SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 29
Baixar para ler offline
4–1 
BAB IV 
PNEUMATIK DAN ELEKTRO-PNEUMATIK 
4.1 Pneumatik 
4.1.1 Pendahuluan 
Udara merupakan sumber daya alam dan sangat mudah didapatkan sehingga pada realisasi 
dan aplikasi teknik sekarang ini udara banyak digunakan sebagai penggerak untuk mengontrol 
peralatan dan komponen-komponennya yang kita kenal sekarang ini dengan PNEUMATIK. 
Pneumatik berasal dari kata Yunani: pneuma = udara. Jadi pneumatik adalah ilmu yang berkaitan 
dengan gerakan maupun kondisi yang berkaitan dengan udara. 
Perangkat pneumatik bekerja dengan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed 
air). Dalam hal ini udara yang dimampatkan akan didistribusikan kepada sistem yang ada 
sehingga kapasitas sistem terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan udara yang dimampatkan kita 
memerlukan Compressor (pembangkit udara bertekanan). Debit yang diukur adalah m3/menit. 
Tekanan udara yang dibutuhkan pada alat pengontrol pneumatik seperti silinder, katup serta 
peralatan lainnya adalah 6 bar, supaya efektif dan efisien dalam penggunaannya (range alat 3–10 
bar). Dan untuk memelihara keawetan peralatan haruslah diperoleh udara kering, yaitu agar tidak 
terjadi korosi pada pipa saluran udara, pelumasan yang ada tidak terbawa uap air, tidak terjadi 
kontaminasi bila udara mampat langsung kontak dengan produk yang sensitif seperti cat dan 
makanan. 
Pneumatik dewasa ini memegang peranan penting dalam pengembangan dan teknologi 
otomatisasi, di samping hidraulik dan elektronik/elektrik. Sebelum 1950, pneumatik banyak 
dipakai sebagai media kerja dalam bentuk energi tersimpan. Tapi setelah 1950 dipakai dan 
dikembangkan sebagai elemen kerja.
4–2 
4.1.1.1 Katup (valve) 
1. Katup pengarah (Directional Control Valve), terdiri dari 2 jenis katup: 
a. Katup poppet, yang bekerja dengan cara melepas dan menempelkan bola/piringan 
terhadap dudukannya yang terpasang ‘seal’ yang bersifat elastis namun kuat. Gaya untuk 
menggerakkan katup poppet relatif besar karena harus melawan gaya pegas pada saat 
posisi kerja. 
b. Katup geser (slide valve), yang bekerja dengan menggeser silinder atau piringan. 
2. Katup searah (Non return valve), yang jenisnya antara lain: 
a. Check valves: hanya mempunyai 1 inlet dan 1 outlet, dapat menutup aliran pada satu 
arah aliran. Pada arah lainnya katup ini dengan bebas dapat mengalirkan aliran udara 
dengan tekanan rendah. 
b. Two pressure valve: mempunyai 2 inlet dan 1 outlet. Udara mampat mengalir melalui 
katup ini bila sinyal udara terdapat pada kedua sambungan inlet. (= Logic AND 
function) 
c. Shuttle valve: (= Logic OR function) Udara mampat dapat mengalir dari salah satu atau 
kedua saluran inlet menuju outlet. 
d. Quick exhaust valve: berfungsi sebagai penambah kecepatan silinder. Dengan ini 
memungkinkan waktu yang diperlukan untuk langkah kerja silinder terutama untuk single 
act cylinder lebih singkat lagi. 
3. Katup pengatur aliran (Flow control valve), berfungsi mengatur aliran udara secara 
volumetrik. 
a. Bi-directional flow control valve, mengatur udara ke dua arah. 
b. One way flow control valve, mengalirkan udara ke satu arah untuk mengatur kecepatan 
aktuator. 
4. Katup pengatur tekanan (pressure valve), fungsinya mengatur besarnya tekanan udara yang 
diperlukan.
4–3 
a. Pressure regulating valve, berfungsi mengatur tekanan udara konstan yang dibutuhkan. 
Tekanan input harus lebih besar dibandingkan dengan output. 
b. Pressure limiting valve, biasanya dipakai sebagai katup pengamanan: untuk menjaga 
tekanan maksimum yang diinginkan tidak akan terlewati. Bila tekanan maksimum pada 
inlet sudah tercapai maka outlet akan membuka dan tekanan udara yang berlebihan akan 
dikeluarkan ke udara bebas. 
c. Katup berangkai (sequence valve), fungsinya juga untuk membatasi tekanan. Biasanya 
dipakai pada kontrol pneumatik bila tekanan udara yang spesifik dibutuhkan untuk 
menjalankan operasi/sistem. 
5. Combinational valve. 
Beberapa katup yang fungsinya berbeda dapat digabungkan menjadi satu badan dan disebut 
katup kombinasi. Jenisnya antara lain: 
a. Time delay valve 
b. Air control valve 
c. 5/4 way valve: yang terdiri dari empat katup 2/2 
d. Air operated 8 ways valve: terdiri dari 2 katup 4/2 
e. Impulse generator: multi vibrator cycles 
f. Vacuum generator with ejector 
g. Steppler modules: untuk sequential control teste. 
h. Command memory module: untuk start-up dengan signal input conditions. 
4.1.1.2 Actuator dan Output 
Actuator adalah bagian terakhir dari output suatu sistem kontrol pneumatik. Output biasanya 
digunakan untuk mengidentifikasi suatu sistem kontrol ataupun aktuator. Pada pneumatik, jenis 
aktuator ada bermacam-macam, diantaranya: 
a. Aktuator gerakan linier: 
- Single acting cylinder (silinder aksi tunggal)
4–4 
- Double acting cylinder (silinder aksi ganda) 
b. Aktuator gerakan berputar: 
- Motor yang digerakkan oleh udara. Motor pneumatik adalah suatu peralatan pneumatik 
yang menghasilkan gerakan putar yang sudut putarnya tidak terbatas bila terhadap 
peralatan ini dialiri udara yang dimampatkan. Ada 4 jenis motor pneumatik, yaitu piston 
motors, sliding vane motors, gear motors, turbin. 
- Aktuator yang berputar/gerakan putar. 
4.1.1.3 Indicator 
Indicator optik secara visual bisa mewakili status dari sistim pneumatik dan membantu diagnosa. 
Beberapa semboyan secara visual: 
- indicator optik dengan warna tunggal ataupun majemuk 
- indicator optik dengan pena, untuk display dan sensor sentuh 
- counter 
- penunjukkan resistansi 
- timer 
Dengan menggunakan warna, indicator optik mewakili fungsi pada jaringan kerjanya. Di bawah 
ini tabel arti dari warna-warna indicator optik. 
Warna Arti Catatan 
Merah Bahaya Status mesin dalam situasi membutuh 
pertolongan/bantuan dengan segera. 
Tidak boleh masuk. 
Kuning Perhatian Pengertian atau minta perhatian 
Hijau Aman Operasi normal 
Biru Info khusus 
Putih/Bening Info umum
4–5 
4.1.2 Aplikasi Pneumatik Dan Karakteristik Elemen Pneumatik 
Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu elemen 
pneumatik pun mengalami perkembangan pesat, misalnya dalam pemilihan bahan/material, 
manufaktur dan proses disain. 
Contohnya silinder pneumatik memegang peranan penting sebagai elemen kerja, dimana silinder 
ini murah harganya, mudah pemasangannya, sederhana dan kuat konstruksinya serta tersedia 
dalam berbagai ukuran dan panjang langkah. Adapun silinder pneumatik ini mempunyai 
karakteristik sbb: 
Diameter 6 – 320 mm 
Panjang langkah 1 – 2000 mm 
Gaya 2 – 50.000 N 
Kecepatan piston 0,02 – 1 m/s 
Gerak lurus, melingkar, putar 
Penggunaan silinder dan elemen pneumatik yang lain dapat sbb: 
- pengekleman - pengangkat - penepat - pengukur 
- pencari orientasi - pengepak - pengatur gerakan - pengendali 
- pemutar, dsb 
Pada permesinan dapat dipakai sebagai pengoperasian pada: 
- mesin bor - mesin milling - mesin bubut 
- mesin gergaji - mesin pembentuk - quality control 
Pengembangan produk dalam pneumatik bisa dibagi dalam: aktuator, sensor, prosesor, sistem 
kontrol dan perlengkapan.
4–6 
4.1.3 Struktur Dan Komponen Sistem Pneumatik 
Di bawah ini diperlihatkan jaringan kontrol untuk sinyal aliran yang dipakai sebagai output ke 
sistem kerja. 
Elemen-elemen tersebut pada penggunaan dalam pneumatik 
biasanya mempergunakan simbol yang menunjukkan fungsinya. 
Simbol-simbol itu bisa dikombinasikan/dirangkai untuk 
menghasilkan solusi pada diagram jaringan kerja. Diagram kerja 
harus digambarkan susunannya seperti struktur di bawah ini. 
Katup penentu arah dapat mempunyai fungsi sebagai pengontrol 
sensor, prosesor atau aktuator. Apabila katup penentu arah 
dipergunakan untuk mengontrol gerakan sebuah silinder maka 
ACTUATING DEVICES 
outputs 
Final control element 
katup ini berfungsi sebagai pengontrol aktuator. Apabila dipakai mengolah sinyal maka katup ini 
berfungsi sebagai prosesor. Bagitu pula bila dipakai sebagai peraba sebuah gerakan maka 
berfungsi sebagai sensor. 
ACTUATING DEVICES 
Outputs 
ACTUATING DEVICES 
Control signals 
PROCESSING 
ELEMENTS 
Processor signals 
INPUT ELEMENTS 
Input signals 
ENERGY SUPPLY 
Source 
ACTUATORS 
Pneumatic cylinders 
Rotary actuators 
Indicators 
CONTROL ELEMENTS 
Directional control valves 
PROCESSOR 
Directional control valves 
Logic elements 
Pressure control valves 
SENSORS 
Directional control valves 
Limit switches 
Pushbuttons 
Proximity sensors 
ENERGY SUPPLY 
Compressor 
Receiver 
Pressure regulator 
Air service equipment 
PROCESSING ELEMENTS 
processor signals 
INPUT ELEMENTS 
Input signals 
ENERGY SUPPLY 
Source
4–7 
4.1.4 Simbol-Simbol Dan Standard Pada Pneumatik 
Pengembangan sistem pneumatik dibantu oleh metoda penunjukkan elemen dan jaringan kerja. 
Simbol digunakan untuk masing-masing indicator elemen yang mempunyai karakteristik sbb: 
- Fungsi - Metoda aktuasi - Jumlah sambungan 
- Jumlah - Prinsip kerja - Penunjukkan arah jaringan 
Tapi simbol-simbol tidak bisa menunjukkan karakter seperti: 
- Ukuran dari sebuah komponen 
- Bagian Manufaktur, metoda konstruksi ataupun harga 
- Orientasi dan sambungan komponen 
- Detail fisik 
Simbol-simbol pneumatik yang digunakan berdasarkan DIN (Deutche Institut fur Normung) No. 
1219 dan sudah dijadikan ISO dengan nomor yang sama. 
1. Simbol yang digunakan untuk konversi energi dan preparasi 
Supply 
Compressor Fixed capacity 
Air receiver and ‘T’ 
junction 
Service equipment 
Filter Separation and filtration of 
particles 
Water separator Partial water removal 
Lubricator Metered quantities of oil 
passed to the air stream 
Pressure regulator Relieving type – vent hole 
for excess upstream 
pressure – adjustable 
Combined symbols 
Air service unit Filter, regulator, gauge, 
lubricator
4–8 
Simplified air service unit 
Pressure source 
2. Simbol katup penentu arah (simbol penyeimbangan) 
Pergantian posisi katup digambarkan dalam 
kotak bujursangkar (square) 
Jumlah kotak menunjukkan banyaknya 
pergantian posisi yang dimiliki katup 
Garis-garis menunjukkan adanya aliran, 
panah menandakan arah aliran 
Posisi tertutup dijelaskan di dalam kotak 
dengan memberikan garis menyilang tegak 
lurus (seperti huruf T) 
Sambungan (inlet dan outlet) digambarkan 
oleh garis-garis di luar kotak dan 
digambarkan menurut posisi awal katup 
3. Simbol katup pengatur arah, sambungan port dan posisi 
Jumlah ‘port’ 
Jumlah posisi 
2 / 2 – Way directional control valve 
3 / 2 – 
Way directional control valve 
Normally closed 
3 / 2 – 
Way directional control valve 
Normally open 
4 / 2 – Way directional control valve 
5 / 2 – Way directional control valve 
5 / 3 – 
Way directional control valve 
Mid position closed 
2(A) 
1(P) 
2(A) 
1(P) 3(R) 
2(A) 
1(P) 3(R) 
2(B) 
4(A) 
1(P) 3(R) 
2(B) 
4(A) 
5(R) 3(S) 
1(P) 
4(A) 2(B) 
5(R) 1(P) 3(s)
4–9 
4. Simbol/Metoda Aktuasi 
Mechanical 
General manual operation 
Pushbutton 
Lever operated 
Detent lever operated 
Foot pedal 
Spring return 
Spring centered 
Roller operated 
Idle return, roller 
Pneumatic 
Direct pneumatic actuation 
Indirect pneumatic actuation 
(piloted) 
Pressure release 
Electrical 
Single solenoid operation 
Double solenoid operation 
Combined 
Double solenoid and pilot operation 
with manual over-ride 
5. Contoh penggambaran katup penentu arah beserta sinyal/kontrolnya 
2(A) 
12(Z) 
1(P) 3(R) 
2(A) 
12(Z) 10(Y) 
1(P) 
3(R) 
4(A) 2(B) 
14(Z) 
91(Pz) 5(R) 
1(P) 
3(S) 
4(A) 2(B) 
14(Z) 12(Y) 
5(R) 
1(P) 
3(S)
4–10 
6. Simbol katup searah 
Check valve 
Spring loaded check valve 
