SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 36
( Laporan Praktikum Parasitologi)
Disusun Oleh
Nama : Fitri Mulyana
NPM : 1211060062
Kelas : Biologi B / V
Dosen : Marlina Kamelia, M.Sc
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2014
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................. 2
2.1 NEMATODA USUS ....................................................... 2
1. Ascaris limbricoides........................................................ 2
2. Trichuris trichiura .......................................................... 3
3. Enterobius vermicularis.................................................. 4
4. Cacing tambang.............................................................. 5
2.2 CESTODA INTEASTINAL............................................ 7
1. Taenia sp......................................................................... 8
2.3 NEMATODA DARAH .................................................. 8
1. Wucheria brancofti ......................................................... 8
2. Brugia malayi.................................................................. 9
2.4 PROTOZOA DARAH.................................................... 10
1. Plasmodium sp................................................................ 10
2.5 PROTOZOA USUS........................................................ 12
1. Entamoeba histolitica ..................................................... 12
2.6 PROTOZOA JARINGAN .............................................. 13
1. Toxoplasma gondii.......................................................... 13
2. Trichomonas vaginalis.................................................... 14
2.7 ENTOMOLOGI.............................................................. 16
1. Anopheles........................................................................ 16
2. Aedes aegypti .................................................................. 17
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................... 18
3.1 Alat dan Bahan................................................................... 18
3.2 Cara Kerja........................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 19
3.1 Hasil Pengamatan............................................................. 19
3.2 Pembahasan...................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN .............................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa, cacing dan serangga
masih tinggi prevelansinya terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di
Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan
masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan
temperatur dan kelembaban yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang
oleh proses daur hidup dan cara penularannya.
Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam
membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga
memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang
mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan
bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan
yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya,
untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah tinja
atau feses, sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit
maupun imunologis (Kadarsan, 1983).
Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena
diagnosis yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan. Dan
Pada praktikum ini akan mengamati jenis-jenis parasit protozoa, helmin, dan
ento. Pengamatan dilakukan dengan melihat preparat yang telah tersedia dibawah
mikroskop cahaya.
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang ada pada
jaringan dan darah melalui preparat yang telah disediakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 NEMATODA USUS
Cacing nematoda sebagian besar bersifat parasit baik pada menusia, hewan
dan tumbuhan Betuk panjang silindris , ukuran mikroskopis sampai lebih satu m.
Cacing tidak bersegmen, bilateral simetris,mempunyai sistem pencernaan. Jenis
kelamin terpisah, cacing betina lebih kecil dan cacing jantan. Penyebab penyakit
pada manusia dan vertebrata.umumnya bersifat patogen.
Pada manusia: Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Trichiura
trichiura, Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
1. Ascaris lumbricoides
Parasit mi lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan
lembab danberikim sedang. Penyebab ascaiasis
Morfologi dan daur hidup
Cacing nematoda yang terbesar, ujung runcing dengan tiga bibir yang
berkembang sempuma. Ukuran cacing betina 20—35 cm, ujung posterior runcing
Cacing jantan 15—31 cm, ujung posterior rnelengkung. Telur yang dibuahi
bentuk oval melebar, rnernpunyai lapisan tebal permukaan tidak rata, warna
cokiat ukuran 75 X 50 urn H.d. manusia.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) minggu. Bentuk infektif ini bila
tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus
halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan kejantung,
kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk ronggas alveolus, kemudian naik
ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena
rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus, lalu menuju usus
halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan
sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 (dua) bulan.
Perlu diperhatikan bahwa:
Bila dalam tinja tidak diternukan telur yang dibuahi berarti bahwa di
dalam usus hanya terdapat cacing betina saja. Telur yang tidak dibuahi tidak akan
mengapungpada waktu pemeriksaan konsentrasi! flotasi dengan zinc sulfat (telur
lebih berat).
Gejala Klinik:
Kerusakan mekanis pada mukosa dan respon alergi dan hospes untuk
setiap kelainan patologis yang berhubungan erat dengan jumlah cacing, lamanya
infeksi dan urnur serta status kesehatan dan hospes. Kerusakan epitel sangat kecil
kecuali tirnbul infeksi sekunder yang sangat mirip akibat infeksi E. histolytica
Diagnosis:
Dengan menemukan telur dalam tinja bersama Ascaris sp. pada sediaan
langsung atau konsentrasi, jurnlah telur harus dihitung.
2. Trichuris trichiura
Penyebab trichuriasis. Infeksi cacing ini di daerah panas, lembab dan
sering terlihat bersama infeksi Ascaris.
Morfologi , daur hidup dan cara penularan:
Cacing dewasa ukuran 35-50 mm (betina) dan 30-45 mm (jantan) Yang
perlu diperhatikan : Cacing dewasa jarang diternukan dalarn tinja. Kepala
terbenam masuk dalam mukosa, ujung posteriornya sangat tebal dan bebas di
lumen maka disebut cacing cambuk. bentuk tong, ukuran (50 — 54) umX (22 —
27) urn. Telur menetas di usus besar setelah kira-kira 3 buan akan memproduksi
telur.
Daur Hidup : telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja.
Telur tersebut manjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang
sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah
telur yang berisi larva dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi langsung
bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui telur dan
masuk ke dalam usus halus. Sesudah manjadi dewasa cacing turun ke usus bagian
distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum (caecum). Jadi cacing ini tidak
mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai
cacing dewasa betina menetaskan telur kira-kira 30-90 hari.
Patologi dan Gejala Klinis
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan
tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada
anak-anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang
terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya
penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu
rupanya cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan
anemia. Bila infeksinya ringan biasanya asymtomatis (tanpa gejala). Bila jumlah
cacingnya banyak biasanya timbul diarrhea dengan feses yang berlendir, nyeri
perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.
3. Enlerobius vermicularis
Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang
disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing
yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia
dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara kelompok
dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-
orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di
kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing
perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi
atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya
menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh
awam, kita sering mendengar, Kremian.
Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh
mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga
lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing E.
vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga
kebersihan dibandingkan anak-anak.
Morfologi telur E. vermicularis.
Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata
55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding
yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang
terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent,
bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor
cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2
samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati.
Morfologi cacing E. vermicularis.
Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang
betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5
mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda
tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina
mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing.
Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk
khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai
adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulboesophagus),
didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas
disebut sayap leher (cervical alae).
Siklus hidup E. vermicularis
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif E. vermicularis dan
tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak
telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah:
perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di daerah
perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus,
kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada
tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang
sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi kedaerah perianal,
berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya
berlangsung kira-kira I bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali
pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
Cara penularan :
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :
1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada
orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya
alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita.
2. melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang
infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita
sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan
migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
4. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Penyebab Uncinariasis atau ancylostomiasis, necatoriasis. Ditemukan di
daerah hangat yang lembab, morbiditas lebih banyak dibanding
mortalitasnya.Ketiga spesies pada manusia sebagai larva migrans, dewasanya
pada anjing I dan kucing.
Morfologi, daur hidup dan cara penularannya :
Cacing dewasa ukuran panjang (7-11) mm X lebar (0,4-0,5) mm. Cacing
dewasa melekat erat pada mukosa usus dengan mulutnya (punya gigi pada
Ancylostoma sp. dan lempeng pemotong pada Necator sp.
Gambar 9. Daur hidup Ancylostoma duodenale (Melhorn, 1998)
Telur keluar bersama tinja dalam stadium awal pembelahan ukuran (60 X
40)um, dinding tipis satu lapis.Larva rhabditiform, Larva Filariform dapat tetap
hidup dalam tanah untuk beberapa minggu. Infeksi pada pada manusia melalui
penetrasi larva filariform--Aliran darah vena Jantung kanan--Paru-paru menembus
alveoli--ke bronchiole—trachea—faring—terelan--usus kecil--dewasa.
Gambar 10. Tempat perlekatan Ancyostoma duodenale (cacing kait) pada
intestinum
Gejala klinik :
Rasa gatal pada kulit yang terpenetrasi larva timbul lesi vesikuler papula
