SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 54
Baixar para ler offline
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-1
Bab 3
Potret Daerah
Provinsi Sulawesi Barat
3.1. POTRET SULAWESI
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia setelah Kalimantan,
Sumatra dan Papua atau pulau terbesar ke-11 dunia. Pulau ini terletak di antara Pulau
Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat,
Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur.
Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah yang memanjang, dengan barisan
pegunungan berapi aktif pada lengan jazirah, beberapa di antaranya mencapai ketinggian di
atas 3.000 meter diatas permukaan laut.
Geografis Pulau Sulawesi didominasi oleh dataran tinggi atau sekitar 75 % dari total luas
wilayah pulau Sulawesi, 25% diantaranya adalah dataran rendah, permukaan tanah
bergunung-gunung, bukit, padang rumput, rawa-rawa, pantai dan laut lepas/dalam.
Karakteristik geografis tersebut memudahkan akses dan sarana transportasi yang memadai
melalui tiga jalur. Darat-laut dan udara, dengan menjadikan Makassar, Sulawesi Selatan
sebagai gerbang trasnportasi bagi wilayah lain di Pulau Sualwesi. Banyaknya pilihan sarana
transportasi mendorong lancarnya arus perekonomian antara provinsi dalam wilayah
Sulawesi. Terbangun hubungan saling suplay sesuai potensi produk yang tersedia dan
kebutuhan antara provinsi.
3.1.1. FISIK DASAR
Pulau Sulawesi berdiri di atas lahan seluas 227.654 km2, terutama terdiri dari empat
semenanjung panjang.
Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng
Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan
Lempeng Pasifik.
3.1.2. JENIS FLORA DAN FAUNA
Garis Wallace di sepanjang Selat Makassar, memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok
Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Garis Wallace adalah suatu batasan hypothetical
yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini
berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies
Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan
yang jelas pada saat dia berkunjung ke India Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui
Arsipelago Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di
timur). Penny van Oosterzee, Where Worlds Collide: the Wallace Line, 1997. Pulau
Sulawesi merupakan terdapat banyak flora dan fauna eksotik dan langka yang merupakan
satwa khas Sulawesi; di antaranya Anoa (Depussiocorius), Tapir (Tapirus indicus), kera,
Maleo, dan kupu-kupu (butter- flay) dan elang. Flora terdapat: Ebony, beberapa spesies
Anggrek, dan buah markisa.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-2
Keragaman flora dan fauna dengan species endemic, menjadi daya tarik tersendiri
sehingga pulau Sulawesi banyak di kunjungi wisatawan local dan manca negara. Informasi
pariwisata sulawesi dapat diakses melalui:
 RegiTour
 North Sulawesi Tourism Promotion Board
 World Wildlife Fund Conservation Science Program
 Adventure Indonesia
Upaya pelestarian satwa dan flora endemik Pulau Sulawesi banyak mendapat perhatian
berbagai pihak, khususnya lembaga-lembaga donor , diantaranya adalah :
Global Empowerment Facility - Yayasan Bina Usaha Lingkungan (GEF-YBUL),
 WWF - Yayasan Lestari,
 Yayasan Telapak Indonesia,
 Birdlife,
 ProFauna Indonesia
Propinsi ini dipenuhi oleh perkebunan kelapa di sepanjang pantainya. Oleh sebab itu,
propinsi ini disebut juga dengan "Bumi Nyiur Melambai."
Hutan yang terancam eksploitasi pertambangan di Pulau Sulawesi seluas 1.181.062 ha.
Jumlah perusahaan HPH yang beroperasi di wilayah hutan Pulau Sulawesi sebanyak 25
perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut tersebar di Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
3.1.3. DEMOGRAFI
Pulau Sulawesi mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut berpariasi setiap provinsi. Pertumbuhan jumlah
penduduk yang cukup besar, tidak dibarengi dengan peningkatan lapangan kerja yang
memadai, sehingga potensil menciptakan pengangguran. Pada saat yang sama angka
kemiskinan terus meningkat setiap tahunnya.
Penduduk pulau Sulawesi mayoritas menganut agama Islam, sebagian lagi menganut
agama Kristen, Hindu dan Budha. Perbedaan agama dan kepercayaan tidak menjadikan
jurang pemisah bagi masyarakat Sulawesi.
Upaya pengurangan kemiskinan dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga donor.
Seperti :
 Multi Forestry Program-Department for International Development (MFP-DFID), MFP
focus pada masyarakat sekitar hutan.
 OXFAM
 ACCESS
Kemiskinan dan kekurangan gizi, ibarat dua sisi mata uang. Kemiskinan menyebabkan
ketidak mampuan memenuhi kecukupan gizi, akibat kemiskinan pendidikan rendah
sehingga masyarakat tidak menerapkan pola hidup sehat atau memanfaatkan sumber gizi
disekitarnya. Program peningkatan gizi mendapat dukungan dari :
 Word Food Program (WFP)
 Japan International Cooperate (JICA)
Di samping penduduk asli, di Provinsi Sulawesi Barat banyak terdapat orang Jawa dan
orang Bali yang datang sebagai transmigran. Banyak juga orang dari daerah lainnya yang
tinggal di Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama orang Bali yang datang ke sini sebagai
transmigran.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-3
3.1.4. SOSIAL KULTURAL
Penduduk Pulau Sulawesi secara garis besar menyatakan dirinya sebagai bagian dari
kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya
Bugis-Makassar-Toraja di Sulawesi Selatan, Mandar di Sulawesi Barat, Kaili, Kulawi,
Tomini, Bore, Pamona-Mori, Bungku, Saluan, Balantak, Banggai, Buol, Toli-toli di Sulawesi
Tengah, Buton, Muna, Bugis, Kalisoso, Toraja, Moronene, Tolaki, Wolio, wowonii, di
Sulawesi Tenggara, Di Sulawesi Utara, terdapat Suku Minahasa, Sangir, Bolaang
Mongondow, Gorontalo, Totemboan.
Suku-suku besar diatas, umumnya memiliki pranata adat sendiri dan tata nilai, struktur
adat dan proses pengambilan kebijakan/keputusan secara adat yang dihormati oleh
masing-masing suku.
Bahasa resmi pulau Sulawesi adalah bahasa Indonesia, namun masih banyak penduduk
pulau Sulawesi bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, dan memiliki kesulitasn
terhadap bahasa nasional, khususnya orang tua yang hidup di pedalaman.
Proses – proses penguatan masyarakat adat di Sulawesi mendapat dukungan dari Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), khususnya terhadap anggota AMAN, terdiri dari :
 Aliansi Masyarakat Adat (AMA) Sangir-Talaud - Sulawesi Utara;
 AMA Tana Toraja - Sulawesi Selatan
 AMA Togean - Sulawesi Tengah
 AMA Banggai - Sulawesi Tengah
 AMA Kamalisi - Sulawesi Tengah
 DEPAS Luwu - Sulawesi Selatan
3.1.5. PEMERINTAHAN
Pulau Sulawesi, saat ini terbagi enam wilayah pemerintah provinsi, yakni Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi
Barat (lihat GAMBAR 3.1). Provinsi terbaru adalah Sulawasi Barat, dibentuk 5 Oktober 2004
berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Pembentukan provinsi Sulawesi Barat dimotivasi oleh
terbatasnya akses dan fasilitas masyarakat ke pusat-pusat pelayanan publik di pemerintah
propivinsi serta lambannya proses-proses pembangunan di daerah tersebut, sehingga
menciptakan isolasi terhadap daerah-daerah pesisir dan pegunungan.
Setelah menjadi provinsi baru, daerah ini menghadapi persoalan yang kompleks, antara
tuntutan pembangunan infastruktur dan fasilitas public serta penataan birokrasi beserta
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia untuk mengoptimalkan pelayanan public.
Pada saat yang sama provinsi baru ini masih dipimpin caretaker gubernur, pemilihan
gubernur definitive rencananya pertengahan tahun ini, setelah ditunda tahun 2005.
3.1.6. EKONOMI
1. SUMBER PENDAPATAN UTAMA
Secara umum masyarakat Sulawesi adalah masyarakat agraris yang
menggantungkan hidupanya dari hasil pertanian dan perkebunan. Hasil pertanian
berupa padi, jagung dan kacang-kacangan. Hasil perkebunannya yaitu kopi, cengkeh,
coklat, kelapa dan vanili. Sebagian lagi adalah masyarakat nelayan, khususnya
mereka yang tinggal di pulau dan pesisir. Sebagian lagi bekerja di sektor industri
sebagai buruh serta pengawai negeri.
Program pengembangan usaha pertanian-perkebunan dan kelautan di Sulawesi
mengalami kemajuan yang sangat pesat, namun secara umu petani menghadapi dua
kendala utama yakni peningkatan produksi dan pemasaran. Dua masalah ini terjadi
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-4
secara turun-temurun. Sejak tahun 2004 Intenational Financial Corporate (IFC) Pensa
mulai mendukung masyarakat dari aspek budidaya dan pemasaran. Dan sampai
dengan tahun lalu, Succes Alians juga berjasa dalam pengembangan budidaya
kakao.
GAMBAR 3.1 : ENAM PROVINSI DI P. SULAWESI
2. SUMBERDAYA ALAM UTAMA
Bentang alam Pulau Sulawesi menyimpan banyak potensi sumberdaya laut yang
yang beragam demikian halnya potensi alam darat dan pegunungan. Hasil laut pulau
sulawesi terdiri dari beragam jenis ikan yang berkualitas ekspor, udang, teripang serta
rumput laut yang mulai marak dibudidayakan sebagai salah satu sumber ekonomi
bagi masyarakat yang bermukim di pesisir.
Selain sumberdaya kelautan, terdapat pula sumberdaya mineral, hutan, dan
keanekaragaman ekosistem yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk industri
dan obat-obatan. Eksploitasi hasil hutan terjadi hampir disetiap wilayah di pulau
sulawesi, khususnya Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara yang memiliki kawasan
yang luas. Hutan yang terancam eksploitasi pertambangan di Pulau Sulawesi seluas
1.181.062 ha. Kawasan ini adalah kawasan yang kaya keragaman hayati, daerah
tangkapan air, tempat tinggal dan tempat mata pencaharian masyarakat lokal, serta
situs-situs warisan utama dunia, misalnya, Tahura Poboya di Sulteng.
Untuk mengelola hasil hutan menampung hasil hutan terutama kayu dari Sulawesi
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-5
Barat dan Sulawesi Tenggara, telah dibangun beberapa industri pengolahan kayu.
Jumlah perusahaan HPH yang beroperasi di wilayah hutan Pulau Sulawesi sebanyak
25 perusahaan. (Dept. Kehutunan)
Dari sektor pertambangan, hasil-hasil tambang yang diusahakan adalah
pertambangan nikel, Tambang Gas Alam Gilireng di Kab. Wajo Sulawesi Selatan,
tambang emas di Sulawesi Utara tambang nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara. PT.
INCO. Ltd, PT. Aneka Tambang, PT. Gas Alam.
Proses pengelolaan sumberdaya alam oleh perusahaan mendorong terjadinya
tindakan eksploitasi dan perusakan sumberdaya alam yang mengabaikan kearifan
local dan kondisi masyarakat. Kondisi ini mendorong aksi protes terhadap perubahan
kebijakan yang memihak kepentingan masyarakat.
Sejak tahun 2000-an perusahaan mulai merubah kebijakannya dengan memberikan
dana community development kepada masyarakat secara langsung. Perubahan ini
merupakan bagian dari keberhasilan program-program advokasi yang dilaksanakan
kelompok-kelompok LSM, seperti Yayasan Kemala Indonesia DFID, WALHI, Jaringan
Tambang (JATAM) kerjasama dengan LSM Lokal.
3. INDUSTRI UTAMA
Pembangunan sektor industri di pulau Sulawesi mengalami banyak perkembangan
pasca reformasi. Hal ini terlihat dengan banyaknya inevestor dibidang jasa
(telekomunikasi), manufaktur dan perkebunan. Beberapa jenis Industri dengan skala
besar dan menengah dibangun untuk menampung hasil sumberdaya alam seperti
industri pengolahan ikan. Industri pengolahan hasil hutan seperti industri pengolahan
hasil hutan non kayu (rotan), mengalami banyak kemunduran setelah terjadinya
perubahan kebijakan pengelolaan hutan, diperparah dengan terjadinya kenaikan
harga bahan baker. Hal ini berdampak terhadap bertambahnya jumlah pengangguran
di Sulawesi.
3.1.7. INFRASTRUKTUR
Pembangunan infrastruktur yang cenderung tidak merata di wilayah Sulawesi
menyebabkan terjadinya ketertinggalan, ditandai dengan masih banyaknya wilayah di
Sulawesi yang belum dijangkau fasilitas public yang layak, seperti sarana dan prasarana
transportasi yang memadai, terbatasnya fasilitas untuk mengakses informasi. Sarana
komunikasi melalui jaringan telepon dan seluler terbatas ditingkat ibu kota kecamatan,
bahkan dibeberapa tempat belum tersentuh.
Program pengembangan infrastruktur dibidang informasi difasilitasi oleh UNDP melalui
program Telecenter, ICCO untuk pengembangan TV local dan Telapak Indonesia.
Pengembangan sarana infrastruktur seperti jembatan mendapat dukungan dari program
Pengembangan Kecamatan (PPK). NIHON SOIDO juga mendukung penyediaan sarana
air bersih dan sarana irigasi oleh NIPPON COI dan JICA. Untuk memenuhi sarana listrik
bagi masyarakat, PPK-GTZ dan SOfEI mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hydro (PLTMH).
Namun dari aspek transportasi antar provinsi di wilayah Sulawesi cukup memadai dengan
adanya dua bandara bertaraf internasional, yaitu Hasanuddin di Sulawesi Selatan dan
Sam Ratulangi di Sulawesi Utara, disamping empat provinsi lainnya masing-masing
terdapat Bandar udara. Jalur transportasi darat juga sudah cukup memadai yang
menghubungkan antara provinsi di Sulawesi. Dan sarana laut juga cukup memadai.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-6
3.1.8. KEPARIWISATAAN
Potensi kepariwisataan Sulawesi dapat dilihat pada GAMBAR 3.2 dan TABEL 3.1.
GAMBAR 3.2 : POTENSI PARIWISATA PULAU SULAWESI
3.2. POTRET PROVINSI SULAWESI BARAT
3.2.1. POTRET UMUM WILAYAH
1. SEJARAH WILAYAH
Bertolak dari semangat "Allamungan Batu di Luyo" yang mengikat Mandar dalam
perserikatan "Pitu Ba'bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu" dalam sebuah
muktamar yang melahirkan "Sipamandar" (saling memperkuat) untuk bekerja sama
dalam membangun Mandar, dari semangat inilah maka sekitar tahun 1960 oleh tokoh
masyarakat Manda yang ada di Makassar yaitu antara lain : H. A. Depu, Abd.
Rahman Tamma, Kapten Amir, H. A. Malik, Baharuddin Lopa, SH. dan Abd. Rauf
mencetuskan ide pendirian Provinsi Mandar bertempat di rumah Kapten Amir, dan
setelah Sulawesi Tenggara memisahkan diri dari Provinsi Induk yang saat itu
bernama Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra).
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-7
TABEL 3.1 : DAFTAR ODTW DI P. SULAWESI
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-8
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-9
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-10
Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah menjadi rencana pembentukan Provinsi
Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di rumah H. A. Depu di Jl. Sawerigading No.
2 Makassar, kemudian sekitar tahun 1961 dideklarasikan di Bioskop Istana (Plaza) Jl.
Sultan Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan sampai pada masa
Orde Baru perjuangan tetap berjalan namun selalu menemui jalan buntu yang
akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-eskan sampai pada masa Reformasi barulah
perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh masyarakat Mandar sebagai pelanjut
perjuangan generasi lalu yang diantara pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih
hidup, namun juga telah wafat dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000
yang lalu dideklarasikan di Taman Makam Pahlawan Korban 40.000 jiwa di Galung
Lombok kemudian dilanjutkan dengan Kongres I Sulawesi Barat yang
pelaksanaannya diadakan di Majene dengan mendapat persetujuan dan dukungan
dari Bupati dan Ketua DPRD Kab. Mamuju, Kab. Majene dan Kab. Polmas.
Tuntutan memisahkan diri dari Sulsel sebagaiman diatas sudah dimulai masyarakat di
wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum Indonesia merdeka. Setelah era
reformasi dan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian menggelorakan
kembali perjuangan masyarakat di tiga kabupaten, yakni Polewali Mamasa, Majene,
dan Mamuju untuk menjadi provinsi.
Provinsi Sulawesi Barat yang dibentuk pada 5 OKTOBER 2004 ini berdasarkan UU No
26 Tahun 2004. Sejak tahun 2005, tiga kabupaten (Majene, Mamuju dan Polewali-
Mamasa) resmi terpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sulawesi
Barat, dengan ibukota Provinsi di kota Mamuju. Selanjutnya, Kabupaten Polewali-
Mamasa juga dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah (Kabupaten Polewali dan
Kabupaten Mamasa).
Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi salah satu daerah yang
paling terisolir atau ‘yang terlupakan’ di Sulawesi Selatan. Ada beberapa faktor
penyebabnya, antara lain, yang terpenting:
1) Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota provinsi (Makassar);
2) Kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan yang
buruk;
3) Mayoritas penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa kelompok sub-etnik kecil
lainnya) yang lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan kelompok
etnis mayoritas dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau
bahkan feodal) – pada awal tahun 1960an, sekelompok intelektual muda Mandar
pimpinan almarhum Baharuddin Lopa (Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung
pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, 1999-2000, dan sempat
menjadi ‘aikon nasional’ gerakan anti korupsi karena kejujurannya yang sangat
terkenal) melayangkan ‘Risalah Demokrasi’ menyatakan ketidaksetujuan mereka
terhadap beberapa kebijakan politik Jakarta dan Makassar; serta
4) Fakta sejarah daerah ini sempat menjadi pangkalan utama ‘tentara pembelot’
(Batalion 310 pimpinan Kolonel Andi Selle), pada tahun 1950-60an, yang kecewa
terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan kemudian melakukan perlawanan
bersenjata terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI); selain sebagai daerah
lintas-gunung dan hutan –untuk memperoleh pasokan senjata selundupan
melalui Selat Makassar- oleh gerilyawan Darul Islam (DI) pimpinan Kahar
Muzakkar yang berbasis utama di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Enrekang di
sebelah timurnya.
Akhir-akhir ini, di Provinsi Sulawesi Barat terdapat wacana pemekaran Kabupaten
Polewali Mandar (Polman), yakni pembentukan Kabupaten Balanipa. Kabupaten
Polewali Mandar adalah sebuah Kabupaten yang dalam peta administratif masuk ke
dalam wilayah Sulawesi Barat melalui Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Sebelumnya dinamakan Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2004, daerah ini
bernama Polewali Mamasa ( Polmas ) yang secara administratif berada dalam
wilayah Sulawesi Sealtan. Setelah terjadi pemekaran Kabupaten Mamasa sebagai
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-11
kabupaten tersendiri, nama Kabupaten Polewali Mamasa pun diganti menjadi
Kabupaten Polewali Mandar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dari segi
geografi, penyatuan beberapa kecamatan dalam satu wilayah otonomi tersendiri akan
lebih mempercepat proses pembangunan. Sekaligus dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kecamatan-kecamatan yang diperkirakan akan bergabung
antara lain : kecamatan Tinambung, Balanipa, Limboro, Alu, Balanipa, dan
Campalagian, Luyo dan Tutar (Tubbi Taramanu). Tujuh kecamatan yang diwacanakan
sebagai bagian dari Kabupaten Balanipa, luasnya 93.600 km2 dengan jumlah
penduduk 2004 161.186 jiwa. Mereka tersebar pada 63 desa/kelurahan. Potensi
ekonomi wilayah itu, terdiri hasil perikanan, perkebunan, dan jasa. Dari aspek sejarah,
sejak awal abad ke-15 Balanipa merupakan pusat federasi tujuh kerajaan di wilayah
Pitu Ba'Bana Binanga (tujuh muara sungai).
Kabupaten Mamuju Utara dengan ibukota Pasangkayu termasuk kabupaten termuda
dan terletak di bagian Utara Sulawesi Selatan, Kabupaten Mamuju Utara merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Kabupaten Mamuju Utara merupakan
gabungan dari kecamatan Pasangkayu bersama kecamatan Sarudu, Baras, dan
Bambalamotu yang sebelumnya pernah menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju
sebelum dimekarkan pada tahun 2001.
2. WILAYAH ADMINISTRASI
Provinsi Sulawesi Barat memiliki 5 kabupaten, yakni : Kabupaten Polewali Mandar,
Mamasa, Majene, Mamuju dan Mamuju Utara.
1) Kabupaten Mamuju Utara dengan ibukota Pasangkayu termasuk kabupaten
termuda dan terletak di bagian Utara Sulawesi Selatan, Kabupaten Mamuju Utara
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Kabupaten Mamuju Utara
merupakan gabungan dari kecamatan Pasangkayu bersama kecamatan Sarudu,
Baras, dan Bambalamotu yang sebelumnya pernah menjadi bagian dari
Kabupaten Mamuju sebelum dimekarkan pada tahun 2001.
2) Kabupaten Mamuju Utara mempunyai 9 kecamatan, 8 kelurahan dan desa 119
buah.
3) Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari 14 kecamatan, 108 kelurahan dan 18
desa.
4) Kabupaten Majene terdiri dari 4 kecamatan, 14 kelurahan dan 21 desa.
5) Kabupaten Mamasa terdiri dari 10 Kecamatan dan 123 Kelurahan/Desa.
3. ORBITASI DAN PENCAPAIAN
1) KABUPATEN MAJENE
Kabupaten Majene memiliki jarak tempuh dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan
sekitar 302 Kabupaten Majene.
2) KABUPATEN MAMASA
Kabupaten Mamasa berjarak sekitar 252 km dari kota Makassar, dapat ditempuh
sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil. Dari kota parepare, pusat kawasan
pengembangan ekonomi terpadu di Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 100 km.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-12
GAMBAR 3.3 : LETAK PROVINSI SULAWESI BARAT DALAM
WILAYAH NKRI
GAMBAR 3.4 : WILAYAH
ADMINISTRASI PROVINSI SULAWESI
BARAT
3) KABUPATEN MAMUJU UTARA
Kabupaten Mamuju Utara terletak 719 kilometer dari ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan. Sedangkan dari Palu ibukota Sulawesi Tengah dengan jarak 130 Km,
waktu tempuh sekitar 3 jam. Dengan waktu tempuh yang lebih dekat itu membuat
sebagian masyarakat apabila ingin ibukota provinsi memilih ke Palu terlebih
dahulu kemudian naik pesawat ke Makassar. Jarak Pasangkayu, yang juga
ibukota kabupaten dengan mantan induk sekitar 276 kilometer. Jarak yang relatif
dekat itu menghabiskan waktu tempuh 8-9 jam. Kondisi jalan dengan sekitar 30
persen berlubang mengakibatkan banyak waktu terbuang. Kondisi ini berbeda
180 derajat dengan jalan beraspal mulus yang menghubungkan Makassar. Meski
jaraknya lebih jauh,443 kilometer, waktu tempuh nyaris sama 8 jam. Tidak
mengherankan bila perjalanan Makassar Mamuju lebih bisa dinikmati dengan
perjalanan dari Mamuju ke Pasangkayu.
4) KABUPATEN MAMUJU
Jarak tempuh dari ibukota provinsi 455 Km.
5) KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Jarak tempuh dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan 255 km.
4. LUAS WILAYAH
Luas wilayah sekitar 16,796.19 km². Dari luas wilayah tersebut, sekitar 969.914 ha
dialokasikan sebagai lahan perkebunan, dan sekitar 1.213.476 ha masih berupa
hutan, selebihnya dipergunakan untuk pemukiman, Industri dan lain-lain. Luas wilayah
Kabupaten Majene 947,84 km. Luas wilayah Kabupaten Mamasa 275.923 Km 2. Luas
wilayah Kabupaten Mamuju Utara 3.043,75 km2. Kabupaten Mamuju luasnya
11.057,81 km2. Kabupaten Polewali Mandar luas wilayah 4.781,53 km2 (sebelum
pemekaran), setelah pemekaran berkurang menjadi 3.240,56 km2
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-13
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-14
5. LETAK GEOGRAFIS
Provinsi ini di sebelah timur dan selatan berbatasan langsung dengan Provinsi
Sulawesi Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, dan sebelah
utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Majene mempunyai
posisi wilayah yang sangat strategis, terletak di sebelah Utara Kota Makassar.
Kabupaten Majene sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majene, sebelah
selatan berbatasan dengan Teluk Mandar, sebelah barat berbatasan dengan selat
Makassar dan sebelah Timur dengan Kabupaten Polmas.
Secara geografi Kabupaten Majene terletak pada koordinat antara 2o
38o
45’
sampai
3
o
38’ 45” Lintang Selatan dan 118
o
45’ 00” sampai 119
o
45’ 00
”
Bujur Timur.
Kabupaten Majene di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majene, sebelah
selatan berbatasan dengan Teluk Mandar, sebelah barat berbatasan dengan selat
Makassar dan sebelah Timur dengan Kabupaten Polmas.
Secara geografis Kabupaten Mamasa terletak pada koordinat antara 12o 5? sampai
12o 50? 00? Lintang Selatan dan 2o 40? 00? sampai 3? 32? 00? Bujur Timur. Batas
wilayah sesebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju, Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Polmas, sebelah Timur dengan Kabupaten Tator dan
Kabupaten Pinrang serta Sebelah Barat dengan Kabupaten Mamuju.
Secara geografis Kabupaten Mamuju Utara terletak pada koordinat antara 3o 39?
sampai 4 o 16? Lintang Selatan dan 119 o 53? sampai 120 o27? Bujur Timur dengan
Batas wilayah yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatas dengan Sebelah Selatan Kabupaten
Mamuju, sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu Utara dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Selat Makassar.
Kabupaten Mamuju berada di pesisir pantai Barat Sulawesi, letaknya sangat strategis
karena merupakan pintu gerbang segi tiga yang menghubungkan Provinsi Sulawesi
Selatan-Sulawesi Tengah-Kalimantan Timur. Secara geografis Kabupaten Mamuju
terletak pada koordinat antara 0o 53? 10? sampai 2 o 54? 52? Lintang Selatan dan
118 o 54? 47? sampai 120o 05? 35? Bujur Timur. Batas-batas wilayah Sebelah Utara
: Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Batas-batas wilayah Sebelah
Selatan : Kabupaten Majene dan Kabupaten Polmas. Batas-batas wilayah Sebelah
Timur : Kabupaten Tator dan Kabupaten Luwu. Batas-batas wilayah Sebelah Barat :
Selat Makassar.
Secara geografi Kabupaten Polewali Mandar terletak pada koordinat antara 12 o 5?
00 sampai 12? 50? 00? Lintang Selatan dan 2o 40? 00? sampai 3o .32? 00 ? Bujur
Timur. Batas-batas wilayah Sebelah Utara : Kabupaten Mamasa. Batas-batas wilayah
Sebelah Selatan : Teluk Mandar. Batas-batas wilayah Sebelah Timur : Kabupaten
Pinrang. Batas-batas wilayah Sebelah Barat : Kabupaten Majene.
6. FISIK DASAR
Provinsi Sulawesi Barat meru[pakan provinsi yang dominan masih ditutupi hutan.
Kondisi Hutan di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada GAMBAR 3.5. Sedangkan
pengusahaan HPH atas hutan tersebut dapat dilihat pada GAMBAR 3.6.
Provinsi Sulawesi Barat berada pada Tatanan Tektonik Indonesia. Pada 50 juta tahun
yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya,
ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan
membentuk kawasan Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian
timur masih berupa laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang
bergiat sejak akhir Mesozoikum di sebelah barat Sumatera, menyambung ke selatan
Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi Barat, mulai melemah
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-15
pada Paleosen dan berhenti pada kala Eosen.
Kabupaten Polewali Mandar, sebagai kabupaten yang memiliki kekhasan kebudayaan
maritim menjadi tidaklah lengkap jika tidak melihat dan mendatangi pulau – pulau
yang bertebaran di sepanjang pantai Polewali. Tercatat sedikitnya ada 6 pulau – pulau
kecil mulai dari Pulau Battoa, Pulau Tangnga, Pulau Tosalama’, Pulau Gusung Toraja
dan Pulau Karamasang serta Pulau panampeang yang bisa dijangkau dengan
menggunakan kendaraan perahu motor milik warga yang menjangkar di Kecamatan
Binuang dan Kecamatan Polewali dengan jarak tempuh sekitar setengah jam
perjalanan. Yang menarik dari pulau ini, selain keindahan alamnya, beberapa
diantaranya pulau – pulau ini hingga kini belumlah berpenghuni.sehingga cukup
refresentatif untuk ditemapti bersantai atau rekreasi bersama keluarga ditemani
semilir angin laut dan debur gelombang yang lembut, tenang dan bersahabat seraya
memancing, berjemur dan berenang.
7. KEPENDUDUKAN, SOSIAL DAN BUDAYA
1) KEPENDUDUKAN
Berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi Nasional Tahun 2004 dan 2005,
diketahui jumlah penduduk di provinsi ini sebanyak 962,713 jiwa dan 996.843
jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,83% :
1) Jumlah penduduk Kabupaten Majene sebanyak 138.825 orang yang terdiri
dari laki-laki 65.900 orang dan perempuan 71.925 orang.
2) Jumlah penduduk Kabupaten Mamasa sebanyak 125.088 orang yang terdiri
dari laki-laki 62,132 orang dan perempuan 62,956 orang.
3) Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 72.814 orang.
4) Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 296.229 orang
5) Jumlah penduduk Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 455.572 orang
yang terdiri dari laki-laki 218.373 orang dan perempuan 237.190 orang.
Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%),
Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%).
2) BUDAYA
1- PAKAIAN ADAT
Pakaian adat masyarakat Provinsi Sulawesi Barat, khususnya Polewali
Mandar juga sangatlah beragam. Namun bagi orang Mandar untuk
mengenakan pakaian adat tertentu, mestinya mengikuti etika dan tradisi
yang telah dianut secara turun temurun. Salah satu pakaian adat Mandar
yang cukup populer adalah, jenis baju pokko dan passigar. Pakaian adat ini
biasanya dikenakan pada acara perkawinan oleh pengantin atau pada saat
seorang perempuan menunggangi kuda pattu’du ( menari ). Juga pada saat
dilangsungkan acara–acara tradisi kenduri budaya lainnya, lengkap dengan
pernak–perniknya seperti dali ( subang ), gallang ( gelang ) dan sebagainya.
2- AKTIVITAS SOSIAL DAN PUBLIK
Aktivitas warga masyarakat Mandar yang ada di Polewali Mandar yang juga
cukup menarik dinikmati adalah aktivitas tradisional dalam mencari nafkah di
laut mapun di sungai. Mulai dari memancing ikan di laut atau sungai, atau
sekedar mendayung lepa – lepa ( jenis perahu tradisional ) untuk
menambang pasir di sungai Mandar. Aktivitas ini hampir bisa di temui di
sepanjang pesisir pantai yang memanjang mulai dari Kecamatan Binuang
hingga Kecamatan Tinambung. Kecuali penambang pasir dengan meng-
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-16
gunakan alat angkut lepa – lepa hanya dapat ditemui si sepanjang sungai
Mandar yang membelah Kecamatan Tinambung dan berada di jalur jalan
poros Provinsi Sulawesi Barat.
3- SIWALIPARRI’
Hal lain yang sangat menarik dan cukup unik di Mandar adalah melekatnya
konsep nilai siwaliparri’. Konsep siwaliparri’ sendiri berangkat dari
pemahaman akan kebersamaan dan kesetaraan perempuan dan laki – laki
dalam menafkahi kehidupan. Hal ini tergambar dari begitu banyaknya
perempuan – perempuan Mandar, utamanya ibu – ibu rumah tangga baik di
wilayah pedalaman maupun di pesisiran yang ikut mambantu suaminya
dalam mengerjakan kegiatan yang bernilai ekonomi. Untuk mendukung
kehidupan rumah tangga mereka. Mulai dari perempuan penambang pasir di
Sungai Mandar Tinambung, penjemur gabah, pengambil makanan ternak
dan pemikul air enau. Untuk aktivitas serupa ini dapat ditemukan hampir
disemua kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar. Hingga kini, konsep ini
masih terus dipraktekkan ditengah – tengah masyarakat sebagai sebuah
nilai budya luhur orang Mandar.
4- PEREMPUAN YANG BEKERJA
Dalam keseharian masyarakat Mandar, utamanya yang berdiam di wilayah
Kabupaten Polewali Mandar, pemandangan perempuan – perempuan yang
bekerja menjadi sesuatu yang sangat akrab. Mulai dari membuat gula areng,
membuat kasur kapuk, atau perempuan pemecah kemiri serta perempuan
pemintal tali. Untuk mengamati aktivitas perempuan – perempuan Mandar
ini dapat ditemukan di hampir semua kecamatan. Tetapi untuk aktivitas –
aktivitas tertentu, seperti pembuat gula areng dapat ditemukan di daerah
pedalaman seperti Kecamatan Balanipa, Limboro dan Alu serta beberapa
kecamatan lainnya. Demikian pula halnya dengan pembuat kasur kapuk,
juga dapat di temukan di Kecamatan Wonomulyo dan Limboro. Sedangkan
perempuan pemintal tali dapat ditemukan di Kecamatan Tinambung dan
Balanipa.
5- DUNIA ANAK LAUT DAN SUNGAI
Untuk melengkapi kunjungan kita ke Polewali Mandar, di beberap tempat
dunia permainan anak – anak Mandar juga menawarkan nuansa lain yang
menarik. Bahkan sayang untuk dilewatkan. Betapa tidak, dari aktivitas
permainan mereka, dapat ditemukan kenyataan lain, betapa karibnya
mereka dengan alam tempat mereka hidup. Sehingga pemandangan anak –
anak yang memancing di pinggir pantai adalah pemandangan yang akan
sangat mengasyikkan. Atau di wilayah pedalaman maka mata kita akan
dipertemukan dengan dunia riang anak – anak Mandar yang bermain sambil
mandi atau mereka yang mengambil air sungai untuk membantu keluarga.
Bahkan bisa jadi, akan membuat kita untuk ikut serta menikmati dunia riang
mereka. Pemandangan serupa ini dapat kita temukan hampir di semua
wilayah pesisiran dan di wilayah pedalaman. Utamanya di sungai Mandar
yang bermuara di Kecmatan Tinambung.
6- PASAR TRADISIONAL
Salah satu objek kunjungan yang tak kalah menariknya di Polewali Mandar
adalah, pasar – pasar tradisional. Objek ini sangat menarik, sebab beberapa
hasil kerajinan dan keterampilan masyarakat Mandar yang bercita rasa
tradisional dengan gampang dapat ditemukan di tengah – tengah pasar
tradisional. Tidak terkecuali makanan khas tradisional Mandar juga dapat
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-17
ditemukan, bahkan dicicipi di pasar – pasar yang juga merata ada hampir di
semua kecamatan di Polewali Mandar.
Tak kalah dengan daerah lain, beragam hasil kerajinan dan keterampilan
