SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
Baixar para ler offline
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan
KemampuaPemecahan Masalah Matematik Siswa
Oleh :
Ani Minarni
Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung
Abstrak
Kemampuan bernalar merupakan salah satu kemampuan yang harus tumbuh berkembang dan dikuasai
siswa dalam mempelajari matematika oleh karena kemampuan penalaran bersama-sama dengan
kemampuan pemahaman, koneksi dan kemampuan lainnya mendasari kemampuan pemecahan masalah.
Beberapa hasil penelitian internasional dianalisis dalam makalah ini terutama untuk melihat isu-isu yang
berkembang di kelas yang bermanfaat bagi dan berkaitan dengan kemampuan penalaran dan kemampuan
pemecahan masalah matematika. Di bagian akhir, analisis difokuskan pada peran penalaran matematik
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Abstract
Reasoning is one of the ability that must grow up and mastered by students in learning mathematics,
since reasoning together with understanding, connection and other ability are basis for problem solving
ability. In this paper results of some researches are analysed especially to looking for the issues
developed in the classrooms that give advantages to and have the connection with reasoning ability and
problem solving ability. It then focuses on the role of reasoning to improving students’ mathematical
problem solving ability.
A. Pendahuluan
Kemampuan bernalar merupakan salah satu dari sekian banyak kecerdasan yang
sangat penting dipunyai dan dikuasai siswa terlebih saat mempelajari matematika. Hal
ini karena kemampuan inilah yang terutama digunakan anak sewaktu dihadapkan pada
masalah matematik yang mesti diselesaikannya. National Council 0f Teachers 0f
Mathematics (NCTM, 2000) menegaskan benalar dan membuktikan adalah salah satu
lima kompetensi yang harus tumbuh dan berkembang manakala anak belajar
matematika. Sejalan dengan itu, Kilpatrick, et al. (2001) menjelaskan penalaran adaptif
merupakan satu dari lima komponen yang membentuk jalinan kemahiran
bermatematika. Sesuai dengan pandangan konstruktivisme, di sekolah anak seyogianya
diberi kesempatan seluas-luasnya melihat dan mengalami proses pemecahan berbagai
masalah untuk membangun sendiri pengetahuan yang baru baginya. Sedapatnya guru
menyajikan masalah kontekstual guna diselesaikan oleh anak baik secara perorangan
maupun berkelompok. Dengan demikian anak dirangsang untuk mengaitkan
pengetahuan dan pengalamannya dengan masalah yang dihadapi sekaligus
menggunakan struktur kognitifnya untuk menyelesaikan masalah itu. Dalam rangka
mencari selesaian masalah inilah anak didorong untuk membangun ide, menemukan dan
mencobakan strategi yang mungkin cocok, dan merumuskan serta membuktikan
dugaan yang muncul sewaktu merespon masalah tersebut. Dengan menjalani semua
proses itu diharapkan anak terbiasa dan terampil mengolah nalarnya dalam rangka
menyelesaikan masalah baik dalam ranah matematika maupun di luarnya.
Sebagaimana kecerdasan dasar lainnya yang diwarisi anak saat dilahirkan,
kemampuan bernalar inilah yang digunakan dan diasah untuk memahami dunia. Secara
akumulatif dan dengan percepatan yang begitu tinggi anak belajar segala sesuatu yang
ada di sekelilingnya. Anak belajar berbagai hal, mulai dari fakta, konsep, prinsip atau
aturan, dan beragam prosedur. Sebagian dari apa yang dipelajarinya itu tersimpan di
ingatan jangka panjang sebagai pengetahuan. Pengetahuan dan pengalamannya inilah
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan 
tema ”Peningkatan Kontribusi Penelitian dan Pembelajaran Matematika dalam Upaya Pembentukan 
Karakter Bangsa ” pada tanggal  27 November 2010 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
yang kemudian menjadi modal yang setiap waktu mesti dipanggil dan bahkan
dimodifikasi sesuai keperluan saat menghadapi beragam masalah yang harus
diselesaikan. Pengetahuan dan pengalaman baru yang diperolehnya ini kembali menjadi
modal tatkala menemui dan menghadapi masalah baru lagi. Demikian seharusnya siklus
berkembang itu berlangsung.
B. Kajian Teoretis Tentang Penalaran Matematik
Menurut O’Daffler dan Thornquist dalam Anzt dan Yaloz-Fcmia (NCTM
1999,p.117), penalaran matematik adalah bagian dari berpikir matematik yang meliputi
membuat perumuman dan menarik simpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan
bagaimana gagasan tcrsebut saling terkait. Curriculum and Evaluation Standards
(NCTM, 1989) memberikan tanda-tanda saat proses penalaran sedang berlangsung,
yaitu bila: (a) menggunakan coba-ralat dan bekerja mundur untuk menyelesaikan
masalah, (b) membuat dan menguji dugaan, (c) menciptakan argumen
Dapat ditambahkan, sebenarya penalaran pula yang di gunakan untuk melakukan
abstraksi. Russel (NCTM, 1999, p.l) mengatakan penalaran matematik adalah pusat
belajar matematika. Ia berargumen, matematika adalah suatu disiplin berkenaan dengan
obyek abstrak dan penalaranlah alat untuk memahami abstraksi. Ia tambahkan
penalaranlah yang digunakan untuk berpikir tentang sifat-sifat sekumpulan obyek
matematik dan mengembangkan perumuman yang dikenakan padanya. Pernyataan
Russel ini sejalan dengan pengertian penalaran matematik dari O’Daffler dan
Thornquist di atas, bahwa penalaran melibatkan beberapa keterampilan penting seperti
menyelidiki pola, membuat dan menguji dugaan (conjecture), dan menggunakan
penalaran deduktif dan induktif formal untuk memformulasikan argumen matematik.
Selanjutnya Dominowski (2002, p.57) menyatakan penalaran adalah jenis khusus dari
pemecahan masalah. Dengan kata lain, penalaran adalah bagian tertentu dari pekerjaan
memecahkan masalah yang dengan demikian merupakan bagian dari bermatematika
(doing mathematics). Semuanya sejalan. Intinya, penalaran adalah alat untuk memahami
matematika dan pemahaman matematik itu digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Pengalaman menyelesaikan masalah pada gilirannya memperkuat pemahaman dan
penalaran matematik yang kemudian kembali menjadi modal untuk memecahkan
masalah baru atau masalah yang lain lagi. Demikian siklus itu seharusnya berlangsung
sebagaimana telah disinggung di depan. Menurut NCTM (NCTM, 2000, p. 56), bernalar
matematik adalah suatu kebiasaan, dan seperti kebiasaan lainnya, maka ia mesti
dikembangkan melalui pemakaian yang konsisten dan dalam berbagai konteks. NCTM
menambahkan, orang yang bemalar dan berpikir secara analitik akan cenderung
mengenal pola, struktur, atau keberaturan baik di dunia nyata maupun pada simbol-
simbol. Orang ini gigih mencari tahu apakah pola itu terjadi secara kebetulan ataukah
ada alasan tertentu. Ia membuat dugaan dan menyelidiki kebenaran atau ketidakbenaran
dugaan itu. Membuat dan menyelidiki dugaan adalah hal yang sangat penting dalam
matematika, karena melalui dugaan berbasis informasilah penemuan matematik sering
terjadi. Jadi, melalui pemecahan masalah matematik siswa dibimbing, didorong, dan
difasilitasi untuk mengasah seluruh kemampuan penalaran matematiknya agar dapat
tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan.
C. Hasil Penelitian
Berikut disajikan hasil penelitian dari manca negara yang mengungkap berbagai bentuk
dan jenis penalaran matematik yang muncul manakala anak memecahkan masalah
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 
Yogyakarta, 27 november 2010 
479
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
matematik sebagaimana dilaporkan 0leh Kishimoto (2000), Bjuland (2007), Dindyal
(2007), Hunter (2007), Karp (2007), Osta dan Labban (2007), dan Hunter dan Anthony
(2008).
Kishimoto (2000) secara khusus memfokuskan penelitiannya untuk melihat besar
pengaruh penalaran kesebandingan dan kemampuan metakognisi terhadap kemampuan
siswa sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 di Jepang dalam memecahkan masalah (seal) cerita
perkalian berpecahan desimal. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan khusus apapun
dalam pembelajaran.
Dari hasil analisis data ditemukan kinerja siswa semakin baik seiring dengan
kian tingginya kelas. Dari persamaan regresi, disimpulkan bahwa penalaran
kesebandingan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan metakognisi
terhadap keberhasilan menyelesaikan soal cerita perkalian di kelas 5 dan 6.
Kishimoto mengutip Inhelder dan Piaget yang menemukan bahwa konsep
perbandingan berkembang pada diri anak pada usia antara 11 dan 12. Berdasarkan
inilah peneliti berpendapat bahwa itulah sebabnya mengapa siswa kelas 5 dan kelas 6
mempunyai keterampilan penalaran kesebandingan yang lebih berkembang ketimbang
siswa kelas 4 manakala mereka memecahkan soal cerita perkalian.
Hal lain yang menurut Kishimoto perlu diperhatikan ialah bahwa ternyata
keberhasilan menyelesaikan soal cerita perkalian hanya dapat dijelaskan oleh faktor
penalaran kesebandingan dan metakognisi sebesar 52%. Untuk itu, menurutnya, guna
membantu anak menyelesaikan soal cerita berperkalian desimal, tidak cukup mengajari
anak tentang perkalian tetapi juga perlu mendorongnya untuk mengembangkan
keterampilan lain seperti penalaran sebanding dan kemampuan memecahkan masalah.
ktur bilangan menentukan tingkat kesulitan masalah.
Berikutnya Bjuland (2007) meneliti mahasiswa yang bekerja secara kolaboratif
untuk memecahkan 2 masalah geometri tanpa campur tangan dosen. Dalam laporannya
peneliti fokus pada empat kelompok strategi huristik yang muncul ketika mahasiswa
berdialog yaitu memvisualkan (menerjemahkan masalah ke dalam bentuk visual),
memantau, mempertanyakan, dan strategi logik.
Sampel dalam penelitian ini adalah 105 orang mahasiswa calon guru semester
pertama. Mereka dibagi ke dalam 21 kelompok. Darinya dipilih secara acak 3 kelompok
untuk diamati dan khususnya satu dari ketiga kelompok itu yang latar belakang
matematikanya terbatas. Untuk mempersiapkan mahasiswa menyelesaikan masalah,
terlebih dulu mereka dilatih dalam metakognitif dan belajar berkelompok, Selanjutnya
peneliti memakai pendekatan dialog guna menganalisis data karena cara ini
memungkinkan untuk menemu kenali proses interaksional yang dalam hal ini
pergerakan strategi huristik yang digunakan dalam proses menemukan solusi.
Dari penelitian terungkap kegiatan memantau, dikaitkan dengan penggunaan
memantau, mempertanyakan, dan memvisualkan krusial bagi langkah maju proses
pencarian solusi dan untuk terjadinya diskusi kontstruktif tentang konsep matematik.
Selanjutnya, Hunter (2007) menyelidiki penggunaan berpikir relasional oleh siswa
dalam menyelesaikan masalah ekivalensi (persamaan). Tes diberikan setelah anak
menjalani pembelajaran yang difokuskan pada pengembangan strategi berhitung yang
efisien dan fleksibel. Penelitian Hunter dimotivasi oleh proses problematik namun
penting yaitu transisi dari penalaran aritmatik ke penalaran aljabar. Secara khusus
