert

yang telah dimodifikasi menjadi 4 alernatif jawaban. Skala alienasi menggunakan

aspek-aspek alienasi dari Dean (Purnomo, 1995). Sedangkan alat ukur yang

digunakan untuk mengungkap konsep diri adalah dengan menggunakan teori

Berzonsky (1981).

4. Keaslian subjek penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan subjek remaja akhir yang berusia

antara 18-22 tahun yang berstatus mahasiswa.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


                                        BAB II

                               TINJAUAN PUSTAKA



                                       A. Alienasi

1.Pengertian Alienasi

        Menurut Purnomo (2002), pengertian alienasi berkembang sejalan dengan

fenomena yang menyertainya. Pada awal kemunculannya pengertian alienasi lebih

bermakna teologis filsafat, akan tetapi kemudian berkembang ke arah pengertian

yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saat ini masih

terus berlangsung, sehingga tidak mengherankan bila pemahamannya tidak dapat

diseragamkan dan berada di setiap disiplin ilmu. Pada umumnya, dalam ilmu-ilmu

sosial khusunya, alienasi diartikan sebagai bentuk dari suatu keterasingan.

        Alienasi dalam ilmu sosial sering digunakan untuk menggambarkan perasaan

keterasingan individu terhadap masyarakat, alam, orang lain, maupun dirinya sendiri

(Johson, 1986). Alienasi dalam filsafat sering disamakan dengan reifikasi tindakan

(hasil tindakan) dalam transformasi kekayaan manusia, tindakan yang berhubungan

dengan kekayaan atau benda-benda di luar manusia yang mengatur hidupnya, dan

sering pula diartikan sebagai alienasi diri yang merupakan suatu proses dan hasil di

mana diri (Tuhan atau manusia) melalui dirinya sendiri (melalui tindakannya)

menjadi asing atau aneh terhadap dirinya sendiri (Edwards, 1967).

        Istilah alienasi itu sendiri menurut Gajo Petrovic (dalam Edwards, 1967)

mempunyai modifikasi pengertian yang di dorong oleh etimologi dan forologi kata.

Bardasarkan hal tersebut, maka Linchtheim (1965) mencoba menjelaskan istilah

alienasi ini sebagai istilah yang berasal dari kata Yunani, ekenosen-dalam-injil bahasa

Latin     disebut   exinanivit-yang   membimbing     langsung    penggunaan      istilah

entausserung pada Hegel, di mana istilah entausserung ini dapat di terjemahkan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


secara bebas sebagai self alienation, jika seandainya Hegel menggunakan istilah

tersebut dalam pengertian teologi-kristologi. Menurut pengertian tersebut, alienasi

diperlukan sebagai penandaan “hilang dari ada” (loose of being) atau “pengasingan”

(estangement).

       Untuk itu Triandis (1980) memberikan batasan untuk memahami konsep

alienasi diri. Pertama, bahwa seorang     individu dapat dikatakan teralienasi, bila

berada di irama dan gerak masyarakatnya dan oleh karena itu tidak memperoleh

kepuasan hidup dalam kondisi tersebut. Kedua, sebagai implikasinya seorang

individu tersebut akan merasa senang bila masyarakatnya berubah, atau apabila

dirinya yang harus berubah, maka arahnya adalah untuk semakin confrom dengan

harapan dari kalangan mayoritas.

     Sementara itu menurut Bail dalam Akhmad, dkk (1992) alienasi sebenarnya

berasal dari kata latin, alienare yang berarti “memisahkan” (to separate),

“memindahkan “ (to remote), atau “menjauhkan” (to ake away). Alienasi dengan

kata lain secara lebih sederhana dapat merupakan penunjukkan pada kondisi

pemisahan atau pengasingan. Pada mulanya dan tetap dipertahankan sampai

sekarang, alienasi banyak digunakan dalam bahasa hukum yang menunjukkan pada

“menunai” (trade), “meniadakan” (transfering), “menjual” (to sold), dan mewariskan

kekayaan pribadi seseorang      kepada orang lain. Lambat laun alienasi dalam

perkembangannya memiliki dan meliputi pengertian yang berbeda dalam filsafat,

ilmu pengetahuan, dan dalam kehidupan sehari-hari. Alienasi dalam kehidupan

sehari-hari sering kali berarti menolak atau menjauh dari kawan-kawan atau

kelompoknya. Sementara dalam teori sosial politik, sosiologi dan psikologi, alienasi

biasanya digunakan untuk menunjuk pada perasaan” keterasingan”, individu itu

sendiri. Manusia teralienasi dari orang lain atau dari berbagai macam struktur sosial

ketika keberadaan kriterianya untuk mengevaluasi dirinya sendiri berbeda dengan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


kriteria yang digunakan orang lain dalam mengevaluasi diri mereka. Alienasi pada

manusia berarti, terpisahnya aspek-aspek atau elemen-elemen tersebut pada diri

menejemen dari aspek-aspek atau elemen-elemen diri yang lain.

     Konsep alienasi dalam kajian psikologis banyak mengacu pada pendapat

Fromm yang mendefinisikan alienasi sebagai suatu cara berada yang menjadikan

seorang individu merasa sebagai sesuatu yang asing, dan segala tindakannya

melainkan tindakan dan konsekwensi-konsekwensinya tersebut justru yang telah

menjadi tuan yang harus dipatuhi dan harus dipuja (Fromm, 1977). Secara jelas

Fromm dalam rumusannya telah memodifikasikan konsepsi alienasi Marx dengan

mengubah konsep mode of production menjadi mode of experience, atau dalam

bahasa sederhananya telah mengubah konsep alienasi dari modus berproduksi

menjadi modus berada (dalam Meszaos, 1970). Selain itu, Fromm (1977) juga

berpendapat bahwa secara historis kata alienasi digunakan untuk menunjuk orang

yang sakit pikiran atau gila, alienasi adalah kata-kata lama yang menyebut psikotik,

karena dalam bahasa Inggris kata “alienist” itu sendiri hingga saat ini digunakan

sebagai sebutan bagi dokter yang merawat orang-orang gila.

     Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengertian alienasi berkembang

sejalan dengan fenomena yang menyertainya. Pada awal kemunculannya pengertian

alienasi lebih bermakna teologis filsafati, akan tetapi kemudian berkembang ke arah

pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saat ini

masih berkembang ke arah pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan

pengertian alienasi sampai saai ini masih terus berlangsung, sehingga tidak

mengherankan bila pemahamannya tidak dapat diseragamkan dan berbeda di setiap

disiplin ilmu, pada umumnya dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya psikologi alienasi

diartikan sebagai bentuk dari suatu keterasingan.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


     Banyak anggapan yang mengatakan bahwa kita sekarang ini tinggal di suatu

jaman alienasi. Alienasi atau keterasingan diungkapkan di dalam hampir semua

aspek kehidupan. Dalam bidang dan juga teori politik, salah satu pengertian

mengenai alienasi yang paling sering digunakan adalah yang dibuat oleh Karl Marx

pada tahun 1814. Marx merasa bahwa tenaga kerja manusia dalam suatu sistem

kapitalis dapat mengasingkan individu dari dirinya sendiri (Gergen, 1970). Individu

yang teralienasi adalah salah satunya dikarenakan oleh perilaku yang tidak konsisten

dengan konsep dirinya, sehingga muncul kecendrungan untuk berprilaku yang

melanggar aspirasi-aspirasi identitas dirinya (Gergen, 1970).

      Alienasi merupakan suatu perilaku yang dialami oleh seorang individu yang

digerakkan oleh nafsu akan kekuasaan, uang, dan kehormatan tanpa menyadari dan

menghayati arti kebebasan yang dimiliki oleh seseorang individu. Hal tersebut akan

menjadikan individu yang bersangkutan mengalami kecendrungan untuk menjadi

budak dari salah satu ambisinya yang diproyeksikan pada tujuan-tujuan di luar

dirinya. Selain itu alienasi juga dapat dipahami sebagai suatu kesadaran tidak

sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh prilaku yang bukan mencerminkan

dirinya, di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya,

sehingga individu tersebut mengalami kehilangan jati diri (Purnomo, 2002).

     Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alienasi merupakan suatu

perilaku yang dialami oleh seorang individu yang digerakkan oleh nafsu akan

kekuasaan, uang, dan       kehormatan     tanpa menyadari       dan   menghayati   arti

keterbatasan yang dimiliki oleh seorang individu. Hal tersebut akan menjadikan

individu yang bersangkutan mengalami kecendrungan untuk menjadi salah satu

ambisi yang diproyeksikan pada tujuan di luar dirinya. Selain itu alienasi juga dapat

dipahami sebagai suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


oleh perilaku yang mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut berprilaku

berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut kehilangan jati dirinya.

     Sesuai dengan daftar istilah Filasat, alienasi merupakan proses konkretisasi

hakikat batin manusia yang kemudian menjadi barang mati, dan menceraikan

manusia yang satu dari manusia yang lainnya (Lavine, 2003). Di dalam kamus

Psikologi sendiri di jelaskan bahwa alienasi merupakan bentuk kesalahan pengenalan

suatu situasi atau orang yang sudah dikenal (Sitanggang, 1994).

     Alienasi telah di jelaskan dalam berbagai pengertian tetapi yang sering

digunakan adalah mengacu pada faktor internal dalam diri individu yaitu adanya rasa

ketidak berartian yang hakiki terhadap peranan sosial yan telah ditetapkan kepada

mereka. Jika ikatan individu untuk berorganiasi adalah salah satu faktor di luar

dirinya yaitu adanya hukuman dan penghargaan, maka individu bisa merasakan telah

diasingkan dari pekerjaan dan sekaligus dari lingkungan masyarakat disekitarnya.

Bagaimanapun juga alienasi mempunyai konsep awal yang di mulai lebih dulu

malalui agama dan filasafat dibandingkan tulisan-tulisan dari Marx. Hal ini sudah ada

sejak jaman dulu dengan banyak pengertian dan telah menjadi sejarah panjang

tersendiri, semua ini menyertakan juga beberapa gagasan yang menjelaskan suatu

kerenggangan yang tidak diinginkan oleh individu baik dari Tuhannya, alamnya,

lingkungan masyarakatnya, pekerjaannya, ataupun dari dirinya sendiri (Katz & Kahn,

1965).

         Berdasarkan beberapa definisi dan pemahaman tentang alienasi diri seperti

yang telah terurai di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alienasi diri sebenarnya

merupakan salah satu bentuk alternatif pilihan dari berbagai macam karakter

orientasi sosial individu dalam usahanya dalam memenuhi esensi, hakekatnya dan

martabat kemanusiannya. Pilihan-pilihan tersebut sebenarnya disadari maupun tidak

sangat merugikan bagi diri seorang individu yang bersangkutan, karena akan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


memunculkan dampak ketidakberdayaan, ketiadaan norma, dan isolasi sosial, yang

mana dampaknya menurut Hepner (1973) akan menjadikan individu yang

bersangkutan cendrung untuk menjadi pribadi yang egoistik, pesimis, penuh

kebencian, pencemas, dan rasa ketidakberdayaan yang tinggi.

       Jadi berdasarkan uraian di atas alienasi adalah suatu kesadaran tidak

sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh perilaku yang mencerminkan dirinya,

di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga

individu tersebut kehilangan jati dirinya.



2. Bentuk dan Sumber Alienasi

     Menurut Marx (Lavine, 2003) dalam naskah 1844, alienasi manusia memiliki

empat bentuk utama :

a. Manusia diasingkan dari produk hasil pekerjaanya, para buruh dalam kapitalisme

industrialis diasingkan dari produksinya.

b. Manusia diasingkan dari kegiatan produksi, sistem kapitalis mengasingkan

manusia dan aktivitasnya.

c. Manusia diasingkan dari sifat sosialnya sendiri, masyarakat mengasingkan buruh

dari kualitas penting manusia.

d. Manusia diasingkan dari rekan-rekannya, alienasi adalah “pemisahan manusia dari

manusia “.

       Gergen (1970) mengemukakan bahwa sumber-sumber alienasi dapat terjadi

dalam tiga tahapan, di mana sumber-sumber yang dikemukakannya tersebut lebih

mengarah pada penyebab yang berasal dari dalam diri individu (internal),

diantaranya yaitu :

a. Individu dapat teralienasi dikarenakan perilakunya yang tidak konsisten dengan

konsep dirinya.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


b. Alienasi dapat muncul pada situasi ketika perilaku seorang individu melanggar

aspirasi-aspirasi identitas dirinya.

c. Alienasi yang terjadi pada seorang individu dapat diketahui ketika perilaku seorang

individu tersebut tidak terdapat hubungan dengan cara individu yang bersangkutan

dalam memandang dirinya.



3. Aspek-aspek Alienasi

           Dalam suatu riset tentang alienasi, disebutkan pula oleh Seeman (Katz &

Kahn, 1965) bahwa alienasi memiliki beberapa aspek, sebagai berikut :

a. A sense of powerlessness (perasaan tidak berdaya), yaitu suatu perasaan bahwa

kejadian dari akibat yang terjadi pada seorang individu dikontrol serta ditentukan

oleh kekuasaan ekternal di luar dirinya, bukan karena kekuatan atau dari individu itu

sendiri.

b. A sense of meaninglessness (perasaan tidak berarti), yaitu suatu perasaan bahwa

terjadinya suatu kejadian tidak dapat dipahami, sehingga muncul anggapan bahwa

segala sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang akan sulit untuk ditebak.

c. A sense of normlessness         (perasaan tidak ada norma), yaitu suatu perasaan

bahwa tujuan-tujuan yang tidak diakui secara sosial diperlukan untuk mencapai

maksud-maksud yang diakui secara sosial sehingga muncul anggapan bahwa

seorang individu tidak harus terikat pada nilai-nilai dan moralitas standar yang

berlaku di lingkungan sosialnya.

d. Social isolation (perasaan terisolasi secara sosial), yaitu suatu perasaan

kesendirian, penolakan dan terpisah dari nilai-nilai kelompok atau hubungan antar

anggota kelompok sehingga tidak menutup kemungkinan karena perasaan seperti

menjadikan individu yang bersangkutan menarik diri dari kehidupan sosialnya.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


e. Self-estrangement    (perasaan keterasingan diri), yaitu perasaan yang muncul

pada diri seorang individu bahwa segala aktivitas yang telah dilakukannya tidaklah

menguntungkan dirinya, sehingga memunculkan perasaan bahwa segala perilaku

yang dilakukan individu tersebut semata-mata bukan keinginannya sendiri.

        Kemudian Katz & Kahn (1965) meringkas enam aspek alienasi menjadi lima

aspek, yang diantaranya adalah: sense of powerlessness (perasaan tidak berdaya),

sense of meaninglessness (perasaan tidak berarti), sense of normlessness (perasaan

tidak adanya norma), isolation (perasasaan terisolasi), self-estrangement (perasaan

keterasingan diri).

