Buku The 7 Habits of Highly Effective Teens membahas 7 kebiasaan yang dapat membantu remaja menjadi sukses. Tiga kebiasaan pertama adalah menjadi proaktif dan bertanggung jawab atas hidup sendiri, menetapkan tujuan jangka panjang, serta fokus pada hal-hal penting dan menentukan prioritas. Dengan melatih ketiga kebiasaan awal ini, remaja dapat mengontrol hidupnya sendiri dan meraih kesuksesan.
Microsoft word 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif
1. RINGKASAN "THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE TEENS"
04.26 BENTARSAGARA NO COMMENTS
Dalam buku The 7 Habits Of Highly Effective Teens karya Sean Covey, ada 7
kebiasaan yang bisa kita biasakan agar bisa menjadi orang yang sukses.
Kebiasaan akan mempengaruhi hidup kita, karena itu mari kita latih dan
perbaiki kebiasaan kita, karena kebiasaan akan menentukan sukses atau
tidaknya diri kita masing - masing.
Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Kebiasaan 1, Jadilah Proaktif adalah kunci untuk membuka kebiasaan yang
lain. Kebiasaan 1 membahas bahwa kita lah sumber motivasi menuju
kesuksesan kita masing - masing.kita yang mengemudikan kemana kita akan
pergi. Kita yang bertanggung jawab atas kebahagian atau ketidakberhasilan
kita masing masing.
Bersikap proaktif adalah bagaimana kita menentukan sikap kita terhadap
segala hal yang terjadi di sekitar kita. Kita manusia memiliki akal untuk memilih
untuk bersikap negatif (reaktif) atau sebaliknya bersikap positif (proaktif)
terhadap keadaan sekeliling kita. Bersikap proaktif adalah cara bagaimana kita
mengendalikan hidup kita, bukan malah hidup kita yang mengendalikan sikap
kita.
Cara untuk memahami bahwa kita bersikap proaktif yaitu dengan kita
membandingkan dengan sifat reaktif.
Dari sana, kita pasti akan memahami apa yang seharusnya kita lakukan. Kita
bisa memilih pilihan reaktif dan membiarkan perasaan kita kacau. Atau bisa
bersikap proaktif dan melanjutkan hidup kita tanpa perasaan yang kacau
akibat sikap reaktif kita. Dengan bersikap proaktif kita telah mengendalikan
hidup kita dengan bersikap sesuai dengan hati nurani kita.
Banyak manfaat bersikap proaktif, antara lain :
1. Tidak lekas tersinggung.
2. Bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri.
3. Berpikir sebelum bertindak.
4. Cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk.
5. Selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana.
6. Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, bukan malah
mengkhawatirkan hal yang tidak bisa diubah.
2. Inti dari sikap proaktif adalah dua hal, yaitu kita bertanggungjawab terhadap
hidup kita, dan bersikap “aku bisa”. Hal ini sesuai dengan kalimat “orang-orang
yang berprestasi jarang duduk-duduk menantikan segalanya terjadi pada
mereka. Mereka berbuat dan menjadikan semuanya terjadi. Orang-orang yang
berhasil dalam dunia ini adalah orang-orang yang bangkit dan mencari
keadaan yang mereka inginkan, dan apabila tidak menemukan keadaan
tersebut, mereka akan menciptakannya.”
Kebiasaan 2 : Merujuk Pada Tujuan Akhir
Kebiasaan 2, Merujuk Pada Tujuan Akhir atau Mulai dengan Mengingat Tujuan
Akhir kita, adalah cara bagaimana mendapatkan gambaran yang jelas mau
ke mana dalam hidup ini. Artinya memutuskan apa saja nilai-nilaimu dan
menetapkan sasaran akhir. Apabila kebiasaan 1 mengatakan kita sebagai
pengemudinya, maka kebiasaan 2 memerintahkan untuk menentukan ke
mana kita akan menuju.
Mengapa begitu penting untuk mempunyai tujuan akhir? Sean Covey
mengatakan bahwa ada dua alasan, yaitu karena kita ada dalam
persimpangan, sehingga jalan yang akan kita pilih akan mempengaruhi kita
selamanya. Alasan kedua adalah bahwa jika kita tidak menentukan masa
depan kita sendiri, maka orang lain yang akan memutuskannya. Jadi pilih
mana antara masa depan pilihanmu sendiri atau masa depan pilihan orang
lain?
Dalam hidup kita, kita memiliki banyak jalan untuk melakukan sesuatu. Kita juga
memeiliki banyak jalan untuk menentukan kemana kita akan berjalan. Di dalam
melakukan sesuatu ataupun juga dalam menentukan arah jalan, itu akan
mempengaruhi jalan hidup kita masing – masing.
alam hidup, kita sendirilah yang seharusnya mengendalikan takdir kita. Mungkin
orangtua, teman atau siapapun, apakah kita mau mereka untuk menentukan
takdir kita? Tentu tidak bukan? Karena itulah kita yang harus
bertanggungjawab atas seluruh hidup dan takdir kita. Tanpa tujuan akhir, kita
sering kali akan mengikuti orang lain yang mau memimpin, meskipun yang
dikerjakan sama sekali tidak bermanfaat bagi kita.
Untuk menjamin kita memiliki tujuan akhir, salah satu cara menemukannya
adalah dengan menuliskan pernyataan misi pribadi. Pernyataan misi ini adalah
pernyataan mengenai apa yang akan kita lakukan dalam hidup kita, apa saja
yang perlu dicapai, selayaknya sebuah cetak biru hidup kita. Pernyataan ini
terserah bagaimana bentuknya, baik panjang, pendek, berbentuk esai atau
puisi, yang penting tujuan hidup kita tertuang di dalamnya. Pernyataan misi ini
3. seperti pohon dan akar-akarnya yang dalam, tidak bergerak, akan tetapi terus
bertumbuh.
Kesalahan terbesar dalam pembuatan pernyataan misi ini ada dua. Yang
pertama, para remaja biasanya membuang waktu untuk
menyempurnakannya sebelum memulainya. Seharusnya kita segera melakukan
meskipun belum sempurna, kemudian dalam proses itu sempurnakan sedikit
demi sedikit. Lalu pernyataan misi ini tidak perlu sama dengan orang lain.
Cukup tuliskan sesuatu yang dapat menggambarkan diri kita, maka itulah diri
kita yang sebenarnya, pernyataan misi kita sendiri.