Shuttle valve: ‘OR’ function 
Two pressure valve: ‘AND’ 
function 
Quick exhaust valve 
7. Simbol Katup pengatur aliran 
Flow control valve adjustable 
One–way flow control valve 
8. Simbol katup pengatur tekanan 
Adjustable pressure regulating 
valve, non-relieving type 
Adjustable pressure regulating 
valve, relieving type (overloads are 
vented) 
Sequence valve external source 
Sequence valve in-line 
Sequence valve combination 
9. Simbol aktuator linier 
Single acting cylinder 
Double acting cylinder 
Double acting cylinder with double 
ended piston rod
4–11 
Double acting cylinder with non-adjustable 
cushioning in one 
direction 
Double acting cylinder with single 
adjustable cushioning 
Double acting cylinder with 
adjustable cushioning at both ends 
10. Simbol aktuator berputar 
Air motor, rotation in one direction, 
fixed capacity 
Air motor, rotation in one direction, 
variable capacity 
Air motor, rotation in both 
directions, variable capacity 
Rotary actuator, limited travel, 
rotation in both directions 
11. Simbol pembantu 
Exhaust port 
Exhaust port with treaded 
connection 
Silencer 
Line connection (fixed) 
Crossing lines (not connected) 
Pressure gauge 
Visual indicator
4–12 
4.2 Elektro-Penumatik 
4.2.1 Pendahuluan 
Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip kerjanya 
memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media kontrolnya 
mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik. 
Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan 
mengaktifkan sakelar, sensor ataupun sakelar pembatas yang berfungsi sebagai penyambung 
ataupun pemutus sinyal. Sinyal yang dikirimkan ke kumparan tadi akan menghasilkan medan 
elektromagnit dan akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen akhir 
pada rangkaian kerja pneumatik. 
Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja 
pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan sistem. 
4.2.2 Elemen utama Elektro-pneumatik 
Bila energi listrik tersedia dan akan dipakai maka perlu diproses dan didistribusikan oleh 
komponen utama. Untuk mempermudah penunjukkannya maka komponen itu digambarkan dalam 
bentuk simbol pada diagram rangkaiannya. 
4.2.2.1 Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input) 
Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses tergantung pada 
gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan bisa dengan cara mengaktifkan 
sakelar atau bisa juga dengan mengaktikan sensor, misalkan sensor mekanik ataupun elektronik. 
Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada yang disebut 
“Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung), “Normally 
closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan tersambung) dan “Change Over” (tersambung 
bergantian, kombinasi dari NO dan NC).
4–13 
4.2.2.1.1 Sakelar tekan, dioperasikan manual 
Sakelar tekan biasa 
Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol dinyalakan. 
Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-button switch). Disebut sakelar tekan 
karena untuk mengalirkan sinyal, mengaktuasikannya dengan menekan tombol atau sakelar. 
Simbol yang digunakan: 
Sakelar tekan manual secara umum untuk kontak 
NO (General Push-button switch, NO) 
Sakelar tekan manual, diaktifkan dengan cara 
ditekan untuk kontak NO 
Saklear tekan manual, diaktifkan dengan cara 
ditekan untuk kontak NC 
Sakelar tekan mengunci (Latching Push-button switches) 
Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan tombol yang mengunci. Adapun menguncinya 
sakelar ini disebabkan kerja mekanik. Untuk mengembalikan ke posisi semula (posisi tidak aktif) 
maka sakelar ini harus ditekan lagi. 
Penunjukkan sistem ini berdasarkan standardisasi Jerman, diatur dengan nomor DIN 43 065. 
Penunjukkan aktuasi: I tanda mengaktifkan, O tanda untuk mengembalikan ke posisi sebelum 
bekerja. Posisi penempatan sakelar: 
a). Berjajar ke pinggir: pada posisi ini perlu diperhatikan bahwa tanda untuk mengaktifkan 
disimpan disebelah kanan. 
b). Berjajar ke bawah: pada posisi ini tanda untuk mengkatifkan berada pada posisi atas. 
Contoh sakelar tekan mengunci:
4–14 
Simbol-simbol yang digunakan: 
Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan 
cara ditekan untuk kontak NO 
Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan 
cara ditarik untuk kontak NC 
Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan 
cara diputar untuk kontak NO 
4.2.2.1.2 Sakelar Pembatas (Limit Switches) 
Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting Type) 
Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi yang menyatakan 
bahwa posisi ini merupakan posisi akhir baik itu untuk mesin ataupun untuk silinder. Biasanya 
sistem kontak yang dipakai adalah sistem tersambung bergantian (Change over). Sakelar 
pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi dan simbol sakelar 
pembatas mekanik: 
Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch) 
Sakelar pembatas tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik tidak dapat 
digunakan. Macam sakelar pembatas tipe ini antara lain: 
a. Sakelar Pembatas (sensor) Buluh 
Penggunaan sakelar ini biasanya dikarenakan keadaan sekitar yang tidak memungkinkan 
dipasangnya sakelar mekanik, misalnya karena banyaknya debu, pasir ataupun lembab. 
Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan magnet yang terpasang pada silinder. Dengan
4–15 
adanya magnet maka buluh kawat akan tersambung atau terputus bila magnet itu mendekati 
atau menjauhi buluh kawat tersebut. 
b. Sakelar Pembatas Induktif 
Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan. Biasa 
dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam, pada suatu mesin atau 
ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi atau terpakai untuk logam. 
Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari oscillator, pemicu tegangan dan 
penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi 
keduanya mempunyai tegangan operasi antara 10–30 volts. 
c. Sakelar Pembatas Kapasitif 
Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun non-metal. 
Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan keadaan 
sekelilingnya, misalnya dengan debu logam. 
d. Sakelar Pembatas Optik 
Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa sinar. 
4.2.2.2 Pengolah Sinyal Listrik 
4.2.2.2.1 Relay 
Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang kebutuhan 
energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan elektromagnet yang dihasilkan dari 
kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada peralatan telekomunikasi yang berfungsi 
sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang sudah umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik 
pada permesinan ataupun yang lainnya. 
Pemilihan relay yang sesuai kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain: 
- Perawatan yang minim 
- Kemampuan menyambungkan beberapa saluran secara independent
4–16 
- Mudah adaptasi dengan tegangan operasi dan tegangan tinggi 
- Kecepatan operasi tinggi, misalnya waktu yang diperlukan untuk menyambungkan saluran 
singkat. 
Cara kerja relay: 
Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui lilitan 
kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat yang ada di dekat kumparan 
akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung ataupun terputus. Hal ini 
tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak ada arus listrik maka pelat tadi akan 
kembali ke posisi semula karena ditarik dengan pegas. 
Simbol Relay: 
Relay Normally Open 
Relay Normally Closed 
Kombinasi NO & NC 
K1 
A1 
A2 
Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut: 
13 
14 
23 
24 
33 
34 
Angka yang pertama menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua 
selalu bernomor ¾ untuk relay NO dan ½ untuk relay yang NC. 
Keuntungan dan kerugian penggunaan Relay: 
Keuntungan: 
- Mudah mengadaptasi bermacam-macam tegangan operasi 
- Tidak mudah terganggu dengan adanya perubahan temperature disekitarnya, karena relay 
masih bisa bekerja pada temperature 233 K (-40o C) sampai 353 K (80o C) 
- Mempunyai tahanan yang cukup tinggi pada kondisi tidak kontak 
- Memungkinkan untuk menyambungkan beberapa saluran secara independent 
43 
44 
K1 
A1 
A2 
11 21 31 41 
12 22 32 42 
K1 
A1 
A2 
13 
14 
23 
24 
31 41 
32 42
4–17 
- Adanya isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama 
Oleh karena keuntungan-keuntungan di atas maka penggunaan relay sampai saat ini masih 
dipertahankan. 
Kerugian: 
- Khususnya untuk NO, bila akan diaktifkan timbul percikan api 
- Memerlukan tempat yang cukup besar 
- Bila diaktifkan, berbunyi 
- Kontaktor bisa terpengaruh dengan adanya debu 
- Kecepatan menyambung atau memutus saluran terbatas. 
4.2.2.2.2 Solenoid 
Di lapangan kita bisa menemukan solenoid dengan arus searah (DC) ataupun arus bolak 
balik (AC). Sedangkan yang sering digunakan pada Electro-pneumatik adalah Solenoid DC. 
Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari besi lunak. 
Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu maksudnya agar 
diperoleh konduktansi optimum pada medan magnet. Bila ada kelonggaran udara, tidak akan 
mengakibatkan kenaikan temperature operasi, karena temperature operasi hanya akan tergantung 
pada besarnya tahanan kumparan serta arus listrik yang mengalir. Bila solenoid DC diaktifkan 
(switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara perlahan. Ketika arus listrik 
dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan 
menghasilkan gaya yang berlawanan dengan tegangan yang digunakan. 
Bila solenoid dipasifkan (switched off) maka medan magnet yang pernah terjadi akan hilang 
dan dapat mengakibatkan tegangan induksi yang besarnya bisa beberapa kali lipat dibandingkan 
dengan tegangan yang ada pada kumparan. Tegangan induksi ini dapat mengakibatkan rusaknya 
isolasi pada gulungan koil, selanjutnya bila hal ini terjadi terus akan terjadi percikan api. Untuk 
mengatasi hal ini maka harus dibuat rangkaian yang meredam percikan api, misalnya dengan 
memasang tahanan yang dihubungkan secara paralel dengan induktansi. Sehingga bila terjadi
4–18 
pemutusan arus listrik, energi akan tersimpan dalam bentuk medan magnet dan dapat hilang 
lewat tahanan yang dipasang tadi. 
Keuntungan Solenoid DC Kerugian Solenoid DC 
- Mudah pengoperasiannya 
- Usianya lama 
- Bunyi yang dihasilkan lemah 
- Tenaga untuk mengoperasikan kecil 
- Perlu peredam percikan api 
- Terjadi tegangan tinggi saat pemutusan 
arus 
- Waktu sambung lama 
- Perlu adaptor bila yang dipakai tegangan 
AC 
- Bagian yang kontak cepat aus 
4.2.2.2.3 Relay yang dipolarisasi (Polarized Relay) 
Pada prakteknya relay ini digunakan bila energi yang diperbolehkan untuk dipakai sangat 
kecil. Adapun energi listrik yang diperlukan yaitu sekitar 0,1 – 0,5 mW. Metoda operasinya ada 
beberapa macam, diantaranya: 
a. Posisi normal tertentu 
Posisi sambungan relay ini akan tetap pada posisi yang sama, baik itu sebelum ataupun 
sesudah diaktifkan. Bila energi listrik dialirkan maka medan magnet yang terjadi 
diintensifkan oleh medan magnet permanen. Begitu pula bila arus dialirkan hanya sebentar 
saja maka posisi kontak akan kembali ke tempat semula begitu arus diputuskan. 
b. Posisi normal pada kedua sisinya 
Posisi sambungan yang aktif tidak tetap, tergantung dari posisi terakhir disambungkan. Relay 
ini bekerja bila arus listrik disalurkan, maka sambungan kontaknya akan berpindah ke 
sambungan yang lainnya. Selanjutnya bila arus listrik diputus maka posisi sambungan yang 
