4. PENGERTIAN
Agrikultur, secara esensi didefinisikan sebagai pengelolaan yang dilakukan
oleh suatu entitas terhadap proses transformasi biologis yang terjadi pada
tanaman atau hewan, untuk menghasilkan suatu produk agrikultur yang
akan dikonsumsi atau untuk digunakan pada proses selanjutnya.
Terminologi agrikultur ini meliputi peternakan, kehutanan, tanaman
tahunan dan tanaman jangka panjang, perkebunan dan pertanian.
5. SEJARAH STANDAR AKUNTANSI UNTUK
AGRIKULTUR
Sebelumnya, perusahaan menggunakan standar umum akuntansi keuangan yaitu PSAK
1, PSAK 14:Persediaan, PSAK 16:Aset Tetap, PSAK 48:Penurunan Nilai Aktiva, PSAK
32:Kehutanan, SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang pengukuran nya menggunakan
biaya perolehan.
Internasioanl Accounting Standards Committee (IASC) pada februari 2001 telah
mempublikasikan dalam IFRS, perlakuan akuntansi bagi aset biologis diatur dalam
Internasional Accounting Standard (IAS) 41 yang melingkupi tentang akuntansi bagi
sektor usaha agrikultur.
IAS 41 terakhir telah direvisi dan dikeluarkan tahun 2009
Indonesia mulai mengadopsi IAS 41 tahun 2014 dan berlaku efektif per 1 Januari 2016.
IAS 41 telah menggunakan nilai wajar untuk aset biologis
7. AKTIVITAS AGRIKULTUR
Proses Pertumbuhan -> menjadi lebih besar
Proses Penambahan -> berkembang biak
Proses Menghasilkan -> produk
Proses Pertumbuhan sampai pada titik tertentu
kemudian menghasilkan produk
Transformasi Biologis
8. PSAK 69 menetapkan 3 kriteria umum agar suatu
aktivitas dapat termasuk dalam aktivitas
agrikultur
Kemampuan
untuk
bertransformasi
Terdapat
manajemen
terhadap
perubahan
Pengukuran
perubahan
9. PSAK 69 diterapkan untuk mengatur
pencatatan terhadap:
Aset biologis, kecuali
untuk tanaman
produktif
(bearer plants)
Terhadap produk
agrikultural pada
titik panen
Terhadap hibah
pemerintah terkait
aset biologis
10. KLASIFIKASI ASET BIOLOGIS
Dalam PSAK 69 pada paragraf 45 juga dijelaskan bahwa aset biologis dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis atau golongan yaitu:
Aset biologis menghasilakan aset yang telah mencapai umur atau
spesifikasi untuk dipanen dapat juga dikatakan aset yang sudah
mampu menghasilkan panen berkelanjutan
Aset biologis belum menghasilkan yaitu aset biologis yang baru
disiapkan atau mulai dari pembibitan
11. Aset biologis bisa digunakan sebagai bahan
maknaan atau konsumsi: aset biologis yang
ditunjukan untuk dijual serta dikonsumsi.
Aset pembawa (aset biologis produktif): aset
biologis yang bukan termasuk dalam golongan aset
biologis konsumtif (produk agrikultur yang dapat
dijadikan bahan pangan).
Selain itu, aset biologis yang merupakan aset berupa
makhluk hidup ini dapat juga diklasifikasikan kedalam
beberapa jenis. Hal ini juga di jelaskan di dalam PSAK
69. Berikut ini merupakan klasifikasi aset biologis
berdasarkan ciri-cirinya:
12. Entitas mengendalikan asset biologis
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
PENGAKUAN
Pengakuan adalah salah satu
komponen dalam perlakuan
akuntansi
Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa
depan yang terkait dengan asset biologis
tersebut akan mengalir ke entitas
Nilai wajar atau biaya perolehan asset biologis
dapat diukur secara andal
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20. DEFINISI HIBAH-PSAK 61
Hibah pemerintah bantuan oleh pemerintah dalam
bentuk pemindahan sumber daya kepada entitas
sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di masa lalu
atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan operasi entitas tersebut,
tidak termasuk jenis bantuan pemerintah yang tidak
memiliki nilai yang memadai bagi entitas dan transaksi
dengan pemerintah yang tidak dapat dibedakan dari
transaksi perdagangan normal
21. PENGUNGKAPAN- HIBAH PEMERINTAH
Sifat dan cakupan hibah pemerintah
yang diakui dalam laporan keuangan;
Kondisi yang belum terpenuhi dan
kontinjensi lain yang melekat pada
hibah pemerintah;dan
penurunan signifikan yang diperkirakan
dalam jumlah hibah pemerintah
22. Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan tahunan
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2018.
Penerapan dini dianjurkan. Jika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode yang dimulai sebelum
tanggal 1 Januari 2018, maka entitas mengungkapkan
fakta tersebut.
Pernyataan ini tidak menetapkan ketentuan transisi
tertentu. Penerapan Pernyataan ini dicatat sesuai dengan
PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan.
Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi
23. CONTOH KASUS PENERAPAN
PSAK NO 69
PT Perkebunan Nusantara XIV-Pabrik Gula
Takalar merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang agribisnis dan agroindustri. Entitas ini
memiliki aset biologis berupa tanaman tebu yang
dipergunakan sebagai bahan baku utama dalam
memproduksi gula pasir. Pengelompokan dari
aset biologis tersebut dikelompokkan menjadi
dua kelompok berdasarkan umur dari aset
tersebut.
25. PT Perkebunan Nusantara XIV-Pabrik Gula Takalar mengelola tanaman tebu yang awalnya dibeli
pada masa bibit dari lembaga P3GI (Pusat Penelitian Pabrik Gula Indonesia) yang kemudian
melewati proses pertumbuhan dan pengelolaan hingga dapat dipanen. Tanaman tebu tersebut
akan dijadikan sebagai bahan baku utama dalam proses produksi gula pasir atau gula tetes oleh
perusahaan, penjualan dari gula pasir atau gula tetes nantinya dapat memberikan manfaat
ekonomi yang sangat besar terhadap perusahaan.
Mengukur nilai wajar atau biaya perolehan terkait aset biologis yang dikelola, PT Perkebunan
Nusantara XIV-Pabrik Gula Takalar melakukan pengukuran menggunakan biaya perolehan dari
tanaman tebu yang mereka kelola. Hal itu dilakukan perusahaan, disebabkan mereka tidak menjual
hasil panen dari tebu giling, melainkan sepenuhnya akan digiling di pabrik dan dijadikan sebagai
bahan baku untuk membuat gula pasir atau gula tetes, sehingga perhitungan nilai wajar dari aset
biologis tidak dapat diukur secara handal oleh perusahaan
PENGAKUAN AWAL
26. Pengakuan awal nilai dari aset biologis PT Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar mengacu pada harga
pokok produksi bibit tebu yang ditanam di kebun
orientasi varietas dan termasuk jenis tebu baru, yaitu
sebesar XXX,- yang terdiri dari harga perolehan
pembelian bibit tebu sebesar XXX,- dan biaya aktivitas
perkebunan sebesar XXX-. Berikut jurnal pengakuan awal
dari aset biologis yang dikelola oleh PT Perkebunan
Nusantara XIV-Pabrik Gula Takalar:
TBM-Kebun Orientasi Varietas XXX
Kas XXX
(Harga Pokok Produksi Kebun Orientasi Varietas)
27. PENGAKUAN NILAI DARI ASET BIOLOGIS DI LAHAN PEMBIBITAN MENGACU PADA HASIL
PENGUKURAN ATAU PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DARI MASING-MASING JENIS TEBU
YANG DIKELOLA, HARGA POKOK PRODUKSI TERSEBUT TENTU SAJA AKAN MENAMBAH NILAI TANAMAN
TEBU MILIK PERUSAHAAN. SELURUH JENIS TEBU TERSEBUT MASIH DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI TBM
(TANAMAN BELUM MENGHASILKAN), DISEBABKAN TEBU TERSEBUT BELUM DAPAT DIPANEN DAN
DILAKUKAN PROSES PENGGILINGAN DI PABRIK. BERIKUT JURNAL UNTUK MENCATAT PENAMBAHAN
NILAI DARI ASET BIOLOGIS YANG DIMILIKI:
REKLASIFIKASI TBM-KEBUN ORIENTASI VARIETAS KE TBM-LAHAN PEMBIBITAN:
TBM-LAHAN PEMBIBITAN XXX
TBM-KEBUN ORIENTASI VARIETAS XXX
(REKLASIFIKASI HPP DARI KEBUN ORIENTASI VARIETAS KE LAHAN PEMBIBITAN)
MENCATAT BIAYA AKTIVITAS:
TBM-LAHAN PEMBIBITAN XXX
KAS XXX
(
PENGUKURAN
A. LAHAN PEMBIBITAN TEBU
28. ASET BIOLOGIS DI LAHAN TEBU GILING MENGACU PADA HASIL PENGUKURAN ATAU PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI DARI MASING-MASING JENIS TEBU YANG DIKELOLA, YAITU TEBU BARU
SEBESAR XXX DAN TEBU RATOON SEBESAR XXX HARGA POKOK PRODUKSI TERSEBUT TENTU SAJA
AKAN MENAMBAH NILAI TANAMAN TEBU MILIK PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV-PABRIK GULA
TAKALAR. SELURUH JENIS TEBU TERSEBUT MASIH DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI TM (TANAMAN
MENGHASILKAN), DISEBABKAN TEBU TERSEBUT TELAH DAPAT DIPANEN DAN DILAKUKAN PROSES
PENGGILINGAN DI PABRIK. BERIKUT JURNAL UNTUK MENCATAT PENAMBAHAN NILAI DARI ASET
BIOLOGIS YANG DIMILIKI:
REKLASIFIKASI TBM KE TM:
TM-LAHAN TEBU GILING XXX
TBM-LAHAN PEMBIBITAN XXX
(REKLASIFIKASI HPP DARI LAHAN PEMBIBITAN KE LAHAN TEBU GILING)
MENCATAT BIAYA AKTIVITAS:
TM-LAHAN TEBU GILING XXX
KAS XXX
B. LAHAN TEBU GILING
29. Berdasarkan PSAK 69: Agrikultur, perusahaan harus
menyajikan diskripsi untuk setiap aset biologis yang
terdapat pada laporan keuangannya. Aset biologis
disajikan dalam laporan posisi keuangan perusahaan pada
aset lancar dan aset tidak lancar, yaitu dengan
mengklasifikasikan jenis aset biologisnya. Aset tersebut
belum dapat dikategorikan sebagai persediaan, ia dapat
dikatakan sebagai persediaan ketika telah dipanen dan
telah siap dijadikan sebagai bahan baku utama dalam
proses produksi gula pasir dan gula tetes. Hal itu
dikarenakan, aset biologis masih mengalami transformasi
biologis hingga proses pemanenan dilakukan. Berikut
ilustrasi laporan posisi keuangan (neraca) PT Perkebunan
Nusantara XIV-Pabrik Gula Takalar berdasarkan PSAK 69:
Agrikultur:
PENYAJIAN
30.
31.
32. PENGUNGKAPAN
a) Operasi dan kegiatan
utama
PT Perkebunan
Nusantara XIV-Pabrik
Gula Takalar
mengungkapkan bidang
kegiatan perusahaan
yang dilakukan, berapa
jumlah pohon tebu yang
dimiliki sebagai aset
biologis, berapa banyak
hasil panen dari aset
biologis tersebut.
b) Kebijakan-kebijakan
perusahaan
Kebijakan-kebijakan
perusahaan yang
diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan
Keuangan
berisimengenai
pengukuran nilai wajar
atau harga pokok
produksi aset biologis.
c) Aset Biologis
Perusahaan juga
mengungkapkan
diperoleh dari manakah
aset biologis perusahaan
tersebut.Penyebab
adanya penurunan atau
peningkatan aset biologis
pada perusahaan dan
adanya kejadian-kejadian
luar biasa yang terjadi
pada aset biologis yang
dimiliki.
34. PENGAKUAN AWAL
Aset biologis yang dimiliki oleh perusahaan adalah aset biologis berupa hewan yaitu bibit ayam
broiler dan layer komersial, ayam pedaging dan ayam petelur. Standar akuntansi yang menjadi
acuan dalam memperlakukan aset biologis tersebut adalah PSAK 69 dan baru diterapkan pada
tahun 2018.
Pengakuan aset biologis pada PT Malindo Feedmill Tbk berupa hewan ternak. Akan tetapi, semua
hewan ternak dikategorikan ke dalam satu akun yaitu aset biologis dan diklasifikasikan sebagai aset
lancar. Perusahaan tidak mengungkapkan secara rinci kapan dan kriteria pengakuan aset biologis.
Perusahaan mengakui semua hewan ternak maupun hasil produk agrikultur sebagai aset biologis
pada laporan posisi keuangan.
Aset biologis pada PT Malindo Feedmill Tbk diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir
periode berdasarkan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan perubahan nilai wajar akan
disajikan di laporan laba rugi. Penjelasan lanjutan mengenai nilai wajar yang digunakan untuk setiap
jenis aset biologis diungkapkan dalam CaLK.
35. PENGUKURAN
Aset biologis PT Malindo diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode
berdasarkan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan perubahan nilai wajar atas aset biologis
diakui pada laba rugi. Biaya untuk menjual mencakup biaya tambahan berupa biaya penjualan dan
perkiraan biaya transportasi ke pasar tetapi tidak termasuk biaya keuangan dan pajak penghasilan.
Biaya yang dikeluarkan untuk aset biologis dibagi menjadi dua yaitu biaya yang dibebankan pada
saat terjadinya dan biaya yang dikapitalisasi sebagai bagian dari aset biologis. Biaya yang
dibebankan pada saat terjadinya adalah biaya pembiakan seperti pakan, biaya tenaga kerja, obat-
obatan, vaksin, dan biaya-biaya lainnya terkait aset biologis. Sedangkan biaya yang dikapitalisasi
sebagai bagian dari aset biologis mencakup biaya pembelian hewan ternak pembibit dan anak ayam
broiler usia sehari. Kebijakan yang diambil perusahaan sejalan dengan penjelasan mengenai
pengukuran pada PSAK 69 paragraf 12.
36. PENYAJIAN
Jika dilihat dari siklus operasi perusahaan yang berfokus pada penjualan hewan
ternak, perusahaan-perusahaan mengklasifikasikan semua aset biologis sebagai aset lancar
karena aset ditujukan untuk diperdagangkan. Selain itu, aset biologis seperti ayam biasanya
memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.
Dapat diakui sebagai persediaan jika bahan utama berupa ayam pedaging sudah diolah menjadi
bahan olahan berupa nuget dan kemudian dijual.