SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 70
1 
1. PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81 
ribu km menunjukkan suatu potensi besar bagi sumberdaya kelautan. Namun, 
potensi ini juga memiliki tantangan yang besar dalam pengelolaannya, khususnya 
untuk memperoleh manfaat ekonomi yang optimal. Perairan Indonesia juga 
memiliki karakteristik fauna tropis yang luar biasa. Apalagi, dewasa ini diketahui 
bahwa perairan di Indonesia terdapat sekitar 2.500 species ikan yang berbeda. 
Kegiatan sektor perikanan di Indonesia didukung oleh 2,5 juta Kepala 
Keluarga nelayan laut dan 800 ribu Kepala Keluarga petani ikan. Jumlah 
masyarakat yang bergerak di sektor perikanan dengan luas areal yang harus 
dijelajahi tidak seimbang. Kondisi demikian menyebabkan tingkat pemanfaatan 
sumberdaya perikanan masih sangat rendah, karena baru mencapai 29,14% dari 
potensi lestarinya. Sampai sekarang 75% produksi produksi ikan Indonesia 
berasal dari penangkapan, sedangkan sisanya berasal dari kegiatan budidaya. 
Lebih dari 90% penangkapan ikan diperairan darat, seperti sungai dan danau, 
serada di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan jenis ikan yang 
dibudidayakan di tambak air payau dan air tawar banyak dilakukan di pulau Jawa 
(Murtidjo, 1997). 
Menurut Nurjana (2006), perikanan budidaya air tawar dimulai sejak 
jaman penjajahan Belanda dengan penebaran benih ikan karper/ikan mas 
(Cyprinus carpio) di kolam halaman rumah di Jawa Barat, pada pertengahan abad 
19. Praktek perikanan budidaya ini kemudian menyebar ke bagian lain Pulau
2 
Jawa, pada awal abad 20. Namun demikian baru pada akhir 1970an terjadi 
peningkatan produksi yang luar biasa dari budidaya ikan air tawar. Adanya 
pengenalan teknologi baru dalam perikanan memberikan kontribusi pada 
ketersediaan benih yang dihasilkan dan perkembangan pakan ikan. Spesies yang 
umum dibudidayakan adalah ikan karper/ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila 
(Oreochromis niloticus) dan gurami (Osphronemus goramy). 
Ikan nila merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air 
tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan asli perairan Indonesia, melainkan 
ikan introduksi yang berasal dari Afrika (Khairuman dan Khairul Amri, 2006). 
Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai 
Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969. Setahun kemudian ikan 
ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan 
ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari 
nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Para 
pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila 
adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. 
Gambar 1. Morfologi Ikan Nila
3 
Menurut Khairuman dan Khairul Amri (2006), klasifikasi ikan nila adalah 
sebagai berikut: 
Kelas : Osteichthyes 
Sub-kelas : Acanthoptherigii 
Ordo : Percomorphi 
Sub-ordo : Percoidea 
Famili : Cichlidae 
Genus : Oreochromis 
Spesies : Oreochromis sp 
Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju 
pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan 
hama dan penyakit. Selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum 
dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air 
deras, kantung jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak (air payau) 
sekalipun. 
Daerah Malang terkenal dengan budidaya pada air tergenang yaitu waduk, 
dimana dengan memanfaatkan sumberdaya air yang banyak, serta dengan jaring 
sebagai penyekat dianggap cocok dan memiliki prospek yang cerah sebagai usaha 
budidaya ikan air tawar dengan mengesampingkan kendala kurangnya air. Dengan 
jaring sekat tersebut juga akan dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya 
banyaknya plankton menempel pada jaring, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai 
pakan alami bagi ikan. Selain itu juga tidak memerlukan petakan lahan sebagai 
media budidayanya. Budidaya jaring sekat seperti ini dianggap sebagai budidaya 
yang efisien karena tidak memakan lahan pemukiman.
4 
Desa Karangkates sendiri memiliki potensial yang tinggi jika digunakan 
usaha budidaya air tawar dengan menggunakan jaring sekat, dengan 
mengandalkan ketersediaannya air dari Waduk Lahor. Dalam pelaksanaan usaha 
jaring sekat ini Desa Karangkates milik Bapak Prawoto, dengan potensi 
banyaknya tersedianya air serta lingkungan yang masih alami maka daerah ini 
bisa menjadi daerah pemasok utama hasil perikanan tawar Indonesia. 
Usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur milik Bapak Prawoto 
merupakan salah satu usaha dengan metode jaring sekat di Waduk Lahor Desa 
Karangkates yang memanfaatkan dengan besarnya sumber yang tersedia ketika air 
waduk sedang mengalami periode surut terendah, dengan ketersediaan air seperti 
ini faktor sumberdaya air bisa mengurangi biaya pengeluaran usaha. 
1.2 Maksud dan Tujuan 
Maksud dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk menambah 
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan di lapangan tentang analisa usaha 
pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa 
Karangkates. Serta untuk mengetahui dan mempelajari kondisi riil beserta aspek-aspek 
usaha pembesaran ikan nila. 
Tujuan dari praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui dan 
mempelajari pelaksanaan kegiatan usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis 
niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, yaitu: 
1. Untuk mengetahui aspek teknis pada usaha pembesaran ikan nila yang 
meliputi: persiapan lahan, sarana dan prasarana produksi, pelaksanaan 
usaha dan proses produksi.
5 
2. Untuk mengetahui aspek manajemen usaha pembesaran ikan nila yang 
meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), 
pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling). 
3. Untuk mengetahui aspek pemasaran usaha pembesaran ikan nila meliputi: 
strategi pemasaran, bauran pemasaran dan saluran pemasaran. 
4. Untuk mengetahui aspek finansial pada usaha pembesaran ikan nila yang 
meliputi: permodalan, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan, 
Revenue Cost Ratio (RC Ratio), rentabilitas dan Break Even Point (BEP). 
5. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pada usaha 
pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus). 
1.3 Kegunaan 
Kegunaan dari laporan Prakek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai 
sumber informasi bagi : 
1. Lembaga Akademisi 
Sebagai pelaksannaan seperti yang tertera pada Tri Dharma Perguruan 
Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, peneliatian dan pengembangan, 
serta pengabdian kepada masyarakat. 
2. Pemilik Usaha 
Untuk dapat menjadi bahan informasi dan perencanaan dalam 
pengembangan usaha pembesaran yang dimiliki, agar dapat meningkatkan 
mutu usaha dan berdaya saing tinggi. 
3. Pemerintah 
Sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan 
usaha pembesaran ikan air tawar khususnya ikan nila.
6 
4. Akademisi 
Sebagai bahan informasi keilmuan dalam menambah pengetahuan dan 
wawasan insan akademis mengenai studi analisa usaha. Serta dapat 
menjadi informasi dan petunjuk untuk penelitian lebih lanjut. 
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 
Praktek Kerja Lapang pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis 
niloticus) ini dilaksanakan di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, 
Kabupaten Malang dan dimulai pada Bulan April sampai Mei 2014.
7 
2. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG 
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang pada USAHA PEMBESARAN IKAN 
NILA (Oreochromis niloticus) SUMBER MAKMUR DENGAN METODE 
JARING SEKAT, metodologi pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi 
teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data serta penyajian dan pengolahan 
data yang mencakup tentang deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. 
2.1 Teknik Pengumpulan Data 
Praktek Kerja Lapang ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai 
beikut: 
2.1.1 Partisipasi Aktif 
Menurut Nawawi (1983), partisipasi aktif adalah ikut serta berperan secara 
aktif pada semua kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi. 
Dalam Praktek Kerja Lapang dengan metode partisipasi aktif ini yang 
dilakukan yaitu mengikuti segala kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi 
seperti penyiapan lahan benih, menyiapkan jaring sekat untuk pembesaran, 
penebaran benih, pemberian pakan, mengontrol kondisi jaring sekat, dan 
pemasaran ikan nila. 
2.1.2 Observasi (pengamatan) 
Menurut Narbuko dan Achmadi (2009), pengamatan adalah alat 
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara 
sistematik gejala-gejala yang diselidiki. 
Pengamatan ini digunakan sebagai bahan melihat dan mengamati sendiri, 
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
8 
Pada Praktek Kerja Lapang ini beberapa hal yang menggunakan metode observasi 
yaitu seluruh kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses 
pembesaran ikan nila seperti, keadaan umum usaha, pemberian pakan dan 
pengontrolan kondisi jaring sekat. 
2.1.3 Wawancara 
Menurut Moleong (2000), wawancara adalah percakapan dengan maksud 
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara 
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) 
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 
Wawancara merupakan proses pengambilan data melalui dengan cara 
interaksi langsung dengan yang berkaitan untuk memperoleh data sesuai dengan 
pertanyaan yang telah diajukan kepada Bapak Prawoto, pada Praktek Kerja 
Lapang ini proses wawancaranya membahas mengenai sejarah berdirinya usaha, 
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat usaha, permodalan, biaya 
produksi dan segala aspek yang berhubungan dengan usaha pembesaran ikan nila. 
2.2 Jenis dan Sumber Data 
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam Praktek Kerja 
Lapang ini meliputi: 
2.2.1 Data Primer 
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti 
secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti 
harus mengumpulkan secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti 
untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi 
terfokus, dan penyebaran kuisoner (Dharma, 2008).
9 
Dalam Praktek Kerja Lapang ini data primer didapatkan dengan 
menggunakan metode partisipasi aktif, observasi dan wawancara langsung dengan 
pemilik usaha. Adapun data primer yang dikumpulkan berupa: 
 Sejarah dan berkembangnya usaha 
 Teknis kolam 
 Permodalan 
 Biaya produksi 
 Pemasaran 
 Faktor yang menghambat dan mendukung jalannya usaha 
2.2.2 Data Sekunder 
Menurut Dharma (2008), data sekunder adalah data yang diperoleh atau 
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan 
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat 
Statistik (BPS), buku, jurnal, dan lain-lain. Pada Praktek Kerja Lapang ini jenis 
data yang diperoleh dari data sekunder meliputi: letak geografis usaha, dan 
keadaan demografi Desa Karangkates. 
2.3 Penyajian dan Pengolahan Data 
Dalam Praktek Kerja Lapang ini penyajian dan pengolahan data yang 
digunakan ada dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Pada 
analisa deskriptif kualitatif ini mencakup mengenai data aspek teknis, aspek 
manajemen, aspek pemasaran, serta faktor pendukung dan penghambat usaha, 
kemudian pada analisis deskriptif kuantitatif ini meliputi aspek finansial.
10 
2.3.1 Deskriptif Kualitatif 
Menurut pandangan Moleong dan Bogdan (2011), Menyatakan 
pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang “diarahkan pada latar dan 
individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh 
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi 
perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. 
Pada Praktek Kerja Lapang penyajian dan pengolahan data deskriptif 
kualitatif pada: 
a. Aspek Teknis 
Menurut Husnan dan Suwarsoso dalam Primyastanto (2011), Aspek teknis 
merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya 
setelah proyek tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu 
mendapat perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah : 
1. Kertersediaan bahan mentah 
2. Letak pasar yang dituju 
3. Tenaga listrik 
4. Ketersediaan air 
5. Supply tenaga kerja dan 
6. Fasilitas-fasilitas lain yang terkait 
Dalam hal kaitannya dengan aspek teknis, Praktek Kerja Lapang ini 
membahas mulai sarana dan prasarana, persiapan kolam, persiapan benih, 
pemupukan, pemberian pakan hingga pemanenan.
11 
b. Aspek Manajemen 
Menurut Rahardi (1997), pada aspek manajemen terdapat beberapa fungsi 
sebagai bagian dari proses manajemen tersebut antara lain: 
1. Fungsi Perencanaan (Planning) 
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang 
dipilih. Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, 
mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu. 
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing) 
Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara 
kelompok yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan-hubungan 
yang diperlukan. 
3. Fungsi Pergerakan (actuating) 
Fungsi ini merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota 
kelompok agar malaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan 
baik dan antusias. 
4. Fungsi Pengawasan (controlling) 
Fungsi ini merupakan tindakan-tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas 
agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat. 
Pada penyajian data deskriptif kualitatif pada aspek menajemen ini 
mencakup data-data mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, 
pelaksanaan, serta pengawasan jalannya usaha pembesaran ikan nila. 
c. Aspek Pemasaran 
Menurut Primyastanto (2011), kajian aspek pemasaran berkaitan dengan 
strategi pemasaran usaha yakni upaya yang dilakukan oleh calon investor atau
12 
pengusaha dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan 
pembelian hasil produksinya. Penyajian data deskriptif kualitatif dalam aspek 
pemasaran yaitu mengenai strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan saluran 
pemasaran serta faktor lain yang mempengaruhi dengan jalannya pemasaran pada 
usaha pembesaran ikan nila. 
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha 
Data mengenai pendukung dan penghambat dari usaha pembesaran ikan 
nila akan disajikan dengan deskriptif kualitatif seperti kendala yang dialami mulai 
proses persiapan kolam dan benih hingga pemasarannya. Serta faktor-faktor 
pendukung jalannya usaha pembesaran ikan nila Di Desa Karangkates tersebut. 
2.3.2 Deskriptif Kuantitatif 
Variabel kuantitatif yaitu ciri-ciri dari suatu fakta sosial yang dapat dinilai 
dengan angka (Koentjaraningrat, 1983). Dalam Praktek Kerja Lapang analisis data 
deskriptif kuantitatif dipergunakan untuk: 
2.3.2.1 Aspek Finansial 
Menurut Riyanto (1995) aspek finansial adalah inti dari pembahasan 
keseluruhan aspek, karena studi kelayakan bertujuan untuk mengetahui potensi 
keuntungan dari usaha yang direncanakan. Aspek finansial berkaitan dengan 
penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari 
sumber dana yang bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan tingkat 
keuntungan yang menjanjikan bagi investor. 
Aspek finansial yang dipergunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini untuk 
mengolah data seperti: permodalan, biaya produksi, penerimaan, keuntungan, 
Revenue Cost ratio (RC Ratio), rentabilitas, dan Break Even Point (BEP).
13 
a. Permodalan 
Menurut Riyanto (1995), modal usaha dalam pengertian ekonomi adalah 
barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja 
bekerja untuk menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut biasanya 
berupa modal tetap/aktiva dan modal kerja. 
Menurut Adiwilaga (1982) dalam Primyastanto (2009), modal tetap itu 
bukanlah tidak habis terpakai melainkan menghabiskannya dalam waktu yang 
lama, sedangkan modal pasif dibedakan menjadi dua yakni modal sendiri dan 
modal asing. 
Pembahasan permodalan pada Praktek Kerja Lapang ini meliputi: modal 
investasi yang mencakup tentang sumber modal, modal kerja serta biaya tetap dan 
biaya variabel yang digunakan selama proses pembesaran ikan nila. 
b. Biaya Produksi 
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), setiap kegiatan usaha yang 
dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran usaha. Menurut prinsip 
ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil yang optimal, atau dengan kata 
lain untuk mendapatkan hasil tertentu dengan biaya yang serendah mungkin. 
Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar pada aspek struktur 
biaya (tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain (opportunity cost), 
meurut Shinta (2011), Total Cost (TC) didapat dari penjumlahan dari biaya tetap 
dengan biaya variabel. 
Total Cost dirumuskan: 
TC = FC + VC 
Dimana: TC = Total Cost (biaya total)
14 
FC = Fix Cost (biaya tetap) 
VC = Variabel Cost (biaya variabel) 
c. Penerimaan 
Total Revenue (TR) didapat dari perkalian antara produk yang dihasilkan 
(Q) dengan harga penjualan (P). Penerimaan dirumuskan sebagai berikut: 
TR = P X Q 
Dimana: TR = Total Revenue (penerimaan total) 
P = Harga Produk 
Q = Jumlah Produk yang terjual 
d. Keuntungan (흅) 
Menurut Bachtiar (2002), Pendapatan usaha tani adalah selisih antara 
penerimaan usaha tani dan pengeluaran. Analisis pendapatan ini digunakan untuk 
mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Yaitu 
dengan rumus: 
Π = TR ─ TC 
Dimana: π = Keuntungan 
TR = Total Revenue 
TC = Total cost 
Kriterianya adalah: 
 Apabila TR>TC, maka usaha tersebut laba 
 Apabila TR=TC, maka usaha tersebut impas 
 Apabila TR<TC, maka usaha tersebut rugi
15 
e. Rentabilitas Usaha 