menyambung adalah posisi akhir setelah diaktifkan. 
c. Posisi normal ditengah 
Apabila relay ini tidak diaktifkan maka tidak ada satu saluran pun yang menyambung karena 
posisi lengan kontak ada di tengah-tengah. Apabila arus listrik disalurkan maka posisi kontak
4–19 
akan ditentukan oleh arah arus yang disambungkan. Dan bila arus diputus, posisi lengan 
kembali ke tengah. 
4.2.2.2.4 Relay Mengunci (Latching relays) 
Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetic, dimana relay ini akan 
tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber energi sudah diputuskan, seolah-olah 
terkunci pada posisi akhir. Sistem pengunci biasanya dengan mempergunakan kerja 
mekanik. Penggunaan relay ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah tinggal. 
4.2.2.2.5 Remnant Relay 
Relay ini disainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka akan terjadi 
elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada walaupun sumber energinya telah 
dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini dikunci pada posisi akhir. Untuk menyalakan relay 
ini maka arus yang dipakai adalah arus positif, sedangkan untuk mematikannya mempergunakan 
arus negatif. 
4.2.2.2.6 Relay Tunda Waktu 
Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau memutus kontaktor NC, di mana hubungan 
kontaktor diputuskan ataupun disambungkan tidak langsung seketika pada saat relay diaktifkan, 
melainkan perlu waktu. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan ataupun menyambungkannya 
bisa diatur. 
Ada dua jenis relay tunda waktu, yaitu relay tunda waktu hidup (time delay switch on) dan 
relay tunda waktu mati (time delay switch off).
4–20 
Time Delay Switch On Relay 
S 
A1 15 
A2 16 18 
t 
1 
0 
1 
0 
Input (S) 
Output 
15 
16 18 
Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika waktu yang 
ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan. Sinyal output (keluaran) akan ada 
selama sinyal input ada. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan 
garis strip. 
S 
R1 
K1 
A1 
A2 
16 18 
15 
C 
R2 
Proses bekerjanya tunda waktu: 
A 
P R 
Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir melalui tahanan R1, yang besarnya 
bisa diatur. Arus ini tidak mengalir ke relay K1 melainkan akan mengalir ke terminal K1 NC, 
yang selanjutnya arus listrik mengalir ke kapasitor C dan menampungnya di sana. Bila kapasitor 
C tidak bisa menampung arus listrik lagi (tegangan yang diijinkan telah tercapai) maka arus 
listrik akan mengalir ke relay K1. Lamanya mengisi kapasitor ini tergantung pada besarnya R1. 
Selanjutnya bila relay K1 sudah aktif maka terminal 18 akan tersambung dengan terminal 15. Di 
sini bisa kita bandngkan dengan katup tunda waktu hidup pada rangkaian pneumatik.
4–21 
Time Delay Switch Off Relay 
B1 
B2 
Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal output akan ada 
selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka sinyal output tidak akan langsung 
hilang, melainkan tetap ada sampai batas waktu yang telah ditentukan. Elemen tunda waktu 
digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip. 
Proses bekerjanya tunda waktu: 
Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir ke relay K1 dan relay K1 langsung 
bekerja. Sebelum relay K1 diaktifkan, arus listrik mengalir ke kapasitor C melalui tahanan R2 
dan menampungnya sampai kapasitor mencapai tegangan yang diijinkan. Dengan diaktifkannya 
relay K1 maka switch K1 aktif sehingga arus listrik yang tertampung di kapasitor C akan 
mengalir melalui R1 bila sakelar S dinon-aktifkan. Lamanya mengosongkan kapasitor C 
tergantung pada besaran R1. Bila tegangan di C sudah tidak ada maka terminal 16 akan 
tersambung lagi dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandingkan dengan katup tunda waktu mati 
pada rangkaian pneumatik. 
S 
A1 15 
A2 16 18 
1 
0 
1 
0 
Input (S) 
Output 
15 
16 18 
S 
R1 
K1 
A1 
A2 
K1 
C 
R2 A 
P R
4–22 
4.2.2.2.7 Kontaktor 
Yang dimaksudkan dengan kontaktor adalah sakelar yang diatuasikan dengan elektromagnet. 
Daya untuk mengontrolnya bisa rendah tapi daya beban bisa tinggi, dengan kata lain untuk 
mengaktuasikan elektromagnet cukup misalnya dengan tegangan rendah tapi bisa menyalurkan 
arus yang bertegangan lebih tinggi. 
Kontaktor banyak digunakan untuk keperluan yang bermacam-macam. 
Misalnya digunakan untuk menyalakan motor, sistem 
pemanas, alat pengatur 
temperatur ruangan, keran, dll. 
Tipe-tipe kontaktor: 
a. Kontaktor yang 
elektromagnetnya dilindungi: 
b. Kontaktor dengan 
Shielded Electromagnet 
Winding 
Contacts 
Armature 
Contacts 
U-shaped core Rocker arm 
Hinged-armature 
contactor 
elektromagnet inti: 
U-shaped core 
Armature 
Core electromagnet 
K1 
c. Kontaktor dengan armature sistem engsel: 
Contacts 
contactor 
A1 
A2 
Simbol kontaktor pada penggambaran rangkaian: 
Keuntungan mempergunakan kontaktor: 
- Beban tinggi bisa diaktifkan dengan beban rendah 
1 
2 
3 
4 
5 
6
4–23 
- Terdapat isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama 
- Sedikit perawatannya 
- Tidak terpengaruh oleh temperature 
Kerugiannya: 
- Mudah aus 
- Ukurannya besar 
- Menimbulkan suara 
- Kecepatan menyambung terbatas 
4.2.2.3 Elemen Akhir 
Apabila suatu kontrol mempergunakan sinyal kontrolnya dengan sinyal listrik dan sinyal 
kerjanya mempergunakan pneumatik maka harus ada suatu alat yang dapat mengawinkan sinyal 
kontrol listrik dengan sinyal kerja pneumatik itu. Sistem yang mengawinkan sinyal kontrol dan 
sinyal kerja ini biasanya terdiri dari katup yang diaktuasikan dengan solenoid. Maksudnya adalah 
untuk menyalurkan sinyal kerja mempergunakan katup-katup pneumatik, sedangkan yang 
mengatur membuka atau menutup tersebut adalah arus listrik yang dialirkan ke kumparan kawat 
(solenoid). 
Katup 2/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas 
Pada Solenoid prinsipnya head 
katup ini mempunyai dua posisi dan dua saluran, konfigurasi katup adalah 
NC. Bila katup ini akan diaktifkan maka arus listrik harus dialirkan ke solenoid yang terpasang 
pada katup tersebut. Dengan diaktifkannya solenoid maka saluran 1(P) bila dihubungkan dengan 
sumber energi akan menyalurkan sinyal pneumatik ke saluran 2(A). Sedangkan kembalinya bila 
arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke posisi semula karena katup 
terdorong pegas yang dipasang berlawanan dengan solenoid. Dengan demikian saluran 1 (P) 
ataupun saluran 2 (A) kedua-duanya tertutup dan udara yang ada di saluran 2(A) tidak dapat 
keluar. 
Armature 
1(P) 
2(A) 
1(P) 
2(A) 
2(A) 
1(P)
4–24 
Katup 3/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas 
a. Normally Closed 3/2 
Katup 3/2 NC bekerja bila arus listrik dialirkan ke solenoid sehingga terbentuk elektromagnet 
yang mengakibatkan bergesernya armature dan selanjutnya udara dialirkan dari saluran masuk 
1(P) ke saluran keluar 2(A). Sedangkan sakuran 3(R) tertutup. Sebaliknya bila arus listrik 
diputuskan maka elektromagnet yang terbentuk pada solenoid menghilang dan berakibat saluran 
1(P) tertutup sedangkan udara yang berada di saluran 2(A) akan dibuang melalui saluran buang 
3(R). 
b. Normally Open 3/2 
1(P) 3(R) 
1(P) 
2(A) 
3(R) 
2(A) 
Katup ini kebalikan dari katup 3/2 NC. Jadi bila arus listrik tidak ada maka saluran 1(P) 
mengalirkan udara ke saluran 2(A) dan saluran 3(R0) tertutup. Tapi bila solenoid dialiri arus 
1(P) 
3(R0) 2(A) 
1(P) 
2(A) 
1(P) 3(R) 
3(R) 2(A) 
1(P) 
2(A) 
3(R)
4–25 
listrik, saluran 1(P) tertutup dan udara dari 2(A) dialirkan langsung ke 3(R). 
Katup 3/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol Pneumatik, kembali dengan 
pegas 
Katup ini bila diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan fungsi 
kumparan ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan demikian gaya 
elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu besar. Dengan kata lain 
1(P) 
3(R) 
2(A) 
Armatur 
Air Channel 
1(P) 
Manual auxiliar 
3(R) 
actuation 
Valve piston 
2(A) 
2(A) 
1(P) 
3(R) 
arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja saluran yang terdapat pada 
katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah dibahas di atas. 
4(B) 
1(P) 
Manual override 
valve piston 
3(R) 
2(A) 
Armature 
Air channel 
4(B) 
1(P) 
3(R) 
2(A) 
2(A) 4(B) 
1(P) 3(R) 
Katup 4/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol pneumatik, kembali dengan 
pegas 
Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan untuk 
mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup 3/2, berfungsi 
sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston adalah sinyal kontrol
4–26 
pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran 4(A) tersambungkan sedangkan 
saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal listrik diputuskan maka katup piston didorong 
kembali ke posisi semula sehingga saluran 1(P) tersambungkan dengan 2(B) dan saluran 4(A) 
dengan 3(R). 
4.2.2.4 Diagram Rangkaian pada Rangkaian Listrik 
Pada diagram rangkaian listrik digambarkan bagaimana ditempatkannya perlengkapan dan 
juga alat listrik ditempatkan, dengan mempergunakan simbol yang telah 
ditetapkan/distandardisasikan. Diagram rangkaian ini merupakan dokumen yang sangat penting, 
yang dibutuhkan oleh bagian perawatan, untuk memperbaiki dan merawat sistem kontrol listrik. 
Ada beberapa cara untuk menampilkan/menggambarkan fungsi, operasi peralatan serta instalasi 
rangkaian. 
Diagram Kabel (Wiring Diagram) 
Pada sistem penunjukkan ini semua peralatan ditampilkan dalam satu gambar, baik itu 
rangkaian kontrol dan juga rangkaian utama, serta diatur berdasarkan sambungan jalur kabel. 
Sistem ini biasanya digunakan pada jaringan / rangkaian listrik pada kendaraan bermotor, mesin 
perkakas yang ringkas ataupun peralatan pabrik lainnya. Cara penggambarannya, penyimpanan 
peralatan yang digunakan bisa dimana saja, asalkan menyambungkan jaringan kabelnya betul-betul 
diperhatikan. Contoh gambar instalasi kabel:
4–27 
380 V T1 
K1 K2 
U V W 
M 
3 
S2 S1 S3 
Anticlockwise rotation Stop Clockwise 
Rotation 
M1 
F1 
220 V 
L1 L2 
F2 
L1 
L2 
L3 
380 V 50 Hz
4–28 
Diagram Rangkaian 
Dibandingkan dengan penggambaran instalasi kabel, dimana penggambaran rangkaian 
kontrol dan utamanya dijadikan satu, maka pada penggambaran rangkaian secara skematis ini 
ditampilkan berdasarkan fungsinya. Dengan cara menggambarkan rangkaian kontrol dan 
rangkaian utama dipisahkan. 
Pada sistem ini penggambaran untuk sambungan (NC dan NO) relay untuk keperluan 
latching (mengunci sambungan) ataupun memutus sambungan akan digambarkan pada rangkaian 
kontrol. Penggambaran rangkaian secara skematis biasanya menggunakan garis lurus, dimana 
L1 
23 
24 
K1 K2 
11 
12 
F1 
S1 
Off 
Anticlockwise 
Clockwise 
rotation 
K2 K1 
A1 
S3 
rotation 
S2 
K1 K2 
A2 
11 
12 
A1 
A2 
23 
24 
arus listrik mengalir dari atas ke bawah. Di bawah ini ditampilkan gambar dengan fungsi yang 
sama dengan penggambaran instalasi kabel. 
L1 
L2 
L3 
380 V 50 Hz 
F2 
K1 K2 
F1 
U V W 
M1
4–29 
Diagram Rangkaian Dasar 
Pada tingkat tertentu, misalnya dalam penggambaran awal, penggambaran rangkaian ini 
tidak bisa langsung lengkap/komplit, melainkan dibuat dahulu sketsa fungsinya (pre-desain) 
dengan hanya menggambarkan hal yang penting-penting saja. Begitu pula untuk penunjukkan 
perlengkapannya hanya cukup dengan menunjukkan simbol huruf. Biasanya dalam 
penggambaran rangkaian dasar yang digambarkan hanya rangkaian utamanya saja. 
Contoh penggambaran Diagram Rangkaian Dasar: 
S1 Main switch 
K1, K2 Relays 
F1, F2 Fuses 
M 3 Motor 
M 
3 
S1 
F1 
K1 K2 
F2

