SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 22
PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN
Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri
dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri
dari : kegiatan belajar 1-5 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus
pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik
dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis
kompetensi dan sub kompetensi, diuraikan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan
yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua
kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat
mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti
urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan
mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban.
Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain,
jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai.
1
KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 3
EVAPOTRANSPIRASI
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya
evapotranspirasi.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengertian evaporasi dan
transpirasi
b. Mahasiswa dapat menyebutkan alat-alat untuk mengukur evaporasi dan
transpirasi.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
proses evapotranspirasi.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung
evapotranspirasi menggunakan rumus empiris
e. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung
evotranspirasi potensial dengan menggunakan rumus Thotnwhaite.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung
evapotranspirasi dengan metode Penman.
2
BAB III
EVAPOTRANSPIRASI
Air memiliki sifat yang unik yaitu dapat dalam bentuk keadaan padat, cair ddan
gas dimana air tidak mengalami perubahan sifat kimia hanya sifat fisik yang berubah.
Perubahan dari keadaan cair menjadi padat dan gas melibatkan proses penyerapan dan
perpindahan/pelepasan energi panas. Perubahan air dari bentuk padat ke cair disebut
pencairan yang melibatkan proses penyerapan panas. Perubahan dari cair ke uap disebut
pengupan melibatkan proses penyerapan panas. Perubahan uap menjadi cair melibatkan
pelepasan panas disebut kondensasi. Perubahan uap menjadi padat dan sebaliknya disebut
sublimasi dimana proses menyerap dan melepaskan energi panas yang dikandung oleh air
ke dan dari lingkungan.
Proses-proses perubahan wujud air terlibat dalam proses evaporasi. Tidak
semua prespirasi yang mencapai permukaan secara langsung berinfiltrasi ke dalam tanah
atau melimpas di atas permukaan tanah. Sebahagian daripada hujan, secara langsung atau
setelah penyimpanan permukaan (atau bawah permukaan), hilang dalam bentuk evaporasi
dan transpirasi (Eagleson, 1970). Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat
penting dalam pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi ataupun
transpirasi dari air ataupun permukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat
ini (Wartena,1974). Akan tetapi, beberapa metode yang tidak langsung telah
dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima. Jika keragaman
waktu evaporasi permukaan air bebas berbanding langsung dengan radiasi bersih, kita
dapat mengharapkan nilai-nilai maksimum pada tengah hari. Namun, ini hanya benar
pada tubuh –tubuh air yang kecil. Tubuh –tubuh air yang besar, menyimpan sejumlah
panas yang nyata melalui kedalamannya dan ini akan tersedia untuk evaporasi kemudian.
Dengan demikian, evaporasi dapat berlangsung sepanjang malam. Evapotranspirasi
potensial, Ep = evapotranspirasi yang akan berlangsung hanya bila pasokan air tidak
terbatas bagi stomata tanaman dan permukaan tanah lebih dekat pada fase dengan radiasi
matahari karena hanya sedikit panas di simpan oleh tanaman dan stomata menutup
selama malam hari. Variabilitas waktu evapotranspirasi mengikuti pola yang sama seperti
3
evaporasi permukaan air bebas ( Eo ) pada kawasan-kawasan yang tidak kekurangan air.
Pada daerah yang lebih kering ia mungkin berbeda cukup besar. Pada daerah yang kering,
evapotranspirasi actual ( Ea ), yaitu jumlah evapotranspirasi aktual, erat hubungannya
dengan curah hujan. Keragaman ruang (spatial variation) lebih penting dibandingkan
dengan keragaman waktu dalam hal evapotranspirasi potensial. Untuk evapotranspirasi
aktual, perbedaan yang signifikansi antara keragaman waktu dan ruang hanyalah kecil
sekali. Walaupun pengetahuan tentang keragaman ruang evaporasi yang berskala kecil
sangat terbatas, hal tersebut tidak banyak beragam seperti presifitasi. Karena itu,
diperlukan suatu jaringan evaporasi yang kurang padat. Untuk perkiraan evaporasi
pendahuluan, Linsley ( 1958), menyarankan suatu stasiun per 5200 km2
.
Walaupun diketahui bahwa sejumlah faktor mempengaruhi laju evapotranspirasi,
adalah sulit sekali untuk menilai kepentingan relatif masing-masing faktor. Faktor-faktor
utama yang berpengaruh adalah ( Ward, 1967 ) :
1. Faktor faktor meteorologi.
a. Radiasi matahari
b. Suhu udara dan permukaan
c. Kelembaban
d. Angin
e. Tekanana barometer
2. Faktor – faktor geografi
a. Kualitas air ( warna , salinitas, dll )
b. Jeluk tubuh air
c. Ukuran dan bentuk permukaan air
3. Faktor-faktor lainnya
a. Kandungan lengas tanah
b. Karakteristik kapiler tanah
c. Jeluk muka air tanah
d. Warna tanah
e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
f. Ketersediaan air ( hujan, irigasi, dll).
4
A. Fisika Evaporasi
Bila orang memandang permukaan air yang sama sekali bebas dan menambahkan
pada tubuh air ini suatu masukan bersih energi panas maka energi kinetik molekul air
akan naik. Pada waktu tertentu, energi kinetik ini akan begitu tinggi sehingga beberapa
molekul air akan mampu keluar melalui antar muka cairan-gas. Jumlah panas yang
diserap oleh suatu satuan massa air ketika berubah dari keadaan cair ke uap pada suatu
suhu konstan disebut panas penguapan laten ( = L ) ini sedikit beragam dengan suhu ( L
= 597.3 – 0.566 ( T ) ; dimana T pada O
C dan L dalam kalori ), tetapi untuk maksud-
maksud praktis L = 600 kalori diambil untuk menguapkan 1 gram air. Jika molekul-
molekul keluar, energi kinetik menurun dan karenanya tidak dapat masuk kembali ke
dalam cairan dan mulai mengakumulasi di udara di atas antar muka cairan-gas. Pada
suatu campuran gas, masing-masing memberikan suatu tekanan, bebas dari gas-gas
lainnya, yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial yang diberikan oleh uap air disebut
tekanan uap aktual ( = e ).
Dengan demikian penguapan yang terus menerus akan menyebabkan peningkatan
tekanan uap yang terus menerus pula di udara tepat di atas pemukaan air, hingga
akhirnya kondensasi dimulai. Bila laju penguapan adalah sama dengan laju kondensasi
(terjadi bila udara mengandung jumlah uap air maksimum pada temperatur tertentu),
udara ada saat itu adalah jenuh. Kini molekul air melewati antar muka pada kedua arah
pada laju yang sama. Tekanan yang diberikan oleh uap pada tingkat kejenuhan ini disebut
tekanan uap jenuh ( = e s ). Tekanan uap aktual beragam antara 0 dan es, Pada tabel 5.2
disajikan keragaman tekanan uap jenuh ( diukur dalam bar atau mm Hg ; 1 bar = 10 6
dyne / cm 2
, 1 millibar = 103
dyne/cm 2
, 1 mm Hg = 1.36 millibar ) dengan suhu. Tabel
ini di plotkan dengan gambar 5-5. Dengan menggunakan gambar ini karakteristik-
karakterisik dapat didefenisikan :
1. Kelembaban nisbi =
h = e/es x 100
e = tekanan uap aktual
es = tekanan uap jenuh
Nisbah persentase jumlah air aktual pada suatu ruang tertentu dengan jumlah air
pada ruang yang sama bila ruang ini dijenuhkan.
5
2. Defisit kejenuhan
dk= es - e = e s ( 1 – h )
h = kelembaban nisbih
3. Titik embun = Td : suhu dimana es menjadi sama dengan e. dengan kata lain, suhu
sesuai dengan kondensasi pada es .
4. Suhu bola basah = Tw : suhu sampai dimana udara asli dapat diembunkan dengan
menguapkan air di dalamnya.
Pengukuran-pengukuran kelembaban dilakukan pada tempat yang sama seperti
suhu udara (sekitar 2 meter di atas tanah). Alat yang disebut psikometer biasa digunakan
untuk mengukur kelembaban atmosfir. Alat tersebut terdiri atas dua termometer (gambar
5-6) dan salah satunya disebut suhu bola basah berhubung reservoirnya (bola) ditutup
dengan kain kasa (kain katun halus yang tipis) yang dijenuhkan dengan air. Termometer
lainnya memiliki bola yang kering.. termometer diventilasikan (untuk mendapatkan suhu
bola basah yang benar) dan dilindungi terhadap radisi (untuk menghindari penguapan).
Perbedaan antara kedua pembacaan adalah depresi bola basah dan digunakan untuk
menghitung titik embun, kelembaban nisbi dan tekanan uap.
Alat tersebut didasarkan atas injeksi udara (gambar 5-6) ke dalam alkohol dimana
termometer diletakkan. Alkohol menguap dan menyerap panas dari selaput perak dan
gelas. Akibatnya, termometer menunjukkan suhu yang sama dengan kondensasi pada
tekanan uap kejenuhan (es).
Osmometer merupakan higrometer yang diventilasikan . radar optik laser dan
hidrometer penyerap radiasi infra merah dipergunakan (Seyhan, 1972) untuk
pengukuran-pengukuran kelembaban pada tempat-tempat yang tinggi (4 km).
Bila mempertimbangkan tentang evaporasi, sangatlah berguna untuk membayang-
kan proses yang digambarkan pada gambar 5-4. Tentu saja, ada perbedaan suhu diantara
udara dan permukaan air. Tetapi pada perhitungan evaporasi, pendekatan-pendekatan
baik dengan menganggap perbedaan-perbedaan ini dapat diabaikan maupun menerima
peredaan ini sebagai kesatuan kuantitatif, keduanya digunakan. Bila suhu permukaan air
dan suhu udara dianggap sama (yang dalam kenyataan jarang sekali) , evaporasi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan epirisme berdasar pada hokum
6
Dalton yang mengemukakan bahwa evaporasi air permukaan bebas (Eo) sebanding
dengan defisit kejenuhan ( es – e ) dan kecepatan angin ( u ). Dengan formula :
Eo = [ e ( es - e ) ] [ f (u) ]
Persamaan empiris yang umumnya berlaku berdasarkan atas hokum Dalton adalah :
Eo = 0.35 (es - e ) ( 0,5 + 0,54 u2 )
Dimana : Eo = evaporasi air permukaan bebas (mm / hari )
es = tekanan uap kejenuhan pada suhu udara (mmHg)
e = tekanan uap aktual dalam udara ( mmHg )
u2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (m /
detik).
Suatu persamaan empiris yang dikembangkan oleh Meyer ( 1912 ) sebagai :
Eo = 0,36 (es - e ) (1 – 0,1 u25 )
Dimana : Eo = penguapan permukaan terbuka ( inci / hari )
es = tekanan uap kejenuhan pada suhu permukaan air ( inci / Hg )
suhu permukaan air dianggap sama dengan suhu udara.
e = tekanan uap aktual pada suhu udara ( inci – Hg )
u25 = kecepatan angin pada ketinggian 25 kaki di atas permukaan tanah
(m/jam).
Bila suhu udara dan air berbeda ( yang biasanya terjadi ), maka digunakan suatu rumus
bentuk :
Eo. = [ e (eb - e) ] [ f (u) ]
Eb adalah tekanan uap penjenuhan lapisan batas udara ( selaput tipis pada gambar
5 – 4 ), yang temperaturnya, Tb , adalah tidak sama dengan temperatur-temperatur udara
atau air dan adalah sebenarnya tidak mungkin untuk diukur ( menurut Penman suhu itu
tidak diketahui). Karena itu, hanyalah rumus-rumus empiris saja yang dikembangkan.
Untuk Ijssel di negeri Belanda suatu rumus dikembangkan sebagai berikut :
Eo = 0,345 ( el – e) ( 1+0.25 u6 )
Dimana : Eo = Evaporasi air permukaan bebas ( mm/hari)
el = Tekanan uap penjenuhan pada suhu Tl dari permukaan danau (mmHg)
e = Tekanan uap aktual pada suhu udara (mmHg)
7
u6 = Kecepatan angin pada ketinggian 6 meter diatas permukaan tanah
( m/detik).
Kita tidak boleh lupa, bahwa semua rumus tersebut hanya bersifat regional saja
dan hanya dapat dipergunakan pada kawasan-kawasan itu atau yang serupa.
B. Terminologi Evaporasi
3. Evaporasi
4. Transpirasi
5. Evapotranspirasi
6. Penggunaan konsumtif, yaitu jumlah air yang digunakan oleh vegetasi yang
ditanam atau alami dalam transpirasi ataupun dalm membentuk jaringan
tanaman, bersama sama dengan air yang dievaporasikan dari tanah yang
beerdekatan, salju ataupun dari presipitasi yang diintersepsi ( Chow, 1964 ).