tangan yang bercita rasa artistik tradisional juga dapat dijumpai di Polewali
Mandar. Mulai dari proses pembautan perahu, pembuatan tembikar atau
gerabah hingga pada keris, parang, jembiah dan senjata tajam lainnya.
Khusus pembuatan perahu bermotor maupun yang tradisional dapat ditemui
disepanjang pesisir pantai Kecamatan Campalagian hingga Kecamatan
Balanipa dan Tinambung. Untuk pembuatan gerabah atau tembikar dapat
pula ditemui di Kecamatan Balanipa. Demikian pula halnya para pandai besi
yang menempah keris, jembiah dan senjata tajam lainnya dapat pula
ditemukan di Kecamatan Campalagian.
7- KESENIAN TRADISIONAL
Salah satu objrl wisata di Polewali Mandar yang juga menarik adalah, objek
kesenian tradisional mereka. Beberapa kekayaan kesenian tradisional itu
dapat dilihat dari kepandaian para seniman tradisi dalam menabuh perkusi
jenis rebana dan gendang. Untuk mengamati kegiatan berkesenian mereka
dengan pola dan irama pukul khas Mandar dapat dilihat pada saat dihelat
acara kenduri budaya atau pesta perkawinan dan acara syukuran. Bahkan
acara serupa dapat pula ditemui pada pementasan – pementasan seni
tradisional yang memang diperuntukkan untuk pergelaran kesenian
tradisional masyarakat Mandar.
8- SENI MUSIK TRADISIONAL
Selain kepandaian seniman tradisi dalam menabuh perkusi beberapa bentuk
kesenian tradisional yang dapat di temui di Polewali Mandar adalah,
kepandaian mereka dalam memainkan kecapi Mandar, keke ( alat tiup yang
terbuat dari bambu ), gongga ( alat pukul terbuat dari bambu ), calong ( alat
pukul yang terbuat dari bilah bambu dan batok kelapa ). Juga kesenian jenis
sayang–sayang yang kesemuanya itu biasa dipertontonkan pada saat
digelar acara–acara perkawinan, syukuran dan pergelaran seni pertunjukan.
9- ALAT MUSIK TRADISI DAN DRAMA
Selain alat –alat musik khas Mandar di Kabupaten Polewali Mandar,
beberapa bentuk kesenian pun dapat dinikmati seperti pertunjukan seni
drama tradisional yang alur cerita dan setting penokohannya beranjak dari
latar belakang ceritera kebudayaan dan tradisi masyarakat Mandar. Karya –
karya serupa ini biasanya disusun oleh beberapa kelompok komunitas
kesenian rakyat yang memang ajeg melakukan aktivitas pertunjukan
kesenian rakyat.
10- SENI TARI DAN GERAK
Seni tari dan gerak juga menjadi ikon tersendiri masyarakat Mandar di
Kabupaten Polewali Mandar, yang menarik untuk dinikmati sebagai
persembahan kesenian tradisional. Mulai dari tari tradisional yang memang
menawarkan pergelaran seni tari dengan konsep dasar tari tradisional
Mandar seperti Pattu’du hingga pada seni tari yang bersifat ekploratif seperti
tari kreasi lainnya. Demikian pula seni gerak lainnya sperti pa’dego dan
pa’macca ( keduanya sejenis pertunjukan gerak tradisi Mandar ) tetapi
menyuguhkan gerak – gerak yang indah sehingga layak untuk dikomsumsi
sebagai pertunjukan kesenian.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-18
GAMBAR 3.5 : PETA PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-19
GAMBAR 3.6 : PETA PERSEBARAN AREAL HPH
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-20
11- SENI KRIYA DAN ARSITEKTUR
Bidang lain dari kesenian khas Mandar yang juga dapat diamati di Polewali
Mandar adalah beberapa bentuk ukiran. Mulai dari patung, hingga bentuk –
bentuk ukiran untuk hiasan dan rumah – rumah panggung milik warga
masyarakatnya. Ada ciri pahatan dan ukiran Mandar yang tersisa disetiap
hasil aktivitas kesenian ini. Membuat ia menjadi menarik dan berbeda
dengan daerah – daerah lainnya, sebab memiliki konsep dasar seni ukir
atau pahat dan arsitektur orang Mandar.
12- MAKANAN KHAS
Makanan khas juga menjadi bahagian lain yang menarik untuk dinikmati
pada kunjungan setiap orang yang datang ke Kabupaten Polewali Mandar.
Ada banyak makanan khas yang tentu tidak akan ditemui di daerah lain.
Untuk menikmati makanan khas mereka dapat diperoleh di kedai – kedai
rakyat yang terdapat di beberapa kecamatan di Polewali Mandar yang untuk
mendapatkannya juga langsung dapat dinikmati ditempat pembuatannya.
Sekaligus melihat dari dekat proses pembuatannya.
Selain di kedai – kedai rakyat di kampung – kampung, makanan khas
Mandar juga dapat diperoleh di beberapa tempat penjualan di pinggir jalan
yang memang telah dipersiapkan menjadi tempat persinggahan bagi para
pejalan yang langsung dapat menikmatinya. Seperti di Kecamatan
Campalagian dan Tinambung. Selain itu, makanan khas masyarakat Mandar
juga dapat diperoleh di beberapa pasar tradisional yang bertebaran hampir
di semua kecamatan di kabupaten ini.
8. PEREKONOMIAN
1) PEREKONOMIAN MAKRO
Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat atas
dasar harga konstan pada tahun 2005 sebesar Rp. 3,12 triliun. Kontribusi
terbesar datang dari sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 1,72 triliun atau sekitar
55,3 %, dari total PDRB, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp. 411,8 miliar
(13,2%) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 403,5 miliar
(12,9%). Secara umum, perkembangan PDRB Sulawesi Barat dapat dilihat pada
grafik di samping.
TABEL 3.2 : PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH
SEKTOR
2004 2005
RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) %
Pertanian 12,313,065 32.81 2,472,699 56.00
Pertambangan 3,496,308 9.32 0 0.00
Industri Pengolahan 498,060 13.27 0 0.00
Listrik dan Air Bersih 406,719 1.09 0 0.00
Bangunan 1,684,331 4.49 0 0.00
Perdagangan, Hotel, Restoran 5,420,041 14.44 0 0.00
Angkutan/Komunikasi 2,830,599 7.54 0 0.00
Bank/Keu/Perum 2,198,255 5.86 0 0.00
Jasa 4,195,132 11.18 0 0.00
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-21
SEKTOR
2004 2005
RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) %
Total 33,042,511 2,472,699
LAJU PERTUMBUHAN - -
Sumber Data : Sulawesi Barat Dalam angka 2004/2005, BPS
Untuk kegiatan ekspor, pada tahun 2004 provinsi ini mampu mencapai nilai
ekspor sebesar US$ 1,27 miliar (data masih bergabung dengan Sulawesi
Selatan) dengan volume ekspor sebesar 657.783.784 ton. Kontribusi terbesar
datang dari ekspor Nikel dengan nilai ekspor US$ 792,08 juta dan disusul oleh
komoditi kakao sebesar US$ 283,83 juta.
Provinsi ini memiliki komoditi unggulan dari sub sektor perkebunan dan
perikanan. Komoditi unggulan tersebut meliputi : kelapa, kakao dan kelapa sawit
serta perikanan tangkap. Provinsi ini memiliki kawasan hutan dengan luas total
1.120.583 ha, terdiri dari hutan lindung seluas 700.020 ha, 341.904 ha hutan
produksi terbatas dan 78.659 ha hutan produksi biasa. Adapun komoditi yang
dihasilkan berupa kayu sebanyak 51.306 meter kubik dan hasil nonkayu seperti
rotan dan damar sebanyak 2.927 meter kubik.
Dalam bidang ekonomi Kabupaten Mamuju Utara bergantung pada sektor
pertanian. Konstribusi pertanian terhadap produk domestik regional bruto (PDRB)
Mamuju Utara tahun 2002 tercatat Rp 238,67 miliar. Nilai ini setara dengan 78,32
persen total kegiatan ekonomi Rp 304,72 miliar. Dalam sektor pertanian,
perkebunan menjadi roda penggerak utama. Kegiatan ekonomi di bidang
perkebunan menghasilkan tidak kurang dari 195,62 miliar.
Selama lima tahun terakhir (2000-2004) PDRB Kabupaten Mamuju Utara terus
mengalami peningkatan. Kalau pada tahun 2000 baru mencapai sekitar
290.793,78 juta rupiah maka pada tahun 2004 meningkat menjadi sekitar
511.995,85 juta rupiah. Dan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi
peningkatan sebesar 12,01 persen. Kontribusi PDRB Kabupaten Mamuju Utara
terhadap PDRB Sulawesi Selatan selama periode 2000-2004 cenderung
meningkat. Besar kecilnya perkembangan PDRB Kabupaten Mamuju Utara
berpengaruh pada besar kecilnya sumbangan PDRB Kabupaten Mamuju Utara
terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2000
sumbangan PDRB Kabupaten Mamuju Utara terhadap pembentukan PDRB
Sulawesi Selatan sebesar 0,94 persen naik menjadi 1,05 persen pada tahun
2004. Sekalipun demikian, kontribusi tersebut relatif masih kecil
TABEL 3.3 : PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN MAMUJU UTARA DAN PD2B SULAWESI SELATAN ATAS
DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2000 - 2004
TAHUN
PDRB SULSEL
(JUTA RP)
PDRB MAMUJU UTARA
(JUTA RP)
PERSENTASE PDRB
KAB. MAMUJU UTARA
THD PDRB SUL-SEL
2000 30.875.293,05 290.793,76 0,94
2001 34.864.914,30 353.880,55 1,02
2002 38.646.907,16 404.473,54 1,05
2003 43.072.847,75 457.118,07 1,06
2004 48.765.946,16 511.995,85 1,05
Sumber BPS Prov. Sul-Sel dan Kabupaten Mamuju
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-22
2) PEREKONOMIAN SEKTORAL
Perekonomian Provinsi Sumatera Barat memiliki komoditi utama dan komoditi
unggulan, yakni sebagaimana di bawah ini.
1- KOMODITI UTAMA
a. Kakao.
b. Nikel.
2- KOMODITI UNGGULAN
a. Primer-Perikanan:Perikanan Tangkap
b. Primer-Perkebunan:Kelapa Sawit
c. Primer-Perkebunan:Kakao
d. Sekunder-Industri:Industri Furniture Rotan
e. Sekunder-Industri:Industri Ikan Beku
f. Sekunder-Industri:Industri Kacang Mete
g. Sekunder-Industri:Industri Pengalengan Ikan
h. Sekunder-Industri:Industri Pengolahan Kakao
i. Sekunder-Industri:Industri Kelapa Terpadu
j. Sekunder-Industri:Industri Pengolahan Kopi
Persebaran lokasi komoditi utama dan unggulan tersebut dapat dilihat pada
GAMBAR 3.7.
GAMBAR 3.7 : PETA KOMODITAS UNGULAN PROVINSI SULAWESI BARAT
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-23
3) PEREKONOMIAN REGIONAL
1- KABUPATEN MAJENE
Kabupaten Majene merupakan daerah perdagangan yang didukung dengan
keberadaan sarana perdagangan berupa pasar permanen dan pasar
darurat.
Di sektor Industri kecil, memiliki prospek yang sangat cerah, karena terdapat
2.949 buah unit industri kecil yang tersebar di seluruh kecamatan dan
mampu menyerap sebanyak 5.467 tenaga kerja. Industri kecil yang paling
potensil adalah pengolahan ikan asin, pembuatan keramik, pertukangan dan
pembuatan kopra. Sedangkan komoditas andalan adalah industri tenun
gedongan sarung sutra mandar.
Di sektor peternakan, kabupaten Majene memiliki potensi pengembangan
ternak besar seperti kerbau, sapi, Kuda, Kambing maupun ternak kecil, dan
unggas seperti itik, ayam ras dan ayam buras yang populasinya terus
berkembang, khusus ternak besar seperti kambing sebagian dipelihara oleh
masyarakat untuk kebutuhan lokal dan lainnya untuk perdagangan antar
pulau adapun ternak kecil diperuntukkan untuk komsumsi lokal.
a. SEKTOR PERTANIAN
Potensi sektor pertanian Kabupaten Majene adalah tanaman pangan
berupa sawah, beberapa komoditi pertanian unggulan seperti padi
sawah, jagung, ubi kayu kacang-tanah, kedelai. Kacang hijau,
pemerintah Kabupaten Majene berupaya meningkatkan produksi dan
ekspor serta kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian.
b. SEKTOR PETERNAKAN
Di sektor peternakan, kabupaten Majene memiliki potensi
pengembangan ternak besar seperti kerbau, sapi, Kuda, Kambing
maupun ternak kecil, dan unggas seperti itik, ayam ras dan ayam buras
yang populasinya terus berkembang, khusus ternak besar seperti
kambing sebagian dipelihara oleh masyarakat untuk kebutuhan lokal
dan lainnya untuk perdagangan antar pulau adapun ternak kecil
diperuntukkan untuk komsumsi lokal.
c. SEKTOR PERKEBUNAN
Majene merupakan daerah yang terdiri atas tanah pegunungan dan
tanah dataran rendah. Di bagian Selatan dan Barat sebagian besar
terdiri atas tanah pegunungan. Karena itu daerah ini sangat tepat untuk
dikembangkan berbagai komoditas pertanian. Selain potensi tanaman
pangan juga dapat dikembangkan dibidang perkebunan diantaranya
Kelapa dalam,kelapa hibrida kopi,cengkeh, kakao, jambu mente,
lada,kemiri, kapok, vanili, sagu dan enau.
2- KABUPATEN MAMASA
Kabupaten Mamasa memiliki beberapa objek wisata yaitu wisata budaya
Kuburan Tedong-tedong Minanga di Kecamatan Mamasa, Wisata alam Air
Terjun Sarambu dan Permandian Air Panas di desa Tadisi Kecamatan
Sumarorong, Agro Wisata Perkebunan Markisa di Kecamatan Mamasa,
Wisata Budaya Rumah adat, Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-24
Hasil pertanian Kabupaten Mamasa diantaranya padi, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan buah-
buahan sedang dari sektor peternakan adalah ternak sapi, kerbau, kuda,
kambing, dan Babi.. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam kampung,
ayam ras, dan itik lokal.
Hasil perkebunan Kabupaten Mamasa pada umumnya berupa kopi maupun
kakao, yang dikelola petani secara tradisional. Tanaman kopi yang
dihasilkan petani Kabupaten Mamasa, semasa masih menjadi bagian dari
Kabupaten Polmas telah memberikan konstribusi dalam mengangkat nama
Polmas sebagai penghasil kopi bahkan tidak sedikit kopi asal Mamasa yang
di pasarkan di daerah tetangga seperti Kabupaten Tator.
a. SEKTOR PERTANIAN
Hasil pertanian Kabupaten Mamasa diantaranya padi, jagung, ubi kayu,
ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
b. SEKTOR PETERNAKAN
Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat
akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk
meningkatkan pendapatan peternak. Diantara populasi ternak yang
berkembang di Kabupaten Mamasa adalah ternak sapi, kerbau, kuda,
kambing, dan Babi.. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam
kampung, ayam ras, dan itik lokal.
c. SEKTOR PERKEBUNAN
Hasil perkebunan Kabupaten Mamasa pada umumnya berupa kopi
maupun kakao, yang dikelola petani secara tradisional. Tanaman kopi
yang dihasilkan petani Kabupaten Mamasa, semasa masih menjadi
bagian dari Kabupaten Polmas telah memberikan konstribusi dalam
mengangkat nama Polmas sebagai penghasil kopi bahkan tidak sedikit
kopi asal Mamasa yang di pasarkan di daerah tetangga seperti
Kabupaten Tator.
3- KABUPATEN MAMUJU UTARA
Matra memiliki sekitar 4.100 hektar lahan perkebunan rakyat kelapa dalam.
Tenaga kerja yang terserap ke perkebunan ini sedikitnya 4.200 petani. Dari
4.158 pohon yang berproduksi, dihasilkan 4.794 ton kelapa dalam. Daerah
pemasarannya adalah Surabaya. Kelapa dalam dikirim ke ibukota Provinsi
Jawa Timur itu melalui pelabuhan rakyat seradu. Luas lahan seluruhnya
36.818 hektar dengan produksi tidak kurang dari 200.000 ton.
Selain cocok tanaman perkebunan, tanah Mamuju Utara juga baik untuk
jeruk. Tanaman itu tumbuh baik di kecamatan Pasangkayu, Sarudu, dan
Baras. Luas lahannya 1.026.250 hektar, dengan lahan terluas di Sarudu.
Dari luas lahan itu terdapat sekitar satu juta pohon yang menghasilkan
94.942 ton jeruk. Samarinda, Surabaya dan Manado menjadi pasar utama
jeruk Matra. Jeruk yang dihasilkan selanjutnya dikapalkan memalui
Pelabuhan Belang-Belang di Kabupaten Mamuju.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-25
a. SEKTOR PERTANIAN
Dalam meningkatkan ekonomi Mamuju Utara bergantung pada sektor
pertanian, kontribusi pertanian terhadap pendapatan perkapita atau
produk domestik tregional bruto (PDRB) tahun 2002 tercatat Rp 238,67
miliar. Nilai tersebut setara dengan 78,32 persen total kegiatan ekonomi
Rp 304,72 milyar. Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda
penggerak utama. Dimana kegiatan ekonomi di bidang perkebunan
menghasilkan tidak kurang dari 195,62 milyar.
b. SEKTOR PETERNAKAN
Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat
akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk
meningkatkan pendapatan peternak. Diantara populasi ternak yang
berkembang di Kabupaten Mamuju Utara adalah ternak sapi, kerbau,
kambing dan domba. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam ras,
ayam buras dan itik.
c. SEKTOR PERKEBUNAN
Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju Utara sangat
potensil dengan komoditas kelapa sawit dengan luas areal sekitar
15.000 ha. Disamping itu juga memiliki lahan perkebuna kakao sekitar
16.000 hektar, sedangkan cengkeh sekitar 145 hektar dan kelapa
dalam dengan luas arel sekitar 4.100 hektar.
Dari data tahun 2002 tenaga kerja yang terserap pada perkebunan ini
sedikitnya 4.200 petani, dari 4.158 pohon yang berproduksi dihasilkan
4.794 ton kelapa dalam. Daerah pemasarannya adalah Surabaya.
Kelapa dikirim ke Provinsi Jawa Timur melalui pelabuhan rakyat di
Sarudu.
Selain cocok untuk tanaman perkebunan, Kabupaten Mamuju Utara
sangat cocok untuk ditanami jeruk manis. Tanaman ini tumbuh baik di
Kecamatan Pasangkayu, Sarudu dan Baras. Luas lahannya sekitar
1.026.250 Ha dan terdapat sekitar satu juta pohon yang menghasilkan
94.942 ton jeruk. Daerah pemasarannya adalah Surabaya, Samarinda
dan Manado yang dikapalkan melalui Pelabuhan Belang-belang di
Kabupaten Mamuju.
Mamuju Utara sebagai kabupaten yang berbatasan dengan propinsi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Selat Makassar mempunyai
peluang investasi yang sangat besar.
Sebagai Kabupaten yang relatif baru, Mamuju Utara telah terkenal sebagai
salah satu daerah potensial untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.
Masing-masing kecamatan mempunyai komoditas unggulan.
a. KECAMATAN SARUDU
Kecamatan ini merupakan daerah yang terluas wilayahnya di
Kabupaten Mamuju Utara. Daerah ini terkenal dengan potensi
perkebunan seperti: coklat, jagung & jeruk. Banyaknya sungai yang
mengalir membuat peluang pengembangan tambak di daerah ini
sangat potensial. Peluang investasi di bidang pertambangan menjadi
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-26
sangat terbuka, setelah ditemukankanya cadangan minyak, yang saat
ini masih dalam tahap penelitian untuk mengetahui jumlah kandungan
deposit minyak bumi di kecamatan ini.
b. KECAMATAN BARA
Dibangunnya tempat pelelangan ikan di daerah ini merupakan salah
satu sarana pendukung dalam pengembangan potensi kelautan di
kecamatan bara. Profesi penduduk yang sebagai besar adalah nelayan
menjadikan daerah ini merupakan penghasil utama hasil laut untuk
kabupaten Mamuju Utara.
c. KECAMATAN BAMBALAMOTA
Peluang investasi di bidang pertanian sangat mendukung dikarenkan
banyaknya sungai-sungai kecil yang mengalir yang merupakan sumber
irigasi bagi areal pertanian. Selain itu, daerah ini merupakan penghasil
kopra yang merupakan salah satu komoditas unggulan kabupaten
Mamuju Utara. Sektor peternakan masih mempunyai peluang investasi
yang sangat besar, mengingat luasnya lahan kosong yang masih
tersedia dan suburnya tanah di kabupaten Mamuju Utara.
d. KECAMATAN PASANGKAYU
Pasangkayu merupakan ibukota kabupaten serta pusat pemerintahan;
kecamatan ini merupakan daerah yang paling cepat pembangunannya
di Kabupaten Mamuju Utara. Potensi pariwisata yang belum tergarap
dengan baik seperti Goa Appe yang merupakan goa kapur seta pesisir
pantai sepanjang kecamatan ini, membuka peluang lebar untuk para
investor.
4- KABUPATEN MAMUJU
a. SEKTOR PERTANIAN
Dalam meningkatkan ekonomi Mamuju Utara bergantung pada sektor
pertanian, kontribusi pertanian terhadap pendapatan perkapita atau
produk domestik tregional bruto (PDRB) tahun 2002 tercatat Rp 238,67
miliar. Nilai tersebut setara dengan 78,32 persen total kegiatan ekonomi
Rp 304,72 milyar. Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda
penggerak utama. Dimana kegiatan ekonomi di bidang perkebunan
menghasilkan tidak kurang dari 195,62 milyar.
b. SEKTOR PETERNAKAN
Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat
akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk
meningkatkan pendapatan peternak. Diantara populasi ternak yang
berkembang di Kabupaten Mamuju adalah ternak sapi, kerbau,
kambing dan domba. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam ras,
ayam buras dan itik.
c. SEKTOR PERIKANAN
Kabupaten Mamuju memiliki garis pantai terpanjang di Sulsel sekitar
415 Km yang tersebar di 48 desa dalam 13 wilayah kecamatan,
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-27
menjadi salah satu potensi daerah ini. Produksi perikanan laut di
kabupaten Mamuju sebanyak 30.000 ton, belum termasuk hasil tambak
yang luasnya berkisar 22.950 ha serta rawa bakau seluas 10.241 ha.
Selain itu juga dilakukan pengembangan budidaya laut berupa rumput
dan teripang. Untuk tambak yang dikembangkan adalah udang dan
ikan bandeng.
d. SEKTOR PERKEBUNAN
Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju dengan curah
hujan yang merata, menjadikan daerah ini tepat untuk pengembangan
kelapa sawit, kelapa dalam/hibrida, kakao, kopi arabika/robusta, kemiri,
vanili, sagu dan lada. Dari komoditi tersebut yang dijadikan unggulan
adalah kelapa sawit, kakao, kelapa dalam/hinrida dan kemiri. Khusus
kelapa sawit di kabupaten Mamuju produksi tahun 2002 lalu sekitar
533.343 ton pertahun membuat daerah ini menjadi sentra produksi
kelapa sawit terbesar di Sulawesi Selatan.
Selain kelapa sawit dan kakao yang menjadi komoditas dikabupaten
Mamuju, daerah ini juga penghasil aneka macam buah-buahan. Salah
satunya yang tengah dikembangkan secara besar-besaran petani di
bumi Manakarra (amanah yang bertuah) ini adalah jeruk manis.
Produksi jeruk manis di Kabupaten Mamuju mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Di pelabuhan Belang-belang misalnya, sekitar
200 ton jeruk manis asal mamuju secara rutin dikirim PT Ganda Dewata
ke Jakarta setiap bulannya, belum termasuk jeruk manis yang diantar
pulaukan ke Kalimantan melalui pelabuhan Feri.
e. SEKTOR KEHUTANAN
Kabupaten Mamuju memiliki kawasan hutan yang cukup luas, dengan
aneka jenis kayu dan rotan di dalamnya. Dari data tahun 2003 memiliki
hutan lindung berdasarkan TGHK seluas 495,94 hektar, RTRWP
588.374 Ha, hasil paduserasi 436.601 ha. Hutan produksi terbatas
(HPT) berdasarkan TGHK 203.812 ha, RTRWP sekitar 82.494 ha, hasil
paduserasi 258.570 ha. Hutan Produksi (HP) berdasarkan TGHK
45.687 ha, RTRWP 23.906 ha, hasil paduserasi 61.600 ha. Sedangkan
untuk Hutan Produksi Konservasi (HPK) berdasarkan TGHK 99,736 ha,
RTRWP 184.187 ha, hasil paduserasi 78.443 ha.
5- KABUPATEN POLEWALI MANDAR
a. SEKTOR PERTANIAN
Potensi sektor pertanian Kabupaten Polewali Mandar adalah tanaman
pangan berupa sawah dengan luas areal 26.000 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi teknis 7.207 (belum termasuk persawahan dengan irigasi
teknis dari bendungan Sekka-sekka dengan luas sekitar 12.000 Ha),
setengah teknis 1.509 Ha, pengairan sederhana 5.787 Ha, irigasi non
PU (swadaya) 4.763 Ha dan sawah tadah hujan 1.182 Ha.
Setelah berfungsinya irigasi Sekka-sekka pertanaman padi setiap tahun
pada areal 14.367 ha, menghasilkan 95.425 ton dengan harga gabah
kering panen dengan irigasi yang teratur pertanaman padi dilakukan
pada areal 16.426 ha setiap tahun yang diperkirakan menghasilkan
122,323 ton gabah kering panen
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-28
b. SEKTOR PETERNAKAN
Di sektor peternakan, kabupaten Polewali Mandar memiliki potensi
pengembangan ternak besar seperti kerbau, sapi, kuda maupun ternak
kecil, dan unggas yang populasinya terus berkembang, khusus ternak
besar sebagian dipelihara oleh masyarakat untuk kebutuhan lokal dan
lainnya untuk perdagangan antar pulau adapun ternak kecil
diperuntukkan untuk komsumsi lokal.
c. SEKTOR PERKEBUNAN
Pengembangan sektor perkebunan yang dilakukan di Kabupaten
Polewali Mandar, bertumpu pada peningkatan peran serta masyarakat
untuk meningkatkan produktifitas yang secara bertahap dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi pembangunan yang tujuannya
mewujudkan pemerataan dan penyediaan kesempatan kerja.
Pengembangan sektor perkebunan dilakukan melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi dengan tetap memelihara
sumber daya alam dan lingkungan sebagai wujud pelaksanaan konsep
pembangunan yang berkelanjutan
Luas lahan perkebunan di Kabupaten Polewali Mandar seluruhnya
88.499 Ha dengan komoditi kakao, kelapa dalam, kelapa hibrida, kopi
robusta, kopi arabika, cengkeh dan jambu mente, pala, kemiri, kapuk,
vanili, sagu dan enau.
d. SEKTOR KEHUTANAN
Luas hutan Kabupaten Polewali Mandar seluruhnya 237.085 Ha
(sebelum dimekarkan) yang terdiri dari hutan lindung 181.680 Ha, hutan
produksi 55.265 Ha dan hutan cagar alam suaka margasatwa 900 Ha.
Potensi yang terdapat dalam hutan teridri dari berbagai jenis kayu dan
rotan.
4) INVESTASI
Investasi di Provinsi Sumatera Barat lebih banyak di sektor primer, sebagaimana
dapat dilihat pada TABEL 3.4.
TABEL 3.4 : JUMLAH PMA DAN NILAI INVESTASI
Sektor
2004
Jumlah Nilai (ribu US$)
Sektor Primer
Tanaman Pangan & Perkebunan 1 1,342,000.00
Sektor Sekunder
Industri Lainnya 5 13,783.18
Sektor Tersier
Jasa lainnya 1 41,968.19
Listrik,Gas, & Air 1 205,000.00
Perdagangan & Reparasi 4 1,951.78
Total 12 1,604,703.15
Sumber Data : Sulawesi Barat Dalam angka 2004/2005, BPS
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-29
9. FASILITAS SOSIAL DAN UMUM
1) KABUPATEN MAJENE
1- KESEHATAN
Banyaknya Rumah sakit regional :
 Rumah Sakit Umum : 1 buah
 Puskesmas : 6 buah
 Puskesmas Keliling : 9 buah
 Puskesmas Pembantu : 31 buah
 Apotek : 5 buah
2- AGAMA
Tempat Peribadatan :
 Mesjid : 556 buah
 Gereja : 4 buah
 Langgar : 1 buah
 Mushallah : 8 buah
2) KABUPATEN MAMASA
1- KESEHATAN
Banyaknya RS Regional dan RS Khusus :
 RSU : buah
 RS Khusus : 1 buah
 Puskesmas : 3 buah
 Pustu : 22 buah
2- AGAMA
Tempat Peribadatan :
 Mesjid : 95 buah
 Gereja : 281 buah
 Langgar : buah
 Mushallah : 8 buah
3) KABUPATEN MAUJU UTARA
Banyaknya Rumah sakit regional :
 Rumah Sakit Umum : 2 buah
 Puskesmas : 21 buah
 Puskesmas Keliling : 10 buah
 Puskesmas Pembantu : 58 buah
 Apotek : 5 buah
4) KABUPATEN MAMUJU
1- KESEHATAN
Banyaknya Rumah sakit regional :
 Rumah Sakit Umum : 1 buah
 Puskesmas : 17 buah
 Puskesmas Keliling : 6 buah
 Puskesmas Pembantu : 104 buah
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-30
 Apotek : 3 buah
2- AGAMA
Tempat Peribadatan :
 Mesjid : 101 buah
 Gereja : 98 buah
 Langgar : 65 buah
 Mushallah : 4 buah
 Pura : 90 buah
 Vihara : 2 buah
5) KABUPATEN POLEWALI MANDAR
1- KESEHATAN
Banyaknya Rumah sakit regional :
 Rumah Sakit Umum : 1 buah
 Puskesmas : 21 buah
 Puskesmas Keliling : 69 buah
 Puskesmas Pembantu : 15 buah
 Apotek : 6 buah
2- AGAMA
Tempat Peribadatan :
 Mesjid : 657 buah
 Gereja : 363 buah
 Langgar : 46 buah
 Mushallah : 41 buah
 Pura : 1 buah
10. PRASARANA LINGKUNGAN
Kondisi sediaan prasarana telekomunikasi di Provinsi Sulawesi Barat dapat disimak
pada TABEL 3.5.
TABEL 3.5 : KONDISI SEDIAAN PRASARANA TELEKOMUNIKASI
SARANA TELEKOMUNIKASI
Kapasitas Tersedia - SST
Tersambung 7,621 SST
SARANA TELEPON SELULER (BTS) ADA
11. TRANSPORTASI
1) TRANSPORTASI DARAT
Untuk mendukung kegiatan perekonomian, provinsi ini memiliki pelabuhan laut :
Belang-belang, Polewali, Majene, dan Mamuju serta 1 (satu) bandar udara, yaitu
Bandar Udara Hasanudin.
Pelabuhan Rakyat di Mamuju, Pelabuhan Samudera Belang-Belang terdapat di
Bakengkeng Mamuju. Selain itu terdapat sejumlah pelabuhan laut yang dikelola
oleh perusahaan swasta nasional di Kabupaten Mamuju Utara.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-31
2) TRANSPORTASI LAUT
Kabupaten Majene memiliki sistem transportasi perairan berupa beberapa sarana
pelabuhan yaitu pelabuhan Majene di kecamatan Banggai, Pelabuhan Palipi di
kecamatan Sendana serta Pelabuhan Laut yang ada di kecamatan Pamboang
dan kecamatan Malunda.
Pelabuhan Fery Simboro Mamuju dan Pelabuhan rakyat Palippi di Majene
merupakan pelabuhan antar pulau yang aktif melayani/menghubungkan pulau
Kalimantan (Balikpapan). Kedua pelabuhan ini berhadapan langsung dengan
selat Makassar, salah satu jalur lalu lintas pelayaran nasional dan internasional,.
Kabupaten Majene memiliki jarak tempuh dari ibukota Sulsel sekitar 302 Km,
dilengkapi dengan terminal induk dan terminal pembantu. Kondisi jalan dengan
sekitar 30 persen berlubang mengakibatkan banyak waktu terbuang. Sebagian
besar permukaan jalan terdiri dari kerikil bercampur tanah. Permukaan yang
beraspal yang beraspal kasar, terkelupas disana-sini. Kondisi ini berbeda 180
derajat dengan jalan beraspal mulus yang menghubungkan Makassar, ibukota
provinsi dengan Mamuju. Meski jaraknya lebih jauh,443 kilometer, waktu tempuh
nyaris sama 8 jam. Tidak mengherankan bila perjalanan Makassar Mamuju lebih
bisa dinikmati dengan perjalanan dari mamuju ke pasangkayu.
3) TRANSPORTASI UDARA
Provinsi Sulawesi Barat juga memiliki Bandar Udara Tampa Padang ± 27 km dari
Kota Mamuju, sementara ini mempunyai panjang landasan pacu sektar 759 m,
kondisi ini menggambarkan bahwa hanya dapat didarati pesawat ukuran kecil
jenis CASSA. Bandara ini merupakan jembatan udara yang menghubungkan
Makassar-Mamuju- Balikpapan PP.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memiliki keingingan untuk meningkatkan
dan mengembangkan Bandar Udara Tanpa Padang Mamuju dengan panjang
landasan 790 m menjadi 2500 m.
4) TRANSPORTASI TRADISIONAL
Yang tak kalah menariknya dicermati saat berkunjung ke Provinsi Sulawesi
Barat, khususnya Polewali Mandar adalah, kendaraan tradisional sebagai alat
transportasi yang hingga kini masih banyak digunakan oleh warga. Bagi
pelancong juga dapat mengendarainya kendaraan-kendaraan tradisional ini
seperti bendi yang digunakan dari satu desa ke desa lainnya. Atau kuda
tunggangan untuk menuju beberapa desa yang mendannya agak berat di
beberapa daerah pedalaman. Hinga perahu motor maupun perahu layar juga
banyak digunakan oleh warga yang menyeberang ke pulau – pulau kecil di
Polewali. Bahkan sekedar untuk memancing ikan dan kegiatan rekreatif lainnya.
Sehari – hari kendaraan serupa ini di gunakan warga untuk aktivitas pencaharian
nafkah di laut khusus untuk daerah – daerah pesisiran.
3.2.2. POTRET KEPARIWISATAAN
1. SISI SEDIAAN
1) ODTW
1- KABUPATEN MAJENE
Untuk menarik wisatawan mancanegara maupun domestik, telah disediakan
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-32
dan dikembangkan beberapa obyek wisata yang tersebar pada setiap
kecamatan, baik wisata alam, bahari dan budaya. Khusus obyek wisata
unggulan telah dikembangkan :
 Pantai Pasir Putih Dato Pangele,
 Pasir Putih Bonde-bonde,
 Permandian Air Panas Makula Limboro yang memiliki panorama alam
yang indah.
Daftar ODTW selengkapnya, dapat dilihat pada TABEL 3.6.
TABEL 3.6 : DAFTAR ODTW DI KABUPATEN MAJENE
NO. OBYEK WISATA LOKASI
JARAK DARI
IBUKOTA
KECAMATAN
JENIS OBYEK
A. KECAMATAN BANGGAE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pantai Pasir Putih Barane
Pantai Pasir Tamo
P.Pasir Putih Dato Pangale
P.Pasir Putih Leppe
Pantai Labuang
Pantai Pangali-ali
P.Pasir Putih Rangas
Kolam Renang
Makam Raja-Raja Banggae
Museum Kab. Majene
Puncak Salabose
Permandian Sungai Tempo
Air Terjun Orongan Puawang
Kel. Baurung
Kel. Baurung
Kel. Baurung
Kel. Baurung
Kel. Labuang
Kel. Pangali-ali
Kel. Totoli
Kel. Totoli
Kel. Pangali-ali
Kel. Banggae
Kel. Banggae
Kel. Baru
Kel. Baruga Dua
4 km
3 km
2 km
1,5 km
0,5 km
0,2 km
5 km
3 km
1 km
0,3 km
1 km
3 km
4km
W. Alam
W. Bahari
W. Bahari
W. Bahari
W. Bahari
W. Bahari
W. Bahari
W. Bahari
W. Budaya
W. Budaya
W. Budaya
W. Alam
W. Alam
B. KECAMATAN PAMBOANG
14.
15.
16.
17.
Pantai Luaor
Permandian Olong Pokki
Benteng Ammana Wewang
Makam Suriodilogo
Desa Bonde
K. Lalampanua
B. Desa Betteng
K. Lalampanua
6 km
1 km
4 km
0,2 km
W. Bahari
W. Bahari
W. Budaya
W. Budaya
C. KECAMATAN SENDANA
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Pantai/Pulau Maluno
Pulau Idaman
P.Pasir Putih Bonde
Air Terjun Malle
Perman. Air Panas Makula’
Permandian Sungai Tubo
Desa Putta’da
Desa Sendana
Desa Onang
Kel. Mosso
D. Tallubanua
Desa Tubo
4 km
7 km
30 km
4 km
10 km
40 km
W. Bahari
W. Bahari
W. Bahari
W. Alam
W. Alam
W. Alam
D. KECAMATAN MALUNDA
24.
25.
Air Terjun Mario
Air Terjun Takkuliliang
Kel. Malunda
Kel. Malunda
1,5 km
2 km
W. Alam
W. Alam
Pembaharuan terakhir : 2006-07-15 14:36:48
2- KABUPATEN MAMASA
Kabupaten Mamasa memiliki beberapa objek wisata yaitu :
 Wisata budaya Kuburan Tedong-tedong Minanga di Kecamatan
Mamasa,
 Wisata alam Air Terjun Sarambu dan Permandian Air Panas di desa
Tadisi Kecamatan Sumarorong,
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-33
 Agro Wisata Perkebunan Markisa di Kecamatan Mamasa,
 Wisata Budaya Rumah adat,
 Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu.
GAMBAR 3.8 : RUTE LOMBA PERAHU LAYAR SANDEQ X
3- KABUPATEN MAMUJU
Kabupaten Mamuju memiliki potensi wisata yang cukup banyak meskipun
belum terkelola dengan baik. Namun sarana penunjang kegiatan pariwisata
telah tersedia berupa fasilitas akomodasi seperti Hotel, penginapan dan
wisma serta fasilitas hiburan seperti Pub, Karaoke dan café maupun
sejumlah rumah makan dan restoran. Obyek wisata yang ada di daerah ini
berupa wisata alam, wisata Bahari dan Peninggalan sejarah. Lokasi obyek
wisata tersebut tersebar di beberapa tempat dalam wilayah Kabupaten
Mamuju.
Beberapa objek wisata andalan Kabupaten Mamuju :
a. Pulau Karampuan dengan objek Gua Lidah, Pantai Pasir Putih, Sumur
Jodoh dan Taman Laut dengan aneka terumbu karangnya.
b. Puncak Anjoro Pitu dan permandian alam Sodo.
c. Air terjun Tamasapi.
d. Air panas Padang Panga.
e. Pasir Putih, Taman Laut dan gugusan karang Pulau Ambo.
f. Pantai Pasir Putih Tanjung Ngalo dan Labuang Rano.
g. Air Terjun Santana Bonehau dan Air Terjun Sondoang Kalukku.
h. Kuburan Tua Lasalaga dan Patanna Bali.
Kabupaten ini juga merupakan awal pemberangkatan kapal bagi Lomba
Perahu Layar Sandeq X yang direncanakan akan diselenggarakan dari 12
Augustus 2007 di Mamuju dan berakhir pada tanggal 26 Augustus 2007 di
Makassar.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-34
TABEL 3.7 : DAFTAR ODTW DI KABUPATEN MAMUJU
Sumber : Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kab. Mamuju