Menurut Riyanto (1995) dalam primyastanto (2011). Rentabilitas adalah 
kemampuan perusahaan dengan modal yang bekerja di dalamnya untuk 
mengahasilkan keuntungan. Menurut primyastanto (2011), perhitungan 
rentabilitas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: 
R = 
퐋 
퐌 
퐱 ퟏퟎퟎ% 
Dimana: R = Rentabilitas (100%) 
L = Jumlah keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu (Rp) 
M = Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba (Rp) 
f. Revenue Cost Ratio (RC ratio) 
Revenue Cost Ratio biasanyan dikenal sebagai perbandingan antara 
penerimaan dengan biaya yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu usaha 
sudah menghasilkan keuntungan atau belum menghasilkan keuntungan. Menurut 
Soekartawi (1993), RC ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: 
RC Ratio = 
퐓퐑 
퐓퐂 
Dimana apabila: 
R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan 
R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak rugi 
R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian. 
g. BEP (Break Even Point) 
Break even point (BEP) merupakan titik impas keadaan dimana suatu 
usaha berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami 
kerugian. BEP adalah teknik analisan mempelajari hubungan antara biaya tetap,
16 
biaya variabel, volume kegiatan dan keuntungan (Riyanto, 1995). Adapun rumus 
perhitungan BEP adalah sebagai berikut: 
 BEP atas dasar sales, dirumuskan: 
BEP(s) = 
퐅퐂 
ퟏ− 
퐯퐜 
퐬 
Dimana: FC = Biaya Tetap 
VC = Variabel Cost 
S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan) 
 BEP atas dasar unit, dirumuskan: 
BEP = 
퐅퐂 
퐩− 퐯 
Dimana: FC = biaya tetap 
P = harga per unit 
V = biaya variabel per unit
17 
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG 
3.1 Gambaran Umum Desa Karangkates 
a. Kondisi Geografis 
Desa Karangkates termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumberpucung 
terletak sekitar +15 Km sebelah Barat ibukota Kabupaten Malang di Kepanjen. 
Secara geografis terletak pada ketinggian 296 m. Dan berbatasan dengan: 
 Sebelah Utara : Desa Ngreco, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar 
 Sebelah Selatan : Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare 
 Sebelah Barat : Desa Selorejo, Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, 
Kabupaten Blitar 
 Sebelah Timur : Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung. 
Desa Karangkates merupakan hamparan dataran rendah dengan Luas: 
756,731 ha, diantaranya 51,25 ha untuk pemukiman umum, lahan pertanian sawah 
irigasi teknis seluas 192,505 ha, selain itu seluas 39,255 ha digunakan untuk lahan 
perladangan dan sisanya prasarana umum dengan rincian penggunaannya sebagai 
berikut: 
 Permukiman umum = 51,2 Ha 
 Perkantoran = 2,10 Ha 
 Sekolah = 2 Ha 
 Pertokoan = 3,60 Ha 
 Pasar = 0,20 Ha 
 Terminal = 0,10 Ha 
 Jalan = 2 Ha
18 
 Pertanian sawah = 192,51 Ha 
 Ladang / tegalan = 39,2 Ha 
 Padang rumput / gembala = 26,4 Ha 
 Tanaman pakan ternak = 8,60 Ha 
 Lapangan sepakbola = 1 Ha 
 Lapangan bola volley & basket= 1,60 Ha 
 Taman Wisata Karangkates = 29,5 Ha 
Wilayah Desa Karangkates terbagi menjadi dua Dukuh yaitu Dukuh 
Bandung dan Dukuh Karangkates yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 40 
Rukun Tetangga (RT). Untuk lebih jelas letak Desa Karangkates dapat dilihat 
pada Lampiran 1. 
b. Gambaran Umum Demografis 
Gambaran umum demografis menerangkan tentang kondisi keadaan 
penduduk yang terdapat pada suatu daerah yang didapatkan melalui hasil 
pendataan penduduk. Yang kegunaannya sendiri sebagai data bagi pengurus desa 
untuk menciptakan kesejahteraan penduduk sesuai dengan keadaan demografi 
serta populasi penduduk yang ada. 
Desa Karangkates berada di dalam Wilayah Kecamatan Sumberpucung 
Kabupaten Malang. Jumlah penduduk seluruhnya 10.969 Jiwa, terdiri dari 3.252 
Kepala Keluarga. Dengan selisih antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan 
yang kecil sehingga dapat dikatakan keadaan penduduk Desa Karangkates ini 
cukup seimbang. 
Sebagai desa yang berada di persimpangan jalur baik dari selatan 
(Kecamatan Kalipare) maupun dari utara dan barat perbatasan dengan Kabupaten
19 
Blitar, mobilitas penduduk relatif tinggi, sehingga tampak pada perubahan jumlah 
penduduk pada akhir tahun 2013 komposisi penduduk sebagai berikut: 
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Karangkates 
No U R A I A N Jumlah Jiwa % 
1 Penduduk : 
a. Laki-laki 
b. Perempuan 
c. Jumlah 
5.505 
5.464 
10.969 
50,19 
49,81 
100 
2 Kepala Keluarga 3.252 
3 Kelompok Umur 
a. Umur 16 – 50 tahun 
b. Umur 16 ke bawah 
c. Umur diatas 50 tahun 
d. Jumlah 
6.254 
2.046 
2.669 
10.969 
57,01 
18,65 
24,33 
100 
4 Rata-rata anggota keluarga 3.37 
Sumber: Kantor Balai Desa Karangkates, 2013 
Dari tabel di atas tampak bahwa penduduk laki-laki dan perempuan di 
Desa Karangkates memiliki jumlah yang relatif seimbang. Dari jumlah penduduk 
Desa Karangkates tampak bahwa rata-rata tiap Kepala Keluarga memiliki anggota 
keluarga sebanyak 3.37 orang. Dari tabel kelompok umur distribusi penduduk 
yang berumur 16 sampai 50 tahun (57,01 %) lebih banyak dari pada yang berumur 
16 tahun ke bawah (18,65 %) atau yang berumur di atas 50 tahun (24,33 %). Hal 
ini menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di Desa Karangkates terbanyak 
dalam usia produktif (57,01 %). Dari tabel tampak bahwa usia di atas 50 tahun 
relatif lebih tinggi dari di bawah 16 tahun dapat pula dikatakan bahwa usia 
harapan hidup relatif lebih meningkat.
20 
Tingkat pertumbuhan penduduk Desa Karangkates Berdasarkan hasil 
analisa rata-rata adalah sebesar 0,24 % per tahun. Hal ini karena adanya 
perpindahan penduduk masuk Desa Karangkates. 
e. Kondisi Sosial Ekonomi 
Keadaan sosial masyarakat Desa Karangkates secara keseluruhan dapat 
dikatakan sangat baik, karena kerukunan antar warga sangatlah terjamin. Selain 
itu kondisi ekonominya juga sudah rata-rata memiliki pekerjaan yang tetap untuk 
memnuhi kehidupan sehari-hari. Dengan dijadikannya waduk Lahor sebagai 
tempat wisata juga berperan dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Mata 
pencaharian penduduk Desa Karangkates sebagian besar adalah Petani dan Petani 
Penggarap, yang lain buruh dan pegawai swasta seperti tampak pada tabel berikut: 
Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Karangkates 
NO KETERANGAN JUMLAH (ORANG) 
1. Petani 2.556 
2. Pekerja disektor Jasa/Perdagangan 1.846 
3. Pekerja disektor Industri 890 
Sumber: Kantor Balai Desa Karangkates, 2013 
Dari tabel di atas sebagian besar penduduk masih bekerja pada sektor 
pertanian dan yang berhubungan dengan pertanian (28,70 %), yang bekerja pada 
sektor jasa/perdagangan sebanyak 20,72 %. Oleh karena itu masyarakat Desa 
Karangkates masih bercirikan agraris. Petani pada Desa Karangkates tersebut 
terdiri dari petani yang bergerak pada sektor padi jagung, tetapi juga sebagai 
petani ikan.
21 
f. Potensi Sumberdaya Air 
 Air Tanah 
Sumber Air tanah di Desa Karangkates yang dapat dijumpai berupa air 
tanah dalam ini dapat diketahui dari sumur yang ada kedalaman mencapai 
16 m. Sumur-sumur tersebut dapat digunakan pada musim hujan, namun 
pada musim kemarau sumur-sumur tersebut airnya keruh dan sangat 
kurang. Permukaan air sumur mengikuti perkembangan ketinggian muka 
air sungai Brantas. Apalagi sumur-sumur di sekitar Bendungan 
Karangkates kedalaman sumur dapat mencapai 25 m atau lebih. Dengan 
kondisi pada musim kemarau yang kering. Sehingga warga terpaksa 
mengambil air dari sumber air yang jaraknya ± 1 km. 
 Mata Air 
Ada beberapa mata air yang ada di Desa Karangkates. 
1. Sumber mata air di Dam Lahor, yang digunakan warga RW 01 dan 
sebagian warga RW 02 untuk MCK. Debit yang dihasilkan kecil. 
2. Sumber air di samping Jalur KA (Kereta Api) digunakan warga RW 02 
dan sebagian warga RW 03, sebenarnya lokasinya sangat berbahaya 
karena berada di sekitar lintasan Kereta Api. 
3. Sumber mata air di RW 04, sumber ini memiliki debit yang besar di 
musim kemarau sehingga apabila ditampung dapat di gunakan untuk 
warga yang membutuhkan. Sumber mata air ini yang direncanakan 
untuk disalurkan ke wilayah Dukuh Bandung Barat dan Dukuh 
Karangkates sekitar Bendungan.
22 
g. Potensi Perikanan Darat 
Salah satu potensi wilayah Desa Karangkates yang perlu dikembangkan 
adalah perikanan darat. Pemerintah Desa Karangkates bekerjasama dengan Perum 
Jasatirta dan Kelompok Petani Ikan Desa Karangkates yang sudah terbentuk, 
mengembangkan potensi alam ini dengan pemeliharaan ikan di sungai Brantas 
dan Lahor menggunakan jaring sekat. Penebaran benih dilakukan pada saat awal 
air di waduk naik pada Bulan Februari. Ikan dapat dipanen secara keseluruhan 
pada Bulan November. Penebaran benih sebanyak 750.000 ekor ikan bandeng 
dan hampir 3 juta ekor ikan nila. Berhasil dipanen sebanyak ± 775 ton ikan 
bandeng dan nila siap konsumsi. Pembinaan terhadap kelompok Tani Ikan 
dilakukan secara rutin dengan pertemuan bersama Perum Jasatirta. Pada akhir 
tahun 2013 terdapat 14 kelompok tani ikan se-Desa Karangkates. 
3.2 Sejarah dan Perkembangan Usaha Pembesaran Ikan Nila 
Usaha pembesaran ikan nila di Sumber Makmur yang dimiliki oleh Bapak 
Prawoto berdiri sejak September 2005 yang berawal dengan adanya potensi 
daerah yang belum dimanfaatkan yaitu Waduk Lahor, dengan modal awal usaha 
sebesar 57 juta terdiri dari modal pinjaman sebesar 38 juta berbunga 30% dan 
sisanya berasal dari modal sendiri untuk membuat 2 kolam yang mana sebesar 26 
juta untuk membeli bibit dengan jumlah 500rb ekor, pembelian material ± 5 juta, 
alat panen 2 juta dan sisanya dugunakan untuk pembelian pakan ± 3 ton. Pada 
awal berdirinya usaha ini sebenarnya terdiri dari 4 orang namun pada perjalanan 
waktu usaha yang dikepalai oleh Bapak Parwoto ini memilih mundur dari usaha 
sehingga pada panen pertama hasil untung dari produksinya langsung 
dikembalikan untuk membayar utang, kemudian pada produksi selanjutnya usaha
23 
pembesaran ikan nila ini dijalankan sendiri oleh Bapak Parwoto yang dibantu oleh 
istrinya. 
Nama Sumber Makmur sendiri berawal dari adanya sumber yang berada 
pada waduk, yang mana sumber tersebut digunakan sebagai sumber air pengisi 
kolam ketika waduk sedang surut. Mulanya dinamakan Sumber Pacet, karena 
anggapan bahwa pacet adalah ”susah, seret, ataupun macet” maka untuk 
kelangsungan usaha kedepan agar usahanya berjalan dengan sukses, baik dari segi 
usaha ataupun dari keluarganya, oleh karena itu diambil nama Sumber Makmur 
sebagai pilihan yang tepat. 
3.3 Keadaan Usaha Pembesaran Ikan Nila 
Usaha pembesaran ikan nila yang berdiri sejak 2005 ini memiliki 3 kolam 
pembesaran yaitu untuk kolam pembesaran 1 dan 2 digabung menjadi satu dengan 
panjang 100 m dan lebar 50 m dengan kedalaman 10 m, kemudian pada kolam 3 
panjangnya 110 m, lebar 85 m dengan kedalaman 10 m yang ditunjang oleh satu 
rumah jaga sebagai sarana istirahat dengan sampingan jualan kebutuhan pangan 
bagi pengunjung kolam. Hanya saja belum terdapat sistem pengelolaan sampah 
dari pemancing (konsumen) sehingga terlihat keadaan sampah yang berserakan. 
Usaha Sumber Makmur ini bukanlah usaha yang berdiri sendiri di Waduk 
Lahor dan masih banyak usaha bididaya lain seperti budidaya ikan lele, ikan 
bandeng, dan lain-lain. Dalam satu kawasan usaha ini sebenarnya terdapat suatu 
kelompok petani ikan namun dikarenakan setiap proses produksi ini mengalami 
kerugian yang disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal, 
maka himpunan kelompok petani tersebut pecah sehingga lebih fokus pada 
usahanya masing-masing.
24 
Selain sebagai kawasan wisata Waduk Lahor juga memiliki potensi yang 
dapat dimanfaatkan dengan mengandalkan sumber air ketika waduk surut dan 
melimpahnya air ketika pasang, maka dalam usaha seperti ini bisa 
mengesampingkan sumberdaya air untuk menurunkan biaya pengeluarannya 
sebagai alokasi kekebutuhan yang lain. 
Melihat dari segi minat konsumen yang sangat tinggi terhadap ikan nila 
baik warga Desa Karangkates ataupun Malang sekitarnya tempat budidaya ikan 
milik Bapak Prawoto ini tidak pernah mengalami sepi konsumen, namun 
keberadaan konsumen (pembeli) juga tidak selalu konstan, tetap mengalami naik 
turun tergantung pada musim serta siklus hidup ikan tersebut. Hanya saja pada 
pengelolaan tempat bagi konsumen (pemancing) belum terdapat tempat yang 
strategis dan luas, sehingga kadangkala para pemancing ini mengalami kesulitan 
tempat yang nyaman. 
3.4 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas 
Struktur organisasi dan pembagian tugas pada usaha pembesaran ikan nila 
Sumber Makmur milik Bapak Prawoto yang mulanya didirikan oleh empat orang 
ini tidak memiliki struktur organisasi dikarenakan pada usaha tersebut segala 
sesuatu hanya dikerjakan sendiri hanya dibantu oleh istrinya, namun meskipun 
demikian usaha pembesaran ikan nila milik Bapak Prawoto ini berjalan dengan 
baik karena ditopang oleh keuletan dari pemilik usaha, serta sesuai dengan asumsi 
seperti teori pada pembahasan akademik dalam pelaksanaan usahanya seperti teori 
pemberian pakan yang berdasarkan berat tubuh ikan, teknik penebaran ikan sesuai 
dengan luas kolam, strerilisasi kolam dengan cara pemupukan, dan lain-lain. 
Tetapi biasanya Bapak Prawoto juga mempekerjakan orang (kuli) untuk
25 
membantu dalam melakukan proses renovasi kolam ketika air waduk mengalami 
fase surut. Karena akan kualahan atau tidak mampu jika dikerjakan dengan 
sendiri. Selain itu, juga terdapat masukan dari DKP setempat untuk perkembangan 
usaha misalkan seperti: jenis bibit yang unggul, pengelolaan pakan dan lain-lain. 
3.5 Bentuk Usaha 
Bentuk usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur adalah jenis usaha 
dengan skala rumah tangga, modal yang digunakan pada proses pembesaran ikan 
nila berasal dari modal sendiri. Hanya saja usaha ini belum berada pada naungan 
pemerintah secara sah, sehingga dalam permodalan untuk biaya produksi butuh 
pengajuan proposal terlebih dahulu dan memakan waktu yang relatif lama. 
Usaha yang langsung dikerjakan dengan sistem kekeluargaan ini juga 
memiliki pembukuan yang mencakup masalah pengeluaran ataupun pemasukan 
untuk usahanya, namun dengan sistem penulisan yang tertera pada pembukuannya 
ini sudah mencakup tentang gambaran alira biaya selama siklus produksi sehingga 
dapat digunakan sebagai acuan untuk produksi periode selanjutnya. 
Meskipun demikian, usaha yang didirikan oleh Bapak Prawoto ini tetap 
berjalan dengan baik dengan seiring berjalannya waktu sudah menunjukkan 
perkembangan yang baik untuk kesuksesan usaha pembesaran ikan nila, yang 
nantinya dapat menciptakan tempat wisata air seperti yang telah dicanangkan oleh 
Bapak Prawoto sendiri.
26 
4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG 
4.1 Aspek Teknis 
4.1.1 Sarana Kegiatan Pembesaran Ikan Nila 
Sarana produksi merupakan fasilitas yang berhubungan secara langsung 
dalam proses produksi, sehingga mempengaruhi langsung mengenai keberhasilan 
dari usaha, keberadaan sarana produksi diharapkan pada tumbuh kembangnya 
usaha yang dijalankannya. 
Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur sarana produksi yang 
digunakan diantaranya: 
a. Kolam 
Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur terdapat 3 petakan 
kolam pembesaran. Dimana kolam 1 dan kolam 2 dijadikan satu namun ada sekat 
pembatasnya yang mempunyai ukuran total 50 m x 100 m dengan kedalaman 10 
m. Sedangkan pada kolam 3 memiliki ukuran sebesar 85 m x 110 m dengan 
kedalaman 13,5 m. 
Namun pada kolam pembesaran 1 juga terdapat kolam apungan (keramba 
jaring apung) yang digunakan sebagai pendederan benih pertama sebelum 
dilepaskan pada kolam pembesaran, kolam apungan tersebut memiliki ukuran 10 
m x 10 m dengan kedalaman 3 m. Hanya saja kolam apung tersebut dapat 
berfungsi ketika air sedang mengalami fase pasang. Untuk mengetahui lebih jelas 
mengenai kondisi kolam ketika mengalami fase pasang dapat dilihat pada gambar 
2.
27 
Gambar 2. Kolam Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur 
Kontruksi dari kolam tersebut sebenarnya terdapat petakan-petakan lahan 
seperti kolam trasidional yang hanya dapat diketahui ketika air waduk sedang 
mengalami fase surut, hanya saja kegunaan jaring sekat disini digunakan sebagai 
sekatan ketika air sedang pasang untuk mencegah keluarnya ikan. Pada petakan 
kolam tersebut terdapat 5 petakan yaitu: 
 2 petak kolam dengan ukuran 10 m x 10 m yang memliki kedalaman 3 m 
 2 petak kolam dengan ukuran 7 m x 6 m memiliki kedalaman 1 m 
 1 petak dengan ukuran 9 m x 4,5 m dengan kedalaman 2 m 
Untuk lebih jelas tentang kontruksi bangunan kolam petakan pada 
pembesaran ikan nila Sumber Makmur, maka dapat dilihat pada gambar 4. 
Gambar 3. Petak Kolam Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur
28 
b. Benih 
Benih yang digunakan dalam pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
merupakan benih yang berasal dari BBI Wlingi, Kabupaten Blitar. Dikarenakan 
letak usaha dengan BBI Wlingi tidaklah jauh sehingga untuk mendapatkan benih 
dengan kualitas yang baik bukanlah halangan yang dihadapi. Disamping itu 
karena adanya perhatian dari pemerintah setempat, usaha milik Bapak Parwoto 
juga mendapatkan subsidi benih untuk pengembangan usahanya walaupun dengan 
jumlah yang tidak banyak. 
Benih yang dibeli dari BBI Wlingi tersebut, menurut informasi dari 
pemilik usaha yaitu Bapak Parwoto didapatkan dengan harga Rp. 35,-/ekor 
dengan ukuran 3 cm. Dengan pembelian 26 juta rupiah, bibit yang diperoleh 
sebanyak 500.000 ekor. Itupun didapatkan pada awal berdirinya usaha yaitu pada 
september 2005, sedangkan harga sekarang ± Rp. 40,-/ekor. 
Dengan benih tersebut Bapak Prawoto dapat menciptakan indukan ikan 