7. Kerja air, yaitu jumlah air irigasi yang dipergunakan pada suatu daerah tertentu
untuk maksud mendewasakan tanamannya ( Chow, 1964).
8. Kebutuhan irigasi, yaitu jumlah air ( presipitasi eksklusif), meliputi evaporasi
permukaan dan buangan-bunagan lainnya yang tidak dapat dihindarkan secara
ekonomis, yang dibutuhkan untuk menghasilkan tanaman ( Chow, 1964)
9. Kebutuhan air, yaitu jumlah air, termasuk evaporasi permukaan dan buangan-
buangan lainnya yang secara ekonomis tidak dapat dihindarkan, diperlukan oleh
tanaman tertentu, pada periode tertentu, untuk pertumbuhan normalnya pada
kondisi lapangan ( Chow., 1964).
C. Pengukuran Evaporasi
Meskipun secara teoritis pengukuran evaporasi tidak merupakan kesulitan-
kesulitan besar, dalam praktek ini tidak benar dikarenakan ketelitian yang tinggi sulit
dipertahankan. Dalam teknik yang lebih halus seperti metode keseimbangan panas atau
transfer massa, peralatan mahal yang peka, memerlukan perawatan yang teratur harus
digunakan untuk memenuhi ketelitian pengamatan yang diperlakukan.
8
Evapotranspirasi potensial dapat didekati hingga cukup teliti dengan teknik panci
sederhana dengan bantuan faktor konversi dan dengan sejumlah rumus-rumus empiris
dan semi empiris. Namun, evapotranspirasi aktual lebih sulit dan lebih mahal untuk diuji.
1. Atmometer
Atmometer adalah alat-alat kecil yang mengukur kapasitas penangkapan udara
untuk air (kemampuan udara untuk mengeringkan). Pembacaan yang diberikan oleh
atmometer disebut evaporasi laten (yang dinyatakan dalam cm3
air per hari ) dan diberi
batasan sebagai evaporasi maksimum yang mungkin dapat diperoleh dari permukaan
yang basah, datar, horizontal yang dipajangkan pada kondisi-kondisi meteorologi energi
matahari dan angkasa, angin, suhu dan tekanan uap. Pembacaan bukanlah merupakan
angka aktual dan digunakan sebagai pembanding. Sebelum alat ini dapat digunakan
secara praktis, suatu konstanta korelasi harus dikembangkan antara Eo dan evaporasi
laten . misalnya , Eo = 0,56 Epiche digunakan untuk Gedaref di Sudan.
a. Atmometer piche : Atmometer yang dibuat oleh Piche (1872) adalah tabung gelas
(panjangnya 29 cm dan diameternya 1 cm ) yang ditutup rapat pada ujungnya.
Tabung tersebut diisi dengan air suling dan piringan kertas saring putih dijepit
menutupi ujung yang terbuka. Selanjutnya, alat tersebut digantungkan ke bawah
dan evaporasi berlangsung dari piringan kertas basah (Ward, 1967). Garis-garis
skala pada tabung (Gambar 5-7) menunjukkan evaporasi. Karena terdapat
persediaan air yang melimpah maka jumlah yang terukur dapat dianggap sebagai
evaporasi potensial, ini adalah alat dengan konstruksi, pemeliharaan dan
pembacaan yang mudah, tetapi peka terhadap kecepatan angin dan biasanya
diletakkan dalam suatu tabir (lihat Klausing dalam Eckardt, 1965; Berlade dalam
Simposium Evaporasi, 1959).
b. Atmometer Livingstone : Alat yang diuraikan oleh Livingstone (1915), terdiri atas
bola porselin putih porous ( diameter sekitar 5 cm ) yang diisi penuh air melalui
suatu hubungan pada reservoir persediaan air. Alat ini juga dipergunakan dalam
pengukuran radiasi dengan memasang suatu bulatan putih atau hitam. Seperti
halnya atmosfer Piche, alat ini juga peka terhadap angin, dan kondisi kimia pori-
pori bola porselin dapat berubah dengan waktu.
9
c. Atmometer cawan Black Bellanic : Alat ini terdiri atas permukaan porselin porous
(berdiameter 19 cm ) yang di letakkan secara horizontal di udara. Air yang
dialirkan dari suatu reservoir mempertahankan cawan tersebuut tetap basah.
2. Panci (Pan)
Evaporasi permukaan air basah secara langsung diukur dengan mencatat
pengurangan dengan tinggi di muka air dalam panci. Metode ini sangat sederhana dan
paling sering digunakan.
a. Panci di atas tanah : Kerugian panci ini adalah bahwa evaporasi dari panci dalam
hubungannya dengan evaporasi air permukaan bebas ( Eo) disebabkan oleh
radiasi ekstra yang jatuh pada sisi-sisi panci. Tipe panci ini, karena paling mudah
bekerjanya dan memeliharanya, paling luas digunakan. Panci kelas A Biro cuaca
AS digunakan hampir di seluruh dunia. Alat tersebut dibuat dari logam galvanic,
berdiameter 4 kali dan dalamnya 10 inci dan biasanya dipasang pada panggung
kayu dengan tinggi sekitar 6 inci untuk memberikan sirkulasi udara yang bebas
dibawahnya maka air dipertahankan 2-3 inci di bawah tepi alat.
b. Panci dalam tanah atau tanaman : Meskipun pemanasan dinding panci karena
radiasi langsung dapat dihindari, sumber-sumber kesalahan lain disebabkan oleh
panci yang ditanam. Pertukaran panas yang cukup besar antara panci dan tanah
sekitarnya, kebocoran yang tak terduga, pengaruh penyaringan vegetasi disekitar
panci, kemasukan kotoran, kesulitan memasang dan memelihara merupakan
beberapa kerugian tipe panci ini. Muka air dipertahankan 2-3 inci dibawah
bingkai (panci MO) dan diukur seperti pada tipe di atas tanah dengan mekanisme
apung lainnya. Panci yang ditanam cukup dalam (berdiameter sekitar 7 kaki )
memberikan hasil yang lebih baik dari pada yang kecil (Ward, 1967)
c. Panci apung : tipe ini yang mengapung pada permukaan danau, kehilangan
popularitasnya (meskipun dianggap memberikan hasil korelatif terbaik dengan
danau ) karena kesulitan pengamatannya biayanya tinggi dan percikan oleh
pengaruh gelombang. Terdapat beberapa perbedaan antara evaporasi panci apung
dan evaporasi danau karena kapasitas penyimpanan panas danau adalah berbeda,
karena panci tidak berombak (karena gerakan udara di atas danau lebih turbulen)
10
dan pertukaran panas antara air panci dan udara air panci dan udara yang berbeda
pertukaran panas antara danau dan udara.
Sebagaimana telah dimengerti sampai sekarang, evaporasi panci lebih
besar daripada evaporasi air permukaan bebas ( Eo). Karena itu, perlu sekali
menggunakan koefisien korelasi atau koefisien panci untuk memperoleh
evaporasi yang benar. Koefisien ini disajikan pada table 5-4 untuk panci-panci
yang berlainan. Akan nampak bahwa ini merupakan faktor-faktor koreksi tahunan
dan tidak dianjurkan untuk konfersi bulanan.
Dengan menggunakan Hukum Dalton dan menganggap bahwa suhu
permukaan air ( Tl ) danau sama dengan suhu udara ( Ta) suatu persamaan umum
dapat dikembangkan sebagai berikut :
E Panci = C { esp - e} f (u)
EO = C { es1 - e } f (u)
Dimana : esp = tekanan uap kejenuhan udara pada suhu air permukaan panci
es1 = tekanan uap kejenuhan udara pada suhu air permukaan danau
e = tekanan uap aktual pada suhu udara
f (u) = fungsi kecepatan angin.
3. Tangki
Adalah sulit untuk mengukur evaporasi dari permukaan yang tidak terus menerus
basah, seperti tanah dan daerah-daerah yang bervegatasi. Metode paling praktis pada
pengukuran ini adalah dengan cara lisimeter. Tangki merupakan bentuk lisimeter yang
primitif. Tangki tertutup pada semua sisi ( juga dasar bawah) dan diisi dengan tanah, jika
mungkin utuh. Suatu kondisi kelembaban yang konstan dipertahankan dengan menambah
setiap saat jumlah air yang terukur, dari atas atau bawah dengan muka air yang tetap.
Dalam kombinasi dengan pengukur hujan evapotranspirasi aktual diukur. Tangki-tangki
digunakan terutama untuk penentuan evaporasi tanah. Tetapi data yang didapatkan dari
pengukuran tangki sangat terbatas karena tidak mewakili kondisi alami.
11
Alat tersebut juga dapat merupakan tipe timbangan untuk menentukan perubahan-
perubahan berat karena evaporasi. Di Uni Soviet dan negara lainnya digunakan tangki
dengan luas 20 m2
(WMO, 1970)
4. Evapotranspirometer
Pada dasarnya evapotanspirometer terdiri atas dua atau tiga tangki kedap air yang
sempit dan biasanya digunakan untu mengukur evapotranspirasi potensial dengan
mengisolasikan suatu blok tanah yang lembab dan mengukur neraca airnya. Tangki diisi
dengan tanah yang menopang penutup vegetasi yang tak terputus (biasanya rumput), dan
dihubungkan dengan pipa pada reservoir penampung air yang ditempatkan pada tangki
sentral. Tiga tangki tanah menjamin derajat keterpercayaan yang lebih besar (Ward,
1967). Air memasuki tangki tanah (Gambar 5-9) hanya dari atas baik secara alami
maupun secara buatan. Air yang terpekolasi dikumpulkan pada reservoir dan biasanya
diukur setiap hari. Kandungan air dalam tangki dipertahankan diatas kapasitas lapangan
sehingga evapotranspirasi potensial dapat terjadi dari permukaan tanah vegetasi (WMO,
1970).
Untuk evapotranspirometer :
a). Permukaan tanah dalam tangki harus mewakili kawasan sekitarnya
b). Petak cukup rata, terbuka, berumput harus dipilih sebagai suatu tapak yang cocok
c). Vegetasi pada tangki tanah harus berukuran tinggi yang sama seperti vegetasi
disekitarnya
d). Untuk menghindarkan pengaruh udara kering yang panas di sekitarnya (setelah
periode kering yang panjang), suatu kawasan penyangga sekitar tangki tanah harus di
airi atau suatu pembetulan harus diberikan pada pengukuran Ep yang berlebihan
(Ward, 1967)
5. Lisimeter
Kalau pada evapotranspirometer, tujuannya adalah untuk mengetahi kehilangan
air potensial, pada kasus lisimeter tujuannya adalah untuk mengukur evapotranspirasi
aktual. Karena itu lisimeter harus menggambarkan kawasan sekitarnya (penutup vegetasi,
kondisi permukaan, struktur tanah, porositas, stratifikasi, infiltrasi, permeabilitas dan
12
karakteristik kapiler). Ukuran tangki lisimeter jelas merupakan faktor yang penting.
Makin besar tangki, makin kecil pengaruh tepi tangki dan lebih mungkin bahwa
perakaran vegetasi akan sama dengan perakaran pada kawasan sekitarnya. Tatapi untuk
lisimeter tipe timbangan ukurannya akan sangat terbatas (WMO, 1970).
Evapotranspirasi aktual ditentukan dengan persamaan neraca, tetapi perubahan
dalam cadangan hanya dapat diperoleh untuk lisimeter tipe yang dapat ditimbang dan
tidak diketahui untuk lisimeter tipe yang tidak dapat ditimbang. Karena itu, lisimeter non
timbangan hanya digunakan jika diperlukan total evapotranspirasi aktual periode panjang.
Beberapa lisimeter mempunyai muka air yang dipertahankan secara buatan pada
jeluk yang konstan dan yang lain mempunyai keluaran air (out flow) bebas. Ada lisimeter
yang diisi dengan tanah terganggu dan lisimeter diisi dengan tanah yang utuh. Alat-alat
tersebut digunakan untuk meneliti pengaruh jeluk air tanah, tipe tanah dan vegetasi
terhadap evapotranspirasi aktual, untuk menentukan vegetasi yang paling cocok untuk
penjagaan air tanah maksimum (penambahan air tanah), untuk mengukur kondensasi dan
embun (hanya tipe timbangan) dan untuk menguji keragaman dalam komposisi kimia air
selama perkolasi. Lisimeter hanya dapat digunakan pada kawasan yang datar dan harus
mempunyai jeluk sekurang-kurangnya 1,5-2,0 meter dan luas permukaan tidak boleh
kurang dari 1 cm2
(Volker, 1966). Di negeri Belanda (Maasland, Wengeningen,
Castricum, Rottegatsspolder di Groningen, Amsterdam) lisimeter dapat digunakan selama
80 tahun lebih (Ward, 1967).
6. Penakar dan evaporimeter
Jika tangki digunakan untuk mengukur evaporasi dari tanah yang lembab, penakar
drainase (atau penakar perkolasi) digunakan untuk mengukur evaporasi tanah normal
(Ward, 1967). Tenik ini pertama kali digunakan di Inggris dengan mengukur kuantitas
air yang berperkolasi melalui lapisan tanah atas (topsoil) (yang dipajangkan pada kondisi
meteorologi yang ada ). Evaporasi tanah adalah sama dengan prespitasi minus
perkolasi. Bagian tengah tanah utuh yang ditempatkan pada suatu silinder besi tuang dan
ditopang oleh jaringan kawat pada dasar berbentuk corong. Melalui jaringan kawat dan
corong air dibawa pada suatu pengumpul. Di Rothamsted, Inggris, penakar perkolasi
sedalam 20 inci, 40 inci dan 60 inci digunakan untuk menduga jumlah evaporasi tahunan
13
dan musiman rata-rata. Alat yang serupa evaporimeter Popof digunakan di Jerman dan
Uni soviet (Ward, 1967). Alat ini terdiri atas silinder (sedalam 25 cm dengan luas
penampang melintang 500 cm2
) diisi dengan tanah dan diletakkan pada corong berisi
tanah yang serupa dengan gambar 5-11. Skema kerja adalah serupa dengan penakar
drainase. Masalah utama di dalam mengukur evaporasi tanah normal adalah untuk