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-35
4- KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Kabupaten Polewali Mandar memiliki sejumlah kekhasan, seperti kekayaan
alam dan kebudayaan sebagai potensi parawisata yang besar dibandingkan
dengan daerah lain di Suawesi Barat. Diantara potensi- potensi besar
tersebut adalah, wisata bahari, wisata alam, wisata budaya dan kerajinan
yang tersebar hampir disemua kecamatan. Mulai dari wisata bahari
kepulauan dan pesisir pantai yang sangat indah dan alami. Ditambah
dengan wisata pedalaman yang memiliki wisata tirta, wisdata ritual dan situs
hingga wisata sosial dan publik yang juga menawarkan sejuta keindahan
kebudayaan dan alam yang eksotis.
Bagi siapapun pejalan budaya dan petandang wisata tentu akan pulang
membawa sejuta kesan yang tak dapat dilupakan. Sebab segera setelah
matahari terbit dari ujung timur, maka hamparan kilauan pasir putih
disepanjang pantai ditambah aktivitas para nelayan yang turun melaut atau
pulang dari laut, mulai dari Kecamatan Binuang hingga Kecamatan
Tinambung akan membentang panorama nan eksotis yang menawarkan
sejuta kedamaian sekaligus penegasan akan ketegaran para pelaut ulung
Mandar, meyusur samudera dengan Sandeq (perahu bercadik khas
Mandar)
Potensi alam yang dimiliki daerah ini diantaranya :
 Obyek wisata bahari Palippis dan Labuang yang terletak di Desa Bala,
kecamatan Balanipa.
 Pulau Gusung Toraja yang memiliki panorama pantai yang indah,
 Wisata tirta bendungan Sekka-sekka yang terletak di desa Batupanga
kecamatan Luyo,
 Obyek wisata alam air terjun Kunyi, Anreapi.
 Agrowisata Kanang di desa Battetanga kecamatan Binuang.
Palippis sebagai salah satu objek wisata pesisir pantai juga menawarkan
keindahan panorama alam laut yang sangat eksotis. Palippis yang terletak di
Desa Bala Kecamatan Balanipa ini sekitar 20 Km dari ibu kota Kabupaten
Polewali Mandar dan terletak di jalan poros Provinsi Sulawesi Barat ini
menjadi kian manarik, sebab selain hamparan pasir putih yang memanjang,
di sepanjang pantai keindahan alam perbukitan dan batu karang degan
tebing dan goa alam pun tertawarkan. Utamanya di Lawuang yang
memanjang dan bersambung dengan pantai Palippis dengan garis pantai
kurang lebih sepanjang tiga kilo meter juga menawarkan eksotika tebing
karang yang menyerupai ngarai.
Perahu Sandeq juga adalah sebuah ikon kehebatan maritim masyarakat
Mandar, cukup beralasan memang, sebab kehebatan para pelaut ulung
Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik
ini. Dalam keseharian perahu Sandeq digunakan untuk mencaei nafkah di
laut yang terdalam sekalipun. Tercatat dalam sejarah perahu Sandeq telah
terbukti sanggup berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang dan
Madagaskar.
Sebab selain ia memiliki bentuk yang elok nan cantik dengan panjang
kurang lebih 9 – 16 meter dengan lebar 0,5 – 1 meter juga mampu dipacu
hingga kecepatan 15 – 20 Knot atau 30 – 40 Km perjam. Sehingga sebagai
perahu layar yang tercantik dan tercepat juga mampu menerjang ombak
yang besar sekalipun. Beberapa even perlombaan pun kerap digelar untuk
membuktikan ketangguhan perahu ini. Untuk melihat dari dekat proses
pembuatan perahu cadik yang berlayar ini pun dapat ditemui di
Pambusuang Kecamatan Balanipa.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-36
Perahu Sandeq juga adalah sebuah ikon kehebatan maritim masyarakat
Mandar, cukup beralasan memang, sebab kehebatan para pelaut ulung
Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik
ini. Dalam keseharian perahu Sandeq digunakan untuk mencari nafkah di
laut yang terdalam sekalipun. Tercatat dalam sejarah perahu Sandeq telah
terbukti sanggup berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang dan
Madagaskar. Sebab selain ia memiliki bentuk yang elok nan cantik dengan
panjang kurang lebih 9 – 16 meter dengan lebar 0,5 – 1 meter juga mampu
dipacu hingga kecepatan 15 – 20 Knot atau 30 – 40 Km perjam. Sehingga
sebagai perahu layar yang tercantik dan tercepat juga mampu menerjang
ombak yang besar sekalipun. Beberapa even perlombaan pun kerap digelar
untuk membuktikan ketangguhan perahu ini. Untuk melihat dari dekat
proses pembuatan perahu cadik yang berlayar ini pun dapat ditemui di
Pambusuang Kecamatan Balanipa.
Salah satu potensi yang menonjol di kabupaten ini adalah Air Terjun
Limbong yang terletak di Desa Kurrak kecamatan Tapango. Karena
didukung alamnya yang asri dan sejuk permandian alam ini sangat menarik
untuk dikunjungi terutama bagi mereka yang ingin menikmati hawa
pegunungan. Jarak tempuh dari kota polewali sekitar satu setengah jam
melalui Wonomulyo, Pelitakan Tapango, Riso dan Kalimbua. Jarak tempuh
yang terbilang dekat dari kota polewali karena jalan menuju Permandian
telah dirintis oleh Pemerintah daerah yang dapat dilalui kendaraan roda dua
dan roda empat.
Kabupaten ini juga memiliki potensi wisata bahari. Berkunjung ke Kabupaten
Polewali Mandar, sebagai kabupaten yang memiliki kekhasan kebudayaan
maritim menjadi tidaklah lengkap jika tidak melihat dan mendatangi pulau –
pulau yang bertebaran di sepanjang pantai Polewali. Tercatat sedikitnya ada
6 pulau – pulau kecil mulai dari Pulau Battoa, Pulau Tangnga, Pulau
Tosalama’, Pulau Gusung Toraja dan Pulau Karamasang serta Pulau
panampeang yang bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan perahu
motor milik warga yang menjangkar di Kecamatan Binuang dan Kecamatan
Polewali dengan jarak tempuh sekitar setengah jam perjalanan. Yang
menarik dari pulau ini, selain keindahan alamnya, beberapa diantaranya
pulau – pulau ini hingga kini belumlah berpenghuni.sehingga cukup
refresentatif untuk ditemapti bersantai atau rekreasi bersama keluarga
ditemani semilir angin laut dan debur gelombang yang lembut, tenang dan
bersahabat seraya memancing, berjemur dan berenang. Selain beberapa
diantara pulau ini tidakberpenghuni, khusus pulau – pulau yang berpenghuni
juga menawarkan beragam aktivitas masyarakat khas masyarakat pesisran
yang menarik dan selalu tampil dengan seulas senyum ramah menyambut
siapa saja yang datang bertandang ke tempat ini. Belum lagi flora dan fauna
laut yang juga menawarkan keindahan tersendiri.ditambah dengan belantara
hutan bakau yang beberapa diantaranya meliuk dan menambahkeindahan
bibir bantai pulau-pulau. Sebelum mencapai pulau – pulau ini, utamanya jika
perjalanan laut yang ditempuh menyusuri pesisir pantai dan dimulai dari
Kecamatan Polewali, selain aktivitas penagkapan ikan secara tradisional
akan banyak ditemui, pemandangan bangang yang berdiri tegak diatas
permukaan lautpun akan banyak dijumpai. Termasuk aktivitas penambak
rumput laut yang bertebaran di sepanjang pantai. Seakan menegaskan,
betapa karibnya masyasarakat sekitar pulai ini dengan laut. Sebagai tempat
mereka untuk menafkahi hidup dan mengisi waktu dalam kehidupan
mereka. Aktivitas lainnya yang juga akan sangat banyak ditemui
disepanjang perjalanan menuju pulau – pulau tersebut, adalah beberapa
warga masyarakat yang mencari nafkah dengan menagkap ikan
menggunakan jala atau alat pancing dari atas perahu – perahu tradisional
milik mereka. Sehingga, selain keindahan alam laut yang akan kita temui
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-37
dalam perjalanan menyusuri pulau – pulau ini , kita juga akan diperkenalkan
dengan beragam jenis perahu – perahu tradisional masyarakat sekitar pulau
ini. Mulai dari soppe – soppe, lepa –lepa, ba’go dan lain sebagainyayang
kesemuanya itu mereka gunakan untuk mencari nafkah di lautan.
Yang cukup khas dari masyarakat Mandar di Kabupaten Polewali Mandar
adalah beragamnya ritual – ritual adat yang juga menawarkan kehangatan
sekaligus kemegahan sebuah kebudyaan. Karena pada ritual – ritual adat
tersebut, selain dapat diamati sebagai peristiwa kebudayaan, juga secara
bersamaan dapat tercermati nilai – nilai luhur yang dianut oleh masyarakat
Mandar. Seperti, ritual niparakka’I ( pelantikan adat ) misalnya. Yang berhak
melakukan pelantikan adalah para penghulu adat yang mewakili atau
merefresentasi warga masyarakat. Demikian pula bagi yang dilantik, juga
mesti telah melalui ritual assipulu- pulungan ( musyawarah ) untuk
menyeleksi appena ( watak ) dan pangandaranna ( kemampuan
personalnya ) yang lalu dilanjutkan dengan upacara assitaliang ( penucapan
janji ) yang dilakukan di depan warga masyarakat dan para penghulu adat.
Kendati ritual ini agak jarang ditemukan kecuali pada waktu – waktu tertentu,
namun ia cukup menawarkan sebuah panorama kebudayaan masyarakat
yang berdiam di Polewali Mandar. Ritual lainnya adalah mappatamma (
khataman ) yang digelar bersamaan dengan pammunuang ( maulidan ).
Yang menarik, sebab ritual serupa ini rutin digelar tiap tahunnya pada bulan
– bulan Maulidan dan hampir dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten
Polewali Mandar, seperti Tinambung, Balanipa dan Camapalagian, serta
Limboro dengan daya tarik utamanya, hadir perempuan – perempuan
Mandar yang cantik nan kemayu menunggangi kuda pattu’du ( menari )
ditambah dengan pernak – pernik tiri’ ( telur yang ditusuk serupa sate ) yang
menghiasi ritual ini. Sedang kuda menari sendiri juga acapkali pula
ditampilkan pada ritual – ritual tradisi lainnya seperti tomesunna’ ( sunatan ),
pappalikka ( perkawinan ) dan acara syukuran atau hajatan serta kenduri
budaya lainnya. Lengkap dengan tetbuhan rebana dan tembang kalinda’da (
sastra lisan Mandar ) yang ditembangkan di depan kuda menari tersebut.
Situs seakan telah menjadi kekuatan lain dari keluhuran kebudayaan
masyarakat Mandar yang dapat ditemui dibanyak tempat di Kabupaten
Polewali Mandar sebagai pusat kerajaan Mandar saat mencapai puncak
keemasannya. Salah satu situs yang sangat menumental adalah, situs atau
makam Todilaling atau Imayambungi mara’dia ( raja ) pertama Balanipa.
Situs ini dapat ditemui di atas puncak pegunungan dibawah rimbunnya
pohon beringin di Daerah Tammajarra Kecamatan Balanipa yang berjarak
sekitar 3 Km dari jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Barat. S ahdan
ditempat ini, beberapa perempuan penari Sahdan dan penabuh rebana
serta pengikut setianya ikut dimasukkan ke dalam liang untuk menghibur
jara yang telah tinggal jasad itu. Sebagai makna loyalitas dan rasa turut
berbelasungkawa yang terdalam. Sehingga menurut cerita yang melegenda,
hingga tujuh hari tujuh malam pasca dikebumikan, warga yang ada di sekitar
makam ini masih dapat mendengar dengan lamat tetabuhan rebana dari
dalam liang makam itu. Hingga akhirnya sunyi senyap, setelah pengikut
setia sang raja tadi juga ikut meninggal bersamanya. S itus lain yang juga
menarik untuk didatangi adalah situs yang terletak di Alu Kecamatan Alu
yang merupakan makam Ammana Pattolawali, salah satu tetuah leluhur dan
pejuang Mandar. Yang menarik dari situs ini, karena ia tidak ditanam ke
dalam tanah, tetapi berdiri tegak dan konon, jika situasi dan suhu kampung
tidak tenang, semisal akan ada bencana atau keributan di Mandar, maka
situs kuburan ini akan bergerak dan bergeser posisinya. Tetapi akan
kembali tegak ketika keadaan kembali normal. Situs ini terletak sekitar 15
Km ke arah Alu dari jalan poros Kecamatan Tinambung. Untuk sampai
ditempat ini, dapat dilalui dengan kendaraan roda empat dan harus melewati
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-38
jalan berkelok melalui pegungungan dan sepanjang pesisir sungai Mandar.
S elain itu, situs lainnya juga dapat ditemui tidak jauh dari Todilaling di
Tammajarra sekitar 4 Km dari jalan poros, juga diatas puncak bukit adalah
situs makam Tomepayaung raja kedua kerajaan Balanipa. Yang menarik
dalam kawasan situs pemakaman ini, adalah adanya bala tau ( aarena
sabung orang ) yang terbuat dari batu bersegi empat dengan luas kurang
lkebih 4 x 5 meter persegi. Sebagai tempat eksekusi sengketa yang
melibatkan laki – laki. Cukup dengan dibekali keris kedua orang yang
bersengketa itu lalu dimasukkan ke dalam arena. Diyakini, yang terkalahkan
sudah pasti berada di pihak yang salah. Selain arena bala tau, masih
dikawasan ini juga, terdapat pula tiga tungku besar yang konon adalah
tempat mengeksekusi perkara yang melibatkan kaum perempuan. Dengan
jalan, kedua pihak yang berperkara memasukkan dan merendam tangannya
ke dala mair mendidih yang ada dalam tungku besar itu. Hal ini juga diyakini,
bagi siapa saja yang tangannya hancur melepuh, pasti berada di piha kyang
salah. Peninggalan situs lainnya, masih pada jaman kerajaan Tomepayung
adalah, situs batu yang dikenal sebagai Allamungan batu Asstitaliang yang
terletak di Kecamatan Luyo. Sekitar 8 Km dari jalan poros Kecamatan
Mapilli. Situs ini adalah simbol dari ikrar persatuan tujuh kerajaan di
pedalaman dan tujuh kerajaan di pesisiran yang menyatu dalam sebuah
konfrensi Mandar pada abad ke 18. W isata lain yang dapat dikunjungi dan
tak kalah menariknya di Kabupaten Polewali Mandar adalah wisata
peninggalan sejarah Islam. Seperti mesjid Nuruttaubah atau yang lebih
dikenal dengan Mesjid Imam Lapeo peninggalan atau warisan Imam Lapeo.
Mesjid ini terdapat di Lapeo Kecamatan Campalagian dan berada di jalur
jalan poros Provinsi Sulawesi Barat. Sekitar 30 Km dari Polewali. Disamping
mesjid ini pulalah makam Imam Lapeo, salah seorang tokoh sufistik Mandar
yang sangat dalam ilmu keagamaannya berada. Selain itu, mesjid yang juga
monumental bagi sejarah perkembangan Islam di Mandar adalah, mesjid tua
yang terletak sekitar 2 Km dari jalur jalan provinsi, tepatnya di Desa
Lambanan Kecamatan Balanipa. Menurut sejarahnya, mesjid ini didirikan
sekitar tahun 1600 M. Sejarah pengembangan Islam yang monumental di
Mandar juga dapat ditemui pada makam Syech Al Ma’ruf salah satu
pengatur agama Islam yang pertama di Tanah Mandar yakni sekitar abad
XVI. Terletak di Pulau Tosalama Desa Ammasangan Kecamatan Binuang,
yang untuk mengunjunginya ditempuh melalui perjalanan perahu motor
sekitar 15 menit dari Polewali. Sebagai penganjur agama Islam yang
memiliki kedalaman ilmu agama yang sangat luas, mak Syech Al Ma’ruf lalu
kemudian dijuluki To Salama ( yang dikeramatkan ). Sebagaimana nama
pulau tepat ia dimakamkan.
Wisata tirta seperti air terjung bersusun Indo Ranoang dan
pemandianLimbong, keduanya di Kecamapatan Anreapi. Selain itu, objek
wisata tirta lainnya juga dapat ditemui di Biru Kecamatan Binuang, atau
Limbong Miala dan Limbong Kamandang Desa Kurra Kecamatan Tapango.
Ditambah objek wisata tirta Sekka – Sekka yang terletak di Batupanga
Kecamatan Luyo, sekitar kurang lebih 5 Km dari Polewali. Kendati tidak
alami, sebab ia merrupakan proyek bendungan irigasi, tetapi ia cukup
menawarkan manorama yang indah, sebab ditempat ini acara rekreasi pun
dapat berlangsung meriah. Sebab selain dapat digunakan sebagai tempat
pemandian dan olah raga berenang, acara memancing ikan air tawarpun
dapat dilakukan di tempat ini.
2) KORIDOR WISATA
Koridor wisata di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada GAMBAR 3.14.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-39
2. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
1) RIPPNAS
Wilayah kepariwisataan nasional, secara umum terbagi atas 6 WPW (lihat
GAMBAR 3.9). Dalam sistem perwilayahan ini, Provinsi Sulawesi Barat berada di
WPW E.
Pusat Pengembangan utama (gerbang utama) untuk perwitayahan
kepariwisataan di Sulawesi dan Maluku meliputi Makasar. Manado yang dalam
RTRWN berstatus PKN dan Ambon yang dalam RTRWN berstatus PKW. Dua
pusat pertama memang telah ditetapkan dan berfungsi sebagai gerbang ke
Indonesia Timur yang diterbangi oleh penerbangan asing secara langsung dan
Singapura. Dan segi peran, artinya kota-kota tersebut akan menjadi kota utama
dengan fasilitas-fasilitas utama, seperti hotel (khususnya hotel berbintang),
pelabuhan udara yang memadai untuk pesawat berbadan lebar dan fasilitas
lainnya.
Selanjutnya pusat-pusat tersebut akan membawahj pusat-pusat pelayanan
Kawasan Timur Indonesia aktivitas pariwisata yang lebih rendah jenjangnya,
yaitu Palu, Luwuk, dan Toli-Toli (Sulteng): Palopo, Watampone, Pare-Pare, dan
Mamuju (Sulsel). Kendari (Sultra); Ambon, Temate dan Tual (Maluku).
Pada dasarnya identifikasi kawasan-kawasan strategis dan distribusinya
diturunkan dan : identifikasi Kawasan Andalan Pariwisata berdasarkan Laporan
Studi RIPPNAS November 1996. Akan tetapi ditakukan beberapa penyesuaian
dan penambahan yang bersumber dari : Pola Pemanfaatan Ruang Tahun 2018
dan Lokasi Pengembangan Sektor Unggulan Pariwisata (RTRWN 1996), serta
dari Studi Masukan Sektor Parivwsata terhadap Penyempumaan SNPPTR, Juli
1993 dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) dari setiap wilayah
terkait.
Dalam kebijakan pengembangan pariwisata nasional, terdapat beberapa
kawasan pariwisata (tourism development area) yang diunggulkan, yakni
sebagaimana dapat dilihat pada GAMBAR 3.10. Dari sejumlah kawasan pariwisata
terebut, yang terdekat dengan wilayah studi adalah : Manado dan Tana Toraja.
Untuk Manado, sebagai-mana dapat dilihat pada GAMBAR 3.12, pengembangan
dipusatkan/diprioritaskan pada Tanjung Pulisan (lihat GAMBAR 3.13). Sementara
itu, kebijakan pengembangan pariwisata nasional juga mengarahkan pasar bagi
masing-masing destinasi pariwisata nasional, yakni sebagaimana dapat dilihat
pada GAMBAR 3.11.
Bagi Provinsi Sulawesi Barat, kebijakan tersebut memberikan peluang untuk
memanfaatkan lokasi-lokasi terdekat yang diprioritaskan pengembangannya. Di
sini lokasi terdekat adalah Tana Toraja dan Tanjung Pulisan. Dari lokasi-lokasi ini
diharapkan Provinsi Sulawesi Barat dapat memperoleh limpahan wisatawan.
Sedangkan sasaran wisatawan yang dibidik oleh Tana Toraja dan Tanjung
Pulisan, sebagaimana ditunjukkan oleh GAMBAR 3.11, adalah :
 ASEAN.
 Jepang.
 Cina.
 Korea.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-40
GAMBAR 3.9 : SISTEM PERWILAYAHANH KEPARIWISATAAN NASIONAL
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-41
GAMBAR 3.10 : PETA PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL BERDASARKAN RIPPNAS 1998
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-42
GAMBAR 3.11 : PROPOSED HUB AND SPOKE SYSTEM
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-43
GAMBAR 3.12 : MANADO AREA
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-44
GAMBAR 3.13 : CAPE PULISAN PRIORITY SITE
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-45
GAMBAR 3.14 : KORIDOR WISATA DI PROVINSI SULAWESI BARAT
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-46
2) LIMA PROVINSI SAMAKAN KONSEP PROMOSI WISATA
Lima provinsi yang jadi ‘destinasi’ pariwisata unggulan di Indonesia berkumpul di
Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), 28-29 Juli 2007, guna menyamakan
konsep promosi pariwisata. Kelima provinsi destinasi pariwisata unggulan itu
yakni NTT, NTB, SULAWESI BARAT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
Penyamaan konsep promosi pariwisata unggulan itu akan dicapai dalam rapat
koordinasi yang difasilitasi oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Rapat koordinasi promosi pariwisata itu juga bertujuan menentukan langkah-
langkah strategis dalam mengembangkan promosi pariwisata bersama. Konsep
promosi pariwisata dan seni budaya tentu berdasarkan tema kebudayaan dan
pariwisata nasional yakni : DENGAN KESAMAAN PANDANGAN KITA BANGUN KERJA
SAMA SILANG LAYAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH DESTINASI PARIWISATA LINTAS
TERITORIAL YANG MEMBERIKAN KEUNTUNGAN TIMBAL BALIK. Intinya, dalam rapat
koordinasi itu akan dibahas kerja sama promosi terpadu berkaitan dengan paket
wisata, kegiatan pameran bersama dan promosi seni budaya masing-masing
daerah dalam even budaya.
Rapat koordinasi yang direncanakan berlangsung di pusat perbelanjaan
Flobamora Mall Kupang dihadiri Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata yang memaparkan konsep kerjasama promosi secara nasional.
3) WILAYAH PENGEMBANGAN WISATA (WPW) E
Provinsi Sulawesi Barat berada di WPW E, bersama Provinsi Maluku. Dalam
lingkup WPW E ini terdapat beberapa hal yang patut diberi perhatian, berkenaan
dengan pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, yakni :
1- Hirarkhi pintu gerbang di WPW E (lihat GAMBAR 3.15).
2- Sebaran ODTW unggulan di WPW E (lihat GAMBAR 3.16).
3- Distribusi kawasan strategis di WPW E (lihat GAMBAR 3.17).
Ada 7 Kawasan Strategis di Wilayah E yang meliputi wilayah Sulawesi dan
sebagian Maluku, yaitu:
1- Kawasan Manado dan sekitamya dengan orientasi ke kota Manado.
2- Kawasan Palu dsk dengan orientasi ke kota Palu.
3- Kawasan Tana Toraja dengan orientasi ke kota Rante Pao dan Palopo.
4- Kawasan Ujung Pandang dengan orientasi ke kota Ujung Pandang.
5- Kawasan Taka Bone Rate
6- Kawasan Kendari dsk dengan orientasi ke kota Kendari.
7- Kawasan Ambon-Seram dan sekitamya dengan orientasi ke kota Ambon.
8- Kawasan Temate dan sekitamya dengan orientasi ke kota Temate.
9- Kawasan Batutoli dengan orientasi ke kota Dufa.
10- Kawasan Aru dsk dengan orientasi ke kota Tual dan Dobo.
Dengan melihat gambar-gambar tersebut di atas, dapat dilihat bahwa di masa
lalu Provinsi Sulawesi Barat bukan merupakan provinsi yang diprioritaskan
perkembangannya. Namun, ke depan hal ini dapat saja mengalami perubahan,
antara lain dengan disusunnya RIPPDA bagi Provinsi Sulawesi Barat ini.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-47
GAMBAR 3.15 : HIRARKHI PINTU GERBANG DI WPW E
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-48
GAMBAR 3.16 : SEBARAN ODTW UNGGULAN DI WPW E
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-49
GAMBAR 3.17 : DISTRIBUSI KAWASAN STRATEGIS DI WPW E
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-50
4) WILAYAH PENGEMBANGAN WISATA (WPW) DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
Untuk lingkup Provinsi Sulawesi Selatan, beberapa wilayah pengembangan
wisata yang telah ditemukenali adalah sebagai berikut :
1- WPW A( TANAH MAKASAR)
Untuk Wilayah Pengembangan Wisata A (Tanah Makasar), jalur
perhubungan wisata yang ada antara lain : jalur perhubungan darat, jalur
perhubungan udara dan jalur perhubungan laut. Adapun pintu gerbang
menuju pusat pengembangan wisata WPW A, antara lain Jakarta, Surabaya
dan Denpasar. Selain itu terdapat juga obyek wisata yang membuat para
wisatawan untuk mendatangi, yaitu adanya Taman Nasional Bantimurang
yang terdapat spesies kupu-kupu.
Untuk lebih Jelasnya mengenai konsep jalur wisata WPW A (Tanah
Makasar) dapat dilihat pada GAMBAR 3.19.
2- WPW B (PANTAITIMUR)
Untuk Wilayah Pengembangan Wisata B (Pantai Timur), jalur perhubungan
wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan darat dan jalur perhubungan
laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW B,
hanya melalui Ujung Pandang. Selain itu terdapat juga obyek wisata yang
menarik di Tanah Beru berupa pembuatan phinisi. Untuk lebih jelasnya
mengenai konsep jalur wisata WPW B (Pantai Timur) dapat dilihat pada
GAMBAR 3.18.
3- WPW C (TANAH BUGIS)
Untuk Wilayah Pengembangan Wisata C (Tanah Bugis), jalur perhubungan
wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan darat dan jalur perhubungan
laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW C,
hanya melalui Ujung Pandang. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur
wisata WPW C (Tanah Bugis) dapat dilihat pada GAMBAR 3.21.
4- WPW D (PANTAI BARAT)
Untuk Wilayah Pengembangan Wisata D (Pantai Barat), jalur perhubungan
wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan darat dan jalur perhubungan
laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW D,
hanya melalui Ujung Pandang. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur
wisata WPW D (Pantai Barat) dapat dilihat pada GAMBAR 3.20.
5- WPW E (TANAH SAWERI GADING)
Untuk Wilayah Pengembangan Wisata E (Tanah Saweri Gading), jalur
perhubungan wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan udara dan jalur
perhubungan darat. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan
wisata WPW E, hanya melalui Ujung Pandang. Pada WPW ini obyek yang
terkenal adalah Tana Toraja. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur
wisata WPW E (Tanah Saweri Gading) dapat dilihat pada GAMBAR 3.22.
6- WPW F (TELUK MANDAR)
Untuk Wilayah Pengembangan Wisata P (Teluk Mandar), jalur perhubungan
wisata yang ada hanya melalui jalur perhubungan darat. Adapun pintu
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-51
gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW F, hanya melalui Pare-
Pare. WPW inilah yang saat ini diperkirakan menjadi Provinsi Sulawesi
Barat. Yang patut disayangkan, untuk WPW ini Konsultan tidak berhasil
memperoleh gambarnya.
GAMBAR 3.18 : WPW B (PANTAI TIMUR)
GAMBAR 3.19 : WPW A (TANAH MAKASSAR)
GAMBAR 3.20 : WPW D (PANTAI BARAT)
GAMBAR 3.21 : WPW C (TANAH BUGIS)
3.2.3. STRENGTHS
1. Letak provinsi dekat dengan :
1) Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki D. Poso.
2) Kalan trans Sulawesi, sehingga memudahkan pencapaian melalui darat.
3) ODTW Tana Toraja sudah mashur.
4) ODTW Tana Toraja dan Gua Leang-Leang memiliki keunikan internasional dan
memiliki daya saing yang tinggi.
2. Dataran tinggi di bagian tengah memiliki pemandangan yang bagus.
3. Terdapat banyak sungai, yang dapat dikembangkan/dimanfaatkan : menjadi ODTW,
sebagai sumber daya bagi prasarana lingkungan air bersih, dan dan transportasi
sungai.
4. Sektor perekonomian primer (pertanian) sudah berkembang dan menjadi tempat
bergantung kehidupan penduduk.
5. Sikap penduduk cukup terbuka.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-52
6. Kepercayaan penduduk cukup kuat dianut.
7. Kaya akan unsur budaya.
8. Norma adat sangat menekankan pelestarian dan kelestarian lingkungan.
9. ODTW alam yang dapat menunjang ODTW budaya cukup tersebar.
10. Jaringan perhubungun ke luar provinsi cukup baik.
11. Sediaan jaringan prasarana lingkungan, sampai tingkat ibukota kabupaten cukup
memadai.
12. Akomodasi dengan kondisi terbatas, cukup tersedia.
GAMBAR 3.22 : WPW E (TANAH SAWERIGADING)
3.3. ANALISIS SWOT PROVINSI SULAWESI BARAT
3.3.1. WEAKNESSES
1. Letak provinsi kurang strategis :
1) Dalam sistem perhubungan nasional dan P. Sulawesi.
2) Dalam menjaring wisman dari/menuju P. Bali.
2. Letak kurang strategis untuk menjaring wisman dari Jepang (sebagai jenis wisatawan
yang spend of moneynya cukup besar).
3. Belum ada pengaturan pemaafaatan sungai, yang sesungguhnya potensial
menunjang pariwisata.
4. Pangsa sektor pariwisata masih relatif kecil dalam PDB.
5. Sektor perekonomian sekunder dan tersier belum berkembang.
6. Jaringan jalan belum cukup tersebar.
7. Pilihan ragam sarana perhubungan antara Makassar ke Provinsi Sulawesi Barat tidak
banyak tersedia, bahkan perhubungan udara langsung ke Mamuju (ibukota provinsi)
belum ada. Bandara terdekat berada di Tana Toraja (Rantepao) dan Palu.
8. Jaringan telekomunikasi antar ibukota kabupaten belum cukup baik.
9. ODTW yang memiliki nilai internasional tidak banyak.
10. ODTW yang sudah mashur dan berkembang belum banyak.
11. ODTW yang sudah berkembang sifatnya rapuh.
12. Calender of Events tidak pasti, bahkan ada yang tak dapat dimasukkan.
13. Karena kerumitan jadual penerbangan di Makassar, maka penerbangan ke Rantepao
dan Palu sering tertunda, sehingga pencapaian ke Provinsi Sulawesi Barat semakin
sulit.
14. Akomodasi belum selaras dengan permintaan pasar, tidak dekat dengan ODTW, dan
belum selaras dengan atmosfir sekitar ODTW yang tradisional.
15. Perusahaan perjalanan belum cukup tersedia.
16. Fasilitas rekreasi dan hiburan masih kurang.
17. SMIP belum ada.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-53
18. Tourist information centre belum ada.
19. Occupancy rate hotel masih rendah.
20. Pesawat ke Tana Toraja (salah satu bandara terdekat ke Provinsi Sulawesi Barat)
tidak bisa full capacity (mengingat kondisi bandara dan cuaca).
21. Investasi pariwisata tersendat.
22. Tenaga kerja pariwisata langka, harus diimpor.
3.3.2. OPPORTUNITIES
1. Banyak pembatas alami dan budaya untuk dapat mengembangan pariwisata yang
bersifat masal.
2. Pengembangan pariwisata yang lebih terbatas, karena batasan :
1) Daya dukung lingkungan.
2) Sifat ODTW yang rapuh.
3. Norma adat mengenai kelestarian dan pelestarian lingkungan dapat dijadikan tema
pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Barat.
4. Pengembangan usaha kerajinan tangan.
5. Keberadaan jalan Trans Sulawesi.
6. Secara umum, tingkat keterbukaan penduduk sudah cukup baik.
3.3.3. THREATS
1. Ketidakstrategisan letak Provinsi Sulawesi Barat tidak memungkinkan untuk menjaring
pergerakan wisatawan antar provinsi.
2. Tingkat pendapatan penduduk masih cukup rendah.
3. Keterbatasan kecenderungan pembangunan hotel.
4. P. Jawa masih lebih menarik bagi tenaga kerja pariwisata, sehingga begitu mereka
memiliki pengalaman kerja yang memadai dan mendapat tawaran, maka mereka
cenderung meninggalkan pekerjaannya.
5. Pada beberapa ODTW diberi tambahan ornamen yang tidak sesuai dengan ciri
ODTW tersebut.
3.4. ISU-ISU STRATEGIS KAWASAN
3.4.1. ISU PERAN DAN KEDUDUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) 1998, Provinsi
Sulawesi Barat tidak mendapat posisi yang berarti. Hal ini disebabkan provinsi ini relatif
baru. Sebelumnya provinsi ini masuk ke dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, di
Provinsi Sulawesi Selatan provinsi ini juga ‘kurang’ mendapat perhatian. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal :
 Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota propinsi (Makassar);
 Kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan yang buruk;
 Mayoritas penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa kelompok sub-etnik kecil lainnya)
yang lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan kelompok etnis mayoritas
dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau bahkan feodal) –
Pada sisi lain, di sekitab provinsi ini terdapat beberapa destinasi pariwisata yang sudah
mashur ataupun yang diarahkan untuk memiliki peran signifikan, seperti :
 Bunaken.
 Tana Toraja.
 Tanjung Pulisan.
 Makassar (kota simpul perjalanan udara).
Dengan potensi/peluang ini, maka seharusnya Provinsi Sulawesi Barat dapat memetik
keuntungan.
Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat
3-54
3.4.2. ISU ADAT DAN BUDAYA SULAWESI BARAT
Masyarakat Provinsi Sulawesi Barat selalu berpedoman hidup pada adat. Hal ini perlu
dijaga agar di dalam pengembangan Provinsi Sulawesi Barat, masyarakatnya tidak
terkontaminasi oleh perilaku asing. Oleh karena itu perlu adanya upaya khusus (baik
berupa pemisahan yang jelas antara aktivitas wisata bahari dengan masyarakat, ataupun
menyeleraskan wisata budaya/alam ke dalam kehidupan masyarakat).
3.4.3. ISU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Bahwa hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan pengembangan Provinsi Sulawesi Barat, diharapkan juga dapat memberi dampak
peningkatan kesejahteraan terhadap masyarakat sekitar, yaitu melalui pembinaan sebagai
penyedia jasa wisata seperti kerajinan souvenir, penginapan dan hotel, restoran, angkutan
bus dan agen perjalanan.
3.4.4. ISU POLA KERJASAMA ANTAR STAKEHOLDER DAN PENGELOLAAN YANG PROFESIONAL
Di Provinsi Sulawesi Barat belum banyak investor yang mengembangkan usaha
pariwisata. Untuk mengembangkan provinsi ini diperlukan kerjasama dari semua pelaku
pembangunan untuk menyamakan visi dan misi agar dapat membangkitkan pertumbuha
kepariwisataan Provinsi Sulawesi Barat. Untuk itu, perlu dibina pola kerjasama antar
stakeholder kepariwisataan.
3.4.5. ISU PROMOSI WISATA
Promosi wisata merupakan kegiatan yang tidak kalah pentingnya di dalam mengem-
bangkan suatu destinasi pariwisata. Destinasi pariwisata Provinsi Sulawesi Barat masih
belum banyak dikenal oleh wisatawan (mancanegara dan nusantara), karena informasi
yang ada masih minim dan hanya sepotong-sepotong. Oleh karena itu perlu digalakkan
kegiatan promosi pariwisata yang inovatif, terstruktur dan strategis. Kegiatan promosi
pariwisata ini dapat dilakukan melalui even-even pameran kepariwisataan yang biasanya
diadakan berkala dan pembuatan informasi yang seinformatif mungkin melalui jaringan
internet sehingga dapat diakses oleh semua orang di seluruh belahan dunia.
3.4.6. ISU SUSTAINABLE DEVELOPMENT
Di dalam pengembangan Provinsi Sulawesi Barat, salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah kualitas lingkungan dan konservasi alam, yaitu harus dipilah mana daerah yang
dapat dikembangkan sebagai area binaan dan mana yang harus dikonservasi. Hal ini
bertujuan agar pengembangan kepariwisataan di provinsi ini dapat terselenggara secara
berkelanjutan.
3.4.7. ISU PENGEMBANGAN AKSES, INFRASTRUKTUR DAN UTILITAS
Kemudahan mencari moda transportasi, kenyamanan selama dalam perjalanan mencapai
provinsi ini dan kenyamanan selama berwisata harus mendapat perhatian dalam upaya
pengembangan pariwisata, khususnya segenap dukungan fisik. Penyediaan dukungan fisik
ini juga harus memenuhi standar internasional. Untuk mewujudkannya akan dibantu oleh
penyedia jasa lokal; seperti pengusaha penginapan / hotel, restauran, bus antar kota dan
travel agen. Hal ini perlu adanya upaya yang koordinatif untuk membina penyedia jasa
sebagai stakeholder kawasan juga dalam rangka turut serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados (7)