eriematosa disebut sebagai “ground itch”. Pneumonitis karena migrasi larva Pada
fase usus terjadi nekrosis jaringan usus dan kehilangan darah dan pada infeksi
berat menimbulkan anemi defisiensi besi, pucat, edma muka dan kaki
2.2 CESTODA INTESTINAL
Ciri spesifik skolek membulat dengan batil isap bentuk mangkok
dilengkapi rostelum atau tidak. Porus genitalis terletak pada sisi lateral, kadang
pada satu sisi kadang berselang-seling tergantung spesiesnya. Infeksi oleh cacing
ini dapat melimpah terutama pada hewan. Ada beberapa spesies, sebagai contoh
yaitu Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Diphylidium canicum Taenia
saginata, Taenia solium dan Echinococcus spp.
1. Taenia sp.
Morfologi
Cacing dewasa panjangnya antara 2 sampai 4 m, kadang-kadang dapat
mencapai 7 m, cacing ini memakan isi usus,. Scolex berbentuk globuler
berdiameter 1 mm dengan 4 batil isap berbentuk cawan. Scolex ini memiliki
rostelum dengan dua deretan kait yang berjumlah 25-30 buah. Proglotid,
jumlahnya kurang dari 1.000 buah, pada proglotid immautur ukuran lebih
panjang, dari panjangnya. Sedangkan proglotid matur ukuran panjang dan
lebarnya hampir sama dan proglotid hamil panjangnya 2x lebarnya. Pada
proglotid matur, parus genitalis terletak disebelah lateral, biasanya berselang-
seling tidak teratur pada proglatid berikutnya. Proglatid gravid, uterus bercabang
7-13 (biasanya 9) pada tiap sisi, ovarium terletak pada 1/3 posterior proglatid,
berlobus tiga masing-masing 2 lobus simetris kiri-kanan, 1 lobus yang
menghubungkan keduanya, testis mempunya 150-200 folikel yang tersebar pada
bagian posterior. Proglatid gravid biasanya dilepaskan berkelompok 5-6 segmen
akan tetapi tidak aktif keluar dari anus. Setiap proglatid dapat mengeluarkan
30.000-50.000 telur.
Siklus Hidup
Daur hidupnya mirip dengan T. saginata pada sapi, namun hospes
intermedier berbeda T. saginata pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang
penuh keluar telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan
oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi. Telur menetas dalam tubuh babi, dan
telur membentuk Cysticercus cellulose didalam daging (otot) atau organ lainya.
Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak.
Menetasnya telur hanya terjadi pada saat telur tersebut kontak dengan
cairan lambung. Dari telur yang menetas akan keluarlah oncospher yang memiliki
kemampuan menembus dinding usus karena adanya 6 kaitan serta zat lisis yang
dihasilkan larva ini. Selanjutnya larva ini menuju venul mesentrik untuk akhirnya
terbawa aliran darah keseluruh tubuh dan sampai di otot. Biasanya dalam 60-70
hari akan membentuk cysticercus cellulose yang berukuran 5x (8-10) mm.
Manusia terinfeksi jika memakan daging babi mengandung larva cysticersus
cellulose yang dimasak kurang sempurna. Larva akan dilepaskan di dalam usus
halus setelah daging babi tersebut hancur oleh keasaman lambung dan enzim
pencernaan. Larva yang telah bebas ini akan melekatkan bagian scolexnya pada
mukosa usus, kemudian akan menjadi cacing dewas, biasanya di butuhkan waktu
5-12 minggu. T.solim dan T. saginata dapat bersama-sama pada seorang
penderita. Cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun. (Djaenudin: 2005)
. Cysticercosis Taenia solium tidak seperti spesies cacing pita lainya, T.
solium dapat berkembang dalam bentuk cysticercus pada manusia. Infeksi terjadi
bila telur berembrio tertelan masuk kelambung dan usus, kemudian cacing
berkembang menjadi cysticercus didalam otot.
2.3 NEMATODA DARAH
Terdapat lebih 200 spesies parasit filaria hanya sedikit yang menginfeksi
manusia. Pada manusia ada 3 spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi
Onchocerca volvulus. Ketiganya sering menimbulkan gejala sisa yang bersifat
patologis. Mempunyai sikius hidup yang sangat kompleks.
1. Wucheria brancofti
Morfologi :
Cacing dewasa kecil seperti benang, kutikula halus, dalamjaringan dan
saluran limfe. Cacing jantan : p. : 40 urn, penampang 0,1 mm, cacing betina: p. 80
mm. Daur hidup dan cara penularan: Wuchereri bancrofti dan Brugia malayi
Inang perantara : Nyarnuk (Culex sp. dan Anopheles sp.) Dalam tubuh nyamuk
Sarung microfilaria lepas dalam lambung, migrasi ke otot toraks--Larva infektius
(6-14) menuju ke proboscis.
Dalam tubuh manusia
Kulit manusia--larva migrasi ke limfatik perifer--Ke saluran limfe distal--
dewasa jantan dan betina Microfilaria--di darah perifer (8-12 bulan) setelah
infeksi.
Gejala klinis :
Tidak menunjukan gejala, elephantiasis dan hidrokel beberapa ada cacing
dewasa, tanpa mikrofilaremia. Karena begitu rendahnya, sehingga tidak dapat
terdeteksi dan Beberapa pasien dengan mikrofilaremia berat, tetapi asimptomatik
Epidemi dan pencegahan
Infeksi W. bancrofti tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Afrika,
Asia, Amerika, tengah dan selatan, pulau-pulau pasifik. Vektor untuk: W.
bancrofti periodik nokturnal : Anopheles sp. & Culex sp.(malam) dan W.
bancrofti strain yang subperiodik : Aedes sp. (siang hari)
Pencegahan:
Perlindungan perorangan dengan pernakaian repelant serangga dan
kelambu. Untuk kontrol nyamuk dengan baik harus dilakukan hal-hal sebagai
berikut : identifikasi nyamuk penularnya, kebiasaan menggigit darah, jarak
terbang dan tempat perindukan.
2. Brugia malayi
Pertama kali ditemukan oleh Lichtenstein penduduk ash di Idonesia dan
sediaan darah Rad dan Maplestone menemukan cacing dewasa pada lengan bawah
pasien di India 1940
Morfologi dan daur hidup:
Cacing dewasa habitat dalam sistern himphe, melahirkan rnikrofilania
dengan “sheth” Mikrofilari pada ujung terminal ada dua inti jelas terpisah dan inti
lainnya. Ukuran: 177—230 urn
Klinik:
Manifestasi kliik, berkembang berbulan-bulan! bertahun-tahun setelah
infeksi. Limfangitis dan abses filania, frekuensinya lebih tinggi darppada W.
Bancrofti. Elenfantiasis oleh cacing mi terutama menegnai: ekstremitas bawah,
genital, hidrokel.
Diagnosis:
Metode pemeriksaan sama dengan W. Bancrofti. Terdapat strain periodik
nokturnal dan subperiodik nokturnal
Epidemi:
Ada 2 strain B. malayi: Strain periodisitas nokturnal Strain sub periodik
nokturnal, periodik nokturnal distribusi luas di Asia Sub periodik nokturnal
distribusi di Malaysia, India, Fihipina. Vektor nyamuk : Mansonia spp.,
Anopheles spp. dan Aedes spp. Hospes reservoar :manusia, babi, kucing, kera.
2.4 PROTOZOA DARAH
Ada beberapa protozoa darah yang menginfeksi manusia Trypanosoma
spp. Leishmania spp dan Plasmodium spp.
Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis
yang disebabkan oleh protozoa intrasel dari genus Plasmodium. Ada empat
parasit yang dapat menginfeksi manusia, yaitu P.malariae, P.vivax, P.falciparum
dan P.ovale. P.falciparum paling sering didapati pada daerah tropis dan sering
menyebabkan kematian pada manusia karena dapat menginvasi sel darah merah
pada semua usia dan sering resisten terhadap obat-obat anti malaria.
1. Plasmodium sp.
Ada empat spesies penyebab malaria pada manusia yaitu Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale.
Bersifat intraselulair dalam butir darah manusia.
Plasmodium vivax, nomor 1 s/d 6, (1,2,3, bentuk cincin, 2 & 3 ada bintik
Schufner’s 3. Bentuk amuboid; 4,5,6, stadium schizont muda sampai masak. P.
falciparum, nomor 7 s/d 12 ; 7,8,9, trofozoit; 10,11,12, pertumbuhan schizont (di
dalam organ intmal). P. malariae nomor 13 s/d 18, 13 bentuk cincin;14, 15 bentuk
pita; 16,17,18, pertumbuhan schizont.
P.ovale 19 s/d 22; 19,20, trofozoit; 2 1,22, pertumbuhan schizont (ada
bintik James’s) pada semua stadium. 23 s/d, gametosit masak P.vivax (23 jantan,
24 betina); P.falczparum (25 jantan, 26 betina); P.malariae (27 jantan, 28 betina)
dan P.ovale (29 jantan, 30 betina). (Chatterjee, 1977)
Cara penularan dan daur hidup:
Penyakit malaria ditularkan kepada orang lain dengan perantaraan gigitan
nyamuk antara lain nyamuk Anopheles spp, tergantung daerah penyebaran.
Misalnya di Kalimantan adalah nyamuk Anopheles barbirostris.
Daur hidup Plasmodium sp.mempunyai dua inang : yaitu inang vertebrata dan
nyamuk. Reproduksi aseksual (proses schizogoni) di dalam tubuh vertebrata
(manusia). Reproduksi seksual (proses sporogoni) terjadi di dalam tubuh nyamuk.
Di dalam tubuh nyamuk akan mengalami pertumbuhan dan perbanyakan ( cycliko
propagatitive). Akan dikeluarkan bersama air ludah nyamuk stadium sporozoit. Di
dalam tubuh manusia juga terjadi proses gametogoni ( pembentukan gamet-
gamet), mikrogametosit dan makrogametosit.
Fisiologi:
Oksigen dipakai dengan perantaraan enzim pernafasan logam berat
Dektrose dioksidasi lebih cepat oleh sel darah merah yang mengandung parasit
dan pada sel eritrosit yang tidak dihinggapi parasit. Asam laktat hanya dioksidasi
oleh sel yang mengandung parasit. P. vivax mengunakan dektrose dan asam laktat
3 X lebih banyak dari pada P. Falciparum Makanan diperoleh dari darah dan
jaringan inang P.malariae mempunyai masa hidup yang terpanjang. P.falciparum
mempunyai masa hidup yan terpendek.
Kerusakan jaringan dan gejala klinis
Kerusakan jaringan: penghancuran eritrosit penyurnbatan kapiler di alat-
alat dala, anoksemi jaringan hati, limpa membesar atau lembek, gangguan
peredaran darah dan sel parenkim hati bengkak keruh,
Gejala Klinis: Anemia, splenomegali, demam, berkeringat.
2.5 PROTOZOA USUS
Manusia menjadi inang beberapa protozoa usus.
Rhizopoda : Entamoeba histolytica, Entamoeba coil, Entamoeba hartmani,
Entamoeba polechi, Endoimax nana, Entamoeaba gingivalisdan Jodamoeba
butchili.
Perbedaan sifat-sifat Amuba yang hidup dalam manusia pada berbagai
stadium yaitu: trofozoit, prekista, kista, metakista trofozoit yang meliputi: ukuran,
benda-benda di dalam endoplasma, bentuk-bentuk atau tipe pseudopodia dan
pergeraka.
1. Entamoeba histolytica
Ada empat stadia yaitu trofozoit : bentuk tidak teratur, adanya membran plasma
adanya eritrosit dalam endoplasma. Nukleus satu. Prekista : bulat tidak teratur,
adanya membran plasma, nukleus 1 – 2, tanpa eritrosit, ada cadangan makanan.
Kista: bentuk bulat, ada dinding kista, nukleus 2 – 4. Dan metakista trofozoit :
kista yang sudah mengalami pertumbuhan lebih lanjut.
Daur hidup dan Cara penularan :
Ekistasi terjadi di dalam usus halus, cara infeksi ke mukosa belum banyak
diketahui. Kista tertelan dalam suasana asam tidak terjadi pertumbuhan pada pH
netral atau alkali dalam kista akan aktif berkembang menjadi 4 stadium trofozoit.
Amuba menghasilkan enzim untuk melisiskan amuba dapat membentuk ulkus
yang berbentuk botol. Kolonosasi : terjadi di dalam usus besar. Enkistasi : terjadi
di dalam usus besar descendens di dalam usus halus trofozoit mengalami
pemadatan berbentuk bulat (prekista). Kista mature ada masa glikogen dan benda
kromatoid yang bersifat refraktil.
Patologi :
Amubiasis usus : luka-luka di usus besar tempat-tempat utama adalah
daerah soekum dan sigmoidorektum. Luka dini, nekrosis kecil pada permukaan
mukosa, perubahan jaringan meliputi histolisis, trombosis kapiler. Amubiasis
sistemik, terutama hati yang terserang, alat-alat lain jarang. Dapat juga terjadai
Amubiasis paru-paru, otak, limpa, alat kelamin dan kulit, walaupun jarang sekali.
Gejala Klinik
Sangat variabel tergantung lokalisasinya dan beratnya infeksi. Dapat
terjadi infeksi sekunder. Infeksi menahun biasanya tanpa gejala
Gambar 1. Kista Protozoa Intestinal manusia (pewarnaan dengan Iodine) 1 dan 2
Entamoeba histolytica (1 dan 4 inti), 3 dan 4 Entamoeba coil (1 dan 8 inti) 5.
Endolimax nana; 6. lodamoeba butchili; 7. Chilomastix mesnili 8. Giardia lamblia
(Chatterjee, 1977)
Diagnosis :
Pemeriksaan tinja segar secara langsung dan tidak langsung. Pemerikasaan
sigmoideskop dan Pemeriksaan aspirat abses hati.
Epidemi dan pencegahan:
Distribusi kosmopolitan terutama di daerah tropik. Manusia merupakan
hospes reservoar untuk orang lain, kucing, anjing. Penderita asimptomatik
merupakan reservoar Kista tahan dan tetap bertahan di tanah selama 8 hari pada
28 – 34° C
2.6 PROTOZOA JARINGAN
Protozoa yang hidup dalam janingan tubuh organisme : Toxoplasma
gondii Penyebab toxoplasmosis. Dapat memparasiti binatang termasuk herbivora,
carnivora, dan omnivora.
1. Toxoplasma gondii
Morfologi dan daur hidup:
Hospes definitif kelompok Felidae ( kucing domestik dan liar).