menjamin bahwa kondisi tanah pada penakar adalah benar-benar mewakili kondisi utuh
alami.
7. Pengukuran Transpirasi
a. Fitometer, alat ini merupakan bejana logam besar yang diisi dengan tanah yang
ditumbuhi tanaman. Permukaan tanah ditutup rapat untuk mencegah evaporasi
sehingga satu-satunya kehilangan air adalah oleh transpirasi. Kehilangan berat
merupakan petunjuk transpirasi (Meinzer, 1942 ; Franco dan Magalhaes dalam
Eckardt, 1965).
Kesulitan pada metode ini adalah :
1. Sistem perakaran terbatas pada tabung yang nisbi kecil
2. Penutupan pot mempengaruhi laju transpirasi setelah waktu tertentu karena aerasi
yang berkurang
3. Suhu pada medium perakaran, bila pot dipajankan kepada radiasi matahari secara
langsung, meningkat sehingga tingkat yang membahayakan diatas 30 o
C.
4. Kondisi air di dalam pot harus mendapat perhatian yang seksama
b. Protometer : alat ini merupakan bejana yang diisi dengan air dimana tanaman
berakar. Setelah penutupan yang baik, kehilangan bobot diukur sebagai petunjuk
transpirasi (Meinzer, 1942).
c. Metode Timbangan Cepat : Dalam metode ini, daun dipotong dan digantungkan pada
tangan neraca yang peka, yang dipasang disekitarnya sehingga daun tanaman tetap
dapat berada dalam lingkungan yang sama seperti sebelum diambil dari tanaman.
Kehilangan bobot diukur selama beberapa menit setelah pemotongan dan dianggap
mewakili laju transpirasi sebelum pemotongan.
14
d. Metode Gasometri : Metode ini terdiri atas pemasukan suatu daun cabang
maupun tanaman seluruhnya dalam ruangan dari bahan yang transparan ( seperti
gelas pleksi), melewatkan udara dengan kelembaban yang diketahui melalui ruangan
tersebut pada suatu laju yang diketahui dan mengukur kenaikan kandungan air udara
setelah melewati ruangan tersebut.
e. Studi Aliran Sungai : Dengan memindahkan penutup sayuran dari daerah aliran
sungai, ditentukan transpirasinya.
Jumlah transpirasi tergantung pada banyak faktor dan karena itu jumlah yang ditaksir
sangat tidak dapat dipercaya. Inilah sebabya mengapa banyak upaya diberikan di dalam
penaksir evapotranspirasi dan bukan menentukan transpirasi secara terpisah . Sebutan
Nisbah transpirasi digunakan untuk menentukan nisbah bobot air yang ditranspirasikan
terhadap bobot bahan kering yang dihasilkan oleh tanaman ( termasuk akar ). Nisbah ini
sangat beragam dan tidak bernilai praktis, sekurang-kurangnya bagi para ahli Hidrologi
(Ward, 1967 dan chow, 1964).
8. Metode penginderaan jauh
Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih belum
dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap penentuan evapotranspirasi
terletak pada pengkuran jumlah dan lamanya gerakan air dari tanah ke atmosfer. Untuk
peliputan kawasan yang luas, alat yang paling tepat bagi penelitian evaporasi adalah
radiometer infra merah dan pencatat citra dari udara. Tujuannya adalah untuk
menentukan sejauh mana penginderaan dipengaruhi oleh fenomena kelembaban pada
permukaan bumi. Pengukuran stokastik yang diulang sanagt diperlukan untuk lokasi
yang berlainan ( kombinasi tanah dan vegetasi yang berbeda ) dan untuk saat yang
berbeda ( siang dan malam, harian musiman dll) Accelerometer ( yang dipasang pada
pesawat ) mungkin berguna di dalam menentukan pengaruh global turbulensi udara
terhadap laju evapotranspirasi ( Seyhan, 1972 ). Semua informasi teoretis ini sedang diuji
untuk kesimpulan-kesimpulan praktis ( culler dan kawan-kawan, 1976 ).
D. Perkiraan Epaporasi
A. Metode Neraca
15
1. Metode Neraca Air
Jika semua parameter neraca hidrologi ( masukan dan keluaran ) diketahui pada
suatu kawasan ( Daerah aliran sungai, petak dan lain-lain ) kehilangan evapotranspirasi
aktual dapat ditaksir dengan menggunakan metode neraca air ( juga disebut neraca air
atau metode persamaan cadangan ).
Metode ini seperti memandang kawasan seluruhnya sebagai lisimeter.
Persamaan neraca akan menghasilkan ( Gambar 5-12 )
P + I + Gi = Ea + 0 + Go + ∆ S
Dimana : P = presipitasi : diukur dengan penakar presipitasi/hujan.
I = masukan air permukaan : diukur dengan kolom, saluran air, dll.
Gi = masukan air tanah: diukur dengan metode geohidrologik atau dengan
metode radioaktif.
Ea = evapotranspirasi aktual : tidak diketahui
0 = keluaran air permukaan : diukur dengan sekat, saluran air
Go = keluaran air tanah : diukur dengan metode geohidrologi.
S = perubahan dalam cadangan: ditentukan sebagai jumlah 3 bagian yaitu, :
cadangan permukaan, air tanah dan lengas tanah.
Jika pengamatan dilakukan pada suau waktu yang cukup panjang ( misalnya 10
tahun atau lebih ) maka ∆S dapat diabaikan.
2. Metode pemindahan massa
Pemindahan massa (juga disebut difusi atau pemindahan turbulen) didasarkan atas
pendekatan aerodinamika yang mengukur faktor yang mempengaruhi perpindahan aktual
uap air dari suatu permukaan dengan proses difusi dan pengangkutan turbulen. Teori ini
masih belum lengkap, tetapi pendekatan empiris memberikan hasil yang baik. Penerapan
metode ini ditangguhkan karena perlunya pengukuran pada selang waktu yang sangat
pendek (kurang dari 0,3 detik)
Metode perpindahan massa didasarkan atas anggapan (Eagleson, 1970) bahwa
aliran yang tetap (tidak berubah dengan waktu ) seragam kondisi pada semua irisan
melintang adalah identik ) dan aliran turbulen udara melintasi suatu permukaan sebaran
yang tidak terbatas, mencapai suatu kondisi dimana keadaan cairan diudara hanya
16
beragam hanya secara vertical. Hal ini benar sekurang-kurangnya di dekat permukaan
tanah . Perpindahan vertical uap pada aliran udara paralel horizontal ini pada permukaan
datar yang seragam secara tidak terbatas (panjang kekasaran Zo) akan sebanding dengan
hasil kali gradien kecepatan dan gradien tekanan uap.
Kecepatan angin dan kelembaban nisbi diukur pada ketinggian yang berbeda (z)
dangan menggunakan pengindara yang ditempatkan pada suatu tiang (Gambar 5-13).
Karena laju evaporasi (mm/jam)ditentukan atas dasar kelembaban yang sangat kecil dan
perbedaan kecepatan angin pada suatu kisaran ketinggian yang sempit di dalam lapisan
turbulen (minimum pada 2 ketinggian), frekuensi dan ketelitian pengamatan alat harus
sangat tinggi. Suatu alat yang disebut (evapotron kombinasi pengindera pada suatu tiang
dan satuan-satuan pencatat di tanah) dengan mengukur dengan konstanta waktu 0,3 detik
nampaknya cukup.K.N.M.I. telah membuat suatu efapotrondi de Bilt.
Sistem lainnya yang mengunakan anemometer-termometer sonik dan higrometer
infra-merah nampaknya dapat dipercaya (Eagleson, 1970). Teori perpindahan massa
pertama kali dikembangkan oleh Prandtl, Rosby dan Montgomery dan diselidiki dalam
praktek oleh Thornthwaite, Holzman, Deacan, Swimbank dan Eagleson dari metode
penyelidikan ini nampak bahwa:(a) Zo adalah perubah stokastik, (b) metode dapat
digunakan jika kecepatan dan gradien tekanan uap menunjukkan hubungan linear dengan
ketinggian (Gambar 5-13) dan (c) metode dapat dipergunakan pada semua tipe evaporasi
pada setiap tipe permukaan dan pada semua iklim.
Ryan dan kawan kawan (1974) menentukan suatu persamaan empiris evaporasi
air permukaan bebas yang didasarkan kombinasi 2 tipe mekanisme pengangkutan
mekanisme pengangkutan konveksi paksaan adalah karena difusi turbulen yang
diciptakan secara mekanik oleh kekuatan sorong pada batas air mekanisme pengangkutan
konveksi bebas menganggap kondisi bila permukaan air jauh lebih hangat dari pada udara
di atasnya dan bila tidak ada angin yang berhembus pada kasus seperti itu, uap air
diangkut dari permukaan air dengan gaya apung. Persamaannya berdasarkan atas
penjumlahan dari dua mekanisme pengangkutan, yaitu:
Eo = (es – e) [ (1,84 x 10-7
) (Tvs - Tva)1/3
+ (10,9 x 10-9
) (u2) x0
–0,1
]
17
Dimana: Eo : evaporasi air permukaan bebas (Ib massa/kaki2
/ detik)
es : tekanan uap kejenuhan pada suhu permukaan air (Newton/m2
)
e : tekanan uap actual pada suhu udara yang diukur pada ketinggian
2 meter
Tvs : suhu air permukaan sebenarnya (o
F )
Pae
Ts
Tvs
/)(378,01−
=
Ts : suhu permukaan air (o
F)
Pa : tekanan udara (Newton/m2
)
Tva : suhu udara sebenarnya pada ketiggian 2 m (o
F)
Pae
Ta
Tva
/)(378,01−
=
Ta : suhu udara pada ketiggian 2 meter (o
F)
U2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (cm/detik)
X0 : perolehan angin dalam cm ini merupakan jarak yang melintasi
tubuh air parallel dengan arah angin.
3. Metode neraca energi
Metode neraca energi disebut juga metode budget energi didasarkan atas
pendekatan bahwa untuk evaporasi dibutuhkan sejumlah energi tertentu sekitar 590
kalori/gram. Metode ini diawali oleh Smitch (Jerman) pada tahun 1915 dan telah
dimodifikasikan oleh ahli yang lain, terutama oleh Anderson di AS.
Dari sudut hidrologi, hubungan energi pengawetan yang ditulis untuk suatu tubuh
(air, tanah, permukaan lahan dan lain-lain) yang memiliki panas internal yang dapat
diabaikan karena proses-proses kimia dan biologi.
4. Metode korelasi Eddy
Dalam metode ini, evaporasi diberi batasan sebagai fungsi fluktuasi gerakan udara
vertikal dari harga rata-ratanya dan fluktuasi kelembaban spesifik (nisbah massa uap air
dengan massa udara basah) dari harga rata-ratanya (Bruce, 1966). Perhatikan bahwa
pada metode pengalian massa, gerakan horisontal angin harus dipertimbangkan
18
berhubung kebutuhan pengindera angin yang sangat teliti dan kelembaban
operasionalisasi metode ini terhambat.
5. Metode-metode penaksiran lainnya
a. Terdapat banyak rumus evaporasi lainnya yang dikembangkan (Chow, 1964;
Bruce, 1966). Beberapa metode ini sangat baik untuk penerapan lokal
b. Metode-metode statistik (analisis korelasi, regresi dan multi variat) dapat
digunakan di dalam mengembangkan rumus-rumus untuk kawasan yang tidak
mempunyai penakar.
c. Teknik-teknik statistik dapat digunakan dalam mengembangkan suatu penafsiran
evapotranspirasi aktual sebagai suatu fungsi fluktuasi pada permukaan air tanah
yang selanjutnya dianggap sebagai parameter yang terbaik yang ada untuk
kandungan air tanah
d. Meskipun hal tersebut jarang dilakukan, pengkajian laboratorium mengenai
evapotranspirasi juga dilakukan. Satu percobaan dilakukan oleh laboratorium
aeronotika Cornell di AS.
E. Penguran Evaporasi
Pengurangan evaporasi dengan mengendalikan laju penguapan air adalah
penting dari segi ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara :
1. Mengurangi permukaan air yang terbuka
2. Menutup dengan bahan yang mengapung yang memiliki
koefisien refleksi yang tinggi
3. Menggunakan suatu penutup plastik yang mengapung
4. Menyediakan suatu atap di atas kawasan
5. Menghilangkan vegetasi yang tak perlu khususnya dalam air
yang menyebabkan transpirasi yang tinggi
6. Menggunakan lapisan permukaan
7. Menyimpan air pada reservoir tanah
8. Memperlakukan tanah dengan bahan-bahan kimia utuk
mengurangi transpiras
19
KESIMPULAN
1. Evapotranspirasi adalah proses dimana air menjadi uap.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah :
a. Faktor-faktor meteorologi
1. Radiasi matahari
2. Suhu udara dan permukaan
3. Kelembaban
4. Agin
5. Tekanan barometer
b. Faktor-faktor geografi
1. Kualitas air
2. Seluk tubuh air
3. Ukuran dan bentuk permukaan
c. Faktor-faktor lainnya
1. Kandungan lengas tanah
2. Karakeristik kapiler tanah
3. Jeluk muka air tanah
4. Warna tanah
5. Tipe, kerapatan dan tinggimya vegetasi
6. Ketersediaan air
Soal-Soal
1. Jelaskan pengertian evaporasi dan transpirasi
20
2. Jelaskan cara mengukur evaporasi dan transpirasi.
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
evapotranspirasi.
4. Jelaskan cara menghitung evapotranspirasi menggunakan rumus empiris
5. Jelaskan cara menghitung evapotranspirasi potensial dengan menggunakan rumus
Thorontnwhaite.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evapotranspirasi
dengan metode Penman.
Daftar Pustaka
1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University
2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University.
3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Nova Bandung.
5. Wilson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.
21
22