        Selanjutnya Dean (Pratomo, 1994) membagi aspek-aspek alienasi menjadi

tiga aspek, dimana ketiga aspek tersebut didasarkan pada aspek-aspek alienasi yang

telah dikembangkan oleh Seeman serta Katz & Kahn. Dean kemudian melakukan

penggabungan aspek-aspek tersebut menjadi: a) ketidakberdayaan (powerlessness),

dimana aspek ini merupakan penggabungan dari aspek powerlessness dan

meaninglessness, b) ketidakbernormaan (normlessness), c) isolasi sosial (social

isolation),   dimana   aspek   ketidakbernormaan   dan   isolasi   sosial   merupakan

penggabungan dari aspek isolation dan self-estrangement.

        Ada beberapa sikap yang menjadikan orang modern teralienasi. Menurut

Fromm (Rosyadi, 2000) ada beberapa aspek spesifik dari sosial kontemporer yang

erat kaitannya dengan fenomena alienasi, yakni:

a. Otoritas anonim-konformitas, akan terlaksana bila melalui prinsip konformitas

yakni sebuah tindakan atau aktivitas yang kesemuanya berdasar pada faktor-faktor

di luar pribadi-pribadi yang merdeka.

b. Prinsip nonfrustasi kurangnya pengendalian hasrat pada akhirnya menjadikan

lumpuh dan hancurnya jati diri.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


c. Asosiasi bebas dan berbicara bebas, telah banyak dilihat bahwa perkembangan

manusia modern telah banyak didominasi psikologi yang dikembangkan Freud

dengan asosiasi bebas.

d. Akal budi, kesadaran, dan agama. Masyarakat sekarang mampu mengembangkan

pikiran-pikiran untuk mampu mempertahankan hidup secara biologis.

e. Kerja, makna sebuah kerja sesungguhnya membentuk dan mengubah alam di luar

manusia.

        Berdasarkan uraian di atas dengan demikian maka kesempatan kali ini peniliti

memakai aspek-aspek yang dikembangkan oleh Dean (dalam Robinson & Shaver,

1973) di mana aspek tersebut meliputi ketidakberdayaan, ketiaadaan norma, dan

isolasi sosial.



4. Faktor Yang Mempengaruhi Alienasi

        Purnomo (2002) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang sekiranya

berpengaruh terhadap kecendrungan terjadinya alienasi pada diri seorang individu,

diantaranya adalah :

a. Reliugitas

        Berdasrkan uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa alienasi merupakan

suatu gangguan kesehatan mental yang dialami oleh seseorang, di mana menurut

Mubarok (2000) hal tersebut diantaranya ditandai oleh perilaku menyimpang dan

psikosomatis. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat religiusitas berpengaruh

terhadap kecendrungan munculnya alienasi diri. Pendapat peneliti tersebut

didasarkan pada hasil penelitian Paloutzian (1996) yang telah membuktikan adanya

korelasi antara tingkat religiusitas dengan kesehatan mental di mana diantaranya

tingginya tingkat religiusitas dapat membebaskan seseorang dari gejala alienasi.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


b. Konsep diri

          Kedudukan konsep diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

kecendrungan terjadinya alienasi diri didasarkan pada pendapat alienasi menurut

Fromm (1995) yang berpendapat bahwa alienasi merupakan kondisi ketika

seseorang mengalami dirinya sendiri sebagai orang asing, di mana ia tidak

menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia dan sebagai pelaku dari perbuatan-

perbuatannya. Kondisi seperti itu menurut peneliti berhubungan dengan konsep diri

yang melingkupi seorang individu, di mana hal tersebut di dasarkan pada pendapat

Burn (1993) yang mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri

secara keseluruhan yang mencangkup tentang pendapat akan dirinya sendiri,

pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain dan pendapat tentang

hal-hal yang diperolehnya.

c. Usia

          Usia merupakan faktor yang diperkirakan turut mempengaruhi terjadinya

alienasi diri pada seorang individu karena semakin dewasa usia seorang individu

akan berpengaruh pada kematangan mentalnya. Semakin dewasa usia seseorang

individu akan menjadikan semakin matangnya orientasi dan konsep hidupnya,

sehingga relatif telah mampu memaknai dirinya karena telah dapat menemukan jati

dirinya secara hakiki. Hal tersebut didorong oleh pendapat Hurlock (1999),

menurutnya remaja lebih ada kecendrungan terkena alienasi diri, hal itu dikarenakan

pada umumnya remaja merasa tidak nyaman dengan standar kelompok secara fisik,

sehingga remaja menarik diri dan biasanya kepribadian yang melingkupinya adalah

kepribadian yang egois, keras kepala, pemurung, dan gelisah yang disebabkan

karena belum daitemukannya jati dirinya, sehingga kurang dapat untuk memaknai

hidupnya dengan baik.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


d. Tingkat pendidikan

       Hal tersebut berkaitan dengan konsep tentang alienasi diri seperti telah

diuraikan di bagian lain, di mana kecendrungan terjadinya alienasi diri pada seorang

individu memiliki hubungan dengan status sosial yang melingkupinya. Tingkat

pendidikan adalah merupakan salah satu faktor penentu status sosial yang akan

mempengaruhi pada kepuasan seseorang, bahkan jenjang pendidikan diasumsikan

sebagai kriteria status sosial tersendiri, misalnya seseorang yang telah duduk di

Perguruan Tinggi memiliki status lebih sebagai seorang mahasiswa yang diharapakan

sebagai generasi penerus bangsa dengan kemampuan lebih sebagai kaum intelektual

muda yang diantaranya adalah memiliki kemampuan ilmiah, obyektif, rasional,

inovatif, dan berpredikat sebagai agent of change, dan memiliki kepribadian yang

seimbang. Bila ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan harapan yang ada, maka

menurut Helmi dan Ramdhani (1992) dapat memunculkan dampak negatif yang

berupa perasaan tidak puas terhadap dirinya, sehingga tidak menutup kemungkinan

individu yang bersangkutan terjebak dalam perilaku negatif, seperti menjadi Pecandu

Obat terlarang dan narkotika.

       Sebagai suatu konsep,      batasan alienasi berbeda-beda antar peneliti

tergantung pada aspek perilaku mana yang hendak ditekankan, kendati demikian

seperti hal yang tersebut di atas selalu muncul dalam setiap pembahasan mengenai

alienasi. Tentunya hal itu berhubungan dengan pendefinisian alienasi dalam kontek

manifestasinya, maka konteks dari bentuk sebenarnya dari kondisi alienasi yang

sering terjadi. Manifestasi itu sendiri ternyata berbeda-beda dari kelompok sosial

yang satu dengan kelompok yang lainnya tergantung pada tingkat kesenjangan

antara situasi sosial pada kelompok-kelompok tersebut dan harapan mereka untuk

mengatasinya.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


       Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi alienasi

adalah religiutas, konsep diri, usia dan tingkat pendidikan.



                                      B. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

       Manusia dilahirkan ke muka bumi pada awalnya tanpa dibekali pengetahuan

tentang dirinya, tidak memiliki harapan, dan tidak memiliki penilaian akan dirinya.

Maksudnya adalah bahwa manusia sebagai individu tidak sadar akan dirinya yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan (Caplan dalam Calhaoun &

Acocella, 1995).

       Semakin beranjak dewasa, manusiapun akan menyadari dengan sendirinya

tentang keberadaan dirinya dan mulai mencari-cari yang pada akhirnya menemukan

konsep akan dirinya, kesadaran akan konsep diri pada manusia tumbuh dengan

pesat semenjak seorang individu mulai menggunakan bahasa sebagai sebuah alat

komunikasinya. Hal itu dikarenakan dengan kemampuannya memahami perkataan

orang lain, maka individu telah mendapatkan informasi yang lebih dari cukup untuk

memahami dirinya, dan mulailah konsep diri itu terwujud baik yang positif dan

negatif. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bee (1981), di mana dikatakan

bahwa konsep diri berkembang ketika anak berkemampuan untuk mengobservasi

fungsi dirinya seperti apa yang dilihatnya pada orang lain.

       Burn (1993) mendefinisikan konsep diri ini sebagai kesan terhadap diri sendiri

secara keseluruhan, di mana hal tersebut mencangkup tentang pendapat akan

dirinya sendiri, pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain, dan

pendapatnya tentang hal-hal yang diperolehnya. Sementara itu Hurlock (1979)

berpendapat bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional,

aspirasi, dan prestasi yang dicapai oleh diri seorang.

       Lain halnya dengan pendapat Rakhmat (1996), menurutnya konsep diri tidak

hanya merupakan gambaran deskriptif semata, akan tetapi juga merupakan

penilaian seorang individu mengenai dirinya sendiri, sehingga konsep diri merupakan

sesuatu yang diperkirakan dan dirasakan oleh seorang individu. Menurut Rakhmat

(1996) terhadap dua komponen dari konsep diri yang sekiranya dapat dikemukakan,

yaitu komponen kognitif (self image) dan komponen self afektif (self esteem).

Komponen kognitif (self image) adalah merupakan pengetahuan individu yang

mencangkup pengetahuan “who am I” yang mana itu akan memberikan gambaran

tentang dirinya hal ini disebut sebagai suatu pencitraan diri. Adapun komponen

efektif adalah merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan

membentuk bagaimana penerimaan akan diri dan harga diri individu yang

bersangkutan. Dari beberapa uraian tentang definisi konsep diri seperti tersebut,

dapat dipahami bahwa konsep diri merupakan sesuatu yang dirasakan dan dipikirkan

oleh seorang individu yang berkaitan dengan dirinya sendiri.

       Hubungan dengan penentu perilaku, konsep diri menurut Pudjijogjanti (1993)

terdiri dari 3 peranan penting yaitu; pertama, peranan konsep diri berkaitan dengan

usaha dari seorang individu untuk mempertahankan keselarasan batinya. Hal

tersebut didasarkan pada sifat dasar individu yang cenderung untuk selalu

mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya, sehingga bila timbul

pikiran, perasaan, dan persepsi yang tidak seimbang maupun berlawanan, maka

akan terbentuk iklim psikologis tidak menyenangkan yang mendorong individu untuk

mengubah perilakunya. Ke dua setiap individu akan memberikan penafsiran yang

berbeda terhadap sesuatu yang dihadapinya, di mana ini berkaitan dengan

keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri dan hal itu berpengaruh
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


besar   terhadap   pengalamannya.    Ke   tiga   konsep   diri   merupakan   penentu

pengharapan individu, sehingga dapat dikatakan bahwa pengharapan adalah inti dari

konsep diri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat    Mc Candless (1970), di mana

menurutnya konsep diri merupakan seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang

menunjuk pada harapan tersebut, sehingga bila sikap dan pandangan individu

terhadap kemampuan dirinya bersifat negatif, maka sebenarnya hal tersebut akan

menyebabkan individu tidak memiliki motivasi yang tinggi.

        Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan pengertian konsep

diri remaja dalam penelitian ini adalah gambaran remaja mengenai diri sendiri

berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya.

        Fitts dkk (Wijayaningsih, 2000) mengemukakan aspek-aspek konsep diri

meliputi; Pertama konsep diri fisik. Konsep diri fisik berarti pandangan, pikiran,

perasaan dan penilaian remaja terhadap fisiknya sendiri. Kedua, konsep diri pribadi.

Konsep diri pribadi berarti pandangan pikiran, perasaan, dan penilaian remaja

terhadap pribadinya sendiri. Ketiga, konsep diri sosial. Konsep diri sosial berarti

pandangan, pikiran perasaan dan penilaian remaja terhadap kecendrungan sosial

yang ada pada dirinya sendiri. Keempat, konsep diri moral etik. Konsep diri moral

etik berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap moralitas

diri sendiri. Konsep diri moral etik berkaitan dengan nilai dan prinsip yang memberi

arti arah bagi kehidupan remaja. Kelima, konsep diri keluarga. Konsep diri keluarga

berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap keluarganya

sendiri. Konsep diri keluarga berkaitan dengan keberadaan remaja dalam keluarga.

Keenam, konsep diri akademik. Konsep diri akademik berarti pandangan, pikiran,

perasaan dan penilaian remaja terhadap kemampuan akademisnya sendiri.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


       Burn (1979) berdasarkan tinjauannya secara umum mengemukakan bahwa

perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh 5 faktor :

   1. Citra Fisik (body image), merupakan evaluasi terhadap diri sendiri secara fisik

   2. Bahasa, merupakan kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi

       mengenai diri sendiri dan orang lain.

   3. Umpan balik dari lingkungan yang diinterpretasikan sebagai pandangan orang

       lain yang berarti dan dekat (significant others) bagi seseorang terhadap

       caranya dalam berhubungan dengan norma dan nilai masyarakat yang

       bermacam-macam.

   4. Identifikasi dengan peran jenis yang sesuai dengan strereotip masyarakat.

   5. Cara pengasuhan anak (pola asuh dari orang tua) dan perlakuan serta

       komunikasi orangtua setiap saat yang dapat membentuk kebiasaan dan pola

       perilaku anak.

       Ciri-ciri khusus dari tiap individu merupakan hasil dari proses yang diterima

 dan diolah dalam situasi seperti yang daitemukan oleh Burn. Sebagai contoh, misal

 tentang penerimaan diri, bagaimana terbentuknya penerimaan diri seseorang tidak

 dapat dilepaskan dari citra fisik, umpan balik, dari lingkungan, identifikasi peran

 jenis dan pola asuh orangtua. Penerimaan diri adalah salah satu komponen dalam

 kepribadian yang ikut membentuk konsep diri. Jelasnya aspek-aspek khusus secara

 bersama-sama atau sendiri-sendiri akan mempengaruhi pembentukan konsep diri.

       Coopersmith (1967) mencoba meneliti hubungan antara salah satu dimensi

dari konsep diri yaitu self esteem dengan beberapa aspek kepribadian. Hasilnya,

seseorang dapat diterima dengan baik oleh lingkungan apabila perilakunya tidak

menyimpang dari aturan-aturan, norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang

berlaku dalam masyarakat, maka ia dapat menjadi panutan. Hal tersebut akan ikut

menentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Makin taat seseorang
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


menjalankan apa yang telah digariskan oleh lingkungan, maka makin tinggi

penerimaan lingkungan hidupnya, hal tersebut akan mendorong terbentuknya

konsep diri yang tinggi.



2. Aspek-Aspek Konsep Diri

        Berzonsky (1981) hanya mengemukakan 4 aspek konsep diri, yaitu :

1. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya,

seperti tubuh, pakaian, dan benda yang dimilikinya.

2. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap

dirinya sendirinya.

3. Aspek sosial, meliputi peran individu dalam lingkup peran sosialnya dan penilain

individu terhadap peran tersebut.

4. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberikan arti dan arah dalam

hidup individu.

        Dari keempat aspek diatas diketahui bahwa konsep diri adalah persepsi

individu tentang dirinya baik fisik, psikis, sosial maupun moral yang diakui individu

sebagai cirri dirinya.



3. Perkembangan Konsep Diri

        Apabila seseorang mengenal identitas dirinya maka hal tersebut tidak hanya

sebatas pada pengenalan nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan

dan pekerjaan, tetapi juga mengenal konsep dirinya. Pengalaman-pengalaman hidup

yang dilewati individu pada tahap-tahap perkembangan akan membentuk cara

pandang individu terhadap dirinya dan lingkungannya. Pengalaman positif bagi

individu akan membentuk konsep diri yang positif sebaliknya pengalaman yang

buruk akan membentuk konsep diri yang negatif.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


       Konsep diri terbagi menjadi dua bagian, yaitu konsep diri positif dan konsep

diri negatif. Burn (dalam Apriana, 2002) berpendapat bahwa kebanyakan orang jika

dimintai untuk menggambarkan diri mereka maka mereka akan membuat perbedaan

antara “siapa diri mereka” dan “ingin menjadi apa mereka”. Pendapat yang lain dari

Grinder (1978) mengemukakan bahwa persepsi individu terhadap dirinya dibentuk

selama hidupnya ketika individu mendapatkan hadiah dan hukuman dari orang-orang

yang ada disekitarnya. Semua yang dialami akan diproses, sehingga terbentuk suatu

keyakinan dan penyesuaian mengenai dirinya sendiri.

       Pengalaman hidup yang dilewati individu akan membentuk cara pandang

individu terhadap diri dan lingkungannya. Pengalaman yang positif akan membentuk

konsep diri yang positif sebaliknya pengalaman yang negatif akan membentuk

konsep diri yang negatif.

       C.Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Alienasi Pada Mahasiswa

       Ketidaksiapan mental dan ketidakmampuan untuk memahami dan memaknai

dirinya sebagai makhluk individu maupun sosial. Kegamangan terhadap arus budaya

modern akan membawa perubahan-perubahan psikososial yang ditandai dengan

perubahan nilai-nilai kehidupan.

       Perubahan tersebut dapat berupa pola hidup sosial yang cenderung bergeser

ke arah masyarakat individual matrealistik dan sekuler, pola hidup sederhana dan

produktif cenderung berubah ke arah pola hidup mewah dan konsumtif, struktur

keluarga cenderung ke arah nuclear family dan single parent family, hubungan

kekeluargaan cendrung rapuh dan longgar, nilai-nilai agama dan tradisi yang dianut

masyarakat berubah menjadi masyarakat yang sekuler dan serba membolehkan

(permissive society), masyarakat cenderung hidup bersama di luar nikah dan

meragukan lembaga perkawinan hubungan interpersonal dalam keluarga dan

masyarakat terganggu akibat ambisi dan materi (Hawari, 1997).
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


        Berger & Luckmann (1992) berpendapat bahwa fenomena tersebut terjadi

seiring dengan meluasnya rasionalisasi masyarakat modern dengan cara-cara

produksi kapitalis yang mendorong berkembangnya proses differensiasi yang

disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan pembagian kerja.

        Gejala itu dirasakan oleh semua kalangan baik anak, remaja, maupun orang

dewasa. Remaja merupakan kalangan yang paling rentan terkena dampak negatif

dari budaya modern, mengingat masa remaja dipandang sebagai masa transisi dari

masa anak-anak menuju masa dewasa. Terlebih pada remaja akhir yang berstatus

mahasiswa. Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diketahui bahwa

pengguna obat-obatan terlarang dan narkotika mayoritas adalah mahasiswa.

Fenomena tersebut tidak dapat dipisahkan dari banyaknya persoalan yang

melingkupi kehidupan mereka salah satunya adalah harapan yang begitu besar

kepada mereka, terutama dari lingkungan sekitarnya misalnya keluarga. Bila harapan

tersebut tidak dapat terpenuhi, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan

merasa tidak berdaya, tidak bermakna, dan merasa disisihkan dari dunia sekitarnya.

Dalam ilmu sosial, khususnya psikologi gejala tersebut disebut dengan istilah

teralienasi.

        Pada diri remaja alienasi menurut Hurlock (1979) dapat diartikan dari

beberapa ciri yang disebutnya sebagai sindrom alienasi, yaitu:

1. Menyendiri

        Maksudnya adalah remaja yang demikian memiliki kecendrungan untuk

menarik diri dari lingkungannya dan tidak memiliki gairah untuk beraktifitas apapun

apabila dirasa lingkungannya menolak dirinya. Dalam dirinya tidak ada gairah untuk

melakukan sesuatu yang berguna, sehingga waktunya hanya dihabiskan untuk

melamun atau hanya bersantai saja tanpa melakukan apapun.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


2. Ketidaktertarikan Sosial

       Maksudnya adalah remaja yang mengalami kondisi seperti ini hanya

berkonsentasi pada ketertarikan dan kesenangan sendiri tanpa peduli pada orang

lain di sekitarnya. Remaja demikian cenderung menjadi egois, tidak mau bergaul

dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan budaya tidak peduli sudah mewarnai

dirinya, sehingga remaja demikian tidak akan membantu orang lain kalau tidak

mendatangkan keuntungan bagi dirinya.

3. Ketidakefektifan Sosial

       Ketidakefektifan sosial ini ditandai dengan perilaku remaja yang selalu

menjadi biang keributan dengan melawan penguasa, membunuh hukum, dan

peraturan. Remaja selalu tidak merasa puas dengan keadannya, sehingga remaja

dianggap sebagai provokator kekacauan-kekacauan yang terjadi.

       Sindrom alienasi seperti tersebut di atas bila tidak segera dapat teridentifikasi

dengan dini, menurut Mubarok (2000) mengakibatkan gangguan kejiwaan yang

diantaranya dapat berupa :

1. Kecemasan

       Perasaan cemas ini bersumber dari hilangnya makna hidup (the meaning of

live) sehingga individu yang bersangkutan tidak memiliki hidup. Segala sesuatu yang

dilakukan adalah mengikuti trend, mengikuti tuntunan sosial kendati tindakan

tersebut mungkin tidak sesuai dengan norma atau prinsip yang ada, sehingga

hidupnya     hanya mengikuti kemauan orang lain dan kepuasan sesaat yang

dikejarnya, dan sewaktu mengalami kegagalan individu seperti ini akan merasa malu

dan kecewa. Perasaan seperti ini pada akhirnya akan menciptakan suatu ketidak

seimbangan dalam dirinya, sehingga pada akhirnya hidupnya senantiasa dilanda oleh

kegelisahan dan kecemasan yang berkepanjangan.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


2. Kesepian

       Gangguan ini bersumber dari hubungan antar manusia (personal) di kalangan

masyarakat modern yang tidak lagi tulus dan hangat. Kepribadian hipokrit telah

mendarah daging, sehingga segala sesuatu yang diucapkan dan dilakukan adalah

kebohongan semata. Dampaknya individu yang demikian akan merasa tidak memiliki

apapun dan siapapun, sehingga dirinya akan merasa sepi di tengah keramaian

3. Kebosanan

       Dikarenakan karena hidup sudah tidak bermakna, hubungan dengan orang

lain telah hambar dan konsentarsi selalu menggangu jiwanya, maka dampaknya

menimbulkan perasaan bosan. Bosan kepada kepura-puraan, bosan kepada

kepalsuan,    namun   tidak   tahu   langkah   apa   yang   harus   dilakukan   untuk

menghilangkan kebosanan tersebut.

4. Perilaku Menyimpang

       Kecemasan, kesepian, dan kebosanan yang diderita berkepanjangan akan

menjadikan seorang individu tidak tahu persis dengan apa yang harus dilakukan

untuk masa depannya memutuskan sesuatu dan jalan mana yang harus di tempuh

dengan keadaan jiwa yang kosong dan rapuh seperti tersebut dapat menjadikan

seorang idividu tidak mampu berfikir secara jernih dan jangka panjang, selain itu

juga meyebabkan kecendrungan memuaskan motif pada perilaku yang tidak terpuji,

karena perilaku itu dianggapnya mampu menghibur dirinya. Manusia dalam tingkat

gangguan kejiwaan seperti ini mudah sekali diajak atau dipengaruhi untuk

melakukan hal-hal yang menyenangkan, meskipun perbuatan tersebut menyimpang

dari norma-norma moral, misalnya terjerumusnya dalam penggunaan obat-obatan

terlarang dan narkotika, seks bebas, tawuran, merampok, bahkan membunuh.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


5. Psikosomatik

        Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor

kejiwaan dan sosial. Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan antara

fisik dan mental. Penderita psikosomatik biasanya mengeluh merasa tidak enak

badan, jantungnya berdeba-debar, merasa lemah, tidak dapat berkonsentrsi dengan

baik.   Wujud     psikosomatik   dapat   dalam   bentuk   sindrom,   trauma,   stress,

ketergantungan kepada obat penenang, alkohol, narkotika, dan berperilaku

menyimpang.

        Dari uraian tentang gangguan kejiwaan yang dapat muncul sebagai dampak

dari terjadinya alienasi diri pada seorang individu sungguh sangat mengerikan,

terlebih bila hal tersebut sampai terjadi pada remaja yang berstatus mahasiswa.

Tentunya dapat dibayangkan seandainya mahasiswa sebagai kaum intelektual muda,

generasi penerus bangsa, agent of change, dan memiliki status sosial yang

terhormat sampai terkena sindrom alienasi diri dapat dipastikan bangsa indonesia

dapat terhambat dan akan hancur.

                                     D. Hipotesis

        Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” ada hubungan negatif

antara konsep diri dengan alienasi diri, dimana semakin positif konsep diri, maka

akan semakin berkurang kemungkinan seorang terkena alienasi diri” sebaliknya jika

semakin negatif konsep diri, maka akan semakin tinggi kemungkinan seorang

terkena alienasi diri.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


                                       BAB III

                              METODE PENELITIAN



                       A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas                : Konsep diri

Variabel tergantung           : Alienasi

                       B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep diri

       Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang

merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan

prestasi yang dicapai oleh diri seorang Hurlock (1979). Konsep diri diungkap dengan

menggunakan skala konsep diri yang melibatkan aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan

moral. Semakin tinggi total skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula konsep diri

individu, sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh maka makin rendah

pula konsep diri individu tersebut.

2. Alienasi

     Alienasi adalah suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang

disebabkan oleh prilaku yang bukan mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut

berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut mengalami

kehilangan jati diri (Purnomo, 2002). Alienasi diukur dengan skala alienasi dengan

aspek-aspek yang meliputi : perasaan tidak berdaya, ketiadaan norma, dan isolasi

sosial. Total skor yang diperoleh skala alienasi menunjukkan semakin tinggi total

skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula alienasi diri individu, sebaliknya
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


semakin rendah total skor yang diperoleh maka semakin rendah pula alienasi diri

individu tersebut.



                               C. Subjek Penelitian

     Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta fakultas Psikologi dan Ekonomi baik laki-laki maupun perempuan yang

masih aktif berstatus mahasiswa. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah pria

dan wanita dalam rentang usia 18-23 tahun. Subjek penelitian sebanyak 100 orang.



                              D. Metode pengumpulan Data

          Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

konsep diri dan skala alienasi dengan menggunakan angket. Angket adalah daftar

yang berisi pertanyaan atau peryataan yang diberikan pada subjek untuk

mengungkapkan kondisi yang ada pada diri subjek yang ingin diketahui (Hadi, 1983).

Penggunaan metode skala dalam suatu penelitian didasarkan pada beberapa asumsi,

yaitu:

a. subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

b. apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercayai.

c. interpretasi subjek terhadap peryataan yang disajikan kepadanya, adalah sama

dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

          Alat ukur yang yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari :

1. Skala Konsep diri

         Skala konsep diri terdiri dari 50 aaitem yang terdiri dari 25 aaitem yang

bersifat favorable dan 25 aaitem yang bersifay unfavorable.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


         Penulis menyusun penelitian ini menggunakan skala konsep diri yang

merupakan modifikasi dari skala konsep diri Famella (1999). Konsep diri ada dua

yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Dalam skala ini Famella mengacu

pada teori yang disusun oleh Berzonsky (1981), yang berdasarkan pada 4 aspek

yaitu:

          a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang

              dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, dan benda yang dimilikinya.

          b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu

              terhadap dirinya sendiri.

          c. Aspek sosial, meliputi peran individu dalam lingkup sosialnya dan

              penilaian individu terhadap peran tersebut.

          d. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah

              dalam hidup individu.

         Skala dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang telah dimodifikasi

menjadi 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),

sangat tidak sesuai (STS), yang disajikan dalam kalimat favourable dengan

penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk kalimat unfavourable dengan

penampilan bergerak dari 1 sampai 4. Adapun pendistribusian aitemnya dapat dilihat

di tabel 1.

Tabel 1
Distribusi Butir Skala konsep diri sebelum uji coba
    Aspek                    Aitem                     Aitem             Jumlah
                          Favourable               unfavourable           aitem
Fisik                   1,9,17,25,33,41          2,10,18,26,34,42           12

Psikis                 7,15,23,31,39,47       8,16,24,32,40,48,50,52        14

Sosial                 3,11,19,27,35,43          4,12,20,28,36,44           12

Moral               5,13,21,29,37,45,49,51       6,14,22,30,38,46           14

Jumlah                        26                       26                   52
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


2. Skala Alienasi

         Skala alienasi terdiri dari 53 aaitem yang terdiri dari 23 aaitem yang bersifat

favourable dan 30 aitem yang bersifat unfavourable.

         Skala alienasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dengan

melalui Proses Modifikasi dan Penambahan jumlah Pertanyaan dari alienation scale

yang disusun oleh Dean (dalam Robinson dan Shaver, 1973). Skala alienasi ini

merupakan modifikasi dari skala alienasi Purnomo (1994) yang dikembangkan oleh

Dean (dalam Robinsin dan Shaver, 1973) berdasarkan pada lima aspek alienasi dari

Seeman (dalam Mizruchi, 1967), dimana kemudian dilakukan penggabungan kelima

aspek tersebut menjadi tiga aspek yaitu; a) ketidakberdayaan, b) ketiadaan norma,

c) isolasi sosial, dimana konsep ketiadaan norma dan isolasi sosial merupakan

gabungan dari aspek isolasi dan keterasingan diri.

      Skala dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang telah dimodifikasi

menjadi 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),

sangat tidak sesuai (STS), yang disajikan dalam kalimat favourable dengan

penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk kalimat unfavourable dengan

penampilan bergerak dari 1 sampai 4. Adapun pendistribusian aitemnya dapat dilihat

di tabel 2.


Tabel 2
Distribusi Butir Skala alienasi diri sebelum uji coba
       Aspek                Aitem                       Aitem             Jumlah
                          Favourable              unfavourable             aitem
Ketidakberdayaan        6,11,12,15,16,1    2,23,24,27,29,32,34,37,38,4       22
                           9,21,30,53
                                                    2,43,45,50
Ketiadaan norma         4,9,14,17,18,41       26,28,35,40,46,48,51           13

Isolasi sosial          1,3,7,22,25,36,   5,8,10,13,20,31,33,44,49,52        18
                             39,47
Jumlah                        23                         30                  53
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


                             E. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas skala

       Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dalam melaksanakan fungsi ukurnya suatu tes atau instrumen pengukur

dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan

fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran tersebut, sedangkan tes yang menghasilkan data yang tak

relevan dengan tujuan pengukuran dikatan sebagi tes yang memiliki validitas rendah.

Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mmapu mengungkapkan data dengan tepat

akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut

(Azwar, 2003).

       Seleksi terhadap aaitem-aaitem yang digunakan dalam penelitian dilakukan

dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor pada aaitem yang

bersangkutan dengan skor total skala dengan melihat indeks daya beda aaitem

dapat ditentukan aitem-aitem yang gugur dan aitem-aitem yang layak digunakan

dalam tehnik yang digunakan adalah korelasi moment atau product moment dari

pearson. Seleksi aaitem menggunakn uji validitas dan teknik konsistensi internal,

yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total. Tehnik untuk mengujinya

menggunakan teknik korelasi part whole untuk menghindari diperolehnya taksiran

yang terlalu tinggi. Perhitungan validitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan komputer dengan program statistik (SPSS) edisi Sutrisno Hadi, MA (2000).



2. Reliabilitas skala

       Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang merupakan asal

kata dari rely dan ability walaupun reliabilitas memiliki nama lain seperti

kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan sebagainya namun ide pokok yang
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com


terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 1992)

       Hasil pengukuran dapat dipercaya hasilnya apabila beberapa kali pelaksanaan

pengukurannya terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan kecil diantara hasil

beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu,

maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak

reliabel (Azwar, 1997).

       Reliabel alat pengumpul data dapat di lihat dari koefisien reliabilitasnya.

Pengujian koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi

alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Pengujian kerilibilitas dalam penelitian ini

akan dilakukan dengan menggunakan SPSS edisi Sutrisno Hadi.MA




                            F. Metode Analisis Data

       Metode yang digunakan adalah metode statistik. Teknik analisis data yang

digunakan adalah product moment dari pearson yaitu untuk mengetahui hubungan

antara konsep diri dengan alienasi pada mahasiswa.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsanMakalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsanElsashania26
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiErta Erta
 
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIATAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIALutfi Koto
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTatimatus Solihah
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaSyaiful Ahdan
 
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E SyawaliaPsikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E SyawaliaTumbuhBareng
 
Islam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporerIslam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporerAtika Vania
 
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi chusnaqumillaila
 
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAMuhamad Yogi
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Pointalekbadrudin
 
IPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan IslamIPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan Islameryeryey
 
Contoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel PenelitianContoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel PenelitianUwes Chaeruman
 
Kritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan HaditsKritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan HaditsFakhri Cool
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakAn Rachma
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaFair Nurfachrizi
 

Mais procurados (20)

Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi
 
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsanMakalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
 
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIATAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E SyawaliaPsikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
 
Islam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporerIslam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporer
 
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
 
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Point
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
IPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan IslamIPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan Islam
 
Contoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel PenelitianContoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel Penelitian
 
Kritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan HaditsKritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan Hadits
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
PPT BERTANGGUNG JAWAB
PPT BERTANGGUNG JAWABPPT BERTANGGUNG JAWAB
PPT BERTANGGUNG JAWAB
 

Destaque

Model pembelajaran evidence based learning ...
Model pembelajaran evidence based learning ...Model pembelajaran evidence based learning ...
Model pembelajaran evidence based learning ...Intan Nsp
 
RELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGIS
RELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGISRELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGIS
RELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGISHusna Sholihah
 
KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...
KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...
KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...Diana Tn
 
Konsep diri remaja
Konsep diri remajaKonsep diri remaja
Konsep diri remajadantirm
 
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDBimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDDina Haya Sufya
 
3. konsep diri
3. konsep diri3. konsep diri
3. konsep diriima daima
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep dirimovic
 
Gangguan konsep-diri
Gangguan konsep-diriGangguan konsep-diri
Gangguan konsep-diriArya Ningrat
 
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diriFaktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diriTama Ariyanti
 
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptKenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptMughnibagus
 

Destaque (19)

Model pembelajaran evidence based learning ...
Model pembelajaran evidence based learning ...Model pembelajaran evidence based learning ...
Model pembelajaran evidence based learning ...
 
Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritualKecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual
 
RELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGIS
RELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGISRELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGIS
RELASI INDIVIDU-LINGKUNGAN DAN KONSEP BIOPSIKOLOGIS
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...
KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...
KARYA TULIS ILMIAH UPAYA LEMBAGA PENDIDIKAN SLTA/Sederajat MENGATASI ANGKA KE...
 
konsep diri
konsep dirikonsep diri
konsep diri
 
Sekolah ramah anak
Sekolah ramah anakSekolah ramah anak
Sekolah ramah anak
 
Konsep diri remaja
Konsep diri remajaKonsep diri remaja
Konsep diri remaja
 
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDBimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
 
Konsep diri
Konsep  diriKonsep  diri
Konsep diri
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Tugas konsep diri
Tugas konsep diriTugas konsep diri
Tugas konsep diri
 
3. konsep diri
3. konsep diri3. konsep diri
3. konsep diri
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Gangguan konsep-diri
Gangguan konsep-diriGangguan konsep-diri
Gangguan konsep-diri
 
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diriFaktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptKenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
 

Semelhante a Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa

Semelhante a Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa (20)

Makalah kenalakan remaja 3
Makalah kenalakan remaja 3Makalah kenalakan remaja 3
Makalah kenalakan remaja 3
 
Uks
UksUks
Uks
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remaja
 
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
 
Makalah kenalakan remaja 3
Makalah kenalakan remaja 3Makalah kenalakan remaja 3
Makalah kenalakan remaja 3
 
pak remajaa.docx
pak remajaa.docxpak remajaa.docx
pak remajaa.docx
 
Pergaulan bebas dikalangan remaja
Pergaulan bebas dikalangan remajaPergaulan bebas dikalangan remaja
Pergaulan bebas dikalangan remaja
 
KENAKALAN REMAJA x ipa 1.pptx
KENAKALAN REMAJA x ipa 1.pptxKENAKALAN REMAJA x ipa 1.pptx
KENAKALAN REMAJA x ipa 1.pptx
 
Aisy makalah
Aisy makalahAisy makalah
Aisy makalah
 
karya ilmiah populer
karya ilmiah populerkarya ilmiah populer
karya ilmiah populer
 
Fenomena adiksi pornografi dan perkembangan kognitif pada remaja
Fenomena adiksi pornografi dan perkembangan kognitif pada remaja Fenomena adiksi pornografi dan perkembangan kognitif pada remaja
Fenomena adiksi pornografi dan perkembangan kognitif pada remaja
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Kenakalan Remaja
Kenakalan RemajaKenakalan Remaja
Kenakalan Remaja
 
Asti sivia
Asti siviaAsti sivia
Asti sivia
 
Bahaya pergaulan
Bahaya pergaulanBahaya pergaulan
Bahaya pergaulan
 
Bahaya pergaulan
Bahaya pergaulanBahaya pergaulan
Bahaya pergaulan
 
032
032032
032
 
Kenakalan Remaja
Kenakalan RemajaKenakalan Remaja
Kenakalan Remaja
 
Kenakalan remaja
Kenakalan remajaKenakalan remaja
Kenakalan remaja
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
 

Mais de guestf6b63af

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologiguestf6b63af
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematikaguestf6b63af
 
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya IlmiahBab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiahguestf6b63af
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMAguestf6b63af
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 

Mais de guestf6b63af (6)

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
 
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya IlmiahBab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 

Último

POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 

Último (20)

POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 

Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa

  • 1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa. Pada masa remaja individu mulai mengalami perubahan dalam sikap dan perilakunya sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya. Remaja sangat mudah dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti keluarga, lingkungan, pergaulan,teman sebaya dan teman sekolah. Menurut Papalia dan Old (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Masa remaja merupakan masa peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Erikson (dalam Hall dan Lindzey, 1993) masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik seseorang dengan perubahan-perubahan yang baru dialaminya. Setiap individu pada umumnya memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD) pada umur 6 tahun dan selama di SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak pernah tinggal kelas, maka pada umur 18 tahun seseorang mulai memasuki dunia mahasiswa (Gunarsa & Gunarsa, 2001). Monks dkk (2002) mengatakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12- 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal , 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir. Umur 18-21 tahun oleh para ahli psikologi perkembangan masih digolongkan pada remaja atau lebih tepatnya lagi bagi remaja lanjut, pada usia-usia ini mereka masih pada tahapan peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa (Gunarsa & Gunarsa, 2001)
  • 2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Masa remaja merupakan salah satu periode dari proses perkembangan manusia. Peristiwa-peristiwa yang dialami pada masa ini dirasakan lebih kompleks dibandingkan dengan tahap perkembangan sebelumya. Untuk memahaminya perlu dimengerti masalah yang berhubungan dengan keadaan remaja, dan dari kenyataan- kenyataan itu akan dapat kita prediksi kehidupan remaja dimasa-masa selanjutnya. Masalah yang dihadapi remaja adalah masalah yang muncul dalam dirinya atau hubungannya dengan orang lain misalnya: kenakalan remaja, homoseksualitas, kemerosotan moral, penyalahgunaan narkotika, termasuk adanya kecemasan- kecemasan melakukan onani atau masturbasi. Masalah yang timbul begitu memprihatinkan baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Masalah yang dihadapi remaja ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang cukup. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut (http://umah belajarpsikologi.com/index.php/fungsi-dasar-psikologi/). Masa perkuliahan sangat jauh berbeda dengan masa-masa sekolah dahulu yang terkesan lebih formal, baik dari segi peraturan, kedisplinan serta sistem belajar- mengajarnya. Dunia perkuliahan adalah dunia di mana hampir semua kegiatan dilakukan dan diputuskan sendiri, oleh karena itu kemandirian dalam diri individu dibutuhkan di sini, terlebih mahasiswa baru yang diyakini membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang dimasukinya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak siap dengan lingkungan baru ini akan merasa asing. Hal ini dimungkinkan karena ia biasa bergantung pada keadaan dari luar dirinya sendiri atau orang lain. Keterasingan ini lambat laun juga mempengaruhi
  • 3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com kehidupannya baik di hari ini ataupun hari esok, walaupun pada awalnya hanya mengalami konflik ringan terutama yang berhubungan dengan sosialisasi. Salah satu masalah yang dapat dialami oleh remaja adalah rasa kesepian/keterasingan/keterpisahan yang makin dalam bila remaja tidak dapat involve (memiliki keterlibatan emosional) dalam keluarga atau kelompok sosial yang ada. Akibatnya kebutuhan akan kehangatan cinta dapat berkembang secara primitif, instinktif, biologis, berupa dorongan seksual yang membabi buta. Hal ini juga terkait dengan adanya konsep diri yang merupakan kata kunci dari kebermaknaan eksistensi manusia khususnya pada remaja. Merupakan pengenalan (penemuan) atas aspek- aspek di dalam diri yang menjangkau aspek spritual (kehidupan batin yang bereleasii dengan alam, manusia lain dan Tuhan. Yang memberikan ketenangan, rasa keutuhan-kepenuhan yang relatif menetap (http://www.pintusingapura.org/forumpintu/profile.php?mode=viewprofile&u=14&si d=bd1a5d66c22100d0f9dbfefd8360d19d, 18 feb 2006 9:18 pm) Alienasi sebagai salah satu konsep turunan dari konsep proses sosial telah lama menjadi perhatian para pengamat sosial. Sebagai fenomena yang dijauhi masyarakat dan juga oleh para korban alienasi itu sendiri. Fenomena alienasi biasa dilekatkan pada aktifitas kejahatan, alkoholisme, prasangka nasional, keresehan buruh, kenakalan anak dan rasnya, serta penyakit psikis. Manisfestasi dari alienasi memiliki perbedaan di masing-masing kelompok sosial, hal itu dikarenakan tergantung pada tingkat kesenjangan antara situasi sosial; pada kelompok-kelompok tersebut dan harapan-harapan mereka untuk mengatasinya. Berikut sebagian kutipan yang di dapat mengenai gejala alienasi yang dihadapi oleh sebagian remaja : Selama masa remaja saya mengalami keterasingan sosial di sekolah karena saya senang menggunakan sebagian waktu saya untuk membaca buku-buku di perpustakaan dan tidak tertarik, kepada lawan jenis, pesta, dansa, film, perhiasan, maupun kosmetika. Saya beranggapan bahwa merokok merupakan
  • 4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com kebiasaan vulgar dan kemubaziran. Meskipun kenyataan di masyarakat mengharuskan seseorang untuk minum-minum di dalam pesta dengan tujuan agar diterima secara sosial, dan kedua orang tua saya berpendapat bahwa pengumbaran diri sekedarnya dengan anggur tidak dapat di pisahkan dari “kenikmatan hidup” namun saya belum pernah menyentuh minuman keras. Saya hampir tidak mempunyai teman selama delapan tahun di sekolah lanjutan pertama dan atas, karena saya hanya berbagi sedikit kegetiran dengan anak laki-laki dan perempuan sebaya saya (Maulana). (http: //media.isnet.org/islam/Jamilah/index.html) Seperti cerita yang sudah klise Rita (18 tahun, bukan nama aslinya) mengatakan, kesibukan kedua orang tuanya membuat dia selalu kesepian di rumah. Di tempat lain remaja bernama Abadi (22 tahun) ia lari ke pil ectasy karena orang tuanya memaksa kehendaknya untuk menjadi seorang dokter. (http://apakabar/clarknet/new, Mon.Maret.27 1995-06:33:00 EST) Banyaknya permasalahan yang melilit pada diri seorang remaja telah mendorong sebagian dari mereka menjadi sangat rentan terhadap dampak negatif dari kehidupan modern, misalnya mendambakan suatu kebebasan yang mendorong mereka lari dari rumah dan mulai mencoba-coba menikmati obat-obatan terlarang dan narkotika, perilaku seks bebas, serta tawuran. Data yang dikemukakan oleh Noviansyah (dalam http://www.pelajarislam .or.id/piipub03.htm,2002) menyebutkan bahwa antara tahun 1995-1999 terjadi sejumlah 933 kasus di mana terbanyak terjadi di wilayah Polda Metro Jaya sejumlah 810 kasus, sedangkan untuk kasus di luar pulau jawa paling banyak terjadi wilayah Polda Sumsel sebanyak 253 kasus, di mana kesemuanya itu dengan tingkat radikalisme yang sudah menjurus ke arah krimininalitas. Hasil survey Lentera-Sahaja PKBI Yogyakarta (Embrio, 10 September 2000) memperlihatkan perilaku seksual remaja mencangkup kegiatan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting, berhungan dengan pasangan tetap maupun dengan banyak orang, sedangkan kasus kehamilan yang tidak dikendaki pada tahun 1998/1999 sebanyak 113 kasus. Selain itu terdapat penelitian lain yang telah mengungkapkan banwa di Indonesia terdapat dua juta pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang, di mana menurut Nasution (dalam http://www. Kompas -
  • 5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com cetak?0102/05/iptek/maha10,2001) sembilan puluh persen dari pecandu itu adalah generasi muda dan 25 ribu diantaranya merupakan mahasiswa. Perilaku remaja yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika, seks bebas, tawuran, kebiasaan memprotes dengan keras,menjadi kaum hippies, dan kenakalan lainnya, serta menjadi orang yang mempunyai gangguan psikologis menurut Bernanrd (1971) adalah merupakan perilaku remaja yang menyimpang. Hurlock (1999) menyebutkan perilaku tersebut sebagai sindrom alienasi yang merupakn perilaku sosial dengan karakteristik menutup diri, menyendiri, menggangu orang lain, berlaku seperti bos, tidak bisa diajak bekerja sama, dan tidak bijaksana. Dampaknya remaja yang mengalami alienasi menurut Hurlock (1999) akan merasa tidak nyaman dengan standar kelompok secara fisik yang menyebakan remaja menarik diri, sedangkan disisi lain secara kepribadian remaja yang bersangkutan akan memiliki kepribadian yang egois, keras kepala, pemarah, dan gelisah. Sebagai suatu turunan dari konsep proses sosial, maka alienasi dianggap merupakan hasil dari proses sosial, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial yang berbeda di berbagai masyarakat pada akhirnya akan menghasilkan berbagai macam alienasi, Fromm (1974) menyebutkan ada beberapa bentuk alienasi dalam artian filosofis, yaitu alienasi diri (dari dirinya sendiri ), alienasi dari orang lain, serta alienasi dari lingkungannya. Alienasi diri oleh Fromm (1955) didefinisikan sebagai bentuk pengalaman ketika orang mengalami dirinya sendiri sebagai orang asing dimana ia tidak menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia, dan sebagai pelaku dari perbuatan-perbuatan seseorang. Alienasi ini menyangkut hubungan manusia dengan pekerjaannya, dengan benda yang dikonsumsinya, dengan negara, dengan sesama, dan dengan dirinya sendiri. Schachtel (1977) berpendapat bahwa alienasi terhadap diri sendiri merupakan awal dari semua bentuk alienasi, di mana alienasi dari diri selalu sejalan dengan
  • 6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com alienasi dari orang-orang lain serta alienasi dari dunia di sekitarnya, sehingga orang yang teralienasi cenderung untuk menarik diri dari lingkungannya terutama yang berkaitan dengan aktiivitas yang berhubungan dengan orang lain. Perilaku ini didukung oleh suatu perasaan subyektif yang sinis atau negatif dalam diri seorang individu tentang diri beserta peran-perannya untuk memperoleh dalam berhubungan sosial. Keterasingan atau alienasi (alienation) ditandai dengan ciri meningkatnya rasa kesepian, hasrat hidup yang menurun, hasrat untuk meraih sesuatu namun sulit untuk meraihnya. Proses alienasi adalah suatu kenyataan bahwa manusia tidak menghayati dirinya sendiri sebagai seseorang yang aktif, melainkan sesuatu yang bergantung pada keadaan dari luar diri sendiri dalam (Said, 1998). Saat ini alienasi juga mempengaruhi kehidupan remaja. Remaja banyak mengalami konflik terutama yang berhubungan dengan sosialisasi, hubungan dengan orang tua sudah mulai renggang, harapan orang tua dengan cita-cita sering bertentangan sehingga banyak remaja yang mencari kompensasi lain untuk memecahkan masalahnya tersebut. Remaja menjadi asing dengan dirinya dan masih mencari identitas dirinya sehingga banyak melakukan penyimpangan perilaku. Berbagai masalah yang diahadapi oleh para mahasiswa terkadang sulit diatasi secara mandiri. Dukungan dan saran-saran dari orang tua akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan biaya maupun waktu sehingga mahasiswa tersebut harus mampu mengatasi permasalahan yang muncul dengan menyesuiakan diri dan menjalin hubungan dengan orang lain di sekitar lingkungan yang baru. Pada remaja yang memiliki konsep diri yang rendah atau negatif akan menjadikan sulit untuk menerima diri dengan apa adanya dalam (Jersild, 1999) tidak yakin terhadap dirinya sendiri, dan menyangka orang lain tidak menyukai dirinya (Hurlock, 1999), peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, serta pesismis (
  • 7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Brooks & Emmet dalam Rakhmat, 1996). Adanya anggapan bahwa orang lain tidak mengakui keberadaanya, sensitif terhadap kritik, dan pesimis terhadap hidup yang dijalankan. Maka pada remaja akan muncul keengganan untuk melakukan hubungan dengan orang lain disekitarnya (asosial). Di sisi lain keinginannya untuk mencari identitas diri dan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri seseorang remaja menyebabkan remaja berusaha mencoba sesuatu yang baru baginya. Terjadinya konflik batin antara norma masyarakat dan keinginan yang tertanam dalam dirinya menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan kebimbangan. Masa ini menjadi masa transisi dan akan menjadi suatu developmental challenges yang ditandai dengan adanya kecendrungan untuk berprilaku menyimpang (maladaptive response). Dalam kondisi tertentu perilaku menyimpang akan berlangsung lama dan berkembang menjadi perilaku mengganggu ( Ekowarni, 1993). Dalam menjalin dengan orang lain, diperlukan suatu kemampuan komunikasi dan keberanian untuk memulainya. Hal-hal tersebut tidak terlepas dari gambaran mental diri individu yang bersangkutan yang disebut konsep diri. Konsep diri merupakan suatu pandangan tentang diri yang sebenarnya. Konsep diri ini sangat penting karena hal yang dipikirkan seseorang tentang dirinya menentukan tindakan dan hubungan dengan orang lain. Konsep diri positif biasanya menambah kemampuan individu untuk mengasihi dan dikasihi. Individu dapat bergaul dengan orang lain dengan sikap terbuka dan jujur. Individu juga merasa bahagia dan puas dengan dirinya. Bila timbul permasalahan dapat segera mengatur stratregi untuk mengatasinya. Konsep diri pada dasarnya merupakan pengertian dan harapan seseorang mengenai cara seseorang itu memandang dirinya, diri yang dicita-citakan dan dirinya dalam realita sesungguhnya baik secara fisik maupun psikologik (Hurlock, 1978) konsep diri memegang peranan penting dalam bentuk apapun. Bentuk atau kualitas
  • 8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com interaksi dapat berubah, karena konsep diri bersifat tidak stabil, dapat berubah sesuai dengan pengalaman hidup seseorang. Melalui konsep diri individu dapat memperoleh gambaran tentang dirinya secara utuh, tahu dan mengerti yang akan dijalaninya dan diinginkannya sehingga akan berusaha untuk mewujudkannya. Merurut Fofel dan Melson (1988) terdapat signifikansi yang tinggi antara alienasi dengan status sosial remaja yang rendah kerena adanya tuntunan keluarga yang belum semuanya terpenuhi , sehingga mengakibatkan remaja menjadi frustasi dan akhirnya menarik diri. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah berlebihan bila Bronfenbrener & Keniston ( dalam Thornberg, 1982) mengartikan alienasi sebagai perasaan hilang dari hubungan yang diinginkan sebelum yang menyebabkan perasaan ditolak oleh dunia luar, dan karena perasaan inilah individu merasa kecil dan melakukan perilaku yang menyimpang. Perilaku ini sebenarnya tidak akan menyimpang seandainya individu yang bersangkutan menganggap wajar perasaan yang dialaminya sewaktu memasuki suatu lingkungan yang baru. Dikatakan menyimpang bila perilakunya sudah luar batas-batas kewajaran, sehingga orang lain mengganggap aneh keadannya. Hepner (1973) menyatakan bahwa alienasi dapat dikategorikan sebagai salah satu gaya hidup yang dicirikan sebagai sindrom sikap, serta perasaan pesimistis, sinisme, dan ketidakpercayaan terhadap suatu pandangan bahwa orang lain tidak peduli, manipulatif dan secara emosional terpisah dari dirinya. Keadaan seperti ini membuat orang kehilangan jati dirinya, sehingga pada akhirnya akan membuat seseorang mengalami kebingungan dengan keadaan dirinya yang pada umumnya terjadi ketika individu memasuki usia remaja. Menurut Mubarok (2000) alienasi diri ditandai dengan beberapa gangguan kejiwaan atau kesehatan mental yang diantaranya dapat berupa kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang, dan psikosis.
  • 9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tentunya untuk menghindari kecendrungan alienasi diri, langkah antisipasi yang perlu yang perlu dilakukan tidak dapat terlepas dari suatu proses sosial yang harus dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Menurut hemat peneliti langkah yang disekitarnya dapat dilakukan adalah dengan menjalani hidup berdasarkan pada nilai-nilai kehidupan religiusitas dan pembentukan konsep diri yang positif. Hal tersebut didasarkan pada beberapa pendapat seperti tertulis sebelumnya, bahwa kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai reliusitas diantaranya akan menjadikan individu memiliki kepercayaan diri, optimis, dan ketenangan kalbu yang menjadikan individu tersebut untuk selanjutnya diharapkan akan lebih tahan dalam mengahadapi cobaan hidup dan tidak putus asa, sehingga hidupnya menjadi bermakna. Kaitannya dengan konsep diri, ditengarai bahwa alienasi diri berhubungan dengan konsep diri seorang individu, hal tersebut didasarkan pada pendapat Gergen (1970) yang berpendapat bahwa individu yang teralienasi salah satunya dikarenakan oleh perilaku yang tidak konsisten dengan konsep dirinya, sehingga muncul kecendrungan untuk berprilaku yang melanggar aspirasi-aspirasi identiatas dirinya. B.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konsep diri dengan kemungkinan terjadinya alienasi diri pada Mahasiswa. Diharapkan dengan diketahuinya hasil yang dicapai dalam penelitian ini, mampu untuk memberikan sumbangan saran berkaitan dengan hasil dari penelitian ini kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama yang berkaitan dengan kehidupan remaja, khususnya yang berstatus mahasiswa, misalnya pihak keluarga, maupun lembaga pendidikan.