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Teknik pemprograman pneumatik
Teknik pemprograman pneumatikTeknik pemprograman pneumatik
Teknik pemprograman pneumatikSusilo Monchozs
 
Dasar sistem pneumatik juli 2018
Dasar sistem pneumatik juli 2018Dasar sistem pneumatik juli 2018
Dasar sistem pneumatik juli 2018Rendy Pradana
 
Pengenalan sistem-kontrol-pneumatik
Pengenalan sistem-kontrol-pneumatikPengenalan sistem-kontrol-pneumatik
Pengenalan sistem-kontrol-pneumatikIlham Alfajri
 
kalibrasi controler
kalibrasi controlerkalibrasi controler
kalibrasi controlersomad79
 
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)gunawanzharfan
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1Asraf Malik
 
Sistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSaoloan Naiborhu
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit9
J4012 pneumatik dan hidraulik unit9J4012 pneumatik dan hidraulik unit9
J4012 pneumatik dan hidraulik unit9Asraf Malik
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatikWahyu Pram
 
Sistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N HidrolikSistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N HidrolikMOHD SHUKRI
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit2
J4012 pneumatik dan hidraulik unit2J4012 pneumatik dan hidraulik unit2
J4012 pneumatik dan hidraulik unit2Asraf Malik
 
Kertas penerangan k1
Kertas penerangan k1Kertas penerangan k1
Kertas penerangan k1lyana mohamad
 