Perkembangan pada kucing. Bentuk infektif : sporozoit, kistazoit, endozoit Proses
schizogoni. Perkembangan intestinal bersaman dengan perkembangan
ekstraintestinal (bentuk kista dan pseudokista). Perkembangan pada manusia:
Bentuk endozoit, kista, pseudokista.
Gambaran Klinik:
Tozoplasmosis dapatan : ringan. Kelainan mata, sistem limfatik (limfodenopati),
uretritis,koroiditis, karoidoretinitis. Toxoplasmosis Conginental : menimbulkan
kelainan yang lebih berta. Dapat menyebabkan keguguran bayi lahir mati, lahir
namun mengidap kelainan susunan saraf pusat. Tozoplasmosis pada ianang
yangimunodefisiense penyakit yang timbul dan penyakit yang latent pada orang
yang sedang diberi pengobatan imunosupresi dalam waktu yang lama
Diagnosis:
PertemuanTes serologi yang biasa digunakan ada 3 macam:
1. Sabin and Feidmen Dye Test (tes warma Sabin & Feigmen)
2. Tes zat anti fluoresen. Tes mi sensifitasnya lebih unggul dan pada nomor
satu.
3. Tes hemoglutinasi tidak langsung.
Gambar
1. Struktur Toxoplasma sp. sedang membelah
2. Perubahan ukuran nukleus, tampak kresentrik
3. Dua konoid berkembang di bagian anterior pada 2 kutub dan nukleus yang
kresentrik
4. Nukleus mulai membelah dan konoid membesar
5. Dua anak parasit muncul dalam induknya
6. Memisahkan diri mengeluarkan anaknya. (Zaman, 1987)
2. Trichomonas vaginalis
Morfologi
Trichomonas vaginalistidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui
dalam stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah : Bentuknya oval atau piriformis,
memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke menjadi axonema dari membran
bergelombang (membrana undulant) , pada ujung pasterior terdapat axonema yang
keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga
menimbulkan iritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian
anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah
pasang.
Gambar. Morfologi Trichomonas vaginalis
Keterangan :
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes parasit ini dan menyebabkan Trichomoniasis
pada vagina dan pada pria prostatis.
Siklus Hidup
Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di uretra dan
prostat. Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan makan bakteri dan lekosit
Trichomonas vaginalisbergerak dengan cepat berputar-putar diantara sel-sel epitel
dan lekosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang.
Trichomonas vaginalis berkembang biak secara belah pasang longitudinal,
diluar habitatnya parasit mati pada suhu 50 0 C, tetapi dapat hidup selama 5 hari
pada suhu 0 0 C.
Dalam perkembangbiakannya parasit ini mati pada PH kurang dari 4,9
inilah sebabnya parasit ini tidak dapat hidup disekret vagina yang asam (PH : 3,8-
4,4), parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan zat pulasan dan antibiotik7.
Meskipun organisme ini dapat ditemukan dalam urine sekret uretra/setelah
masase prostat, PH yang disukai pada pria belum diketahui.
2.7 Arthropoda
1. Anopheles sp.
Morfologi
Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria.
Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang dan
memiliki sayap yang bersisik.
Siklus hidup nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam
metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase
pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal : suhu, adanya zat
kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk Anopheles secara umum
adalah
a. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200 buah
telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah bergabung menjadi satu).
Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam
2-3 minggu)
b. Larva
Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan
dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di
dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu
pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan
algae,bakteri dan mikroorganisme lainnyayang terdapat dipermukaan.
c. Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada
bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
d. Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap
darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber
gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk
betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah
menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place).
Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat
sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat
posisi istirahat menungging.
Habitat
Anopheles sp mempunyai habitat pada tempat-tempat air yang tidak
mengalir, air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah, di air.
2. Aedes aegypti
Morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis
putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini.
Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas
sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna
nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan
dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan
betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya
lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Prilaku dan Siklus Hidup
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina
yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein
yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun
tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam
atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka
yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan
perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan
nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang
handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun
tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke
orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi
ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang
dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun
(sylvan areas).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan
terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi
larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah
mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa
dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar
dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu
7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum tentang parasitologi ini dilaksanakan pada hari rabu 10
desember 2014 di labolatorium analisis kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang.
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop
cahaya, preparat jenis-jenis parasit, alat tulis, buku laporan dan camera.
3.4 Cara Kerja
Mengamati setiap preparat dari berbagai jenis parasit dari filum protozoa,
helmin dan arthropoda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Pengamatan
1. Telur Ascaris lumbricoides 2. Telur Trichomonas vaginalis
Gambar referensi
3. Telur Enterobius vermicularis 4. Telur cacing tambang
Gambar preparat
5. Telur Taenia sp. 6. Cacing dewasa Ascaris lumbricoides
Gambar Asli
1
Gambar preparat
Gambar
Gambar
7. Cacing dewasa Enterobius vermicularis 8. Cacing tambang dewaasa
Gambar
9. Mikrofilaria Wucheria brancofti 10. Mikrofilaria Brugia malayi
Gambar referensi
11. Gamet Plasmodium falciparum 12. Gamet Plasmodium vivax
Gambar preparat
Gambar preparat
Gambar
Gambar preparat
13. Kista Entamoeba histolitica 14. Tropozoid Toxoplasma gondii
Gambar
15. Tropozoid Trichomonas vaginalis 16. Telur Anopheles sp
Gambar
17. Telur Aedes agypti 18. Nyamukm dewasa Anopheles sp
Gambar
19. Nyamuk dewasa Aedes aegypti
Gambar
Gambar Preparat
Gambar
Gambar
1.2 Pembahasaan
2. Telur Ascaris lumbricoides
Deskripsi
Setelah dilakukannya pengamatan diketahui bahwa telur Ascaris
lumbricoides yang telah dibuahi bentuknya oval melebar, mempunyai lapisan
yang tebal dan berbenjol-benjol, dan umumnya berwarna coklat keemasan,
ukuran panjangnya dapat mencapai 75 µm dan lebarnya 50 µm. Telur yang
belum dibuahi umumnya lebih oval dan ukuran panjangnya dapat mencapai 90
µm, lapisan yang berbenjol-benjol dapat terlihat jelas dan kadang-kadang tidak.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang
mempunyai kelembaban tinggi dan pada suhu 25-300 C. Pada kondisi ini telur
tumbuh menjadi bentuk yang infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3
minggu.
3. Telur Trichuris trichiura
Deskripsi
Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan
dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar
berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
4. Telur Enterobius vermicularis
Deskripsi
Telur E. vermicularis. Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x
20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak
berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar.
Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa
lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur
terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak
11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina
akan mati.
5. Telur Cacing tambang
Deskripsi
Telur cacing tambang berukuran kurang lebih 55 x 35 mikron, bentuknya
bulat oval dengan selapis dinding yang transparan dari bahan hialin. Sel telur yang
belum berkembang tampak seperti kelopak bunga. Dalam perkembangan lebih
lanjut dapat berisi larva yang siap untuk ditetaskan
6. Telur Taenia sp
Deskripsi
Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x
20-30 mikron, berisi suatu embrio heksakan yang disebut onkosfer. Telur yang
baru keluar dari uterus masih diseliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar
telur. Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid
terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, cairan putih susu mengandung
banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila
proglotid berkontraksi waktu gerak
7. Cacing Dewasa Ascaris lumbricoides
Deskripsi
Cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4
mm, sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada
cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung
ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian
yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan
duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur. Dan
Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat
bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya.
8. Cacing dewasa Enterobius vermicularis
Deskripsi
Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang
betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5
mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda
tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina
mempunyai sayap, bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing.
Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk
khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai
adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulboesophagus),
didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas
disebut sayap leher (cervical alae).
9. Cacing dewasa cacing tambang Ancylostoma duodenale
Deskripsi
Cacing dewasa jantan berukuran panjang 7-11 mm x lebar 0,4-0,5 mm.
Cacing dewasa Ancylostoma cenderung lebih besar dari pada Necator. Cacing
dewasa jarang terlihat, karena melekat erat pada mukosa usus dengan bagian
mulutnya yang berkembang dengan baik (gigi pada Ancylostoma dan lempeng
pemotong pada Necator).
Cacing betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm,
adalah seekor nematoda filariform yang kecil, tidak berwarna, semi transparan
dengan kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini mempunyai ruang mulut dan
oesophagus panjang, langsing dan silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur
yang berdinding tipis, jenih dan bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih
kecil dari pada yang hidup sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda rabditoid
khas yang hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing jantan
yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina dan mempunyai ekor
melingkar.
10. Mikrofilaria Wucheria bancrofti
Deskripsi
Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil
darah penderita, dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan
Wright/Giemsa. Pada sediaan yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu
bentukan silinder memanjang. Ciri-ciri khas dari mikrofilaria Wuchereria
bancrofti sbb : Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron, terbungkus oleh suatu
selaput hialin (hyaline sheath), tetapi pada pengecatan dengan Giemsa Sheath ini
jarang nampak dan hanya nampak pada pengecatan yang pekat. Curva tubuhnya
halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder (secondary kink
negatif) Tubuhhya terisi oleh body nuclei yang tersebar merata, nampak seolah-
olah teratur. Pada ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari body nuclei,
disebut cephalic space yang Ukuran panjangnya kurang lebih sama dengan
lebarnya (Cephalic space ratio 1 : 1). Ujung posterior tidak mengandung body
nuclei (Terminal nuclei negatif).
11. Mikrofilaria Brugia malayi
Deskripsi
Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih
kekuningan. Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi
baris papila 2 buah, baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina
berukuran 55x0,16 mm dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur tranfersal dan
langsung berhubungan dengan vagina membentuk saluran panjang. Cacing jantan
berukuran 23x0,09 mm, ekor melingkar dan bagian ujugnya terdapat papila 3-4
buah, dan dibelakang anus terdapat sepotong papila. Pada ujung ekor terdapat 4-6
papila kecil dan spikula yang panjangnya tidak sama.
12. Gamet Plasmodium falciparum
Deskripsi
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan
aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-
eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran
± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk
cacing stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus
dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir
kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan.
Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel).
Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi
multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species
plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada
Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis
species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar,
berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin
dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung
satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya
pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat
(perniseosa)
13. Gamet Plasmodium vivax
Deskripsi
P. vivax dibawah oleh nyamuk Anopheles betina. Penyebab malaria
tersiana benigna (pernisiosa). P. vivax terdapat di daerah sub tropis, tropis, dan
dingin. Sehingga penyebarannya cukup luas. Seperti P. palchiparum, P. vivax
juga memiliki dua hospes yaitu manusia dan nyamuk. Siklus hidup tidak jauh
beda dengan P. Falciparum. Ada stadium tidak aktif dalam hati selama beberapa
waktu. Setelah bereplikasi di dalam sel hati, P. vivax akan berkembang biak
aseksual di dalam eritrosit. P. vivax memiliki masa inkubasi antara 12 hingga 17
hari, tapi ada yang lebih dari 9 bulan.
Dalam siklus hidupnya P. vivax memiliki beberapa bentuk: Trofozoit
muda: Eritrosit membesar, P. vivax berbentuk cincin, inti berwarna merah,
sitoplasma berwarna biru, mulai terdapat titik schuffner pada eritrosit. Trofozoit
tua : Sitolasma hampir memenuhi seluruh eritrosit, pigmen menjada semakin
nyata. Mikrogametosit: Sitoplasma hampir memenuhi seluruh eritrosit, inti difus
ditengah, pigmen tersebar. Makrogametozit: Sitoplasma bulat hampir memenuhi
seluruh eritrosit, inti padat biasanya berada ditepi eritrosit . Skizon muda: Inti
telah membelah lebih dari satu, pigmen tersebar pada eritrosit. Dan skizon tua:
Inti 12-24, pigmen berkumpul ditengah.
14. Kista Entamoeba histolitica
Deskripsi
Ameba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-
ciri morfologi: ukuran 10-60 μm sitoplasma bergranular dan mengan-dung
eritrosit, yang merupakan pe-nanda penting untuk diagnosisnya terdapat satu buah
inti entamoeba, ditandai de-ngan karyosom padat yang terletak di tengah inti,
serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti bergerak progresif dengan alat gerak
ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia.
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm kista matang memiliki 4 buah
inti entamoba tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma kista yang belum
ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu,
namun biasanya meng-hilang setelah kista matang. Dalam peralihan bentuk
trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak
dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut
minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan bentuk
trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.
15. Tropozoit Toxoplasma gondii
Deskripsi
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat
dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan
ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung
yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-
4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit
dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai
kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam
tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing
sebagal hospes definitif. Takizoit ditemuKan pada infeksi akut dalam berbagai
jaringan tubuh. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di
dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran
kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan
ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh
hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris.
Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot. Kista ini merupakan stadium istirahat dari T. gondii.
Menurut Levine (1990), pada infeksi kronis kista dapat ditemukan dalam jaringan
organ tubuh dan terutama di otak. Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x
9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah
menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas
membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut
berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron.
16. Tropozoit Trichomonas vaginalis
Deskripsi
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui
dalam stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah : Bentuknya oval atau piriformis,
memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke 5 menjadi axonema dari membran
bergelombang (membrana undulant) , pada ujung pasterior terdapat axonema yang
keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga
menimbulkan ritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian
anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah
pasang.
17. Telur Anopheles
Deskripsi
Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya
konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di atas
permukaan air serta memiliki sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral.
Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air
dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen,
batu palma pada bagian lateral abdomen, dan “tergal plate” pada bagian tengah
setelah dorsal abdomen. Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang
disebut respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi
untuk mengambil O2 dari udara. Stadium dewasa Anophelini jantan dan betina
memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probosisnya, hanya pada
nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club form
sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak
sedikit lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik-
sisik yang berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih.
18. Telur Aedes aegypti
Deskripsi
Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat
panjang dan berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan
menempel pada dinding wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang
lebih 2,5 cm. Setiap kali bertelur nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100
butir perhari apabila berada pada tempat yang kering (tanpa air).
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi
nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk-nyamuk.
19. Nyamuk dewasa betina Anopheles
Deskripsi
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisapdarah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya
sebagaisumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan
seminggu,sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan
terjadisetelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinanterjadi
disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangantelur, nyamuk
menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari
nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.
20. Nyamuk dewasa Aedes aegypti
Deskripsi
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala,
dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena
yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing-
sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan
nyamuk hjantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit
manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus).
Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.
Dada nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax dan
metathorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur
(paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang-
gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada
bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam. Bagian
punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk
membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti
berupa sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian
di tengahnya.
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik
putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapinya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
diantaranya :
1. Pada praktikum tentang parasitologi ini praktikuan mengamati 19 spesies
parasit dari tiga filum yaitu protozoa, helmin dan filum arthropoda.
2. Nematoda usus terdiri dari jenis cacing parasit yaitu : Ascaris
limbricoides, Trichuris trichiura, Enterobius vermicularis, dan Cacing
tambang
3. Nematoda darah terdiri dari spesies : Wucheria brancofti dan Brugia
malayi praktikan mengamati bentuk mikrofilaria dari kedua spesis tersebut
4. Protozoa darah terdiri dari 2 jenis plkasmodium yaitu : Plasmodium
falciparum dan Pralsodium vivax praktikan mengamati bentuk gametnya.
5. Protozoa usus hanya mengamati bentuk kista Entamoeba histolitica
6. Protozoa jaringan mengamati bentuk tropozoit dari Toxoplasma gondii
dan Trichomonas vaginalis
7. Cestoda intestinal mengamati telur taenia sp.
8. Dan untuk kelas insecta praktikan mengamati bentuk telur dan nyamuk
dewasa betina dari spesies Anopheles sp dan Aedes aegypti
DAFTAR PUSTAKA
Cahaya Indra. 2003. “EPIDEMIOLOGI “TOXOPLASMA GONDII” Sumatera
selatan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Inriyanti Assa1 dkk. “Faktor Risiko Babi yang Diumbar dan Pakan Mentah
Mempertinggi Prevalensi Sistiserkosi.” Jurnal Veteriner Vol. 13 No. 4: 345-
352 Desember 2012
Irianto Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung: Penerbit Alfabeta
M. Subhan Moerid, R.E.P. Mangindaan, F. Losung. “UJI AKTIVITAS
LARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti DARI BEBERAPA EKSTRAK
ASCIDIAN. “ Jurnal Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1
Tahun 2013
Marjiyo Mardiyah Fakih. 2004. Bahan Ajar Parasitologi. Yogyakarta: Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada
R. Ameria Sumatri dan Djoko T. Iskandar. “Kajian Keberagaman Genetik Nyamuk
Anopheles barbirostris dan A. vagus di dua Daerah Endemik Penyakit Malaria
di Jawa Barat” Jurnal Matematika dan Sains Vol. 10 No. 2, Juni 2005, hal
37-44
Safar Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran (Protozologi, Helmintologi,
Entomologi). Bandung: Yrama Widya
Sutanto Inge. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
ariindrawati2
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
Vivi Yunisa
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Afifi Rahmadetiassani
 