Penelitian bertujuan mencari tahu i) strategi apa
yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah terbuka ekivalensi bilangan dan ii)
kesalahan umum apa yang dilakukan siswa sewaktu memecahkan masalah tersebut.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 
Yogyakarta, 27 november 2010 
480
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
Sampel penelitian ini 361 siswa dari empat tingkatan kelas, kelas 5 sampai dengan
kelas 8. Selain instrumen tes berbentuk a + b = c + d atau a - e = b – d juga digunakan
kuisioner untuk mengungkap bagaimana mereka menyelesaikan soal tersebut. Data
dianalisis dengan rubrik penskoran yang didasarkan pada penggunaan berpikir aritmatik
atau berpikir relasional dengan tingkatan berbeda-beda. Perbedaan berpikir ini dibuat ke
dalam tiga tingkatan, yaitu aritmatika stabil: siswa hanya menggunakan strategi
aritmatik; relasional stabil: siswa hanya menggunakan strategi relasional; dan relasional
tak-stabil: siswa menggunakan campuran strategi aritmatik dan relasional.
Hasil dari studi menunjukkan 46% siswa hanya menggunakan strategi aritmatik,
28% hanya menggunakan strategi relasional, dan 26% yang menggunakan strategi
campuran. Secara lintas kelas tampak dominasi penggunaan strategi aritmatik untuk
menyelesaikan soal kalimat terbuka tersebut. Data juga menunjukkan peningkatan
penggunaan berpikir relasional yang konsisten dari kelas 5 hingga ke kelas 8.
Bersamaan dengan itu terjadi penurunan penggunaan strategi berpikir aritmatik
manakala kelasnya makin tinggi.
Kesalahan umum yang terjadi ialah salah hitung. Kesalahan lainnya terjadi tatkala
persamaan memuat pengurangan dan siswa tidak dapat mengenali arah pekerjaan
hitung. Penyelidikan lebih lanjut atas kerja siswa juga menunjukkan kekurangpahaman
mereka terhadap tanda sama dengan. Hal ini terjadi misalnya pada persamaan berbentuk
A + B = C + D di mana yang harus diisi adalah A atau B. Mereka menganggap satu dari
dua bilangan di ruas kanan tanda sama dengan sebagai jawaban.
Karp (2007) menyelidiki bagaimana siswa kelas 12 menyelesaikan sekumpulan
(grup) soal tentang nilai mutlak yang satu sama lain saling terkait. Atas dasar itu, Karp
kemudian menyelidiki lebih lanjut cara berpikir siswa sewaktu menyelesaikan masalah
tersebut. Karp berargumen bahwa penguasaan konsep nilai mutlak perlu diselidiki
karena materi ini dibahas di sekolah melalui berbagai representasi berbeda, yaitu
didefinisikan sebagai jarak; diilustrasikan dengan grafik, dan secara aktif dimanfaatkan
dalam bermacam manipulasi aljabar. Dalam penelitiannya, siswa langsung diberikan
soal nilai mutlak seperti menentukan solusi dari |x+3| = l. Selain itu diberikan gambar
grafik dan siswa diminta untuk menentukan yang mana gratik dari y = |x +1l misalnya.
Sewaktu siswa bekerja, peneliti mewawancarainya untuk melihat apakah siswa dapat
melihat hubungan antar soal tersebut dan secara eksplisit mendorong siswa untuk
menemukannya.
Karp melaporkan, secara umum siswa tidak dapat menghubungkan soal satu
dengan yang lainnya dan akibatnya penalaran siswa tidak jalan bahkan siswa tidak
dapat mengambil keuntungan dari penyelesaian satu soal untuk menyelesaikan soal
berikutnya. Melalui wawancara ditemukan siswa kebingungan menentukan daerah asal
dan daerah kawan. Begitu pula sewaktu menentukan persamaan dari grafik yang
diberikan. Siswa tidak memperhitungkan adanya dua nilai untuk nilai mutlak. Intinya,
mereka tidak menggunakan definisi nilai mutlak untuk menjawab soal. Berdasarkan
hasil yang diperolehnya tentu saja tidak sesuai dengan semangat mengajarkan strategi
pemecahan masalah.
Osta dan Labban (2007) berupaya mengidentifikasi strategi informal aljabar dan
geometri yang dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah yang dapat dipecahkan
secara aljabar. Analisisnya fokus pada pergeseran dari perhitungan aritmatik kepada
prosedur dan berpikir aljabar dan juga pergeseran dari dan ke strategi geometrik. Kedua
peneliti menggali strategi berpikir siswa kelas 7 dalam memecahkan masalah baik yang
melibatkan obyek geometri sederhana (segitiga, ruas garis, sisi) maupun
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 
Yogyakarta, 27 november 2010 
481
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
menulis/menyelesaikan polinom derajat satu a + b + c + x = mx atau a + x = mx,
sebelum persamaan derajat satu dan unsur tak diketahui dalam persamaan diajarkan
secara formal.
Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan siswa menyelesaikan soal dengan
menggunakan cara intuitif non-aljabar. Pemeriksaan numerik (coba-ralat, dan menaksir)
paling sering dipakai. Sangat sedikit yang menggunakan simbol aljabar atau menyajikan
masalah dalam persamaan derajat satu. Dari l2 orang partisipan, hanya dua yang
menggunakan strategi semi-aljabar. Hanya satu yang menuliskan persamaan aljabar dan
melakukan kegiatan yang mencerminkan pembentukan pengertian akar persamaan.
Tampak juga siswa belum mampu menggeser pendekatan aritmatik ke prosedur aljabar.
Hasil penelitian Hunter dan Anthony (2008) menunjukkan bahwa tugas yang
melibatkan pola geometrik dan penggunaan representasi majemuk memberikan banyak
kesempatan pada siswa untuk menggali, membenarkan, dan memvalidasi penalaran
mereka dengan menggunakan alat. Tindakan pedagogik guru seperti mempertanyakan
dan memposisikan siswa sebagai intelektual, lebih jauh memaksa mereka memberi
pembenaran atas penalarannya dengan lebih banyak menggunakan benda konkrit dan
representasi geometri.
D. Diskusi Hasil Penelitian
Penelitian Kishimoto menggabungkan subyek sampel dari kelas 4 hingga kelas 6.
Sedangkan bahan instrumen diambil dan kelas 5. Namun peneliti tidak menjelaskan
bagaimana bahan ini kemudian diadaptasi untuk menjadi instrumen yang juga
diperuntukkan bagi siswa kelas 4.
Hasil penelitian ini menunjukkan 52% kemampuan siswa memecahkan soal cerita
berperkalian pecahan desimal diprediksi oleh kemampuan penalaran kesebandingan dan
metakognisi mereka. Oleh karena itu penelitian ini masih dapat diperluas dengan
melibatkan faktor lain yang dianggap turut memprediksi pencapaian siswa dimaksud,
misalnya keterampilan berhitung dan starategi pemecahan masalah.
Penelitian Bjuland menganalisis dialog yang berlangsung pada satu kelompok
mahasiswa dari 21 kelompok yang ada. Kelompok yang dianalisis memiliki latar
belakang matematik terbatas. Temuan peneliti berimplikasi pedagogik misalnya
pendidikan guru mestinya merangsang pelatihan metakognitif yang dicampur dengan
belajar koperatif untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
Meski demikian, penelitian ini masih sangat terbatas subyek sampcenya. Oleh karena
itu penelitian lanjutan masih diperlukan dengan sampel yang lebih luas untuk dapat
menjadi landasan bagi generalisasi.
Penelitian Hunter menyelidiki penggunaan berpikir relasional oleh siswa dalam
menyesaikan masalah ekivalen (persamaan). Penelitian ini masih dapat dikembangkan
dengan melibatkan pemakaian peubah terutama bagi siswa yang telah duduk di kelas
VII dan VIII.
Osta dan Labban memfokuskan penelitian pada penyelidikan pergeseran dari dan
ke strategi geometrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa belum mampu
menggeser pendekatan aritmatik ke prosedur aljabar. Di sini perlu ditekankan bahwa
peneliti menguji siswa sebelum prosedur dan berpikir secara aljabar disampaikan guru
di kelas. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menentukan suatu
model atau pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk maksud tersebut.
Selain itu, subyek sampel tentu mesti diperluas agar hasil penelitian dapat diperumum
keberlakuannya.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 
Yogyakarta, 27 november 2010 
482
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
Penelitian Karp berupaya menyelidiki cara berpikir siswa sewaktu menyelesaikan
sekumpulan (grup) masalah nilai mutlak yang terkait satu sama lain. Hasil penelitian
Karp dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian selanjutnya. Penelitian lanjutan misalnya
dapat diarahkan pada penyelidikan:
i. Sampai sejauh mana usaha guru memberikan soal yang memerlukan pengaitan antara
berbagai representasi mempengaruhi cara berpikir siswa.
ii. Apa yang terjadi manakala siswa tidak saja secara sistematis menyelesaikan soal
yang melibatkan penerapan algoritma tetapi juga soal yang penyelesaiannya
menuntut adanya pengaitan.
iii. Bagaimana keberhasilan mereka kelak menangani masalah sejenis dan seberapa jauh
mereka dapat mentransfer pengalamannya untuk memecahkan masalah lain?
Studi Hunter dan Anthony secara spesifik, ingin menunjukkan bahwa kemampuan
siswa untuk terlibat dalam adu argumentasi dapat disokong melalui pembenaran yang
melibatkan strategi numerik, verbal, dan visual.
Namun keberlakuan hasil ini masih memerlukan validasi eksternal disebabkan
sampel yang kecil. Untuk itu masih diperlukan penelitian dengan subyek sampel yang
lebih besar.
E. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian beserta diskusinya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
l. Penalaran matematik seperti kesebandingan, aljabar, geometrik, induktif, deduktif
sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa menyelesaikan masalah matematik.
2. Penalaran matematik yang didampingi oleh metakognisi memperbesar peluang pada
keberhasilan memecahkan masalah matematik.
3. Perpindahan dari berpikir dengan menggunakan model ke berpikir abstrak dalam
rangka pemecahan masalah merupakan suatu rintangan yang sulit dilalui siswa di
kelas awal sekolah dasar.
4. Kegiatan memantau, dikaitkan dengan penggunaan memantau, mempertanyakan, dan
memvisualkan adalah unsur krusial bagi langkah maju proses pencarian solusi dari
masalah.
5. Penalaran yang umum berlangsung saat siswa menyelesaikan masalah menemukan
pola dan memperumum mengikuti urutan tahap: pemodelan langsung,
mengidentifikasi suatu pola, menguji pola tersebut, dan terakhir menemukan aturan
untuk hal umum.
6. Tindakan pedagogik guru, rancangan tugas, dan penggunaan material benda kongkrit
membantu siswa mengembangkan beragam bentuk justifikasi dalam rangka
memecahkan masalah.
Daftar Pustaka
Bjuland, R. (2007). Adult Students’ Reasoning in Geometry: Teaching Mathematics
through Collaborative Problem Solving in Teacher Education. Dalam The
Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, Vol. 4, no.1, pp. l-30. The
Montana Council of Teachers of Mathematics.
Hunter, J. (2007). Relational or Calculational Thinking: Students Solving Open Number
Equivalence Problems. Dalam Watson dan Beswick (Eds), Proceedings of the
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 
Yogyakarta, 27 november 2010 
483
P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni 
 