Filipina
FilipinaFilipina
Filipina
 
Asia tenggara
Asia tenggaraAsia tenggara
Asia tenggara
 
Bahasa muna
Bahasa munaBahasa muna
Bahasa muna
 
Presentasi guru asia tenggara
Presentasi guru asia tenggaraPresentasi guru asia tenggara
Presentasi guru asia tenggara
 
Malaysia
MalaysiaMalaysia
Malaysia
 
Asia tenggara
Asia tenggaraAsia tenggara
Asia tenggara
 
Ppt jadi
Ppt jadiPpt jadi
Ppt jadi
 

Destaque

Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014
Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014
Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014
Moh TP
 
Daftar 34 provinsi di indonesia
Daftar 34 provinsi di indonesiaDaftar 34 provinsi di indonesia
Daftar 34 provinsi di indonesia
Freddy Then
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Muh Saleh
 

Destaque (11)

Data potensi
Data potensiData potensi
Data potensi
 
Identifikasi daya tarik wisata Sulawesi barat
Identifikasi daya tarik wisata Sulawesi baratIdentifikasi daya tarik wisata Sulawesi barat
Identifikasi daya tarik wisata Sulawesi barat
 
Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014
Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014
Statistik daerah kabupaten polewali mandar 2014
 
Daftar 34 provinsi di indonesia
Daftar 34 provinsi di indonesiaDaftar 34 provinsi di indonesia
Daftar 34 provinsi di indonesia
 
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
 
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK OTONOMI KHUSUS PAPUA
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK  OTONOMI KHUSUS PAPUAPERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK  OTONOMI KHUSUS PAPUA
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK OTONOMI KHUSUS PAPUA
 
Kelas v sd ips
Kelas v sd ipsKelas v sd ips
Kelas v sd ips
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
 
Event & Knowledge Development
Event & Knowledge DevelopmentEvent & Knowledge Development
Event & Knowledge Development
 
WATER RESOURCES MANAGEMENT IN LOMBOK IN RESPOND TO CHANGING CLIMATE (NTB)
WATER RESOURCES MANAGEMENT IN LOMBOK IN RESPOND TO CHANGING CLIMATE (NTB)WATER RESOURCES MANAGEMENT IN LOMBOK IN RESPOND TO CHANGING CLIMATE (NTB)
WATER RESOURCES MANAGEMENT IN LOMBOK IN RESPOND TO CHANGING CLIMATE (NTB)
 
Selayang pandang sda lbk
Selayang pandang sda lbkSelayang pandang sda lbk
Selayang pandang sda lbk
 

Semelhante a Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat

BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...
BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...
BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...
MukarobinspdMukarobi
 
Kondisi fisik wilayah Indonesia
Kondisi fisik wilayah IndonesiaKondisi fisik wilayah Indonesia
Kondisi fisik wilayah Indonesia
Theresia Nelie
 
Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...
Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...
Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...
PutusriSri
 

Semelhante a Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat (20)

Posisi strategis.pptx
Posisi strategis.pptxPosisi strategis.pptx
Posisi strategis.pptx
 
Negara negara asean indonesia
Negara negara asean indonesiaNegara negara asean indonesia
Negara negara asean indonesia
 
Negara-negara ASEAN
Negara-negara ASEANNegara-negara ASEAN
Negara-negara ASEAN
 
Posisi strategis.pptx
Posisi strategis.pptxPosisi strategis.pptx
Posisi strategis.pptx
 
MENGENAL PULAU SULAWESI - Shabrina.docx
MENGENAL PULAU SULAWESI - Shabrina.docxMENGENAL PULAU SULAWESI - Shabrina.docx
MENGENAL PULAU SULAWESI - Shabrina.docx
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
 
Poros maritim
Poros maritimPoros maritim
Poros maritim
 
PPT GEOGRAFI FINAL.pptx
PPT GEOGRAFI FINAL.pptxPPT GEOGRAFI FINAL.pptx
PPT GEOGRAFI FINAL.pptx
 
Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia - Wisnu Sinartejo.pdf
Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia - Wisnu Sinartejo.pdfIndonesia Sebagai Poros Maritim Dunia - Wisnu Sinartejo.pdf
Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia - Wisnu Sinartejo.pdf
 
BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...
BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...
BA XI 3.1 Kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros mariti...
 