Mais procurados (20)

Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Ppt nematoda.
Ppt nematoda.Ppt nematoda.
Ppt nematoda.
 
Morfologi fungi
Morfologi fungiMorfologi fungi
Morfologi fungi
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
 
Laporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteriLaporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteri
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan KehamilanPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 

Destaque

Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia   hidrolisis karbohidratLaporan biokimia   hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
Mifta Rahmat
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda
R Januari
 
Materi parasitologi medik
Materi parasitologi medikMateri parasitologi medik
Materi parasitologi medik
SisTi NurRahmah
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
Ayu Nedo
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Biology Education
 
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanlaporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
Elmisa Subama
 
PARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIA
PARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIAPARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIA
PARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIA
Ieyza Ieyriza II
 

Destaque (20)

Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia   hidrolisis karbohidratLaporan biokimia   hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
 
Lap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamukLap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamuk
 
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda
 
Materi parasitologi medik
Materi parasitologi medikMateri parasitologi medik
Materi parasitologi medik
 
Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
PENYAKIT Parasit PADA unggas
PENYAKIT Parasit PADA unggasPENYAKIT Parasit PADA unggas
PENYAKIT Parasit PADA unggas
 
Dasar teori
Dasar teoriDasar teori
Dasar teori
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Makalah entamoeba histolytica
Makalah entamoeba histolyticaMakalah entamoeba histolytica
Makalah entamoeba histolytica
 
Epidemiologi Kesehatan Reproduksi Pekerja
Epidemiologi Kesehatan Reproduksi PekerjaEpidemiologi Kesehatan Reproduksi Pekerja
Epidemiologi Kesehatan Reproduksi Pekerja
 
Cacing nematoda usus
Cacing nematoda ususCacing nematoda usus
Cacing nematoda usus
 
Laporan darah
Laporan darahLaporan darah
Laporan darah
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
 
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanlaporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
 
PARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIA
PARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIAPARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIA
PARASITOLOGI DIAGNOSIS MAKMAL JANGKITAN MALARIA
 
invertebrata Phylum Nemathelmintes
invertebrata Phylum Nemathelmintes invertebrata Phylum Nemathelmintes
invertebrata Phylum Nemathelmintes
 
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinikMakalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
 

Semelhante a Laporan praktikukum parasitologi

Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps spp
Firdika Arini
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
Mita Yurike
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
Mita Yurike
 
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa kalumpang dalam
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa  kalumpang dalamPengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa  kalumpang dalam
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa kalumpang dalam
Nana Noviana Nadarsyah
 

Semelhante a Laporan praktikukum parasitologi (20)

Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Thrichuris trichiura
Thrichuris trichiuraThrichuris trichiura
Thrichuris trichiura
 
Materi 4
Materi 4Materi 4
Materi 4
 
Usus converted
Usus convertedUsus converted
Usus converted
 
Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps spp
 
Trichuriasis
TrichuriasisTrichuriasis
Trichuriasis
 
PENYAKIT KECACINGAN (klp.7).pptx
PENYAKIT KECACINGAN (klp.7).pptxPENYAKIT KECACINGAN (klp.7).pptx
PENYAKIT KECACINGAN (klp.7).pptx
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
Makalah penyakit kecacingan
Makalah penyakit kecacinganMakalah penyakit kecacingan
Makalah penyakit kecacingan
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa kalumpang dalam
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa  kalumpang dalamPengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa  kalumpang dalam
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa kalumpang dalam
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Pembekakan Tungkai Kiri
Pembekakan Tungkai Kiri Pembekakan Tungkai Kiri
Pembekakan Tungkai Kiri
 
Vektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxVektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptx
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhanMakalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
 

Mais de Google

Tugas kelompok pencemaran suara.
Tugas kelompok pencemaran suara.Tugas kelompok pencemaran suara.
Tugas kelompok pencemaran suara.
Google
 
RPP sistem peredaran Darah pada Manusia
RPP sistem peredaran Darah pada ManusiaRPP sistem peredaran Darah pada Manusia
RPP sistem peredaran Darah pada Manusia
Google
 

Mais de Google (20)

Tugas kelompok pencemaran suara.
Tugas kelompok pencemaran suara.Tugas kelompok pencemaran suara.
Tugas kelompok pencemaran suara.
 
RPP sistem peredaran Darah pada Manusia
RPP sistem peredaran Darah pada ManusiaRPP sistem peredaran Darah pada Manusia
RPP sistem peredaran Darah pada Manusia
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir Kritis
 
Melacak filogeni
Melacak filogeni Melacak filogeni
Melacak filogeni
 
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaSiklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
 
Penilaian formatif sumatif
Penilaian formatif sumatifPenilaian formatif sumatif
Penilaian formatif sumatif
 
TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDI...
TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDI...TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDI...
TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDI...
 
LKPD Materi Plantae Kurikulum 2013
LKPD Materi Plantae Kurikulum 2013LKPD Materi Plantae Kurikulum 2013
LKPD Materi Plantae Kurikulum 2013
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Laporan PKL Kultur Jaringan di UIN SUKA
Laporan PKL Kultur Jaringan di UIN SUKALaporan PKL Kultur Jaringan di UIN SUKA
Laporan PKL Kultur Jaringan di UIN SUKA
 
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial TumbuhanUnsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
 
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGMLaporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
 
Laporan PKL di Ragunan
Laporan PKL di RagunanLaporan PKL di Ragunan
Laporan PKL di Ragunan
 
Laporan PKL Taksonomi Vertebrata
Laporan PKL Taksonomi VertebrataLaporan PKL Taksonomi Vertebrata
Laporan PKL Taksonomi Vertebrata
 
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiLaporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
 
Laporan praktikum estimasi populasi hewan
Laporan praktikum estimasi populasi hewanLaporan praktikum estimasi populasi hewan
Laporan praktikum estimasi populasi hewan
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 

Último

Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Último (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 