Selanjutnya adalah menemukan talenta-talenta kita. Apa sih yang kamu
berbakat di dalamnya? Apa yang membuatmu dapat melakukannya dengan
senang hati? Tidak perlu bakat seperti suara merdu atau pintar olahraga. Bisa
saja bakatmu sepele seperti pandai membuat orang tertawa, selalu bersikap
ramah, atau bahkan bisa menyanyi dengan bersiul sepanjang hari. Yang
penting itu adalah bakat aslimu dan tidak dibuat-buat. Kita hanya harus
mendeteksi talenta kita, bukannya menciptakan yang tidak kita punyai.
Ada beberapa cara untuk mengejar sasaran itu, antara lain :
1. Hitung biayanya, yaitu kamu harus menghitung biaya yang harus kamu
bayar untuk mencapainya. Misalnya, kamu ingin pandai berolah raga, kamu
harus lebih sering berlatih dan mempelajari olahraga yang kamu sukai. Di
samping itu, kamu harus rela waktu jalan-jalanmu dan waktu bersantai
berkurang, kamu harus rela bercape-cape setiap hari. Setelah menghitung
biayanya, maukah kamu berkorban? Apabila tidak jangan lakukan, jangan
membuat komitmen yang kamu tau akan kamu langgar. Cara yang lebih baik
adalah dengan menjadikan sasaranmu lebih mudah dicapai, sehingga biaya
yang kamu bayar akan bisa kamu penuhi.
2. Tuliskan, karena sasaran yang tidak dituliskan hanya akan jadi angan-
angan.
3. Laksanakan, karena tidak ada yang sifatnya coba-coba. Kamu harus
melakukan apa yang kamu inginkan. Jangan bilang, “akan saya coba”, tapi
katakan, “akan saya lakukan”. Seperti ketika pasanganmu menanyakan
apakah kamu mau menikahinya, lalu kamu jawab “akan saya coba”,
bagaimana perasaanya???
4. Gunakan momentum yang tepat, yaitu saat awalan dan akhiran.
Contohnya tahun baru sebagai awalan atau putus hubungan yang menandai
akhiran. Dengan memanfaatkan momentum itu kamu akan bisa melaksanakan
sasaranmu dengan efektik.
4. 5. “Ikatkan” dirimu dengan orang lain, artinya dalam mencapai tujuanmu,
kamu harus memberitahukan apa yang kamu lakukan kepada orang lain
sehingga mereka bisa membantumu. Apabila kamu ingin pintar, bicarakan hal
itu dengan orang tua, guru, teman bahkan dengan pacarmu, maka kamu bisa
didukung orangtuamu, diberi les olah gurumu, berdiskusi dengan temanmu,
bahkan mendapat dorongan dari pacarmu. Menjadi lebih mudah bukan?
Satu hal yang harus kamu perhatikan adalah sebaiknya kamu tidak
mengacuhkan kelemahanmu, karena yang harus kamu lakukan adalah
kembangkan seluruh talentamu (bakatmu) dan gunakan kelemahanmu untuk
menjadi kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Selain itu, takdir kita belum
ditentukan sampai kamu melakukan hal yang kamu bisa lakukan, karena itu
jadikan hari kita luar biasa dan tinggalkan warisan yang abadi kepada penerus
kita dengan mencapai tujuan yang sangat luar biasa. Pendidik Maren
Mouritsen mengatakan, “Kebanyakan dari kita takkan pernah melakukan hal-
hal besar. Akan tetapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cara yang
besar”.
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama adalah soal belajar menentukan
prioritas dan mengatur waktumu sehingga yang penting didahulukan, buka
ditunda. Tapi kebiasaan ini lebih dari sekedar mengatur waktu, melainkan juga
soal belajar mengatasi ketakutan dan bertahan di saat yang sulit.
Kita punya sederet sasaran serta niat baik, tetapi untuk melaksanakan dan
mendahulukannya sangat sulit. Karena itu kebiasaan 3 memerlukan daya
kemauan(kekuatan untuk mengatakan ya kepada hal-hal yang paling penting
bagimu) dan daya menolak (kekuatan untuk mengatakan tidak kepada hal-
hal yang kurang penting dan terhadap tekanan sesama).
Ketika mengepak koper, kita akan menemukan bahwa masih banyak yang
bisa kita masukkan asal ditata dengan rapi ketimbang dimasukan dengan
sembarangan. Begitu pula dengan hidup, ketika ditata dengan baik, kita akan
menemukan bahwa akan lebih banyak waktu untuk keluarga, teman, dan lain-
lain. Berikut adalah suatu model Kuadran Waktu yang diciptakan Sean Covey :
Penting – hal-hal yang paling penting bagimu, kegiatan-kegiatan utama
bagimu, yang berkontribusi terhadap tercapainya misi serta sasaranmu.
Mendesak – hal-hal yang menekan, yang menuntut perhatian segera.
Mendesak Tidak Mendesak
Penting Orang yang suka
menunda-nunda
Ujian besok
Teman terluka
Orang yang suka
menentukan prioritas
Merencanakan,
menetapkan sasaran
5. Terlambat masuk kerja
Mobil mogok
Olahraga
Membina hubungan
Tidak
Penting
Orang yang “Yes-Man”
Telepon yang tidak
penting
Interupsi
Masalah kecil orang lain
Tekanan sesama
Orang Pemalas
Terlalu banyak nonton TV
Ngobrol di telepon lama-
lama
Shoppingholic
Buang-buang waktu
Sekarang pikirkan dan tanyakan pada diri sendiri, “Ke dalam Kuadran
Waktu manakah aku paling banyak menghabiskan waktuku?”
Kuadran 1 (K1) : Orang yang suka menunda-nunda
Memang ada hal-hal yang perlu dilakukan dalam K1, misalnya menolong
anak yang tertabrak. Akan tetapi ketika kita menunda-nunda mengerjakan PR
lalu harus mengerjakannya semalaman, kita akan kelabakan. K1 adalah orang
yang suka menunda-nunda pekerjaan. Motonya adalah, “aku akan berhenti
menunda-nunda – nanti”. Orang ini suka mengerjakan pekerjaan di saat-saat
kritis pada menit-menit terakhir. Akan tetapi ini membuatnya semangat dan
bisa sukses di bawah tekanan. Merencanakan sebelumnya sangat susah
dilakukan orang ini, karena akan merusak kesenangan mengerjakan di menit-
menit terakhir.
Akibat kebanyakan menghabiskan waktu di K1 adalah:
- Stress dan cemas
- Kelelahan
- Prestasi yang biasa-biasa saja.
Kuadran 3 (K3) : Orang yang “yes-man”
K3 mewakili hal yang mendesak, tetapi tidak penting. Cirinya adalah dia
berusaha menyenangkan semua orang dan menanggapi semua keinginan
mereka. K3 penuh dengan hal-hal yang penting bagi orang lain, tetapi tidak
untukmu. Yes-man sulit mengatakan tidak pada orang lain, berusaha
menyenangkan mereka, akan tetapi biasanya malah tidak menyenangkan
siapapun.