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaBoaz Salosa
 
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeterAhmad Kanzu Firdaus
 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuudhiye
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
EvapotranspirasiJoel mabes
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanibram77
 
2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt
2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt
2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.pptSalmanAP2
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatAndi Azizah
 
Kuliah 1 siklus hidrologi
Kuliah 1 siklus hidrologiKuliah 1 siklus hidrologi
Kuliah 1 siklus hidrologiRamal Sihombing
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
EvapotranspirasiRahma Rizky
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 

Mais procurados (20)

Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
Makalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanamanMakalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanaman
 
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air baku
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
Evapotranspirasi
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan
 
Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi (Penguapan)Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi (Penguapan)
 
2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt
2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt
2. HIDROMETRI dan Debit ANDALAN.ppt
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Kuliah 1 siklus hidrologi
Kuliah 1 siklus hidrologiKuliah 1 siklus hidrologi
Kuliah 1 siklus hidrologi
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
Kelembaban udara
Kelembaban udaraKelembaban udara
Kelembaban udara
 
Berat volume
Berat volumeBerat volume
Berat volume
 
Siklus hidrologi
Siklus hidrologiSiklus hidrologi
Siklus hidrologi
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
Evapotranspirasi
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
 

Semelhante a Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi

Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptx
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptxEVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptx
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptxFauzanNabil5
 
Laporan 4
Laporan 4Laporan 4
Laporan 4isanuri
 
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaPengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaariesmoela
 
