Cerita rakyat Jawa "Ciung Wanara" menceritakan tentang seorang bayi yang diganti dengan anjing dan dihanyutkan ke sungai. Bayi tersebut diambil oleh sepasang suami istri dan diberi nama Ciung Wanara. Ciung Wanara kemudian mengetahui asal usulnya dan berhadapan dengan raja untuk membuktikan dirinya sebagai putra mahkota sejati.
1. CIUNG WANARA
Prabu Barma Wijaya Kusuma memerintah kerajaan
Galuh yang sangat luas. Permaisurinya 2 orang. Yang
pertama bernama Pohaci Naganingrum dan yang kedua
bernama Dewi Pangrenyep. Keduanya sedang mengandung.
Pada bulan ke-9 Dewi Pangrenyep melahirkan seorang
putra. Raja sangat bersuka cita dan sang putra diberi nama
Hariang Banga. Hariang Banga telah berusia 3 bulan,
namun permaisuri Pohaci Naganingrum belum juga
melahirkan. Khawatir kalau-kalau Pohaci melahirkan
seorang putra yang nanti dapat merebut kasih sayang raja
terhadap Hariang Banga, Dewi Pangrenyep bermaksud
hendak mencelakakan putra Pohaci.
Setelah bulan ke-13 Pohaci pun melahirkan. Atas
upaya Dewi Pangrenyep tak seorang dayang-dayang pun
diperkenankan menolong Pohaci, melainkan Pangrenyep
sendiri. Dengan kelihaian Pangrenyep, putra Pohaci diganti
dengan seekor anjing. Dikatakannya bahwa Pohaci telah
melahirkan seekor anjing. Bayi Pohaci dimasukkannya
dalam kandaga emas disertai telur ayam dan dihanyutkannya ke sungai Citandui.
Karena aib yang ditimbulkan Pohaci Naganingrum yang telah melahirkan seekor anjing, raja
sangat murka dan menyuruh Si Lengser (pegawai istana) untuk membunuh Pohaci. Si Lengser
tidak sampai hati melaksanakan perintah raja terhadap Pohaci, permaisuri junjungannya. Pohaci
diantarkannya ke desa tempat kelahirannya, namun dilaporkannya telah dibunuh.
Hiduplah seorang Aki bersama istrinya, Nini Balangantrang, tinggal di desa Geger
Sunten tanpa bertetangga. Sudah lama mereka menikah, tetapi belum dikarunia anak. Suatu
malam Nini bermimpi kejatuhan bulan purnama. Mimpi itu diceritakannya kepada suami dan
sang suami mengetahui takbir mimpi itu, bahwa mereka akan mendapat rezeki. Malam itu juga
Aki pergi ke sungai membawa jala untuk menangkap ikan. Betapa terkejut dan gembira ia
mendapatkan kandaga emas yang berisi bayi beserta telur ayam, Mereka asuh bayi itu dengan
sabar dan penuh kasih sayang. Telur ayam itu pun mereka tetaskan, mereka memeliharanya
hingga menjadi seekor ayam jantan yang ajaib dan perkasa. Anak angkat ini mereka beri nama
Ciung Wanara. Setelah besar bertanyalah Ciung Wanara kepada ayah dan ibu angkatnya. Terus
terang Aki dan Nini menceritakan tentang asal-usul Ciung Wanara. Setelah mendengar cerita
ayah dan ibu angkatnya, tahulah Ciung Wanara akan dirinya.
Suatu hari Ciung Wanara pamit untuk menyabung ayamnya dengan ayam raja, karena
didengarnya raja gemar menyabung ayam. Taruhannya ialah, bila ayam Ciung Wanara kalah ia
rela mengorbankan nyawanya. Tetapi bila ayam raja kalah, raja harus bersedia mengangkatnya
menjadi putra mahkota. Raja menerima dengan gembira tawaran tersebu. Sebelum ayam berlaga,
ayam Ciung Wanara berkokok dengan anehnya, melukiskan peristiwa bertahun-tahun yang
lampau tentang permaisuri yang dihukum mati dan kandaga emas yang berisi bayi yang
dihanyutkan. Raja tidak menyadari hal itu, tetapi sebaliknya Si Lengser sangat terkesan akan hal
itu. Bahkan ia menyadari sekarang Ciung Wanara yang ada di hadapannya adalah putra raja
sendiri.