Kalau teman-temannya datang mendadak dan mengajaknya begadang,
dia tidak dapat menolak meskipun besoknya dia menghadapi ujian dan perlu
belajar serta tidur. Atau dia tidak mau ikut tim renang, dia lebih memilih
kesenaian, tapi karena ayahnya seorang perenang, maka dia tidak mau
mengecewakan ayahnya. Akibat kebiasaan menghabiskan waktu di K3 adalah
:
- Reputasi sebagai “tukang menyenangkan orang lain”.
- Kurang disiplin.
6. - Merasa seperti keset kaki bagi orang lain yang menginjak-injaknya.
Kuadran 4 (K4) : Pemalas
K4 adalah kategori kesia-siaan. Kegiatannya sama sekali tidak mendesak
dan tidak penting. Si Pemalas melakukan semua dengan berlebihan, terlalu
banyak nonton TV, tidur, main video game, dan online. Memang benar nonton,
chatting, atau shopping adalah bagian dari hidup sehat, akan tetapi kalau
dilakukan berlebihan maka akan menjadi sebuah kesia-siaan besar.
Akibat hidup dalam K4 adalah :
- Kurang bertanggungjawab.
- Rasa bersalah.
- Malas.
Kuadran 2 (K2) : Orang yang suka menentukan prioritas
K2 adalah hal-hal penting tetapi tidak mendesak, seperti olahraga, relaksasi,
membangun hubungan, mengerjakan PR … tepat waktu. Kuadran inilah
seharusnya kita berada. Kesulitannya adalah pekerjaan K2 penting, akan tetapi
tidak mendesak. Karena itu lah orang yang menentukan prioritas berdiri dalam
kuadran ini. Orang ini tidak sempurna, akan tetapi dia mawas diri. Dia
menentukan apa yang perlu dilakukan, menyusun prioritas. Dengan
merencanakan, misalnya, dia dapat mengendalikan segalanya. Dengan
mengerjakan PR tepat waktu, dia dapat mengerjakan yang terbaik dan
terhindar dari stress dan kelelahan. Dia berolahraga teratur, meskipun harus
mengorbankan hal-hal lain. Ia suka nonton, online di internet, dan membaca
novel, tetapi tidak berlebihan. Dia belajar mengatakan “tidak” sambil
tersenyum, karena mungkin penolakan tidak akan membuatnya populer, tetapi
akhirnya orang akan menghormatinya.
Akibat hidup di K2 :
- Hidup terkendali.
- Keseimbangan.
- Prestasi tinggi.
Untuk memulai, sebaiknya kamu membuat agenda. Pertama buatlah
rencana mingguan, karena rentang waktunya pas. Ada 3 langkah yang perlu
dilakukan :
1. Rencanakan “batu besar”-mu, yaitu hal-hal penting yang akan kamu lakukan.
Jangan terlalu banyak, fokuskan hal yang dapat kamu selesaikan, realistis dan
susun agar tidak lebih dari sepuluh atau lima belas.
7. 2. Jadwalkan waktu untuk “batu besar” tersebut. Hal ini penting karena apabila
kamu tidak menjadwalkannya, ada kemungkinan waktumu tersita pada hal-hal
yang lain yang kurang penting.
3. Jadwalkan segala hal lainnya. Setelah batu besar terjadwal, jadwalkan hal lain
yang kamu inginkan.
Apabila sudah selesai, laksanakan, dan mungkin kamu juga perlu sekali-
sekali menyusun kembali agenda itu agar lebih terarah.
Kebiasaan 3 selanjutnya adalah mengatasi ketakutan dan tekanan sesama.
Seseorang memiliki wilayah aman yang seringkali sulit untuk ditinggalkan.
Wilayah aman itu bebas risiko, mudah dan tidak membutuhkan upaya ekstra.
Sebaliknya, ada wilayah berani yang mencakup petualangan, risiko dan
tantangan. Segala yang membuatmu tidak nyaman ada di sini. Dengan
memasuki wilayah berani kita, hidup tidak akan membosankan, dan kita
mendapatkan pengalaman baru. Apabila kita tidak pernah masuk ke dalam
wilayah ini, suatu saat ketakutan kita akan membuat keputusan untuk kita.
Pernahkah kita gagal menjadi ketua OSIS karena takut berbicara di depan
umum, atau takut berkenalan dengan gadis yang kamu suka, atau takut masuk
tim basket karena takut bersaing? Karena ketakutan maka kamu kehilangan
kesempatan menjadi ketua OSIS, berkenalan dengan gadis mu, dan gagal
menjadi olahragawan.
Dalam memasuki wilayah berani ini, bukan orang lain yang harus kamu
perhatikan, akan tetapi kamu harus menaklukan dirimu sendiri dan mencapai
keberanian yang kamu perlukan. Jangan pedulikan orang lain, yang penting
kamu telah berhasil menaklukan dirimu sendiri. Yang terpenting adalah
“Menang itu tidak lebih dari bangkit lagi setiap kamu gagal”.
Pujangga Robert Frost menulis, “Ada dua jalan di hutan, dan aku pilih jalan
yang lebih jarang dilalui orang, dan itulah yang membuat perbedaan”. Dalam
menghadapi tekanan negatif sesamamu yang menyuruhmu melakukan hal
yang tidak kamu inginkan, kamu harus mengeluarkan seluruh keberanianmu.
Kamu harus berani mengambil sikap untuk menolaknya. Akan tetapi tidak
semua tekanan itu buruk, karena apabila kamu mendapatkan tekanan positif
dari temanmu, kamu malah harus mengikutinya untuk menjadi lebih baik.
Mendahulukan hal-hal yang utama ini membutuhkan disiplin, disiplin untuk
mengatur waktu, disiplin untuk mengatasi ketakutanmu, disiplin untuk
menguatkan hatimu di saat-saat sulit dan menolak tekanan sesama. Menjadi
orang sukses tidaklah mudah, karena kamu perlu menjalani hal-hal yang
mungkin kamu benci. Apakah kamu pikir pemain piano menikmati latihan
selama berjam-jam, atau seorang juara kelas senang belajar sampai larut
malam agar dapat nilai yang bagus? Semua hal yang ingin kita capai memiliki
harga masing-masing, karena itu hitunglah harganya sebelum kamu
melakukannya.