30”’ Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of A
ustralasia. MERGA Inc.
Hunter, J. dan Anthony, G. (2008). The Development of Students’ Use of Justification
Strategies. Dalam M. Goos, R. Brown, & K. Makar (Eds.), Proceedings of the 3 I
st Annual Conkrence of the Mathematics Education Research Group of
Australasia. MERGA Inc.
Karp, A. (2006). Dalam Novotna, J., Moraova, H., M. & Stehlikova, N. (Eds.).
Proceedings of the 30th Conference of the International Group for the Psychology
of Mathematics Education, vol.3, pp.25-32. PME30.
Kilpatrick, J. et al. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics.
Washington DC : National Research Council.
Kishimoto, T. (2000). Solving Multiplicative Word Problems With Decimal Fractions:
The Effect of Proportional Reasoning and Metacognition. Dalam Proceedings of
the 24th Conference of the International Group for the Psychology of
Mathematics Education, vol.3,pp. 143-150. PME24.
NCTM, (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston:
VA.
NCTM, (1999). Developing Mathematical Reasoning in Grade K-12. Reston: VA:
NCTM, (2000). Principle and Standards for School Mathematics. Reston: VA.
Osta, I. dan Labban, S. (2007). Seventh Graders' Pre-algebraic Problem Solving
Strategies: Geometric, arithmetic, and algebraic interplay [Online]. Tersedia:
http://wvvw.cimt.ply· mouth.ac.uk/journal/osta.pdf 11 Desember 2007].
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 
Yogyakarta, 27 november 2010 
484