nila sebanyak 600 ekor dimana untuk indukan yang memiliki bobot tubuh 5-6/kg 
dapat menghasilkan benih sebanyak 1000-1500 ekor, sedangkan untuk indukan 
yang memiliki bobot tubuh 3-4/kg dapat menghasilkan benih sebanyak 1500-2500 
ekor, dengan hasil pembenihan yang didapatkan sebanyak ini sehingga membuat 
Bapak Prawoto untuk produksi periode selanjutnya sudah mengesampingkan 
biaya pembelian benih. Dengan asumsi penebaran benih yang dilakukan yaitu 10 
ekor/m2 dari luas kolam pembesaran.
29 
c. Peralatan 
Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur yaitu: 
 Timbangan 
Gambar 4. Timbangan 
Timbangan digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui bobot dari 
ikan yang akan dibeli konsumen. Jika tidak adanya timbangan maka akan 
menghambat dalam proses penjualan ikan nila. Timbangan yang digunakan pada 
pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanyalah timbangan kecil biasa seperti 
timbangan gula. Hal ini disebabkan setiap volume penjualan hanyalah berskala 
kecil saja. 
 Karamba 
Gambar 5. Karamba
30 
Karamba memiliki kegunaan sebagai wadah tampung sementara untuk 
ikan hasil pancingan. Karamba ini memang disediakan untuk para pemancing dan 
sebagai wadah stok ikan bagi pesanan. Karamba yang tersedia ada ukuran kecil 
dan ukuran besar. Biasanya untuk ukuran kecil digunakan oleh pemancing, 
sedangkan pada karamba ukuran besar digunakan oleh Bapak Prawoto sebagai 
wadah/stok ikan pesanan. Karamba yang digunakan berasal dari buatan sendiri 
dan ada beberapa yang hasil beli. Untuk karamba yang buatan sendiri ini 
memanfaatkan jaring sisa dari jaring sekat yang telah digunakan. 
 Seser 
Gambar 6. Seser 
Seser digunakan untuk membantu menangkap ikan nila. Sama halnya 
dengan karamba, seser yang dimiliki oleh Bapak Prawoto ini juga berasal dari 
buatan sendiri yang memanfaatkan sisa penggunaan jaring sekat. 
 Jala 
Gambar 7. Jala
31 
Jala digunakan untuk membantu menangkap ikan ketika fase air waduk 
sedang mengalami pasang. Jala biasanya digunakan untuk menagkap ikan pesanan 
dan berguna ketika ada pesanan ikan saja. Namun jika tidak adanya jala seperti itu 
maka untuk memenuhi pesanan yang datang, pasti akan mengalami kesulitan 
karena air ketika pasang memiliki kedalaman yang cukup tinggi. 
 Ember 
Gambar 8. Ember 
Ember biasanya digunakan sebagai wadah ikan untuk ditimbang, namun 
juga memiliki kegunaan lain sebagai wadah pellet untuk membantu dalam 
pemberian pakan ikan. Ember yang tersedia hanyalah ember yang memiliki 
ukuran sedang. 
 Perahu 
Gambar 9. Perahu
32 
Perahu digunakan sebagai sarana alat bantu menagkap ikan, selain itu juga 
digunakan sebagai sarana transportasi untuk menyeberangi waduk. Karena kolam 
letak kolam 3 berada pada seberang waduk, sehingga kegunaan perahu penting 
untuk meningkatkan produktifitas kerja. 
 Jaring 
Gambar 10. Jaring 
Jaring digunakan sebagai alat untuk membentuk sekat-sekatan pada kolam, 
yang berfungsi untuk menjaga agar ikan tidak lepas dari petakan kolam, selain itu 
juga berfungsi sebagai pelindung bagi ikan dari hama yang menyerang ikan nila 
seperti ikan gabus dan ikan pembersih kaca. 
 Diesel pompa air 
Gambar 11. Diesel Pompa Air
33 
Kegunaannya yaitu untuk membantu mempermudah dalam pengurasan 
lumpur yang mengendap pada kolam ketika air sedang mengalami fase surut. Jika 
tidak adanya bantuan pompa ini maka justru akan memperlama pekerjaan dalam 
melakukan renovasi kolam. 
d. Pakan 
Pakan yang digunakan pada usaha pembesaran ika nila Sumber Makmur 
adalah pakan buatan berupa pelet, jenis pelet yang digunakan yaitu T781-2 
dengan kadar protein 33-38% dan T78 kadar proteinnya 25-27%. Dengan 
pemberian pakan yang digunakan yaitu menurut presentase berat badan (4,5% x 
Berat Badan). Untuk 500 ekor benih ikan nila pada umur 0-60 hari dengan 
pemberian pakan sebanyak 7 kg dalam 3x sehari. 
Selain pakan pelet yang digunakan, pada pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur juga menggunakan pakan tambahan berupa daun rambutan dan daun 
lembayung yang dibeikan ketika air sedang mengalami fase surut dan tubuh ikan 
kelihatan kuat karena seperti yang telah diketahui bahwa ikan nila termasuk jenis 
ikan omnivora (pemakan segala). Dengan pemberian pakan tambahan tersebut 
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan 1 ons tiap dalam 2 minggu sehingga ketika 
dalam 1,5 bulan mampu bertambah sebesar 3 ons yang mana untuk ikan yang isi 
8-9 ekor/ Kg dapat meningkat menjadi 4-5 ekor/kg dalam kurun waktu 1,5 bulan. 
Pada pemeliharaan sistem ekstensif (tradisional) dengan padat penebaran 
rendah, ikan nilatidak perlu diberi pakan tambahan. Pada sistem pemeliharaan 
semiintensif, habitat dipupuk agar pakan alami tumbuh lebih subur. Pada 
pemeliharaan secara intensif, selain dipupuk, juga perlu pakan tambahan berupa 
pellet dengan kadar protein 20-25%. Banyaknya pakan tambahan antara 2-3%
34 
berat per hari. Ikan nila mampu tumbuh cepat dengan pakan yang mengandung 
protein (cukup rendah), yaitu sebanyak 20-25%. Ikan mas hanya dapat tumbuh 
baik bila kadar protein pakannya 30-45% (Suyanto, 2010). 
e. Pupuk 
Pupuk yang digunakan pada kolam pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
merupakan jenis pupuk anorganik berupa mes (bahasa lokal untuk pupuk), pupuk 
ini berfungsi sebagai penumbuh lumut pada proses sterilisasi setelah kolam 
dibersihkan dasarnya dari lumpur. Penggunaan pupuk ini sebagai bahan 
terciptanya pakan alami berupa plankton yang banyak sehingga nantinya pada 
proses penebaran ikan akan tersedia plankton-palnkton sebagai pakan alami ikan. 
Pemberian pupuk pada kolampun hanya pemberian langsung secara merata tidak 
berdasarkan ketentuan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan seperti biasanya. 
Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kola harus dipersiapkan 
dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam 
dicangkul dan diratakan. Setelah itu dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 
Kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 
dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya, kolam diberi pupuk 
organic sebanyak 300-1000 Kg/ha. Pupuk urea dan TSP juga diberikan sebanyak 
50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu, lalu 
ditebarkan merata didasar kolam (Suyanto, 2010). 
4.1.2 Prasarana Kegiatan Pembesaran Ikan Nila 
Prasarana adalah segala fasilitas yang menunjang terjadinya proses yang 
ada, sebelum maupun sesudah proses produksi berlangsung (Primyastanto dan 
Tjahjono, 2005).
35 
Prasarana produksi pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
diantaranya: 
a. Sistem pengairan 
Kebutuhan air pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur terbilang 
mudah karena dengan adanya sumber yang tersedia dan debit air waduk yang 
melimpah tentunya faktor air bisa dianggap dapat menghemat biaya karena tidak 
memerlukan berbagai perlakuan yang banyak. 
Sistem pengairan yang dijalankan sangatlah sederhana yaitu apabila air 
waduk sedang pada fase surut, maka pada usaha milik Bapak Prawoto ini 
memanfaatkan sumber yang tersedia, dengan langsung mengalirkan kedalam 
petakan kolam secara langsung, kemudian ketika air waduk sedang pasang 
dipasok langsung dari meningkatnya debit air waduk. 
Air merupakan kebutuhan yang sangat menunjang dalam usaha 
pembesaran ikan nila, dikarenakan air merupakan media hidup dari ikan tersebut. 
Kadar kandungan dalam air sendiri juga akan sangat mempengaruhi kehidupan 
dari ikan, misalkan apabila suatu perairan banyak mengandung unsur logam berat 
maka kehidupan ikan tersebut akan terganggu bahkan mati. Menurut nformasi dari 
Bapak Prawoto kandungan air pada Waduk Lahor sendiri memiliki kandungan 
logam yang normal, yang mana bisa diindikasikan seperti tidak adanya gangguan 
kesehatan pada ikan, adanya gangguan kesehatan pada ikan nila hanya terjadi 
ketika air sedang surut dan angin permukaan maka akan ada beberapa ikan yang 
terkena penyakit yang menyebabkan ekor dari ikan tersebut rusak/putus, hanya 
saja keadaan seperti itu dianggap bukan masalah yang serius karena tingkat
36 
mortalitas (kematian) dari usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanya 
sebesar 5%. 
b. Sistem penerangan 
Sistem penerangan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
sendiri berasal dari PLN, hanya pada kolam pembesaran 1 dan 2 yang terdapat 
lampu penerangan yang berjumlah 2 buah dan mempunyai daya sebesar 300 watt. 
Lampu tersebut digunakan untuk membantu aktifitas pengelolaan kolam ketika 
malam hari. Selain itu juga mempermudah dalam pengawasan keamanan kolam. 
Lampu juga digunakan sebagai sarana pembantu keamanan kolam ketika malam, 
buka karena akan kehilangan ikan. Karena tidak sedikit juga ada pemancing yang 
datang ketika malam hari yang mancing bahkan sampai selesai ketika fajar 
terbitpun terkadang ada. Oleh karena itu sistem penerangan disini memiliki salah 
satu kegunaan yang sangat penting untuk menunjang berkembangnya usaha 
pembesaran ikan nila. 
c. Sistem transportasi 
Keadaan sistem transportasi pada suatu usaha memegang peran yang 
sangat penting salah satunya yaitu dalam mencari pasar, dimana apabila suatu 
usaha mempunya lokasi yang mudah dijangkau dengan akses lancar imbal 
baliknya akan meningkatkan minat konsumen, karena sistem pemasaran ikan nila 
Sumber Makmur menggunakan sistem buka kolam pemancingan dan pelayanan 
pesanan, maka faktor akses/jalan menuju tempat usaha sangatlah diperhatikan 
keadaannya. 
Kondisi jalan untuk menuju usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
bisa dikatakan cukup baik karena topografi jalan sudah rata dan beraspal, hanya
37 
saja ada sebagian dari badan jalan ada yang sudah rusak yang dikarenakan tidak 
adanya tempat aliran air hujan yang baik sehingga dapat mempercepat kerusakan 
jalan. 
Sarana transportasi pada usaha pembesaran ikan nila memiliki transportasi 
pribadi yaitu sepeda motor, yang digunakan untuk membeli berbagai 
perlengkapan produksi ikan dan kepeluan warung. Selain itu juga tersedianya 
armada perahu yang digunakan untuk membantu penyeberangan waduk menuju 
kolam 3 tanpa menggunakan bahan bakar. Perahu memiliki peran yang sangat 
penting karena jika tidak memiliki perahu maka bukan tidak mungkin usaha yang 
terletak pada waduk tidak akan berjalan. 
d. Sistem komunikasi 
Sistem komunikasi yang terdapat pada usaha pembesaran ikan nila 
Sumber Makmur dilakukan langsung dipegang oleh Bapak Prawoto dengan 
sarana handphone, yang digunakan untuk memperlancar segala transaksi yang 
dijalankaan meliputi: pemesanan pakan ikan, pesanan ikan dari konsumen, dan 
lain-lain. Selain itu handphone juga berguna untuk menjalin hubungan antar 
pemilik kolam dan juga pada konsumen. Namun seperti sistem pemesanan ikan 
yang dilakukan oleh konsumen ini dilakukan secara langsung datang ketempat 
usaha Bapak Prawoto. 
4.1.3 Persiapan Kolam Pembesaran 
Pada kolam pembesaran sebealum ditebar benih ikan nila maka perlakuan 
yang diadakan terlebih dahulu yaitu melakukan renovasi kolam dengan cara 
membersihkan lumpur pada dasar air dengan menggunakan bantuan pompa air 
pembuang lumpur untuk menghilangkan sisa-sisa bahan organik yang ada
38 
sebelumnya untuk memperbaiki kualitas air, kemudian setelah seluruh lumpur 
dihilangkan dilakukan sterilisasi kolam yaitu dengan mengeringkan kolam disertai 
dengan pemberian pupuk secara merata untuk menumbuhkan lumut yang mana 
lumut tersebut bisa digunakan sebagai pakan alami ketika ikan ditebar, setelah itu 
dilakukan pengisian air sesuai dengan jumlah ikan yang ditebar, dengan asumsi 
bahwa 10 ekor/m2, setelah itu dimasukkan indukan untuk menghasilkan benih 
sebelum masuk pada proses pembesaran, kemudian setelah benih didapat maka 
langkah selanjutnya yaitu pemindahan benih kedalam jaring apung yang tersedia 
sampai air menuju pasang tertinggi kemudian dilepas pada kolam pembesaran. 
4.1.4 Persiapan Benih Ikan Nila 
Benih yang digunakan dalam pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
berasal dari BBI Wlingi, Kabupaten Blitar. Benih yang didapatkan merupakan 
benih dengan kualitas 1 yaitu dengan pertumbuhan 6-7 kg dalam waktu 4 bulan 
memiliki ukuran 3 cm. Untuk sekarang usaha milik Bapak Prawoto sudah 
melakukan pembenihan sendiri karena pada pembelian benih di BBI Wlingi 
tersebut dalam satu kali siklus produksi terdapat sisa ikan sebanyak ± 600 ekor 
yang digunakan sebagai indukan, sehingga untuk produksi selanjutnya tidak perlu 
melakukan pembelian benih lagi. Seperti yang telah diketahui informasi dari 
pemilik indukan yang ada mempunyai ukuran berat 5-6/kg yang dapat 
menghasilkan benih sebanyak 1000-1500 ekor dan juga 3-4/kg dapat 
menghasilkan benih sebanyak 1500 sampai 2500 ekor. 
Dari sekian benih yang dimiliki untuk penebaran benih dilakukan pada 3 
kolam pembesaran dengan padat penebaran sesuai dengan ratio dari luas kolam 
pembesaran. Dengan asumsi penebaran 10 ekor/m2.
39 
Kualitas yang dihasilkan pada Waduk Lahor juga sangat menentukan 
pertumbuhan dan perkembangan dari ikan itu sendiri, seperti yang diketahui dari 
informasi pemilik bahwa kandungan air diwaduk tersebut rata-rata yang dapat 
diindikasikan dengan sistem pertumbuhan dari benih ikan nila bisa dikatakan 
normal tanpa ada hambatan yang berarti. 
Benih ikan nila yang digunakan untuk pembesaran sebaiknya yang telah 
mancapai ukuran 8-12 cm. padat penebaran benih antara 15-20 ekor/m3. 
Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 cm. Nila diberi pellet sebanyak 2-4% 
bobot biomassa ikan diberikan 3-5 kali sehari. Pellet yang diberikan minimal 
mengandung protein 20%. Dengan menebar benih ukuran 8-12 cm selama 4 bulan 
pemeliharaan maka ikan dapat mencapai ukuran 400-600 gr/ekor (Kordi dan 
Ghufran, 2010). 
4.1.5 Pemupukan 
Pupuk yang digunakan pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
merupakan pupuk anorganik yaitu jenis mes (bahasa lokal untuk pupuk), 
pemupukan dilakukan ketika pada fase sterilisasi kolam bersamaan dengan 
pengeringan kolam yang nantinya sebagai media penumbuh lumut yang dapat 
dijadikan pakan alami ikan nila. Kadar yang diberikan tidaklah menentu 
tergantung luas kolam yang ditebari secara merata dan dianggap sudah cukup. 
Pemupukan saat persiapan tambak diperlukan sebagai sumber nutrien 
untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton. Pemupukan awal ditunjukan untuk 
meningkatkan produksi ikan nila, tetapi ikan sendiri tidak memanfaatkan pupuk 
secara langsung. Pupuk yang diberikan ditujukan untuk memasok unsur hara yang 
sangat diperlukan (Kordi dan Ghufran, 2013).
40 
4.1.6 Pemberian Pakan 
Pemberian pakan ikan nila pada usaha pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur yaitu berupa pakan pelet dan daun lembayung juga daun rambutan. 
Untuk pakan pelet dilakukan sesuai dengan perbandingan umur dan prosentase 
berat badan ikan, dengan menggunakan asumsi 4,5% x berat badan. Dengan 
menebar benih sebanyak 500.000 ekor untuk usia 0-60 hari pakan yang diberikan 
sebanyak 7 Kg dalam sekali pakan yang dilakukan 3x dalam sehari, kemudian 
untuk usia 60-75 hari diberi sebanyak 4%, 7-100 hari sebesar 3,5%, 100-115 hari 
sebesar 3%, 115-130 hari sebesar 2,7%, 130-145 sebesar 2 %. Untuk lebih 
jelasnya dalam prosentase pemberian pakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 
Tabel 3. Prosentase Pemberian Pakan Ikan Nila 
No. Usia (hari) Prosentase (%) 
1. 0-60 4,4 
2. 60-75 4 
3. 75-100 3,5 
4. 100-115 3 
5. 115-130 2,7 
6. 130-145 2 
Sumber: Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur, 2014 
Sedangkan untuk pemberian pakan tambahan yaitu rambutan dan 
lembayung ini dimaksudkan hanya sebagai selingan dari pemberian pakan, yang 
diberikan ketika fase air sedang surut serta keadaan tubuh ikan terlihat kuat 
dikarenakan ikan nila termasuk dalam golongan ikan omnivora, sehingga jika 
hanya diberi pakan berupa pelet dianggap akan menaikkan biaya. Namun dengan
41 
pemberian pakan tambahan tersebut justru pertumbuhan ikan bisa dianggap 3 kali 
lipat pertumbuhannya yang mana ikan ukuran 8-9 ekor/ Kg dapat menjadi 4-5 
ekor/ Kg kurang lebih dalam waktu 1,5 bulan. 
Menurut Kordi dan Ghufran (2013), Untuk pembesaran ikan nila 
diperlikan pakan berupa pellet yang mengandung protein sebanyak 25-35% 
sebanyak 2-4% bobot ikan per hari. Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari, 
yaitu pagi, siang dan sore hari. Presentase pakan untuk ikan harus benar-benar 
diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu ukuran. Patokan yang ada kadang 
tidak terlalu tepat. Pasalnya, pada umur atau ukran tertentu ikan nila 
membutuhkan jumlah atau porsi pakan yang berbeda-beda. Ikan nila 
membutuhkan pakan 2-10% per bobot total ikan dalam wadah budidaya. 
Tergantung dengan ukuran ikan nila, ikan nila berukuran 5-20 gram/ekor 
membutuhkan pakan sebanyak 4-6% dari bobot tubuh/hari, sedangkan ikan yang 
berukuran 100-200 gram cukup diberi pakan 2-2,5% dari bobot tubuh/hari. 
Tabel 5. Jumlah Pakan yang Diberikan Pada Nila (suhu 27-29 oC) 
No. Bobot tubuh (gram) 
Dosis pemberian pakan (% 
bobot tubuh/hari 
1. 1-5 10-7 
2. 5-20 6-4 
3. 20-100 4-2,5 
4. 100-200 2,5-2 
5. 200-400 2-1,5 
Sumber: Budidaya Ikan Nila Unggul, 2013
42 
4.1.7 Pemeliharaan Ikan di Kolam 
Dalam pembesaran ikan nila pada kegiatan pemeliharaan dikolam yang 
dilakukan yaitu selain pemberian pakan juga dilakukan berbagai kegiatan seperti, 
kontrol keadaan jaring, pengamatan pertumbuhan ikan. Pada kegiatan 
pengontrolan keadaan jaring ini merupakan suatu kegiatan yang sangat vital 
karena disetiap keadaan air naik/pasang perlu dilakukan pengecekan apakah 
terdapat jaring yang sobek, selain itu juga menaikkan jaring jika suatu ketika air 
pasang lupa tidak dinaikkan maka keberadaan ikan akan lepas. Untuk kegiatan 