8. Kebiasaan 4 : Berpikir Menang-Menang (Win-Win)
Apabila kebiasaan 1, 2 dan 3 lebih mengacu pada pengembangan diri, maka
kebiasaan selanjutnya adalah bagaimana cara kita bersikap terhadap orang
lain di sekeliling kita.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang-Menang adalah sikap terhadap kehidupan
suatu cara berpikir yang mengatakan bahwa saya bisa menang, kamu pun
bisa menang. Bukan saya atau kami, tapi sama-sama. Dasar pemikirannya
adalah keyakinan bahwa kita semua sama, tidak ada yang lebih rendah dan
unggul dari yang lain.
1. Berpikir Menang/Kalah
Berpikir Menang/Kalah yaitu sikap terhadap kehidupan yang mengatakan
bahwa jue sukses itu sudah tetap besarnya, dan kalau kamu mendapatkan
potongan besar, sisanya tinggal sedikit untuk saya. Karena itu saya akan
memastikan mendapat potongan besar itu lebih dulu. Menang/Kalah
cenderung kompetitif. Dia tidak peduli seberapa baiknya dia, asalkan dia lebih
tinggi dari orang lain. Ciri-ciri Menang/Kalah ini antara lain :
Ø Menggunakan orang lain, baik secara emosional maupun secara fisik demi
tujuan sendiri yang egois.
Ø Berusaha maju atas pengorbanan orang lain.
Ø Menyebarkan kabar burung tentang orang lain.
Ø Selalu memaksakan kehendak tanpa memikirkan orang lain.
Pada akhirnya, biarpun kamu menang, kamu akan sendirian tanpa teman.
2. Kalah/Menang
Kalah/Menang seperti keset kaki, membiarkan orang lain menginjak-injak
dirinya, dengan dalih menjadi pembawa damai. Mengalah terhadap tekanan
sesama, seperti apabila kelompokmu membolos dan kamu mengalah untuk
ikut meskipun kamu tidak mau, menunjukkan kamu Kalah/Menang, kamu kalah
dan mereka menang. Apabila ini terus berlanjut, maka kamu akan selalu
diinjak-injak orang.
Memang sekali-sekali kalah tidak masalah, asalkan itu untuk hal-hal kecil. Akan
tetapi jangan sampai kamu terperangkap dalam hubungan yang melecehkan,
sehingga kamu selalu saja terpaksa menuruti kemauan orang. Pastikan kamu
memegang kendali dalam hal-hal penting.
3. Kalah/Kalah
9. Kalah/Kalah mengatakan bahwa “Apabila aku harus jatuh, kamu juga harus
jatuh”. Toh, orang sengsara senang ditemani. Dendam adalah contoh yang
nyata. Apabila kamu membalas dendammu, kamu mungkin berpikir menang,
padahal sebetulnya kamu menyakiti dirimu sendiri.
Kalah/Kalah juga bisa terjadi apabila seseorang terobsesi dengan orang lain
secara negatif, contohnya sepasang kekasih. Apabila mereka sudah terikat
dalam hubungan emosional dan saling tergantung, biasanya menjadi posesif
dan cemburuan. Akhirnya ketergantungan ini menimbulkan yang terburuk,
mereka sering bertengkar, berdebat, “saling membalas” sehingga
menimbulkan sikap Kalah/Kalah.
4. Menang-Menang
Menang/Menang adalah keyakinan bahwa semua orang bisa menang. Kamu
memedulikan orang lain sebanyak kamu memedulikan dirimu sendiri. Contoh-
contoh sikap Menang/Menang antara lain :
v Kamu dipromosikan menduduki jabatan baru, kemudian kamu bagi pujian
dan pengakuannya kepada semua orang yang membantumu dipromosikan.
v Kamu ingin makan keluar, temanmu ingin nonton. Akhirnya kamu sama-sama
memutuskan akan menyewa film dan membeli makan untuk dimakan di rumah.
v Sahabat terbaikmu diterima di kampus pilihanmu, sedangkan kamu tidak.
Walaupun sedih, kamu ikut bersuka cita atas keberhasilan temanmu itu.
Agar dapat berpikir Menang/Menang, pertama kamu harus memenangkan
kemenangan pribadimu (Kebiasaan 1, 2, dan 3). Dengan menenangkan diri,
maka kamu dapat berpikir lebih jernih terhadap diri sendiri. Kedua, hindari
kecenderungan bersaing dan membanding-bandingkan. Persiangan memang
diperlukan semua orang. Akan tetapi persaingan memiliki dua sisi. Persaingan
akan sehat apabila kamu menantang diri kamu sendiri agar dapat mencapai
sesuatu dengan mengerahkan kemampuan terbaikmu. Akan tetapi persaingan
akan menjadi buruk apabila kamu mementingkan kemenangan lebih dari
apapun sehingga menghalalkan cara yang salah. Selanjutnya, kecenderungan
membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain adalah hal lain yang harus
dihindari. Kenapa kita harus membangding-bandingkan diri dengan orang lain?
Kita semua berada pada jadwal perkembangan yang berbeda-beda, secara
sosial, fisik dan mental. Hidup kita ini unik, dan masing-masing dari kita
dilengkapi dengan hambatan-hambatan tersendiri. Jadi lebih baik menjadi diri
kita sendiri dan berhenti membanding-bandingkan diri.
Terkadang seberapa keraspun mencoba, mencari solusi Menang/Menang.
Atau pihak lain yang condong pada Menang/Kalah. Dalam hal ini, jangan ikut-
10. ikutan bersikap Menang/Kalah atau bahkan Kalah/Menang. Lebih baik
Menang/Menang atau Tidak Sama Sekali.
Mengembangkan sikap Menang/Menang memang tidak mudah. Kamu harus
mencobanya sedikit demi sedikit. Kalau kamu baru bisa berpikir hanya 10% dari
waktumu sekarang, mulailah meningkatkannya menjadi 20%, kemudian 30%,
dan seterusnya. Akhirnya itu akan menjadi kebiasaan tanpa kamu perlu
memikirkannya. Dan mungkin keuntungan yang paling mengejutkan dari
berpikir Menang/Menang ini adalah perasaan senang yang ditimbulkannya
ketika kita bisa menyenangkan orang lain dan kita sendiri mendapatkan
keuntungan.
Kebiasaan 5 : Berusahalah Untuk Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami
Setiap manusia memiliki suatu keinginan terpendam di lubuk hatinya yang
terdalam agar bisa dimengerti oleh setiap orang. Rasa ingin dimengerti ini
menyangkut seluruh tindakan dan pemikiran yang dimilikinya. Setiap orang
memiliki persepsi masing-masing terhadap dunia, sehingga setiap orang akan
memiliki perbedaan pemikiran yang kadang tidak bisa dimengerti oleh orang
lain.