Laporan praktikukum parasitologi

  • 1. ( Laporan Praktikum Parasitologi) Disusun Oleh Nama : Fitri Mulyana NPM : 1211060062 Kelas : Biologi B / V Dosen : Marlina Kamelia, M.Sc PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2014
  • 2. DAFTAR ISI JUDUL ......................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1 1.1 Latar Belakang................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................. 2 2.1 NEMATODA USUS ....................................................... 2 1. Ascaris limbricoides........................................................ 2 2. Trichuris trichiura .......................................................... 3 3. Enterobius vermicularis.................................................. 4 4. Cacing tambang.............................................................. 5 2.2 CESTODA INTEASTINAL............................................ 7 1. Taenia sp......................................................................... 8 2.3 NEMATODA DARAH .................................................. 8 1. Wucheria brancofti ......................................................... 8 2. Brugia malayi.................................................................. 9 2.4 PROTOZOA DARAH.................................................... 10 1. Plasmodium sp................................................................ 10 2.5 PROTOZOA USUS........................................................ 12 1. Entamoeba histolitica ..................................................... 12 2.6 PROTOZOA JARINGAN .............................................. 13 1. Toxoplasma gondii.......................................................... 13 2. Trichomonas vaginalis.................................................... 14 2.7 ENTOMOLOGI.............................................................. 16 1. Anopheles........................................................................ 16 2. Aedes aegypti .................................................................. 17 BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................... 18 3.1 Alat dan Bahan................................................................... 18 3.2 Cara Kerja........................................................................... 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 19 3.1 Hasil Pengamatan............................................................. 19 3.2 Pembahasan...................................................................... 20 BAB V KESIMPULAN .............................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa, cacing dan serangga masih tinggi prevelansinya terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara penularannya. Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah tinja atau feses, sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis (Kadarsan, 1983). Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan. Dan Pada praktikum ini akan mengamati jenis-jenis parasit protozoa, helmin, dan ento. Pengamatan dilakukan dengan melihat preparat yang telah tersedia dibawah mikroskop cahaya. 1.2 Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang ada pada jaringan dan darah melalui preparat yang telah disediakan.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 NEMATODA USUS Cacing nematoda sebagian besar bersifat parasit baik pada menusia, hewan dan tumbuhan Betuk panjang silindris , ukuran mikroskopis sampai lebih satu m. Cacing tidak bersegmen, bilateral simetris,mempunyai sistem pencernaan. Jenis kelamin terpisah, cacing betina lebih kecil dan cacing jantan. Penyebab penyakit pada manusia dan vertebrata.umumnya bersifat patogen. Pada manusia: Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Trichiura trichiura, Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) 1. Ascaris lumbricoides Parasit mi lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab danberikim sedang. Penyebab ascaiasis Morfologi dan daur hidup Cacing nematoda yang terbesar, ujung runcing dengan tiga bibir yang berkembang sempuma. Ukuran cacing betina 20—35 cm, ujung posterior runcing Cacing jantan 15—31 cm, ujung posterior rnelengkung. Telur yang dibuahi bentuk oval melebar, rnernpunyai lapisan tebal permukaan tidak rata, warna cokiat ukuran 75 X 50 urn H.d. manusia. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan kejantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk ronggas alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus, lalu menuju usus halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 (dua) bulan. Perlu diperhatikan bahwa:
  • 5. Bila dalam tinja tidak diternukan telur yang dibuahi berarti bahwa di dalam usus hanya terdapat cacing betina saja. Telur yang tidak dibuahi tidak akan mengapungpada waktu pemeriksaan konsentrasi! flotasi dengan zinc sulfat (telur lebih berat). Gejala Klinik: Kerusakan mekanis pada mukosa dan respon alergi dan hospes untuk setiap kelainan patologis yang berhubungan erat dengan jumlah cacing, lamanya infeksi dan urnur serta status kesehatan dan hospes. Kerusakan epitel sangat kecil kecuali tirnbul infeksi sekunder yang sangat mirip akibat infeksi E. histolytica Diagnosis: Dengan menemukan telur dalam tinja bersama Ascaris sp. pada sediaan langsung atau konsentrasi, jurnlah telur harus dihitung.
  • 6. 2. Trichuris trichiura Penyebab trichuriasis. Infeksi cacing ini di daerah panas, lembab dan sering terlihat bersama infeksi Ascaris. Morfologi , daur hidup dan cara penularan: Cacing dewasa ukuran 35-50 mm (betina) dan 30-45 mm (jantan) Yang perlu diperhatikan : Cacing dewasa jarang diternukan dalarn tinja. Kepala terbenam masuk dalam mukosa, ujung posteriornya sangat tebal dan bebas di lumen maka disebut cacing cambuk. bentuk tong, ukuran (50 — 54) umX (22 — 27) urn. Telur menetas di usus besar setelah kira-kira 3 buan akan memproduksi telur. Daur Hidup : telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut manjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah manjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum (caecum). Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina menetaskan telur kira-kira 30-90 hari. Patologi dan Gejala Klinis Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu rupanya cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Bila infeksinya ringan biasanya asymtomatis (tanpa gejala). Bila jumlah cacingnya banyak biasanya timbul diarrhea dengan feses yang berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun. 3. Enlerobius vermicularis
  • 7. Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang- orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh awam, kita sering mendengar, Kremian. Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing E. vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga kebersihan dibandingkan anak-anak. Morfologi telur E. vermicularis. Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. Morfologi cacing E. vermicularis. Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk
  • 8. khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulboesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical alae). Siklus hidup E. vermicularis Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif E. vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah: perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi kedaerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira I bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Cara penularan : Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan : 1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita. 2. melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif. 3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa. 4. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) Penyebab Uncinariasis atau ancylostomiasis, necatoriasis. Ditemukan di daerah hangat yang lembab, morbiditas lebih banyak dibanding mortalitasnya.Ketiga spesies pada manusia sebagai larva migrans, dewasanya pada anjing I dan kucing.
  • 9. Morfologi, daur hidup dan cara penularannya : Cacing dewasa ukuran panjang (7-11) mm X lebar (0,4-0,5) mm. Cacing dewasa melekat erat pada mukosa usus dengan mulutnya (punya gigi pada Ancylostoma sp. dan lempeng pemotong pada Necator sp. Gambar 9. Daur hidup Ancylostoma duodenale (Melhorn, 1998) Telur keluar bersama tinja dalam stadium awal pembelahan ukuran (60 X 40)um, dinding tipis satu lapis.Larva rhabditiform, Larva Filariform dapat tetap hidup dalam tanah untuk beberapa minggu. Infeksi pada pada manusia melalui penetrasi larva filariform--Aliran darah vena Jantung kanan--Paru-paru menembus alveoli--ke bronchiole—trachea—faring—terelan--usus kecil--dewasa. Gambar 10. Tempat perlekatan Ancyostoma duodenale (cacing kait) pada intestinum Gejala klinik : Rasa gatal pada kulit yang terpenetrasi larva timbul lesi vesikuler papula eriematosa disebut sebagai “ground itch”. Pneumonitis karena migrasi larva Pada fase usus terjadi nekrosis jaringan usus dan kehilangan darah dan pada infeksi berat menimbulkan anemi defisiensi besi, pucat, edma muka dan kaki
  • 10. 2.2 CESTODA INTESTINAL Ciri spesifik skolek membulat dengan batil isap bentuk mangkok dilengkapi rostelum atau tidak. Porus genitalis terletak pada sisi lateral, kadang pada satu sisi kadang berselang-seling tergantung spesiesnya. Infeksi oleh cacing ini dapat melimpah terutama pada hewan. Ada beberapa spesies, sebagai contoh yaitu Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Diphylidium canicum Taenia saginata, Taenia solium dan Echinococcus spp. 1. Taenia sp. Morfologi Cacing dewasa panjangnya antara 2 sampai 4 m, kadang-kadang dapat mencapai 7 m, cacing ini memakan isi usus,. Scolex berbentuk globuler berdiameter 1 mm dengan 4 batil isap berbentuk cawan. Scolex ini memiliki rostelum dengan dua deretan kait yang berjumlah 25-30 buah. Proglotid, jumlahnya kurang dari 1.000 buah, pada proglotid immautur ukuran lebih panjang, dari panjangnya. Sedangkan proglotid matur ukuran panjang dan lebarnya hampir sama dan proglotid hamil panjangnya 2x lebarnya. Pada proglotid matur, parus genitalis terletak disebelah lateral, biasanya berselang- seling tidak teratur pada proglatid berikutnya. Proglatid gravid, uterus bercabang 7-13 (biasanya 9) pada tiap sisi, ovarium terletak pada 1/3 posterior proglatid, berlobus tiga masing-masing 2 lobus simetris kiri-kanan, 1 lobus yang menghubungkan keduanya, testis mempunya 150-200 folikel yang tersebar pada bagian posterior. Proglatid gravid biasanya dilepaskan berkelompok 5-6 segmen akan tetapi tidak aktif keluar dari anus. Setiap proglatid dapat mengeluarkan 30.000-50.000 telur. Siklus Hidup Daur hidupnya mirip dengan T. saginata pada sapi, namun hospes intermedier berbeda T. saginata pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh keluar telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi. Telur menetas dalam tubuh babi, dan telur membentuk Cysticercus cellulose didalam daging (otot) atau organ lainya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak.
  • 11. Menetasnya telur hanya terjadi pada saat telur tersebut kontak dengan cairan lambung. Dari telur yang menetas akan keluarlah oncospher yang memiliki kemampuan menembus dinding usus karena adanya 6 kaitan serta zat lisis yang dihasilkan larva ini. Selanjutnya larva ini menuju venul mesentrik untuk akhirnya terbawa aliran darah keseluruh tubuh dan sampai di otot. Biasanya dalam 60-70 hari akan membentuk cysticercus cellulose yang berukuran 5x (8-10) mm. Manusia terinfeksi jika memakan daging babi mengandung larva cysticersus cellulose yang dimasak kurang sempurna. Larva akan dilepaskan di dalam usus halus setelah daging babi tersebut hancur oleh keasaman lambung dan enzim pencernaan. Larva yang telah bebas ini akan melekatkan bagian scolexnya pada mukosa usus, kemudian akan menjadi cacing dewas, biasanya di butuhkan waktu 5-12 minggu. T.solim dan T. saginata dapat bersama-sama pada seorang penderita. Cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun. (Djaenudin: 2005) . Cysticercosis Taenia solium tidak seperti spesies cacing pita lainya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk cysticercus pada manusia. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kelambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus didalam otot. 2.3 NEMATODA DARAH Terdapat lebih 200 spesies parasit filaria hanya sedikit yang menginfeksi manusia. Pada manusia ada 3 spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi Onchocerca volvulus. Ketiganya sering menimbulkan gejala sisa yang bersifat patologis. Mempunyai sikius hidup yang sangat kompleks. 1. Wucheria brancofti Morfologi : Cacing dewasa kecil seperti benang, kutikula halus, dalamjaringan dan saluran limfe. Cacing jantan : p. : 40 urn, penampang 0,1 mm, cacing betina: p. 80 mm. Daur hidup dan cara penularan: Wuchereri bancrofti dan Brugia malayi Inang perantara : Nyarnuk (Culex sp. dan Anopheles sp.) Dalam tubuh nyamuk Sarung microfilaria lepas dalam lambung, migrasi ke otot toraks--Larva infektius (6-14) menuju ke proboscis. Dalam tubuh manusia