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Rudy Krabay
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematisLukman
 
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayatWahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayatdinamaulina25
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Lukman
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
ppt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermainippt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermainiHermaini Syahkila
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingelita takarai
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Iwan Pranoto
 
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 
MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKAMEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKATa'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktifPenalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktifSriNurwahyuni92
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematikamatematikauntirta
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutLukman
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematisFppi Unila
 

Mais procurados (20)

Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1
 
15. bab ii
15. bab ii15. bab ii
15. bab ii
 
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsdAnalisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
 
PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAHPENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematis
 
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayatWahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
Wahyu hidayat makalah seminar (kritis & kreatif) - wahyu hidayat
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
ppt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermainippt skripsi "open ended" hermaini
ppt skripsi "open ended" hermaini
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 
MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKAMEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktifPenalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
 
HOTS
HOTSHOTS
HOTS
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
 

Destaque

PopZ News-Friday February 5 2016
PopZ News-Friday February 5 2016PopZ News-Friday February 5 2016
PopZ News-Friday February 5 2016Rick Gallagher
 
Module 06 Innovation
Module 06 InnovationModule 06 Innovation
Module 06 InnovationIPAC-IAPC
 
PopZ News-Friday February 12 2016
PopZ News-Friday February 12 2016PopZ News-Friday February 12 2016
PopZ News-Friday February 12 2016Rick Gallagher
 
MMB_4page_brochure_102914
MMB_4page_brochure_102914MMB_4page_brochure_102914
MMB_4page_brochure_102914Paul Hamilton
 
Jamur, simbiosis
Jamur, simbiosisJamur, simbiosis
Jamur, simbiosisdeeey
 
Perlで初めてWebアプリを作った話
Perlで初めてWebアプリを作った話Perlで初めてWebアプリを作った話
Perlで初めてWebアプリを作った話Yuzo Iwasaki
 
Module 11 Engagement and Divide
Module 11 Engagement and DivideModule 11 Engagement and Divide
Module 11 Engagement and DivideIPAC-IAPC
 
Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)
Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)
Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)Rick Gallagher
 
Kryssi - Talvitreeni 29032015
Kryssi - Talvitreeni 29032015Kryssi - Talvitreeni 29032015
Kryssi - Talvitreeni 29032015Oliver Kuustonen
 
PopZ News-Friday January 23 2015
PopZ News-Friday January 23 2015PopZ News-Friday January 23 2015
PopZ News-Friday January 23 2015Rick Gallagher
 