Mais procurados (20)

Teknik pemprograman pneumatik
Teknik pemprograman pneumatikTeknik pemprograman pneumatik
Teknik pemprograman pneumatik
 
Isi pneumatik
Isi pneumatikIsi pneumatik
Isi pneumatik
 
Dasar sistem pneumatik juli 2018
Dasar sistem pneumatik juli 2018Dasar sistem pneumatik juli 2018
Dasar sistem pneumatik juli 2018
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Pengenalan sistem-kontrol-pneumatik
Pengenalan sistem-kontrol-pneumatikPengenalan sistem-kontrol-pneumatik
Pengenalan sistem-kontrol-pneumatik
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Pneumatik
PneumatikPneumatik
Pneumatik
 
kalibrasi controler
kalibrasi controlerkalibrasi controler
kalibrasi controler
 
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Sistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumatic
 
Modul Dasar Otomasi
Modul Dasar OtomasiModul Dasar Otomasi
Modul Dasar Otomasi
 
J4012 unit2
J4012 unit2 J4012 unit2
J4012 unit2
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit9
J4012 pneumatik dan hidraulik unit9J4012 pneumatik dan hidraulik unit9
J4012 pneumatik dan hidraulik unit9
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Sistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N HidrolikSistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N Hidrolik
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit2
J4012 pneumatik dan hidraulik unit2J4012 pneumatik dan hidraulik unit2
J4012 pneumatik dan hidraulik unit2
 
Alat alat ukur
Alat alat ukurAlat alat ukur
Alat alat ukur
 
Kertas penerangan k1
Kertas penerangan k1Kertas penerangan k1
Kertas penerangan k1
 

Semelhante a Kp4a

Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrolketutjuan
 
Pneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdfPneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdfTulusArdiyanto
 
Katup (valve) sebagai Aktuator
Katup (valve) sebagai AktuatorKatup (valve) sebagai Aktuator
Katup (valve) sebagai AktuatorElisabeth Anri
 
259900734-EFI-pdf.pdf
259900734-EFI-pdf.pdf259900734-EFI-pdf.pdf
259900734-EFI-pdf.pdfMoebasir
 
pengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.ppt
pengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.pptpengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.ppt
pengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.pptSupendi14
 
Modul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdf
Modul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdfModul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdf
Modul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdfssuserae7ca8
 
424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf
424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf
424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdfAndykavicoArdhanaput
 
Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232Darman Syah
 
Pembahasan kompresor
Pembahasan kompresorPembahasan kompresor
Pembahasan kompresorAffanAzzaky1
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatikArya Shandy
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikIndo Permana
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikIrwan Dony
 
Makalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahi
Makalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahiMakalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahi
Makalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahiDanielFransiscoSilal
 
Chapter compressors and compressed air systems (bahasa ind
Chapter   compressors and compressed air systems (bahasa indChapter   compressors and compressed air systems (bahasa ind
Chapter compressors and compressed air systems (bahasa ind'Purwanto' Magl
 
Sistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & HidrolikSistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & HidrolikDYA_25
 
Laporan Teknologi Motor Bensin
Laporan Teknologi Motor BensinLaporan Teknologi Motor Bensin
Laporan Teknologi Motor BensinFranky Gepenk
 
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfsistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfTriHutagalung2
 

Semelhante a Kp4a (19)

Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrol
 
Pneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdfPneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdf
 
Katup (valve) sebagai Aktuator
Katup (valve) sebagai AktuatorKatup (valve) sebagai Aktuator
Katup (valve) sebagai Aktuator
 
259900734-EFI-pdf.pdf
259900734-EFI-pdf.pdf259900734-EFI-pdf.pdf
259900734-EFI-pdf.pdf
 
pengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.ppt
pengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.pptpengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.ppt
pengenalan-sistem-kontrol-pneumatik.ppt
 
Modul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdf
Modul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdfModul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdf
Modul Ajar Pneumatik Hidrolik Kur. Merdeka.pdf
 
424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf
424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf
424658723-Aircraft-System-Pneumatic-System-pptx.pdf
 
Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232
 
Pembahasan kompresor
Pembahasan kompresorPembahasan kompresor
Pembahasan kompresor
 
Pneumatik
PneumatikPneumatik
Pneumatik
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolik
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolik
 
Makalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahi
Makalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahiMakalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahi
Makalah aplikasi sistem kengendali pneumatis by daniel fransisco silalahi
 
Sistem hidrolis kel5
Sistem hidrolis kel5Sistem hidrolis kel5
Sistem hidrolis kel5
 
Chapter compressors and compressed air systems (bahasa ind
Chapter   compressors and compressed air systems (bahasa indChapter   compressors and compressed air systems (bahasa ind
Chapter compressors and compressed air systems (bahasa ind
 
Sistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & HidrolikSistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & Hidrolik
 
Laporan Teknologi Motor Bensin
Laporan Teknologi Motor BensinLaporan Teknologi Motor Bensin
Laporan Teknologi Motor Bensin
 
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfsistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
 

Último

contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanaNhasrul
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCabairfan24
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTYudaPerwira5
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshDosenBernard
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptDIGGIVIO2
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAmasqiqu340
 
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUDina396887
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdfTaufikTito
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptxjannenapitupulu18
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaIniiiHeru
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptEndangNingsih7
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptmuhammadarsyad77
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenBangMahar
 

Último (20)

contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
 

Kp4a

  • 1. 4–1 BAB IV PNEUMATIK DAN ELEKTRO-PNEUMATIK 4.1 Pneumatik 4.1.1 Pendahuluan Udara merupakan sumber daya alam dan sangat mudah didapatkan sehingga pada realisasi dan aplikasi teknik sekarang ini udara banyak digunakan sebagai penggerak untuk mengontrol peralatan dan komponen-komponennya yang kita kenal sekarang ini dengan PNEUMATIK. Pneumatik berasal dari kata Yunani: pneuma = udara. Jadi pneumatik adalah ilmu yang berkaitan dengan gerakan maupun kondisi yang berkaitan dengan udara. Perangkat pneumatik bekerja dengan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed air). Dalam hal ini udara yang dimampatkan akan didistribusikan kepada sistem yang ada sehingga kapasitas sistem terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan udara yang dimampatkan kita memerlukan Compressor (pembangkit udara bertekanan). Debit yang diukur adalah m3/menit. Tekanan udara yang dibutuhkan pada alat pengontrol pneumatik seperti silinder, katup serta peralatan lainnya adalah 6 bar, supaya efektif dan efisien dalam penggunaannya (range alat 3–10 bar). Dan untuk memelihara keawetan peralatan haruslah diperoleh udara kering, yaitu agar tidak terjadi korosi pada pipa saluran udara, pelumasan yang ada tidak terbawa uap air, tidak terjadi kontaminasi bila udara mampat langsung kontak dengan produk yang sensitif seperti cat dan makanan. Pneumatik dewasa ini memegang peranan penting dalam pengembangan dan teknologi otomatisasi, di samping hidraulik dan elektronik/elektrik. Sebelum 1950, pneumatik banyak dipakai sebagai media kerja dalam bentuk energi tersimpan. Tapi setelah 1950 dipakai dan dikembangkan sebagai elemen kerja.
  • 2. 4–2 4.1.1.1 Katup (valve) 1. Katup pengarah (Directional Control Valve), terdiri dari 2 jenis katup: a. Katup poppet, yang bekerja dengan cara melepas dan menempelkan bola/piringan terhadap dudukannya yang terpasang ‘seal’ yang bersifat elastis namun kuat. Gaya untuk menggerakkan katup poppet relatif besar karena harus melawan gaya pegas pada saat posisi kerja. b. Katup geser (slide valve), yang bekerja dengan menggeser silinder atau piringan. 2. Katup searah (Non return valve), yang jenisnya antara lain: a. Check valves: hanya mempunyai 1 inlet dan 1 outlet, dapat menutup aliran pada satu arah aliran. Pada arah lainnya katup ini dengan bebas dapat mengalirkan aliran udara dengan tekanan rendah. b. Two pressure valve: mempunyai 2 inlet dan 1 outlet. Udara mampat mengalir melalui katup ini bila sinyal udara terdapat pada kedua sambungan inlet. (= Logic AND function) c. Shuttle valve: (= Logic OR function) Udara mampat dapat mengalir dari salah satu atau kedua saluran inlet menuju outlet. d. Quick exhaust valve: berfungsi sebagai penambah kecepatan silinder. Dengan ini memungkinkan waktu yang diperlukan untuk langkah kerja silinder terutama untuk single act cylinder lebih singkat lagi. 3. Katup pengatur aliran (Flow control valve), berfungsi mengatur aliran udara secara volumetrik. a. Bi-directional flow control valve, mengatur udara ke dua arah. b. One way flow control valve, mengalirkan udara ke satu arah untuk mengatur kecepatan aktuator. 4. Katup pengatur tekanan (pressure valve), fungsinya mengatur besarnya tekanan udara yang diperlukan.
  • 3. 4–3 a. Pressure regulating valve, berfungsi mengatur tekanan udara konstan yang dibutuhkan. Tekanan input harus lebih besar dibandingkan dengan output. b. Pressure limiting valve, biasanya dipakai sebagai katup pengamanan: untuk menjaga tekanan maksimum yang diinginkan tidak akan terlewati. Bila tekanan maksimum pada inlet sudah tercapai maka outlet akan membuka dan tekanan udara yang berlebihan akan dikeluarkan ke udara bebas. c. Katup berangkai (sequence valve), fungsinya juga untuk membatasi tekanan. Biasanya dipakai pada kontrol pneumatik bila tekanan udara yang spesifik dibutuhkan untuk menjalankan operasi/sistem. 5. Combinational valve. Beberapa katup yang fungsinya berbeda dapat digabungkan menjadi satu badan dan disebut katup kombinasi. Jenisnya antara lain: a. Time delay valve b. Air control valve c. 5/4 way valve: yang terdiri dari empat katup 2/2 d. Air operated 8 ways valve: terdiri dari 2 katup 4/2 e. Impulse generator: multi vibrator cycles f. Vacuum generator with ejector g. Steppler modules: untuk sequential control teste. h. Command memory module: untuk start-up dengan signal input conditions. 4.1.1.2 Actuator dan Output Actuator adalah bagian terakhir dari output suatu sistem kontrol pneumatik. Output biasanya digunakan untuk mengidentifikasi suatu sistem kontrol ataupun aktuator. Pada pneumatik, jenis aktuator ada bermacam-macam, diantaranya: a. Aktuator gerakan linier: - Single acting cylinder (silinder aksi tunggal)
  • 4. 4–4 - Double acting cylinder (silinder aksi ganda) b. Aktuator gerakan berputar: - Motor yang digerakkan oleh udara. Motor pneumatik adalah suatu peralatan pneumatik yang menghasilkan gerakan putar yang sudut putarnya tidak terbatas bila terhadap peralatan ini dialiri udara yang dimampatkan. Ada 4 jenis motor pneumatik, yaitu piston motors, sliding vane motors, gear motors, turbin. - Aktuator yang berputar/gerakan putar. 4.1.1.3 Indicator Indicator optik secara visual bisa mewakili status dari sistim pneumatik dan membantu diagnosa. Beberapa semboyan secara visual: - indicator optik dengan warna tunggal ataupun majemuk - indicator optik dengan pena, untuk display dan sensor sentuh - counter - penunjukkan resistansi - timer Dengan menggunakan warna, indicator optik mewakili fungsi pada jaringan kerjanya. Di bawah ini tabel arti dari warna-warna indicator optik. Warna Arti Catatan Merah Bahaya Status mesin dalam situasi membutuh pertolongan/bantuan dengan segera. Tidak boleh masuk. Kuning Perhatian Pengertian atau minta perhatian Hijau Aman Operasi normal Biru Info khusus Putih/Bening Info umum
  • 5. 4–5 4.1.2 Aplikasi Pneumatik Dan Karakteristik Elemen Pneumatik Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu elemen pneumatik pun mengalami perkembangan pesat, misalnya dalam pemilihan bahan/material, manufaktur dan proses disain. Contohnya silinder pneumatik memegang peranan penting sebagai elemen kerja, dimana silinder ini murah harganya, mudah pemasangannya, sederhana dan kuat konstruksinya serta tersedia dalam berbagai ukuran dan panjang langkah. Adapun silinder pneumatik ini mempunyai karakteristik sbb: Diameter 6 – 320 mm Panjang langkah 1 – 2000 mm Gaya 2 – 50.000 N Kecepatan piston 0,02 – 1 m/s Gerak lurus, melingkar, putar Penggunaan silinder dan elemen pneumatik yang lain dapat sbb: - pengekleman - pengangkat - penepat - pengukur - pencari orientasi - pengepak - pengatur gerakan - pengendali - pemutar, dsb Pada permesinan dapat dipakai sebagai pengoperasian pada: - mesin bor - mesin milling - mesin bubut - mesin gergaji - mesin pembentuk - quality control Pengembangan produk dalam pneumatik bisa dibagi dalam: aktuator, sensor, prosesor, sistem kontrol dan perlengkapan.
  • 6. 4–6 4.1.3 Struktur Dan Komponen Sistem Pneumatik Di bawah ini diperlihatkan jaringan kontrol untuk sinyal aliran yang dipakai sebagai output ke sistem kerja. Elemen-elemen tersebut pada penggunaan dalam pneumatik biasanya mempergunakan simbol yang menunjukkan fungsinya. Simbol-simbol itu bisa dikombinasikan/dirangkai untuk menghasilkan solusi pada diagram jaringan kerja. Diagram kerja harus digambarkan susunannya seperti struktur di bawah ini. Katup penentu arah dapat mempunyai fungsi sebagai pengontrol sensor, prosesor atau aktuator. Apabila katup penentu arah dipergunakan untuk mengontrol gerakan sebuah silinder maka ACTUATING DEVICES outputs Final control element katup ini berfungsi sebagai pengontrol aktuator. Apabila dipakai mengolah sinyal maka katup ini berfungsi sebagai prosesor. Bagitu pula bila dipakai sebagai peraba sebuah gerakan maka berfungsi sebagai sensor. ACTUATING DEVICES Outputs ACTUATING DEVICES Control signals PROCESSING ELEMENTS Processor signals INPUT ELEMENTS Input signals ENERGY SUPPLY Source ACTUATORS Pneumatic cylinders Rotary actuators Indicators CONTROL ELEMENTS Directional control valves PROCESSOR Directional control valves Logic elements Pressure control valves SENSORS Directional control valves Limit switches Pushbuttons Proximity sensors ENERGY SUPPLY Compressor Receiver Pressure regulator Air service equipment PROCESSING ELEMENTS processor signals INPUT ELEMENTS Input signals ENERGY SUPPLY Source
  • 7. 4–7 4.1.4 Simbol-Simbol Dan Standard Pada Pneumatik Pengembangan sistem pneumatik dibantu oleh metoda penunjukkan elemen dan jaringan kerja. Simbol digunakan untuk masing-masing indicator elemen yang mempunyai karakteristik sbb: - Fungsi - Metoda aktuasi - Jumlah sambungan - Jumlah - Prinsip kerja - Penunjukkan arah jaringan Tapi simbol-simbol tidak bisa menunjukkan karakter seperti: - Ukuran dari sebuah komponen - Bagian Manufaktur, metoda konstruksi ataupun harga - Orientasi dan sambungan komponen - Detail fisik Simbol-simbol pneumatik yang digunakan berdasarkan DIN (Deutche Institut fur Normung) No. 1219 dan sudah dijadikan ISO dengan nomor yang sama. 1. Simbol yang digunakan untuk konversi energi dan preparasi Supply Compressor Fixed capacity Air receiver and ‘T’ junction Service equipment Filter Separation and filtration of particles Water separator Partial water removal Lubricator Metered quantities of oil passed to the air stream Pressure regulator Relieving type – vent hole for excess upstream pressure – adjustable Combined symbols Air service unit Filter, regulator, gauge, lubricator
  • 8. 4–8 Simplified air service unit Pressure source 2. Simbol katup penentu arah (simbol penyeimbangan) Pergantian posisi katup digambarkan dalam kotak bujursangkar (square) Jumlah kotak menunjukkan banyaknya pergantian posisi yang dimiliki katup Garis-garis menunjukkan adanya aliran, panah menandakan arah aliran Posisi tertutup dijelaskan di dalam kotak dengan memberikan garis menyilang tegak lurus (seperti huruf T) Sambungan (inlet dan outlet) digambarkan oleh garis-garis di luar kotak dan digambarkan menurut posisi awal katup 3. Simbol katup pengatur arah, sambungan port dan posisi Jumlah ‘port’ Jumlah posisi 2 / 2 – Way directional control valve 3 / 2 – Way directional control valve Normally closed 3 / 2 – Way directional control valve Normally open 4 / 2 – Way directional control valve 5 / 2 – Way directional control valve 5 / 3 – Way directional control valve Mid position closed 2(A) 1(P) 2(A) 1(P) 3(R) 2(A) 1(P) 3(R) 2(B) 4(A) 1(P) 3(R) 2(B) 4(A) 5(R) 3(S) 1(P) 4(A) 2(B) 5(R) 1(P) 3(s)
  • 9. 4–9 4. Simbol/Metoda Aktuasi Mechanical General manual operation Pushbutton Lever operated Detent lever operated Foot pedal Spring return Spring centered Roller operated Idle return, roller Pneumatic Direct pneumatic actuation Indirect pneumatic actuation (piloted) Pressure release Electrical Single solenoid operation Double solenoid operation Combined Double solenoid and pilot operation with manual over-ride 5. Contoh penggambaran katup penentu arah beserta sinyal/kontrolnya 2(A) 12(Z) 1(P) 3(R) 2(A) 12(Z) 10(Y) 1(P) 3(R) 4(A) 2(B) 14(Z) 91(Pz) 5(R) 1(P) 3(S) 4(A) 2(B) 14(Z) 12(Y) 5(R) 1(P) 3(S)