Fredericus given ppt 1 kls 3 d
Fredericus given ppt 1 kls 3 dFredericus given ppt 1 kls 3 d
Fredericus given ppt 1 kls 3 d
 
Makalah kemaritiman nelayan sulawesi tenggara ruslin_b1_c1 13 143
Makalah kemaritiman nelayan sulawesi tenggara ruslin_b1_c1 13 143Makalah kemaritiman nelayan sulawesi tenggara ruslin_b1_c1 13 143
Makalah kemaritiman nelayan sulawesi tenggara ruslin_b1_c1 13 143
 
Kondisi fisik wilayah Indonesia
Kondisi fisik wilayah IndonesiaKondisi fisik wilayah Indonesia
Kondisi fisik wilayah Indonesia
 
[130717] Presentasi Geografi
[130717] Presentasi Geografi [130717] Presentasi Geografi
[130717] Presentasi Geografi
 
Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...
Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...
Pengembangan Potensi Pantai Lovina Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukb...
 
Pengaruh Letak Geografis Indonesia terhadap Bidang Sosial,.pptx
Pengaruh Letak Geografis Indonesia terhadap Bidang Sosial,.pptxPengaruh Letak Geografis Indonesia terhadap Bidang Sosial,.pptx
Pengaruh Letak Geografis Indonesia terhadap Bidang Sosial,.pptx
 
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri SulistiyonoBantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
 
Gambaran umum filipina
Gambaran umum filipinaGambaran umum filipina
Gambaran umum filipina
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Keberagaman Budaya Ilmu Pengetahuan Sosial
Keberagaman Budaya Ilmu Pengetahuan SosialKeberagaman Budaya Ilmu Pengetahuan Sosial
Keberagaman Budaya Ilmu Pengetahuan Sosial
 

Mais de Fitri Indra Wardhono

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Fitri Indra Wardhono
 
Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015
Fitri Indra Wardhono
 
Kebatinan & kejawen islam
Kebatinan & kejawen   islamKebatinan & kejawen   islam
Kebatinan & kejawen islam
Fitri Indra Wardhono
 
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyahDaftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
Fitri Indra Wardhono
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Fitri Indra Wardhono
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Fitri Indra Wardhono
 

Mais de Fitri Indra Wardhono (20)

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
 
Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59
 
Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
 
Kumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standarKumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standar
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
 
Daftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyahDaftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyah
 
Kebatinan & kejawen islam
Kebatinan & kejawen   islamKebatinan & kejawen   islam
Kebatinan & kejawen islam
 
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyahDaftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
 
Sistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataanSistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataan
 
Penataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataanPenataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataan
 
Paparan dompak
Paparan dompakPaparan dompak
Paparan dompak
 
Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006
 
Kek teroritis
Kek teroritisKek teroritis
Kek teroritis
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
 

Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat

  • 1. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-1 Bab 3 Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3.1. POTRET SULAWESI Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia setelah Kalimantan, Sumatra dan Papua atau pulau terbesar ke-11 dunia. Pulau ini terletak di antara Pulau Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur. Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif pada lengan jazirah, beberapa di antaranya mencapai ketinggian di atas 3.000 meter diatas permukaan laut. Geografis Pulau Sulawesi didominasi oleh dataran tinggi atau sekitar 75 % dari total luas wilayah pulau Sulawesi, 25% diantaranya adalah dataran rendah, permukaan tanah bergunung-gunung, bukit, padang rumput, rawa-rawa, pantai dan laut lepas/dalam. Karakteristik geografis tersebut memudahkan akses dan sarana transportasi yang memadai melalui tiga jalur. Darat-laut dan udara, dengan menjadikan Makassar, Sulawesi Selatan sebagai gerbang trasnportasi bagi wilayah lain di Pulau Sualwesi. Banyaknya pilihan sarana transportasi mendorong lancarnya arus perekonomian antara provinsi dalam wilayah Sulawesi. Terbangun hubungan saling suplay sesuai potensi produk yang tersedia dan kebutuhan antara provinsi. 3.1.1. FISIK DASAR Pulau Sulawesi berdiri di atas lahan seluas 227.654 km2, terutama terdiri dari empat semenanjung panjang. Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. 3.1.2. JENIS FLORA DAN FAUNA Garis Wallace di sepanjang Selat Makassar, memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Garis Wallace adalah suatu batasan hypothetical yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke India Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui Arsipelago Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Penny van Oosterzee, Where Worlds Collide: the Wallace Line, 1997. Pulau Sulawesi merupakan terdapat banyak flora dan fauna eksotik dan langka yang merupakan satwa khas Sulawesi; di antaranya Anoa (Depussiocorius), Tapir (Tapirus indicus), kera, Maleo, dan kupu-kupu (butter- flay) dan elang. Flora terdapat: Ebony, beberapa spesies Anggrek, dan buah markisa.
  • 2. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-2 Keragaman flora dan fauna dengan species endemic, menjadi daya tarik tersendiri sehingga pulau Sulawesi banyak di kunjungi wisatawan local dan manca negara. Informasi pariwisata sulawesi dapat diakses melalui:  RegiTour  North Sulawesi Tourism Promotion Board  World Wildlife Fund Conservation Science Program  Adventure Indonesia Upaya pelestarian satwa dan flora endemik Pulau Sulawesi banyak mendapat perhatian berbagai pihak, khususnya lembaga-lembaga donor , diantaranya adalah : Global Empowerment Facility - Yayasan Bina Usaha Lingkungan (GEF-YBUL),  WWF - Yayasan Lestari,  Yayasan Telapak Indonesia,  Birdlife,  ProFauna Indonesia Propinsi ini dipenuhi oleh perkebunan kelapa di sepanjang pantainya. Oleh sebab itu, propinsi ini disebut juga dengan "Bumi Nyiur Melambai." Hutan yang terancam eksploitasi pertambangan di Pulau Sulawesi seluas 1.181.062 ha. Jumlah perusahaan HPH yang beroperasi di wilayah hutan Pulau Sulawesi sebanyak 25 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut tersebar di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. 3.1.3. DEMOGRAFI Pulau Sulawesi mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk tersebut berpariasi setiap provinsi. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar, tidak dibarengi dengan peningkatan lapangan kerja yang memadai, sehingga potensil menciptakan pengangguran. Pada saat yang sama angka kemiskinan terus meningkat setiap tahunnya. Penduduk pulau Sulawesi mayoritas menganut agama Islam, sebagian lagi menganut agama Kristen, Hindu dan Budha. Perbedaan agama dan kepercayaan tidak menjadikan jurang pemisah bagi masyarakat Sulawesi. Upaya pengurangan kemiskinan dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga donor. Seperti :  Multi Forestry Program-Department for International Development (MFP-DFID), MFP focus pada masyarakat sekitar hutan.  OXFAM  ACCESS Kemiskinan dan kekurangan gizi, ibarat dua sisi mata uang. Kemiskinan menyebabkan ketidak mampuan memenuhi kecukupan gizi, akibat kemiskinan pendidikan rendah sehingga masyarakat tidak menerapkan pola hidup sehat atau memanfaatkan sumber gizi disekitarnya. Program peningkatan gizi mendapat dukungan dari :  Word Food Program (WFP)  Japan International Cooperate (JICA) Di samping penduduk asli, di Provinsi Sulawesi Barat banyak terdapat orang Jawa dan orang Bali yang datang sebagai transmigran. Banyak juga orang dari daerah lainnya yang tinggal di Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama orang Bali yang datang ke sini sebagai transmigran.
  • 3. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-3 3.1.4. SOSIAL KULTURAL Penduduk Pulau Sulawesi secara garis besar menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Bugis-Makassar-Toraja di Sulawesi Selatan, Mandar di Sulawesi Barat, Kaili, Kulawi, Tomini, Bore, Pamona-Mori, Bungku, Saluan, Balantak, Banggai, Buol, Toli-toli di Sulawesi Tengah, Buton, Muna, Bugis, Kalisoso, Toraja, Moronene, Tolaki, Wolio, wowonii, di Sulawesi Tenggara, Di Sulawesi Utara, terdapat Suku Minahasa, Sangir, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Totemboan. Suku-suku besar diatas, umumnya memiliki pranata adat sendiri dan tata nilai, struktur adat dan proses pengambilan kebijakan/keputusan secara adat yang dihormati oleh masing-masing suku. Bahasa resmi pulau Sulawesi adalah bahasa Indonesia, namun masih banyak penduduk pulau Sulawesi bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, dan memiliki kesulitasn terhadap bahasa nasional, khususnya orang tua yang hidup di pedalaman. Proses – proses penguatan masyarakat adat di Sulawesi mendapat dukungan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), khususnya terhadap anggota AMAN, terdiri dari :  Aliansi Masyarakat Adat (AMA) Sangir-Talaud - Sulawesi Utara;  AMA Tana Toraja - Sulawesi Selatan  AMA Togean - Sulawesi Tengah  AMA Banggai - Sulawesi Tengah  AMA Kamalisi - Sulawesi Tengah  DEPAS Luwu - Sulawesi Selatan 3.1.5. PEMERINTAHAN Pulau Sulawesi, saat ini terbagi enam wilayah pemerintah provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Barat (lihat GAMBAR 3.1). Provinsi terbaru adalah Sulawasi Barat, dibentuk 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Pembentukan provinsi Sulawesi Barat dimotivasi oleh terbatasnya akses dan fasilitas masyarakat ke pusat-pusat pelayanan publik di pemerintah propivinsi serta lambannya proses-proses pembangunan di daerah tersebut, sehingga menciptakan isolasi terhadap daerah-daerah pesisir dan pegunungan. Setelah menjadi provinsi baru, daerah ini menghadapi persoalan yang kompleks, antara tuntutan pembangunan infastruktur dan fasilitas public serta penataan birokrasi beserta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia untuk mengoptimalkan pelayanan public. Pada saat yang sama provinsi baru ini masih dipimpin caretaker gubernur, pemilihan gubernur definitive rencananya pertengahan tahun ini, setelah ditunda tahun 2005. 3.1.6. EKONOMI 1. SUMBER PENDAPATAN UTAMA Secara umum masyarakat Sulawesi adalah masyarakat agraris yang menggantungkan hidupanya dari hasil pertanian dan perkebunan. Hasil pertanian berupa padi, jagung dan kacang-kacangan. Hasil perkebunannya yaitu kopi, cengkeh, coklat, kelapa dan vanili. Sebagian lagi adalah masyarakat nelayan, khususnya mereka yang tinggal di pulau dan pesisir. Sebagian lagi bekerja di sektor industri sebagai buruh serta pengawai negeri. Program pengembangan usaha pertanian-perkebunan dan kelautan di Sulawesi mengalami kemajuan yang sangat pesat, namun secara umu petani menghadapi dua kendala utama yakni peningkatan produksi dan pemasaran. Dua masalah ini terjadi
  • 4. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-4 secara turun-temurun. Sejak tahun 2004 Intenational Financial Corporate (IFC) Pensa mulai mendukung masyarakat dari aspek budidaya dan pemasaran. Dan sampai dengan tahun lalu, Succes Alians juga berjasa dalam pengembangan budidaya kakao. GAMBAR 3.1 : ENAM PROVINSI DI P. SULAWESI 2. SUMBERDAYA ALAM UTAMA Bentang alam Pulau Sulawesi menyimpan banyak potensi sumberdaya laut yang yang beragam demikian halnya potensi alam darat dan pegunungan. Hasil laut pulau sulawesi terdiri dari beragam jenis ikan yang berkualitas ekspor, udang, teripang serta rumput laut yang mulai marak dibudidayakan sebagai salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat yang bermukim di pesisir. Selain sumberdaya kelautan, terdapat pula sumberdaya mineral, hutan, dan keanekaragaman ekosistem yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk industri dan obat-obatan. Eksploitasi hasil hutan terjadi hampir disetiap wilayah di pulau sulawesi, khususnya Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara yang memiliki kawasan yang luas. Hutan yang terancam eksploitasi pertambangan di Pulau Sulawesi seluas 1.181.062 ha. Kawasan ini adalah kawasan yang kaya keragaman hayati, daerah tangkapan air, tempat tinggal dan tempat mata pencaharian masyarakat lokal, serta situs-situs warisan utama dunia, misalnya, Tahura Poboya di Sulteng. Untuk mengelola hasil hutan menampung hasil hutan terutama kayu dari Sulawesi
  • 5. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-5 Barat dan Sulawesi Tenggara, telah dibangun beberapa industri pengolahan kayu. Jumlah perusahaan HPH yang beroperasi di wilayah hutan Pulau Sulawesi sebanyak 25 perusahaan. (Dept. Kehutunan) Dari sektor pertambangan, hasil-hasil tambang yang diusahakan adalah pertambangan nikel, Tambang Gas Alam Gilireng di Kab. Wajo Sulawesi Selatan, tambang emas di Sulawesi Utara tambang nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara. PT. INCO. Ltd, PT. Aneka Tambang, PT. Gas Alam. Proses pengelolaan sumberdaya alam oleh perusahaan mendorong terjadinya tindakan eksploitasi dan perusakan sumberdaya alam yang mengabaikan kearifan local dan kondisi masyarakat. Kondisi ini mendorong aksi protes terhadap perubahan kebijakan yang memihak kepentingan masyarakat. Sejak tahun 2000-an perusahaan mulai merubah kebijakannya dengan memberikan dana community development kepada masyarakat secara langsung. Perubahan ini merupakan bagian dari keberhasilan program-program advokasi yang dilaksanakan kelompok-kelompok LSM, seperti Yayasan Kemala Indonesia DFID, WALHI, Jaringan Tambang (JATAM) kerjasama dengan LSM Lokal. 3. INDUSTRI UTAMA Pembangunan sektor industri di pulau Sulawesi mengalami banyak perkembangan pasca reformasi. Hal ini terlihat dengan banyaknya inevestor dibidang jasa (telekomunikasi), manufaktur dan perkebunan. Beberapa jenis Industri dengan skala besar dan menengah dibangun untuk menampung hasil sumberdaya alam seperti industri pengolahan ikan. Industri pengolahan hasil hutan seperti industri pengolahan hasil hutan non kayu (rotan), mengalami banyak kemunduran setelah terjadinya perubahan kebijakan pengelolaan hutan, diperparah dengan terjadinya kenaikan harga bahan baker. Hal ini berdampak terhadap bertambahnya jumlah pengangguran di Sulawesi. 3.1.7. INFRASTRUKTUR Pembangunan infrastruktur yang cenderung tidak merata di wilayah Sulawesi menyebabkan terjadinya ketertinggalan, ditandai dengan masih banyaknya wilayah di Sulawesi yang belum dijangkau fasilitas public yang layak, seperti sarana dan prasarana transportasi yang memadai, terbatasnya fasilitas untuk mengakses informasi. Sarana komunikasi melalui jaringan telepon dan seluler terbatas ditingkat ibu kota kecamatan, bahkan dibeberapa tempat belum tersentuh. Program pengembangan infrastruktur dibidang informasi difasilitasi oleh UNDP melalui program Telecenter, ICCO untuk pengembangan TV local dan Telapak Indonesia. Pengembangan sarana infrastruktur seperti jembatan mendapat dukungan dari program Pengembangan Kecamatan (PPK). NIHON SOIDO juga mendukung penyediaan sarana air bersih dan sarana irigasi oleh NIPPON COI dan JICA. Untuk memenuhi sarana listrik bagi masyarakat, PPK-GTZ dan SOfEI mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH). Namun dari aspek transportasi antar provinsi di wilayah Sulawesi cukup memadai dengan adanya dua bandara bertaraf internasional, yaitu Hasanuddin di Sulawesi Selatan dan Sam Ratulangi di Sulawesi Utara, disamping empat provinsi lainnya masing-masing terdapat Bandar udara. Jalur transportasi darat juga sudah cukup memadai yang menghubungkan antara provinsi di Sulawesi. Dan sarana laut juga cukup memadai.
  • 6. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-6 3.1.8. KEPARIWISATAAN Potensi kepariwisataan Sulawesi dapat dilihat pada GAMBAR 3.2 dan TABEL 3.1. GAMBAR 3.2 : POTENSI PARIWISATA PULAU SULAWESI 3.2. POTRET PROVINSI SULAWESI BARAT 3.2.1. POTRET UMUM WILAYAH 1. SEJARAH WILAYAH Bertolak dari semangat "Allamungan Batu di Luyo" yang mengikat Mandar dalam perserikatan "Pitu Ba'bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu" dalam sebuah muktamar yang melahirkan "Sipamandar" (saling memperkuat) untuk bekerja sama dalam membangun Mandar, dari semangat inilah maka sekitar tahun 1960 oleh tokoh masyarakat Manda yang ada di Makassar yaitu antara lain : H. A. Depu, Abd. Rahman Tamma, Kapten Amir, H. A. Malik, Baharuddin Lopa, SH. dan Abd. Rauf mencetuskan ide pendirian Provinsi Mandar bertempat di rumah Kapten Amir, dan setelah Sulawesi Tenggara memisahkan diri dari Provinsi Induk yang saat itu bernama Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra).
  • 7. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-7 TABEL 3.1 : DAFTAR ODTW DI P. SULAWESI
  • 8. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-8
  • 9. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-9
  • 10. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-10 Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah menjadi rencana pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di rumah H. A. Depu di Jl. Sawerigading No. 2 Makassar, kemudian sekitar tahun 1961 dideklarasikan di Bioskop Istana (Plaza) Jl. Sultan Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan sampai pada masa Orde Baru perjuangan tetap berjalan namun selalu menemui jalan buntu yang akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-eskan sampai pada masa Reformasi barulah perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh masyarakat Mandar sebagai pelanjut perjuangan generasi lalu yang diantara pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih hidup, namun juga telah wafat dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000 yang lalu dideklarasikan di Taman Makam Pahlawan Korban 40.000 jiwa di Galung Lombok kemudian dilanjutkan dengan Kongres I Sulawesi Barat yang pelaksanaannya diadakan di Majene dengan mendapat persetujuan dan dukungan dari Bupati dan Ketua DPRD Kab. Mamuju, Kab. Majene dan Kab. Polmas. Tuntutan memisahkan diri dari Sulsel sebagaiman diatas sudah dimulai masyarakat di wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum Indonesia merdeka. Setelah era reformasi dan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian menggelorakan kembali perjuangan masyarakat di tiga kabupaten, yakni Polewali Mamasa, Majene, dan Mamuju untuk menjadi provinsi. Provinsi Sulawesi Barat yang dibentuk pada 5 OKTOBER 2004 ini berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Sejak tahun 2005, tiga kabupaten (Majene, Mamuju dan Polewali- Mamasa) resmi terpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sulawesi Barat, dengan ibukota Provinsi di kota Mamuju. Selanjutnya, Kabupaten Polewali- Mamasa juga dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah (Kabupaten Polewali dan Kabupaten Mamasa). Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi salah satu daerah yang paling terisolir atau ‘yang terlupakan’ di Sulawesi Selatan. Ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain, yang terpenting: 1) Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota provinsi (Makassar); 2) Kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan yang buruk; 3) Mayoritas penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa kelompok sub-etnik kecil lainnya) yang lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan kelompok etnis mayoritas dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau bahkan feodal) – pada awal tahun 1960an, sekelompok intelektual muda Mandar pimpinan almarhum Baharuddin Lopa (Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, 1999-2000, dan sempat menjadi ‘aikon nasional’ gerakan anti korupsi karena kejujurannya yang sangat terkenal) melayangkan ‘Risalah Demokrasi’ menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap beberapa kebijakan politik Jakarta dan Makassar; serta 4) Fakta sejarah daerah ini sempat menjadi pangkalan utama ‘tentara pembelot’ (Batalion 310 pimpinan Kolonel Andi Selle), pada tahun 1950-60an, yang kecewa terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan kemudian melakukan perlawanan bersenjata terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI); selain sebagai daerah lintas-gunung dan hutan –untuk memperoleh pasokan senjata selundupan melalui Selat Makassar- oleh gerilyawan Darul Islam (DI) pimpinan Kahar Muzakkar yang berbasis utama di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Enrekang di sebelah timurnya. Akhir-akhir ini, di Provinsi Sulawesi Barat terdapat wacana pemekaran Kabupaten Polewali Mandar (Polman), yakni pembentukan Kabupaten Balanipa. Kabupaten Polewali Mandar adalah sebuah Kabupaten yang dalam peta administratif masuk ke dalam wilayah Sulawesi Barat melalui Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004. Sebelumnya dinamakan Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2004, daerah ini bernama Polewali Mamasa ( Polmas ) yang secara administratif berada dalam wilayah Sulawesi Sealtan. Setelah terjadi pemekaran Kabupaten Mamasa sebagai
  • 11. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-11 kabupaten tersendiri, nama Kabupaten Polewali Mamasa pun diganti menjadi Kabupaten Polewali Mandar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dari segi geografi, penyatuan beberapa kecamatan dalam satu wilayah otonomi tersendiri akan lebih mempercepat proses pembangunan. Sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kecamatan-kecamatan yang diperkirakan akan bergabung antara lain : kecamatan Tinambung, Balanipa, Limboro, Alu, Balanipa, dan Campalagian, Luyo dan Tutar (Tubbi Taramanu). Tujuh kecamatan yang diwacanakan sebagai bagian dari Kabupaten Balanipa, luasnya 93.600 km2 dengan jumlah penduduk 2004 161.186 jiwa. Mereka tersebar pada 63 desa/kelurahan. Potensi ekonomi wilayah itu, terdiri hasil perikanan, perkebunan, dan jasa. Dari aspek sejarah, sejak awal abad ke-15 Balanipa merupakan pusat federasi tujuh kerajaan di wilayah Pitu Ba'Bana Binanga (tujuh muara sungai). Kabupaten Mamuju Utara dengan ibukota Pasangkayu termasuk kabupaten termuda dan terletak di bagian Utara Sulawesi Selatan, Kabupaten Mamuju Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Kabupaten Mamuju Utara merupakan gabungan dari kecamatan Pasangkayu bersama kecamatan Sarudu, Baras, dan Bambalamotu yang sebelumnya pernah menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju sebelum dimekarkan pada tahun 2001. 2. WILAYAH ADMINISTRASI Provinsi Sulawesi Barat memiliki 5 kabupaten, yakni : Kabupaten Polewali Mandar, Mamasa, Majene, Mamuju dan Mamuju Utara. 1) Kabupaten Mamuju Utara dengan ibukota Pasangkayu termasuk kabupaten termuda dan terletak di bagian Utara Sulawesi Selatan, Kabupaten Mamuju Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Kabupaten Mamuju Utara merupakan gabungan dari kecamatan Pasangkayu bersama kecamatan Sarudu, Baras, dan Bambalamotu yang sebelumnya pernah menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju sebelum dimekarkan pada tahun 2001. 2) Kabupaten Mamuju Utara mempunyai 9 kecamatan, 8 kelurahan dan desa 119 buah. 3) Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari 14 kecamatan, 108 kelurahan dan 18 desa. 4) Kabupaten Majene terdiri dari 4 kecamatan, 14 kelurahan dan 21 desa. 5) Kabupaten Mamasa terdiri dari 10 Kecamatan dan 123 Kelurahan/Desa. 3. ORBITASI DAN PENCAPAIAN 1) KABUPATEN MAJENE Kabupaten Majene memiliki jarak tempuh dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 302 Kabupaten Majene. 2) KABUPATEN MAMASA Kabupaten Mamasa berjarak sekitar 252 km dari kota Makassar, dapat ditempuh sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil. Dari kota parepare, pusat kawasan pengembangan ekonomi terpadu di Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 100 km.
  • 12. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-12 GAMBAR 3.3 : LETAK PROVINSI SULAWESI BARAT DALAM WILAYAH NKRI GAMBAR 3.4 : WILAYAH ADMINISTRASI PROVINSI SULAWESI BARAT 3) KABUPATEN MAMUJU UTARA Kabupaten Mamuju Utara terletak 719 kilometer dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari Palu ibukota Sulawesi Tengah dengan jarak 130 Km, waktu tempuh sekitar 3 jam. Dengan waktu tempuh yang lebih dekat itu membuat sebagian masyarakat apabila ingin ibukota provinsi memilih ke Palu terlebih dahulu kemudian naik pesawat ke Makassar. Jarak Pasangkayu, yang juga ibukota kabupaten dengan mantan induk sekitar 276 kilometer. Jarak yang relatif dekat itu menghabiskan waktu tempuh 8-9 jam. Kondisi jalan dengan sekitar 30 persen berlubang mengakibatkan banyak waktu terbuang. Kondisi ini berbeda 180 derajat dengan jalan beraspal mulus yang menghubungkan Makassar. Meski jaraknya lebih jauh,443 kilometer, waktu tempuh nyaris sama 8 jam. Tidak mengherankan bila perjalanan Makassar Mamuju lebih bisa dinikmati dengan perjalanan dari Mamuju ke Pasangkayu. 4) KABUPATEN MAMUJU Jarak tempuh dari ibukota provinsi 455 Km. 5) KABUPATEN POLEWALI MANDAR Jarak tempuh dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan 255 km. 4. LUAS WILAYAH Luas wilayah sekitar 16,796.19 km². Dari luas wilayah tersebut, sekitar 969.914 ha dialokasikan sebagai lahan perkebunan, dan sekitar 1.213.476 ha masih berupa hutan, selebihnya dipergunakan untuk pemukiman, Industri dan lain-lain. Luas wilayah Kabupaten Majene 947,84 km. Luas wilayah Kabupaten Mamasa 275.923 Km 2. Luas wilayah Kabupaten Mamuju Utara 3.043,75 km2. Kabupaten Mamuju luasnya 11.057,81 km2. Kabupaten Polewali Mandar luas wilayah 4.781,53 km2 (sebelum pemekaran), setelah pemekaran berkurang menjadi 3.240,56 km2
  • 13. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-13
  • 14. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-14 5. LETAK GEOGRAFIS Provinsi ini di sebelah timur dan selatan berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, dan sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Majene mempunyai posisi wilayah yang sangat strategis, terletak di sebelah Utara Kota Makassar. Kabupaten Majene sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majene, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Mandar, sebelah barat berbatasan dengan selat Makassar dan sebelah Timur dengan Kabupaten Polmas. Secara geografi Kabupaten Majene terletak pada koordinat antara 2o 38o 45’ sampai 3 o 38’ 45” Lintang Selatan dan 118 o 45’ 00” sampai 119 o 45’ 00 ” Bujur Timur. Kabupaten Majene di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majene, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Mandar, sebelah barat berbatasan dengan selat Makassar dan sebelah Timur dengan Kabupaten Polmas. Secara geografis Kabupaten Mamasa terletak pada koordinat antara 12o 5? sampai 12o 50? 00? Lintang Selatan dan 2o 40? 00? sampai 3? 32? 00? Bujur Timur. Batas wilayah sesebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Polmas, sebelah Timur dengan Kabupaten Tator dan Kabupaten Pinrang serta Sebelah Barat dengan Kabupaten Mamuju. Secara geografis Kabupaten Mamuju Utara terletak pada koordinat antara 3o 39? sampai 4 o 16? Lintang Selatan dan 119 o 53? sampai 120 o27? Bujur Timur dengan Batas wilayah yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatas dengan Sebelah Selatan Kabupaten Mamuju, sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu Utara dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Kabupaten Mamuju berada di pesisir pantai Barat Sulawesi, letaknya sangat strategis karena merupakan pintu gerbang segi tiga yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah-Kalimantan Timur. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak pada koordinat antara 0o 53? 10? sampai 2 o 54? 52? Lintang Selatan dan 118 o 54? 47? sampai 120o 05? 35? Bujur Timur. Batas-batas wilayah Sebelah Utara : Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Batas-batas wilayah Sebelah Selatan : Kabupaten Majene dan Kabupaten Polmas. Batas-batas wilayah Sebelah Timur : Kabupaten Tator dan Kabupaten Luwu. Batas-batas wilayah Sebelah Barat : Selat Makassar. Secara geografi Kabupaten Polewali Mandar terletak pada koordinat antara 12 o 5? 00 sampai 12? 50? 00? Lintang Selatan dan 2o 40? 00? sampai 3o .32? 00 ? Bujur Timur. Batas-batas wilayah Sebelah Utara : Kabupaten Mamasa. Batas-batas wilayah Sebelah Selatan : Teluk Mandar. Batas-batas wilayah Sebelah Timur : Kabupaten Pinrang. Batas-batas wilayah Sebelah Barat : Kabupaten Majene. 6. FISIK DASAR Provinsi Sulawesi Barat meru[pakan provinsi yang dominan masih ditutupi hutan. Kondisi Hutan di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada GAMBAR 3.5. Sedangkan pengusahaan HPH atas hutan tersebut dapat dilihat pada GAMBAR 3.6. Provinsi Sulawesi Barat berada pada Tatanan Tektonik Indonesia. Pada 50 juta tahun yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya, ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Mesozoikum di sebelah barat Sumatera, menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi Barat, mulai melemah
  • 15. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-15 pada Paleosen dan berhenti pada kala Eosen. Kabupaten Polewali Mandar, sebagai kabupaten yang memiliki kekhasan kebudayaan maritim menjadi tidaklah lengkap jika tidak melihat dan mendatangi pulau – pulau yang bertebaran di sepanjang pantai Polewali. Tercatat sedikitnya ada 6 pulau – pulau kecil mulai dari Pulau Battoa, Pulau Tangnga, Pulau Tosalama’, Pulau Gusung Toraja dan Pulau Karamasang serta Pulau panampeang yang bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan perahu motor milik warga yang menjangkar di Kecamatan Binuang dan Kecamatan Polewali dengan jarak tempuh sekitar setengah jam perjalanan. Yang menarik dari pulau ini, selain keindahan alamnya, beberapa diantaranya pulau – pulau ini hingga kini belumlah berpenghuni.sehingga cukup refresentatif untuk ditemapti bersantai atau rekreasi bersama keluarga ditemani semilir angin laut dan debur gelombang yang lembut, tenang dan bersahabat seraya memancing, berjemur dan berenang. 7. KEPENDUDUKAN, SOSIAL DAN BUDAYA 1) KEPENDUDUKAN Berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi Nasional Tahun 2004 dan 2005, diketahui jumlah penduduk di provinsi ini sebanyak 962,713 jiwa dan 996.843 jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,83% : 1) Jumlah penduduk Kabupaten Majene sebanyak 138.825 orang yang terdiri dari laki-laki 65.900 orang dan perempuan 71.925 orang. 2) Jumlah penduduk Kabupaten Mamasa sebanyak 125.088 orang yang terdiri dari laki-laki 62,132 orang dan perempuan 62,956 orang. 3) Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 72.814 orang. 4) Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 296.229 orang 5) Jumlah penduduk Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 455.572 orang yang terdiri dari laki-laki 218.373 orang dan perempuan 237.190 orang. Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). 2) BUDAYA 1- PAKAIAN ADAT Pakaian adat masyarakat Provinsi Sulawesi Barat, khususnya Polewali Mandar juga sangatlah beragam. Namun bagi orang Mandar untuk mengenakan pakaian adat tertentu, mestinya mengikuti etika dan tradisi yang telah dianut secara turun temurun. Salah satu pakaian adat Mandar yang cukup populer adalah, jenis baju pokko dan passigar. Pakaian adat ini biasanya dikenakan pada acara perkawinan oleh pengantin atau pada saat seorang perempuan menunggangi kuda pattu’du ( menari ). Juga pada saat dilangsungkan acara–acara tradisi kenduri budaya lainnya, lengkap dengan pernak–perniknya seperti dali ( subang ), gallang ( gelang ) dan sebagainya. 2- AKTIVITAS SOSIAL DAN PUBLIK Aktivitas warga masyarakat Mandar yang ada di Polewali Mandar yang juga cukup menarik dinikmati adalah aktivitas tradisional dalam mencari nafkah di laut mapun di sungai. Mulai dari memancing ikan di laut atau sungai, atau sekedar mendayung lepa – lepa ( jenis perahu tradisional ) untuk menambang pasir di sungai Mandar. Aktivitas ini hampir bisa di temui di sepanjang pesisir pantai yang memanjang mulai dari Kecamatan Binuang hingga Kecamatan Tinambung. Kecuali penambang pasir dengan meng-
  • 16. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-16 gunakan alat angkut lepa – lepa hanya dapat ditemui si sepanjang sungai Mandar yang membelah Kecamatan Tinambung dan berada di jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Barat. 3- SIWALIPARRI’ Hal lain yang sangat menarik dan cukup unik di Mandar adalah melekatnya konsep nilai siwaliparri’. Konsep siwaliparri’ sendiri berangkat dari pemahaman akan kebersamaan dan kesetaraan perempuan dan laki – laki dalam menafkahi kehidupan. Hal ini tergambar dari begitu banyaknya perempuan – perempuan Mandar, utamanya ibu – ibu rumah tangga baik di wilayah pedalaman maupun di pesisiran yang ikut mambantu suaminya dalam mengerjakan kegiatan yang bernilai ekonomi. Untuk mendukung kehidupan rumah tangga mereka. Mulai dari perempuan penambang pasir di Sungai Mandar Tinambung, penjemur gabah, pengambil makanan ternak dan pemikul air enau. Untuk aktivitas serupa ini dapat ditemukan hampir disemua kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar. Hingga kini, konsep ini masih terus dipraktekkan ditengah – tengah masyarakat sebagai sebuah nilai budya luhur orang Mandar. 4- PEREMPUAN YANG BEKERJA Dalam keseharian masyarakat Mandar, utamanya yang berdiam di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, pemandangan perempuan – perempuan yang bekerja menjadi sesuatu yang sangat akrab. Mulai dari membuat gula areng, membuat kasur kapuk, atau perempuan pemecah kemiri serta perempuan pemintal tali. Untuk mengamati aktivitas perempuan – perempuan Mandar ini dapat ditemukan di hampir semua kecamatan. Tetapi untuk aktivitas – aktivitas tertentu, seperti pembuat gula areng dapat ditemukan di daerah pedalaman seperti Kecamatan Balanipa, Limboro dan Alu serta beberapa kecamatan lainnya. Demikian pula halnya dengan pembuat kasur kapuk, juga dapat di temukan di Kecamatan Wonomulyo dan Limboro. Sedangkan perempuan pemintal tali dapat ditemukan di Kecamatan Tinambung dan Balanipa. 5- DUNIA ANAK LAUT DAN SUNGAI Untuk melengkapi kunjungan kita ke Polewali Mandar, di beberap tempat dunia permainan anak – anak Mandar juga menawarkan nuansa lain yang menarik. Bahkan sayang untuk dilewatkan. Betapa tidak, dari aktivitas permainan mereka, dapat ditemukan kenyataan lain, betapa karibnya mereka dengan alam tempat mereka hidup. Sehingga pemandangan anak – anak yang memancing di pinggir pantai adalah pemandangan yang akan sangat mengasyikkan. Atau di wilayah pedalaman maka mata kita akan dipertemukan dengan dunia riang anak – anak Mandar yang bermain sambil mandi atau mereka yang mengambil air sungai untuk membantu keluarga. Bahkan bisa jadi, akan membuat kita untuk ikut serta menikmati dunia riang mereka. Pemandangan serupa ini dapat kita temukan hampir di semua wilayah pesisiran dan di wilayah pedalaman. Utamanya di sungai Mandar yang bermuara di Kecmatan Tinambung. 6- PASAR TRADISIONAL Salah satu objek kunjungan yang tak kalah menariknya di Polewali Mandar adalah, pasar – pasar tradisional. Objek ini sangat menarik, sebab beberapa hasil kerajinan dan keterampilan masyarakat Mandar yang bercita rasa tradisional dengan gampang dapat ditemukan di tengah – tengah pasar tradisional. Tidak terkecuali makanan khas tradisional Mandar juga dapat