Setelah persabungan, ayam baginda kalah dan ayam Ciung Wanara menang. Raja
menepati janji dan Ciung Wanara diangkat menjadi putra mahkota. Dalam pesta pengangkatan
putra mahkota, raja membagi 2 kerajaan untuk Ciung Wanara dan Hariang Banga. Selesai pesta
pengangkatan putra mahkota Si Lengser bercerita kepada raja tentang hal yang sesungguhnya
mengenai permaisuri Pohaci Naganingrum dan Ciung Wanara. Mendengar cerita itu, raja
memerintahkan pengawal agar Dewi Pehgrenyep ditangkap. Akibatnya timbul perkelahian antara
Hariang Banga dengan Ciung Wanara. Tubuh Hariang Banga dilemparkan ke seberang sungai
Cipamali yang sedang banjir besar. Sejak itulah kerajaan Galuh dibagi menjadi 2 bagian dengan
batas sungai Cipamali. Di bagian barat diperintah oleh Hariang Banga. Orang-orangnya
menyenangi kecapi dan menyenangi pantun. Sedangkan bagian timur diperintah oleh Ciung
Wanara. Orang-orangnya menyenangi wayang kulit dan tembang. Kegemaran penduduk akan
kesenian tersebut masih jelas dirasakan sampai sekarang.
2. JOKO DOLO
Joko Dolo adalah cerita yang bermula dari cinta segitiga antara Joko Taruna Anak
Adipati kediri dengan Pangeran Situbanda Anak Adipati Cakradiningrat Madura. Kedua
Pangeran ini, jatuh hati pada Dewi Purbawati, Anak adipati Surabaya yaitu Kanjeng Adipati
Jayengrana. Awal kisah, Pangeran Situbanda dan ayahnya Adipati Cakraningrat berlayar ke
surabaya untuk menemui Adipati Jayanegara guna melamar Dewi Purbawati. Kepergian mereka
di kawal oleh dua pengawal setia, Gajah seta dan Gajah Manggala.
Setelah sampai di Kadipaten Surabaya, Mereka pun melamar Dewi Purbawati. Sang
adipati Jayengrana tidak bisa memutuskan sendiri. Maka sang anak pun dipanggil, Dewi
Purbawati sulit untuk menolak padahal ia tidak menyukai perangai Pangeran Situbanda, sebab
sang ayah bersahabat baik dengan Adipati Cakraningrat. Singkat cerita, Dewi Purbawati
akhirnya menolak dengan cara halus. Ia mengatakan, bahwa dirinya bersedia menjadi istri
Pangeran Situbanda asal sang pangeran mampu membuka hutan surabaya. Setelah pangeran
Situbanda menyanggupi, Pangeran itupun pergi untuk membuka hutan Surabaya.
Selang beberapa hari kemudian, Pangeran Jaka Taruna putra Adipati Kediri datang ke Kadipaten
Surabaya. ia bermaksud melamar Dewi Purbawati juga. Adipati Surabaya itupun memanggil
anaknya Dewi Purbawati untuk memberitahu hal ini. Jawaban Dewi Purbawati pun sama, "siapa
yang bisa membuka hutan surabaya, akan menjadi suaminnya". Akhirnya, Jaka Taruna pun
bergegas menuju hutan yang dimaksud, dan mengerjakan apa yang menjadi permintaan putri
idamannya itu. begitu juga dengan Pangeran Situbanda yang sudah lebih dulu bekerja membuka
hutan surabaya.