  • 12. Kulit manusia--larva migrasi ke limfatik perifer--Ke saluran limfe distal-- dewasa jantan dan betina Microfilaria--di darah perifer (8-12 bulan) setelah infeksi. Gejala klinis : Tidak menunjukan gejala, elephantiasis dan hidrokel beberapa ada cacing dewasa, tanpa mikrofilaremia. Karena begitu rendahnya, sehingga tidak dapat terdeteksi dan Beberapa pasien dengan mikrofilaremia berat, tetapi asimptomatik Epidemi dan pencegahan Infeksi W. bancrofti tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia, Amerika, tengah dan selatan, pulau-pulau pasifik. Vektor untuk: W. bancrofti periodik nokturnal : Anopheles sp. & Culex sp.(malam) dan W. bancrofti strain yang subperiodik : Aedes sp. (siang hari) Pencegahan: Perlindungan perorangan dengan pernakaian repelant serangga dan kelambu. Untuk kontrol nyamuk dengan baik harus dilakukan hal-hal sebagai berikut : identifikasi nyamuk penularnya, kebiasaan menggigit darah, jarak terbang dan tempat perindukan. 2. Brugia malayi Pertama kali ditemukan oleh Lichtenstein penduduk ash di Idonesia dan sediaan darah Rad dan Maplestone menemukan cacing dewasa pada lengan bawah pasien di India 1940 Morfologi dan daur hidup: Cacing dewasa habitat dalam sistern himphe, melahirkan rnikrofilania dengan “sheth” Mikrofilari pada ujung terminal ada dua inti jelas terpisah dan inti lainnya. Ukuran: 177—230 urn Klinik: Manifestasi kliik, berkembang berbulan-bulan! bertahun-tahun setelah infeksi. Limfangitis dan abses filania, frekuensinya lebih tinggi darppada W. Bancrofti. Elenfantiasis oleh cacing mi terutama menegnai: ekstremitas bawah, genital, hidrokel. Diagnosis:
  • 13. Metode pemeriksaan sama dengan W. Bancrofti. Terdapat strain periodik nokturnal dan subperiodik nokturnal Epidemi: Ada 2 strain B. malayi: Strain periodisitas nokturnal Strain sub periodik nokturnal, periodik nokturnal distribusi luas di Asia Sub periodik nokturnal distribusi di Malaysia, India, Fihipina. Vektor nyamuk : Mansonia spp., Anopheles spp. dan Aedes spp. Hospes reservoar :manusia, babi, kucing, kera. 2.4 PROTOZOA DARAH Ada beberapa protozoa darah yang menginfeksi manusia Trypanosoma spp. Leishmania spp dan Plasmodium spp. Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa intrasel dari genus Plasmodium. Ada empat parasit yang dapat menginfeksi manusia, yaitu P.malariae, P.vivax, P.falciparum dan P.ovale. P.falciparum paling sering didapati pada daerah tropis dan sering menyebabkan kematian pada manusia karena dapat menginvasi sel darah merah pada semua usia dan sering resisten terhadap obat-obat anti malaria. 1. Plasmodium sp. Ada empat spesies penyebab malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale. Bersifat intraselulair dalam butir darah manusia. Plasmodium vivax, nomor 1 s/d 6, (1,2,3, bentuk cincin, 2 & 3 ada bintik Schufner’s 3. Bentuk amuboid; 4,5,6, stadium schizont muda sampai masak. P. falciparum, nomor 7 s/d 12 ; 7,8,9, trofozoit; 10,11,12, pertumbuhan schizont (di
  • 14. dalam organ intmal). P. malariae nomor 13 s/d 18, 13 bentuk cincin;14, 15 bentuk pita; 16,17,18, pertumbuhan schizont. P.ovale 19 s/d 22; 19,20, trofozoit; 2 1,22, pertumbuhan schizont (ada bintik James’s) pada semua stadium. 23 s/d, gametosit masak P.vivax (23 jantan, 24 betina); P.falczparum (25 jantan, 26 betina); P.malariae (27 jantan, 28 betina) dan P.ovale (29 jantan, 30 betina). (Chatterjee, 1977) Cara penularan dan daur hidup: Penyakit malaria ditularkan kepada orang lain dengan perantaraan gigitan nyamuk antara lain nyamuk Anopheles spp, tergantung daerah penyebaran. Misalnya di Kalimantan adalah nyamuk Anopheles barbirostris. Daur hidup Plasmodium sp.mempunyai dua inang : yaitu inang vertebrata dan nyamuk. Reproduksi aseksual (proses schizogoni) di dalam tubuh vertebrata (manusia). Reproduksi seksual (proses sporogoni) terjadi di dalam tubuh nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk akan mengalami pertumbuhan dan perbanyakan ( cycliko propagatitive). Akan dikeluarkan bersama air ludah nyamuk stadium sporozoit. Di dalam tubuh manusia juga terjadi proses gametogoni ( pembentukan gamet- gamet), mikrogametosit dan makrogametosit. Fisiologi: Oksigen dipakai dengan perantaraan enzim pernafasan logam berat Dektrose dioksidasi lebih cepat oleh sel darah merah yang mengandung parasit dan pada sel eritrosit yang tidak dihinggapi parasit. Asam laktat hanya dioksidasi oleh sel yang mengandung parasit. P. vivax mengunakan dektrose dan asam laktat 3 X lebih banyak dari pada P. Falciparum Makanan diperoleh dari darah dan jaringan inang P.malariae mempunyai masa hidup yang terpanjang. P.falciparum mempunyai masa hidup yan terpendek. Kerusakan jaringan dan gejala klinis Kerusakan jaringan: penghancuran eritrosit penyurnbatan kapiler di alat- alat dala, anoksemi jaringan hati, limpa membesar atau lembek, gangguan peredaran darah dan sel parenkim hati bengkak keruh, Gejala Klinis: Anemia, splenomegali, demam, berkeringat. 2.5 PROTOZOA USUS
  • 15. Manusia menjadi inang beberapa protozoa usus. Rhizopoda : Entamoeba histolytica, Entamoeba coil, Entamoeba hartmani, Entamoeba polechi, Endoimax nana, Entamoeaba gingivalisdan Jodamoeba butchili. Perbedaan sifat-sifat Amuba yang hidup dalam manusia pada berbagai stadium yaitu: trofozoit, prekista, kista, metakista trofozoit yang meliputi: ukuran, benda-benda di dalam endoplasma, bentuk-bentuk atau tipe pseudopodia dan pergeraka. 1. Entamoeba histolytica Ada empat stadia yaitu trofozoit : bentuk tidak teratur, adanya membran plasma adanya eritrosit dalam endoplasma. Nukleus satu. Prekista : bulat tidak teratur, adanya membran plasma, nukleus 1 – 2, tanpa eritrosit, ada cadangan makanan. Kista: bentuk bulat, ada dinding kista, nukleus 2 – 4. Dan metakista trofozoit : kista yang sudah mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Daur hidup dan Cara penularan : Ekistasi terjadi di dalam usus halus, cara infeksi ke mukosa belum banyak diketahui. Kista tertelan dalam suasana asam tidak terjadi pertumbuhan pada pH netral atau alkali dalam kista akan aktif berkembang menjadi 4 stadium trofozoit. Amuba menghasilkan enzim untuk melisiskan amuba dapat membentuk ulkus yang berbentuk botol. Kolonosasi : terjadi di dalam usus besar. Enkistasi : terjadi di dalam usus besar descendens di dalam usus halus trofozoit mengalami pemadatan berbentuk bulat (prekista). Kista mature ada masa glikogen dan benda kromatoid yang bersifat refraktil. Patologi : Amubiasis usus : luka-luka di usus besar tempat-tempat utama adalah daerah soekum dan sigmoidorektum. Luka dini, nekrosis kecil pada permukaan mukosa, perubahan jaringan meliputi histolisis, trombosis kapiler. Amubiasis sistemik, terutama hati yang terserang, alat-alat lain jarang. Dapat juga terjadai Amubiasis paru-paru, otak, limpa, alat kelamin dan kulit, walaupun jarang sekali. Gejala Klinik Sangat variabel tergantung lokalisasinya dan beratnya infeksi. Dapat terjadi infeksi sekunder. Infeksi menahun biasanya tanpa gejala
  • 16. Gambar 1. Kista Protozoa Intestinal manusia (pewarnaan dengan Iodine) 1 dan 2 Entamoeba histolytica (1 dan 4 inti), 3 dan 4 Entamoeba coil (1 dan 8 inti) 5. Endolimax nana; 6. lodamoeba butchili; 7. Chilomastix mesnili 8. Giardia lamblia (Chatterjee, 1977) Diagnosis : Pemeriksaan tinja segar secara langsung dan tidak langsung. Pemerikasaan sigmoideskop dan Pemeriksaan aspirat abses hati. Epidemi dan pencegahan: Distribusi kosmopolitan terutama di daerah tropik. Manusia merupakan hospes reservoar untuk orang lain, kucing, anjing. Penderita asimptomatik merupakan reservoar Kista tahan dan tetap bertahan di tanah selama 8 hari pada 28 – 34° C 2.6 PROTOZOA JARINGAN Protozoa yang hidup dalam janingan tubuh organisme : Toxoplasma gondii Penyebab toxoplasmosis. Dapat memparasiti binatang termasuk herbivora, carnivora, dan omnivora. 1. Toxoplasma gondii Morfologi dan daur hidup: Hospes definitif kelompok Felidae ( kucing domestik dan liar). Perkembangan pada kucing. Bentuk infektif : sporozoit, kistazoit, endozoit Proses schizogoni. Perkembangan intestinal bersaman dengan perkembangan ekstraintestinal (bentuk kista dan pseudokista). Perkembangan pada manusia: Bentuk endozoit, kista, pseudokista.
  • 17. Gambaran Klinik: Tozoplasmosis dapatan : ringan. Kelainan mata, sistem limfatik (limfodenopati), uretritis,koroiditis, karoidoretinitis. Toxoplasmosis Conginental : menimbulkan kelainan yang lebih berta. Dapat menyebabkan keguguran bayi lahir mati, lahir namun mengidap kelainan susunan saraf pusat. Tozoplasmosis pada ianang yangimunodefisiense penyakit yang timbul dan penyakit yang latent pada orang yang sedang diberi pengobatan imunosupresi dalam waktu yang lama Diagnosis: PertemuanTes serologi yang biasa digunakan ada 3 macam: 1. Sabin and Feidmen Dye Test (tes warma Sabin & Feigmen) 2. Tes zat anti fluoresen. Tes mi sensifitasnya lebih unggul dan pada nomor satu. 3. Tes hemoglutinasi tidak langsung. Gambar 1. Struktur Toxoplasma sp. sedang membelah 2. Perubahan ukuran nukleus, tampak kresentrik 3. Dua konoid berkembang di bagian anterior pada 2 kutub dan nukleus yang kresentrik 4. Nukleus mulai membelah dan konoid membesar 5. Dua anak parasit muncul dalam induknya 6. Memisahkan diri mengeluarkan anaknya. (Zaman, 1987) 2. Trichomonas vaginalis Morfologi Trichomonas vaginalistidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah : Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke menjadi axonema dari membran
  • 18. bergelombang (membrana undulant) , pada ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan iritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah pasang. Gambar. Morfologi Trichomonas vaginalis Keterangan : Hospes dan Nama Penyakit Manusia merupakan hospes parasit ini dan menyebabkan Trichomoniasis pada vagina dan pada pria prostatis. Siklus Hidup Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di uretra dan prostat. Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan makan bakteri dan lekosit Trichomonas vaginalisbergerak dengan cepat berputar-putar diantara sel-sel epitel dan lekosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang. Trichomonas vaginalis berkembang biak secara belah pasang longitudinal, diluar habitatnya parasit mati pada suhu 50 0 C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 0 0 C. Dalam perkembangbiakannya parasit ini mati pada PH kurang dari 4,9 inilah sebabnya parasit ini tidak dapat hidup disekret vagina yang asam (PH : 3,8- 4,4), parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan zat pulasan dan antibiotik7. Meskipun organisme ini dapat ditemukan dalam urine sekret uretra/setelah masase prostat, PH yang disukai pada pria belum diketahui.
  • 19. 2.7 Arthropoda 1. Anopheles sp. Morfologi Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang dan memiliki sayap yang bersisik. Siklus hidup nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal : suhu, adanya zat kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk Anopheles secara umum adalah a. Telur Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200 buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah bergabung menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu) b. Larva Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnyayang terdapat dipermukaan. c. Pupa (kepompong) Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa. d. Dewasa Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah
  • 20. menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging. Habitat Anopheles sp mempunyai habitat pada tempat-tempat air yang tidak mengalir, air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah, di air. 2. Aedes aegypti Morfologi Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang. Prilaku dan Siklus Hidup Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini. Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan
  • 21. nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar. Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas). Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
  • 22. BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum tentang parasitologi ini dilaksanakan pada hari rabu 10 desember 2014 di labolatorium analisis kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. 3.3 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop cahaya, preparat jenis-jenis parasit, alat tulis, buku laporan dan camera. 3.4 Cara Kerja Mengamati setiap preparat dari berbagai jenis parasit dari filum protozoa, helmin dan arthropoda.