  • 17. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-17 ditemukan, bahkan dicicipi di pasar – pasar yang juga merata ada hampir di semua kecamatan di Polewali Mandar. Tak kalah dengan daerah lain, beragam hasil kerajinan dan keterampilan tangan yang bercita rasa artistik tradisional juga dapat dijumpai di Polewali Mandar. Mulai dari proses pembautan perahu, pembuatan tembikar atau gerabah hingga pada keris, parang, jembiah dan senjata tajam lainnya. Khusus pembuatan perahu bermotor maupun yang tradisional dapat ditemui disepanjang pesisir pantai Kecamatan Campalagian hingga Kecamatan Balanipa dan Tinambung. Untuk pembuatan gerabah atau tembikar dapat pula ditemui di Kecamatan Balanipa. Demikian pula halnya para pandai besi yang menempah keris, jembiah dan senjata tajam lainnya dapat pula ditemukan di Kecamatan Campalagian. 7- KESENIAN TRADISIONAL Salah satu objrl wisata di Polewali Mandar yang juga menarik adalah, objek kesenian tradisional mereka. Beberapa kekayaan kesenian tradisional itu dapat dilihat dari kepandaian para seniman tradisi dalam menabuh perkusi jenis rebana dan gendang. Untuk mengamati kegiatan berkesenian mereka dengan pola dan irama pukul khas Mandar dapat dilihat pada saat dihelat acara kenduri budaya atau pesta perkawinan dan acara syukuran. Bahkan acara serupa dapat pula ditemui pada pementasan – pementasan seni tradisional yang memang diperuntukkan untuk pergelaran kesenian tradisional masyarakat Mandar. 8- SENI MUSIK TRADISIONAL Selain kepandaian seniman tradisi dalam menabuh perkusi beberapa bentuk kesenian tradisional yang dapat di temui di Polewali Mandar adalah, kepandaian mereka dalam memainkan kecapi Mandar, keke ( alat tiup yang terbuat dari bambu ), gongga ( alat pukul terbuat dari bambu ), calong ( alat pukul yang terbuat dari bilah bambu dan batok kelapa ). Juga kesenian jenis sayang–sayang yang kesemuanya itu biasa dipertontonkan pada saat digelar acara–acara perkawinan, syukuran dan pergelaran seni pertunjukan. 9- ALAT MUSIK TRADISI DAN DRAMA Selain alat –alat musik khas Mandar di Kabupaten Polewali Mandar, beberapa bentuk kesenian pun dapat dinikmati seperti pertunjukan seni drama tradisional yang alur cerita dan setting penokohannya beranjak dari latar belakang ceritera kebudayaan dan tradisi masyarakat Mandar. Karya – karya serupa ini biasanya disusun oleh beberapa kelompok komunitas kesenian rakyat yang memang ajeg melakukan aktivitas pertunjukan kesenian rakyat. 10- SENI TARI DAN GERAK Seni tari dan gerak juga menjadi ikon tersendiri masyarakat Mandar di Kabupaten Polewali Mandar, yang menarik untuk dinikmati sebagai persembahan kesenian tradisional. Mulai dari tari tradisional yang memang menawarkan pergelaran seni tari dengan konsep dasar tari tradisional Mandar seperti Pattu’du hingga pada seni tari yang bersifat ekploratif seperti tari kreasi lainnya. Demikian pula seni gerak lainnya sperti pa’dego dan pa’macca ( keduanya sejenis pertunjukan gerak tradisi Mandar ) tetapi menyuguhkan gerak – gerak yang indah sehingga layak untuk dikomsumsi sebagai pertunjukan kesenian.
  • 18. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-18 GAMBAR 3.5 : PETA PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN
  • 19. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-19 GAMBAR 3.6 : PETA PERSEBARAN AREAL HPH
  • 20. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-20 11- SENI KRIYA DAN ARSITEKTUR Bidang lain dari kesenian khas Mandar yang juga dapat diamati di Polewali Mandar adalah beberapa bentuk ukiran. Mulai dari patung, hingga bentuk – bentuk ukiran untuk hiasan dan rumah – rumah panggung milik warga masyarakatnya. Ada ciri pahatan dan ukiran Mandar yang tersisa disetiap hasil aktivitas kesenian ini. Membuat ia menjadi menarik dan berbeda dengan daerah – daerah lainnya, sebab memiliki konsep dasar seni ukir atau pahat dan arsitektur orang Mandar. 12- MAKANAN KHAS Makanan khas juga menjadi bahagian lain yang menarik untuk dinikmati pada kunjungan setiap orang yang datang ke Kabupaten Polewali Mandar. Ada banyak makanan khas yang tentu tidak akan ditemui di daerah lain. Untuk menikmati makanan khas mereka dapat diperoleh di kedai – kedai rakyat yang terdapat di beberapa kecamatan di Polewali Mandar yang untuk mendapatkannya juga langsung dapat dinikmati ditempat pembuatannya. Sekaligus melihat dari dekat proses pembuatannya. Selain di kedai – kedai rakyat di kampung – kampung, makanan khas Mandar juga dapat diperoleh di beberapa tempat penjualan di pinggir jalan yang memang telah dipersiapkan menjadi tempat persinggahan bagi para pejalan yang langsung dapat menikmatinya. Seperti di Kecamatan Campalagian dan Tinambung. Selain itu, makanan khas masyarakat Mandar juga dapat diperoleh di beberapa pasar tradisional yang bertebaran hampir di semua kecamatan di kabupaten ini. 8. PEREKONOMIAN 1) PEREKONOMIAN MAKRO Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat atas dasar harga konstan pada tahun 2005 sebesar Rp. 3,12 triliun. Kontribusi terbesar datang dari sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 1,72 triliun atau sekitar 55,3 %, dari total PDRB, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp. 411,8 miliar (13,2%) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 403,5 miliar (12,9%). Secara umum, perkembangan PDRB Sulawesi Barat dapat dilihat pada grafik di samping. TABEL 3.2 : PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH SEKTOR 2004 2005 RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) % Pertanian 12,313,065 32.81 2,472,699 56.00 Pertambangan 3,496,308 9.32 0 0.00 Industri Pengolahan 498,060 13.27 0 0.00 Listrik dan Air Bersih 406,719 1.09 0 0.00 Bangunan 1,684,331 4.49 0 0.00 Perdagangan, Hotel, Restoran 5,420,041 14.44 0 0.00 Angkutan/Komunikasi 2,830,599 7.54 0 0.00 Bank/Keu/Perum 2,198,255 5.86 0 0.00 Jasa 4,195,132 11.18 0 0.00
  • 21. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-21 SEKTOR 2004 2005 RUPIAH (JUTA) % RUPIAH (JUTA) % Total 33,042,511 2,472,699 LAJU PERTUMBUHAN - - Sumber Data : Sulawesi Barat Dalam angka 2004/2005, BPS Untuk kegiatan ekspor, pada tahun 2004 provinsi ini mampu mencapai nilai ekspor sebesar US$ 1,27 miliar (data masih bergabung dengan Sulawesi Selatan) dengan volume ekspor sebesar 657.783.784 ton. Kontribusi terbesar datang dari ekspor Nikel dengan nilai ekspor US$ 792,08 juta dan disusul oleh komoditi kakao sebesar US$ 283,83 juta. Provinsi ini memiliki komoditi unggulan dari sub sektor perkebunan dan perikanan. Komoditi unggulan tersebut meliputi : kelapa, kakao dan kelapa sawit serta perikanan tangkap. Provinsi ini memiliki kawasan hutan dengan luas total 1.120.583 ha, terdiri dari hutan lindung seluas 700.020 ha, 341.904 ha hutan produksi terbatas dan 78.659 ha hutan produksi biasa. Adapun komoditi yang dihasilkan berupa kayu sebanyak 51.306 meter kubik dan hasil nonkayu seperti rotan dan damar sebanyak 2.927 meter kubik. Dalam bidang ekonomi Kabupaten Mamuju Utara bergantung pada sektor pertanian. Konstribusi pertanian terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Mamuju Utara tahun 2002 tercatat Rp 238,67 miliar. Nilai ini setara dengan 78,32 persen total kegiatan ekonomi Rp 304,72 miliar. Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda penggerak utama. Kegiatan ekonomi di bidang perkebunan menghasilkan tidak kurang dari 195,62 miliar. Selama lima tahun terakhir (2000-2004) PDRB Kabupaten Mamuju Utara terus mengalami peningkatan. Kalau pada tahun 2000 baru mencapai sekitar 290.793,78 juta rupiah maka pada tahun 2004 meningkat menjadi sekitar 511.995,85 juta rupiah. Dan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 12,01 persen. Kontribusi PDRB Kabupaten Mamuju Utara terhadap PDRB Sulawesi Selatan selama periode 2000-2004 cenderung meningkat. Besar kecilnya perkembangan PDRB Kabupaten Mamuju Utara berpengaruh pada besar kecilnya sumbangan PDRB Kabupaten Mamuju Utara terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2000 sumbangan PDRB Kabupaten Mamuju Utara terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan sebesar 0,94 persen naik menjadi 1,05 persen pada tahun 2004. Sekalipun demikian, kontribusi tersebut relatif masih kecil TABEL 3.3 : PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN MAMUJU UTARA DAN PD2B SULAWESI SELATAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2000 - 2004 TAHUN PDRB SULSEL (JUTA RP) PDRB MAMUJU UTARA (JUTA RP) PERSENTASE PDRB KAB. MAMUJU UTARA THD PDRB SUL-SEL 2000 30.875.293,05 290.793,76 0,94 2001 34.864.914,30 353.880,55 1,02 2002 38.646.907,16 404.473,54 1,05 2003 43.072.847,75 457.118,07 1,06 2004 48.765.946,16 511.995,85 1,05 Sumber BPS Prov. Sul-Sel dan Kabupaten Mamuju
  • 22. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-22 2) PEREKONOMIAN SEKTORAL Perekonomian Provinsi Sumatera Barat memiliki komoditi utama dan komoditi unggulan, yakni sebagaimana di bawah ini. 1- KOMODITI UTAMA a. Kakao. b. Nikel. 2- KOMODITI UNGGULAN a. Primer-Perikanan:Perikanan Tangkap b. Primer-Perkebunan:Kelapa Sawit c. Primer-Perkebunan:Kakao d. Sekunder-Industri:Industri Furniture Rotan e. Sekunder-Industri:Industri Ikan Beku f. Sekunder-Industri:Industri Kacang Mete g. Sekunder-Industri:Industri Pengalengan Ikan h. Sekunder-Industri:Industri Pengolahan Kakao i. Sekunder-Industri:Industri Kelapa Terpadu j. Sekunder-Industri:Industri Pengolahan Kopi Persebaran lokasi komoditi utama dan unggulan tersebut dapat dilihat pada GAMBAR 3.7. GAMBAR 3.7 : PETA KOMODITAS UNGULAN PROVINSI SULAWESI BARAT
  • 23. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-23 3) PEREKONOMIAN REGIONAL 1- KABUPATEN MAJENE Kabupaten Majene merupakan daerah perdagangan yang didukung dengan keberadaan sarana perdagangan berupa pasar permanen dan pasar darurat. Di sektor Industri kecil, memiliki prospek yang sangat cerah, karena terdapat 2.949 buah unit industri kecil yang tersebar di seluruh kecamatan dan mampu menyerap sebanyak 5.467 tenaga kerja. Industri kecil yang paling potensil adalah pengolahan ikan asin, pembuatan keramik, pertukangan dan pembuatan kopra. Sedangkan komoditas andalan adalah industri tenun gedongan sarung sutra mandar. Di sektor peternakan, kabupaten Majene memiliki potensi pengembangan ternak besar seperti kerbau, sapi, Kuda, Kambing maupun ternak kecil, dan unggas seperti itik, ayam ras dan ayam buras yang populasinya terus berkembang, khusus ternak besar seperti kambing sebagian dipelihara oleh masyarakat untuk kebutuhan lokal dan lainnya untuk perdagangan antar pulau adapun ternak kecil diperuntukkan untuk komsumsi lokal. a. SEKTOR PERTANIAN Potensi sektor pertanian Kabupaten Majene adalah tanaman pangan berupa sawah, beberapa komoditi pertanian unggulan seperti padi sawah, jagung, ubi kayu kacang-tanah, kedelai. Kacang hijau, pemerintah Kabupaten Majene berupaya meningkatkan produksi dan ekspor serta kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian. b. SEKTOR PETERNAKAN Di sektor peternakan, kabupaten Majene memiliki potensi pengembangan ternak besar seperti kerbau, sapi, Kuda, Kambing maupun ternak kecil, dan unggas seperti itik, ayam ras dan ayam buras yang populasinya terus berkembang, khusus ternak besar seperti kambing sebagian dipelihara oleh masyarakat untuk kebutuhan lokal dan lainnya untuk perdagangan antar pulau adapun ternak kecil diperuntukkan untuk komsumsi lokal. c. SEKTOR PERKEBUNAN Majene merupakan daerah yang terdiri atas tanah pegunungan dan tanah dataran rendah. Di bagian Selatan dan Barat sebagian besar terdiri atas tanah pegunungan. Karena itu daerah ini sangat tepat untuk dikembangkan berbagai komoditas pertanian. Selain potensi tanaman pangan juga dapat dikembangkan dibidang perkebunan diantaranya Kelapa dalam,kelapa hibrida kopi,cengkeh, kakao, jambu mente, lada,kemiri, kapok, vanili, sagu dan enau. 2- KABUPATEN MAMASA Kabupaten Mamasa memiliki beberapa objek wisata yaitu wisata budaya Kuburan Tedong-tedong Minanga di Kecamatan Mamasa, Wisata alam Air Terjun Sarambu dan Permandian Air Panas di desa Tadisi Kecamatan Sumarorong, Agro Wisata Perkebunan Markisa di Kecamatan Mamasa, Wisata Budaya Rumah adat, Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu.
  • 24. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-24 Hasil pertanian Kabupaten Mamasa diantaranya padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan buah- buahan sedang dari sektor peternakan adalah ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, dan Babi.. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam kampung, ayam ras, dan itik lokal. Hasil perkebunan Kabupaten Mamasa pada umumnya berupa kopi maupun kakao, yang dikelola petani secara tradisional. Tanaman kopi yang dihasilkan petani Kabupaten Mamasa, semasa masih menjadi bagian dari Kabupaten Polmas telah memberikan konstribusi dalam mengangkat nama Polmas sebagai penghasil kopi bahkan tidak sedikit kopi asal Mamasa yang di pasarkan di daerah tetangga seperti Kabupaten Tator. a. SEKTOR PERTANIAN Hasil pertanian Kabupaten Mamasa diantaranya padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan. b. SEKTOR PETERNAKAN Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk meningkatkan pendapatan peternak. Diantara populasi ternak yang berkembang di Kabupaten Mamasa adalah ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, dan Babi.. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam kampung, ayam ras, dan itik lokal. c. SEKTOR PERKEBUNAN Hasil perkebunan Kabupaten Mamasa pada umumnya berupa kopi maupun kakao, yang dikelola petani secara tradisional. Tanaman kopi yang dihasilkan petani Kabupaten Mamasa, semasa masih menjadi bagian dari Kabupaten Polmas telah memberikan konstribusi dalam mengangkat nama Polmas sebagai penghasil kopi bahkan tidak sedikit kopi asal Mamasa yang di pasarkan di daerah tetangga seperti Kabupaten Tator. 3- KABUPATEN MAMUJU UTARA Matra memiliki sekitar 4.100 hektar lahan perkebunan rakyat kelapa dalam. Tenaga kerja yang terserap ke perkebunan ini sedikitnya 4.200 petani. Dari 4.158 pohon yang berproduksi, dihasilkan 4.794 ton kelapa dalam. Daerah pemasarannya adalah Surabaya. Kelapa dalam dikirim ke ibukota Provinsi Jawa Timur itu melalui pelabuhan rakyat seradu. Luas lahan seluruhnya 36.818 hektar dengan produksi tidak kurang dari 200.000 ton. Selain cocok tanaman perkebunan, tanah Mamuju Utara juga baik untuk jeruk. Tanaman itu tumbuh baik di kecamatan Pasangkayu, Sarudu, dan Baras. Luas lahannya 1.026.250 hektar, dengan lahan terluas di Sarudu. Dari luas lahan itu terdapat sekitar satu juta pohon yang menghasilkan 94.942 ton jeruk. Samarinda, Surabaya dan Manado menjadi pasar utama jeruk Matra. Jeruk yang dihasilkan selanjutnya dikapalkan memalui Pelabuhan Belang-Belang di Kabupaten Mamuju.
  • 25. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-25 a. SEKTOR PERTANIAN Dalam meningkatkan ekonomi Mamuju Utara bergantung pada sektor pertanian, kontribusi pertanian terhadap pendapatan perkapita atau produk domestik tregional bruto (PDRB) tahun 2002 tercatat Rp 238,67 miliar. Nilai tersebut setara dengan 78,32 persen total kegiatan ekonomi Rp 304,72 milyar. Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda penggerak utama. Dimana kegiatan ekonomi di bidang perkebunan menghasilkan tidak kurang dari 195,62 milyar. b. SEKTOR PETERNAKAN Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk meningkatkan pendapatan peternak. Diantara populasi ternak yang berkembang di Kabupaten Mamuju Utara adalah ternak sapi, kerbau, kambing dan domba. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam ras, ayam buras dan itik. c. SEKTOR PERKEBUNAN Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju Utara sangat potensil dengan komoditas kelapa sawit dengan luas areal sekitar 15.000 ha. Disamping itu juga memiliki lahan perkebuna kakao sekitar 16.000 hektar, sedangkan cengkeh sekitar 145 hektar dan kelapa dalam dengan luas arel sekitar 4.100 hektar. Dari data tahun 2002 tenaga kerja yang terserap pada perkebunan ini sedikitnya 4.200 petani, dari 4.158 pohon yang berproduksi dihasilkan 4.794 ton kelapa dalam. Daerah pemasarannya adalah Surabaya. Kelapa dikirim ke Provinsi Jawa Timur melalui pelabuhan rakyat di Sarudu. Selain cocok untuk tanaman perkebunan, Kabupaten Mamuju Utara sangat cocok untuk ditanami jeruk manis. Tanaman ini tumbuh baik di Kecamatan Pasangkayu, Sarudu dan Baras. Luas lahannya sekitar 1.026.250 Ha dan terdapat sekitar satu juta pohon yang menghasilkan 94.942 ton jeruk. Daerah pemasarannya adalah Surabaya, Samarinda dan Manado yang dikapalkan melalui Pelabuhan Belang-belang di Kabupaten Mamuju. Mamuju Utara sebagai kabupaten yang berbatasan dengan propinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Selat Makassar mempunyai peluang investasi yang sangat besar. Sebagai Kabupaten yang relatif baru, Mamuju Utara telah terkenal sebagai salah satu daerah potensial untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Masing-masing kecamatan mempunyai komoditas unggulan. a. KECAMATAN SARUDU Kecamatan ini merupakan daerah yang terluas wilayahnya di Kabupaten Mamuju Utara. Daerah ini terkenal dengan potensi perkebunan seperti: coklat, jagung & jeruk. Banyaknya sungai yang mengalir membuat peluang pengembangan tambak di daerah ini sangat potensial. Peluang investasi di bidang pertambangan menjadi
  • 26. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-26 sangat terbuka, setelah ditemukankanya cadangan minyak, yang saat ini masih dalam tahap penelitian untuk mengetahui jumlah kandungan deposit minyak bumi di kecamatan ini. b. KECAMATAN BARA Dibangunnya tempat pelelangan ikan di daerah ini merupakan salah satu sarana pendukung dalam pengembangan potensi kelautan di kecamatan bara. Profesi penduduk yang sebagai besar adalah nelayan menjadikan daerah ini merupakan penghasil utama hasil laut untuk kabupaten Mamuju Utara. c. KECAMATAN BAMBALAMOTA Peluang investasi di bidang pertanian sangat mendukung dikarenkan banyaknya sungai-sungai kecil yang mengalir yang merupakan sumber irigasi bagi areal pertanian. Selain itu, daerah ini merupakan penghasil kopra yang merupakan salah satu komoditas unggulan kabupaten Mamuju Utara. Sektor peternakan masih mempunyai peluang investasi yang sangat besar, mengingat luasnya lahan kosong yang masih tersedia dan suburnya tanah di kabupaten Mamuju Utara. d. KECAMATAN PASANGKAYU Pasangkayu merupakan ibukota kabupaten serta pusat pemerintahan; kecamatan ini merupakan daerah yang paling cepat pembangunannya di Kabupaten Mamuju Utara. Potensi pariwisata yang belum tergarap dengan baik seperti Goa Appe yang merupakan goa kapur seta pesisir pantai sepanjang kecamatan ini, membuka peluang lebar untuk para investor. 4- KABUPATEN MAMUJU a. SEKTOR PERTANIAN Dalam meningkatkan ekonomi Mamuju Utara bergantung pada sektor pertanian, kontribusi pertanian terhadap pendapatan perkapita atau produk domestik tregional bruto (PDRB) tahun 2002 tercatat Rp 238,67 miliar. Nilai tersebut setara dengan 78,32 persen total kegiatan ekonomi Rp 304,72 milyar. Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda penggerak utama. Dimana kegiatan ekonomi di bidang perkebunan menghasilkan tidak kurang dari 195,62 milyar. b. SEKTOR PETERNAKAN Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk meningkatkan pendapatan peternak. Diantara populasi ternak yang berkembang di Kabupaten Mamuju adalah ternak sapi, kerbau, kambing dan domba. Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam ras, ayam buras dan itik. c. SEKTOR PERIKANAN Kabupaten Mamuju memiliki garis pantai terpanjang di Sulsel sekitar 415 Km yang tersebar di 48 desa dalam 13 wilayah kecamatan,
  • 27. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-27 menjadi salah satu potensi daerah ini. Produksi perikanan laut di kabupaten Mamuju sebanyak 30.000 ton, belum termasuk hasil tambak yang luasnya berkisar 22.950 ha serta rawa bakau seluas 10.241 ha. Selain itu juga dilakukan pengembangan budidaya laut berupa rumput dan teripang. Untuk tambak yang dikembangkan adalah udang dan ikan bandeng. d. SEKTOR PERKEBUNAN Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju dengan curah hujan yang merata, menjadikan daerah ini tepat untuk pengembangan kelapa sawit, kelapa dalam/hibrida, kakao, kopi arabika/robusta, kemiri, vanili, sagu dan lada. Dari komoditi tersebut yang dijadikan unggulan adalah kelapa sawit, kakao, kelapa dalam/hinrida dan kemiri. Khusus kelapa sawit di kabupaten Mamuju produksi tahun 2002 lalu sekitar 533.343 ton pertahun membuat daerah ini menjadi sentra produksi kelapa sawit terbesar di Sulawesi Selatan. Selain kelapa sawit dan kakao yang menjadi komoditas dikabupaten Mamuju, daerah ini juga penghasil aneka macam buah-buahan. Salah satunya yang tengah dikembangkan secara besar-besaran petani di bumi Manakarra (amanah yang bertuah) ini adalah jeruk manis. Produksi jeruk manis di Kabupaten Mamuju mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Di pelabuhan Belang-belang misalnya, sekitar 200 ton jeruk manis asal mamuju secara rutin dikirim PT Ganda Dewata ke Jakarta setiap bulannya, belum termasuk jeruk manis yang diantar pulaukan ke Kalimantan melalui pelabuhan Feri. e. SEKTOR KEHUTANAN Kabupaten Mamuju memiliki kawasan hutan yang cukup luas, dengan aneka jenis kayu dan rotan di dalamnya. Dari data tahun 2003 memiliki hutan lindung berdasarkan TGHK seluas 495,94 hektar, RTRWP 588.374 Ha, hasil paduserasi 436.601 ha. Hutan produksi terbatas (HPT) berdasarkan TGHK 203.812 ha, RTRWP sekitar 82.494 ha, hasil paduserasi 258.570 ha. Hutan Produksi (HP) berdasarkan TGHK 45.687 ha, RTRWP 23.906 ha, hasil paduserasi 61.600 ha. Sedangkan untuk Hutan Produksi Konservasi (HPK) berdasarkan TGHK 99,736 ha, RTRWP 184.187 ha, hasil paduserasi 78.443 ha. 5- KABUPATEN POLEWALI MANDAR a. SEKTOR PERTANIAN Potensi sektor pertanian Kabupaten Polewali Mandar adalah tanaman pangan berupa sawah dengan luas areal 26.000 Ha, terdiri dari sawah beririgasi teknis 7.207 (belum termasuk persawahan dengan irigasi teknis dari bendungan Sekka-sekka dengan luas sekitar 12.000 Ha), setengah teknis 1.509 Ha, pengairan sederhana 5.787 Ha, irigasi non PU (swadaya) 4.763 Ha dan sawah tadah hujan 1.182 Ha. Setelah berfungsinya irigasi Sekka-sekka pertanaman padi setiap tahun pada areal 14.367 ha, menghasilkan 95.425 ton dengan harga gabah kering panen dengan irigasi yang teratur pertanaman padi dilakukan pada areal 16.426 ha setiap tahun yang diperkirakan menghasilkan 122,323 ton gabah kering panen
  • 28. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-28 b. SEKTOR PETERNAKAN Di sektor peternakan, kabupaten Polewali Mandar memiliki potensi pengembangan ternak besar seperti kerbau, sapi, kuda maupun ternak kecil, dan unggas yang populasinya terus berkembang, khusus ternak besar sebagian dipelihara oleh masyarakat untuk kebutuhan lokal dan lainnya untuk perdagangan antar pulau adapun ternak kecil diperuntukkan untuk komsumsi lokal. c. SEKTOR PERKEBUNAN Pengembangan sektor perkebunan yang dilakukan di Kabupaten Polewali Mandar, bertumpu pada peningkatan peran serta masyarakat untuk meningkatkan produktifitas yang secara bertahap dapat menunjang pertumbuhan ekonomi pembangunan yang tujuannya mewujudkan pemerataan dan penyediaan kesempatan kerja. Pengembangan sektor perkebunan dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi dengan tetap memelihara sumber daya alam dan lingkungan sebagai wujud pelaksanaan konsep pembangunan yang berkelanjutan Luas lahan perkebunan di Kabupaten Polewali Mandar seluruhnya 88.499 Ha dengan komoditi kakao, kelapa dalam, kelapa hibrida, kopi robusta, kopi arabika, cengkeh dan jambu mente, pala, kemiri, kapuk, vanili, sagu dan enau. d. SEKTOR KEHUTANAN Luas hutan Kabupaten Polewali Mandar seluruhnya 237.085 Ha (sebelum dimekarkan) yang terdiri dari hutan lindung 181.680 Ha, hutan produksi 55.265 Ha dan hutan cagar alam suaka margasatwa 900 Ha. Potensi yang terdapat dalam hutan teridri dari berbagai jenis kayu dan rotan. 4) INVESTASI Investasi di Provinsi Sumatera Barat lebih banyak di sektor primer, sebagaimana dapat dilihat pada TABEL 3.4. TABEL 3.4 : JUMLAH PMA DAN NILAI INVESTASI Sektor 2004 Jumlah Nilai (ribu US$) Sektor Primer Tanaman Pangan & Perkebunan 1 1,342,000.00 Sektor Sekunder Industri Lainnya 5 13,783.18 Sektor Tersier Jasa lainnya 1 41,968.19 Listrik,Gas, & Air 1 205,000.00 Perdagangan & Reparasi 4 1,951.78 Total 12 1,604,703.15 Sumber Data : Sulawesi Barat Dalam angka 2004/2005, BPS
  • 29. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-29 9. FASILITAS SOSIAL DAN UMUM 1) KABUPATEN MAJENE 1- KESEHATAN Banyaknya Rumah sakit regional :  Rumah Sakit Umum : 1 buah  Puskesmas : 6 buah  Puskesmas Keliling : 9 buah  Puskesmas Pembantu : 31 buah  Apotek : 5 buah 2- AGAMA Tempat Peribadatan :  Mesjid : 556 buah  Gereja : 4 buah  Langgar : 1 buah  Mushallah : 8 buah 2) KABUPATEN MAMASA 1- KESEHATAN Banyaknya RS Regional dan RS Khusus :  RSU : buah  RS Khusus : 1 buah  Puskesmas : 3 buah  Pustu : 22 buah 2- AGAMA Tempat Peribadatan :  Mesjid : 95 buah  Gereja : 281 buah  Langgar : buah  Mushallah : 8 buah 3) KABUPATEN MAUJU UTARA Banyaknya Rumah sakit regional :  Rumah Sakit Umum : 2 buah  Puskesmas : 21 buah  Puskesmas Keliling : 10 buah  Puskesmas Pembantu : 58 buah  Apotek : 5 buah 4) KABUPATEN MAMUJU 1- KESEHATAN Banyaknya Rumah sakit regional :  Rumah Sakit Umum : 1 buah  Puskesmas : 17 buah  Puskesmas Keliling : 6 buah  Puskesmas Pembantu : 104 buah
  • 30. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-30  Apotek : 3 buah 2- AGAMA Tempat Peribadatan :  Mesjid : 101 buah  Gereja : 98 buah  Langgar : 65 buah  Mushallah : 4 buah  Pura : 90 buah  Vihara : 2 buah 5) KABUPATEN POLEWALI MANDAR 1- KESEHATAN Banyaknya Rumah sakit regional :  Rumah Sakit Umum : 1 buah  Puskesmas : 21 buah  Puskesmas Keliling : 69 buah  Puskesmas Pembantu : 15 buah  Apotek : 6 buah 2- AGAMA Tempat Peribadatan :  Mesjid : 657 buah  Gereja : 363 buah  Langgar : 46 buah  Mushallah : 41 buah  Pura : 1 buah 10. PRASARANA LINGKUNGAN Kondisi sediaan prasarana telekomunikasi di Provinsi Sulawesi Barat dapat disimak pada TABEL 3.5. TABEL 3.5 : KONDISI SEDIAAN PRASARANA TELEKOMUNIKASI SARANA TELEKOMUNIKASI Kapasitas Tersedia - SST Tersambung 7,621 SST SARANA TELEPON SELULER (BTS) ADA 11. TRANSPORTASI 1) TRANSPORTASI DARAT Untuk mendukung kegiatan perekonomian, provinsi ini memiliki pelabuhan laut : Belang-belang, Polewali, Majene, dan Mamuju serta 1 (satu) bandar udara, yaitu Bandar Udara Hasanudin. Pelabuhan Rakyat di Mamuju, Pelabuhan Samudera Belang-Belang terdapat di Bakengkeng Mamuju. Selain itu terdapat sejumlah pelabuhan laut yang dikelola oleh perusahaan swasta nasional di Kabupaten Mamuju Utara.
  • 31. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-31 2) TRANSPORTASI LAUT Kabupaten Majene memiliki sistem transportasi perairan berupa beberapa sarana pelabuhan yaitu pelabuhan Majene di kecamatan Banggai, Pelabuhan Palipi di kecamatan Sendana serta Pelabuhan Laut yang ada di kecamatan Pamboang dan kecamatan Malunda. Pelabuhan Fery Simboro Mamuju dan Pelabuhan rakyat Palippi di Majene merupakan pelabuhan antar pulau yang aktif melayani/menghubungkan pulau Kalimantan (Balikpapan). Kedua pelabuhan ini berhadapan langsung dengan selat Makassar, salah satu jalur lalu lintas pelayaran nasional dan internasional,. Kabupaten Majene memiliki jarak tempuh dari ibukota Sulsel sekitar 302 Km, dilengkapi dengan terminal induk dan terminal pembantu. Kondisi jalan dengan sekitar 30 persen berlubang mengakibatkan banyak waktu terbuang. Sebagian besar permukaan jalan terdiri dari kerikil bercampur tanah. Permukaan yang beraspal yang beraspal kasar, terkelupas disana-sini. Kondisi ini berbeda 180 derajat dengan jalan beraspal mulus yang menghubungkan Makassar, ibukota provinsi dengan Mamuju. Meski jaraknya lebih jauh,443 kilometer, waktu tempuh nyaris sama 8 jam. Tidak mengherankan bila perjalanan Makassar Mamuju lebih bisa dinikmati dengan perjalanan dari mamuju ke pasangkayu. 3) TRANSPORTASI UDARA Provinsi Sulawesi Barat juga memiliki Bandar Udara Tampa Padang ± 27 km dari Kota Mamuju, sementara ini mempunyai panjang landasan pacu sektar 759 m, kondisi ini menggambarkan bahwa hanya dapat didarati pesawat ukuran kecil jenis CASSA. Bandara ini merupakan jembatan udara yang menghubungkan Makassar-Mamuju- Balikpapan PP. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memiliki keingingan untuk meningkatkan dan mengembangkan Bandar Udara Tanpa Padang Mamuju dengan panjang landasan 790 m menjadi 2500 m. 4) TRANSPORTASI TRADISIONAL Yang tak kalah menariknya dicermati saat berkunjung ke Provinsi Sulawesi Barat, khususnya Polewali Mandar adalah, kendaraan tradisional sebagai alat transportasi yang hingga kini masih banyak digunakan oleh warga. Bagi pelancong juga dapat mengendarainya kendaraan-kendaraan tradisional ini seperti bendi yang digunakan dari satu desa ke desa lainnya. Atau kuda tunggangan untuk menuju beberapa desa yang mendannya agak berat di beberapa daerah pedalaman. Hinga perahu motor maupun perahu layar juga banyak digunakan oleh warga yang menyeberang ke pulau – pulau kecil di Polewali. Bahkan sekedar untuk memancing ikan dan kegiatan rekreatif lainnya. Sehari – hari kendaraan serupa ini di gunakan warga untuk aktivitas pencaharian nafkah di laut khusus untuk daerah – daerah pesisiran. 3.2.2. POTRET KEPARIWISATAAN 1. SISI SEDIAAN 1) ODTW 1- KABUPATEN MAJENE Untuk menarik wisatawan mancanegara maupun domestik, telah disediakan
  • 32. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-32 dan dikembangkan beberapa obyek wisata yang tersebar pada setiap kecamatan, baik wisata alam, bahari dan budaya. Khusus obyek wisata unggulan telah dikembangkan :  Pantai Pasir Putih Dato Pangele,  Pasir Putih Bonde-bonde,  Permandian Air Panas Makula Limboro yang memiliki panorama alam yang indah. Daftar ODTW selengkapnya, dapat dilihat pada TABEL 3.6. TABEL 3.6 : DAFTAR ODTW DI KABUPATEN MAJENE NO. OBYEK WISATA LOKASI JARAK DARI IBUKOTA KECAMATAN JENIS OBYEK A. KECAMATAN BANGGAE 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Pantai Pasir Putih Barane Pantai Pasir Tamo P.Pasir Putih Dato Pangale P.Pasir Putih Leppe Pantai Labuang Pantai Pangali-ali P.Pasir Putih Rangas Kolam Renang Makam Raja-Raja Banggae Museum Kab. Majene Puncak Salabose Permandian Sungai Tempo Air Terjun Orongan Puawang Kel. Baurung Kel. Baurung Kel. Baurung Kel. Baurung Kel. Labuang Kel. Pangali-ali Kel. Totoli Kel. Totoli Kel. Pangali-ali Kel. Banggae Kel. Banggae Kel. Baru Kel. Baruga Dua 4 km 3 km 2 km 1,5 km 0,5 km 0,2 km 5 km 3 km 1 km 0,3 km 1 km 3 km 4km W. Alam W. Bahari W. Bahari W. Bahari W. Bahari W. Bahari W. Bahari W. Bahari W. Budaya W. Budaya W. Budaya W. Alam W. Alam B. KECAMATAN PAMBOANG 14. 15. 16. 17. Pantai Luaor Permandian Olong Pokki Benteng Ammana Wewang Makam Suriodilogo Desa Bonde K. Lalampanua B. Desa Betteng K. Lalampanua 6 km 1 km 4 km 0,2 km W. Bahari W. Bahari W. Budaya W. Budaya C. KECAMATAN SENDANA 18. 19. 20. 21. 22. 23. Pantai/Pulau Maluno Pulau Idaman P.Pasir Putih Bonde Air Terjun Malle Perman. Air Panas Makula’ Permandian Sungai Tubo Desa Putta’da Desa Sendana Desa Onang Kel. Mosso D. Tallubanua Desa Tubo 4 km 7 km 30 km 4 km 10 km 40 km W. Bahari W. Bahari W. Bahari W. Alam W. Alam W. Alam D. KECAMATAN MALUNDA 24. 25. Air Terjun Mario Air Terjun Takkuliliang Kel. Malunda Kel. Malunda 1,5 km 2 km W. Alam W. Alam Pembaharuan terakhir : 2006-07-15 14:36:48 2- KABUPATEN MAMASA Kabupaten Mamasa memiliki beberapa objek wisata yaitu :  Wisata budaya Kuburan Tedong-tedong Minanga di Kecamatan Mamasa,  Wisata alam Air Terjun Sarambu dan Permandian Air Panas di desa Tadisi Kecamatan Sumarorong,
  • 33. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-33  Agro Wisata Perkebunan Markisa di Kecamatan Mamasa,  Wisata Budaya Rumah adat,  Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu. GAMBAR 3.8 : RUTE LOMBA PERAHU LAYAR SANDEQ X 3- KABUPATEN MAMUJU Kabupaten Mamuju memiliki potensi wisata yang cukup banyak meskipun belum terkelola dengan baik. Namun sarana penunjang kegiatan pariwisata telah tersedia berupa fasilitas akomodasi seperti Hotel, penginapan dan wisma serta fasilitas hiburan seperti Pub, Karaoke dan café maupun sejumlah rumah makan dan restoran. Obyek wisata yang ada di daerah ini berupa wisata alam, wisata Bahari dan Peninggalan sejarah. Lokasi obyek wisata tersebut tersebar di beberapa tempat dalam wilayah Kabupaten Mamuju. Beberapa objek wisata andalan Kabupaten Mamuju : a. Pulau Karampuan dengan objek Gua Lidah, Pantai Pasir Putih, Sumur Jodoh dan Taman Laut dengan aneka terumbu karangnya. b. Puncak Anjoro Pitu dan permandian alam Sodo. c. Air terjun Tamasapi. d. Air panas Padang Panga. e. Pasir Putih, Taman Laut dan gugusan karang Pulau Ambo. f. Pantai Pasir Putih Tanjung Ngalo dan Labuang Rano. g. Air Terjun Santana Bonehau dan Air Terjun Sondoang Kalukku. h. Kuburan Tua Lasalaga dan Patanna Bali. Kabupaten ini juga merupakan awal pemberangkatan kapal bagi Lomba Perahu Layar Sandeq X yang direncanakan akan diselenggarakan dari 12 Augustus 2007 di Mamuju dan berakhir pada tanggal 26 Augustus 2007 di Makassar.
  • 34. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-34 TABEL 3.7 : DAFTAR ODTW DI KABUPATEN MAMUJU Sumber : Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kab. Mamuju