  • 10. 4–10 6. Simbol katup searah Check valve Spring loaded check valve Shuttle valve: ‘OR’ function Two pressure valve: ‘AND’ function Quick exhaust valve 7. Simbol Katup pengatur aliran Flow control valve adjustable One–way flow control valve 8. Simbol katup pengatur tekanan Adjustable pressure regulating valve, non-relieving type Adjustable pressure regulating valve, relieving type (overloads are vented) Sequence valve external source Sequence valve in-line Sequence valve combination 9. Simbol aktuator linier Single acting cylinder Double acting cylinder Double acting cylinder with double ended piston rod
  • 11. 4–11 Double acting cylinder with non-adjustable cushioning in one direction Double acting cylinder with single adjustable cushioning Double acting cylinder with adjustable cushioning at both ends 10. Simbol aktuator berputar Air motor, rotation in one direction, fixed capacity Air motor, rotation in one direction, variable capacity Air motor, rotation in both directions, variable capacity Rotary actuator, limited travel, rotation in both directions 11. Simbol pembantu Exhaust port Exhaust port with treaded connection Silencer Line connection (fixed) Crossing lines (not connected) Pressure gauge Visual indicator
  • 12. 4–12 4.2 Elektro-Penumatik 4.2.1 Pendahuluan Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor ataupun sakelar pembatas yang berfungsi sebagai penyambung ataupun pemutus sinyal. Sinyal yang dikirimkan ke kumparan tadi akan menghasilkan medan elektromagnit dan akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan sistem. 4.2.2 Elemen utama Elektro-pneumatik Bila energi listrik tersedia dan akan dipakai maka perlu diproses dan didistribusikan oleh komponen utama. Untuk mempermudah penunjukkannya maka komponen itu digambarkan dalam bentuk simbol pada diagram rangkaiannya. 4.2.2.1 Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input) Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses tergantung pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan bisa dengan cara mengaktifkan sakelar atau bisa juga dengan mengaktikan sensor, misalkan sensor mekanik ataupun elektronik. Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada yang disebut “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung), “Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan tersambung) dan “Change Over” (tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan NC).
  • 13. 4–13 4.2.2.1.1 Sakelar tekan, dioperasikan manual Sakelar tekan biasa Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol dinyalakan. Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-button switch). Disebut sakelar tekan karena untuk mengalirkan sinyal, mengaktuasikannya dengan menekan tombol atau sakelar. Simbol yang digunakan: Sakelar tekan manual secara umum untuk kontak NO (General Push-button switch, NO) Sakelar tekan manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NO Saklear tekan manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NC Sakelar tekan mengunci (Latching Push-button switches) Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan tombol yang mengunci. Adapun menguncinya sakelar ini disebabkan kerja mekanik. Untuk mengembalikan ke posisi semula (posisi tidak aktif) maka sakelar ini harus ditekan lagi. Penunjukkan sistem ini berdasarkan standardisasi Jerman, diatur dengan nomor DIN 43 065. Penunjukkan aktuasi: I tanda mengaktifkan, O tanda untuk mengembalikan ke posisi sebelum bekerja. Posisi penempatan sakelar: a). Berjajar ke pinggir: pada posisi ini perlu diperhatikan bahwa tanda untuk mengaktifkan disimpan disebelah kanan. b). Berjajar ke bawah: pada posisi ini tanda untuk mengkatifkan berada pada posisi atas. Contoh sakelar tekan mengunci:
  • 14. 4–14 Simbol-simbol yang digunakan: Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NO Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara ditarik untuk kontak NC Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara diputar untuk kontak NO 4.2.2.1.2 Sakelar Pembatas (Limit Switches) Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting Type) Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi yang menyatakan bahwa posisi ini merupakan posisi akhir baik itu untuk mesin ataupun untuk silinder. Biasanya sistem kontak yang dipakai adalah sistem tersambung bergantian (Change over). Sakelar pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi dan simbol sakelar pembatas mekanik: Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch) Sakelar pembatas tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik tidak dapat digunakan. Macam sakelar pembatas tipe ini antara lain: a. Sakelar Pembatas (sensor) Buluh Penggunaan sakelar ini biasanya dikarenakan keadaan sekitar yang tidak memungkinkan dipasangnya sakelar mekanik, misalnya karena banyaknya debu, pasir ataupun lembab. Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan magnet yang terpasang pada silinder. Dengan
  • 15. 4–15 adanya magnet maka buluh kawat akan tersambung atau terputus bila magnet itu mendekati atau menjauhi buluh kawat tersebut. b. Sakelar Pembatas Induktif Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan. Biasa dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam, pada suatu mesin atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi atau terpakai untuk logam. Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari oscillator, pemicu tegangan dan penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi keduanya mempunyai tegangan operasi antara 10–30 volts. c. Sakelar Pembatas Kapasitif Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun non-metal. Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan debu logam. d. Sakelar Pembatas Optik Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa sinar. 4.2.2.2 Pengolah Sinyal Listrik 4.2.2.2.1 Relay Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan elektromagnet yang dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada peralatan telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang sudah umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun yang lainnya. Pemilihan relay yang sesuai kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain: - Perawatan yang minim - Kemampuan menyambungkan beberapa saluran secara independent
  • 16. 4–16 - Mudah adaptasi dengan tegangan operasi dan tegangan tinggi - Kecepatan operasi tinggi, misalnya waktu yang diperlukan untuk menyambungkan saluran singkat. Cara kerja relay: Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui lilitan kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat yang ada di dekat kumparan akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung ataupun terputus. Hal ini tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak ada arus listrik maka pelat tadi akan kembali ke posisi semula karena ditarik dengan pegas. Simbol Relay: Relay Normally Open Relay Normally Closed Kombinasi NO & NC K1 A1 A2 Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut: 13 14 23 24 33 34 Angka yang pertama menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua selalu bernomor ¾ untuk relay NO dan ½ untuk relay yang NC. Keuntungan dan kerugian penggunaan Relay: Keuntungan: - Mudah mengadaptasi bermacam-macam tegangan operasi - Tidak mudah terganggu dengan adanya perubahan temperature disekitarnya, karena relay masih bisa bekerja pada temperature 233 K (-40o C) sampai 353 K (80o C) - Mempunyai tahanan yang cukup tinggi pada kondisi tidak kontak - Memungkinkan untuk menyambungkan beberapa saluran secara independent 43 44 K1 A1 A2 11 21 31 41 12 22 32 42 K1 A1 A2 13 14 23 24 31 41 32 42
  • 17. 4–17 - Adanya isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama Oleh karena keuntungan-keuntungan di atas maka penggunaan relay sampai saat ini masih dipertahankan. Kerugian: - Khususnya untuk NO, bila akan diaktifkan timbul percikan api - Memerlukan tempat yang cukup besar - Bila diaktifkan, berbunyi - Kontaktor bisa terpengaruh dengan adanya debu - Kecepatan menyambung atau memutus saluran terbatas. 4.2.2.2.2 Solenoid Di lapangan kita bisa menemukan solenoid dengan arus searah (DC) ataupun arus bolak balik (AC). Sedangkan yang sering digunakan pada Electro-pneumatik adalah Solenoid DC. Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari besi lunak. Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu maksudnya agar diperoleh konduktansi optimum pada medan magnet. Bila ada kelonggaran udara, tidak akan mengakibatkan kenaikan temperature operasi, karena temperature operasi hanya akan tergantung pada besarnya tahanan kumparan serta arus listrik yang mengalir. Bila solenoid DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan menghasilkan gaya yang berlawanan dengan tegangan yang digunakan. Bila solenoid dipasifkan (switched off) maka medan magnet yang pernah terjadi akan hilang dan dapat mengakibatkan tegangan induksi yang besarnya bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan tegangan yang ada pada kumparan. Tegangan induksi ini dapat mengakibatkan rusaknya isolasi pada gulungan koil, selanjutnya bila hal ini terjadi terus akan terjadi percikan api. Untuk mengatasi hal ini maka harus dibuat rangkaian yang meredam percikan api, misalnya dengan memasang tahanan yang dihubungkan secara paralel dengan induktansi. Sehingga bila terjadi
  • 18. 4–18 pemutusan arus listrik, energi akan tersimpan dalam bentuk medan magnet dan dapat hilang lewat tahanan yang dipasang tadi. Keuntungan Solenoid DC Kerugian Solenoid DC - Mudah pengoperasiannya - Usianya lama - Bunyi yang dihasilkan lemah - Tenaga untuk mengoperasikan kecil - Perlu peredam percikan api - Terjadi tegangan tinggi saat pemutusan arus - Waktu sambung lama - Perlu adaptor bila yang dipakai tegangan AC - Bagian yang kontak cepat aus 4.2.2.2.3 Relay yang dipolarisasi (Polarized Relay) Pada prakteknya relay ini digunakan bila energi yang diperbolehkan untuk dipakai sangat kecil. Adapun energi listrik yang diperlukan yaitu sekitar 0,1 – 0,5 mW. Metoda operasinya ada beberapa macam, diantaranya: a. Posisi normal tertentu Posisi sambungan relay ini akan tetap pada posisi yang sama, baik itu sebelum ataupun sesudah diaktifkan. Bila energi listrik dialirkan maka medan magnet yang terjadi diintensifkan oleh medan magnet permanen. Begitu pula bila arus dialirkan hanya sebentar saja maka posisi kontak akan kembali ke tempat semula begitu arus diputuskan. b. Posisi normal pada kedua sisinya Posisi sambungan yang aktif tidak tetap, tergantung dari posisi terakhir disambungkan. Relay ini bekerja bila arus listrik disalurkan, maka sambungan kontaknya akan berpindah ke sambungan yang lainnya. Selanjutnya bila arus listrik diputus maka posisi sambungan yang menyambung adalah posisi akhir setelah diaktifkan. c. Posisi normal ditengah Apabila relay ini tidak diaktifkan maka tidak ada satu saluran pun yang menyambung karena posisi lengan kontak ada di tengah-tengah. Apabila arus listrik disalurkan maka posisi kontak