  • 10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Jika penelitian ini terbukti maka diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, yaitu psikologi sosial, dan psikologi kepribadian, khususnya pada aspek konsep diri dan alienasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja akhir yang khususnya berstatus mahasiswa, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan sejauh mana konsep diri yang terbentuk dan apa kaitannya dengan alienasi yang dialami oleh remaja b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya pada bidang psikologi sosial, serta psikologi kepribadian D. Orisinalitas Penelitian Topik yang diangkat dari penelitian ini terutama mengenai alienasi pada remaja telah banyak di lakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Syahroza (2004) dengan judul Hubungan antara kemandirian dengan alienasi pada remaja yang berstatus mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah melibatkan 100 mahasiswa jurusan teknik Geologi fakultas teknologi Mineral UPN “Veteran “ Yogyakarta angkatan 2002-2003 dengan usia 18- 22 tahun. Alienasi pada penelitian ini di ungkap dengan skala alienasi yang merupakan modifikasi sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek alienasi dari Dean (Pratomo, 1994). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan alienasi. Perbedaan mendasar antara penelitian penulis dengan penelitian sebelumya terletak pada tujuan penelitian, tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan alienasi pada remaja akhir yang berstatus mahasiswa.
  • 11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Sedangkan penelitian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan alienasi pada remaja yang berstatus mahasiswa. Penelitian lainnya adalah tentang hubungan antara konsep diri dengan kesepian pada mahasiswa baru di Universiatas Islam Indonesia Sari (1999). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan tahun 2003/2004 baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini menggunakan variabel tergantungnya, sama dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya peneliti menggunakan skala konsep diri yang merupakan modifikasi dari skala konsep diri Khairiyah (1998) dengan mengacu pada teori yang disusun oleh Berzonsky (1981), yang mengacu pada empat aspek yaitu; aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial, dan aspek moral. Kesimpulan yang diperoleh dari data yang sebelumnya adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kesepian pada mahasiswa baru. Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh Effendi (2004) tentang hubungan antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar pada siswa kelas lima sekolah dasar muhammadiyah sukonandi yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami hubungan antara konsep diri dengan kemampuan verbal dengan prestasi belajar sedangkan tujuan yang kedua adalah memahami perbedaan konsep diri dan kemampuan verbal siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas lima sekolah dasar muhammdiyah di kotamadya yogyakarta. Dua sekolah merupakan dari 8 sekolah yang termasuk kategori baik (A) yang menjadi populasi penelitian adalah SD muhammdiyah sukonandi dan SD muhammadiyah karangkajen. Sampel penelitian berjumlah 79 anak terdiri dari 42 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan yang memiliki umur dari 9 s/d 13 tahun. Data konsep diri dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket yang terdiri dari 32 pertanyaan. Sementara data kemampuan verbal siswa dikumpulkan dengan
  • 12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com menggunakn Tes Verbal WISC. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar (2) tidak ada perbedaan antara konsep diri antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan (3) tidak ada perbedaan kemampuan verbal antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Perbedaan mendasar dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel bebas, yaitu penelitian sebelumnya mengukur mengenai kemampuan verbal dengan prestasi belajar, sedangkan variabel bebas peneliti adalah mengenai alienasi remaja yang berstatus mahasiswa. Berdasarkan penelitian yang akan saya lakukan, maka saya akan memberitahukan, bahwa penelitian ini sangat-sangat benar dan belum ada yang pernah menggunakannya. Merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan karya tulis orang lain, sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang sudah disebutkan sumbernya. Keaslian penelitian ini berdasarkan dengan: 1.Keaslian topik Topik yang akan saya teliti adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan alienasi pada remaja akhir yang berstatus mahasiwa. 2. Keaslian teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini banyak bersumber pada teori yang di ungkapkan oleh Roger mengenai aspek-aspek konsep diri, begitu pula yang dikemukakan oleh Nashori mengenai aspek-aspek konsep diri yang terdiri dari tiga aspek. Teori Burn mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukan konsep diri. Begitu pula teori yang dikemukakan oleh Katz & Kahn mengenai aspek-aspek alienasi, teori Fromm mengenai ciri-ciri orang modern teralienasi.
  • 13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 3. Keaslian alat ukur Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada metode Likert yang telah dimodifikasi menjadi 4 alernatif jawaban. Skala alienasi menggunakan aspek-aspek alienasi dari Dean (Purnomo, 1995). Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengungkap konsep diri adalah dengan menggunakan teori Berzonsky (1981). 4. Keaslian subjek penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan subjek remaja akhir yang berusia antara 18-22 tahun yang berstatus mahasiswa.
  • 14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alienasi 1.Pengertian Alienasi Menurut Purnomo (2002), pengertian alienasi berkembang sejalan dengan fenomena yang menyertainya. Pada awal kemunculannya pengertian alienasi lebih bermakna teologis filsafat, akan tetapi kemudian berkembang ke arah pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saat ini masih terus berlangsung, sehingga tidak mengherankan bila pemahamannya tidak dapat diseragamkan dan berada di setiap disiplin ilmu. Pada umumnya, dalam ilmu-ilmu sosial khusunya, alienasi diartikan sebagai bentuk dari suatu keterasingan. Alienasi dalam ilmu sosial sering digunakan untuk menggambarkan perasaan keterasingan individu terhadap masyarakat, alam, orang lain, maupun dirinya sendiri (Johson, 1986). Alienasi dalam filsafat sering disamakan dengan reifikasi tindakan (hasil tindakan) dalam transformasi kekayaan manusia, tindakan yang berhubungan dengan kekayaan atau benda-benda di luar manusia yang mengatur hidupnya, dan sering pula diartikan sebagai alienasi diri yang merupakan suatu proses dan hasil di mana diri (Tuhan atau manusia) melalui dirinya sendiri (melalui tindakannya) menjadi asing atau aneh terhadap dirinya sendiri (Edwards, 1967). Istilah alienasi itu sendiri menurut Gajo Petrovic (dalam Edwards, 1967) mempunyai modifikasi pengertian yang di dorong oleh etimologi dan forologi kata. Bardasarkan hal tersebut, maka Linchtheim (1965) mencoba menjelaskan istilah alienasi ini sebagai istilah yang berasal dari kata Yunani, ekenosen-dalam-injil bahasa Latin disebut exinanivit-yang membimbing langsung penggunaan istilah entausserung pada Hegel, di mana istilah entausserung ini dapat di terjemahkan
  • 15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com secara bebas sebagai self alienation, jika seandainya Hegel menggunakan istilah tersebut dalam pengertian teologi-kristologi. Menurut pengertian tersebut, alienasi diperlukan sebagai penandaan “hilang dari ada” (loose of being) atau “pengasingan” (estangement). Untuk itu Triandis (1980) memberikan batasan untuk memahami konsep alienasi diri. Pertama, bahwa seorang individu dapat dikatakan teralienasi, bila berada di irama dan gerak masyarakatnya dan oleh karena itu tidak memperoleh kepuasan hidup dalam kondisi tersebut. Kedua, sebagai implikasinya seorang individu tersebut akan merasa senang bila masyarakatnya berubah, atau apabila dirinya yang harus berubah, maka arahnya adalah untuk semakin confrom dengan harapan dari kalangan mayoritas. Sementara itu menurut Bail dalam Akhmad, dkk (1992) alienasi sebenarnya berasal dari kata latin, alienare yang berarti “memisahkan” (to separate), “memindahkan “ (to remote), atau “menjauhkan” (to ake away). Alienasi dengan kata lain secara lebih sederhana dapat merupakan penunjukkan pada kondisi pemisahan atau pengasingan. Pada mulanya dan tetap dipertahankan sampai sekarang, alienasi banyak digunakan dalam bahasa hukum yang menunjukkan pada “menunai” (trade), “meniadakan” (transfering), “menjual” (to sold), dan mewariskan kekayaan pribadi seseorang kepada orang lain. Lambat laun alienasi dalam perkembangannya memiliki dan meliputi pengertian yang berbeda dalam filsafat, ilmu pengetahuan, dan dalam kehidupan sehari-hari. Alienasi dalam kehidupan sehari-hari sering kali berarti menolak atau menjauh dari kawan-kawan atau kelompoknya. Sementara dalam teori sosial politik, sosiologi dan psikologi, alienasi biasanya digunakan untuk menunjuk pada perasaan” keterasingan”, individu itu sendiri. Manusia teralienasi dari orang lain atau dari berbagai macam struktur sosial ketika keberadaan kriterianya untuk mengevaluasi dirinya sendiri berbeda dengan
  • 16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com kriteria yang digunakan orang lain dalam mengevaluasi diri mereka. Alienasi pada manusia berarti, terpisahnya aspek-aspek atau elemen-elemen tersebut pada diri menejemen dari aspek-aspek atau elemen-elemen diri yang lain. Konsep alienasi dalam kajian psikologis banyak mengacu pada pendapat Fromm yang mendefinisikan alienasi sebagai suatu cara berada yang menjadikan seorang individu merasa sebagai sesuatu yang asing, dan segala tindakannya melainkan tindakan dan konsekwensi-konsekwensinya tersebut justru yang telah menjadi tuan yang harus dipatuhi dan harus dipuja (Fromm, 1977). Secara jelas Fromm dalam rumusannya telah memodifikasikan konsepsi alienasi Marx dengan mengubah konsep mode of production menjadi mode of experience, atau dalam bahasa sederhananya telah mengubah konsep alienasi dari modus berproduksi menjadi modus berada (dalam Meszaos, 1970). Selain itu, Fromm (1977) juga berpendapat bahwa secara historis kata alienasi digunakan untuk menunjuk orang yang sakit pikiran atau gila, alienasi adalah kata-kata lama yang menyebut psikotik, karena dalam bahasa Inggris kata “alienist” itu sendiri hingga saat ini digunakan sebagai sebutan bagi dokter yang merawat orang-orang gila. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengertian alienasi berkembang sejalan dengan fenomena yang menyertainya. Pada awal kemunculannya pengertian alienasi lebih bermakna teologis filsafati, akan tetapi kemudian berkembang ke arah pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saat ini masih berkembang ke arah pengertian yang lebih praktis. Laju perkembangan pengertian alienasi sampai saai ini masih terus berlangsung, sehingga tidak mengherankan bila pemahamannya tidak dapat diseragamkan dan berbeda di setiap disiplin ilmu, pada umumnya dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya psikologi alienasi diartikan sebagai bentuk dari suatu keterasingan.
  • 17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Banyak anggapan yang mengatakan bahwa kita sekarang ini tinggal di suatu jaman alienasi. Alienasi atau keterasingan diungkapkan di dalam hampir semua aspek kehidupan. Dalam bidang dan juga teori politik, salah satu pengertian mengenai alienasi yang paling sering digunakan adalah yang dibuat oleh Karl Marx pada tahun 1814. Marx merasa bahwa tenaga kerja manusia dalam suatu sistem kapitalis dapat mengasingkan individu dari dirinya sendiri (Gergen, 1970). Individu yang teralienasi adalah salah satunya dikarenakan oleh perilaku yang tidak konsisten dengan konsep dirinya, sehingga muncul kecendrungan untuk berprilaku yang melanggar aspirasi-aspirasi identitas dirinya (Gergen, 1970). Alienasi merupakan suatu perilaku yang dialami oleh seorang individu yang digerakkan oleh nafsu akan kekuasaan, uang, dan kehormatan tanpa menyadari dan menghayati arti kebebasan yang dimiliki oleh seseorang individu. Hal tersebut akan menjadikan individu yang bersangkutan mengalami kecendrungan untuk menjadi budak dari salah satu ambisinya yang diproyeksikan pada tujuan-tujuan di luar dirinya. Selain itu alienasi juga dapat dipahami sebagai suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh prilaku yang bukan mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut mengalami kehilangan jati diri (Purnomo, 2002). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alienasi merupakan suatu perilaku yang dialami oleh seorang individu yang digerakkan oleh nafsu akan kekuasaan, uang, dan kehormatan tanpa menyadari dan menghayati arti keterbatasan yang dimiliki oleh seorang individu. Hal tersebut akan menjadikan individu yang bersangkutan mengalami kecendrungan untuk menjadi salah satu ambisi yang diproyeksikan pada tujuan di luar dirinya. Selain itu alienasi juga dapat dipahami sebagai suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan
  • 18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com oleh perilaku yang mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut kehilangan jati dirinya. Sesuai dengan daftar istilah Filasat, alienasi merupakan proses konkretisasi hakikat batin manusia yang kemudian menjadi barang mati, dan menceraikan manusia yang satu dari manusia yang lainnya (Lavine, 2003). Di dalam kamus Psikologi sendiri di jelaskan bahwa alienasi merupakan bentuk kesalahan pengenalan suatu situasi atau orang yang sudah dikenal (Sitanggang, 1994). Alienasi telah di jelaskan dalam berbagai pengertian tetapi yang sering digunakan adalah mengacu pada faktor internal dalam diri individu yaitu adanya rasa ketidak berartian yang hakiki terhadap peranan sosial yan telah ditetapkan kepada mereka. Jika ikatan individu untuk berorganiasi adalah salah satu faktor di luar dirinya yaitu adanya hukuman dan penghargaan, maka individu bisa merasakan telah diasingkan dari pekerjaan dan sekaligus dari lingkungan masyarakat disekitarnya. Bagaimanapun juga alienasi mempunyai konsep awal yang di mulai lebih dulu malalui agama dan filasafat dibandingkan tulisan-tulisan dari Marx. Hal ini sudah ada sejak jaman dulu dengan banyak pengertian dan telah menjadi sejarah panjang tersendiri, semua ini menyertakan juga beberapa gagasan yang menjelaskan suatu kerenggangan yang tidak diinginkan oleh individu baik dari Tuhannya, alamnya, lingkungan masyarakatnya, pekerjaannya, ataupun dari dirinya sendiri (Katz & Kahn, 1965). Berdasarkan beberapa definisi dan pemahaman tentang alienasi diri seperti yang telah terurai di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alienasi diri sebenarnya merupakan salah satu bentuk alternatif pilihan dari berbagai macam karakter orientasi sosial individu dalam usahanya dalam memenuhi esensi, hakekatnya dan martabat kemanusiannya. Pilihan-pilihan tersebut sebenarnya disadari maupun tidak sangat merugikan bagi diri seorang individu yang bersangkutan, karena akan
  • 19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com memunculkan dampak ketidakberdayaan, ketiadaan norma, dan isolasi sosial, yang mana dampaknya menurut Hepner (1973) akan menjadikan individu yang bersangkutan cendrung untuk menjadi pribadi yang egoistik, pesimis, penuh kebencian, pencemas, dan rasa ketidakberdayaan yang tinggi. Jadi berdasarkan uraian di atas alienasi adalah suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh perilaku yang mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut kehilangan jati dirinya. 2. Bentuk dan Sumber Alienasi Menurut Marx (Lavine, 2003) dalam naskah 1844, alienasi manusia memiliki empat bentuk utama : a. Manusia diasingkan dari produk hasil pekerjaanya, para buruh dalam kapitalisme industrialis diasingkan dari produksinya. b. Manusia diasingkan dari kegiatan produksi, sistem kapitalis mengasingkan manusia dan aktivitasnya. c. Manusia diasingkan dari sifat sosialnya sendiri, masyarakat mengasingkan buruh dari kualitas penting manusia. d. Manusia diasingkan dari rekan-rekannya, alienasi adalah “pemisahan manusia dari manusia “. Gergen (1970) mengemukakan bahwa sumber-sumber alienasi dapat terjadi dalam tiga tahapan, di mana sumber-sumber yang dikemukakannya tersebut lebih mengarah pada penyebab yang berasal dari dalam diri individu (internal), diantaranya yaitu : a. Individu dapat teralienasi dikarenakan perilakunya yang tidak konsisten dengan konsep dirinya.