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docxDairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docxPUSHPALATHAAPTHAYAMA
 
enguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdf
enguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdfenguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdf
enguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdfMita622040
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalJoel mabes
 
Teknologi humidifikasi.pptx
Teknologi humidifikasi.pptxTeknologi humidifikasi.pptx
Teknologi humidifikasi.pptxTengkuHastriad
 
Laporan 3
Laporan 3Laporan 3
Laporan 3isanuri
 
Makalah perubahan iklim
Makalah perubahan iklimMakalah perubahan iklim
Makalah perubahan iklimirham kajang
 
Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Walter Malau
 
Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)
Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)
Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)Pratiwi Lilapraba
 
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWANKELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWANAsmawi Abdullah
 

Semelhante a Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi (20)

Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
 
Soal kuis
Soal kuisSoal kuis
Soal kuis
 
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
 
Evaporation.ppt
Evaporation.pptEvaporation.ppt
Evaporation.ppt
 
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptx
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptxEVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptx
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI.pptx
 
Laporan 4
Laporan 4Laporan 4
Laporan 4
 
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaPengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
 
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docxDairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
 
enguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdf
enguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdfenguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdf
enguapan-sebagai-energi-pengaktifan-penguapan-3-pdf-free-2.pdf
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
 
Makalah terjadinya embn
Makalah terjadinya embnMakalah terjadinya embn
Makalah terjadinya embn
 
Teknologi humidifikasi.pptx
Teknologi humidifikasi.pptxTeknologi humidifikasi.pptx
Teknologi humidifikasi.pptx
 
Laporan 3
Laporan 3Laporan 3
Laporan 3
 
Makalah perubahan iklim
Makalah perubahan iklimMakalah perubahan iklim
Makalah perubahan iklim
 
Makalah terjadinya embn
Makalah terjadinya embnMakalah terjadinya embn
Makalah terjadinya embn
 
Tekanan
TekananTekanan
Tekanan
 
Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7
 
Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)
Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)
Makalah Temperatur dan Panas (Fisika)
 
Global warning
Global warningGlobal warning
Global warning
 
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWANKELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
KELEMBAPAN UDARA DAN PEMBENTUKAN AWAN
 

Mais de Nurul Afdal Haris

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Nurul Afdal Haris
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarNurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Nurul Afdal Haris
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahNurul Afdal Haris
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinNurul Afdal Haris
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaNurul Afdal Haris
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalNurul Afdal Haris
 
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiMateri Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 

Mais de Nurul Afdal Haris (20)

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
 
Laporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi DasarLaporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi Dasar
 
Laporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi DasarLaporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi Dasar
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
 
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiMateri Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
 

Último

Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024panyuwakezia
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 

Último (20)

Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 

Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi

  • 1. PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri dari : kegiatan belajar 1-5 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis kompetensi dan sub kompetensi, diuraikan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban. Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai. 1
  • 2. KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 3 EVAPOTRANSPIRASI 1. Tujuan Umum Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya evapotranspirasi. 2. Tujuan Khusus Pembelajaran a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengertian evaporasi dan transpirasi b. Mahasiswa dapat menyebutkan alat-alat untuk mengukur evaporasi dan transpirasi. c. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses evapotranspirasi. d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evapotranspirasi menggunakan rumus empiris e. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evotranspirasi potensial dengan menggunakan rumus Thotnwhaite. f. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evapotranspirasi dengan metode Penman. 2
  • 3. BAB III EVAPOTRANSPIRASI Air memiliki sifat yang unik yaitu dapat dalam bentuk keadaan padat, cair ddan gas dimana air tidak mengalami perubahan sifat kimia hanya sifat fisik yang berubah. Perubahan dari keadaan cair menjadi padat dan gas melibatkan proses penyerapan dan perpindahan/pelepasan energi panas. Perubahan air dari bentuk padat ke cair disebut pencairan yang melibatkan proses penyerapan panas. Perubahan dari cair ke uap disebut pengupan melibatkan proses penyerapan panas. Perubahan uap menjadi cair melibatkan pelepasan panas disebut kondensasi. Perubahan uap menjadi padat dan sebaliknya disebut sublimasi dimana proses menyerap dan melepaskan energi panas yang dikandung oleh air ke dan dari lingkungan. Proses-proses perubahan wujud air terlibat dalam proses evaporasi. Tidak semua prespirasi yang mencapai permukaan secara langsung berinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan tanah. Sebahagian daripada hujan, secara langsung atau setelah penyimpanan permukaan (atau bawah permukaan), hilang dalam bentuk evaporasi dan transpirasi (Eagleson, 1970). Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi ataupun transpirasi dari air ataupun permukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini (Wartena,1974). Akan tetapi, beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima. Jika keragaman waktu evaporasi permukaan air bebas berbanding langsung dengan radiasi bersih, kita dapat mengharapkan nilai-nilai maksimum pada tengah hari. Namun, ini hanya benar pada tubuh –tubuh air yang kecil. Tubuh –tubuh air yang besar, menyimpan sejumlah panas yang nyata melalui kedalamannya dan ini akan tersedia untuk evaporasi kemudian. Dengan demikian, evaporasi dapat berlangsung sepanjang malam. Evapotranspirasi potensial, Ep = evapotranspirasi yang akan berlangsung hanya bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata tanaman dan permukaan tanah lebih dekat pada fase dengan radiasi matahari karena hanya sedikit panas di simpan oleh tanaman dan stomata menutup selama malam hari. Variabilitas waktu evapotranspirasi mengikuti pola yang sama seperti 3
  • 4. evaporasi permukaan air bebas ( Eo ) pada kawasan-kawasan yang tidak kekurangan air. Pada daerah yang lebih kering ia mungkin berbeda cukup besar. Pada daerah yang kering, evapotranspirasi actual ( Ea ), yaitu jumlah evapotranspirasi aktual, erat hubungannya dengan curah hujan. Keragaman ruang (spatial variation) lebih penting dibandingkan dengan keragaman waktu dalam hal evapotranspirasi potensial. Untuk evapotranspirasi aktual, perbedaan yang signifikansi antara keragaman waktu dan ruang hanyalah kecil sekali. Walaupun pengetahuan tentang keragaman ruang evaporasi yang berskala kecil sangat terbatas, hal tersebut tidak banyak beragam seperti presifitasi. Karena itu, diperlukan suatu jaringan evaporasi yang kurang padat. Untuk perkiraan evaporasi pendahuluan, Linsley ( 1958), menyarankan suatu stasiun per 5200 km2 . Walaupun diketahui bahwa sejumlah faktor mempengaruhi laju evapotranspirasi, adalah sulit sekali untuk menilai kepentingan relatif masing-masing faktor. Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah ( Ward, 1967 ) : 1. Faktor faktor meteorologi. a. Radiasi matahari b. Suhu udara dan permukaan c. Kelembaban d. Angin e. Tekanana barometer 2. Faktor – faktor geografi a. Kualitas air ( warna , salinitas, dll ) b. Jeluk tubuh air c. Ukuran dan bentuk permukaan air 3. Faktor-faktor lainnya a. Kandungan lengas tanah b. Karakteristik kapiler tanah c. Jeluk muka air tanah d. Warna tanah e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi f. Ketersediaan air ( hujan, irigasi, dll). 4
  • 5. A. Fisika Evaporasi Bila orang memandang permukaan air yang sama sekali bebas dan menambahkan pada tubuh air ini suatu masukan bersih energi panas maka energi kinetik molekul air akan naik. Pada waktu tertentu, energi kinetik ini akan begitu tinggi sehingga beberapa molekul air akan mampu keluar melalui antar muka cairan-gas. Jumlah panas yang diserap oleh suatu satuan massa air ketika berubah dari keadaan cair ke uap pada suatu suhu konstan disebut panas penguapan laten ( = L ) ini sedikit beragam dengan suhu ( L = 597.3 – 0.566 ( T ) ; dimana T pada O C dan L dalam kalori ), tetapi untuk maksud- maksud praktis L = 600 kalori diambil untuk menguapkan 1 gram air. Jika molekul- molekul keluar, energi kinetik menurun dan karenanya tidak dapat masuk kembali ke dalam cairan dan mulai mengakumulasi di udara di atas antar muka cairan-gas. Pada suatu campuran gas, masing-masing memberikan suatu tekanan, bebas dari gas-gas lainnya, yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial yang diberikan oleh uap air disebut tekanan uap aktual ( = e ). Dengan demikian penguapan yang terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan uap yang terus menerus pula di udara tepat di atas pemukaan air, hingga akhirnya kondensasi dimulai. Bila laju penguapan adalah sama dengan laju kondensasi (terjadi bila udara mengandung jumlah uap air maksimum pada temperatur tertentu), udara ada saat itu adalah jenuh. Kini molekul air melewati antar muka pada kedua arah pada laju yang sama. Tekanan yang diberikan oleh uap pada tingkat kejenuhan ini disebut tekanan uap jenuh ( = e s ). Tekanan uap aktual beragam antara 0 dan es, Pada tabel 5.2 disajikan keragaman tekanan uap jenuh ( diukur dalam bar atau mm Hg ; 1 bar = 10 6 dyne / cm 2 , 1 millibar = 103 dyne/cm 2 , 1 mm Hg = 1.36 millibar ) dengan suhu. Tabel ini di plotkan dengan gambar 5-5. Dengan menggunakan gambar ini karakteristik- karakterisik dapat didefenisikan : 1. Kelembaban nisbi = h = e/es x 100 e = tekanan uap aktual es = tekanan uap jenuh Nisbah persentase jumlah air aktual pada suatu ruang tertentu dengan jumlah air pada ruang yang sama bila ruang ini dijenuhkan. 5
  • 6. 2. Defisit kejenuhan dk= es - e = e s ( 1 – h ) h = kelembaban nisbih 3. Titik embun = Td : suhu dimana es menjadi sama dengan e. dengan kata lain, suhu sesuai dengan kondensasi pada es . 4. Suhu bola basah = Tw : suhu sampai dimana udara asli dapat diembunkan dengan menguapkan air di dalamnya. Pengukuran-pengukuran kelembaban dilakukan pada tempat yang sama seperti suhu udara (sekitar 2 meter di atas tanah). Alat yang disebut psikometer biasa digunakan untuk mengukur kelembaban atmosfir. Alat tersebut terdiri atas dua termometer (gambar 5-6) dan salah satunya disebut suhu bola basah berhubung reservoirnya (bola) ditutup dengan kain kasa (kain katun halus yang tipis) yang dijenuhkan dengan air. Termometer lainnya memiliki bola yang kering.. termometer diventilasikan (untuk mendapatkan suhu bola basah yang benar) dan dilindungi terhadap radisi (untuk menghindari penguapan). Perbedaan antara kedua pembacaan adalah depresi bola basah dan digunakan untuk menghitung titik embun, kelembaban nisbi dan tekanan uap. Alat tersebut didasarkan atas injeksi udara (gambar 5-6) ke dalam alkohol dimana termometer diletakkan. Alkohol menguap dan menyerap panas dari selaput perak dan gelas. Akibatnya, termometer menunjukkan suhu yang sama dengan kondensasi pada tekanan uap kejenuhan (es). Osmometer merupakan higrometer yang diventilasikan . radar optik laser dan hidrometer penyerap radiasi infra merah dipergunakan (Seyhan, 1972) untuk pengukuran-pengukuran kelembaban pada tempat-tempat yang tinggi (4 km). Bila mempertimbangkan tentang evaporasi, sangatlah berguna untuk membayang- kan proses yang digambarkan pada gambar 5-4. Tentu saja, ada perbedaan suhu diantara udara dan permukaan air. Tetapi pada perhitungan evaporasi, pendekatan-pendekatan baik dengan menganggap perbedaan-perbedaan ini dapat diabaikan maupun menerima peredaan ini sebagai kesatuan kuantitatif, keduanya digunakan. Bila suhu permukaan air dan suhu udara dianggap sama (yang dalam kenyataan jarang sekali) , evaporasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan epirisme berdasar pada hokum 6
  • 7. Dalton yang mengemukakan bahwa evaporasi air permukaan bebas (Eo) sebanding dengan defisit kejenuhan ( es – e ) dan kecepatan angin ( u ). Dengan formula : Eo = [ e ( es - e ) ] [ f (u) ] Persamaan empiris yang umumnya berlaku berdasarkan atas hokum Dalton adalah : Eo = 0.35 (es - e ) ( 0,5 + 0,54 u2 ) Dimana : Eo = evaporasi air permukaan bebas (mm / hari ) es = tekanan uap kejenuhan pada suhu udara (mmHg) e = tekanan uap aktual dalam udara ( mmHg ) u2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (m / detik). Suatu persamaan empiris yang dikembangkan oleh Meyer ( 1912 ) sebagai : Eo = 0,36 (es - e ) (1 – 0,1 u25 ) Dimana : Eo = penguapan permukaan terbuka ( inci / hari ) es = tekanan uap kejenuhan pada suhu permukaan air ( inci / Hg ) suhu permukaan air dianggap sama dengan suhu udara. e = tekanan uap aktual pada suhu udara ( inci – Hg ) u25 = kecepatan angin pada ketinggian 25 kaki di atas permukaan tanah (m/jam). Bila suhu udara dan air berbeda ( yang biasanya terjadi ), maka digunakan suatu rumus bentuk : Eo. = [ e (eb - e) ] [ f (u) ] Eb adalah tekanan uap penjenuhan lapisan batas udara ( selaput tipis pada gambar 5 – 4 ), yang temperaturnya, Tb , adalah tidak sama dengan temperatur-temperatur udara atau air dan adalah sebenarnya tidak mungkin untuk diukur ( menurut Penman suhu itu tidak diketahui). Karena itu, hanyalah rumus-rumus empiris saja yang dikembangkan. Untuk Ijssel di negeri Belanda suatu rumus dikembangkan sebagai berikut : Eo = 0,345 ( el – e) ( 1+0.25 u6 ) Dimana : Eo = Evaporasi air permukaan bebas ( mm/hari) el = Tekanan uap penjenuhan pada suhu Tl dari permukaan danau (mmHg) e = Tekanan uap aktual pada suhu udara (mmHg) 7
  • 8. u6 = Kecepatan angin pada ketinggian 6 meter diatas permukaan tanah ( m/detik). Kita tidak boleh lupa, bahwa semua rumus tersebut hanya bersifat regional saja dan hanya dapat dipergunakan pada kawasan-kawasan itu atau yang serupa. B. Terminologi Evaporasi 3. Evaporasi 4. Transpirasi 5. Evapotranspirasi 6. Penggunaan konsumtif, yaitu jumlah air yang digunakan oleh vegetasi yang ditanam atau alami dalam transpirasi ataupun dalm membentuk jaringan tanaman, bersama sama dengan air yang dievaporasikan dari tanah yang beerdekatan, salju ataupun dari presipitasi yang diintersepsi ( Chow, 1964 ). 7. Kerja air, yaitu jumlah air irigasi yang dipergunakan pada suatu daerah tertentu untuk maksud mendewasakan tanamannya ( Chow, 1964). 8. Kebutuhan irigasi, yaitu jumlah air ( presipitasi eksklusif), meliputi evaporasi permukaan dan buangan-bunagan lainnya yang tidak dapat dihindarkan secara ekonomis, yang dibutuhkan untuk menghasilkan tanaman ( Chow, 1964) 9. Kebutuhan air, yaitu jumlah air, termasuk evaporasi permukaan dan buangan- buangan lainnya yang secara ekonomis tidak dapat dihindarkan, diperlukan oleh tanaman tertentu, pada periode tertentu, untuk pertumbuhan normalnya pada kondisi lapangan ( Chow., 1964). C. Pengukuran Evaporasi Meskipun secara teoritis pengukuran evaporasi tidak merupakan kesulitan- kesulitan besar, dalam praktek ini tidak benar dikarenakan ketelitian yang tinggi sulit dipertahankan. Dalam teknik yang lebih halus seperti metode keseimbangan panas atau transfer massa, peralatan mahal yang peka, memerlukan perawatan yang teratur harus digunakan untuk memenuhi ketelitian pengamatan yang diperlakukan. 8