Di tengah keasyikan beristirahat, pangeran Situbanda mendengar orang menebang kayu.
walaupun suaranya jauh dari tempatnya. ia pun bergegas mencari arah suara itu, Akhirnya ia
bertemu dengan Jaka Taruna. Pangeran Situbanda pun bertanya, pada Jaka Taruna tentang
ikhwal apa yang menyebabkan Jaka Taruna menebangi pohon di hutan surabaya. Maka Taruna
mengaku, telah ikut sayembara untuk memperebutkan Dewi Purbawati. Pangeran Situbanda
marah, karena merasa tersaingi. Akhirnya keduanya bertarung mati-matian. Dalam pertarungan
ini, Jaka Taruna Kalah, ia terlempar jauh ke tersangkut di pohon yang tinggi. Sementara itu,
pangeran Situbanda terus melakukan pekerjaannya.
Beberapa hari kemudian, muncullah Joko Jumput, seperti namanya "Jumput" (Artinya,
mengambil sedikit). Pemuda ini biasa mengambil kayu-kayu atau ranting dari hutan untuk
memasak. Jaka Jumput mendengar teriakan Jaka Taruna yang meminta tolong. Jaka Jumput pun
menolong dan menurunkan Jaka Taruna dari atas pohon. Kemudian, Jaka Jumput menanyakan
hal ikhwal mengapa Jaka Taruna bisa tersangkut diatas pohon. Jaka Taruna pun menceritakan
semuanya. tentang sayembara dan pertarungannya dengan pangeran Situbanda. Jaka Taruna pun
menawari Jaka Jumput untuk mengalahkan Pangeran Situbanda dengan iming-iming hadiah.
"Hadiah apa yang akan kau berikan, jika Pangeran Situbanda bisa kukalahkan?", tanya
Jaka Jumput.
"Apapun yang kau minta akan kuberikan" Kata Jaka Taruna.
Kesepakatan pun terjadi, akhirnya mereka berdua mencari pangeran Situbanda yang
sedang bekerja menebang pohon. Akhirnya mereka pun bertemu. Jaka Jumput lalu menantang
Pangeran Situbanda, Pangeran Situbanda pun meladeni tantangan Jaka Jumput. Pertarungan
hebat pun terjadi, Karena kalah sakti, Pangeran Situbanda menjadi bulan-bulanan Jaka Jumput.
Melihat Pangeran Situbanda sudah dapat dipastikan kalah, Jaka Taruna segera pergi ke
kadipanten Surabaya. Melihat Jaka Taruna pergi, Jaka Jumput menghentikan pertarungan.
kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Pangeran Situbanda melarikan diri. (Pelairan ini nantinya
akan menghasillkan legenda Situbanda yang menjadi sebab munculnya daerah bernama
Situbondo).
Dan tak ingin di tipu, Joko Jumput pun menyusul Jaka Taruna untuk mengejar hadiahnya.
Jaka Taruna sampai di kadipaten Surabaya, ia mengabarkan pada Adipati Jayengrana bahwa
dirinya telah mengalahkan Pangeran Situbanda. Tapi sebelum sabda Adipati di ungkapkan,
muncullah Jaka Jumput yang membantah keterangan Jaka Taruna.
3. Anak Kerang
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya
sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu
sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan
pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai
takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa
ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa
kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan
alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata
ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk
dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama
mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian
tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan
sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat
berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang
lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
4. Ayam Jago Baru
Ada ayam jago baru di dusun itu. Dia datang dari kota yang jauuh ... sekali.
Suatu ketika, dalam tidurnya jago itu terjaga. Sebelah matanya yang masih mengantuk
membuka pelan. Di langit dia melihat benda bundar berwarna kuning keemasan.
"Itupasti matahari!" pikirnya. Maka walaupun dia masih mengantuk, dia melompat ke
atas pagar.
"Kukuruyuuk.... Hari sudah pagi!" kokoknya keras-keras.
Induk-induk ayam bergegas berlarian keluar. Mereka mulai mengais-ngais mencari
makan.
"Wah,betapa gelapnya hari ini!" keluh mereka.
Sapi-sapi pun pelahan-lahan turun ke halaman.
"Wah,rupanya Pak Tani terlambat mengajak kita ke sawah!" ujar mereka.