  • 20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com b. Alienasi dapat muncul pada situasi ketika perilaku seorang individu melanggar aspirasi-aspirasi identitas dirinya. c. Alienasi yang terjadi pada seorang individu dapat diketahui ketika perilaku seorang individu tersebut tidak terdapat hubungan dengan cara individu yang bersangkutan dalam memandang dirinya. 3. Aspek-aspek Alienasi Dalam suatu riset tentang alienasi, disebutkan pula oleh Seeman (Katz & Kahn, 1965) bahwa alienasi memiliki beberapa aspek, sebagai berikut : a. A sense of powerlessness (perasaan tidak berdaya), yaitu suatu perasaan bahwa kejadian dari akibat yang terjadi pada seorang individu dikontrol serta ditentukan oleh kekuasaan ekternal di luar dirinya, bukan karena kekuatan atau dari individu itu sendiri. b. A sense of meaninglessness (perasaan tidak berarti), yaitu suatu perasaan bahwa terjadinya suatu kejadian tidak dapat dipahami, sehingga muncul anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang akan sulit untuk ditebak. c. A sense of normlessness (perasaan tidak ada norma), yaitu suatu perasaan bahwa tujuan-tujuan yang tidak diakui secara sosial diperlukan untuk mencapai maksud-maksud yang diakui secara sosial sehingga muncul anggapan bahwa seorang individu tidak harus terikat pada nilai-nilai dan moralitas standar yang berlaku di lingkungan sosialnya. d. Social isolation (perasaan terisolasi secara sosial), yaitu suatu perasaan kesendirian, penolakan dan terpisah dari nilai-nilai kelompok atau hubungan antar anggota kelompok sehingga tidak menutup kemungkinan karena perasaan seperti menjadikan individu yang bersangkutan menarik diri dari kehidupan sosialnya.
  • 21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com e. Self-estrangement (perasaan keterasingan diri), yaitu perasaan yang muncul pada diri seorang individu bahwa segala aktivitas yang telah dilakukannya tidaklah menguntungkan dirinya, sehingga memunculkan perasaan bahwa segala perilaku yang dilakukan individu tersebut semata-mata bukan keinginannya sendiri. Kemudian Katz & Kahn (1965) meringkas enam aspek alienasi menjadi lima aspek, yang diantaranya adalah: sense of powerlessness (perasaan tidak berdaya), sense of meaninglessness (perasaan tidak berarti), sense of normlessness (perasaan tidak adanya norma), isolation (perasasaan terisolasi), self-estrangement (perasaan keterasingan diri). Selanjutnya Dean (Pratomo, 1994) membagi aspek-aspek alienasi menjadi tiga aspek, dimana ketiga aspek tersebut didasarkan pada aspek-aspek alienasi yang telah dikembangkan oleh Seeman serta Katz & Kahn. Dean kemudian melakukan penggabungan aspek-aspek tersebut menjadi: a) ketidakberdayaan (powerlessness), dimana aspek ini merupakan penggabungan dari aspek powerlessness dan meaninglessness, b) ketidakbernormaan (normlessness), c) isolasi sosial (social isolation), dimana aspek ketidakbernormaan dan isolasi sosial merupakan penggabungan dari aspek isolation dan self-estrangement. Ada beberapa sikap yang menjadikan orang modern teralienasi. Menurut Fromm (Rosyadi, 2000) ada beberapa aspek spesifik dari sosial kontemporer yang erat kaitannya dengan fenomena alienasi, yakni: a. Otoritas anonim-konformitas, akan terlaksana bila melalui prinsip konformitas yakni sebuah tindakan atau aktivitas yang kesemuanya berdasar pada faktor-faktor di luar pribadi-pribadi yang merdeka. b. Prinsip nonfrustasi kurangnya pengendalian hasrat pada akhirnya menjadikan lumpuh dan hancurnya jati diri.
  • 22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com c. Asosiasi bebas dan berbicara bebas, telah banyak dilihat bahwa perkembangan manusia modern telah banyak didominasi psikologi yang dikembangkan Freud dengan asosiasi bebas. d. Akal budi, kesadaran, dan agama. Masyarakat sekarang mampu mengembangkan pikiran-pikiran untuk mampu mempertahankan hidup secara biologis. e. Kerja, makna sebuah kerja sesungguhnya membentuk dan mengubah alam di luar manusia. Berdasarkan uraian di atas dengan demikian maka kesempatan kali ini peniliti memakai aspek-aspek yang dikembangkan oleh Dean (dalam Robinson & Shaver, 1973) di mana aspek tersebut meliputi ketidakberdayaan, ketiaadaan norma, dan isolasi sosial. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Alienasi Purnomo (2002) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang sekiranya berpengaruh terhadap kecendrungan terjadinya alienasi pada diri seorang individu, diantaranya adalah : a. Reliugitas Berdasrkan uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa alienasi merupakan suatu gangguan kesehatan mental yang dialami oleh seseorang, di mana menurut Mubarok (2000) hal tersebut diantaranya ditandai oleh perilaku menyimpang dan psikosomatis. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat religiusitas berpengaruh terhadap kecendrungan munculnya alienasi diri. Pendapat peneliti tersebut didasarkan pada hasil penelitian Paloutzian (1996) yang telah membuktikan adanya korelasi antara tingkat religiusitas dengan kesehatan mental di mana diantaranya tingginya tingkat religiusitas dapat membebaskan seseorang dari gejala alienasi.
  • 23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com b. Konsep diri Kedudukan konsep diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kecendrungan terjadinya alienasi diri didasarkan pada pendapat alienasi menurut Fromm (1995) yang berpendapat bahwa alienasi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami dirinya sendiri sebagai orang asing, di mana ia tidak menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia dan sebagai pelaku dari perbuatan- perbuatannya. Kondisi seperti itu menurut peneliti berhubungan dengan konsep diri yang melingkupi seorang individu, di mana hal tersebut di dasarkan pada pendapat Burn (1993) yang mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencangkup tentang pendapat akan dirinya sendiri, pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain dan pendapat tentang hal-hal yang diperolehnya. c. Usia Usia merupakan faktor yang diperkirakan turut mempengaruhi terjadinya alienasi diri pada seorang individu karena semakin dewasa usia seorang individu akan berpengaruh pada kematangan mentalnya. Semakin dewasa usia seseorang individu akan menjadikan semakin matangnya orientasi dan konsep hidupnya, sehingga relatif telah mampu memaknai dirinya karena telah dapat menemukan jati dirinya secara hakiki. Hal tersebut didorong oleh pendapat Hurlock (1999), menurutnya remaja lebih ada kecendrungan terkena alienasi diri, hal itu dikarenakan pada umumnya remaja merasa tidak nyaman dengan standar kelompok secara fisik, sehingga remaja menarik diri dan biasanya kepribadian yang melingkupinya adalah kepribadian yang egois, keras kepala, pemurung, dan gelisah yang disebabkan karena belum daitemukannya jati dirinya, sehingga kurang dapat untuk memaknai hidupnya dengan baik.
  • 24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com d. Tingkat pendidikan Hal tersebut berkaitan dengan konsep tentang alienasi diri seperti telah diuraikan di bagian lain, di mana kecendrungan terjadinya alienasi diri pada seorang individu memiliki hubungan dengan status sosial yang melingkupinya. Tingkat pendidikan adalah merupakan salah satu faktor penentu status sosial yang akan mempengaruhi pada kepuasan seseorang, bahkan jenjang pendidikan diasumsikan sebagai kriteria status sosial tersendiri, misalnya seseorang yang telah duduk di Perguruan Tinggi memiliki status lebih sebagai seorang mahasiswa yang diharapakan sebagai generasi penerus bangsa dengan kemampuan lebih sebagai kaum intelektual muda yang diantaranya adalah memiliki kemampuan ilmiah, obyektif, rasional, inovatif, dan berpredikat sebagai agent of change, dan memiliki kepribadian yang seimbang. Bila ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan harapan yang ada, maka menurut Helmi dan Ramdhani (1992) dapat memunculkan dampak negatif yang berupa perasaan tidak puas terhadap dirinya, sehingga tidak menutup kemungkinan individu yang bersangkutan terjebak dalam perilaku negatif, seperti menjadi Pecandu Obat terlarang dan narkotika. Sebagai suatu konsep, batasan alienasi berbeda-beda antar peneliti tergantung pada aspek perilaku mana yang hendak ditekankan, kendati demikian seperti hal yang tersebut di atas selalu muncul dalam setiap pembahasan mengenai alienasi. Tentunya hal itu berhubungan dengan pendefinisian alienasi dalam kontek manifestasinya, maka konteks dari bentuk sebenarnya dari kondisi alienasi yang sering terjadi. Manifestasi itu sendiri ternyata berbeda-beda dari kelompok sosial yang satu dengan kelompok yang lainnya tergantung pada tingkat kesenjangan antara situasi sosial pada kelompok-kelompok tersebut dan harapan mereka untuk mengatasinya.
  • 25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi alienasi adalah religiutas, konsep diri, usia dan tingkat pendidikan. B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Manusia dilahirkan ke muka bumi pada awalnya tanpa dibekali pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan, dan tidak memiliki penilaian akan dirinya. Maksudnya adalah bahwa manusia sebagai individu tidak sadar akan dirinya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan (Caplan dalam Calhaoun & Acocella, 1995). Semakin beranjak dewasa, manusiapun akan menyadari dengan sendirinya tentang keberadaan dirinya dan mulai mencari-cari yang pada akhirnya menemukan konsep akan dirinya, kesadaran akan konsep diri pada manusia tumbuh dengan pesat semenjak seorang individu mulai menggunakan bahasa sebagai sebuah alat komunikasinya. Hal itu dikarenakan dengan kemampuannya memahami perkataan orang lain, maka individu telah mendapatkan informasi yang lebih dari cukup untuk memahami dirinya, dan mulailah konsep diri itu terwujud baik yang positif dan negatif. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bee (1981), di mana dikatakan bahwa konsep diri berkembang ketika anak berkemampuan untuk mengobservasi fungsi dirinya seperti apa yang dilihatnya pada orang lain. Burn (1993) mendefinisikan konsep diri ini sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan, di mana hal tersebut mencangkup tentang pendapat akan dirinya sendiri, pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang diperolehnya. Sementara itu Hurlock (1979) berpendapat bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri
  • 26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang dicapai oleh diri seorang. Lain halnya dengan pendapat Rakhmat (1996), menurutnya konsep diri tidak hanya merupakan gambaran deskriptif semata, akan tetapi juga merupakan penilaian seorang individu mengenai dirinya sendiri, sehingga konsep diri merupakan sesuatu yang diperkirakan dan dirasakan oleh seorang individu. Menurut Rakhmat (1996) terhadap dua komponen dari konsep diri yang sekiranya dapat dikemukakan, yaitu komponen kognitif (self image) dan komponen self afektif (self esteem). Komponen kognitif (self image) adalah merupakan pengetahuan individu yang mencangkup pengetahuan “who am I” yang mana itu akan memberikan gambaran tentang dirinya hal ini disebut sebagai suatu pencitraan diri. Adapun komponen efektif adalah merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan akan diri dan harga diri individu yang bersangkutan. Dari beberapa uraian tentang definisi konsep diri seperti tersebut, dapat dipahami bahwa konsep diri merupakan sesuatu yang dirasakan dan dipikirkan oleh seorang individu yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Hubungan dengan penentu perilaku, konsep diri menurut Pudjijogjanti (1993) terdiri dari 3 peranan penting yaitu; pertama, peranan konsep diri berkaitan dengan usaha dari seorang individu untuk mempertahankan keselarasan batinya. Hal tersebut didasarkan pada sifat dasar individu yang cenderung untuk selalu mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya, sehingga bila timbul pikiran, perasaan, dan persepsi yang tidak seimbang maupun berlawanan, maka akan terbentuk iklim psikologis tidak menyenangkan yang mendorong individu untuk mengubah perilakunya. Ke dua setiap individu akan memberikan penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang dihadapinya, di mana ini berkaitan dengan keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri dan hal itu berpengaruh
  • 27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com besar terhadap pengalamannya. Ke tiga konsep diri merupakan penentu pengharapan individu, sehingga dapat dikatakan bahwa pengharapan adalah inti dari konsep diri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Mc Candless (1970), di mana menurutnya konsep diri merupakan seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut, sehingga bila sikap dan pandangan individu terhadap kemampuan dirinya bersifat negatif, maka sebenarnya hal tersebut akan menyebabkan individu tidak memiliki motivasi yang tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan pengertian konsep diri remaja dalam penelitian ini adalah gambaran remaja mengenai diri sendiri berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya. Fitts dkk (Wijayaningsih, 2000) mengemukakan aspek-aspek konsep diri meliputi; Pertama konsep diri fisik. Konsep diri fisik berarti pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian remaja terhadap fisiknya sendiri. Kedua, konsep diri pribadi. Konsep diri pribadi berarti pandangan pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap pribadinya sendiri. Ketiga, konsep diri sosial. Konsep diri sosial berarti pandangan, pikiran perasaan dan penilaian remaja terhadap kecendrungan sosial yang ada pada dirinya sendiri. Keempat, konsep diri moral etik. Konsep diri moral etik berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap moralitas diri sendiri. Konsep diri moral etik berkaitan dengan nilai dan prinsip yang memberi arti arah bagi kehidupan remaja. Kelima, konsep diri keluarga. Konsep diri keluarga berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap keluarganya sendiri. Konsep diri keluarga berkaitan dengan keberadaan remaja dalam keluarga. Keenam, konsep diri akademik. Konsep diri akademik berarti pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian remaja terhadap kemampuan akademisnya sendiri.
  • 28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Burn (1979) berdasarkan tinjauannya secara umum mengemukakan bahwa perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh 5 faktor : 1. Citra Fisik (body image), merupakan evaluasi terhadap diri sendiri secara fisik 2. Bahasa, merupakan kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi mengenai diri sendiri dan orang lain. 3. Umpan balik dari lingkungan yang diinterpretasikan sebagai pandangan orang lain yang berarti dan dekat (significant others) bagi seseorang terhadap caranya dalam berhubungan dengan norma dan nilai masyarakat yang bermacam-macam. 4. Identifikasi dengan peran jenis yang sesuai dengan strereotip masyarakat. 5. Cara pengasuhan anak (pola asuh dari orang tua) dan perlakuan serta komunikasi orangtua setiap saat yang dapat membentuk kebiasaan dan pola perilaku anak. Ciri-ciri khusus dari tiap individu merupakan hasil dari proses yang diterima dan diolah dalam situasi seperti yang daitemukan oleh Burn. Sebagai contoh, misal tentang penerimaan diri, bagaimana terbentuknya penerimaan diri seseorang tidak dapat dilepaskan dari citra fisik, umpan balik, dari lingkungan, identifikasi peran jenis dan pola asuh orangtua. Penerimaan diri adalah salah satu komponen dalam kepribadian yang ikut membentuk konsep diri. Jelasnya aspek-aspek khusus secara bersama-sama atau sendiri-sendiri akan mempengaruhi pembentukan konsep diri. Coopersmith (1967) mencoba meneliti hubungan antara salah satu dimensi dari konsep diri yaitu self esteem dengan beberapa aspek kepribadian. Hasilnya, seseorang dapat diterima dengan baik oleh lingkungan apabila perilakunya tidak menyimpang dari aturan-aturan, norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, maka ia dapat menjadi panutan. Hal tersebut akan ikut menentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Makin taat seseorang