  • 9. Evapotranspirasi potensial dapat didekati hingga cukup teliti dengan teknik panci sederhana dengan bantuan faktor konversi dan dengan sejumlah rumus-rumus empiris dan semi empiris. Namun, evapotranspirasi aktual lebih sulit dan lebih mahal untuk diuji. 1. Atmometer Atmometer adalah alat-alat kecil yang mengukur kapasitas penangkapan udara untuk air (kemampuan udara untuk mengeringkan). Pembacaan yang diberikan oleh atmometer disebut evaporasi laten (yang dinyatakan dalam cm3 air per hari ) dan diberi batasan sebagai evaporasi maksimum yang mungkin dapat diperoleh dari permukaan yang basah, datar, horizontal yang dipajangkan pada kondisi-kondisi meteorologi energi matahari dan angkasa, angin, suhu dan tekanan uap. Pembacaan bukanlah merupakan angka aktual dan digunakan sebagai pembanding. Sebelum alat ini dapat digunakan secara praktis, suatu konstanta korelasi harus dikembangkan antara Eo dan evaporasi laten . misalnya , Eo = 0,56 Epiche digunakan untuk Gedaref di Sudan. a. Atmometer piche : Atmometer yang dibuat oleh Piche (1872) adalah tabung gelas (panjangnya 29 cm dan diameternya 1 cm ) yang ditutup rapat pada ujungnya. Tabung tersebut diisi dengan air suling dan piringan kertas saring putih dijepit menutupi ujung yang terbuka. Selanjutnya, alat tersebut digantungkan ke bawah dan evaporasi berlangsung dari piringan kertas basah (Ward, 1967). Garis-garis skala pada tabung (Gambar 5-7) menunjukkan evaporasi. Karena terdapat persediaan air yang melimpah maka jumlah yang terukur dapat dianggap sebagai evaporasi potensial, ini adalah alat dengan konstruksi, pemeliharaan dan pembacaan yang mudah, tetapi peka terhadap kecepatan angin dan biasanya diletakkan dalam suatu tabir (lihat Klausing dalam Eckardt, 1965; Berlade dalam Simposium Evaporasi, 1959). b. Atmometer Livingstone : Alat yang diuraikan oleh Livingstone (1915), terdiri atas bola porselin putih porous ( diameter sekitar 5 cm ) yang diisi penuh air melalui suatu hubungan pada reservoir persediaan air. Alat ini juga dipergunakan dalam pengukuran radiasi dengan memasang suatu bulatan putih atau hitam. Seperti halnya atmosfer Piche, alat ini juga peka terhadap angin, dan kondisi kimia pori- pori bola porselin dapat berubah dengan waktu. 9
  • 10. c. Atmometer cawan Black Bellanic : Alat ini terdiri atas permukaan porselin porous (berdiameter 19 cm ) yang di letakkan secara horizontal di udara. Air yang dialirkan dari suatu reservoir mempertahankan cawan tersebuut tetap basah. 2. Panci (Pan) Evaporasi permukaan air basah secara langsung diukur dengan mencatat pengurangan dengan tinggi di muka air dalam panci. Metode ini sangat sederhana dan paling sering digunakan. a. Panci di atas tanah : Kerugian panci ini adalah bahwa evaporasi dari panci dalam hubungannya dengan evaporasi air permukaan bebas ( Eo) disebabkan oleh radiasi ekstra yang jatuh pada sisi-sisi panci. Tipe panci ini, karena paling mudah bekerjanya dan memeliharanya, paling luas digunakan. Panci kelas A Biro cuaca AS digunakan hampir di seluruh dunia. Alat tersebut dibuat dari logam galvanic, berdiameter 4 kali dan dalamnya 10 inci dan biasanya dipasang pada panggung kayu dengan tinggi sekitar 6 inci untuk memberikan sirkulasi udara yang bebas dibawahnya maka air dipertahankan 2-3 inci di bawah tepi alat. b. Panci dalam tanah atau tanaman : Meskipun pemanasan dinding panci karena radiasi langsung dapat dihindari, sumber-sumber kesalahan lain disebabkan oleh panci yang ditanam. Pertukaran panas yang cukup besar antara panci dan tanah sekitarnya, kebocoran yang tak terduga, pengaruh penyaringan vegetasi disekitar panci, kemasukan kotoran, kesulitan memasang dan memelihara merupakan beberapa kerugian tipe panci ini. Muka air dipertahankan 2-3 inci dibawah bingkai (panci MO) dan diukur seperti pada tipe di atas tanah dengan mekanisme apung lainnya. Panci yang ditanam cukup dalam (berdiameter sekitar 7 kaki ) memberikan hasil yang lebih baik dari pada yang kecil (Ward, 1967) c. Panci apung : tipe ini yang mengapung pada permukaan danau, kehilangan popularitasnya (meskipun dianggap memberikan hasil korelatif terbaik dengan danau ) karena kesulitan pengamatannya biayanya tinggi dan percikan oleh pengaruh gelombang. Terdapat beberapa perbedaan antara evaporasi panci apung dan evaporasi danau karena kapasitas penyimpanan panas danau adalah berbeda, karena panci tidak berombak (karena gerakan udara di atas danau lebih turbulen) 10
  • 11. dan pertukaran panas antara air panci dan udara air panci dan udara yang berbeda pertukaran panas antara danau dan udara. Sebagaimana telah dimengerti sampai sekarang, evaporasi panci lebih besar daripada evaporasi air permukaan bebas ( Eo). Karena itu, perlu sekali menggunakan koefisien korelasi atau koefisien panci untuk memperoleh evaporasi yang benar. Koefisien ini disajikan pada table 5-4 untuk panci-panci yang berlainan. Akan nampak bahwa ini merupakan faktor-faktor koreksi tahunan dan tidak dianjurkan untuk konfersi bulanan. Dengan menggunakan Hukum Dalton dan menganggap bahwa suhu permukaan air ( Tl ) danau sama dengan suhu udara ( Ta) suatu persamaan umum dapat dikembangkan sebagai berikut : E Panci = C { esp - e} f (u) EO = C { es1 - e } f (u) Dimana : esp = tekanan uap kejenuhan udara pada suhu air permukaan panci es1 = tekanan uap kejenuhan udara pada suhu air permukaan danau e = tekanan uap aktual pada suhu udara f (u) = fungsi kecepatan angin. 3. Tangki Adalah sulit untuk mengukur evaporasi dari permukaan yang tidak terus menerus basah, seperti tanah dan daerah-daerah yang bervegatasi. Metode paling praktis pada pengukuran ini adalah dengan cara lisimeter. Tangki merupakan bentuk lisimeter yang primitif. Tangki tertutup pada semua sisi ( juga dasar bawah) dan diisi dengan tanah, jika mungkin utuh. Suatu kondisi kelembaban yang konstan dipertahankan dengan menambah setiap saat jumlah air yang terukur, dari atas atau bawah dengan muka air yang tetap. Dalam kombinasi dengan pengukur hujan evapotranspirasi aktual diukur. Tangki-tangki digunakan terutama untuk penentuan evaporasi tanah. Tetapi data yang didapatkan dari pengukuran tangki sangat terbatas karena tidak mewakili kondisi alami. 11
  • 12. Alat tersebut juga dapat merupakan tipe timbangan untuk menentukan perubahan- perubahan berat karena evaporasi. Di Uni Soviet dan negara lainnya digunakan tangki dengan luas 20 m2 (WMO, 1970) 4. Evapotranspirometer Pada dasarnya evapotanspirometer terdiri atas dua atau tiga tangki kedap air yang sempit dan biasanya digunakan untu mengukur evapotranspirasi potensial dengan mengisolasikan suatu blok tanah yang lembab dan mengukur neraca airnya. Tangki diisi dengan tanah yang menopang penutup vegetasi yang tak terputus (biasanya rumput), dan dihubungkan dengan pipa pada reservoir penampung air yang ditempatkan pada tangki sentral. Tiga tangki tanah menjamin derajat keterpercayaan yang lebih besar (Ward, 1967). Air memasuki tangki tanah (Gambar 5-9) hanya dari atas baik secara alami maupun secara buatan. Air yang terpekolasi dikumpulkan pada reservoir dan biasanya diukur setiap hari. Kandungan air dalam tangki dipertahankan diatas kapasitas lapangan sehingga evapotranspirasi potensial dapat terjadi dari permukaan tanah vegetasi (WMO, 1970). Untuk evapotranspirometer : a). Permukaan tanah dalam tangki harus mewakili kawasan sekitarnya b). Petak cukup rata, terbuka, berumput harus dipilih sebagai suatu tapak yang cocok c). Vegetasi pada tangki tanah harus berukuran tinggi yang sama seperti vegetasi disekitarnya d). Untuk menghindarkan pengaruh udara kering yang panas di sekitarnya (setelah periode kering yang panjang), suatu kawasan penyangga sekitar tangki tanah harus di airi atau suatu pembetulan harus diberikan pada pengukuran Ep yang berlebihan (Ward, 1967) 5. Lisimeter Kalau pada evapotranspirometer, tujuannya adalah untuk mengetahi kehilangan air potensial, pada kasus lisimeter tujuannya adalah untuk mengukur evapotranspirasi aktual. Karena itu lisimeter harus menggambarkan kawasan sekitarnya (penutup vegetasi, kondisi permukaan, struktur tanah, porositas, stratifikasi, infiltrasi, permeabilitas dan 12
  • 13. karakteristik kapiler). Ukuran tangki lisimeter jelas merupakan faktor yang penting. Makin besar tangki, makin kecil pengaruh tepi tangki dan lebih mungkin bahwa perakaran vegetasi akan sama dengan perakaran pada kawasan sekitarnya. Tatapi untuk lisimeter tipe timbangan ukurannya akan sangat terbatas (WMO, 1970). Evapotranspirasi aktual ditentukan dengan persamaan neraca, tetapi perubahan dalam cadangan hanya dapat diperoleh untuk lisimeter tipe yang dapat ditimbang dan tidak diketahui untuk lisimeter tipe yang tidak dapat ditimbang. Karena itu, lisimeter non timbangan hanya digunakan jika diperlukan total evapotranspirasi aktual periode panjang. Beberapa lisimeter mempunyai muka air yang dipertahankan secara buatan pada jeluk yang konstan dan yang lain mempunyai keluaran air (out flow) bebas. Ada lisimeter yang diisi dengan tanah terganggu dan lisimeter diisi dengan tanah yang utuh. Alat-alat tersebut digunakan untuk meneliti pengaruh jeluk air tanah, tipe tanah dan vegetasi terhadap evapotranspirasi aktual, untuk menentukan vegetasi yang paling cocok untuk penjagaan air tanah maksimum (penambahan air tanah), untuk mengukur kondensasi dan embun (hanya tipe timbangan) dan untuk menguji keragaman dalam komposisi kimia air selama perkolasi. Lisimeter hanya dapat digunakan pada kawasan yang datar dan harus mempunyai jeluk sekurang-kurangnya 1,5-2,0 meter dan luas permukaan tidak boleh kurang dari 1 cm2 (Volker, 1966). Di negeri Belanda (Maasland, Wengeningen, Castricum, Rottegatsspolder di Groningen, Amsterdam) lisimeter dapat digunakan selama 80 tahun lebih (Ward, 1967). 6. Penakar dan evaporimeter Jika tangki digunakan untuk mengukur evaporasi dari tanah yang lembab, penakar drainase (atau penakar perkolasi) digunakan untuk mengukur evaporasi tanah normal (Ward, 1967). Tenik ini pertama kali digunakan di Inggris dengan mengukur kuantitas air yang berperkolasi melalui lapisan tanah atas (topsoil) (yang dipajangkan pada kondisi meteorologi yang ada ). Evaporasi tanah adalah sama dengan prespitasi minus perkolasi. Bagian tengah tanah utuh yang ditempatkan pada suatu silinder besi tuang dan ditopang oleh jaringan kawat pada dasar berbentuk corong. Melalui jaringan kawat dan corong air dibawa pada suatu pengumpul. Di Rothamsted, Inggris, penakar perkolasi sedalam 20 inci, 40 inci dan 60 inci digunakan untuk menduga jumlah evaporasi tahunan 13