  • 19. 4–19 akan ditentukan oleh arah arus yang disambungkan. Dan bila arus diputus, posisi lengan kembali ke tengah. 4.2.2.2.4 Relay Mengunci (Latching relays) Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetic, dimana relay ini akan tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber energi sudah diputuskan, seolah-olah terkunci pada posisi akhir. Sistem pengunci biasanya dengan mempergunakan kerja mekanik. Penggunaan relay ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah tinggal. 4.2.2.2.5 Remnant Relay Relay ini disainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka akan terjadi elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada walaupun sumber energinya telah dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini dikunci pada posisi akhir. Untuk menyalakan relay ini maka arus yang dipakai adalah arus positif, sedangkan untuk mematikannya mempergunakan arus negatif. 4.2.2.2.6 Relay Tunda Waktu Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau memutus kontaktor NC, di mana hubungan kontaktor diputuskan ataupun disambungkan tidak langsung seketika pada saat relay diaktifkan, melainkan perlu waktu. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan ataupun menyambungkannya bisa diatur. Ada dua jenis relay tunda waktu, yaitu relay tunda waktu hidup (time delay switch on) dan relay tunda waktu mati (time delay switch off).
  • 20. 4–20 Time Delay Switch On Relay S A1 15 A2 16 18 t 1 0 1 0 Input (S) Output 15 16 18 Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika waktu yang ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan. Sinyal output (keluaran) akan ada selama sinyal input ada. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip. S R1 K1 A1 A2 16 18 15 C R2 Proses bekerjanya tunda waktu: A P R Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir melalui tahanan R1, yang besarnya bisa diatur. Arus ini tidak mengalir ke relay K1 melainkan akan mengalir ke terminal K1 NC, yang selanjutnya arus listrik mengalir ke kapasitor C dan menampungnya di sana. Bila kapasitor C tidak bisa menampung arus listrik lagi (tegangan yang diijinkan telah tercapai) maka arus listrik akan mengalir ke relay K1. Lamanya mengisi kapasitor ini tergantung pada besarnya R1. Selanjutnya bila relay K1 sudah aktif maka terminal 18 akan tersambung dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandngkan dengan katup tunda waktu hidup pada rangkaian pneumatik.
  • 21. 4–21 Time Delay Switch Off Relay B1 B2 Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal output akan ada selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka sinyal output tidak akan langsung hilang, melainkan tetap ada sampai batas waktu yang telah ditentukan. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip. Proses bekerjanya tunda waktu: Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir ke relay K1 dan relay K1 langsung bekerja. Sebelum relay K1 diaktifkan, arus listrik mengalir ke kapasitor C melalui tahanan R2 dan menampungnya sampai kapasitor mencapai tegangan yang diijinkan. Dengan diaktifkannya relay K1 maka switch K1 aktif sehingga arus listrik yang tertampung di kapasitor C akan mengalir melalui R1 bila sakelar S dinon-aktifkan. Lamanya mengosongkan kapasitor C tergantung pada besaran R1. Bila tegangan di C sudah tidak ada maka terminal 16 akan tersambung lagi dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandingkan dengan katup tunda waktu mati pada rangkaian pneumatik. S A1 15 A2 16 18 1 0 1 0 Input (S) Output 15 16 18 S R1 K1 A1 A2 K1 C R2 A P R
  • 22. 4–22 4.2.2.2.7 Kontaktor Yang dimaksudkan dengan kontaktor adalah sakelar yang diatuasikan dengan elektromagnet. Daya untuk mengontrolnya bisa rendah tapi daya beban bisa tinggi, dengan kata lain untuk mengaktuasikan elektromagnet cukup misalnya dengan tegangan rendah tapi bisa menyalurkan arus yang bertegangan lebih tinggi. Kontaktor banyak digunakan untuk keperluan yang bermacam-macam. Misalnya digunakan untuk menyalakan motor, sistem pemanas, alat pengatur temperatur ruangan, keran, dll. Tipe-tipe kontaktor: a. Kontaktor yang elektromagnetnya dilindungi: b. Kontaktor dengan Shielded Electromagnet Winding Contacts Armature Contacts U-shaped core Rocker arm Hinged-armature contactor elektromagnet inti: U-shaped core Armature Core electromagnet K1 c. Kontaktor dengan armature sistem engsel: Contacts contactor A1 A2 Simbol kontaktor pada penggambaran rangkaian: Keuntungan mempergunakan kontaktor: - Beban tinggi bisa diaktifkan dengan beban rendah 1 2 3 4 5 6
  • 23. 4–23 - Terdapat isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama - Sedikit perawatannya - Tidak terpengaruh oleh temperature Kerugiannya: - Mudah aus - Ukurannya besar - Menimbulkan suara - Kecepatan menyambung terbatas 4.2.2.3 Elemen Akhir Apabila suatu kontrol mempergunakan sinyal kontrolnya dengan sinyal listrik dan sinyal kerjanya mempergunakan pneumatik maka harus ada suatu alat yang dapat mengawinkan sinyal kontrol listrik dengan sinyal kerja pneumatik itu. Sistem yang mengawinkan sinyal kontrol dan sinyal kerja ini biasanya terdiri dari katup yang diaktuasikan dengan solenoid. Maksudnya adalah untuk menyalurkan sinyal kerja mempergunakan katup-katup pneumatik, sedangkan yang mengatur membuka atau menutup tersebut adalah arus listrik yang dialirkan ke kumparan kawat (solenoid). Katup 2/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas Pada Solenoid prinsipnya head katup ini mempunyai dua posisi dan dua saluran, konfigurasi katup adalah NC. Bila katup ini akan diaktifkan maka arus listrik harus dialirkan ke solenoid yang terpasang pada katup tersebut. Dengan diaktifkannya solenoid maka saluran 1(P) bila dihubungkan dengan sumber energi akan menyalurkan sinyal pneumatik ke saluran 2(A). Sedangkan kembalinya bila arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke posisi semula karena katup terdorong pegas yang dipasang berlawanan dengan solenoid. Dengan demikian saluran 1 (P) ataupun saluran 2 (A) kedua-duanya tertutup dan udara yang ada di saluran 2(A) tidak dapat keluar. Armature 1(P) 2(A) 1(P) 2(A) 2(A) 1(P)
  • 24. 4–24 Katup 3/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas a. Normally Closed 3/2 Katup 3/2 NC bekerja bila arus listrik dialirkan ke solenoid sehingga terbentuk elektromagnet yang mengakibatkan bergesernya armature dan selanjutnya udara dialirkan dari saluran masuk 1(P) ke saluran keluar 2(A). Sedangkan sakuran 3(R) tertutup. Sebaliknya bila arus listrik diputuskan maka elektromagnet yang terbentuk pada solenoid menghilang dan berakibat saluran 1(P) tertutup sedangkan udara yang berada di saluran 2(A) akan dibuang melalui saluran buang 3(R). b. Normally Open 3/2 1(P) 3(R) 1(P) 2(A) 3(R) 2(A) Katup ini kebalikan dari katup 3/2 NC. Jadi bila arus listrik tidak ada maka saluran 1(P) mengalirkan udara ke saluran 2(A) dan saluran 3(R0) tertutup. Tapi bila solenoid dialiri arus 1(P) 3(R0) 2(A) 1(P) 2(A) 1(P) 3(R) 3(R) 2(A) 1(P) 2(A) 3(R)
  • 25. 4–25 listrik, saluran 1(P) tertutup dan udara dari 2(A) dialirkan langsung ke 3(R). Katup 3/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol Pneumatik, kembali dengan pegas Katup ini bila diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan fungsi kumparan ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan demikian gaya elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu besar. Dengan kata lain 1(P) 3(R) 2(A) Armatur Air Channel 1(P) Manual auxiliar 3(R) actuation Valve piston 2(A) 2(A) 1(P) 3(R) arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja saluran yang terdapat pada katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah dibahas di atas. 4(B) 1(P) Manual override valve piston 3(R) 2(A) Armature Air channel 4(B) 1(P) 3(R) 2(A) 2(A) 4(B) 1(P) 3(R) Katup 4/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol pneumatik, kembali dengan pegas Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan untuk mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup 3/2, berfungsi sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston adalah sinyal kontrol
  • 26. 4–26 pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran 4(A) tersambungkan sedangkan saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal listrik diputuskan maka katup piston didorong kembali ke posisi semula sehingga saluran 1(P) tersambungkan dengan 2(B) dan saluran 4(A) dengan 3(R). 4.2.2.4 Diagram Rangkaian pada Rangkaian Listrik Pada diagram rangkaian listrik digambarkan bagaimana ditempatkannya perlengkapan dan juga alat listrik ditempatkan, dengan mempergunakan simbol yang telah ditetapkan/distandardisasikan. Diagram rangkaian ini merupakan dokumen yang sangat penting, yang dibutuhkan oleh bagian perawatan, untuk memperbaiki dan merawat sistem kontrol listrik. Ada beberapa cara untuk menampilkan/menggambarkan fungsi, operasi peralatan serta instalasi rangkaian. Diagram Kabel (Wiring Diagram) Pada sistem penunjukkan ini semua peralatan ditampilkan dalam satu gambar, baik itu rangkaian kontrol dan juga rangkaian utama, serta diatur berdasarkan sambungan jalur kabel. Sistem ini biasanya digunakan pada jaringan / rangkaian listrik pada kendaraan bermotor, mesin perkakas yang ringkas ataupun peralatan pabrik lainnya. Cara penggambarannya, penyimpanan peralatan yang digunakan bisa dimana saja, asalkan menyambungkan jaringan kabelnya betul-betul diperhatikan. Contoh gambar instalasi kabel:
  • 27. 4–27 380 V T1 K1 K2 U V W M 3 S2 S1 S3 Anticlockwise rotation Stop Clockwise Rotation M1 F1 220 V L1 L2 F2 L1 L2 L3 380 V 50 Hz
  • 28. 4–28 Diagram Rangkaian Dibandingkan dengan penggambaran instalasi kabel, dimana penggambaran rangkaian kontrol dan utamanya dijadikan satu, maka pada penggambaran rangkaian secara skematis ini ditampilkan berdasarkan fungsinya. Dengan cara menggambarkan rangkaian kontrol dan rangkaian utama dipisahkan. Pada sistem ini penggambaran untuk sambungan (NC dan NO) relay untuk keperluan latching (mengunci sambungan) ataupun memutus sambungan akan digambarkan pada rangkaian kontrol. Penggambaran rangkaian secara skematis biasanya menggunakan garis lurus, dimana L1 23 24 K1 K2 11 12 F1 S1 Off Anticlockwise Clockwise rotation K2 K1 A1 S3 rotation S2 K1 K2 A2 11 12 A1 A2 23 24 arus listrik mengalir dari atas ke bawah. Di bawah ini ditampilkan gambar dengan fungsi yang sama dengan penggambaran instalasi kabel. L1 L2 L3 380 V 50 Hz F2 K1 K2 F1 U V W M1
  • 29. 4–29 Diagram Rangkaian Dasar Pada tingkat tertentu, misalnya dalam penggambaran awal, penggambaran rangkaian ini tidak bisa langsung lengkap/komplit, melainkan dibuat dahulu sketsa fungsinya (pre-desain) dengan hanya menggambarkan hal yang penting-penting saja. Begitu pula untuk penunjukkan perlengkapannya hanya cukup dengan menunjukkan simbol huruf. Biasanya dalam penggambaran rangkaian dasar yang digambarkan hanya rangkaian utamanya saja. Contoh penggambaran Diagram Rangkaian Dasar: S1 Main switch K1, K2 Relays F1, F2 Fuses M 3 Motor M 3 S1 F1 K1 K2 F2