pengecekan keadaan jaring tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu tetapi 
jika ketika air sedang surut cukup dengan cek secara langsung. Kemudian pada 
pengamatan pertumbuhan ikan dapat diketahui ketika dalam pemberian pakan 
yang dilakukan langsung oleh pemilik usaha. 
4.1.8 Pemanenan 
Proses pemanenan pada pembesaran ikan nika Sumber Makmur tidaklah 
dilakukan dengan proses pemanenan pada umumnya, dimana pada usaha milik 
Bapak Prawoto ini dilakukan dengan cara yaitu membuka kolam pemancingan 
dan pemesanan. Pada pemancingan ini dilakukan ketika ukuran ±1 Kg antara isi 
5-6 ekor, jika tidak dengan ukuran seperti itu maka dianggap akan mengalami 
kerugian, dimana bisa diasumsikan dengan perbandingan banyaknya jumlah ekor 
yang dikeluarkan pada setia per kilo nya. Pada usaha pmbesaran ikan nila Sumber 
Makmur ini dalam pemancingannya sudah lumayan terkenal keseluruh Malang 
raya tidak sedikit pula yang sering dijumpai seperti pelanggan dari Kota Batu, 
Kepanjen dan lain sebagainya.
43 
Selain dengan proses pemancingan proses pemanenan juga dilakukan 
dengan memenuhi pesanan, yang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap 
berupa jala karena sifat dari ikan nila sendiri termasuk ikan pelagis yang 
dilakukan dengan menggunakan sarana perahu. Pemesanan ikan sendri banyak 
berdatangan berasal dari daerah sekitar ataupun oleh para pemancing sendiri. 
Kondisi lingkungan yang mendukung serta kualitas air yang baik ini juga 
memicu pertumbuhan dan perkembangan ikan dengan cepat, sehingga proses 
pemanenan juga bisa cepat, tingkat mortalitas (kematian) dari usaha milik Bapak 
Parwoto ini hanya mencapai angka 5% saja dari rat-rata setiap produksinya. 
4.2 Aspek Manajemen 
Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses 
manajemen tersebut yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan 
pengawasan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Firdaus (2010), Keempat 
fungsi tersebut bukanlah fungsi yang yang berjalan secara terpisah-pisah, tetapi 
merupakan fungsi yang saling berkaitan sehingga membutuhkan tindakan-tindakan 
yang simultan dan berhubungan dalam melaksanakannya. Aspek 
manajemen dalam suatu usaha diantaranya mencakup Manajemen Operasional, 
Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Pemasaran, Manajemen Keuangan 
dan Manajemen Risiko. 
4.2.1 Perencanaan (planning) 
Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur telah menerapkan 
fungsi perencanaan dengan baik, mulai dari persiapan teknis, perencanaan jangka 
pendek dan jangka panjang, persiapan teknis sendiri bisa dilihat dari persiapan 
benih yang akan digunakan untuk periode proses produksi selanjutnya misalkan
44 
untuk saat ini, sedang melakukan persiapan benih ikan patin, kemudian untuk 
jangka pendek perencanaan yang dilakukan yaitu dengan melihat debit Waduk 
Lahor pada bulan 6-7 akan mengalami pasang tertinggi maka akan bersamaan 
ikan nila pada kolam 2 mencapai ukuran ikan konsumsi akan dibuka kolam 
pemancingan. Selain itu untuk jangka panjang pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur akan terus menambah berbagai variasi jenis ikan yang harapannya akan 
meningkatkan minat pada konsumen untuk mendatangi usaha tersebut. 
Selain melihat dari variasi ikan, usaha milik Bapak Prawoto juga telah 
mencanangkan renovasi tempat usaha sehingga harapannya terdapat suatu 
kawasan yang dapat meningkatkan nilai ekonomis usaha, dengan harapan seperti 
itu bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti usaha Sumber Makmur akan 
menjadi usaha yang sukses baik didunia perikanan bahkan lebih. Dengan adanya 
berbagai sistem perencanaan jelas akan sangat membantu dalam menjalankan 
usaha sehingga memiliki kesan yang jelas atau cerah untuk masa mendatang. 
Perencanaan diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang 
tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara 
efisien dan efektif (Sujarto, 1985). 
4.2.2 Pengorganisasian (organizing) 
Proses pengorganisasian pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur bisa 
dikatakan sangat sederhana dikarenakan usaha yang dijalani hanya pada skala 
rumah tangga sehingga dalam setiap kegiatnnya dikerjakan oleh sang pemilik 
usaha yaitu Bapak Parwoto yang dibantu oleh istrinya. Meskipun demikian usaha 
yang dijalankan tetaplah berjalan dengan lancar mungkin hanya ada kendala yang 
ada pun seperti pada teknis pakan pelet yang kadangkala stoknya telat.
45 
Sistem pembagian tugas bisa dikatakan sangat penting karena dapat 
meningkatkan produktifitas pekerja, pada usaha milik Bapak Prawoto ketika air 
waduk sedang mengalami fase pasang maka tidaklah banyak pekerjaan yang 
dilakukan salah satunya pengontrolan jaring sekat, namun ketika fase surut dapat 
banyak sekali perkerjaan yang dilakukan seperti pengurasan lumpur yang 
kadangkala sampai membutuhkan buruh bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan 
yang ada. 
4.2.3 Pergerakan (actuating) 
Fungsi pergerakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yang 
dilakukan seperti proses pemberian pakan, penangkapan ikan untuk melayani 
pemesanan, penimbangan hasil pancingan dan lain-lain. Pelanksanaan untuk 
kolam 1,2 dan 3 berbeda, karena untuk kolam 2 dan 3 digunakan untuk 
pembesaran yang ditutup pemancingannya jika untuk ukuran ikan masih kecil, 
sedangkan untuk kolam 1 tetap dibuka karena dianggap untuk terus melayani dan 
mempertahankan pelanggan yang berdatangan. 
Pergerakan sendiri merupakan sebagai fungsi yang sangat penting untuk 
menjamin kualitas hasil produksi sesuai dengan perencanaan yang telah 
dirancang, dalam hal ini kesesuaian antara perencanaan dan pengornanisasian 
dianggap sebagai titik awal dalam pelaksanaan usaha. Dalam fungsi ini biasanya 
pemilik usaha hanya akan dihadapkan pada pekerjaan yang ringan karena hanya 
tinggal menunggu pelanggan yang datang.
46 
4.2.4 Pengawasan (controlling) 
Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur fungsi pengawasan yang 
dilakukan adalah pengontrolan jaring sekat untuk memastikan apakan keadaan 
jaring ada yang robek atau tidak, jika terdapat robek bisa jadi akan membuat ikan 
lepas selain itu juga ada ikan liaran dari waduk yang masuk dan menjadikan 
predator pada kolam, biasanya sobeknya jaring disebabkan oleh ikan-ikan yang 
besar dari liaran yang berusaha memasuki kolam sekat. Selain itu juga dilakukan 
menaik menurunkan jaring sekat sesuai dengan keadaan air yang mengalami fase 
pasang surut. Kemudian juga melakukan pengecekkan terhadap perkembangan 
dan pertumbuhan ikan apakan ikan sudah layak dipasarkan atau belum. 
Disisi lain fungsi pengawasan yang sangat penting yaitu penjagaan kolam 
ketika malam hari, karena ketika malam hari bisa dikatakan sangat resiko jika 
tidak dilakukan pengawasan untuk keamanan kolam. Biasanya untuk jaga malam 
ini hanya dilakukan oleh Bapak Prawoto sendiri yang bisa menggunakan rumah 
jaga sebagai tempat istirahat. 
4.3 Aspek Pemasaran 
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dapat menentukan 
keberlanjutan dari suatu usaha, karena dari proses pemasaran dapat diketahui 
apakah suatu usaha tersebut memiliki kelayakan untuk jangka pendek ataupun 
jangka penjang. Disamping itu, pemasaran juga dianggap sebagai suatu masalah 
yang serius karna kebanyakan dari usaha mengalami kesulitan dalam melakukan 
pemasaran. Untuk menentukan pemasaran maka hal yang harus ditentukan yaitu 
strategi pemasaran, saluran pemasaran dan bauran pemasaran.
47 
Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai 
sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengatisipasi kebutuhan pelanggan 
atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan 
pelanggan atau klien dari produsen (Cannon, et all, 2008). 
4.3.1 Strategi Pemasaran 
Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan serta 
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu 
pada masing-masing tingkatan serta lokasinya. Strategi pemasaran modern secara 
umum terdiri dari tiga tahap yaitu: segmentasi pasar (segmentation), penetapan 
pasar sasaran (targetting), penetapan posisi pasar (positioning) dan pembeda 
produk (differentiation) (Kotler, 1997). 
a. Segmentasi 
Segmentasi pasar merupakan upaya pemisahan pasar pada kelompok-kelompok 
pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah 
laku mereka. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur segmentasi yang dituju 
yaitu semua kalangan, namun terdapat segmentasi khusus yang dituju yaitu untuk 
para pemilik hobi mincing. Jika dilihat pada karakteristik segmen yang dituju 
kepada para pemancing, tentunya mempunyai latar belakang berbeda-beda baik 
dari kalangan atas ataupun bawah, yang dapat dilihat dari segi pakaian yang 
digunakan, alat transportasi yang digunakan untuk datang pada usaha milik Bapak 
Prawoto dan juga pada alat pancing yang digunakan. 
b. Targeting 
Pengertian dari targeting itu sendiri merupakan sebuah sasaran, siapa yang 
dituju. Dalam menentukan targeting maka dilakukan beberapa survei untuk dapat
48 
mengetahui keadaan pasar nantinya, agar ketika proses pemasaran tidak salah 
sasaran. Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur pasar yang dituju 
sebenarnya adalah bagi kalangan menengah kebawah terutama para pemilik hobi 
memancing, karna dapat dilihat dari harga yang ditetapkan oleh Bapak Prawoto 
relatif rendah jika dibandingkan dengan usaha-usaha sejenis yang berdiri 
disekitarnya. 
c. Positioning 
Penempatan posisi (positioning) menjelaskan strategi mengenai cara 
bagaimana perusahaan membedakan produknya dibandingkan dengan pesaing di 
dalam benak konsumen. Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra 
perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (diantara pesaing) di dalam 
benak pelanggan sasarannya. Pada usha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
strategi positioning ini menempati pada posisi yang tepat karena telah disokong 
oleh melimpahnya air dari Waduk Lahor, sementara itu juga menawarkan harga 
yang relatif murah dan konstan. 
d. Diferensiasi 
Diferensiasi adalah proses menambahkan dan memberikan serangkaian 
perbedaan yang dinilai penting, untuk membedakan produk yang ditawarkan oleh 
perusahaan itu dari pesaing, meskipun terkadang dilakukan berdasarkan atribut-atribut 
yang tidak relevan. Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
untuk strategi diferensiasi yang digunakan tidak jauh berbeda dengan pada usaha 
ikan nila pada umumnya, hanya saja pada usaha milik Bapak Parwoto ini 
menggunakan kolam 1 untuk tetap dibuka kolam pemancingannya meskipun
49 
keadaan sedang ditutup, hal seperti ini dikarenakan untuk mempertahankan 
pelanggan. Sehingga strategi diferensiasinya masih dikatakan sederhana. 
4.3.2 Bauran Pemasaran 
Kotler (1997), menyatakan bahwa “Bauran Pemasaran (marketing mix) 
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus 
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran, alat-alat pemasaran 
tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut “empat 
P”: Produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion)”. 
a. Produk 
Produk yang dihasilkan dari pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu 
berupa ikan nila segar siap konsumsi dengan ukuran rataan 4-5 ekor/kg, yang 
dihasilkan kurang lebih dalam waktu 3,5 bulan. 
b. Harga 
Harga merupakan faktor yang dapat dijadikan sebagai analisis strategi 
penjualan suatu produk, harga yang ditentukan oleh seorang produsen seharusnya 
harus seimbang dengan permintaan ikan dari konsumen. Harga yang dipatok pada 
usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu Rp. 17.000,- /kg untuk tahun 
2014 pada tahun sebelumnya 2013 harga dipatok Rp.16.000,- /kg. Harga tersebut 
dapat dikatakan relatif murah dikarenakan untuk pada usaha ikan nila pada 
umumnya mematok harga sebesar Rp. 20.000,- /kg bahkan lebih. Untuk strategi 
harga yang dipatok Bapak Parwoto lebih memilih sedikit banting setir dengan 
mengambil sedikit keuntungan untuk dapat mempertahankan pelanggan, meski 
demikian harga yang dipatok tetaplah dapat menutupi biaya produksi yang 
dijalankan. Untuk dapat mengganti/menutupi biaya produksi pada usaha tersebut
50 
dengan pengeluaran sebanyak 4.493,4 kg dan harga yang dipatok sebesar 
Rp.8.000,-/kg sudah mampu menutupi biaya produksinya namun hal ini dapat 
dianggap tidak efisien karena jumlah ikan yang terjual terlalu banyak yang 
diimbangi harga yang rendah. Dengan melihat berbagai faktor penentuan harga 
yaitu harga maksimal yang mampu dicapai sesuai dengan permintaan konsumen 
dan harga pada pesaing, harga Rp.17.000,-/kg yang telah ditetapkan cukuplah 
tepat karena harga tersebut tidak melebihi batas harga rata-rata yang telah 
ditetapkan oleh para pesaing dan permintaan konsumen tidaklah menurun. 
c. Tempat 
Tempat pemasaran yang dituju oleh pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur tidak memiliki tempat yang khusus, karena jenis usahanya termasuk 
tetap pada lahan yang dimiliki sehingga yang ada hanyalah para konsumen yang 
berdatangan. Hanya saja dengan kedatangan konsumen ini tetap dijaga dengan 
pemberian pelayanan yang terbaik agar dapat menciptakan kepuasan tersendiri 
bagi konsumen. 
d. Promosi 
Proses promosi produk yang dilakukaan pada pembesaran ikan nila 
Sumber Makmur hanyalah sederhana yaitu dengan memasang banner/pamflet 
dipinggiran jalan untuk menarik konsumen dengan penawaran dan pelayanan 
terhadap ikan yang terbaik. Dengan harapan ketika para mancing mania berada 
dijalan dan mengetahui banner yang dipasang menciptakan minat yang tinggi 
untuk mendatannginya.
51 
4.3.3 Saluran Pemasaran 
Saluran pemasaran yang digunakan pada usaha pembesaran ikan nila 
Sumber Makmur yaitu dengan secara langsung dari produsen ke tangan 
konsumen, baik konsumen dari para pemancing ataupun dari warga yang 
memesan ikan nila. Pada penyaluran barang ini bukan berarti tanpa kendala 
misalnya seperti stok ikan yang ditangkap oleh Bapak Prawoto kadang kala habis 
jika tidak melakukan pemesanan terlebih dahulu, namun keuntungan dari 
penyaluran barang secara langsung ini yaitu keadaan ikan yang masih segar dan 
relatif murah dikarenakan ikan yang didapatkan langsung pada saat itu juga. 
Hanya saja pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur ini tidak melayani 
bagi seorang pengepul untuk menebas hasil produksi ikan nila. Sehingga dapat 
dikatakan proses saluran pemasaran yang dilakukan ini sangat sederhana. 
Pada proses penyaluran ikan nila tersebut para pembelilah yang datang 
langsung ketempat pembesaran ikan nila Sumber Makmur, bukan dari pihak 
Sumber Makmur yang mengantar ke para konsumennya. Hal ini bukan berarti 
pihak dari Sumber Makmur tidak melayani jasa pengantaran, tetapi apabila ada 
yang memesan dan ingin sekaligus diantarkan pemilik usahalah yang langsung 
mengantarkan. Namun meski demikian pelanggan yang membeli ikan di Sumber 
Makmur tetaplah ada dan tidak pernah sepi. 
Saluran pemasaran dapat dibedakan menurut jumlah tingkatannya. 
Menurut Kotler dalam Mahatama dan Farid (2013), bentuk-bentuk saluran 
pemasaran yang umum digunakan, antara lain: 
1. Saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung). Saluran pemasaran ini 
terdiri dari seorang produsen yang langsung menjual ke konsumen akhir.
52 
2. Saluran satu tingkat. Saluran ini berisi satu perantara penjualan. 
3. Saluran dua tingkat. Saluran ini berisi dua perantara, biasanya adalah 
pedagang besar dan pedagang eceran. 
4. Saluran tiga tingkat. Saluran ini berisi tiga perantara, yaitu pedagang besar, 
pemborong, dan pedagang eceran. 
4.4 Aspek Finansial 
4.4.1 Permodalan 
Modal merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu usaha. Tanpa 
adanya modal suatu usaha tidaklah bisa berjalan. Modal bisa berupa uang atau 
barang. Modal uang dan barang ini bisa berasal milik sendiri atau milik orang lain. 
Jika modal milik orang lain maka seorang peminjam modal pasti dihadapkan pada 
bunga dan sewa. Sehingga jika modal bukan milik sendiri modal akan menjadi 
suatu biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha. 
Modal yang dimiliki pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
ini berasal dari modal sendiri. Memang pada awal beridinya usaha yang didirikan 
oleh 4 orang ini modal berasal dari modal pinjaman, namun ketika 3 orang telah 
mengundurkan diri modal pinjaman tersebut telah dikembalikan. Jadi untuk usaha 
pembesaran ikan nila Sumber Makmur pada saat ini semua berasal dari modal 
sendiri oleh Bapak Prawoto yang usahanya berdiri mulai kecil. Tidak hanya 
modal yang dimiliki oleh Bapak Parwoto dalam menjalankan usahanya namun 
soft skill dan hard skill yang dimiliki sangatlah menunjang berkembangnya usaha 
pembesaran ikan nila Sumber Makmur menjadi usaha yang lebih besar.
53 
Menurut Riyanto (2010), modal dibedakan menjadi 2 yaitu modal aktif 
dan modal pasif. Modal aktif yaitu modal yang menggambarkan bentuk-bentuk 
dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan 
modal pasif merupakan modal yang menggambarkan sumber-sumber dari mana 
dana diperoleh. Dengan kata lain modal aktif biasanya dinamakan modal yang 
akan selalu beruba-ubah (konkret) dan modal pasif disebut modal yang relatif 
permanen (abstrak). 
Modal kerja merupakan keseluruhan dari biaya produksi yaitu biaya tetap 
dan biaya variabel. Kemudian modal investasi merupakan modal yang memiliki 
umur teknis. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur modal investasi dan 
modal kerja yang digunakan masing-masing sebesar Rp.24.872.500,- dan Rp.35. 
146.747,-. Dari modal investasi yang dimiliki akan mengalami penyusutan total 
sebesar Rp.4.178.747,-. Yang mana sumber modal dari modal yang digunakan 
secara keseluruhan yaitu berasal dari modal sendiri. 