"Astaga,sudah pagi lagi!" gumam si Anjing. Dia masih capek dan mengantuk. Seharian
tadi dia berlari-larian ikut menjaga kambing dan padi.
Tiba-tiba terbang melintas seekor burung hantu. Dia hinggap di pohon dekat mereka.
"Kamu siapa?" tanya si Ayam Jago Baru.
"Aku,Burung Hantu!" jawabnya. "Hai, mengapa kalian ribut-ribut di tengah malam
begini?"
"Si Ayam Jago tadi berkokok. Itu tanda hari sudah pagi!" ujar binatang-binatang itu.
Mereka kemudian ribut bergumam. Si Burung Hantu menepukkan sayapnya meminta mereka
tenang.
"lya! Itu Matahari sudah terbit di langit!" ujar si Jago.
Si Burung Hantu tertawa terbahak-bahak.
"Itu bukan matahari! Itu adalah bulan purnama!" katanya.
Binatang-binatang kembali bergumam. Mereka kembali ke tempat masing-masing dan
tidur lagi.
S iAyam Jago Baru merasa malu. Dia berjanji besok lagi akan membuka kedua matanya
lebar-lebar. Dia harus yakin yang dilihatnya adalah matahari. Setelah itu baru dia akan berkokok.
5. Telaga Bidadari
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan
gagah. Ia bernama Awang Sukma. Awang Sukma
mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun
melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan. Ia
membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan pohon
yang sangat besar. Kehidupan di hutan rukun dan damai.
Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat
menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan
sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan
sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga
tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buahbuahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga
hidup dengan riangnya. “Hmm, alangkah indahnya telaga
ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar
biasa,” gumam Datu Awang Sukma.
Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar
suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma
mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang gadis
cantik sedang bermain air. “Mungkinkah mereka itu para bidadari?” pikir Awang Sukma. Tujuh
gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang
mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut
terletak di dekat Awang Sukma. “Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang
di pohon itu,” gumam Datu Awang Sukma.
Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masingmasing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak
menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma
segera keluar dari persembunyiannya. “Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan
tuan putri sudi tinggal bersama hamba,” bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu
menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak ada
jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.
Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan
Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah seorang
bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu Awang
Sukma sangat bahagia.
Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di
atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya
tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. “Apa kira-kira isinya
ya?” pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira.
“Ini selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal
dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.
Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. “Kini
saatnya aku harus kembali!,” katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya
sambil menggendong bayinya. Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung
mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang
Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan. “Kanda,
dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik,” kata Putri Bungsu kepada Datu Awang
Sukma.” Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. “Jika anak kita
merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang digoncanggoncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang
menemuinya,” ujar Putri Bungsu.
Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu
Awang Sukma menap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara
ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka.
Pesan moral : Jika kita menginginkan sesuatu sebaiknya dengan cara yang baik dan halal.
Kita tidak boleh mencuri atau mengambil barang/harta milik orang lain karena suatu saat kita
akan mendapatkan hukuman.
6. Kanjeng Ratu Roro Kidul
Kanjeng Ratu Roro Kidul atau sering dikenal sebagai Nyi Roro Kidul merupakan dewi
dari dongeng Jawa terkenal sebagai Ratu Pantai Selatan, (Pelabuhan Ratu). Suatu ketika pada
masa Prabu Siliwangi memerintah di Kerajaan Pajajaran, ia memiliki seorang permaisuri cantik
dan sejumlah 7 selir. Suatu ketika sang permaisuri melahirkan anak perempuan cantik pula,
bahkan melebihi kecantikan ibundanya. Ia dinamai Putri Lara Kadita yang berarti Putri Nan
Cantik Jelita.
Kebaikan hati dan kecantikan Putri Kadita menimbulkan rasa iri para selir yang takut
tersisih dari hadapan Prabu Siliwangi.Mereka bersekongkol menghancurkan kehidupan Putri
Lara Kadita dan ibunya. Keduanya diguna-guna hingga menderita sakit kulit yang parah di
sekujur tubuhnya. Di bawah pengaruh guna-guna para selir, Prabu Siliwangi pun mengusir
keduanya dari keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi
kerajaan.