  • 14. dan musiman rata-rata. Alat yang serupa evaporimeter Popof digunakan di Jerman dan Uni soviet (Ward, 1967). Alat ini terdiri atas silinder (sedalam 25 cm dengan luas penampang melintang 500 cm2 ) diisi dengan tanah dan diletakkan pada corong berisi tanah yang serupa dengan gambar 5-11. Skema kerja adalah serupa dengan penakar drainase. Masalah utama di dalam mengukur evaporasi tanah normal adalah untuk menjamin bahwa kondisi tanah pada penakar adalah benar-benar mewakili kondisi utuh alami. 7. Pengukuran Transpirasi a. Fitometer, alat ini merupakan bejana logam besar yang diisi dengan tanah yang ditumbuhi tanaman. Permukaan tanah ditutup rapat untuk mencegah evaporasi sehingga satu-satunya kehilangan air adalah oleh transpirasi. Kehilangan berat merupakan petunjuk transpirasi (Meinzer, 1942 ; Franco dan Magalhaes dalam Eckardt, 1965). Kesulitan pada metode ini adalah : 1. Sistem perakaran terbatas pada tabung yang nisbi kecil 2. Penutupan pot mempengaruhi laju transpirasi setelah waktu tertentu karena aerasi yang berkurang 3. Suhu pada medium perakaran, bila pot dipajankan kepada radiasi matahari secara langsung, meningkat sehingga tingkat yang membahayakan diatas 30 o C. 4. Kondisi air di dalam pot harus mendapat perhatian yang seksama b. Protometer : alat ini merupakan bejana yang diisi dengan air dimana tanaman berakar. Setelah penutupan yang baik, kehilangan bobot diukur sebagai petunjuk transpirasi (Meinzer, 1942). c. Metode Timbangan Cepat : Dalam metode ini, daun dipotong dan digantungkan pada tangan neraca yang peka, yang dipasang disekitarnya sehingga daun tanaman tetap dapat berada dalam lingkungan yang sama seperti sebelum diambil dari tanaman. Kehilangan bobot diukur selama beberapa menit setelah pemotongan dan dianggap mewakili laju transpirasi sebelum pemotongan. 14
  • 15. d. Metode Gasometri : Metode ini terdiri atas pemasukan suatu daun cabang maupun tanaman seluruhnya dalam ruangan dari bahan yang transparan ( seperti gelas pleksi), melewatkan udara dengan kelembaban yang diketahui melalui ruangan tersebut pada suatu laju yang diketahui dan mengukur kenaikan kandungan air udara setelah melewati ruangan tersebut. e. Studi Aliran Sungai : Dengan memindahkan penutup sayuran dari daerah aliran sungai, ditentukan transpirasinya. Jumlah transpirasi tergantung pada banyak faktor dan karena itu jumlah yang ditaksir sangat tidak dapat dipercaya. Inilah sebabya mengapa banyak upaya diberikan di dalam penaksir evapotranspirasi dan bukan menentukan transpirasi secara terpisah . Sebutan Nisbah transpirasi digunakan untuk menentukan nisbah bobot air yang ditranspirasikan terhadap bobot bahan kering yang dihasilkan oleh tanaman ( termasuk akar ). Nisbah ini sangat beragam dan tidak bernilai praktis, sekurang-kurangnya bagi para ahli Hidrologi (Ward, 1967 dan chow, 1964). 8. Metode penginderaan jauh Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap penentuan evapotranspirasi terletak pada pengkuran jumlah dan lamanya gerakan air dari tanah ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan yang luas, alat yang paling tepat bagi penelitian evaporasi adalah radiometer infra merah dan pencatat citra dari udara. Tujuannya adalah untuk menentukan sejauh mana penginderaan dipengaruhi oleh fenomena kelembaban pada permukaan bumi. Pengukuran stokastik yang diulang sanagt diperlukan untuk lokasi yang berlainan ( kombinasi tanah dan vegetasi yang berbeda ) dan untuk saat yang berbeda ( siang dan malam, harian musiman dll) Accelerometer ( yang dipasang pada pesawat ) mungkin berguna di dalam menentukan pengaruh global turbulensi udara terhadap laju evapotranspirasi ( Seyhan, 1972 ). Semua informasi teoretis ini sedang diuji untuk kesimpulan-kesimpulan praktis ( culler dan kawan-kawan, 1976 ). D. Perkiraan Epaporasi A. Metode Neraca 15
  • 16. 1. Metode Neraca Air Jika semua parameter neraca hidrologi ( masukan dan keluaran ) diketahui pada suatu kawasan ( Daerah aliran sungai, petak dan lain-lain ) kehilangan evapotranspirasi aktual dapat ditaksir dengan menggunakan metode neraca air ( juga disebut neraca air atau metode persamaan cadangan ). Metode ini seperti memandang kawasan seluruhnya sebagai lisimeter. Persamaan neraca akan menghasilkan ( Gambar 5-12 ) P + I + Gi = Ea + 0 + Go + ∆ S Dimana : P = presipitasi : diukur dengan penakar presipitasi/hujan. I = masukan air permukaan : diukur dengan kolom, saluran air, dll. Gi = masukan air tanah: diukur dengan metode geohidrologik atau dengan metode radioaktif. Ea = evapotranspirasi aktual : tidak diketahui 0 = keluaran air permukaan : diukur dengan sekat, saluran air Go = keluaran air tanah : diukur dengan metode geohidrologi. S = perubahan dalam cadangan: ditentukan sebagai jumlah 3 bagian yaitu, : cadangan permukaan, air tanah dan lengas tanah. Jika pengamatan dilakukan pada suau waktu yang cukup panjang ( misalnya 10 tahun atau lebih ) maka ∆S dapat diabaikan. 2. Metode pemindahan massa Pemindahan massa (juga disebut difusi atau pemindahan turbulen) didasarkan atas pendekatan aerodinamika yang mengukur faktor yang mempengaruhi perpindahan aktual uap air dari suatu permukaan dengan proses difusi dan pengangkutan turbulen. Teori ini masih belum lengkap, tetapi pendekatan empiris memberikan hasil yang baik. Penerapan metode ini ditangguhkan karena perlunya pengukuran pada selang waktu yang sangat pendek (kurang dari 0,3 detik) Metode perpindahan massa didasarkan atas anggapan (Eagleson, 1970) bahwa aliran yang tetap (tidak berubah dengan waktu ) seragam kondisi pada semua irisan melintang adalah identik ) dan aliran turbulen udara melintasi suatu permukaan sebaran yang tidak terbatas, mencapai suatu kondisi dimana keadaan cairan diudara hanya 16
  • 17. beragam hanya secara vertical. Hal ini benar sekurang-kurangnya di dekat permukaan tanah . Perpindahan vertical uap pada aliran udara paralel horizontal ini pada permukaan datar yang seragam secara tidak terbatas (panjang kekasaran Zo) akan sebanding dengan hasil kali gradien kecepatan dan gradien tekanan uap. Kecepatan angin dan kelembaban nisbi diukur pada ketinggian yang berbeda (z) dangan menggunakan pengindara yang ditempatkan pada suatu tiang (Gambar 5-13). Karena laju evaporasi (mm/jam)ditentukan atas dasar kelembaban yang sangat kecil dan perbedaan kecepatan angin pada suatu kisaran ketinggian yang sempit di dalam lapisan turbulen (minimum pada 2 ketinggian), frekuensi dan ketelitian pengamatan alat harus sangat tinggi. Suatu alat yang disebut (evapotron kombinasi pengindera pada suatu tiang dan satuan-satuan pencatat di tanah) dengan mengukur dengan konstanta waktu 0,3 detik nampaknya cukup.K.N.M.I. telah membuat suatu efapotrondi de Bilt. Sistem lainnya yang mengunakan anemometer-termometer sonik dan higrometer infra-merah nampaknya dapat dipercaya (Eagleson, 1970). Teori perpindahan massa pertama kali dikembangkan oleh Prandtl, Rosby dan Montgomery dan diselidiki dalam praktek oleh Thornthwaite, Holzman, Deacan, Swimbank dan Eagleson dari metode penyelidikan ini nampak bahwa:(a) Zo adalah perubah stokastik, (b) metode dapat digunakan jika kecepatan dan gradien tekanan uap menunjukkan hubungan linear dengan ketinggian (Gambar 5-13) dan (c) metode dapat dipergunakan pada semua tipe evaporasi pada setiap tipe permukaan dan pada semua iklim. Ryan dan kawan kawan (1974) menentukan suatu persamaan empiris evaporasi air permukaan bebas yang didasarkan kombinasi 2 tipe mekanisme pengangkutan mekanisme pengangkutan konveksi paksaan adalah karena difusi turbulen yang diciptakan secara mekanik oleh kekuatan sorong pada batas air mekanisme pengangkutan konveksi bebas menganggap kondisi bila permukaan air jauh lebih hangat dari pada udara di atasnya dan bila tidak ada angin yang berhembus pada kasus seperti itu, uap air diangkut dari permukaan air dengan gaya apung. Persamaannya berdasarkan atas penjumlahan dari dua mekanisme pengangkutan, yaitu: Eo = (es – e) [ (1,84 x 10-7 ) (Tvs - Tva)1/3 + (10,9 x 10-9 ) (u2) x0 –0,1 ] 17
  • 18. Dimana: Eo : evaporasi air permukaan bebas (Ib massa/kaki2 / detik) es : tekanan uap kejenuhan pada suhu permukaan air (Newton/m2 ) e : tekanan uap actual pada suhu udara yang diukur pada ketinggian 2 meter Tvs : suhu air permukaan sebenarnya (o F ) Pae Ts Tvs /)(378,01− = Ts : suhu permukaan air (o F) Pa : tekanan udara (Newton/m2 ) Tva : suhu udara sebenarnya pada ketiggian 2 m (o F) Pae Ta Tva /)(378,01− = Ta : suhu udara pada ketiggian 2 meter (o F) U2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (cm/detik) X0 : perolehan angin dalam cm ini merupakan jarak yang melintasi tubuh air parallel dengan arah angin. 3. Metode neraca energi Metode neraca energi disebut juga metode budget energi didasarkan atas pendekatan bahwa untuk evaporasi dibutuhkan sejumlah energi tertentu sekitar 590 kalori/gram. Metode ini diawali oleh Smitch (Jerman) pada tahun 1915 dan telah dimodifikasikan oleh ahli yang lain, terutama oleh Anderson di AS. Dari sudut hidrologi, hubungan energi pengawetan yang ditulis untuk suatu tubuh (air, tanah, permukaan lahan dan lain-lain) yang memiliki panas internal yang dapat diabaikan karena proses-proses kimia dan biologi. 4. Metode korelasi Eddy Dalam metode ini, evaporasi diberi batasan sebagai fungsi fluktuasi gerakan udara vertikal dari harga rata-ratanya dan fluktuasi kelembaban spesifik (nisbah massa uap air dengan massa udara basah) dari harga rata-ratanya (Bruce, 1966). Perhatikan bahwa pada metode pengalian massa, gerakan horisontal angin harus dipertimbangkan 18
  • 19. berhubung kebutuhan pengindera angin yang sangat teliti dan kelembaban operasionalisasi metode ini terhambat. 5. Metode-metode penaksiran lainnya a. Terdapat banyak rumus evaporasi lainnya yang dikembangkan (Chow, 1964; Bruce, 1966). Beberapa metode ini sangat baik untuk penerapan lokal b. Metode-metode statistik (analisis korelasi, regresi dan multi variat) dapat digunakan di dalam mengembangkan rumus-rumus untuk kawasan yang tidak mempunyai penakar. c. Teknik-teknik statistik dapat digunakan dalam mengembangkan suatu penafsiran evapotranspirasi aktual sebagai suatu fungsi fluktuasi pada permukaan air tanah yang selanjutnya dianggap sebagai parameter yang terbaik yang ada untuk kandungan air tanah d. Meskipun hal tersebut jarang dilakukan, pengkajian laboratorium mengenai evapotranspirasi juga dilakukan. Satu percobaan dilakukan oleh laboratorium aeronotika Cornell di AS. E. Penguran Evaporasi Pengurangan evaporasi dengan mengendalikan laju penguapan air adalah penting dari segi ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara : 1. Mengurangi permukaan air yang terbuka 2. Menutup dengan bahan yang mengapung yang memiliki koefisien refleksi yang tinggi 3. Menggunakan suatu penutup plastik yang mengapung 4. Menyediakan suatu atap di atas kawasan 5. Menghilangkan vegetasi yang tak perlu khususnya dalam air yang menyebabkan transpirasi yang tinggi 6. Menggunakan lapisan permukaan 7. Menyimpan air pada reservoir tanah 8. Memperlakukan tanah dengan bahan-bahan kimia utuk mengurangi transpiras 19
  • 20. KESIMPULAN 1. Evapotranspirasi adalah proses dimana air menjadi uap. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah : a. Faktor-faktor meteorologi 1. Radiasi matahari 2. Suhu udara dan permukaan 3. Kelembaban 4. Agin 5. Tekanan barometer b. Faktor-faktor geografi 1. Kualitas air 2. Seluk tubuh air 3. Ukuran dan bentuk permukaan c. Faktor-faktor lainnya 1. Kandungan lengas tanah 2. Karakeristik kapiler tanah 3. Jeluk muka air tanah 4. Warna tanah 5. Tipe, kerapatan dan tinggimya vegetasi 6. Ketersediaan air Soal-Soal 1. Jelaskan pengertian evaporasi dan transpirasi 20
  • 21. 2. Jelaskan cara mengukur evaporasi dan transpirasi. 3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses evapotranspirasi. 4. Jelaskan cara menghitung evapotranspirasi menggunakan rumus empiris 5. Jelaskan cara menghitung evapotranspirasi potensial dengan menggunakan rumus Thorontnwhaite. 6. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evapotranspirasi dengan metode Penman. Daftar Pustaka 1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University 2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University. 3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung. 4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova Bandung. 5. Wilson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung. 21
  • 22. 22