Penyusutan dapat diketahui dengan cara jumlah harga dari setiap modal 
yang dibagi dengan umur teknis dari setiap modal investasi. Dalam modal 
investasi yang digunakan penyusutan terbesar yaitu pada jaring yang memiliki 
nilai penyusutan sebesar Rp.666.666,-/tahun. Dan yang memiliki nilai penyusutan 
paling kecil yaitu cangkul sebesar Rp.9000.-/tahun. 
Total modal kerja pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
dalam sekali produksi (1 tahun) yaitu sebesar Rp.35.146.747,-, yang diperoleh 
dari jumlah biaya tetap Rp.5.178.747,- yang terdiri dari penyusutan 
Rp.4.178.747,- serta biaya perawatan dalam satu tahun sebesar Rp.1.000.000,- dan
54 
biaya variabelnya sebesar Rp.27.868.000,-. Uraian secara rinci modal investasi 
dan modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 2. 
4.4.2 Biaya Produksi 
Biaya produksi yang dimaksudkan yaitu seluruh biaya yang digunakan 
dalam proses usaha pembesaran ikan nila. Biasanya terdiri dari biaya tetap dan 
biaya variabel. Dimana biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan 
dalam produksi misalkan tenaga kerja, dikatakan dalam biaya tetap karena pemilik 
usaha wajib mengeluarkan biaya sebesar gaji yang diberikan. Sedangkan biaya 
variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. Biaya tetap pada 
usaha pembesaran ikan nila sebesar Rp.5.178.747.-, sedangkan untuk biaya 
variabel sebesar Rp.29.868.000,-. Sehingga dapat diketahui seluruh biaya 
produksi (biaya total sebesar Rp.35.146.747,-). Untuk uraian secara rinci 
mengenai biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 2. 
4.4.3 Penerimaan 
Pada hasil penerimaan diperoleh dari hasil mengalikan antara harga per 
kilo nya dengan banyaknya ikan nila yang dikeluarkan dalam satuan kilo. Pada 
analisis penerimaan usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur periode yang 
digunakan adalah tahunan, dimana periode yang digunakan yaitu pada periode 
tahun 2013. Pada tahun tersebut dengan menetapkan harga sebesar Rp.16.000,- 
serta banyaknya ikan yang dikeluarkan yaitu 22.467 ekor yang memiliki bobot 
4.493,3 kg, sehingga total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.71.894.400,-. 
Penerimaan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur dalam hitungan bulan berbeda-beda, ini dikarenakan keadaan konsumen 
yang tidak setiap hari mengkonsumsi ikan terutama ikan nila. Hasil penerimaan
55 
terbesar yaitu pada bulan agustus yaitu sebanyak 715,3 kg dengan harga 
Rp.11.444.800,- sedangkan hasil paling kecil diperoleh pada bulan januari yaitu 
sebesar Rp.1.016.00 dengan jumlah ikan yang dikeluarkan sebanyak 63,5 kg. 
Untuk uraian secara rinci mengenai penerimaan dapat dilihat pada lampiran 3. 
4.4.4 Keuntungan 
Keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur dalam satu kali siklus produksi (1 tahun) yaitu sebesar Rp.36.747.653,- 
yang diperoleh dari pengurangan penerimaan yang diperoleh dengan biaya total. 
Dengan asumsi yang telah ditetapkan bahwa apabila total penerimaan lebih besar 
dari biaya total maka usaha tersebut akan mendapatkan laba. Pada perhitungan 
keuntungan biasanya menggunakan teknik pendapatan dikurangi dengan nilai 
kerja keluarga (NKK). Namun pada usaha milik Bapak Parwoto ini segala sesuatu 
dalam produksi pembesaran ikan nila dikerjakan oleh pemilik usaha yang dibantu 
oleh istrinya, sehingga untuk NKK dianggap bahwa pendapatan itu sebagai 
keuntungan usaha. Untuk uraian secara rinci mengenai keuntungan dapat dilihat 
pada lampiran 3. 
4.4.5 Rentabilitas Usaha 
Rentabilitas digunakan sebagai tolak ukur efisiensi penggunaan modal. 
Dengan melibatkan antara seberapa besar perbandingan antara keuntungan yang 
didapat dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan 
dalam prosentase. Kemudian pada sumber modal yang digunakan untuk 
menghasilkan laba usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur berasal dari 
modal sendiri secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat rentabilitas yang 
digunakan yaitu rentabilitas modal sendiri.
56 
Pada peritungan rentabilitas usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
hasil yang didapatkan sebesar 104%, yang artinya bahwa dengan tingkat 
keuntungan sebesar 104% usaha tersebut layak untuk dijalankan karena lebih dari 
12%. Untuk uraian secara rinci mengenai rentabilitas usaha dapat dilihat pada 
lampiran 3. 
4.4.6 Revenue Cost Ratio (RC Ratio) 
Ratio digunakan sebagai ukuran pengetahuan tentang tingkat keuntungan 
yang diperoleh dalam setiap pengeluaran Rp.1,- untuk keperluan produksi. RC 
Ratio bisa didapatkan melalui perbandingan total penerimaan dengan total biaya 
secara keseluruhan. Dari hasil perhitungan RC Ratio pada usaha pembesaran ikan 
nila Sumber Makmur didapatkan hasil sebesar 2,04. Dengan hasil tersebut usaha 
yang dijalankan oleh Bapak Prawoto layak dijalankan dan sangat menguntungkan 
karena telah memenuhi kriteria jika R/C > 1 maka usaha tersebut menguntungkan. 
Dengan kata lain setiap pengeluaran Rp.1,- akan mengasilkan keuntungan sebesar 
Rp.2,04. Untuk uraian secara rinci mengenai RC ratio usaha dapat dilihat pada 
lampiran 3. 
4.4.7 Break Even Point (BEP) 
Perhitungan Break Even Point atau yang biasaya dikatakan titik impas 
dimana titik tidak rugi dan tidak laba. Pada analisis ini dapat digunakan sebagai 
acuan jika suatu usaha menginginkan keuntungan yang digambarkan atas dasar 
unit dan sales. 
Pada perhitungan BEP pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur 
terdapat 2 macam yaitu BEP atas dasar unit dan sales. Untuk dasar sales diketahui 
BEP nya sebesar Rp.12.040.249,- pada penerimaan sebesar itu maka usaha milik
57 
Bapak Parwoto dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan untuk atas dasar 
unit BEP yang didapatkan sebesar 555 kg, dengan pengeluaran ikan sebanyak 555 
kg maka juga dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Untuk uraian secara rinci 
mengenai analisis BEP dapat dilihat pada Lampiran 3. 
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha 
Pelaksanaan usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur Desa 
Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang tentunya memiliki 
berbagai faktor baik pendukung maupun penghambat yang dapat menentukan 
berkembangnya usaha. Bukan berarti dengan adanya faktor penghambat akan 
menjadikan kualitas maupun kuantitas usaha menurun, dalam artian setiap faktor 
penghambat pasti dapat diatasi sebagai penunjang perkembangan usaha. 
4.5.1 Faktor Pendukung 
Faktor yang mendukung atau menunjang dari usaha pembesaran ikan nila 
Sumber Makmur meliputi: 
1. Ketersediaan air yang melimpah dari waduk, sehingga dapat menurunkan 
biaya atas pengelolaan sistem pengairan. 
2. Kualitas air Waduk Lahor sesuai dengan habitat hidup ikan nila, sehingga 
jarang terserang penyakit yang dapat meningkatkan mortalitas ikan. 
3. Dapat perhatian dari pemerintah, seperti subsidi bibit dan jaring sekat. 
4. Sudah adanya pembukuan usaha 
4.5.2 Faktor Penghambat 
Faktor-faktor yang menghambat pada usaha pembesaran ikan nila Sumber 
Makmur yaitu:
58 
1. Jauh dari keramaian, lokasi usaha letaknya berada pada tempat yang 
sedikit susah diketahui meskipun akses menuju lokasi dapat dikatakan 
baik. 
2. Masih belum adanya tempat-tempat khusus yang digunakan untuk para 
pelanggan pemancing, sehingga apabila suatu ketika banyaknya pelanggan 
yang berdatangan maka perebutan tempat sering terjadi. 
3. Belum adanya tenaga kerja yang membantu Bapak Parwoto dalam 
menjalankan usahanya. 
4. Belum adanya pengelolaan sampah yang beserakan pada kolam. Yang 
mana dapat menyebabkan limbah dan menurunkan kualitas ikan.
59 
5. KESIMPULAN DAN SARAN 
5.1 Kesimpulan 
Dari hasil Praktek Kerja Lapang pada usaha pembesaran ikan nila 
(Oreochromis niloticus) Sumber Makmur dapat ditarik kesimpulan sebagai 
berikut: 
1. Usaha yang pembesaran ikan nila yang dilakukan hanya memiliki siklus 1 
kali produksi dalam satu tahun. Hal ini karena dihadapkan pada keadaan 
air waduk yang memiliki fase pasang surut. 
2. Aspek teknis pada pembesaran ikan nila meliputi: sarana dan prasarana 
produksi, persiapan kolam pembesaran, persiapan benih ikan nila, 
pemupukan, pemberian pakan, pemeliharaan ikan dikolam dan 
pemanenan. Secara keseluruhan aspek teknis yang dilakukan berjalan 
dengan baik namun hanya terkadang dihadapkan pada telatnya stok pakan 
pellet untuk ikan nila. 
3. Aspek manajemen pada pembesaran ikan nila meliputi: perencanaan, 
organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Secara keseluruhan aspek 
manajemen sudah dilakukan dengan baik, namun masih belum adanya 
pembentukan struktur organisasi pembagian tugas yang dapat membantu 
pekerjaan pemilik usaha. 
4. Aspek pemasaran pada pembesaran ikan nila meliputi: strategi pemasaran, 
bauran pemasaran, dan saluran pemasaran. Konsumen yang dituju yaitu 
para pemancing dan pelayanan pesanan dari masayarakat sekitar. 
Meskipun demikian setiap harinya tidak pernah sepi pelanggan.
60 
5. Aspek finansial pada usaha pembesaran ikan nila dalam satu siklus 
produksinya tahunan yaitu: permodalan yang digunakan berupa modal 
investasi dan modal kerja yang masing-masing sebesar Rp.24.872.500,- 
dan Rp.35.146.747,- dengan perolehan penerimaan dalam satu tahunnya 
sebesar Rp.71.894.400,- dimana didapatkan keuntungan sebesar 
Rp.36.747.653,- pendapatan disini dianggap sebagai keuntungan sehingga 
tidak perlu melakukan perhitungan nilai kerja keluarga (NKK), sedangkan 
rentabilitas usahanya sebesar 104% dan RC ratio sebesar 2,04 artinya 
disetiap pengeluaran Rp.1,- maka akan menghasilkan Rp.2,04. Kemudian 
pada BEP sales dan unitnya masing-masing sebesar Rp.12.040.249,- dan 
555 kg. dari hasil perhitungan tersebut pada usaha Sumber Makmur ini 
layak untuk dijalankan karena sangat menguntungkan. 
6. Faktor pendukung usaha pembesaran ikan nila yaitu: ketersediaan air yang 
melimpah, kualitas air Waduk Lahor yang baik, dapat perhatian dari 
pemerintah daerah, sudah adanya pembukuan dari setiap pengeluaran dan 
pemasukan usaha. 
7. Faktor penghambat usaha pembesaran ikan nila yaitu: jauh dari keramaian, 
kurangnya tempat bagi para pemancing, belum adanya pekerja pembantu 
tetap.
61 
5.2 Saran 
Saran yang dapat diberikan sebagai bahan masukan bagi perkembangan 
usaha berdasarkan hasil dari Praktek Kerja Lapang di Sumber Makmur antara 
lain: 
1. Segera dibuatkan tempat yang memanjakan para pemancing, sehingga para 
pemancing dapat merasakan kepuasan dan menimbulkan rasa ketagihan 
untuk terus berdatangan. 
2. Menyediakan tempat sampah sendiri sehingga konsumen yang datang 
tidak membuang sampah pada kolam. 
3. Membuat kolam pembenihan sendiri, sehingga tidak hanya terdiri usaha 
pembesaran saja namun juga pembenihan yang nantinya dapat menambah 
keuntungan usaha.
62 
DAFTAR PUSTAKA 
Cannon, josseph, et all. 2008. Pemasaran Dasar edisi 16. Salemba Empat. 
Jakarta. 
Dharma, Surya. 2008. Pengolahan dan Analisis Data Penelitiaan. Direktorat 
Tenaga Kependidikan. Jakarta. 
Kasmir dan Jakfar. 2003. Kelayakan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta. 
Khairul Amri dan Khairuman. 2006. Budi daya Ikan Nila Secara Intensif. PT 
Agromedia Pustaka. 
Koentjaraningrat, 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. P.T Gramedia. 
Jakarta. 
Kordi, H dan Ghufran, M. 2010. Pemeliharaan Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal. 
Yogyakarta: Lily Publisher. 
Kordi, H. dan Ghufran, M. 2013. Budidaya Nila Unggul. Agromedia Pustaka. 
Jakarta 
Kotler. Philips. 1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I. PT. 
Prehallindo. Jakarta 
Made L. Nurjana, Indonesia Aquaculture Development, RCA International 
Workshop on Innovative Technologies for Echo-Friendly Fish Farm 
Management and Production of Safe Aquaculture Foods, Bali, Dec. 4-8, 
2006. 
Mahatama, E dan Farid, M. 2013. Daya Saing Dan Saluran Pemasaran Rumput 
Laut: Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. 
Moleong, J, Lexy. 1988. Metodologi penelitian Kualitatif. Rosda Karya. Bandung. 
Murtidjo, B.A. 1997. Budidaya Kakap dalam Tambak dan Keramba. Yogyakarta: 
Kanisius. Hal 11. 
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2009. Metodologi Penelitian Cetakan ke 10. 
Bumi Aksara. Jakarta. 83 hlm. 
Nawawi, H. 1983. Metodologi Penelitian Sosial. Gajah Mada University press. 
Yogyakarta. 
Primyastanto, M, dan Istikharoh. 2003. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek 
Studi Kelayakan (Usaha Pembesaran Ikan Gurami). Fakultas Perikanan. 
Universitas Brawijaya. Malang
63 
Primyastanto, M. dan Tjahjono, A. 2005. Buku Panduan Evaluasi Proyek. 
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang 
Primyastanto, M. 2009. Buku Ajar Evaluasi Proyek Usaha edisi 2009/2010. 
Laboratorium Terpadu Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya. 
Malang 
Primyastanto. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. Universitas Brawijaya 
Press. Malang. 
Rahardi, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 1997. Agribisnis Perikanan. Penebar 
Swadaya. Jakarta. 
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: 
BPFE 
Riyanto,B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogakarta 
Soekartawi. 1993. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT Rajawali Press. Jakarta 
Suryanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Penebar 
Swadaya. Bogor. 
Suyanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar 
Swadaya. Jakarta.
64 
LAMPIRAN 
 LAMPIRAN 1 
Peta Desa Karangkates 
DUKUH BANDUNG DESA 
PETA DESA KARANGKATES 
DESA SELOREJO 
KEC. SELOREJO 
KEC. KALIPARE 
DUKUH KARANGKATES 
LOKASI PKL
65 
 LAMPIRAN 2 
a) Rincian Modal Investasi Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber 
Makmur 
No. Jenis Investasi Jumlah Harga 
(Rp/Unit) 
Harga 
Total (Rp) 
Sumber 
modal 
1. Drum 30 buah 115.000 3.450.000 Sendiri 
2. Bambu 50 batang 25.000 1.250.000 Sendiri 
3. Paku 20 buah 13.000 260.000 Sendiri 
4. Tali Karet 50 buah 2.000 100.000 Sendiri 
5. Usuk Jati 56 batang 40.000 2.240.000 Sendiri 
6. Rumah Jaga 1 buah 6.500.000 6.500.000 Sendiri 
7. Jaring 100 meter 40.000 4.000.000 Sendiri 
8. Timbangan 1 buah 150.000 150.000 Sendiri 
9. Jala 1 buah 350.000 350.000 Sendiri 
10. Perahu 2 buah 1.500.000 3.000.000 Sendiri 
11. Kawat 60 buah 12.000 720.000 Sendiri 
12. Topi 2 buah 8.750 17.500 Sendiri 
13. Cangkul 2 buah 45.000 90.000 Sendiri 
14. Diesel 1 buah 2.000.000 2.000.000 Sumbangan 
15. Ember 3 buah 15.000 45.000 Sendiri 
16. Lampu 300 
watt 
2 buah 350.000 700.000 Sendiri 
Total 24.872.500 
Sumber: Data primer diolah, 2014
66 
b) Rincian Penyusutan Modal Investasi Pada Usaha Pembesaran Ikan 
Nila Sumber Makmur 
No. Item Harga Total 
(Rp) 
Umur Teknis 
(Thn) 
Penyusutan 
(Rp/Thn) 
1. Drum 3.450.000 8 431.250 
2. Bambu 1.250.000 3 416.666 
3. Paku 260.000 3 86.666 
4. Tali Karet 100.000 1 100.000 
5. Usuk Jati 2.240.000 6 373.333 
6. Rumah Jaga 6.500.000 10 650.000 
7. Jaring 4.000.000 6 666.666 
8. Timbangan 150.000 2 75.000 
9. Jala 350.000 3 116.666 
10. Perahu 3.000.000 8 600.000 
11. Kawat 720.000 3 240.000 
12. Topi 17.500 1 17.500 
13. Cangkul 90.000 10 9.000 
14. Diesel 2.000.000 10 200.000 
15. Ember 21.000 1 21.000 
16. Lampu 300 watt 700.000 4 175.000 
Total 4.178.747 
Sumber: Data primer diolah, 2014 
c) Biaya Tetap (Fixed Cost) Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber 
Makmur 
No. Jenis Biaya tetap Nilai (Rp) 
1. Penyusutan 4.178.747 
2. Perawatan 1.000.000 
Total 5.178.747 
Sumber: Data primer diolah, 2014
67 
d) Biaya Variabel (Variable Cost) Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila 
Sumber Makmur 
No. Jenis Biaya Variabel Jumlah Harga per 
unit (Rp) 
Total 
Harga (Rp) 
1. Benih 500.000 ekor 35 17.500.000 
2. Pupuk 25 kg 2.000 50.000 
3. Konsumsi kuli 14 hari 5.000 700.000 
4. Bekatul 5 sak 130.000 650.000 
5. Pellet 25 sak 280.000 7.068.000 
6. Perlengkapan Rumah Jaga 1 bulan 1.750.000 1.750.000 
7. Listrik 1 bulan 100.000 100.000 
8. Telepon 1 bulan 50.000 50.000 
9. Gaji Kuli (14 hari) 3 orang 50.000/hari 2.100.000 
Total 29.968.000 
Sumber: Data primer diolah, 2014 
e) Total Biaya (TC) 
No. Jenis biaya Nilai (Rp) 
1. Biaya tetap 5.178.747 
2. Biaya variabel 29.968.000 
Total 35.146.747 
Sumber: Data primer diolah, 2014
68 
 LAMPIRAN 3 
 Perhitungan Finansial 
Bulan Ikan Terjual 
(Kg) 
Harga jual 
per kilo 
Penerimaan (Rp) Ikan Terjual 
(ekor) 
Januari 63.5 16.000 1.016.000 317 
Februari 193.5 16.000 3.096.000 968 
Maret 260.8 16.000 4.172.800 1304 
April 516.6 16.000 8.265.600 2583 
Mei 591.4 16.000 9.462.400 2958 
Juni 469.7 16.000 7.515.200 2348 
Juli 594.6 16.000 9.513.600 2974 
Agustus 715.3 16.000 11.444.800 3577 
September 419.9 16.000 6.718.400 2099 
Oktober 198.1 16.000 3.169.600 990 
November 177.3 16.000 2.836.800 886 
Desember 292.7 16.000 4.683.200 1463 
TOTAL 4.493.4 71.894.400 22.467 
Sumber: Data primer diolah, 2014 
a) Penerimaan (TR) 
Produksi ikan nila pada tahun 2013 dengan pengeluaran ikan sebanyak 
4.493,4 kg, harga per kilo nya Rp.16.000,- kemudian ikan yang terjual 
sebanyak 22.467 ekor. Maka total penerimaannya dalam satu tahunnya 
yaitu: Rp.71.894.400,-
69 
b) Keuntungan (π) 
Keuntungan (π) = Penerimaan (TR) – Biaya Total (TC) 
= (Rp.71.894.400,-) ─ (Rp.35.146.747,-) 
= Rp.36.747.653,- 
c) Revenue Cost Ratio (RC Ratio) 
RC Ratio = 
TR 
TC 
= 
Rp.71.894.400,− 
Rp.35.146.747,− 
= 2,04 
d) Rentabilitas Usaha 
Rentabilitas = 
L 
M 
x 100 % 
= 
Rp.36.747.653,− 
Rp.35.146.747,− 
x 100% 
= 104 % 
e) Break Even Point 
BEP(s) = 
FC 
1− 
VC 
S 
= 
Rp.5.178.747.− 
1− 
Rp.29.968.000,− 
Rp.71.894.400,− 
= 
Rp.5.178.747.− 
1−0,41 
= 
Rp.7.103.747.− 
0,59 
= Rp.12.040.249,-
70 
BEP(Q) = 
FC 
P−V 
= 
Rp.5.178.747.− 
Rp.16.000 –Rp.6.669,− 
= 
Rp.5.178.747.− 
Rp.9.331,− 
= 555 Kg