Dalam kondisi ini, Putri Lara Kadita dan ibunya pergi tanpa tujuan. Diceritakan, sang
permaisuri tewas dalam pengembaraan, sedangkan Putri Lara Kadita terus berjalan menuju
selatan sampai akhirnya tiba di sebuah bukit terjal di Pantai Karanghawu. Karena amat
kelelahan, Putri Lara Kadita istirahat kemudian tertidur pulas. Dalam tidur ia bermimpi bertemu
dengan “orang suci” yang memberi nasihat agar sang putri menyucikan diri dengan terjun ke laut
untuk mendapatkan kesembuhan, mengembalikan kecantikannya, sekaligus memperoleh
kekuatan gaib untuk membalaspenderitaan yang dia alami.
Ketika terbangun, tanpa ragu Putri Lara Kadita melompat dari tebing curam ke tengah
gulungan ombak, dan tenggelam ke dasar Laut Selatan. Mimpinya pun menjadi kenyataan.
Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga memperoleh kekuatan gaib serta keabadian. Namun,
sang putri harus tetap tinggal di Laut Selatan.Sejak itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang
artinya loro = derita, kidul = selatan), atau sang Ratu Penguasa Laut Selatan.
7. Danau Toba
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang
petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup
sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja
menggarap lading dan mencari ikan dengan
tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke
sungai di dekat tempat tinggalnya, ia
bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari
ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail,
umpan dan tempat ikan, ia pun langsung
menuju ke sungai. Setelah sesampainya di
sungai, petani tersebut langsung melemparkan
kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan
ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh,
semoga aku dapat ikan banyak hari ini”.
Beberapa saat setelah berdoa, kail yang
dilemparkannya tadi nampak bergoyanggoyang. Ia segera menarik kailnya. Petani
tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut.
Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan
aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan
ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut,
karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini?
Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena
melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku
dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani
itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika
janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya
bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi
anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak
tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya
tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan
makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak
dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia
tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan
lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah
perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung
membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana
makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi
petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak
ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang
lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang
sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan
akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
8. Telaga Pasir
Legenda Telaga Pasir - Pada Suatu Hari di suatu tempat di daerah kaki Gunung lawu
daerah Magetan Jawa Timur hiduplah suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir, Mereka
adalah sepasang suami istri yang tinggal di sebuah gubung di tepi hutan. meskipun terbuat dari
kayu dan beratap dedaunan namun gubuk mungil itu sudah jukup aman bagi kiyai Pasir dan
istrinya. dari gangguan binatang liar dan panasnya terik matahari, dinding gubuk itu terbuat dari
kulit kayu yang di ikatkan pada sebuah tiang kayu dengan menggunakan rotan. diantara dindingdinding kayu itu diberi sedikit celah sebagai ventilasi sehingga udara segar dapat keluar masuk
kedalam gubuk yg mereka tempati itu.
Kyai Pasir adalah seorang petani ladang dari hasil ladang itulah ia dan istrinya bisa hidup,
walaupun dengan hidup seadanya. ladang milik Kyai pasir terletak di tepi hutan, tidak jauh dari
tempat tinggalnya, suatu hari, lelaki tua yg mulai renta itu berangkat keladang dengan mebawa
sebuah kapak untuk membabat hutan dan hendak membua ladang baru di dekat ladang miliknya.
ketika hendak menebang selah satu pohon besar, tiba-tiba Kyai Pasir melihat sebuah telur besa
ter geletak di bawah pohon yang hedak ia tebang itu.
Haaa... telur binatang apa ini gumamnya dengan heran dan kyai Pasir sangat penasaran
melihat telur besar itu. dan diambilah telur besar itu seraya diamatinya.
Ah... tidak mukin kalo telur ayam, mana mukin telur ayam sebesar ini lagi pula tidak ada ayam
di daerah ini''
Kyai pasir ia tidak mau memikirkan itu binatang apa, baginya, itu adalah lauk makan
siang oleh karnanya ia pun bergegas membawa telur itu untuk lauk makan siang ia dan istrinya.
