Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi pada anak. Secara ringkas:
1) Imunisasi bertujuan membentuk kekebalan tubuh anak terhadap penyakit berbahaya melalui pemberian vaksin
2) Terdapat dua jenis imunisasi, yaitu aktif dimana tubuh membuat sendiri antibodi, dan pasif dimana antibodi diberikan dari luar
3) Vaksin berisi kuman yang telah dilemahkan untuk merangsang tubuh membentuk antibodi
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya.
Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya
tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh
disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya
tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang
kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh.
Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya,
tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen
atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin
akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi,
setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga
imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali
oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
1
2. B. Rumusan Masalah
a. Apa saja definisi dari imunisasi?
b. Reaksi apa saja yang akan timbul?
c. Apa saja jenis vaksin?
d. Perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
e. Penyakit apa saja yang harus dicega dengan vaksin?
f. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
g. Apa saja efek samping dari imunisasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja definisi dari imunisasi.
b. Untuk mengetahui reaksiapa saja pada imunisasi.
c. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi.
d. Untuk mengetahui perbedaan imunisasi akti dan pasif.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga
melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh
memproduksi antibodi. "Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam
tubuh," ujarnya.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak
dengan cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh
terlindung dari beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat
menghindarkan dari perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal
dunia.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga
membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan
vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya
vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.
B. Reaksi aantigen-antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai
antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat
tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil
3
4. tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti
yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal
oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya,
tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen
atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda
terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi
perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang
mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan
tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang,
sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan
kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
1) Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh,
maka tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa
antibodi atau antitoksin
2) Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah,
sehingga tidak cukup banyak antibodi terbentuk.
3) Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih
mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti, sehingga
dalam waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
4
5. 4) Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi
ulang. Ini merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Di manakah zat anti tersebut dibentuk tubuhyaitu pada tempat-tempat yang
strategis terdapat alat tubuh yang dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati,
limpa , kelenjar timus dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya,
tersebar luas di seluruh jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut, leher,
ketiak, selangkangan, rongga perut.
“Amandel” atau tonil merupakan kelenjar getah bening yang terdapat pada rongga
mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang disebutkan tadi merupakan pusat jaringan
terbentuknya kekebalan pada manusia. Kerusakan pada alat ini akan menyebabkan
seringnya anak terserang berbagai jenis infeksi: lazimnya dikatakan “daya tahan tubuh
anak merendah”.
C. Jenis vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi. Diantara penyakit berbahaya tersebut termasuk penyakit
cacar, tbc, difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus campak,
hepatitis B dan demam kuning terhadap penyakit tersebut telah dapat dibuat vaksinnya
dalam jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas. Di negara yang
sudah berkembang beberapa vaksin khusus telah pula diproduksi, misalnya terhadap
penyakit radang otak, penyakit gondok, campak Jerman (rubela) dan sebagainya. Bahkan
beberapa vaksin yang sangat khusus dapat pula dibuat, tetapi harganya akan sangat mahal
karena penggunaan yang terbatas. Untuk kepentingan masyarakat luas, di beberapa
negara sedang dijajagi kemungkinan pembuatan vaksin berbahaya dan merugikan,
misalnya vaksin terhadap malaria dan demam berdarah.
Karena penyakit tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan
cara penyuntikan kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar
menjadi sakit. Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman yang
telah dilemahkan atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan dan tidak
akan menimbulkan penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang sudah dilemahkan
itu merupakan rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti terhadap penyakit
5
6. tersebut. Akibat suntikan imunisasi dengan jenis kuman tersebut reaksi tubuh anak pun
hanya berupa demam ringan yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
D. Imunisasi aktif dan pasif
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi :a. Imunisasi pasif (passive
immunization)Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat
mencegah penyakitcampak (measles pada anak-anak). b. Imunisasi aktif (active
immunization)Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :1. BCG, untuk mencegah
penyakit TBC2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus3.
Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis4. Campak, untuk mencegah penyakit
campak (measles)5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
a. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus
meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat
zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun),
sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
• Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama
bertahun-tahun.
• Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya dari
luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
• Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan,
misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi
kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan.
Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif
dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng,
saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid
tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan penyuntikan serum anti tetanus hanya
berlangsung selama 1 – 2 bulan.
6
7. Secara alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya tubuh
si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada
penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat. Misalnya
penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat. Tanpa disadari seorang
anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara alamiah. Mungkin ia telah
mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya dari makanan
yang kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan tetapi kekebalan yang diperoleh secara
alamiah ini sukar diramalkan, karena seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam
tubuh itu cukup banyak, maka penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi
terhadap tertundanya anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian
mungkin saja anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat imunisasi difteria.
Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda yang telah mendapat imunisasi
akan berlangsung sangat ringan dan tidak membahayakan jiwanya. Namun demikian
tetap dianjurkan: “Meskipun bayi/anak anda telah mendapat imunisasi, hindarkanlah ia
dari hubungan dengan anak lain yang sedang sakit”.
E. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
a. TBC
Untuk mencegah timbulnya tuberkolosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG.
Imunisasi BCGadalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil dari
nama penemu kumanyaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan tersebut sejak tahun
1920 dibiakkan sampai 230 kaliselama 13 tahunDi Negara yang telah maju, imunisasi
BCG diberikan kepada mereka yang mempunyai resikokontak dengan penderita TBC
dan uji tuberkulinya masih negative, misalnya dokter, mahasiswakedokteran, dan
perawat. Uji tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk mengetahui apakahseseorang telah
memiliki zat anti terhadap penyakit TBC atau belum.Di Indonesia pemberian
imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada mereka yang memiliki resikotinggi
mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman TBC. Imunisasi BCG diberikan
padasemua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua bulan.
Penyuntikan biasanya dilakukandibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan
dosis 0,05 ml reaksi yang mungkin timbulsetelah penyuntikan adalah :Kemerah-
merahan disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah
suntikan,dan terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di
7
8. daerah ketiak).Bila terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga
kebersihan terutama daerah sekitar luka dan segera bawa ke dokter.
b. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang
memadaimaka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga
penyakit tersebut diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama
dengan BCG dan polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing
4 minggu (1 bulan). Imunisasi ulangan dapatdilakukan 1 tahun setelah imunisasi
ketiga dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun).Imunisasi selanjutnya
dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi DT (tanpa pertusis).
c. Poliomyelitis
Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita
kecacatansehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan.Imunisasi
polio di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sabin sebanyak 2 tetes
dimulut. Pertama kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan.
Kemudiandiulang dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan
dilakukan satu tahun, setelahimunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun).
Imunisasi tambahan dapat diberikan apabilaada resiko kontak dengan virus ganas.
d. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk
program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang
dibuat dari plasmadarah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara
sintetis. Vaksin ini dibuat dari selragi, misalnya H-B Vak II yang dikembangkan oleh
MSD (Merck Sharp dan Dohme). Adapuncara pemakaiannya (vaksin dari Koerean
Green Cross) sebagai berikut :1.Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama
untuk merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan
jumlah zat anti yang sudahada2.Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi
baru lahir (0 – 11 bulan) dengan satukali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian
8
9. mendapat satu kali lagi. Setelah itu,imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6
bulan, mengenai waktu pemberiansuntikan yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk
pelaksanaan program diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-mata
untuk kemudahan dalam pelaksanaan,tetapi kekebalan yang didapat tidaklah berbeda.
Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukansetiap 5 tahun sekali.
e. Campak
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak
dilakukanketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu
kali dankekebalannya bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa
diberikan sendiri atau bersama dalam imunisasi MMR (Sudarmanto, 1997 : 22).
F. Cara pemberian
BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan.
o Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan timbul bebjolan putih pada lengan bekas
suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi panas. Jangan dipecahkan.
DPT + Hb (Kombo)
o Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan.
o Anak akan mengalami panas dan nyeri pada tempat yang diimunisasi. Beri obat
penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus bayi dengan selimut tebal.
Polio
o Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan
o Setelah imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan setelah
imunisasi polio, kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena virus polio.
9
10. Campak
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan.
o Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi akan panas dan muncul kemerahan.
Cukup beri ¼ tablet penurun panas.
G. Efeksampingdan penataklasanaan
BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu
diinsisiataupun kompres).
DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam
ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari
kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan
kejang positif, berikan anti convulsan.
Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,
biasanya hanya diare ringan).
Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.
Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1.
Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah
pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya
lakukan observasi.(Dick. George, 1992 : 37)
10
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap
penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai
membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan
kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah
menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan
B. Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
11
12. DAFTAR PUSTAKA
http://landasanteori.blogspot.com/2010/10/makalah-imunisasi.html yang dikases pada 1 Oktober
2012
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-imunisasi.htmlyang dikases pada 1 Oktober
2012
http://muhsakirmsg.blogspot.com/2011/06/makalah-imunisasi.htmlyang dikases pada 1 Oktober
2012
Aguslina, S., 1997, Hepatitis B Ditinjau dari kesehatan Masyrakat dan Upaya Pencegahan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Depkes RI, 2002, Imunisasi Hepatitis B, Jakarta.
_______,2001, Penanggulangan Penyakit Hepatitis B, Jakarta
http://www.dokteranak.net/arti-dari-imunisasi-23.htmlyang dikases pada 1 Oktober 2012
12