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...
Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...
Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...Andi Mahardika
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananHeru Pramono
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan IIbnu Sahidhir
 
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptxPENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptxDEDI KUSMANA
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan leleArief Wibawa
 
15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambakPutra putra
 
Budidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasBudidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasgede jovial
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiSawargi Ppmkp
 
Fitoplankton (spirulina sp.)
Fitoplankton (spirulina sp.)Fitoplankton (spirulina sp.)
Fitoplankton (spirulina sp.)Siswanto Dayakx
 
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANINDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANSunoto Mes
 

Mais procurados (20)

Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikanRomi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
 
Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...
Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...
Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten ...
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
Sistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdpSistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdp
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan I
 
1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan
 
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptxPENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
 
Planktonologi
PlanktonologiPlanktonologi
Planktonologi
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Fitoplankton
FitoplanktonFitoplankton
Fitoplankton
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan lele
 
Potensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidayaPotensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidaya
 
15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak
 
Budidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasBudidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hias
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
 
Fitoplankton (spirulina sp.)
Fitoplankton (spirulina sp.)Fitoplankton (spirulina sp.)
Fitoplankton (spirulina sp.)
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANINDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
 

Destaque

Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)
Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)
Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)Ferdiana Agustin
 
Contoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKLContoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKLFirman Sufiana
 
Contoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKLContoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKLFahmi Diin Al-haq
 
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixLaporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixmuthiauthe
 
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananMakalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananAji Sanjaya
 
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)Iqmal Muttaqin
 
Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupang
Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan CupangPanduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupang
Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupangbelajar_bareng_aquaponik
 
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVCONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVFirdaus Firdaus
 
Contoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkContoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkBae Haqie
 
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...Sutny_Wulan_Sary_Puasa
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan leleAnggi Ahmad
 
KEWIRAUSAHAAN - Product Live Cycle
KEWIRAUSAHAAN - Product Live CycleKEWIRAUSAHAAN - Product Live Cycle
KEWIRAUSAHAAN - Product Live CycleDiana Amelia Bagti
 

Destaque (20)

Pasca Panen Udang
Pasca Panen UdangPasca Panen Udang
Pasca Panen Udang
 
Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)
Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)
Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)
 
Makalah budidaya ikan nila
Makalah budidaya ikan nilaMakalah budidaya ikan nila
Makalah budidaya ikan nila
 
Contoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKLContoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKL
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Contoh proposal pengajuan pkl
Contoh proposal pengajuan pklContoh proposal pengajuan pkl
Contoh proposal pengajuan pkl
 
Contoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKLContoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKL
 
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixLaporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
 
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananMakalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
 
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
 
Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupang
Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan CupangPanduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupang
Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupang
 
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVCONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
 
Contoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkContoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smk
 
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
 
Jurnal pemijahan
Jurnal pemijahanJurnal pemijahan
Jurnal pemijahan
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan lele
 
Bab ii new
Bab ii newBab ii new
Bab ii new
 
Bab i 7
Bab i 7Bab i 7
Bab i 7
 
Laporan praktikum fix
Laporan praktikum fixLaporan praktikum fix
Laporan praktikum fix
 
KEWIRAUSAHAAN - Product Live Cycle
KEWIRAUSAHAAN - Product Live CycleKEWIRAUSAHAAN - Product Live Cycle
KEWIRAUSAHAAN - Product Live Cycle
 

Semelhante a Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang

Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Umar Tangke
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya lautIbnu Riyadi
 
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNovaIndriana
 
Pembenihan patin
Pembenihan patin Pembenihan patin
Pembenihan patin Tx_hendra
 
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanJaya Nugraha
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
 
Budidaya rumputlauttaliletakdasar
Budidaya rumputlauttaliletakdasarBudidaya rumputlauttaliletakdasar
Budidaya rumputlauttaliletakdasarDuwi Yahya
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTAN93220872
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautRohman Efendi
 
Jurnal penyuluhan perikanan
Jurnal penyuluhan perikanan Jurnal penyuluhan perikanan
Jurnal penyuluhan perikanan Asep Walandra
 
Jurnal penyuluhan ikan bogor
Jurnal penyuluhan ikan bogorJurnal penyuluhan ikan bogor
Jurnal penyuluhan ikan bogorAsep Walandra
 
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitanproses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci PacitanAchmad Fathony
 

Semelhante a Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang (20)

Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya laut
 
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
 
Mmpi5203 m1
Mmpi5203 m1Mmpi5203 m1
Mmpi5203 m1
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan mal
 
Pembenihan patin
Pembenihan patin Pembenihan patin
Pembenihan patin
 
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
 
Budidaya rumputlauttaliletakdasar
Budidaya rumputlauttaliletakdasarBudidaya rumputlauttaliletakdasar
Budidaya rumputlauttaliletakdasar
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBUDIDAYAAN IKAN TAWAR OLEH DINAS KELAUTAN
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
Teknologi
TeknologiTeknologi
Teknologi
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
Jurnal penyuluhan perikanan
Jurnal penyuluhan perikanan Jurnal penyuluhan perikanan
Jurnal penyuluhan perikanan
 
Jurnal penyuluhan ikan bogor
Jurnal penyuluhan ikan bogorJurnal penyuluhan ikan bogor
Jurnal penyuluhan ikan bogor
 
Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)
 
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitanproses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
proses pembuatan nugget ikan tuna CV. Dewa Ruci Pacitan
 
Pikp modul06-ss perik tangkap
Pikp modul06-ss perik tangkapPikp modul06-ss perik tangkap
Pikp modul06-ss perik tangkap
 