Setelah sampai di rumah ia pun segera menyuruh istrinya, Bu'' tolong masakin telur itu
untuk lauk makan siang kita..'' ujar Kyai Pasir.
Wah, besar sekali telur ini, baru pertama kali ini aku melihat telur sebesar ini'' ujar Nyai
Pasir dengan heran saat menerima telur itu.. dari mana telur ini pak tanya Nyai pasir pada
suaminya.
Kyai pasir pun bercerita bagaimana ia menemukan telur itu, setelah itu ia pun kembali
meminta untuk segera memasak telur itu karena sudah kelaparan, ia juga tidak sabar ingin segera
menyantap telur itu. ini telur binatang apa pak'' tanya istrinya. Sudah lah Bu, tidak usah banyak
tanya ujar kyai pasir mulai kesel, cepatlah masak telur itu perutku sudah keroncongan.!
Nyai Pasir pun segera kedapur untuk segera memasak telur itu, smbil menunggu telur
matang, Kyai pasir pun sambil berabah tubuhnya sejenak karena merasa kecapekan, tak berapa
lama isterinya pun selalsai memasak telurnya.
Pak hidangan makan siang telah siap, kita makan dulu, ujar Nyi Pasir.
Kyai pasir pun beranjak dari tidurnya, ia dan isterinya pun segera menyantap telur itu
dengan lahap, telur rebus itu pun mereka bagi dua sama rata, usai makan siang ia pun kembali
kehutan untuk melanjutkan pekerjaannya, ditengah perjalanan ia pun masih merasakan
nikmatnya telur rebus tadi, setelah sesampai diladang, sekujur tubuhnya kaku dan merasa
kesakitan. aduhhh.. kenapa sekujur tubuhku merasa sakit seperti ini'' ratap Kyai Pasir.
Semakin lama rasa sakit ditubuhnya semakin menjadi-jadi, Kyai pasir pun tidak kuat
menahan rasa sakit itu sehingga rebah ketanah dan berguling-guling kesana kemari, selang
beberapa saat kemudian tubuhnya berubah menjadi seekor ular naga besar, sungutnya sangat
9. tajam dan keras Kyai pasir yg berubah menjadi seekor naga jantan pun terus berguling-guling
tanpa henti.
Pada saat yg bersamaan Nyai Pasir yg berada di rumah pun mengalami nasib yg sama.
rupanya telur yg telah makan tadi adalah sebuah telur naga, Nyai pasir yg telah merasa kan
kesakitan pun segera berlari keladang untuk minta tolong kepada suaminya. alangkah terkejutnya
setelah ia tiba diladang, ia mendapati suaminya yg telah berubah menjadi naga yg sangat
menakutkan, ia pun segera berlari merasa ketakutan, namun karena tidak sanggup lagi menahan
rasa sakit di sekujur tubuhnya Nyai pasir pun ahirnya rebah dan berguling-guling ditanah, tak
lama kemudian hingga ahirnya sekujur tubuhnya di tumbuhi sisik dan menjadi naga betina.
Kedua naga berguling-guling sehingga tanah disekitarnya berserakan dan membentuk
cekung seperti habis digali, lama kelamaan cekungan tanah itu pun menjadi luas dan dalam.
kemudian muncul sebuah semburan air yang deras dari dasar cekungan itu hingga memenuhi
cekungan tersebut semakin deras air yang menyembur dari dasar cekungan, dan ahirnya menjadi
sebuah telaga, oleh masarakat setemat, telaga itu dinamakan telaga pasit yaitu diambil dari nama
Kyai dan Nyai Pasir, namun karena lokasinya di sebuah Kelurahan Sarangan telaga ini bisa
disebut telaga sarangan.
Nah demikian lah legenda Telaga Pasir dari daerah Jawa Timur, hingga saat ini legenda
ini masih digemari masarakat Jawa Timur kususnya masarakat Magetan, kini telaga pasir atau
telaga sarangan menjadi salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Magetan..