Dalam memahami perasaan orang lain, kita perlu menjadi seorang pendengar
yang baik. Akan tetapi, seringkali kita tidak mendengarkan dengan baik. Ada
lima gaya mendengarkan yang buruk, antara lain :
1. Mengawang-awang, gaya mendengarkan dimana seseorang yang
sedang terlibat pembicaraan melamun (mengawang-awang) sehingga tidak
mendengarkan sama sekali apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya.
2. Pura-pura mendengarkan, gaya seorang pendengar yang hampir tidak
mengacuhkan apa yang dikatakan lawan bicaranya dan membalas dengan
tidak peduli.
3. Mendengarkan secara selektif, gaya seseorang yang hanya
mendengarkan apa yang ingin dia dengarkan dan menanggapi hanya bagian
apa yang dia perhatikan tersebut.
4. Mendengarkan kata per kata, yaitu gaya mendengarkan seseorang
tepat seperti apa yang lawan bicaranya katakan, tanpa memperhatikan
bahasa tubuh atau nada perasaan yang sebenarnya mempunyai arti berbeda.
5. Mendengarkan yang terpusat pada diri sendiri, yaitu gaya
mendengarkan dengan menuruti keinginan sendiri dan tidak berusaha
memahami apa yang ingin disampaikan lawan bicara. Gaya ini seringkali
malah menimbulkan perasaan yang tidak nyaman kepada lawan bicara.
11. Gaya bicara ini biasanya ditandai dengan beberapa sikap, yaitu menghakimi
secara sepihak, menasihati dan menggali tentang keadaan lawan bicara. Hal
ini sudah jelas sangat tidak menyenangkan bagi lawan bicara.
Apabila kita menunjukkan sikap seperti di atas, dijamin orang yang berbicara
dengan kita akan merasa tidak diperhatikan. Teknik mendengarkan yang baik
adalah dengan mendengarkan dengan tulus, antara lain :
1. Dengarkan dengan telinga, mata dan hati. Seseorang dalam
menyampaikan sesuatu sesungguhnya tidak hanya lewat kata-kata. Kita hanya
dapat menangkap sekitar 4% maksud seseorang melalui kata-kata. Akan tetapi
kita dapat memahami sebanyak 40% dari nada perasaannya bahkan
sebanyak 53% dari memperhatikan bahasa tubuhnya. Oleh karena itu, untuk
memahami orang lain dengan lebih baik, pahamilah percakapan melalui
telinga, mata dan hati kita.
2. Selami perasaan mereka. Setiap dari kita memandang dunia melalui
kacamata yang berbeda. Apabila kamu memakai kacamata berwarna biru
dan temanmu memakai kacamata berwarna merah, pasti dia akan
mengatakan bahwa air danau itu berwarna merah. Begitu pula sebaliknya
kamu pasti akan mengatakan bahwa air danau berwarna biru sesuai dengan
kacamatamu. Begitulah keadaan kita. Untuk memahami orang lain, kita perlu
menyamakan warna kacamata kita seperti miliknya. Dengan mencoba
memahami sudut pandang mereka, kita pasti akan tahu pemikiran seperti apa
yang dimilikinya dan akhirnya kita akan memahami orang lain lebih baik.
3. Bersikap seperti cermin. Ini adalah cara yang mengulangi kata-kata yang
diucapkan orang dengan kata-kata kita sendiri. Cara ini akan menyebabkan
lawan bicara kita merasa diperhatikan saat berbicara, sehingga dia akan
membuka diri kepada kita. bersikap seperti cermin bukan mengulang kata-kata
persis seperti apa yang diucapkan orang lain, akan tetapi mengulang dengan
kata-kata kita sendiri sesuai dengan apa yang kita tangkap.
Contoh percakapan :
“Kamu tidak boleh keluar malam ini dengan teman-temanmu”, kata Ayah.
Apabila kamu bersikap biasa, mungkin kamu akan mengatakan, “Ayah tidak
adil, padahal aku sudah mengikuti keinginan Ayah selama ini”, atau kata-kata
lain. Di saat inilah kita perlu bersikap seperti cermin, ulangi kata-katanya
dengan kata-katamu.
“Ayah sedang kesal ya?”
“Tentu saja Ayah kesal. Nilai-nilaimu menurun selama semester ini, padahal
Ayah selalu memenuhi apapun permintaanmu.”
12. “Ayah mengkhawatirkan aku ya?”
“Iya lah, Ayah tidak mau kamu gagal masuk Universitas. Jangan seperti Ayah
yang tidak bisa sekolah sehingga harus bersusah payah mencari uang seperti
sekarang.”
“Ayah sangat memperhatikan masa depanku ya?”
“Tentu saja. Kamu juga seharusnya memperhatikannya lebih baik. Sepertinya
tidak apa-apa kalau kamu keluar malam ini, asalkan kamu berjanji nilai-nilaimu
akan naik kembali.”
Mungkin tidak sesederhana itu, tetapi biasanya begitu. Dengan berlaku seperti
cermin, lawan bicara akan merasa dihargai dan diperhatikan, sehingga dia
akan merasa tidak terlalu buruk apabila membiarkan kita melakukan apa yang
kita inginkan.
Bersikap seperti cermin tidak harus dilakukan setiap saat, karena akan
menghabiskan waktu kita. Sebaiknya sikap ini dilakukan apabila kita sedang
benar-benar akan mendengarkan perasaan lawan bicara kita yang
menghadapi masalah berat. Sikap ini tidak diperlukan apabila hanya
percakapn ringan atau percakapan sehari-hari.
Dengan memahami perasaan lawan bicara kita, orang tersebut secara tidak
sadar akan membuka hatinya untuk mendengarkan apa yang akan kita
katakan. Apabila lawan bicara belum merasa dipahami, akan sulit baginya
membuka diri dan menerima apa yang akan kita katakan. Dengan memahami
lawan bicara terlebih dahulu, kita akan mendapatkan kepercayaan yang lebih
dari orang tersebut.
Hanya berusaha memahami orang lain baru setengah dari kebiasaan 5 ini.
Setengah selanjutnya adalah Berusaha Untuk Dipahami. Diperlukan keberanian
untuk berbicara di depan umum, akan tetapi diperlukan keberanian yang lebih
besar untuk berbicara secara umum. Apabila kita sudah bisa memahami lawan
bicara kita, tentu kita ingin agar apa yang kita katakan bisa didengarkan oleh
orang lain. Akan tetapi ada 2 syarat agar perkataan kita bisa dipahami oleh
orang lain. Yang pertama adalah apakah perkataan kita dapat memberikan
manfaat bagi dan feedback bagi lawan bicara kita. Sedangkan yang kedua
adalah sampaikan dari sudut pandang “saya”, bukan malah mengatakan
“kamu”, sehingga akan memberikan gambaran bahwa apa yang kita katakan
berasal dari pikiran kita dan tidak semata-mata menghakimi lawan bicara kita.