Module 07 Leadership
Module 07 LeadershipModule 07 Leadership
Module 07 LeadershipIPAC-IAPC
 
Asm steel brochure
Asm steel brochure Asm steel brochure
Asm steel brochure Ali Sajid
 

Destaque (20)

PopZ News-Friday February 5 2016
PopZ News-Friday February 5 2016PopZ News-Friday February 5 2016
PopZ News-Friday February 5 2016
 
Module 06 Innovation
Module 06 InnovationModule 06 Innovation
Module 06 Innovation
 
Kalpana Rai
Kalpana RaiKalpana Rai
Kalpana Rai
 
PopZ News-Friday February 12 2016
PopZ News-Friday February 12 2016PopZ News-Friday February 12 2016
PopZ News-Friday February 12 2016
 
MMB_4page_brochure_102914
MMB_4page_brochure_102914MMB_4page_brochure_102914
MMB_4page_brochure_102914
 
Jamur, simbiosis
Jamur, simbiosisJamur, simbiosis
Jamur, simbiosis
 
Perlで初めてWebアプリを作った話
Perlで初めてWebアプリを作った話Perlで初めてWebアプリを作った話
Perlで初めてWebアプリを作った話
 
Module 11 Engagement and Divide
Module 11 Engagement and DivideModule 11 Engagement and Divide
Module 11 Engagement and Divide
 
Final Document GP
Final Document GPFinal Document GP
Final Document GP
 
Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)
Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)
Bookazine's GNOV Bestseller List (February 5 2016)
 
Rails2&Me
Rails2&MeRails2&Me
Rails2&Me
 
CP 6 Final
CP 6 FinalCP 6 Final
CP 6 Final
 
PI ZA PRODAJO
PI ZA  PRODAJOPI ZA  PRODAJO
PI ZA PRODAJO
 
Kryssi - Talvitreeni 29032015
Kryssi - Talvitreeni 29032015Kryssi - Talvitreeni 29032015
Kryssi - Talvitreeni 29032015
 
PopZ News-Friday January 23 2015
PopZ News-Friday January 23 2015PopZ News-Friday January 23 2015
PopZ News-Friday January 23 2015
 
Module 07 Leadership
Module 07 LeadershipModule 07 Leadership
Module 07 Leadership
 
ARUNSANKAR CV
ARUNSANKAR CVARUNSANKAR CV
ARUNSANKAR CV
 
All about me
All about meAll about me
All about me
 
Asm steel brochure
Asm steel brochure Asm steel brochure
Asm steel brochure
 
Final Document
Final DocumentFinal Document
Final Document
 

Semelhante a Kebiasaan bernalar

Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaLukman
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1Robinson Daeli
 
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )zahra chairani
 
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaResume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaMas Becak
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syabanFppi Unila
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar MatematikaVivin Dolpin
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...renatanurlaily77
 
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...asmaun4
 
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisPeningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisMilo Muhammad
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01fathinirin
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbAfwanilhuda Nst
 
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 Sudrajat16
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 

Semelhante a Kebiasaan bernalar (20)

Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
 
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
 
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
 
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaResume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar Matematika
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
 
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
 
KURIKULUM BM SR
KURIKULUM BM SRKURIKULUM BM SR
KURIKULUM BM SR
 
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisPeningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
 
Pembelajaran Osborn
Pembelajaran OsbornPembelajaran Osborn
Pembelajaran Osborn
 
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 

Último

Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 

Último (20)

Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

Kebiasaan bernalar

  • 1. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan KemampuaPemecahan Masalah Matematik Siswa Oleh : Ani Minarni Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung Abstrak Kemampuan bernalar merupakan salah satu kemampuan yang harus tumbuh berkembang dan dikuasai siswa dalam mempelajari matematika oleh karena kemampuan penalaran bersama-sama dengan kemampuan pemahaman, koneksi dan kemampuan lainnya mendasari kemampuan pemecahan masalah. Beberapa hasil penelitian internasional dianalisis dalam makalah ini terutama untuk melihat isu-isu yang berkembang di kelas yang bermanfaat bagi dan berkaitan dengan kemampuan penalaran dan kemampuan pemecahan masalah matematika. Di bagian akhir, analisis difokuskan pada peran penalaran matematik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Abstract Reasoning is one of the ability that must grow up and mastered by students in learning mathematics, since reasoning together with understanding, connection and other ability are basis for problem solving ability. In this paper results of some researches are analysed especially to looking for the issues developed in the classrooms that give advantages to and have the connection with reasoning ability and problem solving ability. It then focuses on the role of reasoning to improving students’ mathematical problem solving ability. A. Pendahuluan Kemampuan bernalar merupakan salah satu dari sekian banyak kecerdasan yang sangat penting dipunyai dan dikuasai siswa terlebih saat mempelajari matematika. Hal ini karena kemampuan inilah yang terutama digunakan anak sewaktu dihadapkan pada masalah matematik yang mesti diselesaikannya. National Council 0f Teachers 0f Mathematics (NCTM, 2000) menegaskan benalar dan membuktikan adalah salah satu lima kompetensi yang harus tumbuh dan berkembang manakala anak belajar matematika. Sejalan dengan itu, Kilpatrick, et al. (2001) menjelaskan penalaran adaptif merupakan satu dari lima komponen yang membentuk jalinan kemahiran bermatematika. Sesuai dengan pandangan konstruktivisme, di sekolah anak seyogianya diberi kesempatan seluas-luasnya melihat dan mengalami proses pemecahan berbagai masalah untuk membangun sendiri pengetahuan yang baru baginya. Sedapatnya guru menyajikan masalah kontekstual guna diselesaikan oleh anak baik secara perorangan maupun berkelompok. Dengan demikian anak dirangsang untuk mengaitkan pengetahuan dan pengalamannya dengan masalah yang dihadapi sekaligus menggunakan struktur kognitifnya untuk menyelesaikan masalah itu. Dalam rangka mencari selesaian masalah inilah anak didorong untuk membangun ide, menemukan dan mencobakan strategi yang mungkin cocok, dan merumuskan serta membuktikan dugaan yang muncul sewaktu merespon masalah tersebut. Dengan menjalani semua proses itu diharapkan anak terbiasa dan terampil mengolah nalarnya dalam rangka menyelesaikan masalah baik dalam ranah matematika maupun di luarnya. Sebagaimana kecerdasan dasar lainnya yang diwarisi anak saat dilahirkan, kemampuan bernalar inilah yang digunakan dan diasah untuk memahami dunia. Secara akumulatif dan dengan percepatan yang begitu tinggi anak belajar segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Anak belajar berbagai hal, mulai dari fakta, konsep, prinsip atau aturan, dan beragam prosedur. Sebagian dari apa yang dipelajarinya itu tersimpan di ingatan jangka panjang sebagai pengetahuan. Pengetahuan dan pengalamannya inilah Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan  tema ”Peningkatan Kontribusi Penelitian dan Pembelajaran Matematika dalam Upaya Pembentukan  Karakter Bangsa ” pada tanggal  27 November 2010 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 
  • 2. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    yang kemudian menjadi modal yang setiap waktu mesti dipanggil dan bahkan dimodifikasi sesuai keperluan saat menghadapi beragam masalah yang harus diselesaikan. Pengetahuan dan pengalaman baru yang diperolehnya ini kembali menjadi modal tatkala menemui dan menghadapi masalah baru lagi. Demikian seharusnya siklus berkembang itu berlangsung. B. Kajian Teoretis Tentang Penalaran Matematik Menurut O’Daffler dan Thornquist dalam Anzt dan Yaloz-Fcmia (NCTM 1999,p.117), penalaran matematik adalah bagian dari berpikir matematik yang meliputi membuat perumuman dan menarik simpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan bagaimana gagasan tcrsebut saling terkait. Curriculum and Evaluation Standards (NCTM, 1989) memberikan tanda-tanda saat proses penalaran sedang berlangsung, yaitu bila: (a) menggunakan coba-ralat dan bekerja mundur untuk menyelesaikan masalah, (b) membuat dan menguji dugaan, (c) menciptakan argumen Dapat ditambahkan, sebenarya penalaran pula yang di gunakan untuk melakukan abstraksi. Russel (NCTM, 1999, p.l) mengatakan penalaran matematik adalah pusat belajar matematika. Ia berargumen, matematika adalah suatu disiplin berkenaan dengan obyek abstrak dan penalaranlah alat untuk memahami abstraksi. Ia tambahkan penalaranlah yang digunakan untuk berpikir tentang sifat-sifat sekumpulan obyek matematik dan mengembangkan perumuman yang dikenakan padanya. Pernyataan Russel ini sejalan dengan pengertian penalaran matematik dari O’Daffler dan Thornquist di atas, bahwa penalaran melibatkan beberapa keterampilan penting seperti menyelidiki pola, membuat dan menguji dugaan (conjecture), dan menggunakan penalaran deduktif dan induktif formal untuk memformulasikan argumen matematik. Selanjutnya Dominowski (2002, p.57) menyatakan penalaran adalah jenis khusus dari pemecahan masalah. Dengan kata lain, penalaran adalah bagian tertentu dari pekerjaan memecahkan masalah yang dengan demikian merupakan bagian dari bermatematika (doing mathematics). Semuanya sejalan. Intinya, penalaran adalah alat untuk memahami matematika dan pemahaman matematik itu digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pengalaman menyelesaikan masalah pada gilirannya memperkuat pemahaman dan penalaran matematik yang kemudian kembali menjadi modal untuk memecahkan masalah baru atau masalah yang lain lagi. Demikian siklus itu seharusnya berlangsung sebagaimana telah disinggung di depan. Menurut NCTM (NCTM, 2000, p. 56), bernalar matematik adalah suatu kebiasaan, dan seperti kebiasaan lainnya, maka ia mesti dikembangkan melalui pemakaian yang konsisten dan dalam berbagai konteks. NCTM menambahkan, orang yang bemalar dan berpikir secara analitik akan cenderung mengenal pola, struktur, atau keberaturan baik di dunia nyata maupun pada simbol- simbol. Orang ini gigih mencari tahu apakah pola itu terjadi secara kebetulan ataukah ada alasan tertentu. Ia membuat dugaan dan menyelidiki kebenaran atau ketidakbenaran dugaan itu. Membuat dan menyelidiki dugaan adalah hal yang sangat penting dalam matematika, karena melalui dugaan berbasis informasilah penemuan matematik sering terjadi. Jadi, melalui pemecahan masalah matematik siswa dibimbing, didorong, dan difasilitasi untuk mengasah seluruh kemampuan penalaran matematiknya agar dapat tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan. C. Hasil Penelitian Berikut disajikan hasil penelitian dari manca negara yang mengungkap berbagai bentuk dan jenis penalaran matematik yang muncul manakala anak memecahkan masalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika  Yogyakarta, 27 november 2010  479