  • 29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com menjalankan apa yang telah digariskan oleh lingkungan, maka makin tinggi penerimaan lingkungan hidupnya, hal tersebut akan mendorong terbentuknya konsep diri yang tinggi. 2. Aspek-Aspek Konsep Diri Berzonsky (1981) hanya mengemukakan 4 aspek konsep diri, yaitu : 1. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, dan benda yang dimilikinya. 2. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendirinya. 3. Aspek sosial, meliputi peran individu dalam lingkup peran sosialnya dan penilain individu terhadap peran tersebut. 4. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberikan arti dan arah dalam hidup individu. Dari keempat aspek diatas diketahui bahwa konsep diri adalah persepsi individu tentang dirinya baik fisik, psikis, sosial maupun moral yang diakui individu sebagai cirri dirinya. 3. Perkembangan Konsep Diri Apabila seseorang mengenal identitas dirinya maka hal tersebut tidak hanya sebatas pada pengenalan nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan pekerjaan, tetapi juga mengenal konsep dirinya. Pengalaman-pengalaman hidup yang dilewati individu pada tahap-tahap perkembangan akan membentuk cara pandang individu terhadap dirinya dan lingkungannya. Pengalaman positif bagi individu akan membentuk konsep diri yang positif sebaliknya pengalaman yang buruk akan membentuk konsep diri yang negatif.
  • 30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Konsep diri terbagi menjadi dua bagian, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Burn (dalam Apriana, 2002) berpendapat bahwa kebanyakan orang jika dimintai untuk menggambarkan diri mereka maka mereka akan membuat perbedaan antara “siapa diri mereka” dan “ingin menjadi apa mereka”. Pendapat yang lain dari Grinder (1978) mengemukakan bahwa persepsi individu terhadap dirinya dibentuk selama hidupnya ketika individu mendapatkan hadiah dan hukuman dari orang-orang yang ada disekitarnya. Semua yang dialami akan diproses, sehingga terbentuk suatu keyakinan dan penyesuaian mengenai dirinya sendiri. Pengalaman hidup yang dilewati individu akan membentuk cara pandang individu terhadap diri dan lingkungannya. Pengalaman yang positif akan membentuk konsep diri yang positif sebaliknya pengalaman yang negatif akan membentuk konsep diri yang negatif. C.Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Alienasi Pada Mahasiswa Ketidaksiapan mental dan ketidakmampuan untuk memahami dan memaknai dirinya sebagai makhluk individu maupun sosial. Kegamangan terhadap arus budaya modern akan membawa perubahan-perubahan psikososial yang ditandai dengan perubahan nilai-nilai kehidupan. Perubahan tersebut dapat berupa pola hidup sosial yang cenderung bergeser ke arah masyarakat individual matrealistik dan sekuler, pola hidup sederhana dan produktif cenderung berubah ke arah pola hidup mewah dan konsumtif, struktur keluarga cenderung ke arah nuclear family dan single parent family, hubungan kekeluargaan cendrung rapuh dan longgar, nilai-nilai agama dan tradisi yang dianut masyarakat berubah menjadi masyarakat yang sekuler dan serba membolehkan (permissive society), masyarakat cenderung hidup bersama di luar nikah dan meragukan lembaga perkawinan hubungan interpersonal dalam keluarga dan masyarakat terganggu akibat ambisi dan materi (Hawari, 1997).
  • 31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Berger & Luckmann (1992) berpendapat bahwa fenomena tersebut terjadi seiring dengan meluasnya rasionalisasi masyarakat modern dengan cara-cara produksi kapitalis yang mendorong berkembangnya proses differensiasi yang disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan pembagian kerja. Gejala itu dirasakan oleh semua kalangan baik anak, remaja, maupun orang dewasa. Remaja merupakan kalangan yang paling rentan terkena dampak negatif dari budaya modern, mengingat masa remaja dipandang sebagai masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Terlebih pada remaja akhir yang berstatus mahasiswa. Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diketahui bahwa pengguna obat-obatan terlarang dan narkotika mayoritas adalah mahasiswa. Fenomena tersebut tidak dapat dipisahkan dari banyaknya persoalan yang melingkupi kehidupan mereka salah satunya adalah harapan yang begitu besar kepada mereka, terutama dari lingkungan sekitarnya misalnya keluarga. Bila harapan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan merasa tidak berdaya, tidak bermakna, dan merasa disisihkan dari dunia sekitarnya. Dalam ilmu sosial, khususnya psikologi gejala tersebut disebut dengan istilah teralienasi. Pada diri remaja alienasi menurut Hurlock (1979) dapat diartikan dari beberapa ciri yang disebutnya sebagai sindrom alienasi, yaitu: 1. Menyendiri Maksudnya adalah remaja yang demikian memiliki kecendrungan untuk menarik diri dari lingkungannya dan tidak memiliki gairah untuk beraktifitas apapun apabila dirasa lingkungannya menolak dirinya. Dalam dirinya tidak ada gairah untuk melakukan sesuatu yang berguna, sehingga waktunya hanya dihabiskan untuk melamun atau hanya bersantai saja tanpa melakukan apapun.
  • 32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2. Ketidaktertarikan Sosial Maksudnya adalah remaja yang mengalami kondisi seperti ini hanya berkonsentasi pada ketertarikan dan kesenangan sendiri tanpa peduli pada orang lain di sekitarnya. Remaja demikian cenderung menjadi egois, tidak mau bergaul dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan budaya tidak peduli sudah mewarnai dirinya, sehingga remaja demikian tidak akan membantu orang lain kalau tidak mendatangkan keuntungan bagi dirinya. 3. Ketidakefektifan Sosial Ketidakefektifan sosial ini ditandai dengan perilaku remaja yang selalu menjadi biang keributan dengan melawan penguasa, membunuh hukum, dan peraturan. Remaja selalu tidak merasa puas dengan keadannya, sehingga remaja dianggap sebagai provokator kekacauan-kekacauan yang terjadi. Sindrom alienasi seperti tersebut di atas bila tidak segera dapat teridentifikasi dengan dini, menurut Mubarok (2000) mengakibatkan gangguan kejiwaan yang diantaranya dapat berupa : 1. Kecemasan Perasaan cemas ini bersumber dari hilangnya makna hidup (the meaning of live) sehingga individu yang bersangkutan tidak memiliki hidup. Segala sesuatu yang dilakukan adalah mengikuti trend, mengikuti tuntunan sosial kendati tindakan tersebut mungkin tidak sesuai dengan norma atau prinsip yang ada, sehingga hidupnya hanya mengikuti kemauan orang lain dan kepuasan sesaat yang dikejarnya, dan sewaktu mengalami kegagalan individu seperti ini akan merasa malu dan kecewa. Perasaan seperti ini pada akhirnya akan menciptakan suatu ketidak seimbangan dalam dirinya, sehingga pada akhirnya hidupnya senantiasa dilanda oleh kegelisahan dan kecemasan yang berkepanjangan.
  • 33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2. Kesepian Gangguan ini bersumber dari hubungan antar manusia (personal) di kalangan masyarakat modern yang tidak lagi tulus dan hangat. Kepribadian hipokrit telah mendarah daging, sehingga segala sesuatu yang diucapkan dan dilakukan adalah kebohongan semata. Dampaknya individu yang demikian akan merasa tidak memiliki apapun dan siapapun, sehingga dirinya akan merasa sepi di tengah keramaian 3. Kebosanan Dikarenakan karena hidup sudah tidak bermakna, hubungan dengan orang lain telah hambar dan konsentarsi selalu menggangu jiwanya, maka dampaknya menimbulkan perasaan bosan. Bosan kepada kepura-puraan, bosan kepada kepalsuan, namun tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kebosanan tersebut. 4. Perilaku Menyimpang Kecemasan, kesepian, dan kebosanan yang diderita berkepanjangan akan menjadikan seorang individu tidak tahu persis dengan apa yang harus dilakukan untuk masa depannya memutuskan sesuatu dan jalan mana yang harus di tempuh dengan keadaan jiwa yang kosong dan rapuh seperti tersebut dapat menjadikan seorang idividu tidak mampu berfikir secara jernih dan jangka panjang, selain itu juga meyebabkan kecendrungan memuaskan motif pada perilaku yang tidak terpuji, karena perilaku itu dianggapnya mampu menghibur dirinya. Manusia dalam tingkat gangguan kejiwaan seperti ini mudah sekali diajak atau dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, meskipun perbuatan tersebut menyimpang dari norma-norma moral, misalnya terjerumusnya dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan narkotika, seks bebas, tawuran, merampok, bahkan membunuh.
  • 34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 5. Psikosomatik Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial. Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan antara fisik dan mental. Penderita psikosomatik biasanya mengeluh merasa tidak enak badan, jantungnya berdeba-debar, merasa lemah, tidak dapat berkonsentrsi dengan baik. Wujud psikosomatik dapat dalam bentuk sindrom, trauma, stress, ketergantungan kepada obat penenang, alkohol, narkotika, dan berperilaku menyimpang. Dari uraian tentang gangguan kejiwaan yang dapat muncul sebagai dampak dari terjadinya alienasi diri pada seorang individu sungguh sangat mengerikan, terlebih bila hal tersebut sampai terjadi pada remaja yang berstatus mahasiswa. Tentunya dapat dibayangkan seandainya mahasiswa sebagai kaum intelektual muda, generasi penerus bangsa, agent of change, dan memiliki status sosial yang terhormat sampai terkena sindrom alienasi diri dapat dipastikan bangsa indonesia dapat terhambat dan akan hancur. D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” ada hubungan negatif antara konsep diri dengan alienasi diri, dimana semakin positif konsep diri, maka akan semakin berkurang kemungkinan seorang terkena alienasi diri” sebaliknya jika semakin negatif konsep diri, maka akan semakin tinggi kemungkinan seorang terkena alienasi diri.
  • 35. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel bebas : Konsep diri Variabel tergantung : Alienasi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang dicapai oleh diri seorang Hurlock (1979). Konsep diri diungkap dengan menggunakan skala konsep diri yang melibatkan aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Semakin tinggi total skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula konsep diri individu, sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh maka makin rendah pula konsep diri individu tersebut. 2. Alienasi Alienasi adalah suatu kesadaran tidak sempurna (sakit ingatan) yang disebabkan oleh prilaku yang bukan mencerminkan dirinya, di mana individu tersebut berprilaku berdasarkan ilusi yang dialaminya, sehingga individu tersebut mengalami kehilangan jati diri (Purnomo, 2002). Alienasi diukur dengan skala alienasi dengan aspek-aspek yang meliputi : perasaan tidak berdaya, ketiadaan norma, dan isolasi sosial. Total skor yang diperoleh skala alienasi menunjukkan semakin tinggi total skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula alienasi diri individu, sebaliknya
  • 36. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com semakin rendah total skor yang diperoleh maka semakin rendah pula alienasi diri individu tersebut. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta fakultas Psikologi dan Ekonomi baik laki-laki maupun perempuan yang masih aktif berstatus mahasiswa. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah pria dan wanita dalam rentang usia 18-23 tahun. Subjek penelitian sebanyak 100 orang. D. Metode pengumpulan Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konsep diri dan skala alienasi dengan menggunakan angket. Angket adalah daftar yang berisi pertanyaan atau peryataan yang diberikan pada subjek untuk mengungkapkan kondisi yang ada pada diri subjek yang ingin diketahui (Hadi, 1983). Penggunaan metode skala dalam suatu penelitian didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu: a. subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. b. apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercayai. c. interpretasi subjek terhadap peryataan yang disajikan kepadanya, adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Alat ukur yang yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari : 1. Skala Konsep diri Skala konsep diri terdiri dari 50 aaitem yang terdiri dari 25 aaitem yang bersifat favorable dan 25 aaitem yang bersifay unfavorable.
  • 37. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Penulis menyusun penelitian ini menggunakan skala konsep diri yang merupakan modifikasi dari skala konsep diri Famella (1999). Konsep diri ada dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Dalam skala ini Famella mengacu pada teori yang disusun oleh Berzonsky (1981), yang berdasarkan pada 4 aspek yaitu: a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, dan benda yang dimilikinya. b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri. c. Aspek sosial, meliputi peran individu dalam lingkup sosialnya dan penilaian individu terhadap peran tersebut. d. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam hidup individu. Skala dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang telah dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS), yang disajikan dalam kalimat favourable dengan penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk kalimat unfavourable dengan penampilan bergerak dari 1 sampai 4. Adapun pendistribusian aitemnya dapat dilihat di tabel 1. Tabel 1 Distribusi Butir Skala konsep diri sebelum uji coba Aspek Aitem Aitem Jumlah Favourable unfavourable aitem Fisik 1,9,17,25,33,41 2,10,18,26,34,42 12 Psikis 7,15,23,31,39,47 8,16,24,32,40,48,50,52 14 Sosial 3,11,19,27,35,43 4,12,20,28,36,44 12 Moral 5,13,21,29,37,45,49,51 6,14,22,30,38,46 14 Jumlah 26 26 52
  • 38. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2. Skala Alienasi Skala alienasi terdiri dari 53 aaitem yang terdiri dari 23 aaitem yang bersifat favourable dan 30 aitem yang bersifat unfavourable. Skala alienasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dengan melalui Proses Modifikasi dan Penambahan jumlah Pertanyaan dari alienation scale yang disusun oleh Dean (dalam Robinson dan Shaver, 1973). Skala alienasi ini merupakan modifikasi dari skala alienasi Purnomo (1994) yang dikembangkan oleh Dean (dalam Robinsin dan Shaver, 1973) berdasarkan pada lima aspek alienasi dari Seeman (dalam Mizruchi, 1967), dimana kemudian dilakukan penggabungan kelima aspek tersebut menjadi tiga aspek yaitu; a) ketidakberdayaan, b) ketiadaan norma, c) isolasi sosial, dimana konsep ketiadaan norma dan isolasi sosial merupakan gabungan dari aspek isolasi dan keterasingan diri. Skala dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang telah dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS), yang disajikan dalam kalimat favourable dengan penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk kalimat unfavourable dengan penampilan bergerak dari 1 sampai 4. Adapun pendistribusian aitemnya dapat dilihat di tabel 2. Tabel 2 Distribusi Butir Skala alienasi diri sebelum uji coba Aspek Aitem Aitem Jumlah Favourable unfavourable aitem Ketidakberdayaan 6,11,12,15,16,1 2,23,24,27,29,32,34,37,38,4 22 9,21,30,53 2,43,45,50 Ketiadaan norma 4,9,14,17,18,41 26,28,35,40,46,48,51 13 Isolasi sosial 1,3,7,22,25,36, 5,8,10,13,20,31,33,44,49,52 18 39,47 Jumlah 23 30 53
  • 39. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com E. Validitas dan Reabilitas 1. Validitas skala Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dalam melaksanakan fungsi ukurnya suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut, sedangkan tes yang menghasilkan data yang tak relevan dengan tujuan pengukuran dikatan sebagi tes yang memiliki validitas rendah. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mmapu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2003). Seleksi terhadap aaitem-aaitem yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor pada aaitem yang bersangkutan dengan skor total skala dengan melihat indeks daya beda aaitem dapat ditentukan aitem-aitem yang gugur dan aitem-aitem yang layak digunakan dalam tehnik yang digunakan adalah korelasi moment atau product moment dari pearson. Seleksi aaitem menggunakn uji validitas dan teknik konsistensi internal, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total. Tehnik untuk mengujinya menggunakan teknik korelasi part whole untuk menghindari diperolehnya taksiran yang terlalu tinggi. Perhitungan validitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer dengan program statistik (SPSS) edisi Sutrisno Hadi, MA (2000). 2. Reliabilitas skala Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang merupakan asal kata dari rely dan ability walaupun reliabilitas memiliki nama lain seperti kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan sebagainya namun ide pokok yang
  • 40. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1992) Hasil pengukuran dapat dipercaya hasilnya apabila beberapa kali pelaksanaan pengukurannya terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel (Azwar, 1997). Reliabel alat pengumpul data dapat di lihat dari koefisien reliabilitasnya. Pengujian koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Pengujian kerilibilitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan SPSS edisi Sutrisno Hadi.MA F. Metode Analisis Data Metode yang digunakan adalah metode statistik. Teknik analisis data yang digunakan adalah product moment dari pearson yaitu untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan alienasi pada mahasiswa.