payang
payangpayang
payang
 

Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang

  • 1. 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81 ribu km menunjukkan suatu potensi besar bagi sumberdaya kelautan. Namun, potensi ini juga memiliki tantangan yang besar dalam pengelolaannya, khususnya untuk memperoleh manfaat ekonomi yang optimal. Perairan Indonesia juga memiliki karakteristik fauna tropis yang luar biasa. Apalagi, dewasa ini diketahui bahwa perairan di Indonesia terdapat sekitar 2.500 species ikan yang berbeda. Kegiatan sektor perikanan di Indonesia didukung oleh 2,5 juta Kepala Keluarga nelayan laut dan 800 ribu Kepala Keluarga petani ikan. Jumlah masyarakat yang bergerak di sektor perikanan dengan luas areal yang harus dijelajahi tidak seimbang. Kondisi demikian menyebabkan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan masih sangat rendah, karena baru mencapai 29,14% dari potensi lestarinya. Sampai sekarang 75% produksi produksi ikan Indonesia berasal dari penangkapan, sedangkan sisanya berasal dari kegiatan budidaya. Lebih dari 90% penangkapan ikan diperairan darat, seperti sungai dan danau, serada di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan jenis ikan yang dibudidayakan di tambak air payau dan air tawar banyak dilakukan di pulau Jawa (Murtidjo, 1997). Menurut Nurjana (2006), perikanan budidaya air tawar dimulai sejak jaman penjajahan Belanda dengan penebaran benih ikan karper/ikan mas (Cyprinus carpio) di kolam halaman rumah di Jawa Barat, pada pertengahan abad 19. Praktek perikanan budidaya ini kemudian menyebar ke bagian lain Pulau
  • 2. 2 Jawa, pada awal abad 20. Namun demikian baru pada akhir 1970an terjadi peningkatan produksi yang luar biasa dari budidaya ikan air tawar. Adanya pengenalan teknologi baru dalam perikanan memberikan kontribusi pada ketersediaan benih yang dihasilkan dan perkembangan pakan ikan. Spesies yang umum dibudidayakan adalah ikan karper/ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan gurami (Osphronemus goramy). Ikan nila merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan asli perairan Indonesia, melainkan ikan introduksi yang berasal dari Afrika (Khairuman dan Khairul Amri, 2006). Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969. Setahun kemudian ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Para pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Gambar 1. Morfologi Ikan Nila
  • 3. 3 Menurut Khairuman dan Khairul Amri (2006), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis sp Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, kantung jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak (air payau) sekalipun. Daerah Malang terkenal dengan budidaya pada air tergenang yaitu waduk, dimana dengan memanfaatkan sumberdaya air yang banyak, serta dengan jaring sebagai penyekat dianggap cocok dan memiliki prospek yang cerah sebagai usaha budidaya ikan air tawar dengan mengesampingkan kendala kurangnya air. Dengan jaring sekat tersebut juga akan dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya banyaknya plankton menempel pada jaring, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami bagi ikan. Selain itu juga tidak memerlukan petakan lahan sebagai media budidayanya. Budidaya jaring sekat seperti ini dianggap sebagai budidaya yang efisien karena tidak memakan lahan pemukiman.
  • 4. 4 Desa Karangkates sendiri memiliki potensial yang tinggi jika digunakan usaha budidaya air tawar dengan menggunakan jaring sekat, dengan mengandalkan ketersediaannya air dari Waduk Lahor. Dalam pelaksanaan usaha jaring sekat ini Desa Karangkates milik Bapak Prawoto, dengan potensi banyaknya tersedianya air serta lingkungan yang masih alami maka daerah ini bisa menjadi daerah pemasok utama hasil perikanan tawar Indonesia. Usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur milik Bapak Prawoto merupakan salah satu usaha dengan metode jaring sekat di Waduk Lahor Desa Karangkates yang memanfaatkan dengan besarnya sumber yang tersedia ketika air waduk sedang mengalami periode surut terendah, dengan ketersediaan air seperti ini faktor sumberdaya air bisa mengurangi biaya pengeluaran usaha. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan di lapangan tentang analisa usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates. Serta untuk mengetahui dan mempelajari kondisi riil beserta aspek-aspek usaha pembesaran ikan nila. Tujuan dari praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari pelaksanaan kegiatan usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, yaitu: 1. Untuk mengetahui aspek teknis pada usaha pembesaran ikan nila yang meliputi: persiapan lahan, sarana dan prasarana produksi, pelaksanaan usaha dan proses produksi.
  • 5. 5 2. Untuk mengetahui aspek manajemen usaha pembesaran ikan nila yang meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling). 3. Untuk mengetahui aspek pemasaran usaha pembesaran ikan nila meliputi: strategi pemasaran, bauran pemasaran dan saluran pemasaran. 4. Untuk mengetahui aspek finansial pada usaha pembesaran ikan nila yang meliputi: permodalan, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan, Revenue Cost Ratio (RC Ratio), rentabilitas dan Break Even Point (BEP). 5. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus). 1.3 Kegunaan Kegunaan dari laporan Prakek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai sumber informasi bagi : 1. Lembaga Akademisi Sebagai pelaksannaan seperti yang tertera pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, peneliatian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. 2. Pemilik Usaha Untuk dapat menjadi bahan informasi dan perencanaan dalam pengembangan usaha pembesaran yang dimiliki, agar dapat meningkatkan mutu usaha dan berdaya saing tinggi. 3. Pemerintah Sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan usaha pembesaran ikan air tawar khususnya ikan nila.
  • 6. 6 4. Akademisi Sebagai bahan informasi keilmuan dalam menambah pengetahuan dan wawasan insan akademis mengenai studi analisa usaha. Serta dapat menjadi informasi dan petunjuk untuk penelitian lebih lanjut. 1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) ini dilaksanakan di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang dan dimulai pada Bulan April sampai Mei 2014.
  • 7. 7 2. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang pada USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SUMBER MAKMUR DENGAN METODE JARING SEKAT, metodologi pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data serta penyajian dan pengolahan data yang mencakup tentang deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. 2.1 Teknik Pengumpulan Data Praktek Kerja Lapang ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai beikut: 2.1.1 Partisipasi Aktif Menurut Nawawi (1983), partisipasi aktif adalah ikut serta berperan secara aktif pada semua kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi. Dalam Praktek Kerja Lapang dengan metode partisipasi aktif ini yang dilakukan yaitu mengikuti segala kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi seperti penyiapan lahan benih, menyiapkan jaring sekat untuk pembesaran, penebaran benih, pemberian pakan, mengontrol kondisi jaring sekat, dan pemasaran ikan nila. 2.1.2 Observasi (pengamatan) Menurut Narbuko dan Achmadi (2009), pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Pengamatan ini digunakan sebagai bahan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
  • 8. 8 Pada Praktek Kerja Lapang ini beberapa hal yang menggunakan metode observasi yaitu seluruh kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses pembesaran ikan nila seperti, keadaan umum usaha, pemberian pakan dan pengontrolan kondisi jaring sekat. 2.1.3 Wawancara Menurut Moleong (2000), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara merupakan proses pengambilan data melalui dengan cara interaksi langsung dengan yang berkaitan untuk memperoleh data sesuai dengan pertanyaan yang telah diajukan kepada Bapak Prawoto, pada Praktek Kerja Lapang ini proses wawancaranya membahas mengenai sejarah berdirinya usaha, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat usaha, permodalan, biaya produksi dan segala aspek yang berhubungan dengan usaha pembesaran ikan nila. 2.2 Jenis dan Sumber Data Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini meliputi: 2.2.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus, dan penyebaran kuisoner (Dharma, 2008).
  • 9. 9 Dalam Praktek Kerja Lapang ini data primer didapatkan dengan menggunakan metode partisipasi aktif, observasi dan wawancara langsung dengan pemilik usaha. Adapun data primer yang dikumpulkan berupa:  Sejarah dan berkembangnya usaha  Teknis kolam  Permodalan  Biaya produksi  Pemasaran  Faktor yang menghambat dan mendukung jalannya usaha 2.2.2 Data Sekunder Menurut Dharma (2008), data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, jurnal, dan lain-lain. Pada Praktek Kerja Lapang ini jenis data yang diperoleh dari data sekunder meliputi: letak geografis usaha, dan keadaan demografi Desa Karangkates. 2.3 Penyajian dan Pengolahan Data Dalam Praktek Kerja Lapang ini penyajian dan pengolahan data yang digunakan ada dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Pada analisa deskriptif kualitatif ini mencakup mengenai data aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, serta faktor pendukung dan penghambat usaha, kemudian pada analisis deskriptif kuantitatif ini meliputi aspek finansial.
  • 10. 10 2.3.1 Deskriptif Kualitatif Menurut pandangan Moleong dan Bogdan (2011), Menyatakan pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang “diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Pada Praktek Kerja Lapang penyajian dan pengolahan data deskriptif kualitatif pada: a. Aspek Teknis Menurut Husnan dan Suwarsoso dalam Primyastanto (2011), Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah : 1. Kertersediaan bahan mentah 2. Letak pasar yang dituju 3. Tenaga listrik 4. Ketersediaan air 5. Supply tenaga kerja dan 6. Fasilitas-fasilitas lain yang terkait Dalam hal kaitannya dengan aspek teknis, Praktek Kerja Lapang ini membahas mulai sarana dan prasarana, persiapan kolam, persiapan benih, pemupukan, pemberian pakan hingga pemanenan.
  • 11. 11 b. Aspek Manajemen Menurut Rahardi (1997), pada aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen tersebut antara lain: 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu. 2. Fungsi Pengorganisasian (organizing) Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan-hubungan yang diperlukan. 3. Fungsi Pergerakan (actuating) Fungsi ini merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok agar malaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan antusias. 4. Fungsi Pengawasan (controlling) Fungsi ini merupakan tindakan-tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat. Pada penyajian data deskriptif kualitatif pada aspek menajemen ini mencakup data-data mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan jalannya usaha pembesaran ikan nila. c. Aspek Pemasaran Menurut Primyastanto (2011), kajian aspek pemasaran berkaitan dengan strategi pemasaran usaha yakni upaya yang dilakukan oleh calon investor atau
  • 12. 12 pengusaha dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian hasil produksinya. Penyajian data deskriptif kualitatif dalam aspek pemasaran yaitu mengenai strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan saluran pemasaran serta faktor lain yang mempengaruhi dengan jalannya pemasaran pada usaha pembesaran ikan nila. d. Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Data mengenai pendukung dan penghambat dari usaha pembesaran ikan nila akan disajikan dengan deskriptif kualitatif seperti kendala yang dialami mulai proses persiapan kolam dan benih hingga pemasarannya. Serta faktor-faktor pendukung jalannya usaha pembesaran ikan nila Di Desa Karangkates tersebut. 2.3.2 Deskriptif Kuantitatif Variabel kuantitatif yaitu ciri-ciri dari suatu fakta sosial yang dapat dinilai dengan angka (Koentjaraningrat, 1983). Dalam Praktek Kerja Lapang analisis data deskriptif kuantitatif dipergunakan untuk: 2.3.2.1 Aspek Finansial Menurut Riyanto (1995) aspek finansial adalah inti dari pembahasan keseluruhan aspek, karena studi kelayakan bertujuan untuk mengetahui potensi keuntungan dari usaha yang direncanakan. Aspek finansial berkaitan dengan penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor. Aspek finansial yang dipergunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini untuk mengolah data seperti: permodalan, biaya produksi, penerimaan, keuntungan, Revenue Cost ratio (RC Ratio), rentabilitas, dan Break Even Point (BEP).
  • 13. 13 a. Permodalan Menurut Riyanto (1995), modal usaha dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja bekerja untuk menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut biasanya berupa modal tetap/aktiva dan modal kerja. Menurut Adiwilaga (1982) dalam Primyastanto (2009), modal tetap itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan menghabiskannya dalam waktu yang lama, sedangkan modal pasif dibedakan menjadi dua yakni modal sendiri dan modal asing. Pembahasan permodalan pada Praktek Kerja Lapang ini meliputi: modal investasi yang mencakup tentang sumber modal, modal kerja serta biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan selama proses pembesaran ikan nila. b. Biaya Produksi Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), setiap kegiatan usaha yang dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran usaha. Menurut prinsip ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil yang optimal, atau dengan kata lain untuk mendapatkan hasil tertentu dengan biaya yang serendah mungkin. Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya (tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain (opportunity cost), meurut Shinta (2011), Total Cost (TC) didapat dari penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya variabel. Total Cost dirumuskan: TC = FC + VC Dimana: TC = Total Cost (biaya total)
  • 14. 14 FC = Fix Cost (biaya tetap) VC = Variabel Cost (biaya variabel) c. Penerimaan Total Revenue (TR) didapat dari perkalian antara produk yang dihasilkan (Q) dengan harga penjualan (P). Penerimaan dirumuskan sebagai berikut: TR = P X Q Dimana: TR = Total Revenue (penerimaan total) P = Harga Produk Q = Jumlah Produk yang terjual d. Keuntungan (흅) Menurut Bachtiar (2002), Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan usaha tani dan pengeluaran. Analisis pendapatan ini digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Yaitu dengan rumus: Π = TR ─ TC Dimana: π = Keuntungan TR = Total Revenue TC = Total cost Kriterianya adalah:  Apabila TR>TC, maka usaha tersebut laba  Apabila TR=TC, maka usaha tersebut impas  Apabila TR<TC, maka usaha tersebut rugi
  • 15. 15 e. Rentabilitas Usaha Menurut Riyanto (1995) dalam primyastanto (2011). Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan modal yang bekerja di dalamnya untuk mengahasilkan keuntungan. Menurut primyastanto (2011), perhitungan rentabilitas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: R = 퐋 퐌 퐱 ퟏퟎퟎ% Dimana: R = Rentabilitas (100%) L = Jumlah keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu (Rp) M = Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba (Rp) f. Revenue Cost Ratio (RC ratio) Revenue Cost Ratio biasanyan dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu usaha sudah menghasilkan keuntungan atau belum menghasilkan keuntungan. Menurut Soekartawi (1993), RC ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: RC Ratio = 퐓퐑 퐓퐂 Dimana apabila: R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak rugi R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian. g. BEP (Break Even Point) Break even point (BEP) merupakan titik impas keadaan dimana suatu usaha berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. BEP adalah teknik analisan mempelajari hubungan antara biaya tetap,
  • 16. 16 biaya variabel, volume kegiatan dan keuntungan (Riyanto, 1995). Adapun rumus perhitungan BEP adalah sebagai berikut:  BEP atas dasar sales, dirumuskan: BEP(s) = 퐅퐂 ퟏ− 퐯퐜 퐬 Dimana: FC = Biaya Tetap VC = Variabel Cost S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)  BEP atas dasar unit, dirumuskan: BEP = 퐅퐂 퐩− 퐯 Dimana: FC = biaya tetap P = harga per unit V = biaya variabel per unit
  • 17. 17 3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG 3.1 Gambaran Umum Desa Karangkates a. Kondisi Geografis Desa Karangkates termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumberpucung terletak sekitar +15 Km sebelah Barat ibukota Kabupaten Malang di Kepanjen. Secara geografis terletak pada ketinggian 296 m. Dan berbatasan dengan:  Sebelah Utara : Desa Ngreco, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar  Sebelah Selatan : Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare  Sebelah Barat : Desa Selorejo, Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar  Sebelah Timur : Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung. Desa Karangkates merupakan hamparan dataran rendah dengan Luas: 756,731 ha, diantaranya 51,25 ha untuk pemukiman umum, lahan pertanian sawah irigasi teknis seluas 192,505 ha, selain itu seluas 39,255 ha digunakan untuk lahan perladangan dan sisanya prasarana umum dengan rincian penggunaannya sebagai berikut:  Permukiman umum = 51,2 Ha  Perkantoran = 2,10 Ha  Sekolah = 2 Ha  Pertokoan = 3,60 Ha  Pasar = 0,20 Ha  Terminal = 0,10 Ha  Jalan = 2 Ha
  • 18. 18  Pertanian sawah = 192,51 Ha  Ladang / tegalan = 39,2 Ha  Padang rumput / gembala = 26,4 Ha  Tanaman pakan ternak = 8,60 Ha  Lapangan sepakbola = 1 Ha  Lapangan bola volley & basket= 1,60 Ha  Taman Wisata Karangkates = 29,5 Ha Wilayah Desa Karangkates terbagi menjadi dua Dukuh yaitu Dukuh Bandung dan Dukuh Karangkates yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 40 Rukun Tetangga (RT). Untuk lebih jelas letak Desa Karangkates dapat dilihat pada Lampiran 1. b. Gambaran Umum Demografis Gambaran umum demografis menerangkan tentang kondisi keadaan penduduk yang terdapat pada suatu daerah yang didapatkan melalui hasil pendataan penduduk. Yang kegunaannya sendiri sebagai data bagi pengurus desa untuk menciptakan kesejahteraan penduduk sesuai dengan keadaan demografi serta populasi penduduk yang ada. Desa Karangkates berada di dalam Wilayah Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Jumlah penduduk seluruhnya 10.969 Jiwa, terdiri dari 3.252 Kepala Keluarga. Dengan selisih antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang kecil sehingga dapat dikatakan keadaan penduduk Desa Karangkates ini cukup seimbang. Sebagai desa yang berada di persimpangan jalur baik dari selatan (Kecamatan Kalipare) maupun dari utara dan barat perbatasan dengan Kabupaten
  • 19. 19 Blitar, mobilitas penduduk relatif tinggi, sehingga tampak pada perubahan jumlah penduduk pada akhir tahun 2013 komposisi penduduk sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Karangkates No U R A I A N Jumlah Jiwa % 1 Penduduk : a. Laki-laki b. Perempuan c. Jumlah 5.505 5.464 10.969 50,19 49,81 100 2 Kepala Keluarga 3.252 3 Kelompok Umur a. Umur 16 – 50 tahun b. Umur 16 ke bawah c. Umur diatas 50 tahun d. Jumlah 6.254 2.046 2.669 10.969 57,01 18,65 24,33 100 4 Rata-rata anggota keluarga 3.37 Sumber: Kantor Balai Desa Karangkates, 2013 Dari tabel di atas tampak bahwa penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Karangkates memiliki jumlah yang relatif seimbang. Dari jumlah penduduk Desa Karangkates tampak bahwa rata-rata tiap Kepala Keluarga memiliki anggota keluarga sebanyak 3.37 orang. Dari tabel kelompok umur distribusi penduduk yang berumur 16 sampai 50 tahun (57,01 %) lebih banyak dari pada yang berumur 16 tahun ke bawah (18,65 %) atau yang berumur di atas 50 tahun (24,33 %). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di Desa Karangkates terbanyak dalam usia produktif (57,01 %). Dari tabel tampak bahwa usia di atas 50 tahun relatif lebih tinggi dari di bawah 16 tahun dapat pula dikatakan bahwa usia harapan hidup relatif lebih meningkat.
  • 20. 20 Tingkat pertumbuhan penduduk Desa Karangkates Berdasarkan hasil analisa rata-rata adalah sebesar 0,24 % per tahun. Hal ini karena adanya perpindahan penduduk masuk Desa Karangkates. e. Kondisi Sosial Ekonomi Keadaan sosial masyarakat Desa Karangkates secara keseluruhan dapat dikatakan sangat baik, karena kerukunan antar warga sangatlah terjamin. Selain itu kondisi ekonominya juga sudah rata-rata memiliki pekerjaan yang tetap untuk memnuhi kehidupan sehari-hari. Dengan dijadikannya waduk Lahor sebagai tempat wisata juga berperan dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Mata pencaharian penduduk Desa Karangkates sebagian besar adalah Petani dan Petani Penggarap, yang lain buruh dan pegawai swasta seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Karangkates NO KETERANGAN JUMLAH (ORANG) 1. Petani 2.556 2. Pekerja disektor Jasa/Perdagangan 1.846 3. Pekerja disektor Industri 890 Sumber: Kantor Balai Desa Karangkates, 2013 Dari tabel di atas sebagian besar penduduk masih bekerja pada sektor pertanian dan yang berhubungan dengan pertanian (28,70 %), yang bekerja pada sektor jasa/perdagangan sebanyak 20,72 %. Oleh karena itu masyarakat Desa Karangkates masih bercirikan agraris. Petani pada Desa Karangkates tersebut terdiri dari petani yang bergerak pada sektor padi jagung, tetapi juga sebagai petani ikan.
  • 21. 21 f. Potensi Sumberdaya Air  Air Tanah Sumber Air tanah di Desa Karangkates yang dapat dijumpai berupa air tanah dalam ini dapat diketahui dari sumur yang ada kedalaman mencapai 16 m. Sumur-sumur tersebut dapat digunakan pada musim hujan, namun pada musim kemarau sumur-sumur tersebut airnya keruh dan sangat kurang. Permukaan air sumur mengikuti perkembangan ketinggian muka air sungai Brantas. Apalagi sumur-sumur di sekitar Bendungan Karangkates kedalaman sumur dapat mencapai 25 m atau lebih. Dengan kondisi pada musim kemarau yang kering. Sehingga warga terpaksa mengambil air dari sumber air yang jaraknya ± 1 km.  Mata Air Ada beberapa mata air yang ada di Desa Karangkates. 1. Sumber mata air di Dam Lahor, yang digunakan warga RW 01 dan sebagian warga RW 02 untuk MCK. Debit yang dihasilkan kecil. 2. Sumber air di samping Jalur KA (Kereta Api) digunakan warga RW 02 dan sebagian warga RW 03, sebenarnya lokasinya sangat berbahaya karena berada di sekitar lintasan Kereta Api. 3. Sumber mata air di RW 04, sumber ini memiliki debit yang besar di musim kemarau sehingga apabila ditampung dapat di gunakan untuk warga yang membutuhkan. Sumber mata air ini yang direncanakan untuk disalurkan ke wilayah Dukuh Bandung Barat dan Dukuh Karangkates sekitar Bendungan.