  • 3. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    matematik sebagaimana dilaporkan 0leh Kishimoto (2000), Bjuland (2007), Dindyal (2007), Hunter (2007), Karp (2007), Osta dan Labban (2007), dan Hunter dan Anthony (2008). Kishimoto (2000) secara khusus memfokuskan penelitiannya untuk melihat besar pengaruh penalaran kesebandingan dan kemampuan metakognisi terhadap kemampuan siswa sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 di Jepang dalam memecahkan masalah (seal) cerita perkalian berpecahan desimal. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan khusus apapun dalam pembelajaran. Dari hasil analisis data ditemukan kinerja siswa semakin baik seiring dengan kian tingginya kelas. Dari persamaan regresi, disimpulkan bahwa penalaran kesebandingan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan metakognisi terhadap keberhasilan menyelesaikan soal cerita perkalian di kelas 5 dan 6. Kishimoto mengutip Inhelder dan Piaget yang menemukan bahwa konsep perbandingan berkembang pada diri anak pada usia antara 11 dan 12. Berdasarkan inilah peneliti berpendapat bahwa itulah sebabnya mengapa siswa kelas 5 dan kelas 6 mempunyai keterampilan penalaran kesebandingan yang lebih berkembang ketimbang siswa kelas 4 manakala mereka memecahkan soal cerita perkalian. Hal lain yang menurut Kishimoto perlu diperhatikan ialah bahwa ternyata keberhasilan menyelesaikan soal cerita perkalian hanya dapat dijelaskan oleh faktor penalaran kesebandingan dan metakognisi sebesar 52%. Untuk itu, menurutnya, guna membantu anak menyelesaikan soal cerita berperkalian desimal, tidak cukup mengajari anak tentang perkalian tetapi juga perlu mendorongnya untuk mengembangkan keterampilan lain seperti penalaran sebanding dan kemampuan memecahkan masalah. ktur bilangan menentukan tingkat kesulitan masalah. Berikutnya Bjuland (2007) meneliti mahasiswa yang bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan 2 masalah geometri tanpa campur tangan dosen. Dalam laporannya peneliti fokus pada empat kelompok strategi huristik yang muncul ketika mahasiswa berdialog yaitu memvisualkan (menerjemahkan masalah ke dalam bentuk visual), memantau, mempertanyakan, dan strategi logik. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 orang mahasiswa calon guru semester pertama. Mereka dibagi ke dalam 21 kelompok. Darinya dipilih secara acak 3 kelompok untuk diamati dan khususnya satu dari ketiga kelompok itu yang latar belakang matematikanya terbatas. Untuk mempersiapkan mahasiswa menyelesaikan masalah, terlebih dulu mereka dilatih dalam metakognitif dan belajar berkelompok, Selanjutnya peneliti memakai pendekatan dialog guna menganalisis data karena cara ini memungkinkan untuk menemu kenali proses interaksional yang dalam hal ini pergerakan strategi huristik yang digunakan dalam proses menemukan solusi. Dari penelitian terungkap kegiatan memantau, dikaitkan dengan penggunaan memantau, mempertanyakan, dan memvisualkan krusial bagi langkah maju proses pencarian solusi dan untuk terjadinya diskusi kontstruktif tentang konsep matematik. Selanjutnya, Hunter (2007) menyelidiki penggunaan berpikir relasional oleh siswa dalam menyelesaikan masalah ekivalensi (persamaan). Tes diberikan setelah anak menjalani pembelajaran yang difokuskan pada pengembangan strategi berhitung yang efisien dan fleksibel. Penelitian Hunter dimotivasi oleh proses problematik namun penting yaitu transisi dari penalaran aritmatik ke penalaran aljabar. Secara khusus Penelitian bertujuan mencari tahu i) strategi apa yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah terbuka ekivalensi bilangan dan ii) kesalahan umum apa yang dilakukan siswa sewaktu memecahkan masalah tersebut. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika  Yogyakarta, 27 november 2010  480
  • 4. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    Sampel penelitian ini 361 siswa dari empat tingkatan kelas, kelas 5 sampai dengan kelas 8. Selain instrumen tes berbentuk a + b = c + d atau a - e = b – d juga digunakan kuisioner untuk mengungkap bagaimana mereka menyelesaikan soal tersebut. Data dianalisis dengan rubrik penskoran yang didasarkan pada penggunaan berpikir aritmatik atau berpikir relasional dengan tingkatan berbeda-beda. Perbedaan berpikir ini dibuat ke dalam tiga tingkatan, yaitu aritmatika stabil: siswa hanya menggunakan strategi aritmatik; relasional stabil: siswa hanya menggunakan strategi relasional; dan relasional tak-stabil: siswa menggunakan campuran strategi aritmatik dan relasional. Hasil dari studi menunjukkan 46% siswa hanya menggunakan strategi aritmatik, 28% hanya menggunakan strategi relasional, dan 26% yang menggunakan strategi campuran. Secara lintas kelas tampak dominasi penggunaan strategi aritmatik untuk menyelesaikan soal kalimat terbuka tersebut. Data juga menunjukkan peningkatan penggunaan berpikir relasional yang konsisten dari kelas 5 hingga ke kelas 8. Bersamaan dengan itu terjadi penurunan penggunaan strategi berpikir aritmatik manakala kelasnya makin tinggi. Kesalahan umum yang terjadi ialah salah hitung. Kesalahan lainnya terjadi tatkala persamaan memuat pengurangan dan siswa tidak dapat mengenali arah pekerjaan hitung. Penyelidikan lebih lanjut atas kerja siswa juga menunjukkan kekurangpahaman mereka terhadap tanda sama dengan. Hal ini terjadi misalnya pada persamaan berbentuk A + B = C + D di mana yang harus diisi adalah A atau B. Mereka menganggap satu dari dua bilangan di ruas kanan tanda sama dengan sebagai jawaban. Karp (2007) menyelidiki bagaimana siswa kelas 12 menyelesaikan sekumpulan (grup) soal tentang nilai mutlak yang satu sama lain saling terkait. Atas dasar itu, Karp kemudian menyelidiki lebih lanjut cara berpikir siswa sewaktu menyelesaikan masalah tersebut. Karp berargumen bahwa penguasaan konsep nilai mutlak perlu diselidiki karena materi ini dibahas di sekolah melalui berbagai representasi berbeda, yaitu didefinisikan sebagai jarak; diilustrasikan dengan grafik, dan secara aktif dimanfaatkan dalam bermacam manipulasi aljabar. Dalam penelitiannya, siswa langsung diberikan soal nilai mutlak seperti menentukan solusi dari |x+3| = l. Selain itu diberikan gambar grafik dan siswa diminta untuk menentukan yang mana gratik dari y = |x +1l misalnya. Sewaktu siswa bekerja, peneliti mewawancarainya untuk melihat apakah siswa dapat melihat hubungan antar soal tersebut dan secara eksplisit mendorong siswa untuk menemukannya. Karp melaporkan, secara umum siswa tidak dapat menghubungkan soal satu dengan yang lainnya dan akibatnya penalaran siswa tidak jalan bahkan siswa tidak dapat mengambil keuntungan dari penyelesaian satu soal untuk menyelesaikan soal berikutnya. Melalui wawancara ditemukan siswa kebingungan menentukan daerah asal dan daerah kawan. Begitu pula sewaktu menentukan persamaan dari grafik yang diberikan. Siswa tidak memperhitungkan adanya dua nilai untuk nilai mutlak. Intinya, mereka tidak menggunakan definisi nilai mutlak untuk menjawab soal. Berdasarkan hasil yang diperolehnya tentu saja tidak sesuai dengan semangat mengajarkan strategi pemecahan masalah. Osta dan Labban (2007) berupaya mengidentifikasi strategi informal aljabar dan geometri yang dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah yang dapat dipecahkan secara aljabar. Analisisnya fokus pada pergeseran dari perhitungan aritmatik kepada prosedur dan berpikir aljabar dan juga pergeseran dari dan ke strategi geometrik. Kedua peneliti menggali strategi berpikir siswa kelas 7 dalam memecahkan masalah baik yang melibatkan obyek geometri sederhana (segitiga, ruas garis, sisi) maupun Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika  Yogyakarta, 27 november 2010  481
  • 5. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    menulis/menyelesaikan polinom derajat satu a + b + c + x = mx atau a + x = mx, sebelum persamaan derajat satu dan unsur tak diketahui dalam persamaan diajarkan secara formal. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan siswa menyelesaikan soal dengan menggunakan cara intuitif non-aljabar. Pemeriksaan numerik (coba-ralat, dan menaksir) paling sering dipakai. Sangat sedikit yang menggunakan simbol aljabar atau menyajikan masalah dalam persamaan derajat satu. Dari l2 orang partisipan, hanya dua yang menggunakan strategi semi-aljabar. Hanya satu yang menuliskan persamaan aljabar dan melakukan kegiatan yang mencerminkan pembentukan pengertian akar persamaan. Tampak juga siswa belum mampu menggeser pendekatan aritmatik ke prosedur aljabar. Hasil penelitian Hunter dan Anthony (2008) menunjukkan bahwa tugas yang melibatkan pola geometrik dan penggunaan representasi majemuk memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk menggali, membenarkan, dan memvalidasi penalaran mereka dengan menggunakan alat. Tindakan pedagogik guru seperti mempertanyakan dan memposisikan siswa sebagai intelektual, lebih jauh memaksa mereka memberi pembenaran atas penalarannya dengan lebih banyak menggunakan benda konkrit dan representasi geometri. D. Diskusi Hasil Penelitian Penelitian Kishimoto menggabungkan subyek sampel dari kelas 4 hingga kelas 6. Sedangkan bahan instrumen diambil dan kelas 5. Namun peneliti tidak menjelaskan bagaimana bahan ini kemudian diadaptasi untuk menjadi instrumen yang juga diperuntukkan bagi siswa kelas 4. Hasil penelitian ini menunjukkan 52% kemampuan siswa memecahkan soal cerita berperkalian pecahan desimal diprediksi oleh kemampuan penalaran kesebandingan dan metakognisi mereka. Oleh karena itu penelitian ini masih dapat diperluas dengan melibatkan faktor lain yang dianggap turut memprediksi pencapaian siswa dimaksud, misalnya keterampilan berhitung dan starategi pemecahan masalah. Penelitian Bjuland menganalisis dialog yang berlangsung pada satu kelompok mahasiswa dari 21 kelompok yang ada. Kelompok yang dianalisis memiliki latar belakang matematik terbatas. Temuan peneliti berimplikasi pedagogik misalnya pendidikan guru mestinya merangsang pelatihan metakognitif yang dicampur dengan belajar koperatif untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa. Meski demikian, penelitian ini masih sangat terbatas subyek sampcenya. Oleh karena itu penelitian lanjutan masih diperlukan dengan sampel yang lebih luas untuk dapat menjadi landasan bagi generalisasi. Penelitian Hunter menyelidiki penggunaan berpikir relasional oleh siswa dalam menyesaikan masalah ekivalen (persamaan). Penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan melibatkan pemakaian peubah terutama bagi siswa yang telah duduk di kelas VII dan VIII. Osta dan Labban memfokuskan penelitian pada penyelidikan pergeseran dari dan ke strategi geometrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa belum mampu menggeser pendekatan aritmatik ke prosedur aljabar. Di sini perlu ditekankan bahwa peneliti menguji siswa sebelum prosedur dan berpikir secara aljabar disampaikan guru di kelas. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menentukan suatu model atau pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk maksud tersebut. Selain itu, subyek sampel tentu mesti diperluas agar hasil penelitian dapat diperumum keberlakuannya. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika  Yogyakarta, 27 november 2010  482
  • 6. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    Penelitian Karp berupaya menyelidiki cara berpikir siswa sewaktu menyelesaikan sekumpulan (grup) masalah nilai mutlak yang terkait satu sama lain. Hasil penelitian Karp dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian selanjutnya. Penelitian lanjutan misalnya dapat diarahkan pada penyelidikan: i. Sampai sejauh mana usaha guru memberikan soal yang memerlukan pengaitan antara berbagai representasi mempengaruhi cara berpikir siswa. ii. Apa yang terjadi manakala siswa tidak saja secara sistematis menyelesaikan soal yang melibatkan penerapan algoritma tetapi juga soal yang penyelesaiannya menuntut adanya pengaitan. iii. Bagaimana keberhasilan mereka kelak menangani masalah sejenis dan seberapa jauh mereka dapat mentransfer pengalamannya untuk memecahkan masalah lain? Studi Hunter dan Anthony secara spesifik, ingin menunjukkan bahwa kemampuan siswa untuk terlibat dalam adu argumentasi dapat disokong melalui pembenaran yang melibatkan strategi numerik, verbal, dan visual. Namun keberlakuan hasil ini masih memerlukan validasi eksternal disebabkan sampel yang kecil. Untuk itu masih diperlukan penelitian dengan subyek sampel yang lebih besar. E. Simpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian beserta diskusinya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. l. Penalaran matematik seperti kesebandingan, aljabar, geometrik, induktif, deduktif sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa menyelesaikan masalah matematik. 2. Penalaran matematik yang didampingi oleh metakognisi memperbesar peluang pada keberhasilan memecahkan masalah matematik. 3. Perpindahan dari berpikir dengan menggunakan model ke berpikir abstrak dalam rangka pemecahan masalah merupakan suatu rintangan yang sulit dilalui siswa di kelas awal sekolah dasar. 4. Kegiatan memantau, dikaitkan dengan penggunaan memantau, mempertanyakan, dan memvisualkan adalah unsur krusial bagi langkah maju proses pencarian solusi dari masalah. 5. Penalaran yang umum berlangsung saat siswa menyelesaikan masalah menemukan pola dan memperumum mengikuti urutan tahap: pemodelan langsung, mengidentifikasi suatu pola, menguji pola tersebut, dan terakhir menemukan aturan untuk hal umum. 6. Tindakan pedagogik guru, rancangan tugas, dan penggunaan material benda kongkrit membantu siswa mengembangkan beragam bentuk justifikasi dalam rangka memecahkan masalah. Daftar Pustaka Bjuland, R. (2007). Adult Students’ Reasoning in Geometry: Teaching Mathematics through Collaborative Problem Solving in Teacher Education. Dalam The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, Vol. 4, no.1, pp. l-30. The Montana Council of Teachers of Mathematics. Hunter, J. (2007). Relational or Calculational Thinking: Students Solving Open Number Equivalence Problems. Dalam Watson dan Beswick (Eds), Proceedings of the Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika  Yogyakarta, 27 november 2010  483
  • 7. P7 : Peran Penalaran Matematik untuk Meningkatkan ...........                                                   Ani Minarni    30”’ Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of A ustralasia. MERGA Inc. Hunter, J. dan Anthony, G. (2008). The Development of Students’ Use of Justification Strategies. Dalam M. Goos, R. Brown, & K. Makar (Eds.), Proceedings of the 3 I st Annual Conkrence of the Mathematics Education Research Group of Australasia. MERGA Inc. Karp, A. (2006). Dalam Novotna, J., Moraova, H., M. & Stehlikova, N. (Eds.). Proceedings of the 30th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, vol.3, pp.25-32. PME30. Kilpatrick, J. et al. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington DC : National Research Council. Kishimoto, T. (2000). Solving Multiplicative Word Problems With Decimal Fractions: The Effect of Proportional Reasoning and Metacognition. Dalam Proceedings of the 24th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, vol.3,pp. 143-150. PME24. NCTM, (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston: VA. NCTM, (1999). Developing Mathematical Reasoning in Grade K-12. Reston: VA: NCTM, (2000). Principle and Standards for School Mathematics. Reston: VA. Osta, I. dan Labban, S. (2007). Seventh Graders' Pre-algebraic Problem Solving Strategies: Geometric, arithmetic, and algebraic interplay [Online]. Tersedia: http://wvvw.cimt.ply· mouth.ac.uk/journal/osta.pdf 11 Desember 2007]. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika  Yogyakarta, 27 november 2010  484