13. Kebiasaan 6 : Prinsip Kerjasama Kreatif
Latihan dari kebiasaan-kebiasaan yang lain telah mempersiapkan kita
untuk bersinergi. Sinergi bermakna keseluruhan adalah lebih besar dari pada
jumlah setiap
bagiannya. Suatu hubungan yang mana bagian-bagian yang memiliki
setiap bagian lainnya adalah suatu bagian yang ada di dalamnya dan
merupakan dirinya sendiri - bagian yang besar wewenangnya, menyatu
dan menggairahkan.
Intisari dari sinergi adalah perbedaan nilai-nilai - dengan menghormatinya,
membangun kekuatan, dan mengkompensasikan kelemahan.
Jalan untuk menacapai sinergi melalui proses kreatif, yang bisa menakutkan,
karena kamu tidak pernah tahu kemana proses kreatif akan membawamu.
Komunikasi Sinergis
Komunikasi sinergis adalah membuka pikiran dan hatimu menuju kemungkinan
baru. Sepertinya mirip kamu melepaskan bisikan “memulai
awal di pikiran”, tetapi nyatanya dipenuhi oleh sasaran dan penemuan
yang lebih baik.
Sebagian besar ikhtiar kreatif adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksikan,
dan jika bukan karena orang-orang memiliki toleransi yang tinggi
terhadap ambiguitas (tak tetap azas) dan mengambil rasa amanya dari
nilai integritas dan kedalaman jiwa, mereka akan menemukan hal yang
tidak menyenangkan untuk bergabung dalam perusahaan dengan kreativitas
tinggi.
Butuh waktu untuk benar-benar menyusun tim, membuat catatan bank
emosi, agar kelompok bisa menjadi rajutan yang rapat. Rasa hormat diantara
anggota bisa menjadi tinggi jika ada ketidak-setujuan, bisa menjadi
upaya-upaya murni untuk saling memahami.
Kepercayaan tinggi akan menuntun kepada komunikasi dan kerjasama
yang tinggi. Titik kemajuan komunikasi adalah bertahan (menang atau
kalah/menang), penuh pernghormatan (kompromi), sinergis (menang/
menang). Komunikasi sinergis harus dicapai untuk mengembangkan
kemungkinan kreatif, termasuk penyelesaian yang lebih baik daripada
proposal aslinya. Jika sinergi tidak tercapai, kadang upaya selalu berhasil
dalam kompromi yang lebih baik.
Sinergi dalam Ruang Kelas
Suatu kelas sinergis bergerak dari suatu lingkungan yang tenang ke
14. keadaan ber-ungkapan pendapat (brainstorming). Spirit evaluasi menjadi
bawahannya spirit jejaring kreativitas, angan-angan dan intelektual. Kemudian
kelas sepenuhnya ditransformasikan dengan kegairahan dari arah
baru. Ini bukan terbang dengan khayalan, namun hal pokok.
Di waktu lain, pada suatu kelas mungkin dikenalkan bentuk sinergi, namun
didorong menuju kekacauan. Sinergi membutuhkan persenyawaan
yang benar dan kedewasaan emosi dalam kelompok untuk berkembang.
Sinergis dalam Bisnis
Kegairahan bisa menggantikan pertukaran dengan rasa hormat dan ego
perang. Namun pengalaman sinergis secara khusus jarang bisa dibuat.
Lebih sering, pengalaman baru harus dicari.
Dengan membuat pernyataan misi sinergis, hal yang terukir di hati dan
pikiran partisipan.
Memancing untuk Alternatif Ketiga
Jalan “tengah” mungkin tidak bisa dikompromikan, namun ada alternatif
ketiga, bagaikan puncak suatu segitiga.
Dengan pencarian bersama untuk mengerti dan dimengerti, partisipan
mengumpulkan keinginannya. Mereka bekerja sama pada sisi yang sama
untuk membuat alternatif ketiga, untuk mempertemukan kebutuhan setiap
orang.
Malahan dari suatu transaksi, bisa menjadi transformasi. Setiap partisipan
mengambil apa yang mereka inginkan, dan mereka membangun
hubungannya dalam suatu proses.
Sinergi Negatif
Pendekatan menang/kalah yang bisa menghasilkan pengeluaran energi
negatif. Ini seperti mencoba menyetir dengan kaki satu di pedal gas, yang
lain di pedal rem. Malahan jika menekan rem, banyak orang memberikan
gas. Mereka akan memberikan tekanan lebih banyak untuk menguatkan
posisi mereka, membuat lebih banyak perlawanan. Kontras dengan
pendekatan kooperatif akan mampu mencapai sukses.
Masalahnya adalah banyaknya orang bebas yang mencoba kesuksesan
dalam realitas saling-ketergantungan. Mereka bicara teknik menang/
menang, namun dengan memanipulasi yang lainnya. Orang yang gelisah
ini ingin menggabungkan jalan pikirannya kepada yang lain.
Kunci sinergi antar pribadi (interpersonal) adalah sinergi antar pribadi-
pribadi (intra personal) - sinergi dalam diri kita sendiri untuk membantu
menacapai sinergi dengan yang lainnya. Jantung dari sinergi intrapersonal
adalah habit ketiga yang pertama, yang memberikan kecukupan
keamanan internal untuk mengendalikan resiko karena menjadi terbuka
dan mudah kena serang. Sebagai tambahan, dengan belajar menggunakan
15. otak kiri: logika, dengan otak kanan: emosi, kita mengembangkan
sinergi psikis yang cocok terhadap realitas, yang bersifat logis dan emosional.
Menghargai Perbedaan
Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan mental, emosional dan
pskologis diantara orang-orang. Kunci untuk menghargai perbedaan itu
adalah menyadarkan bahwa semua orang memandang dunia, tidak
sebagaimana
adanya. namun sebagaimana mereka (perbedaan dalam memandang).
Orang yang benar-benar efektif memiliki kerendahan hati dan menghargai
untuk mengenali batasan persepsi yang dimilikinya dan menyadari
kekayaan akal/sumber yang tepat melalui interaksi hati dan pikiran dari
sisi kemanusiawian yang lain.
Dua orang bisa tidak setuju dan keduanya bisa benar adalah sesuatu
yang tidak logis, ini psikologis. Dan ini kenyataan. Kita melihat sesuatu
yang sama, tetapi menginterprestasikan secara berbeda, keadaan kitalah
yang menyebabkannya. Jika tidak, kita menilai perbedaan dalam persepsi
kita dan berusaha mengerti bahwa hidup tidak selalu sesuatu yang dikotomi
(benar atau salah) dan/atau, disana ada alternatif ketiga, kita tidak
akan pernah mampu melebihi ambang batas kondisi kita.
Jika dua orang memiliki opini yang sama, sesuatu yang tidak penting.
Jika demikian, bila saya menjadi sadar terhadap perbedaan dalam persepsi
kita, saya berkata “Hebat! Bantu aku melihat apa yang kau lihat.” Dengan
mengerjakannya, saya tidak hanya mengembangkan kewaspadaan,
tapi saya juga mengiyakan. Saya memberimu hawa psikologis. Saya
membuat suatu lingkungan untuk bersinergi.
Menekankan Analisis di Lapangan
Sesuai dengan Kurt Lewin, seorang sosiologis, tahapan sekarang
dari unjuk kerja atau keberadaan kita adalah posisi keseimbangan, antara
tekanan untuk menjalankan dorongan pergerakan naik dan menahan
tekanan untuk turun.
Dorongan (driving force) adalah positif, bersifat pribadi, dan berkesadaran.
Menahan (restraining force) adalah negatif, emosional, tidak
berkesadaran, bersifat sosial/psikologis. Kedua tekanan harus bersangkutan
dengan perubahan.
Menaikan dorongan akan memberikan hasil sementara. Kadang,
tekanan menahan akan beraksi mirip pegas yang membalikkannya ke tahap
semula.
Untuk menghasilkan sinergi, konsep menang/menang, sinergi pengertian
dan pencarian bersama digunakan untuk bekerja langsung pada dorongan
16. menahan. Kalo begitu libatkan orang dalam proses, sehingga mereka
mengerti, apa yang menjadikan permasalahan. Mereka akan berlaku
menjadi bagian penting dari solusi. Sebagai suatu hasil, berbagai sasaran
bisa diciptakan, sehingga perusahaan bisa bergerak maju.
Proses legal harus menjadi pilihan terakhir, bukan pertama, ditempatkan
paling akhir karena membuatnya menjadi blok-blok, membuat sinergi
hal yang tidak mungkin menjadi nyata.
Semua Kondisi Alam adalah Sinergis
Ekologi, adalah sesuatu yang saling berhubungan, yang menjelaskan
prinsip sinergi di alam. Hubungan kekuatan kreatif perlu dimaksimalkan.
Tujuh kebiasaan juga saling berhubungan dan memiliki kekuatan besar
ketika digunakan bersama.
Sinergi adalah pencapaian puncak dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.
Efektivitas dalam realitas saling-ketergantungan.
Banyak sinergi ada dalam Lingkaran pengaruhmu. Kamu bisa menilai
baik sisi analitis dan kreatifitas milik sendiri. Kamu bisa mengesampingkan
energi negatif dan mencari yang baik di sisi lainnya. Kamu bisa
berteguh hati menyampaikan ide dalam situasi saling-ketergantungan.
Kamu bisa menghargai perbedaan di tempat lain ketika kamu melihat
hanya ada dua alternatif, punyamu dan sesuatu yang “salah”. Kamu bisa
mencari suatu alternatif sinegis ketiga.
Kebiasaan 7 : Keseimbangan Pembaharuan-Diri
Cobalah kamu datang kepada seseorang yang bekerja di perkayuan untuk
menggergaji pohon. Mereka sedang bekerja dengan sangat lelah berjam-
jam. Ajaklah agar mereka berhenti sejenak untuk mengasah gergaji.
Mereka akan menjawab, “Saya tidak punya waktu untuk menajamkan
gergaji, saya sedang sibuk menggergaji!”
Habit 7 adalah mengambil waktu untuk mengasah gergaji. Dengan
memperbaharui empat dimensi dari sifat alamimu - fisik, spiritual, mental
dan sosial/emosional, kamu bisa bekerja lebih cepat dan tanpa kesulitan.
Untuk mengerjakannya, kita harus proaktif. Ini adalah aktivitas Kuadran
II (penting, namun tidak urgen) yang harus diaktifkan. Itu adalah pusat
dari Lingkaran Pengaruh, maka kita mesti mengerjakannya untuk diri
kita sendiri.
Dimensi Fisik
Dimensi fisik menyangkut merawat tubuh - makan makanan sehat, cukup
istirahat dan santai, dan berolah raga secara teratur.
17. Jika kita tidak punya program olah raga teratur, pada akhirnya kita
akan membiarkan masalah kesehatan muncul. Program baru harus dimulai
secara bertahap, sesuai dengan penemuan riset terbaru.
Keuntungan terbesar dari merawat diri sendiri adalah pengembangan
“otot” Habit 1 dari proaktivitas.
Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual adalah pusatmu, komitmen untuk sistem nilaimu. Ia
tergambar di atas sumber yang menginspirasi dan mengangkatmu serta
mengikatmu pada kebenaran manusia yang abadi.
Seorang dokter menyarankan kepada Covey untuk mencoba empat tahap
resep di setiap interval tiga jam di tempat favoritnya, sebagai seorang
anak kecil. Dengarkan seksama, coba ingat kembali, dan catat kecemasanmu
di pasir.
Ketika kita meluangkan waktu untuk menggambarkan pusat kepemimpinan
dari hidup kita, apa yang menjadi pokok kehidupan, itu akan
mengembang bagaikan payung yang menaungi apapun di bawahnya. Inilah
mengapa suatu pernyatan misi pribadi begitu penting.
Dimensi Mental
Adalah penting untuk menjaga ketajaman pikiranmu dengan membaca,
menulis, mengelola dan merencanakan. Kumandangkan dan perlihatkan
dirimu terhadap pemikiran-pemikiran yang besar.
Televisi adalah hambatan terbesar dari pembaharuan mental. Banyak
dari program televisi adalah pemborosan waktu.
Setiap hari kita harus membuat komitmen paling sedikit satu jam untuk
memperbaharui dalam tiga dimensi : fisik, mental, spiritual. Latihan
ini adalah sebuah “Kemenangan Pribadi Harian”.
Dimensi Sosial/emosional
Dimensi fisik, spiritual dan mental dekat hubungannya dengan habit
1, 2 dan3: visi pribadi, kepemimpinan dan manajemen. Dimensi sosial/
emosional memfokuskan pada Habit 4, 5 dan 6: prinsip kepemimpinan
pribadi, komunikasi empati dan kerjasama kreatif.
Kehidupan emosional kita adalah pertama yang dikembangkan dan
dimuat dalam hubungan dengan yang lain. Pembaharuan dimensi sosial/
emosional memerlukan perhatian dan latihan dalam interaksi kita dengan
orang lain.
Sukses dalam Habit 4, 5 dan 6 adalah, tidak terutama suatu persoalan
intelektual, tetapi emosi; ini sangat berhubungan dengan perasaan
keamanan pribadi. Rasa keamanan yang hakiki datang dari dalam, dari
18. paradigma yang akurat dan prinsip yang benar dalam pikiran dan hati
kita. Ini datang dari hidup dalam integritas kehidupan, dimana kebiasaan
harian akan terefleksikan pada nilai-nilai pribadi yang terdalam.
Disana juga ada rasa aman hakiki yang datang sebagai hasil dari kehidupan
saling-ketergantungan yang efektif dan dari melayani, dari membantu
orang lain di jalan yang bermakna. Setiap hari, kita bisa melayani
orang lain dengan membuat tabungan cinta tak bersyarat.
Menulisi Jalan Cerita Orang Lain
Kebanyakan orang hidup dengan cara reaktif berdasarkan pada cermin
sosial. Naskahnya didasarkan pada opini, resep, dan paradigma dari orang
sekelilingnya. Sebagai orang yang saling-ketergantungan, kita mengenali
aturan kita sebagai bagian dari cerminan sosial.
Kita bisa menegaskan alam proaktif dari orang lain dengan merawatnya
sebagai orang yang berdaya tanggap. Kita bisa membantu mendukungnya
sebagai individu yang berpusat pada prinsip, berdasar nilai, saling-
tergantung, dan bermanfaat.
Ada cerita dari murid yang “cemerlang” dan “lambat” tercampur-aduk,
guru dari kelompok anak-anak “lambat” secara keliru mengklasifikasikan
sebagai “cemerlang” berkata, “Untuk beberapa alasan, metoda kita
tidak bekerja, maka kita merubah cara kita.” Nilai IQ dari murid secara
dramastis meningkat. Ketidak-mampuan pembelajaran yang jelas adalah
nyata-nyata menjadi guru yang kaku.
Goethe mengajarkan, “Perlakukan seorang manusia sebagaimana ia
adanya dan ia akan akan tetap seperti apa adanya. Perlakukan seorang
manusia sebagaimana ia bisa dan yang seharusnya dan ia akan menjadi
yang ia bisa dan seharusnya.”
Keseimbangan dalam Pembahruan.
Pembaharuan pribadi harus termasuk permbaharuan yang seimbang
dari ke-empat dimensi - fisik, spirit, mental dan sosial/emosional. Pengabaian
salah satu area memberi akibat negatif pada akhirnya.
Konsep yang sama juga terjadi pada organisasi. Proses perbaikan terus
menerus adalah ciri khas gerakan Total Quality dan suatu kunci pengaruh
masalah ekonomi seseorang.
Sinergi dalam Pembaharuan.
Sesuatu yang kamu kerjakan untuk mengasah gergaji salah satu dimensi
memiliki dampak terhadap dimensi lainnya, karena mereka sangat
erat keterkaitannya.
Kemenangan Pribadi Harian, pada tingkat minimum sejam setiap hari
untuk memperbaharui dimensi pribadi, adalah kunci untuk pengembangan
19. Tujuh Kebiasaan (Seven Habits) dan menyempurnakan lingkaran
pengaruhmu. Juga menjadi pondasi Kemenangan Pribadi Harian. Itu
adalah sumber dari keamanan hakiki yang kamu perlukan untuk mengasah
gergaji dalam dimensi sosial/emosional.
Spiral Menaik.
Pembaharuan adalah prinsip dan proses yang memperkuat kita untuk
bergerak menaiki spiral pertumbuhan dan perubahan, suatu perbaikan
terus menerus.
Pendidikan hati nurani adalah hal vital bagi pimpinan yang benar-benar
proaktif dan sangat efektif. Hati nurani adalah anugrah yang bisa merasakan
kesesuaian atau perbedaan (disparitas) kita dengan prinsip yang
benar dan mengangkat kita ke atas. Melatih dan mendidik hati nurani
memerlukan
kelimpahan diri secara teratur pada literatur yang berimspirasi,
pengajaran pada pemikiran mulia, dan hidup dalam harmoni dengan suara-
kecilnya (tenang).
Dag Hammarskjold, Sekjen PBB yang telah lalu, berkata, “Siapa yang
ingin menjaga kerapian kebunnya tidak menyediakan tanahnya untuk
rumput. Hukum alam dari panen menentukan, mereka selalu memperoleh
apa yang ia taburkan -- tidak lebih, tidak kurang.”
Bergerak sepanjang spiral keatas menyarankan kita untuk belajar,
berkomitmen dan mengerjakan bidang yang lebih tinggi secara meluas.
Lagi, Dari dalam Keluar
Kesimpulan
Disana ada ruang antara stimulus dan respon, dan kunci untuk kebahagiaan
dan pertumbuhan adalah bagaimana kita menggunakan ruang
diantaranya. Apakah kita merespon pada situasi secara positif, proaktif?
apakah kita sedang mengendalikan hidup milik kita?
Dalam pengendapan tentang ide ini menuntun Covey untuk memulai
komunikasi yang mendalam dengan istrinya, termasuk lebih banyak
diskusi dunia nyata dalam jiwanya. Ini adalah waktu dari penjelajahan
jiwa.
Mereka mengembangkan dua peraturan dasar. Pertama, “tak ada
penyelidikan”,
hanya berupaya empati. Menyelidiki itu terlalu menyerang.
Kedua, adalah bila rasa sakit hati terlalu banyak, usahakan tenang hari
itu.
Bagian komunikasi tersulit dan tersukses datang bila perasaan sensitif
seseorang yang tersentuh. Mereka akan menemukan suatu perasaan baru
dari rasa hormat satu dengan lainnya. Mereka menemukan - nampaknya
20. - hal kebenaran sering menjadi akar dari pengalaman emosional yang
mendalam. Berurusan dengan hal yang sepele dan dangkal tanpa melihat
sesuatu yang lebih mendalam, isu-isu yang sensitif di hati bisa jadi sesuatu
yang menginjak-injak wilayah sakral hati orang lain.
Kemampuan menggunakan secara bijak ruang antara stimulus dan respon,
adalah melatih empat anugrah unik dari sisi manusiawi kita, membuat
kita bergerak dari dalam keluar. (empat anugrah itu adalah kesadaran
pribadi, imajinasi, hati nurani, dan kenginan untuk independen. Lihat