  • 23. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengamatan 1. Telur Ascaris lumbricoides 2. Telur Trichomonas vaginalis Gambar referensi 3. Telur Enterobius vermicularis 4. Telur cacing tambang Gambar preparat 5. Telur Taenia sp. 6. Cacing dewasa Ascaris lumbricoides Gambar Asli 1 Gambar preparat Gambar Gambar
  • 24. 7. Cacing dewasa Enterobius vermicularis 8. Cacing tambang dewaasa Gambar 9. Mikrofilaria Wucheria brancofti 10. Mikrofilaria Brugia malayi Gambar referensi 11. Gamet Plasmodium falciparum 12. Gamet Plasmodium vivax Gambar preparat Gambar preparat Gambar Gambar preparat
  • 25. 13. Kista Entamoeba histolitica 14. Tropozoid Toxoplasma gondii Gambar 15. Tropozoid Trichomonas vaginalis 16. Telur Anopheles sp Gambar 17. Telur Aedes agypti 18. Nyamukm dewasa Anopheles sp Gambar 19. Nyamuk dewasa Aedes aegypti Gambar Gambar Preparat Gambar Gambar
  • 26. 1.2 Pembahasaan 2. Telur Ascaris lumbricoides Deskripsi Setelah dilakukannya pengamatan diketahui bahwa telur Ascaris lumbricoides yang telah dibuahi bentuknya oval melebar, mempunyai lapisan yang tebal dan berbenjol-benjol, dan umumnya berwarna coklat keemasan, ukuran panjangnya dapat mencapai 75 µm dan lebarnya 50 µm. Telur yang belum dibuahi umumnya lebih oval dan ukuran panjangnya dapat mencapai 90 µm, lapisan yang berbenjol-benjol dapat terlihat jelas dan kadang-kadang tidak. Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang mempunyai kelembaban tinggi dan pada suhu 25-300 C. Pada kondisi ini telur tumbuh menjadi bentuk yang infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu. 3. Telur Trichuris trichiura Deskripsi Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih. 4. Telur Enterobius vermicularis Deskripsi Telur E. vermicularis. Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. 5. Telur Cacing tambang Deskripsi
  • 27. Telur cacing tambang berukuran kurang lebih 55 x 35 mikron, bentuknya bulat oval dengan selapis dinding yang transparan dari bahan hialin. Sel telur yang belum berkembang tampak seperti kelopak bunga. Dalam perkembangan lebih lanjut dapat berisi larva yang siap untuk ditetaskan 6. Telur Taenia sp Deskripsi Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x 20-30 mikron, berisi suatu embrio heksakan yang disebut onkosfer. Telur yang baru keluar dari uterus masih diseliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar telur. Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, cairan putih susu mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila proglotid berkontraksi waktu gerak 7. Cacing Dewasa Ascaris lumbricoides Deskripsi Cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm, sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur. Dan Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. 8. Cacing dewasa Enterobius vermicularis Deskripsi Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap, bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk
  • 28. khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulboesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical alae). 9. Cacing dewasa cacing tambang Ancylostoma duodenale Deskripsi Cacing dewasa jantan berukuran panjang 7-11 mm x lebar 0,4-0,5 mm. Cacing dewasa Ancylostoma cenderung lebih besar dari pada Necator. Cacing dewasa jarang terlihat, karena melekat erat pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan baik (gigi pada Ancylostoma dan lempeng pemotong pada Necator). Cacing betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm, adalah seekor nematoda filariform yang kecil, tidak berwarna, semi transparan dengan kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini mempunyai ruang mulut dan oesophagus panjang, langsing dan silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang berdinding tipis, jenih dan bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang hidup sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda rabditoid khas yang hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing jantan yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina dan mempunyai ekor melingkar. 10. Mikrofilaria Wucheria bancrofti Deskripsi Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil darah penderita, dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan Wright/Giemsa. Pada sediaan yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu bentukan silinder memanjang. Ciri-ciri khas dari mikrofilaria Wuchereria bancrofti sbb : Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron, terbungkus oleh suatu selaput hialin (hyaline sheath), tetapi pada pengecatan dengan Giemsa Sheath ini jarang nampak dan hanya nampak pada pengecatan yang pekat. Curva tubuhnya halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder (secondary kink negatif) Tubuhhya terisi oleh body nuclei yang tersebar merata, nampak seolah-
  • 29. olah teratur. Pada ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari body nuclei, disebut cephalic space yang Ukuran panjangnya kurang lebih sama dengan lebarnya (Cephalic space ratio 1 : 1). Ujung posterior tidak mengandung body nuclei (Terminal nuclei negatif). 11. Mikrofilaria Brugia malayi Deskripsi Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih kekuningan. Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi baris papila 2 buah, baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina berukuran 55x0,16 mm dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur tranfersal dan langsung berhubungan dengan vagina membentuk saluran panjang. Cacing jantan berukuran 23x0,09 mm, ekor melingkar dan bagian ujugnya terdapat papila 3-4 buah, dan dibelakang anus terdapat sepotong papila. Pada ujung ekor terdapat 4-6 papila kecil dan spikula yang panjangnya tidak sama. 12. Gamet Plasmodium falciparum Deskripsi Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso- eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi. Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada
  • 30. Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species. Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat (perniseosa) 13. Gamet Plasmodium vivax Deskripsi P. vivax dibawah oleh nyamuk Anopheles betina. Penyebab malaria tersiana benigna (pernisiosa). P. vivax terdapat di daerah sub tropis, tropis, dan dingin. Sehingga penyebarannya cukup luas. Seperti P. palchiparum, P. vivax juga memiliki dua hospes yaitu manusia dan nyamuk. Siklus hidup tidak jauh beda dengan P. Falciparum. Ada stadium tidak aktif dalam hati selama beberapa waktu. Setelah bereplikasi di dalam sel hati, P. vivax akan berkembang biak aseksual di dalam eritrosit. P. vivax memiliki masa inkubasi antara 12 hingga 17 hari, tapi ada yang lebih dari 9 bulan. Dalam siklus hidupnya P. vivax memiliki beberapa bentuk: Trofozoit muda: Eritrosit membesar, P. vivax berbentuk cincin, inti berwarna merah, sitoplasma berwarna biru, mulai terdapat titik schuffner pada eritrosit. Trofozoit tua : Sitolasma hampir memenuhi seluruh eritrosit, pigmen menjada semakin nyata. Mikrogametosit: Sitoplasma hampir memenuhi seluruh eritrosit, inti difus ditengah, pigmen tersebar. Makrogametozit: Sitoplasma bulat hampir memenuhi seluruh eritrosit, inti padat biasanya berada ditepi eritrosit . Skizon muda: Inti telah membelah lebih dari satu, pigmen tersebar pada eritrosit. Dan skizon tua: Inti 12-24, pigmen berkumpul ditengah. 14. Kista Entamoeba histolitica Deskripsi Ameba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri- ciri morfologi: ukuran 10-60 μm sitoplasma bergranular dan mengan-dung
  • 31. eritrosit, yang merupakan pe-nanda penting untuk diagnosisnya terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai de-ngan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia. Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut: bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm kista matang memiliki 4 buah inti entamoba tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang setelah kista matang. Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus. 15. Tropozoit Toxoplasma gondii Deskripsi Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2- 4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemuKan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris.
  • 32. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot. Kista ini merupakan stadium istirahat dari T. gondii. Menurut Levine (1990), pada infeksi kronis kista dapat ditemukan dalam jaringan organ tubuh dan terutama di otak. Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron. 16. Tropozoit Trichomonas vaginalis Deskripsi Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah : Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke 5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana undulant) , pada ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan ritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah pasang. 17. Telur Anopheles Deskripsi Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di atas permukaan air serta memiliki sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral abdomen, dan “tergal plate” pada bagian tengah setelah dorsal abdomen. Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Stadium dewasa Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probosisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club form
  • 33. sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak sedikit lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik- sisik yang berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih. 18. Telur Aedes aegypti Deskripsi Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan menempel pada dinding wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang lebih 2,5 cm. Setiap kali bertelur nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100 butir perhari apabila berada pada tempat yang kering (tanpa air). Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk. 19. Nyamuk dewasa betina Anopheles Deskripsi Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisapdarah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagaisumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadisetelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinanterjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangantelur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging. 20. Nyamuk dewasa Aedes aegypti Deskripsi
  • 34. Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk hjantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose. Dada nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax dan metathorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang- gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam. Bagian punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian di tengahnya. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya.
  • 35. BAB V KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan diantaranya : 1. Pada praktikum tentang parasitologi ini praktikuan mengamati 19 spesies parasit dari tiga filum yaitu protozoa, helmin dan filum arthropoda. 2. Nematoda usus terdiri dari jenis cacing parasit yaitu : Ascaris limbricoides, Trichuris trichiura, Enterobius vermicularis, dan Cacing tambang 3. Nematoda darah terdiri dari spesies : Wucheria brancofti dan Brugia malayi praktikan mengamati bentuk mikrofilaria dari kedua spesis tersebut 4. Protozoa darah terdiri dari 2 jenis plkasmodium yaitu : Plasmodium falciparum dan Pralsodium vivax praktikan mengamati bentuk gametnya. 5. Protozoa usus hanya mengamati bentuk kista Entamoeba histolitica 6. Protozoa jaringan mengamati bentuk tropozoit dari Toxoplasma gondii dan Trichomonas vaginalis 7. Cestoda intestinal mengamati telur taenia sp. 8. Dan untuk kelas insecta praktikan mengamati bentuk telur dan nyamuk dewasa betina dari spesies Anopheles sp dan Aedes aegypti
  • 36. DAFTAR PUSTAKA Cahaya Indra. 2003. “EPIDEMIOLOGI “TOXOPLASMA GONDII” Sumatera selatan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Inriyanti Assa1 dkk. “Faktor Risiko Babi yang Diumbar dan Pakan Mentah Mempertinggi Prevalensi Sistiserkosi.” Jurnal Veteriner Vol. 13 No. 4: 345- 352 Desember 2012 Irianto Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung: Penerbit Alfabeta M. Subhan Moerid, R.E.P. Mangindaan, F. Losung. “UJI AKTIVITAS LARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti DARI BEBERAPA EKSTRAK ASCIDIAN. “ Jurnal Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013 Marjiyo Mardiyah Fakih. 2004. Bahan Ajar Parasitologi. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada R. Ameria Sumatri dan Djoko T. Iskandar. “Kajian Keberagaman Genetik Nyamuk Anopheles barbirostris dan A. vagus di dua Daerah Endemik Penyakit Malaria di Jawa Barat” Jurnal Matematika dan Sains Vol. 10 No. 2, Juni 2005, hal 37-44 Safar Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran (Protozologi, Helmintologi, Entomologi). Bandung: Yrama Widya Sutanto Inge. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI