SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 6
Baixar para ler offline
www.hukumonline.com



      PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA
       (Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1951 Tanggal 29 September 1951)

                           PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :    bahwa dipandang perlu diadakan tambahan opsenten untuk sementara waktu atas
               gasoline bensin berasal dari minyak bumi dan semua sulingan-sulingan minyak
               bumi lainnya, yang bersamaan keadaannya dengan yang baru disebutkan tadi,
               yakni lebih cepat menguap dari pada minyak tanah;

               bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak peraturan ini perlu segera
               diadakan;

Mengingat :    pasal-pasal 96 dan 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

                                      MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN
ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA.

                                           Pasal 1

        Dengan tidak mengurangi opsenten yang telah dikenakan dengan ordonansi 5 September
1949 (Staatsblad No. 236), sebagaimana ordonansi ini telah ditambah dengan Undang-undang
Darurat tanggal 9 Juli 1951 (Lembaran Negara No. 43, tahun 1951) atas hasil-hasil minyak bumi
ini, maka cukai yang ditetapkan dengan pasal 1 Ordonansi 27 Desember 1886 (Staatsblad No.
249) sebagaimana ini telah diubah dan ditambah, terakhir dengan ordonansi yang dimuat dalam
Staatsblad 1949 No. 236a, atas :

        Gasolin, bensin berasal dari minyak bumi dan semua sulingan-sulingan minyak bumi
lainnya, yang bersamaan keadaannya dengan yang baru disebutkan tadi, yakni lebih cepat
menguap dari pada minyak tanah, dinaikkan untuk sementara waktu hingga akhir tahun 1952
dengan tambahan opsenten sejumlah 300 (tiga ratus).

                               Peraturan-peraturan Peralihan
                                          Pasal 2

(1)     Setiap orang, yang, pada saat Undang-undang Darurat ini mulai berlaku, mempunyai
        persediaan dalam daerah pabean lebih dari 250 hektoliter gasolin atau bensin yang
        dikenakan cukai - tidak termasuk persediaan-persediaan yang sedang diangkut -
        diwajibkan memberitahukannya, menurut peraturan-peraturan yang diadakan kemudian
        oleh Menteri Keuangan, kepada Penerima Jawatan Bea dan Cukai setempat atau, jika
        tidak ada penjabat demikian setempat, oleh suatu penjabat, yang ditunjuk untuk itu oleh
        kepala daerah.

(2)     Kewajiban memberitahukan sesuai dengan ayat pertama berlaku pula bagi setiap orang
        yang, setelah saat Undang-undang Darurat ini mulai berlaku, menerima atau menerima
        kembali gasolin atau bensin yang dikenakan cukai, yang pada saat itu sedang diangkut.


www.hukumonline.com                                                                          1
www.hukumonline.com



(3)    Pemberitahuan yang dimaksudkan pada, ayat pertama harus telah diterima oleh penjabat
       setempat yang dimaksudkan, selambat-lambatnya pada hari ke-sepuluh setelah Undang-
       undang Darurat ini mulai berlaku; pemberitahuan yang dimaksudkan pada ayat kedua
       selambat-lambatnya pada hari ke-sepuluh setelah saat diterimanya atau diterimanya
       kembali kiriman (-kiriman) gasolin atau bensin itu.

                                          Pasal 3

(1)    Oleh karena kenaikan-cukai dengan tambahan opsenten, maka atas gasolin atau bensin
       yang menurut pasal 2 harus diberitahukan, terhutang cukai sebanyak tiga puluh rupiah
       setiap hektoliter.

(2)    Pembayaran cukai yang dimaksudkan pada ayat pertama dilakukan pada memasukkannya
       pemberitahuan yang dimaksudkan pada pasal 2, menurut peraturan-peraturan yang
       diadakan kemudian oleh Menteri Keuangan.

                                             Pasal 4

(1)    Barang siapa yang menurut pasal 2 diwajibkan memberitahukan, tidak atau tidak
       memenuhi penuh kewajiban ini atau memasukkan pemberitahuan yang tidak betul,
       dihukum dengan hukuman tutupan setinggi-tingginya satu tahun atau dengan denda
       sebanyak-banyaknya lima puluh ribu rupiah.