  • 35. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-35 4- KABUPATEN POLEWALI MANDAR Kabupaten Polewali Mandar memiliki sejumlah kekhasan, seperti kekayaan alam dan kebudayaan sebagai potensi parawisata yang besar dibandingkan dengan daerah lain di Suawesi Barat. Diantara potensi- potensi besar tersebut adalah, wisata bahari, wisata alam, wisata budaya dan kerajinan yang tersebar hampir disemua kecamatan. Mulai dari wisata bahari kepulauan dan pesisir pantai yang sangat indah dan alami. Ditambah dengan wisata pedalaman yang memiliki wisata tirta, wisdata ritual dan situs hingga wisata sosial dan publik yang juga menawarkan sejuta keindahan kebudayaan dan alam yang eksotis. Bagi siapapun pejalan budaya dan petandang wisata tentu akan pulang membawa sejuta kesan yang tak dapat dilupakan. Sebab segera setelah matahari terbit dari ujung timur, maka hamparan kilauan pasir putih disepanjang pantai ditambah aktivitas para nelayan yang turun melaut atau pulang dari laut, mulai dari Kecamatan Binuang hingga Kecamatan Tinambung akan membentang panorama nan eksotis yang menawarkan sejuta kedamaian sekaligus penegasan akan ketegaran para pelaut ulung Mandar, meyusur samudera dengan Sandeq (perahu bercadik khas Mandar) Potensi alam yang dimiliki daerah ini diantaranya :  Obyek wisata bahari Palippis dan Labuang yang terletak di Desa Bala, kecamatan Balanipa.  Pulau Gusung Toraja yang memiliki panorama pantai yang indah,  Wisata tirta bendungan Sekka-sekka yang terletak di desa Batupanga kecamatan Luyo,  Obyek wisata alam air terjun Kunyi, Anreapi.  Agrowisata Kanang di desa Battetanga kecamatan Binuang. Palippis sebagai salah satu objek wisata pesisir pantai juga menawarkan keindahan panorama alam laut yang sangat eksotis. Palippis yang terletak di Desa Bala Kecamatan Balanipa ini sekitar 20 Km dari ibu kota Kabupaten Polewali Mandar dan terletak di jalan poros Provinsi Sulawesi Barat ini menjadi kian manarik, sebab selain hamparan pasir putih yang memanjang, di sepanjang pantai keindahan alam perbukitan dan batu karang degan tebing dan goa alam pun tertawarkan. Utamanya di Lawuang yang memanjang dan bersambung dengan pantai Palippis dengan garis pantai kurang lebih sepanjang tiga kilo meter juga menawarkan eksotika tebing karang yang menyerupai ngarai. Perahu Sandeq juga adalah sebuah ikon kehebatan maritim masyarakat Mandar, cukup beralasan memang, sebab kehebatan para pelaut ulung Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik ini. Dalam keseharian perahu Sandeq digunakan untuk mencaei nafkah di laut yang terdalam sekalipun. Tercatat dalam sejarah perahu Sandeq telah terbukti sanggup berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang dan Madagaskar. Sebab selain ia memiliki bentuk yang elok nan cantik dengan panjang kurang lebih 9 – 16 meter dengan lebar 0,5 – 1 meter juga mampu dipacu hingga kecepatan 15 – 20 Knot atau 30 – 40 Km perjam. Sehingga sebagai perahu layar yang tercantik dan tercepat juga mampu menerjang ombak yang besar sekalipun. Beberapa even perlombaan pun kerap digelar untuk membuktikan ketangguhan perahu ini. Untuk melihat dari dekat proses pembuatan perahu cadik yang berlayar ini pun dapat ditemui di Pambusuang Kecamatan Balanipa.
  • 36. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-36 Perahu Sandeq juga adalah sebuah ikon kehebatan maritim masyarakat Mandar, cukup beralasan memang, sebab kehebatan para pelaut ulung Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik ini. Dalam keseharian perahu Sandeq digunakan untuk mencari nafkah di laut yang terdalam sekalipun. Tercatat dalam sejarah perahu Sandeq telah terbukti sanggup berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang dan Madagaskar. Sebab selain ia memiliki bentuk yang elok nan cantik dengan panjang kurang lebih 9 – 16 meter dengan lebar 0,5 – 1 meter juga mampu dipacu hingga kecepatan 15 – 20 Knot atau 30 – 40 Km perjam. Sehingga sebagai perahu layar yang tercantik dan tercepat juga mampu menerjang ombak yang besar sekalipun. Beberapa even perlombaan pun kerap digelar untuk membuktikan ketangguhan perahu ini. Untuk melihat dari dekat proses pembuatan perahu cadik yang berlayar ini pun dapat ditemui di Pambusuang Kecamatan Balanipa. Salah satu potensi yang menonjol di kabupaten ini adalah Air Terjun Limbong yang terletak di Desa Kurrak kecamatan Tapango. Karena didukung alamnya yang asri dan sejuk permandian alam ini sangat menarik untuk dikunjungi terutama bagi mereka yang ingin menikmati hawa pegunungan. Jarak tempuh dari kota polewali sekitar satu setengah jam melalui Wonomulyo, Pelitakan Tapango, Riso dan Kalimbua. Jarak tempuh yang terbilang dekat dari kota polewali karena jalan menuju Permandian telah dirintis oleh Pemerintah daerah yang dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Kabupaten ini juga memiliki potensi wisata bahari. Berkunjung ke Kabupaten Polewali Mandar, sebagai kabupaten yang memiliki kekhasan kebudayaan maritim menjadi tidaklah lengkap jika tidak melihat dan mendatangi pulau – pulau yang bertebaran di sepanjang pantai Polewali. Tercatat sedikitnya ada 6 pulau – pulau kecil mulai dari Pulau Battoa, Pulau Tangnga, Pulau Tosalama’, Pulau Gusung Toraja dan Pulau Karamasang serta Pulau panampeang yang bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan perahu motor milik warga yang menjangkar di Kecamatan Binuang dan Kecamatan Polewali dengan jarak tempuh sekitar setengah jam perjalanan. Yang menarik dari pulau ini, selain keindahan alamnya, beberapa diantaranya pulau – pulau ini hingga kini belumlah berpenghuni.sehingga cukup refresentatif untuk ditemapti bersantai atau rekreasi bersama keluarga ditemani semilir angin laut dan debur gelombang yang lembut, tenang dan bersahabat seraya memancing, berjemur dan berenang. Selain beberapa diantara pulau ini tidakberpenghuni, khusus pulau – pulau yang berpenghuni juga menawarkan beragam aktivitas masyarakat khas masyarakat pesisran yang menarik dan selalu tampil dengan seulas senyum ramah menyambut siapa saja yang datang bertandang ke tempat ini. Belum lagi flora dan fauna laut yang juga menawarkan keindahan tersendiri.ditambah dengan belantara hutan bakau yang beberapa diantaranya meliuk dan menambahkeindahan bibir bantai pulau-pulau. Sebelum mencapai pulau – pulau ini, utamanya jika perjalanan laut yang ditempuh menyusuri pesisir pantai dan dimulai dari Kecamatan Polewali, selain aktivitas penagkapan ikan secara tradisional akan banyak ditemui, pemandangan bangang yang berdiri tegak diatas permukaan lautpun akan banyak dijumpai. Termasuk aktivitas penambak rumput laut yang bertebaran di sepanjang pantai. Seakan menegaskan, betapa karibnya masyasarakat sekitar pulai ini dengan laut. Sebagai tempat mereka untuk menafkahi hidup dan mengisi waktu dalam kehidupan mereka. Aktivitas lainnya yang juga akan sangat banyak ditemui disepanjang perjalanan menuju pulau – pulau tersebut, adalah beberapa warga masyarakat yang mencari nafkah dengan menagkap ikan menggunakan jala atau alat pancing dari atas perahu – perahu tradisional milik mereka. Sehingga, selain keindahan alam laut yang akan kita temui
  • 37. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-37 dalam perjalanan menyusuri pulau – pulau ini , kita juga akan diperkenalkan dengan beragam jenis perahu – perahu tradisional masyarakat sekitar pulau ini. Mulai dari soppe – soppe, lepa –lepa, ba’go dan lain sebagainyayang kesemuanya itu mereka gunakan untuk mencari nafkah di lautan. Yang cukup khas dari masyarakat Mandar di Kabupaten Polewali Mandar adalah beragamnya ritual – ritual adat yang juga menawarkan kehangatan sekaligus kemegahan sebuah kebudyaan. Karena pada ritual – ritual adat tersebut, selain dapat diamati sebagai peristiwa kebudayaan, juga secara bersamaan dapat tercermati nilai – nilai luhur yang dianut oleh masyarakat Mandar. Seperti, ritual niparakka’I ( pelantikan adat ) misalnya. Yang berhak melakukan pelantikan adalah para penghulu adat yang mewakili atau merefresentasi warga masyarakat. Demikian pula bagi yang dilantik, juga mesti telah melalui ritual assipulu- pulungan ( musyawarah ) untuk menyeleksi appena ( watak ) dan pangandaranna ( kemampuan personalnya ) yang lalu dilanjutkan dengan upacara assitaliang ( penucapan janji ) yang dilakukan di depan warga masyarakat dan para penghulu adat. Kendati ritual ini agak jarang ditemukan kecuali pada waktu – waktu tertentu, namun ia cukup menawarkan sebuah panorama kebudayaan masyarakat yang berdiam di Polewali Mandar. Ritual lainnya adalah mappatamma ( khataman ) yang digelar bersamaan dengan pammunuang ( maulidan ). Yang menarik, sebab ritual serupa ini rutin digelar tiap tahunnya pada bulan – bulan Maulidan dan hampir dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, seperti Tinambung, Balanipa dan Camapalagian, serta Limboro dengan daya tarik utamanya, hadir perempuan – perempuan Mandar yang cantik nan kemayu menunggangi kuda pattu’du ( menari ) ditambah dengan pernak – pernik tiri’ ( telur yang ditusuk serupa sate ) yang menghiasi ritual ini. Sedang kuda menari sendiri juga acapkali pula ditampilkan pada ritual – ritual tradisi lainnya seperti tomesunna’ ( sunatan ), pappalikka ( perkawinan ) dan acara syukuran atau hajatan serta kenduri budaya lainnya. Lengkap dengan tetbuhan rebana dan tembang kalinda’da ( sastra lisan Mandar ) yang ditembangkan di depan kuda menari tersebut. Situs seakan telah menjadi kekuatan lain dari keluhuran kebudayaan masyarakat Mandar yang dapat ditemui dibanyak tempat di Kabupaten Polewali Mandar sebagai pusat kerajaan Mandar saat mencapai puncak keemasannya. Salah satu situs yang sangat menumental adalah, situs atau makam Todilaling atau Imayambungi mara’dia ( raja ) pertama Balanipa. Situs ini dapat ditemui di atas puncak pegunungan dibawah rimbunnya pohon beringin di Daerah Tammajarra Kecamatan Balanipa yang berjarak sekitar 3 Km dari jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Barat. S ahdan ditempat ini, beberapa perempuan penari Sahdan dan penabuh rebana serta pengikut setianya ikut dimasukkan ke dalam liang untuk menghibur jara yang telah tinggal jasad itu. Sebagai makna loyalitas dan rasa turut berbelasungkawa yang terdalam. Sehingga menurut cerita yang melegenda, hingga tujuh hari tujuh malam pasca dikebumikan, warga yang ada di sekitar makam ini masih dapat mendengar dengan lamat tetabuhan rebana dari dalam liang makam itu. Hingga akhirnya sunyi senyap, setelah pengikut setia sang raja tadi juga ikut meninggal bersamanya. S itus lain yang juga menarik untuk didatangi adalah situs yang terletak di Alu Kecamatan Alu yang merupakan makam Ammana Pattolawali, salah satu tetuah leluhur dan pejuang Mandar. Yang menarik dari situs ini, karena ia tidak ditanam ke dalam tanah, tetapi berdiri tegak dan konon, jika situasi dan suhu kampung tidak tenang, semisal akan ada bencana atau keributan di Mandar, maka situs kuburan ini akan bergerak dan bergeser posisinya. Tetapi akan kembali tegak ketika keadaan kembali normal. Situs ini terletak sekitar 15 Km ke arah Alu dari jalan poros Kecamatan Tinambung. Untuk sampai ditempat ini, dapat dilalui dengan kendaraan roda empat dan harus melewati
  • 38. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-38 jalan berkelok melalui pegungungan dan sepanjang pesisir sungai Mandar. S elain itu, situs lainnya juga dapat ditemui tidak jauh dari Todilaling di Tammajarra sekitar 4 Km dari jalan poros, juga diatas puncak bukit adalah situs makam Tomepayaung raja kedua kerajaan Balanipa. Yang menarik dalam kawasan situs pemakaman ini, adalah adanya bala tau ( aarena sabung orang ) yang terbuat dari batu bersegi empat dengan luas kurang lkebih 4 x 5 meter persegi. Sebagai tempat eksekusi sengketa yang melibatkan laki – laki. Cukup dengan dibekali keris kedua orang yang bersengketa itu lalu dimasukkan ke dalam arena. Diyakini, yang terkalahkan sudah pasti berada di pihak yang salah. Selain arena bala tau, masih dikawasan ini juga, terdapat pula tiga tungku besar yang konon adalah tempat mengeksekusi perkara yang melibatkan kaum perempuan. Dengan jalan, kedua pihak yang berperkara memasukkan dan merendam tangannya ke dala mair mendidih yang ada dalam tungku besar itu. Hal ini juga diyakini, bagi siapa saja yang tangannya hancur melepuh, pasti berada di piha kyang salah. Peninggalan situs lainnya, masih pada jaman kerajaan Tomepayung adalah, situs batu yang dikenal sebagai Allamungan batu Asstitaliang yang terletak di Kecamatan Luyo. Sekitar 8 Km dari jalan poros Kecamatan Mapilli. Situs ini adalah simbol dari ikrar persatuan tujuh kerajaan di pedalaman dan tujuh kerajaan di pesisiran yang menyatu dalam sebuah konfrensi Mandar pada abad ke 18. W isata lain yang dapat dikunjungi dan tak kalah menariknya di Kabupaten Polewali Mandar adalah wisata peninggalan sejarah Islam. Seperti mesjid Nuruttaubah atau yang lebih dikenal dengan Mesjid Imam Lapeo peninggalan atau warisan Imam Lapeo. Mesjid ini terdapat di Lapeo Kecamatan Campalagian dan berada di jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Barat. Sekitar 30 Km dari Polewali. Disamping mesjid ini pulalah makam Imam Lapeo, salah seorang tokoh sufistik Mandar yang sangat dalam ilmu keagamaannya berada. Selain itu, mesjid yang juga monumental bagi sejarah perkembangan Islam di Mandar adalah, mesjid tua yang terletak sekitar 2 Km dari jalur jalan provinsi, tepatnya di Desa Lambanan Kecamatan Balanipa. Menurut sejarahnya, mesjid ini didirikan sekitar tahun 1600 M. Sejarah pengembangan Islam yang monumental di Mandar juga dapat ditemui pada makam Syech Al Ma’ruf salah satu pengatur agama Islam yang pertama di Tanah Mandar yakni sekitar abad XVI. Terletak di Pulau Tosalama Desa Ammasangan Kecamatan Binuang, yang untuk mengunjunginya ditempuh melalui perjalanan perahu motor sekitar 15 menit dari Polewali. Sebagai penganjur agama Islam yang memiliki kedalaman ilmu agama yang sangat luas, mak Syech Al Ma’ruf lalu kemudian dijuluki To Salama ( yang dikeramatkan ). Sebagaimana nama pulau tepat ia dimakamkan. Wisata tirta seperti air terjung bersusun Indo Ranoang dan pemandianLimbong, keduanya di Kecamapatan Anreapi. Selain itu, objek wisata tirta lainnya juga dapat ditemui di Biru Kecamatan Binuang, atau Limbong Miala dan Limbong Kamandang Desa Kurra Kecamatan Tapango. Ditambah objek wisata tirta Sekka – Sekka yang terletak di Batupanga Kecamatan Luyo, sekitar kurang lebih 5 Km dari Polewali. Kendati tidak alami, sebab ia merrupakan proyek bendungan irigasi, tetapi ia cukup menawarkan manorama yang indah, sebab ditempat ini acara rekreasi pun dapat berlangsung meriah. Sebab selain dapat digunakan sebagai tempat pemandian dan olah raga berenang, acara memancing ikan air tawarpun dapat dilakukan di tempat ini. 2) KORIDOR WISATA Koridor wisata di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada GAMBAR 3.14.
  • 39. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-39 2. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA 1) RIPPNAS Wilayah kepariwisataan nasional, secara umum terbagi atas 6 WPW (lihat GAMBAR 3.9). Dalam sistem perwilayahan ini, Provinsi Sulawesi Barat berada di WPW E. Pusat Pengembangan utama (gerbang utama) untuk perwitayahan kepariwisataan di Sulawesi dan Maluku meliputi Makasar. Manado yang dalam RTRWN berstatus PKN dan Ambon yang dalam RTRWN berstatus PKW. Dua pusat pertama memang telah ditetapkan dan berfungsi sebagai gerbang ke Indonesia Timur yang diterbangi oleh penerbangan asing secara langsung dan Singapura. Dan segi peran, artinya kota-kota tersebut akan menjadi kota utama dengan fasilitas-fasilitas utama, seperti hotel (khususnya hotel berbintang), pelabuhan udara yang memadai untuk pesawat berbadan lebar dan fasilitas lainnya. Selanjutnya pusat-pusat tersebut akan membawahj pusat-pusat pelayanan Kawasan Timur Indonesia aktivitas pariwisata yang lebih rendah jenjangnya, yaitu Palu, Luwuk, dan Toli-Toli (Sulteng): Palopo, Watampone, Pare-Pare, dan Mamuju (Sulsel). Kendari (Sultra); Ambon, Temate dan Tual (Maluku). Pada dasarnya identifikasi kawasan-kawasan strategis dan distribusinya diturunkan dan : identifikasi Kawasan Andalan Pariwisata berdasarkan Laporan Studi RIPPNAS November 1996. Akan tetapi ditakukan beberapa penyesuaian dan penambahan yang bersumber dari : Pola Pemanfaatan Ruang Tahun 2018 dan Lokasi Pengembangan Sektor Unggulan Pariwisata (RTRWN 1996), serta dari Studi Masukan Sektor Parivwsata terhadap Penyempumaan SNPPTR, Juli 1993 dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) dari setiap wilayah terkait. Dalam kebijakan pengembangan pariwisata nasional, terdapat beberapa kawasan pariwisata (tourism development area) yang diunggulkan, yakni sebagaimana dapat dilihat pada GAMBAR 3.10. Dari sejumlah kawasan pariwisata terebut, yang terdekat dengan wilayah studi adalah : Manado dan Tana Toraja. Untuk Manado, sebagai-mana dapat dilihat pada GAMBAR 3.12, pengembangan dipusatkan/diprioritaskan pada Tanjung Pulisan (lihat GAMBAR 3.13). Sementara itu, kebijakan pengembangan pariwisata nasional juga mengarahkan pasar bagi masing-masing destinasi pariwisata nasional, yakni sebagaimana dapat dilihat pada GAMBAR 3.11. Bagi Provinsi Sulawesi Barat, kebijakan tersebut memberikan peluang untuk memanfaatkan lokasi-lokasi terdekat yang diprioritaskan pengembangannya. Di sini lokasi terdekat adalah Tana Toraja dan Tanjung Pulisan. Dari lokasi-lokasi ini diharapkan Provinsi Sulawesi Barat dapat memperoleh limpahan wisatawan. Sedangkan sasaran wisatawan yang dibidik oleh Tana Toraja dan Tanjung Pulisan, sebagaimana ditunjukkan oleh GAMBAR 3.11, adalah :  ASEAN.  Jepang.  Cina.  Korea.
  • 40. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-40 GAMBAR 3.9 : SISTEM PERWILAYAHANH KEPARIWISATAAN NASIONAL
  • 41. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-41 GAMBAR 3.10 : PETA PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL BERDASARKAN RIPPNAS 1998
  • 42. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-42 GAMBAR 3.11 : PROPOSED HUB AND SPOKE SYSTEM
  • 43. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-43 GAMBAR 3.12 : MANADO AREA
  • 44. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-44 GAMBAR 3.13 : CAPE PULISAN PRIORITY SITE
  • 45. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-45 GAMBAR 3.14 : KORIDOR WISATA DI PROVINSI SULAWESI BARAT
  • 46. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-46 2) LIMA PROVINSI SAMAKAN KONSEP PROMOSI WISATA Lima provinsi yang jadi ‘destinasi’ pariwisata unggulan di Indonesia berkumpul di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), 28-29 Juli 2007, guna menyamakan konsep promosi pariwisata. Kelima provinsi destinasi pariwisata unggulan itu yakni NTT, NTB, SULAWESI BARAT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Penyamaan konsep promosi pariwisata unggulan itu akan dicapai dalam rapat koordinasi yang difasilitasi oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Rapat koordinasi promosi pariwisata itu juga bertujuan menentukan langkah- langkah strategis dalam mengembangkan promosi pariwisata bersama. Konsep promosi pariwisata dan seni budaya tentu berdasarkan tema kebudayaan dan pariwisata nasional yakni : DENGAN KESAMAAN PANDANGAN KITA BANGUN KERJA SAMA SILANG LAYAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH DESTINASI PARIWISATA LINTAS TERITORIAL YANG MEMBERIKAN KEUNTUNGAN TIMBAL BALIK. Intinya, dalam rapat koordinasi itu akan dibahas kerja sama promosi terpadu berkaitan dengan paket wisata, kegiatan pameran bersama dan promosi seni budaya masing-masing daerah dalam even budaya. Rapat koordinasi yang direncanakan berlangsung di pusat perbelanjaan Flobamora Mall Kupang dihadiri Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang memaparkan konsep kerjasama promosi secara nasional. 3) WILAYAH PENGEMBANGAN WISATA (WPW) E Provinsi Sulawesi Barat berada di WPW E, bersama Provinsi Maluku. Dalam lingkup WPW E ini terdapat beberapa hal yang patut diberi perhatian, berkenaan dengan pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, yakni : 1- Hirarkhi pintu gerbang di WPW E (lihat GAMBAR 3.15). 2- Sebaran ODTW unggulan di WPW E (lihat GAMBAR 3.16). 3- Distribusi kawasan strategis di WPW E (lihat GAMBAR 3.17). Ada 7 Kawasan Strategis di Wilayah E yang meliputi wilayah Sulawesi dan sebagian Maluku, yaitu: 1- Kawasan Manado dan sekitamya dengan orientasi ke kota Manado. 2- Kawasan Palu dsk dengan orientasi ke kota Palu. 3- Kawasan Tana Toraja dengan orientasi ke kota Rante Pao dan Palopo. 4- Kawasan Ujung Pandang dengan orientasi ke kota Ujung Pandang. 5- Kawasan Taka Bone Rate 6- Kawasan Kendari dsk dengan orientasi ke kota Kendari. 7- Kawasan Ambon-Seram dan sekitamya dengan orientasi ke kota Ambon. 8- Kawasan Temate dan sekitamya dengan orientasi ke kota Temate. 9- Kawasan Batutoli dengan orientasi ke kota Dufa. 10- Kawasan Aru dsk dengan orientasi ke kota Tual dan Dobo. Dengan melihat gambar-gambar tersebut di atas, dapat dilihat bahwa di masa lalu Provinsi Sulawesi Barat bukan merupakan provinsi yang diprioritaskan perkembangannya. Namun, ke depan hal ini dapat saja mengalami perubahan, antara lain dengan disusunnya RIPPDA bagi Provinsi Sulawesi Barat ini.
  • 47. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-47 GAMBAR 3.15 : HIRARKHI PINTU GERBANG DI WPW E
  • 48. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-48 GAMBAR 3.16 : SEBARAN ODTW UNGGULAN DI WPW E
  • 49. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-49 GAMBAR 3.17 : DISTRIBUSI KAWASAN STRATEGIS DI WPW E
  • 50. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-50 4) WILAYAH PENGEMBANGAN WISATA (WPW) DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Untuk lingkup Provinsi Sulawesi Selatan, beberapa wilayah pengembangan wisata yang telah ditemukenali adalah sebagai berikut : 1- WPW A( TANAH MAKASAR) Untuk Wilayah Pengembangan Wisata A (Tanah Makasar), jalur perhubungan wisata yang ada antara lain : jalur perhubungan darat, jalur perhubungan udara dan jalur perhubungan laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW A, antara lain Jakarta, Surabaya dan Denpasar. Selain itu terdapat juga obyek wisata yang membuat para wisatawan untuk mendatangi, yaitu adanya Taman Nasional Bantimurang yang terdapat spesies kupu-kupu. Untuk lebih Jelasnya mengenai konsep jalur wisata WPW A (Tanah Makasar) dapat dilihat pada GAMBAR 3.19. 2- WPW B (PANTAITIMUR) Untuk Wilayah Pengembangan Wisata B (Pantai Timur), jalur perhubungan wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan darat dan jalur perhubungan laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW B, hanya melalui Ujung Pandang. Selain itu terdapat juga obyek wisata yang menarik di Tanah Beru berupa pembuatan phinisi. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur wisata WPW B (Pantai Timur) dapat dilihat pada GAMBAR 3.18. 3- WPW C (TANAH BUGIS) Untuk Wilayah Pengembangan Wisata C (Tanah Bugis), jalur perhubungan wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan darat dan jalur perhubungan laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW C, hanya melalui Ujung Pandang. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur wisata WPW C (Tanah Bugis) dapat dilihat pada GAMBAR 3.21. 4- WPW D (PANTAI BARAT) Untuk Wilayah Pengembangan Wisata D (Pantai Barat), jalur perhubungan wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan darat dan jalur perhubungan laut. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW D, hanya melalui Ujung Pandang. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur wisata WPW D (Pantai Barat) dapat dilihat pada GAMBAR 3.20. 5- WPW E (TANAH SAWERI GADING) Untuk Wilayah Pengembangan Wisata E (Tanah Saweri Gading), jalur perhubungan wisata yang ada antara lain, jalur perhubungan udara dan jalur perhubungan darat. Adapun pintu gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW E, hanya melalui Ujung Pandang. Pada WPW ini obyek yang terkenal adalah Tana Toraja. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep jalur wisata WPW E (Tanah Saweri Gading) dapat dilihat pada GAMBAR 3.22. 6- WPW F (TELUK MANDAR) Untuk Wilayah Pengembangan Wisata P (Teluk Mandar), jalur perhubungan wisata yang ada hanya melalui jalur perhubungan darat. Adapun pintu
  • 51. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-51 gerbang menuju pusat pengembangan wisata WPW F, hanya melalui Pare- Pare. WPW inilah yang saat ini diperkirakan menjadi Provinsi Sulawesi Barat. Yang patut disayangkan, untuk WPW ini Konsultan tidak berhasil memperoleh gambarnya. GAMBAR 3.18 : WPW B (PANTAI TIMUR) GAMBAR 3.19 : WPW A (TANAH MAKASSAR) GAMBAR 3.20 : WPW D (PANTAI BARAT) GAMBAR 3.21 : WPW C (TANAH BUGIS) 3.2.3. STRENGTHS 1. Letak provinsi dekat dengan : 1) Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki D. Poso. 2) Kalan trans Sulawesi, sehingga memudahkan pencapaian melalui darat. 3) ODTW Tana Toraja sudah mashur. 4) ODTW Tana Toraja dan Gua Leang-Leang memiliki keunikan internasional dan memiliki daya saing yang tinggi. 2. Dataran tinggi di bagian tengah memiliki pemandangan yang bagus. 3. Terdapat banyak sungai, yang dapat dikembangkan/dimanfaatkan : menjadi ODTW, sebagai sumber daya bagi prasarana lingkungan air bersih, dan dan transportasi sungai. 4. Sektor perekonomian primer (pertanian) sudah berkembang dan menjadi tempat bergantung kehidupan penduduk. 5. Sikap penduduk cukup terbuka.
  • 52. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-52 6. Kepercayaan penduduk cukup kuat dianut. 7. Kaya akan unsur budaya. 8. Norma adat sangat menekankan pelestarian dan kelestarian lingkungan. 9. ODTW alam yang dapat menunjang ODTW budaya cukup tersebar. 10. Jaringan perhubungun ke luar provinsi cukup baik. 11. Sediaan jaringan prasarana lingkungan, sampai tingkat ibukota kabupaten cukup memadai. 12. Akomodasi dengan kondisi terbatas, cukup tersedia. GAMBAR 3.22 : WPW E (TANAH SAWERIGADING) 3.3. ANALISIS SWOT PROVINSI SULAWESI BARAT 3.3.1. WEAKNESSES 1. Letak provinsi kurang strategis : 1) Dalam sistem perhubungan nasional dan P. Sulawesi. 2) Dalam menjaring wisman dari/menuju P. Bali. 2. Letak kurang strategis untuk menjaring wisman dari Jepang (sebagai jenis wisatawan yang spend of moneynya cukup besar). 3. Belum ada pengaturan pemaafaatan sungai, yang sesungguhnya potensial menunjang pariwisata. 4. Pangsa sektor pariwisata masih relatif kecil dalam PDB. 5. Sektor perekonomian sekunder dan tersier belum berkembang. 6. Jaringan jalan belum cukup tersebar. 7. Pilihan ragam sarana perhubungan antara Makassar ke Provinsi Sulawesi Barat tidak banyak tersedia, bahkan perhubungan udara langsung ke Mamuju (ibukota provinsi) belum ada. Bandara terdekat berada di Tana Toraja (Rantepao) dan Palu. 8. Jaringan telekomunikasi antar ibukota kabupaten belum cukup baik. 9. ODTW yang memiliki nilai internasional tidak banyak. 10. ODTW yang sudah mashur dan berkembang belum banyak. 11. ODTW yang sudah berkembang sifatnya rapuh. 12. Calender of Events tidak pasti, bahkan ada yang tak dapat dimasukkan. 13. Karena kerumitan jadual penerbangan di Makassar, maka penerbangan ke Rantepao dan Palu sering tertunda, sehingga pencapaian ke Provinsi Sulawesi Barat semakin sulit. 14. Akomodasi belum selaras dengan permintaan pasar, tidak dekat dengan ODTW, dan belum selaras dengan atmosfir sekitar ODTW yang tradisional. 15. Perusahaan perjalanan belum cukup tersedia. 16. Fasilitas rekreasi dan hiburan masih kurang. 17. SMIP belum ada.
  • 53. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-53 18. Tourist information centre belum ada. 19. Occupancy rate hotel masih rendah. 20. Pesawat ke Tana Toraja (salah satu bandara terdekat ke Provinsi Sulawesi Barat) tidak bisa full capacity (mengingat kondisi bandara dan cuaca). 21. Investasi pariwisata tersendat. 22. Tenaga kerja pariwisata langka, harus diimpor. 3.3.2. OPPORTUNITIES 1. Banyak pembatas alami dan budaya untuk dapat mengembangan pariwisata yang bersifat masal. 2. Pengembangan pariwisata yang lebih terbatas, karena batasan : 1) Daya dukung lingkungan. 2) Sifat ODTW yang rapuh. 3. Norma adat mengenai kelestarian dan pelestarian lingkungan dapat dijadikan tema pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Barat. 4. Pengembangan usaha kerajinan tangan. 5. Keberadaan jalan Trans Sulawesi. 6. Secara umum, tingkat keterbukaan penduduk sudah cukup baik. 3.3.3. THREATS 1. Ketidakstrategisan letak Provinsi Sulawesi Barat tidak memungkinkan untuk menjaring pergerakan wisatawan antar provinsi. 2. Tingkat pendapatan penduduk masih cukup rendah. 3. Keterbatasan kecenderungan pembangunan hotel. 4. P. Jawa masih lebih menarik bagi tenaga kerja pariwisata, sehingga begitu mereka memiliki pengalaman kerja yang memadai dan mendapat tawaran, maka mereka cenderung meninggalkan pekerjaannya. 5. Pada beberapa ODTW diberi tambahan ornamen yang tidak sesuai dengan ciri ODTW tersebut. 3.4. ISU-ISU STRATEGIS KAWASAN 3.4.1. ISU PERAN DAN KEDUDUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) 1998, Provinsi Sulawesi Barat tidak mendapat posisi yang berarti. Hal ini disebabkan provinsi ini relatif baru. Sebelumnya provinsi ini masuk ke dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, di Provinsi Sulawesi Selatan provinsi ini juga ‘kurang’ mendapat perhatian. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :  Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota propinsi (Makassar);  Kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan yang buruk;  Mayoritas penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa kelompok sub-etnik kecil lainnya) yang lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan kelompok etnis mayoritas dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau bahkan feodal) – Pada sisi lain, di sekitab provinsi ini terdapat beberapa destinasi pariwisata yang sudah mashur ataupun yang diarahkan untuk memiliki peran signifikan, seperti :  Bunaken.  Tana Toraja.  Tanjung Pulisan.  Makassar (kota simpul perjalanan udara). Dengan potensi/peluang ini, maka seharusnya Provinsi Sulawesi Barat dapat memetik keuntungan.
  • 54. Potret Daerah Provinsi Sulawesi Barat 3-54 3.4.2. ISU ADAT DAN BUDAYA SULAWESI BARAT Masyarakat Provinsi Sulawesi Barat selalu berpedoman hidup pada adat. Hal ini perlu dijaga agar di dalam pengembangan Provinsi Sulawesi Barat, masyarakatnya tidak terkontaminasi oleh perilaku asing. Oleh karena itu perlu adanya upaya khusus (baik berupa pemisahan yang jelas antara aktivitas wisata bahari dengan masyarakat, ataupun menyeleraskan wisata budaya/alam ke dalam kehidupan masyarakat). 3.4.3. ISU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Bahwa hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan pengembangan Provinsi Sulawesi Barat, diharapkan juga dapat memberi dampak peningkatan kesejahteraan terhadap masyarakat sekitar, yaitu melalui pembinaan sebagai penyedia jasa wisata seperti kerajinan souvenir, penginapan dan hotel, restoran, angkutan bus dan agen perjalanan. 3.4.4. ISU POLA KERJASAMA ANTAR STAKEHOLDER DAN PENGELOLAAN YANG PROFESIONAL Di Provinsi Sulawesi Barat belum banyak investor yang mengembangkan usaha pariwisata. Untuk mengembangkan provinsi ini diperlukan kerjasama dari semua pelaku pembangunan untuk menyamakan visi dan misi agar dapat membangkitkan pertumbuha kepariwisataan Provinsi Sulawesi Barat. Untuk itu, perlu dibina pola kerjasama antar stakeholder kepariwisataan. 3.4.5. ISU PROMOSI WISATA Promosi wisata merupakan kegiatan yang tidak kalah pentingnya di dalam mengem- bangkan suatu destinasi pariwisata. Destinasi pariwisata Provinsi Sulawesi Barat masih belum banyak dikenal oleh wisatawan (mancanegara dan nusantara), karena informasi yang ada masih minim dan hanya sepotong-sepotong. Oleh karena itu perlu digalakkan kegiatan promosi pariwisata yang inovatif, terstruktur dan strategis. Kegiatan promosi pariwisata ini dapat dilakukan melalui even-even pameran kepariwisataan yang biasanya diadakan berkala dan pembuatan informasi yang seinformatif mungkin melalui jaringan internet sehingga dapat diakses oleh semua orang di seluruh belahan dunia. 3.4.6. ISU SUSTAINABLE DEVELOPMENT Di dalam pengembangan Provinsi Sulawesi Barat, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas lingkungan dan konservasi alam, yaitu harus dipilah mana daerah yang dapat dikembangkan sebagai area binaan dan mana yang harus dikonservasi. Hal ini bertujuan agar pengembangan kepariwisataan di provinsi ini dapat terselenggara secara berkelanjutan. 3.4.7. ISU PENGEMBANGAN AKSES, INFRASTRUKTUR DAN UTILITAS Kemudahan mencari moda transportasi, kenyamanan selama dalam perjalanan mencapai provinsi ini dan kenyamanan selama berwisata harus mendapat perhatian dalam upaya pengembangan pariwisata, khususnya segenap dukungan fisik. Penyediaan dukungan fisik ini juga harus memenuhi standar internasional. Untuk mewujudkannya akan dibantu oleh penyedia jasa lokal; seperti pengusaha penginapan / hotel, restauran, bus antar kota dan travel agen. Hal ini perlu adanya upaya yang koordinatif untuk membina penyedia jasa sebagai stakeholder kawasan juga dalam rangka turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.