(2)    Sulingan-sulingan minyak bumi, yang terhadapnya dilakukan pelanggaran, termasuk
       kemasannya, akan dirampas dengan tidak mengindahkan apakah barang-barang itu
       kepunyaan yang terhukum.

(3)    Peristiwa-peristiwa yang dapat dihukum menurut ayat pertama dianggap pelanggaran.

                                          Pasal 5

       Untuk mencegah penuntutan di muka hakim karena peristiwa-peristiwa yang dapat
dihukum menurut pasal 4, Menteri Keuangan dapat berdamai atau menyuruh berdamai.

                                   Peraturan Penutup
                                        Pasal 6

       Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada 1 Oktober 1951.

       Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
undang darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.




www.hukumonline.com                                                                        2
www.hukumonline.com



                              Ditetapkan di Jakarta
                        pada tanggal 29 September 1951.
                      PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                     ttd.

                                 SOEKARNO

                           MENTERI KEUANGAN,

                             JUSUF WIBISONO.

                         MENTERI KEHAKIMAN a.i.,

                            M.A. PELLAUPESSY.


                                  Diundangkan
                          pada tanggal 4 Oktober 1951.
                         MENTERI KEHAKIMAN a.i.,

                             M.A PELLAUPESSY


    LEMBARAN NEGARA NOMOR 96 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
         NOMOR 159 TAHUN 1951 YANG TELAH DICETAK ULANG




www.hukumonline.com                                         3
www.hukumonline.com



                     TAMBAHAN PENJELASAN
            UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 21 TAHUN 1951
                           TENTANG
     PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA


I.      UMUM

         Undang-undang Darurat ini bermaksud untuk mengenakan tambahan opsenten untuk
sementara waktu atas cukai bensin sampai jumlah 300. Ini berarti, bahwa cukai ini sebagai akibat
tambahan opsenten tadi akan berjumlah R. 50,- setiap hektoliter a kurang lebih empat kali
                                                                     tau
cukai sebelum perang. Sebab sebelum perang cukai bensin itu sejak 16 Maret 1932 berjumlah
menurut pasal 1 ayat 2 huruf b quot;Petroleum accijns-ordonantiequot; f. 10,- setiap hektoliter, jumlah
mana dihitung mulai 1 Januari 1935 dinaikan dengan 30 opsenten sampai f. 13,- setiap hektoliter
(Staatsblad 1934 No. 717).
         Kenaikan terakhir ini ialah akibat keadaan, bahwa pajak-pajak kendaraan-kendaraan
bermotor yang telah ada sebelumnya, mulai 1 Januari 1935 dihapuskan dan diganti dengan
pengenaan opsenten atas bensin; akibatnya ialah didapatnya suatu penghematan besar atas
ongkos-ongkos administratie,- penagihan dan - polisi.
         Berhubung dengan sangat naiknya tingkatan harga, oleh karena mana jumlah cukai itu
merupakan persentase - harga.yang selalu menjadi lebih rendah, maka sehabis perang pada bagian
kedua tahun 1949 diputuskan untuk mulai dengan menaikkan beberapa cukai untuk sementara
waktu, untuk mana dipilih bentuk pengenaan opsenten. Kenaikan-kenaikan ini pada permulaan
akan berlaku sampai 1 Juli 1951, akan tetapi kemudian diperpanjang dengan Undang-undang
Darurat sampai akhir tahun 1953 (Lembaran Negara tahun 1951 No. 43).
         Untuk bensin jumlah opsenten mulai 9 September 1949 (Staatsblad No. 236) diganti
dengan 100, sehingga jumlah cukai menjadi f. 20,- setiap hektoliter.
         Jika kita melihat, bahwa sebelum perang di atas harga bensin sebesar 11 sen setiap liter
pada pompa dalam kota-kota pelabuhan diadakan pengenaan cukai sebesar 13 sen atau 118%,
ternyatalah, bahwa, juga setelah diadakan kenaikan opsenten dalam tahun 1949, perbandingan
antara harga bensin dan cukai adalah tetap luar biasa rendahnya. Di atas suatu harga bensin
sebesar 52 sen setiap liter pada pompa dalam kota-kota pelabuhan sekarang diadakan pengenaan
cukai sebesar 20 sen atau kurang lebih 39% dari harga itu.
         Dengan tidak langsung mulai mengadakan suatu pengenaan sampai persentase yang sama
besarnya dengan yang dikenakan sebelum perang, sama sekali dapatlah dipertanggung-jawabkan
untuk menaikan pengenaan sekarang ini.
         Jika ini dinaikan sampai 50 sen setiap liter, maka ini akan berarti, bahwa atas harga
bensin sekarang dikenakan cukai kurang lebih 96%.
         Bahwa ada penuh alasan untuk memutuskan diadakan suatu kenaikan demikian,
teranglah pula jika kita mengingat, seperti diterangkan di atas, bahwa cukai dalam tahun 1935
dinaikan dengan 3 sen setiap liter berhubung dengan dihapuskannya pajak-pajak kendaraan-
kendaraan bermotor.
         Pendapatan-pendapatan sebagai akibat kenaikan ini dan yang dihasilkan oleh pemakai-
pemakai jalan yang mempergunakan bensin, adalah ditujukan untuk membayar ongkos-ongkos
pembuatan dan pemeliharaan jalan-jalan tetap. Ongkos-ongkos ini sekarang lebih dari sepuluh
kali tingginya dari pada sebelum perang, sehingga hanya beralasan itu saja suatu kenaikan cukai
sampai 50 sen dapat dipertanggung-jawabkan penuh.
         Harga bensin di Indonesia sekarang, dibandingkan dengan harga-harga di negeri-negeri
banyak lainnya, tergolong terendah, juga, setelah diadakan kenaikan yang direncanakan ini, harga
tersebut masih dapat dikatakan rendah, jika kita mengingat, bahwa atas lalu lintas dengan
pemakaian bensin tidak terdapat pengenaan pajak-pajak lain.
www.hukumonline.com                                                                            4
www.hukumonline.com



        Berdasarkan angka-angka anggaran tahun 1951, dalam mana pendapatan cukai bensin
direncanakan sebesar R. 113 juta, maka pendapatan lebih ini, dengan mulai berlakunya kenaikan
pada 1 Oktober yang akan datang akan berjumlah untuk bagian sisa tahun ini sebesar 1/4 x R.
169,5 juta = R. 42,37 juta.
        Hanya saja sebagian pendapatan lebih ini dibebankan atas Negara, karena transpor. dinas
bagi instansi-instansi sipil dan militer, pun pemakaian bensin oleh Angkatan Udara akan
dikenakan kenaikan cukai.
        Dengan memperhitungkan pemakaian itu, yang ditaksir kasar sejumlah 40% dari
pemakaian seluruhnya, maka untuk tahun 1951 pendapatan Negara dari kenaikan ini masih juga
dapat diharapkan dengan bulat sebanyak R. 25,4 juta.
        Karena banyaknya pengenaan ini bergantung dari keadaan harga bensin, dan faktor
ongkos-ongkos pemeliharaan jalan-jalan ikut menentukannya, maka tidaklah diadakan hubungan
dengan p  eraturan-peraturan opsenten yang telah ada yang mempunyai sifat umum, akan tetapi
dipilih jalan untuk mengatur tambahan opsenten ini dengan Undang-undang tersendiri,
sedangkan, mengenai masa berlakunya, dipandang sebaiknya untuk membatasinya sementara
waktu sampai akhir tahun 1952.

II.    BAGIAN KHUSUS

                                           Pasal 1

         Menurut quot;Petroleumaccijns-ordonnantiequot; cukai atas bensin berjumlah :. 10.- setiap
hektoliter.
         Dengan ordonansi 5 September 1949 ditetapkan bahwa akan diadakan pengenaan 100
opsenten atas jumlah ini.
         Sekarang dengan diadakan pengenaan lagi atas cukai itu dengan tambahan opsenten
sebesar 300, jumlah pengenaan yang harus dibayar ialah R. 50.- setiap hektoliter.
         Perlu sekiranya diterangkan disini, bahwa redaksinya dipilih sedemikian rupa, sehingga
minyak tanah tidak termasuk kenaikan ini; menjadi minyak tanah ini tetap dikenakan cukai
sebesar R. 3,50 setiap hektoliter ditambah dengan 100 opsenten atau R. 7.- setiap hektoliter.

                                           Pasal 2

        Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu
lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar-
besaran terlebih dahulu.
        Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai
berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada
pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan.

                                           Pasal 3

        Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu
lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar-
besaran terlebih dahulu.
        Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai
berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada
pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan.




www.hukumonline.com                                                                          5
www.hukumonline.com



                                          Pasal 4

        Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu
lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar-
besaran terlebih dahulu.
        Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai
berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada
pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan.

                                          Pasal 5

        Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu
lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar-
besaran terlebih dahulu.
        Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai
berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada
pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan.

                                          Pasal 6

       Tidak perlu penjelasan.




www.hukumonline.com                                                                       6

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Mais procurados (18)

Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
UU 21 1997
UU 21 1997UU 21 1997
UU 21 1997
 
Uudrt 09 1951
Uudrt 09 1951Uudrt 09 1951
Uudrt 09 1951
 
Uu 14 1951
Uu 14 1951Uu 14 1951
Uu 14 1951
 
Uu 34 1953
Uu 34 1953Uu 34 1953
Uu 34 1953
 
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiatPp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
Uudrt 15 1952
Uudrt 15 1952Uudrt 15 1952
Uudrt 15 1952
 
Pp 112 2000
Pp 112 2000Pp 112 2000
Pp 112 2000
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
Uu 23 1952
Uu 23 1952Uu 23 1952
Uu 23 1952
 
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNANMAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
 
Uu 24 1952
Uu 24 1952Uu 24 1952
Uu 24 1952
 
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerahUu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasir
 
Uu 21 1997
Uu 21 1997Uu 21 1997
Uu 21 1997
 
Uu 08 1952
Uu 08 1952Uu 08 1952
Uu 08 1952
 

Destaque

Marketinginnovationdesign skecthbook 2010
Marketinginnovationdesign skecthbook 2010Marketinginnovationdesign skecthbook 2010
Marketinginnovationdesign skecthbook 2010Willem JH Boijens
 
Bedrijfspresentatie Seeder De Boer
Bedrijfspresentatie Seeder De BoerBedrijfspresentatie Seeder De Boer
Bedrijfspresentatie Seeder De Boerlinda_spaans
 
Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3
Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3
Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3Kimberly Krause Berg
 
relaciones sociales en mundos virtuales
relaciones sociales en mundos virtualesrelaciones sociales en mundos virtuales
relaciones sociales en mundos virtualesWilhelm Lappe
 
Computer Networks. Applications: file transfer & service overview
Computer Networks. Applications: file transfer & service overviewComputer Networks. Applications: file transfer & service overview
Computer Networks. Applications: file transfer & service overviewSabin Buraga
 
Guia#2
Guia#2Guia#2
Guia#2iejcg
 
School Garden Manual for the NorthEast, Part 1: Vegetables
School Garden Manual for the NorthEast, Part 1: VegetablesSchool Garden Manual for the NorthEast, Part 1: Vegetables
School Garden Manual for the NorthEast, Part 1: Vegetablesxx5v1
 
Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)
Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)
Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)Sabin Buraga
 

Destaque (9)

Marketinginnovationdesign skecthbook 2010
Marketinginnovationdesign skecthbook 2010Marketinginnovationdesign skecthbook 2010
Marketinginnovationdesign skecthbook 2010
 
Bedrijfspresentatie Seeder De Boer
Bedrijfspresentatie Seeder De BoerBedrijfspresentatie Seeder De Boer
Bedrijfspresentatie Seeder De Boer
 
My Son\'s Death...Thank you to Friends
My Son\'s Death...Thank you to FriendsMy Son\'s Death...Thank you to Friends
My Son\'s Death...Thank you to Friends
 
Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3
Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3
Kimkrauseberg Smxeast Usabilityseo Day3
 
relaciones sociales en mundos virtuales
relaciones sociales en mundos virtualesrelaciones sociales en mundos virtuales
relaciones sociales en mundos virtuales
 
Computer Networks. Applications: file transfer & service overview
Computer Networks. Applications: file transfer & service overviewComputer Networks. Applications: file transfer & service overview
Computer Networks. Applications: file transfer & service overview
 
Guia#2
Guia#2Guia#2
Guia#2
 
School Garden Manual for the NorthEast, Part 1: Vegetables
School Garden Manual for the NorthEast, Part 1: VegetablesSchool Garden Manual for the NorthEast, Part 1: Vegetables
School Garden Manual for the NorthEast, Part 1: Vegetables
 
Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)
Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)
Foi de stiluri CSS – concepte esențiale (...și puțin mai mult)
 

Mais de guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

Mais de guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 

Uudrt 21 1951

  • 1. www.hukumonline.com PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA (Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1951 Tanggal 29 September 1951) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dipandang perlu diadakan tambahan opsenten untuk sementara waktu atas gasoline bensin berasal dari minyak bumi dan semua sulingan-sulingan minyak bumi lainnya, yang bersamaan keadaannya dengan yang baru disebutkan tadi, yakni lebih cepat menguap dari pada minyak tanah; bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak peraturan ini perlu segera diadakan; Mengingat : pasal-pasal 96 dan 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA. Pasal 1 Dengan tidak mengurangi opsenten yang telah dikenakan dengan ordonansi 5 September 1949 (Staatsblad No. 236), sebagaimana ordonansi ini telah ditambah dengan Undang-undang Darurat tanggal 9 Juli 1951 (Lembaran Negara No. 43, tahun 1951) atas hasil-hasil minyak bumi ini, maka cukai yang ditetapkan dengan pasal 1 Ordonansi 27 Desember 1886 (Staatsblad No. 249) sebagaimana ini telah diubah dan ditambah, terakhir dengan ordonansi yang dimuat dalam Staatsblad 1949 No. 236a, atas : Gasolin, bensin berasal dari minyak bumi dan semua sulingan-sulingan minyak bumi lainnya, yang bersamaan keadaannya dengan yang baru disebutkan tadi, yakni lebih cepat menguap dari pada minyak tanah, dinaikkan untuk sementara waktu hingga akhir tahun 1952 dengan tambahan opsenten sejumlah 300 (tiga ratus). Peraturan-peraturan Peralihan Pasal 2 (1) Setiap orang, yang, pada saat Undang-undang Darurat ini mulai berlaku, mempunyai persediaan dalam daerah pabean lebih dari 250 hektoliter gasolin atau bensin yang dikenakan cukai - tidak termasuk persediaan-persediaan yang sedang diangkut - diwajibkan memberitahukannya, menurut peraturan-peraturan yang diadakan kemudian oleh Menteri Keuangan, kepada Penerima Jawatan Bea dan Cukai setempat atau, jika tidak ada penjabat demikian setempat, oleh suatu penjabat, yang ditunjuk untuk itu oleh kepala daerah. (2) Kewajiban memberitahukan sesuai dengan ayat pertama berlaku pula bagi setiap orang yang, setelah saat Undang-undang Darurat ini mulai berlaku, menerima atau menerima kembali gasolin atau bensin yang dikenakan cukai, yang pada saat itu sedang diangkut. www.hukumonline.com 1
  • 2. www.hukumonline.com (3) Pemberitahuan yang dimaksudkan pada, ayat pertama harus telah diterima oleh penjabat setempat yang dimaksudkan, selambat-lambatnya pada hari ke-sepuluh setelah Undang- undang Darurat ini mulai berlaku; pemberitahuan yang dimaksudkan pada ayat kedua selambat-lambatnya pada hari ke-sepuluh setelah saat diterimanya atau diterimanya kembali kiriman (-kiriman) gasolin atau bensin itu. Pasal 3 (1) Oleh karena kenaikan-cukai dengan tambahan opsenten, maka atas gasolin atau bensin yang menurut pasal 2 harus diberitahukan, terhutang cukai sebanyak tiga puluh rupiah setiap hektoliter. (2) Pembayaran cukai yang dimaksudkan pada ayat pertama dilakukan pada memasukkannya pemberitahuan yang dimaksudkan pada pasal 2, menurut peraturan-peraturan yang diadakan kemudian oleh Menteri Keuangan. Pasal 4 (1) Barang siapa yang menurut pasal 2 diwajibkan memberitahukan, tidak atau tidak memenuhi penuh kewajiban ini atau memasukkan pemberitahuan yang tidak betul, dihukum dengan hukuman tutupan setinggi-tingginya satu tahun atau dengan denda sebanyak-banyaknya lima puluh ribu rupiah. (2) Sulingan-sulingan minyak bumi, yang terhadapnya dilakukan pelanggaran, termasuk kemasannya, akan dirampas dengan tidak mengindahkan apakah barang-barang itu kepunyaan yang terhukum. (3) Peristiwa-peristiwa yang dapat dihukum menurut ayat pertama dianggap pelanggaran. Pasal 5 Untuk mencegah penuntutan di muka hakim karena peristiwa-peristiwa yang dapat dihukum menurut pasal 4, Menteri Keuangan dapat berdamai atau menyuruh berdamai. Peraturan Penutup Pasal 6 Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada 1 Oktober 1951. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- undang darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. www.hukumonline.com 2
  • 3. www.hukumonline.com Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 September 1951. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SOEKARNO MENTERI KEUANGAN, JUSUF WIBISONO. MENTERI KEHAKIMAN a.i., M.A. PELLAUPESSY. Diundangkan pada tanggal 4 Oktober 1951. MENTERI KEHAKIMAN a.i., M.A PELLAUPESSY LEMBARAN NEGARA NOMOR 96 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 159 TAHUN 1951 YANG TELAH DICETAK ULANG www.hukumonline.com 3
  • 4. www.hukumonline.com TAMBAHAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 21 TAHUN 1951 TENTANG PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA I. UMUM Undang-undang Darurat ini bermaksud untuk mengenakan tambahan opsenten untuk sementara waktu atas cukai bensin sampai jumlah 300. Ini berarti, bahwa cukai ini sebagai akibat tambahan opsenten tadi akan berjumlah R. 50,- setiap hektoliter a kurang lebih empat kali tau cukai sebelum perang. Sebab sebelum perang cukai bensin itu sejak 16 Maret 1932 berjumlah menurut pasal 1 ayat 2 huruf b quot;Petroleum accijns-ordonantiequot; f. 10,- setiap hektoliter, jumlah mana dihitung mulai 1 Januari 1935 dinaikan dengan 30 opsenten sampai f. 13,- setiap hektoliter (Staatsblad 1934 No. 717). Kenaikan terakhir ini ialah akibat keadaan, bahwa pajak-pajak kendaraan-kendaraan bermotor yang telah ada sebelumnya, mulai 1 Januari 1935 dihapuskan dan diganti dengan pengenaan opsenten atas bensin; akibatnya ialah didapatnya suatu penghematan besar atas ongkos-ongkos administratie,- penagihan dan - polisi. Berhubung dengan sangat naiknya tingkatan harga, oleh karena mana jumlah cukai itu merupakan persentase - harga.yang selalu menjadi lebih rendah, maka sehabis perang pada bagian kedua tahun 1949 diputuskan untuk mulai dengan menaikkan beberapa cukai untuk sementara waktu, untuk mana dipilih bentuk pengenaan opsenten. Kenaikan-kenaikan ini pada permulaan akan berlaku sampai 1 Juli 1951, akan tetapi kemudian diperpanjang dengan Undang-undang Darurat sampai akhir tahun 1953 (Lembaran Negara tahun 1951 No. 43). Untuk bensin jumlah opsenten mulai 9 September 1949 (Staatsblad No. 236) diganti dengan 100, sehingga jumlah cukai menjadi f. 20,- setiap hektoliter. Jika kita melihat, bahwa sebelum perang di atas harga bensin sebesar 11 sen setiap liter pada pompa dalam kota-kota pelabuhan diadakan pengenaan cukai sebesar 13 sen atau 118%, ternyatalah, bahwa, juga setelah diadakan kenaikan opsenten dalam tahun 1949, perbandingan antara harga bensin dan cukai adalah tetap luar biasa rendahnya. Di atas suatu harga bensin sebesar 52 sen setiap liter pada pompa dalam kota-kota pelabuhan sekarang diadakan pengenaan cukai sebesar 20 sen atau kurang lebih 39% dari harga itu. Dengan tidak langsung mulai mengadakan suatu pengenaan sampai persentase yang sama besarnya dengan yang dikenakan sebelum perang, sama sekali dapatlah dipertanggung-jawabkan untuk menaikan pengenaan sekarang ini. Jika ini dinaikan sampai 50 sen setiap liter, maka ini akan berarti, bahwa atas harga bensin sekarang dikenakan cukai kurang lebih 96%. Bahwa ada penuh alasan untuk memutuskan diadakan suatu kenaikan demikian, teranglah pula jika kita mengingat, seperti diterangkan di atas, bahwa cukai dalam tahun 1935 dinaikan dengan 3 sen setiap liter berhubung dengan dihapuskannya pajak-pajak kendaraan- kendaraan bermotor. Pendapatan-pendapatan sebagai akibat kenaikan ini dan yang dihasilkan oleh pemakai- pemakai jalan yang mempergunakan bensin, adalah ditujukan untuk membayar ongkos-ongkos pembuatan dan pemeliharaan jalan-jalan tetap. Ongkos-ongkos ini sekarang lebih dari sepuluh kali tingginya dari pada sebelum perang, sehingga hanya beralasan itu saja suatu kenaikan cukai sampai 50 sen dapat dipertanggung-jawabkan penuh. Harga bensin di Indonesia sekarang, dibandingkan dengan harga-harga di negeri-negeri banyak lainnya, tergolong terendah, juga, setelah diadakan kenaikan yang direncanakan ini, harga tersebut masih dapat dikatakan rendah, jika kita mengingat, bahwa atas lalu lintas dengan pemakaian bensin tidak terdapat pengenaan pajak-pajak lain. www.hukumonline.com 4
  • 5. www.hukumonline.com Berdasarkan angka-angka anggaran tahun 1951, dalam mana pendapatan cukai bensin direncanakan sebesar R. 113 juta, maka pendapatan lebih ini, dengan mulai berlakunya kenaikan pada 1 Oktober yang akan datang akan berjumlah untuk bagian sisa tahun ini sebesar 1/4 x R. 169,5 juta = R. 42,37 juta. Hanya saja sebagian pendapatan lebih ini dibebankan atas Negara, karena transpor. dinas bagi instansi-instansi sipil dan militer, pun pemakaian bensin oleh Angkatan Udara akan dikenakan kenaikan cukai. Dengan memperhitungkan pemakaian itu, yang ditaksir kasar sejumlah 40% dari pemakaian seluruhnya, maka untuk tahun 1951 pendapatan Negara dari kenaikan ini masih juga dapat diharapkan dengan bulat sebanyak R. 25,4 juta. Karena banyaknya pengenaan ini bergantung dari keadaan harga bensin, dan faktor ongkos-ongkos pemeliharaan jalan-jalan ikut menentukannya, maka tidaklah diadakan hubungan dengan p eraturan-peraturan opsenten yang telah ada yang mempunyai sifat umum, akan tetapi dipilih jalan untuk mengatur tambahan opsenten ini dengan Undang-undang tersendiri, sedangkan, mengenai masa berlakunya, dipandang sebaiknya untuk membatasinya sementara waktu sampai akhir tahun 1952. II. BAGIAN KHUSUS Pasal 1 Menurut quot;Petroleumaccijns-ordonnantiequot; cukai atas bensin berjumlah :. 10.- setiap hektoliter. Dengan ordonansi 5 September 1949 ditetapkan bahwa akan diadakan pengenaan 100 opsenten atas jumlah ini. Sekarang dengan diadakan pengenaan lagi atas cukai itu dengan tambahan opsenten sebesar 300, jumlah pengenaan yang harus dibayar ialah R. 50.- setiap hektoliter. Perlu sekiranya diterangkan disini, bahwa redaksinya dipilih sedemikian rupa, sehingga minyak tanah tidak termasuk kenaikan ini; menjadi minyak tanah ini tetap dikenakan cukai sebesar R. 3,50 setiap hektoliter ditambah dengan 100 opsenten atau R. 7.- setiap hektoliter. Pasal 2 Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar- besaran terlebih dahulu. Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan. Pasal 3 Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar- besaran terlebih dahulu. Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan. www.hukumonline.com 5
  • 6. www.hukumonline.com Pasal 4 Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar- besaran terlebih dahulu. Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan. Pasal 5 Pasal-pasal ini bermaksud untuk mencegah, bahwa tujuan yang dikehendaki dalam waktu lama tidak akan tercapai, oleh karena ditimbunnya persediaan-persediaan bensin dengan besar- besaran terlebih dahulu. Berhubung dengan ini, maka terhadap persediaan-persediaan bensin, yang, pada mulai berlakunya kenaikan ini, berada lebih daripada persediaan pantas dalam peredaran bebas pada pedagang-pedagang dan pemakai-pemakai, akan diadakan tagihan susulan. Pasal 6 Tidak perlu penjelasan. www.hukumonline.com 6