  • 22. 22 g. Potensi Perikanan Darat Salah satu potensi wilayah Desa Karangkates yang perlu dikembangkan adalah perikanan darat. Pemerintah Desa Karangkates bekerjasama dengan Perum Jasatirta dan Kelompok Petani Ikan Desa Karangkates yang sudah terbentuk, mengembangkan potensi alam ini dengan pemeliharaan ikan di sungai Brantas dan Lahor menggunakan jaring sekat. Penebaran benih dilakukan pada saat awal air di waduk naik pada Bulan Februari. Ikan dapat dipanen secara keseluruhan pada Bulan November. Penebaran benih sebanyak 750.000 ekor ikan bandeng dan hampir 3 juta ekor ikan nila. Berhasil dipanen sebanyak ± 775 ton ikan bandeng dan nila siap konsumsi. Pembinaan terhadap kelompok Tani Ikan dilakukan secara rutin dengan pertemuan bersama Perum Jasatirta. Pada akhir tahun 2013 terdapat 14 kelompok tani ikan se-Desa Karangkates. 3.2 Sejarah dan Perkembangan Usaha Pembesaran Ikan Nila Usaha pembesaran ikan nila di Sumber Makmur yang dimiliki oleh Bapak Prawoto berdiri sejak September 2005 yang berawal dengan adanya potensi daerah yang belum dimanfaatkan yaitu Waduk Lahor, dengan modal awal usaha sebesar 57 juta terdiri dari modal pinjaman sebesar 38 juta berbunga 30% dan sisanya berasal dari modal sendiri untuk membuat 2 kolam yang mana sebesar 26 juta untuk membeli bibit dengan jumlah 500rb ekor, pembelian material ± 5 juta, alat panen 2 juta dan sisanya dugunakan untuk pembelian pakan ± 3 ton. Pada awal berdirinya usaha ini sebenarnya terdiri dari 4 orang namun pada perjalanan waktu usaha yang dikepalai oleh Bapak Parwoto ini memilih mundur dari usaha sehingga pada panen pertama hasil untung dari produksinya langsung dikembalikan untuk membayar utang, kemudian pada produksi selanjutnya usaha
  • 23. 23 pembesaran ikan nila ini dijalankan sendiri oleh Bapak Parwoto yang dibantu oleh istrinya. Nama Sumber Makmur sendiri berawal dari adanya sumber yang berada pada waduk, yang mana sumber tersebut digunakan sebagai sumber air pengisi kolam ketika waduk sedang surut. Mulanya dinamakan Sumber Pacet, karena anggapan bahwa pacet adalah ”susah, seret, ataupun macet” maka untuk kelangsungan usaha kedepan agar usahanya berjalan dengan sukses, baik dari segi usaha ataupun dari keluarganya, oleh karena itu diambil nama Sumber Makmur sebagai pilihan yang tepat. 3.3 Keadaan Usaha Pembesaran Ikan Nila Usaha pembesaran ikan nila yang berdiri sejak 2005 ini memiliki 3 kolam pembesaran yaitu untuk kolam pembesaran 1 dan 2 digabung menjadi satu dengan panjang 100 m dan lebar 50 m dengan kedalaman 10 m, kemudian pada kolam 3 panjangnya 110 m, lebar 85 m dengan kedalaman 10 m yang ditunjang oleh satu rumah jaga sebagai sarana istirahat dengan sampingan jualan kebutuhan pangan bagi pengunjung kolam. Hanya saja belum terdapat sistem pengelolaan sampah dari pemancing (konsumen) sehingga terlihat keadaan sampah yang berserakan. Usaha Sumber Makmur ini bukanlah usaha yang berdiri sendiri di Waduk Lahor dan masih banyak usaha bididaya lain seperti budidaya ikan lele, ikan bandeng, dan lain-lain. Dalam satu kawasan usaha ini sebenarnya terdapat suatu kelompok petani ikan namun dikarenakan setiap proses produksi ini mengalami kerugian yang disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal, maka himpunan kelompok petani tersebut pecah sehingga lebih fokus pada usahanya masing-masing.
  • 24. 24 Selain sebagai kawasan wisata Waduk Lahor juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dengan mengandalkan sumber air ketika waduk surut dan melimpahnya air ketika pasang, maka dalam usaha seperti ini bisa mengesampingkan sumberdaya air untuk menurunkan biaya pengeluarannya sebagai alokasi kekebutuhan yang lain. Melihat dari segi minat konsumen yang sangat tinggi terhadap ikan nila baik warga Desa Karangkates ataupun Malang sekitarnya tempat budidaya ikan milik Bapak Prawoto ini tidak pernah mengalami sepi konsumen, namun keberadaan konsumen (pembeli) juga tidak selalu konstan, tetap mengalami naik turun tergantung pada musim serta siklus hidup ikan tersebut. Hanya saja pada pengelolaan tempat bagi konsumen (pemancing) belum terdapat tempat yang strategis dan luas, sehingga kadangkala para pemancing ini mengalami kesulitan tempat yang nyaman. 3.4 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi dan pembagian tugas pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur milik Bapak Prawoto yang mulanya didirikan oleh empat orang ini tidak memiliki struktur organisasi dikarenakan pada usaha tersebut segala sesuatu hanya dikerjakan sendiri hanya dibantu oleh istrinya, namun meskipun demikian usaha pembesaran ikan nila milik Bapak Prawoto ini berjalan dengan baik karena ditopang oleh keuletan dari pemilik usaha, serta sesuai dengan asumsi seperti teori pada pembahasan akademik dalam pelaksanaan usahanya seperti teori pemberian pakan yang berdasarkan berat tubuh ikan, teknik penebaran ikan sesuai dengan luas kolam, strerilisasi kolam dengan cara pemupukan, dan lain-lain. Tetapi biasanya Bapak Prawoto juga mempekerjakan orang (kuli) untuk
  • 25. 25 membantu dalam melakukan proses renovasi kolam ketika air waduk mengalami fase surut. Karena akan kualahan atau tidak mampu jika dikerjakan dengan sendiri. Selain itu, juga terdapat masukan dari DKP setempat untuk perkembangan usaha misalkan seperti: jenis bibit yang unggul, pengelolaan pakan dan lain-lain. 3.5 Bentuk Usaha Bentuk usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur adalah jenis usaha dengan skala rumah tangga, modal yang digunakan pada proses pembesaran ikan nila berasal dari modal sendiri. Hanya saja usaha ini belum berada pada naungan pemerintah secara sah, sehingga dalam permodalan untuk biaya produksi butuh pengajuan proposal terlebih dahulu dan memakan waktu yang relatif lama. Usaha yang langsung dikerjakan dengan sistem kekeluargaan ini juga memiliki pembukuan yang mencakup masalah pengeluaran ataupun pemasukan untuk usahanya, namun dengan sistem penulisan yang tertera pada pembukuannya ini sudah mencakup tentang gambaran alira biaya selama siklus produksi sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk produksi periode selanjutnya. Meskipun demikian, usaha yang didirikan oleh Bapak Prawoto ini tetap berjalan dengan baik dengan seiring berjalannya waktu sudah menunjukkan perkembangan yang baik untuk kesuksesan usaha pembesaran ikan nila, yang nantinya dapat menciptakan tempat wisata air seperti yang telah dicanangkan oleh Bapak Prawoto sendiri.
  • 26. 26 4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG 4.1 Aspek Teknis 4.1.1 Sarana Kegiatan Pembesaran Ikan Nila Sarana produksi merupakan fasilitas yang berhubungan secara langsung dalam proses produksi, sehingga mempengaruhi langsung mengenai keberhasilan dari usaha, keberadaan sarana produksi diharapkan pada tumbuh kembangnya usaha yang dijalankannya. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur sarana produksi yang digunakan diantaranya: a. Kolam Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur terdapat 3 petakan kolam pembesaran. Dimana kolam 1 dan kolam 2 dijadikan satu namun ada sekat pembatasnya yang mempunyai ukuran total 50 m x 100 m dengan kedalaman 10 m. Sedangkan pada kolam 3 memiliki ukuran sebesar 85 m x 110 m dengan kedalaman 13,5 m. Namun pada kolam pembesaran 1 juga terdapat kolam apungan (keramba jaring apung) yang digunakan sebagai pendederan benih pertama sebelum dilepaskan pada kolam pembesaran, kolam apungan tersebut memiliki ukuran 10 m x 10 m dengan kedalaman 3 m. Hanya saja kolam apung tersebut dapat berfungsi ketika air sedang mengalami fase pasang. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kondisi kolam ketika mengalami fase pasang dapat dilihat pada gambar 2.
  • 27. 27 Gambar 2. Kolam Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur Kontruksi dari kolam tersebut sebenarnya terdapat petakan-petakan lahan seperti kolam trasidional yang hanya dapat diketahui ketika air waduk sedang mengalami fase surut, hanya saja kegunaan jaring sekat disini digunakan sebagai sekatan ketika air sedang pasang untuk mencegah keluarnya ikan. Pada petakan kolam tersebut terdapat 5 petakan yaitu:  2 petak kolam dengan ukuran 10 m x 10 m yang memliki kedalaman 3 m  2 petak kolam dengan ukuran 7 m x 6 m memiliki kedalaman 1 m  1 petak dengan ukuran 9 m x 4,5 m dengan kedalaman 2 m Untuk lebih jelas tentang kontruksi bangunan kolam petakan pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur, maka dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 3. Petak Kolam Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur
  • 28. 28 b. Benih Benih yang digunakan dalam pembesaran ikan nila Sumber Makmur merupakan benih yang berasal dari BBI Wlingi, Kabupaten Blitar. Dikarenakan letak usaha dengan BBI Wlingi tidaklah jauh sehingga untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik bukanlah halangan yang dihadapi. Disamping itu karena adanya perhatian dari pemerintah setempat, usaha milik Bapak Parwoto juga mendapatkan subsidi benih untuk pengembangan usahanya walaupun dengan jumlah yang tidak banyak. Benih yang dibeli dari BBI Wlingi tersebut, menurut informasi dari pemilik usaha yaitu Bapak Parwoto didapatkan dengan harga Rp. 35,-/ekor dengan ukuran 3 cm. Dengan pembelian 26 juta rupiah, bibit yang diperoleh sebanyak 500.000 ekor. Itupun didapatkan pada awal berdirinya usaha yaitu pada september 2005, sedangkan harga sekarang ± Rp. 40,-/ekor. Dengan benih tersebut Bapak Prawoto dapat menciptakan indukan ikan nila sebanyak 600 ekor dimana untuk indukan yang memiliki bobot tubuh 5-6/kg dapat menghasilkan benih sebanyak 1000-1500 ekor, sedangkan untuk indukan yang memiliki bobot tubuh 3-4/kg dapat menghasilkan benih sebanyak 1500-2500 ekor, dengan hasil pembenihan yang didapatkan sebanyak ini sehingga membuat Bapak Prawoto untuk produksi periode selanjutnya sudah mengesampingkan biaya pembelian benih. Dengan asumsi penebaran benih yang dilakukan yaitu 10 ekor/m2 dari luas kolam pembesaran.
  • 29. 29 c. Peralatan Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu:  Timbangan Gambar 4. Timbangan Timbangan digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui bobot dari ikan yang akan dibeli konsumen. Jika tidak adanya timbangan maka akan menghambat dalam proses penjualan ikan nila. Timbangan yang digunakan pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanyalah timbangan kecil biasa seperti timbangan gula. Hal ini disebabkan setiap volume penjualan hanyalah berskala kecil saja.  Karamba Gambar 5. Karamba
  • 30. 30 Karamba memiliki kegunaan sebagai wadah tampung sementara untuk ikan hasil pancingan. Karamba ini memang disediakan untuk para pemancing dan sebagai wadah stok ikan bagi pesanan. Karamba yang tersedia ada ukuran kecil dan ukuran besar. Biasanya untuk ukuran kecil digunakan oleh pemancing, sedangkan pada karamba ukuran besar digunakan oleh Bapak Prawoto sebagai wadah/stok ikan pesanan. Karamba yang digunakan berasal dari buatan sendiri dan ada beberapa yang hasil beli. Untuk karamba yang buatan sendiri ini memanfaatkan jaring sisa dari jaring sekat yang telah digunakan.  Seser Gambar 6. Seser Seser digunakan untuk membantu menangkap ikan nila. Sama halnya dengan karamba, seser yang dimiliki oleh Bapak Prawoto ini juga berasal dari buatan sendiri yang memanfaatkan sisa penggunaan jaring sekat.  Jala Gambar 7. Jala
  • 31. 31 Jala digunakan untuk membantu menangkap ikan ketika fase air waduk sedang mengalami pasang. Jala biasanya digunakan untuk menagkap ikan pesanan dan berguna ketika ada pesanan ikan saja. Namun jika tidak adanya jala seperti itu maka untuk memenuhi pesanan yang datang, pasti akan mengalami kesulitan karena air ketika pasang memiliki kedalaman yang cukup tinggi.  Ember Gambar 8. Ember Ember biasanya digunakan sebagai wadah ikan untuk ditimbang, namun juga memiliki kegunaan lain sebagai wadah pellet untuk membantu dalam pemberian pakan ikan. Ember yang tersedia hanyalah ember yang memiliki ukuran sedang.  Perahu Gambar 9. Perahu
  • 32. 32 Perahu digunakan sebagai sarana alat bantu menagkap ikan, selain itu juga digunakan sebagai sarana transportasi untuk menyeberangi waduk. Karena kolam letak kolam 3 berada pada seberang waduk, sehingga kegunaan perahu penting untuk meningkatkan produktifitas kerja.  Jaring Gambar 10. Jaring Jaring digunakan sebagai alat untuk membentuk sekat-sekatan pada kolam, yang berfungsi untuk menjaga agar ikan tidak lepas dari petakan kolam, selain itu juga berfungsi sebagai pelindung bagi ikan dari hama yang menyerang ikan nila seperti ikan gabus dan ikan pembersih kaca.  Diesel pompa air Gambar 11. Diesel Pompa Air
  • 33. 33 Kegunaannya yaitu untuk membantu mempermudah dalam pengurasan lumpur yang mengendap pada kolam ketika air sedang mengalami fase surut. Jika tidak adanya bantuan pompa ini maka justru akan memperlama pekerjaan dalam melakukan renovasi kolam. d. Pakan Pakan yang digunakan pada usaha pembesaran ika nila Sumber Makmur adalah pakan buatan berupa pelet, jenis pelet yang digunakan yaitu T781-2 dengan kadar protein 33-38% dan T78 kadar proteinnya 25-27%. Dengan pemberian pakan yang digunakan yaitu menurut presentase berat badan (4,5% x Berat Badan). Untuk 500 ekor benih ikan nila pada umur 0-60 hari dengan pemberian pakan sebanyak 7 kg dalam 3x sehari. Selain pakan pelet yang digunakan, pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur juga menggunakan pakan tambahan berupa daun rambutan dan daun lembayung yang dibeikan ketika air sedang mengalami fase surut dan tubuh ikan kelihatan kuat karena seperti yang telah diketahui bahwa ikan nila termasuk jenis ikan omnivora (pemakan segala). Dengan pemberian pakan tambahan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ikan 1 ons tiap dalam 2 minggu sehingga ketika dalam 1,5 bulan mampu bertambah sebesar 3 ons yang mana untuk ikan yang isi 8-9 ekor/ Kg dapat meningkat menjadi 4-5 ekor/kg dalam kurun waktu 1,5 bulan. Pada pemeliharaan sistem ekstensif (tradisional) dengan padat penebaran rendah, ikan nilatidak perlu diberi pakan tambahan. Pada sistem pemeliharaan semiintensif, habitat dipupuk agar pakan alami tumbuh lebih subur. Pada pemeliharaan secara intensif, selain dipupuk, juga perlu pakan tambahan berupa pellet dengan kadar protein 20-25%. Banyaknya pakan tambahan antara 2-3%
  • 34. 34 berat per hari. Ikan nila mampu tumbuh cepat dengan pakan yang mengandung protein (cukup rendah), yaitu sebanyak 20-25%. Ikan mas hanya dapat tumbuh baik bila kadar protein pakannya 30-45% (Suyanto, 2010). e. Pupuk Pupuk yang digunakan pada kolam pembesaran ikan nila Sumber Makmur merupakan jenis pupuk anorganik berupa mes (bahasa lokal untuk pupuk), pupuk ini berfungsi sebagai penumbuh lumut pada proses sterilisasi setelah kolam dibersihkan dasarnya dari lumpur. Penggunaan pupuk ini sebagai bahan terciptanya pakan alami berupa plankton yang banyak sehingga nantinya pada proses penebaran ikan akan tersedia plankton-palnkton sebagai pakan alami ikan. Pemberian pupuk pada kolampun hanya pemberian langsung secara merata tidak berdasarkan ketentuan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan seperti biasanya. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kola harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 Kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya, kolam diberi pupuk organic sebanyak 300-1000 Kg/ha. Pupuk urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu, lalu ditebarkan merata didasar kolam (Suyanto, 2010). 4.1.2 Prasarana Kegiatan Pembesaran Ikan Nila Prasarana adalah segala fasilitas yang menunjang terjadinya proses yang ada, sebelum maupun sesudah proses produksi berlangsung (Primyastanto dan Tjahjono, 2005).
  • 35. 35 Prasarana produksi pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur diantaranya: a. Sistem pengairan Kebutuhan air pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur terbilang mudah karena dengan adanya sumber yang tersedia dan debit air waduk yang melimpah tentunya faktor air bisa dianggap dapat menghemat biaya karena tidak memerlukan berbagai perlakuan yang banyak. Sistem pengairan yang dijalankan sangatlah sederhana yaitu apabila air waduk sedang pada fase surut, maka pada usaha milik Bapak Prawoto ini memanfaatkan sumber yang tersedia, dengan langsung mengalirkan kedalam petakan kolam secara langsung, kemudian ketika air waduk sedang pasang dipasok langsung dari meningkatnya debit air waduk. Air merupakan kebutuhan yang sangat menunjang dalam usaha pembesaran ikan nila, dikarenakan air merupakan media hidup dari ikan tersebut. Kadar kandungan dalam air sendiri juga akan sangat mempengaruhi kehidupan dari ikan, misalkan apabila suatu perairan banyak mengandung unsur logam berat maka kehidupan ikan tersebut akan terganggu bahkan mati. Menurut nformasi dari Bapak Prawoto kandungan air pada Waduk Lahor sendiri memiliki kandungan logam yang normal, yang mana bisa diindikasikan seperti tidak adanya gangguan kesehatan pada ikan, adanya gangguan kesehatan pada ikan nila hanya terjadi ketika air sedang surut dan angin permukaan maka akan ada beberapa ikan yang terkena penyakit yang menyebabkan ekor dari ikan tersebut rusak/putus, hanya saja keadaan seperti itu dianggap bukan masalah yang serius karena tingkat
  • 36. 36 mortalitas (kematian) dari usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanya sebesar 5%. b. Sistem penerangan Sistem penerangan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur sendiri berasal dari PLN, hanya pada kolam pembesaran 1 dan 2 yang terdapat lampu penerangan yang berjumlah 2 buah dan mempunyai daya sebesar 300 watt. Lampu tersebut digunakan untuk membantu aktifitas pengelolaan kolam ketika malam hari. Selain itu juga mempermudah dalam pengawasan keamanan kolam. Lampu juga digunakan sebagai sarana pembantu keamanan kolam ketika malam, buka karena akan kehilangan ikan. Karena tidak sedikit juga ada pemancing yang datang ketika malam hari yang mancing bahkan sampai selesai ketika fajar terbitpun terkadang ada. Oleh karena itu sistem penerangan disini memiliki salah satu kegunaan yang sangat penting untuk menunjang berkembangnya usaha pembesaran ikan nila. c. Sistem transportasi Keadaan sistem transportasi pada suatu usaha memegang peran yang sangat penting salah satunya yaitu dalam mencari pasar, dimana apabila suatu usaha mempunya lokasi yang mudah dijangkau dengan akses lancar imbal baliknya akan meningkatkan minat konsumen, karena sistem pemasaran ikan nila Sumber Makmur menggunakan sistem buka kolam pemancingan dan pelayanan pesanan, maka faktor akses/jalan menuju tempat usaha sangatlah diperhatikan keadaannya. Kondisi jalan untuk menuju usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur bisa dikatakan cukup baik karena topografi jalan sudah rata dan beraspal, hanya
  • 37. 37 saja ada sebagian dari badan jalan ada yang sudah rusak yang dikarenakan tidak adanya tempat aliran air hujan yang baik sehingga dapat mempercepat kerusakan jalan. Sarana transportasi pada usaha pembesaran ikan nila memiliki transportasi pribadi yaitu sepeda motor, yang digunakan untuk membeli berbagai perlengkapan produksi ikan dan kepeluan warung. Selain itu juga tersedianya armada perahu yang digunakan untuk membantu penyeberangan waduk menuju kolam 3 tanpa menggunakan bahan bakar. Perahu memiliki peran yang sangat penting karena jika tidak memiliki perahu maka bukan tidak mungkin usaha yang terletak pada waduk tidak akan berjalan. d. Sistem komunikasi Sistem komunikasi yang terdapat pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur dilakukan langsung dipegang oleh Bapak Prawoto dengan sarana handphone, yang digunakan untuk memperlancar segala transaksi yang dijalankaan meliputi: pemesanan pakan ikan, pesanan ikan dari konsumen, dan lain-lain. Selain itu handphone juga berguna untuk menjalin hubungan antar pemilik kolam dan juga pada konsumen. Namun seperti sistem pemesanan ikan yang dilakukan oleh konsumen ini dilakukan secara langsung datang ketempat usaha Bapak Prawoto. 4.1.3 Persiapan Kolam Pembesaran Pada kolam pembesaran sebealum ditebar benih ikan nila maka perlakuan yang diadakan terlebih dahulu yaitu melakukan renovasi kolam dengan cara membersihkan lumpur pada dasar air dengan menggunakan bantuan pompa air pembuang lumpur untuk menghilangkan sisa-sisa bahan organik yang ada
  • 38. 38 sebelumnya untuk memperbaiki kualitas air, kemudian setelah seluruh lumpur dihilangkan dilakukan sterilisasi kolam yaitu dengan mengeringkan kolam disertai dengan pemberian pupuk secara merata untuk menumbuhkan lumut yang mana lumut tersebut bisa digunakan sebagai pakan alami ketika ikan ditebar, setelah itu dilakukan pengisian air sesuai dengan jumlah ikan yang ditebar, dengan asumsi bahwa 10 ekor/m2, setelah itu dimasukkan indukan untuk menghasilkan benih sebelum masuk pada proses pembesaran, kemudian setelah benih didapat maka langkah selanjutnya yaitu pemindahan benih kedalam jaring apung yang tersedia sampai air menuju pasang tertinggi kemudian dilepas pada kolam pembesaran. 4.1.4 Persiapan Benih Ikan Nila Benih yang digunakan dalam pembesaran ikan nila Sumber Makmur berasal dari BBI Wlingi, Kabupaten Blitar. Benih yang didapatkan merupakan benih dengan kualitas 1 yaitu dengan pertumbuhan 6-7 kg dalam waktu 4 bulan memiliki ukuran 3 cm. Untuk sekarang usaha milik Bapak Prawoto sudah melakukan pembenihan sendiri karena pada pembelian benih di BBI Wlingi tersebut dalam satu kali siklus produksi terdapat sisa ikan sebanyak ± 600 ekor yang digunakan sebagai indukan, sehingga untuk produksi selanjutnya tidak perlu melakukan pembelian benih lagi. Seperti yang telah diketahui informasi dari pemilik indukan yang ada mempunyai ukuran berat 5-6/kg yang dapat menghasilkan benih sebanyak 1000-1500 ekor dan juga 3-4/kg dapat menghasilkan benih sebanyak 1500 sampai 2500 ekor. Dari sekian benih yang dimiliki untuk penebaran benih dilakukan pada 3 kolam pembesaran dengan padat penebaran sesuai dengan ratio dari luas kolam pembesaran. Dengan asumsi penebaran 10 ekor/m2.
  • 39. 39 Kualitas yang dihasilkan pada Waduk Lahor juga sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan dari ikan itu sendiri, seperti yang diketahui dari informasi pemilik bahwa kandungan air diwaduk tersebut rata-rata yang dapat diindikasikan dengan sistem pertumbuhan dari benih ikan nila bisa dikatakan normal tanpa ada hambatan yang berarti. Benih ikan nila yang digunakan untuk pembesaran sebaiknya yang telah mancapai ukuran 8-12 cm. padat penebaran benih antara 15-20 ekor/m3. Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 cm. Nila diberi pellet sebanyak 2-4% bobot biomassa ikan diberikan 3-5 kali sehari. Pellet yang diberikan minimal mengandung protein 20%. Dengan menebar benih ukuran 8-12 cm selama 4 bulan pemeliharaan maka ikan dapat mencapai ukuran 400-600 gr/ekor (Kordi dan Ghufran, 2010). 4.1.5 Pemupukan Pupuk yang digunakan pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur merupakan pupuk anorganik yaitu jenis mes (bahasa lokal untuk pupuk), pemupukan dilakukan ketika pada fase sterilisasi kolam bersamaan dengan pengeringan kolam yang nantinya sebagai media penumbuh lumut yang dapat dijadikan pakan alami ikan nila. Kadar yang diberikan tidaklah menentu tergantung luas kolam yang ditebari secara merata dan dianggap sudah cukup. Pemupukan saat persiapan tambak diperlukan sebagai sumber nutrien untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton. Pemupukan awal ditunjukan untuk meningkatkan produksi ikan nila, tetapi ikan sendiri tidak memanfaatkan pupuk secara langsung. Pupuk yang diberikan ditujukan untuk memasok unsur hara yang sangat diperlukan (Kordi dan Ghufran, 2013).
  • 40. 40 4.1.6 Pemberian Pakan Pemberian pakan ikan nila pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu berupa pakan pelet dan daun lembayung juga daun rambutan. Untuk pakan pelet dilakukan sesuai dengan perbandingan umur dan prosentase berat badan ikan, dengan menggunakan asumsi 4,5% x berat badan. Dengan menebar benih sebanyak 500.000 ekor untuk usia 0-60 hari pakan yang diberikan sebanyak 7 Kg dalam sekali pakan yang dilakukan 3x dalam sehari, kemudian untuk usia 60-75 hari diberi sebanyak 4%, 7-100 hari sebesar 3,5%, 100-115 hari sebesar 3%, 115-130 hari sebesar 2,7%, 130-145 sebesar 2 %. Untuk lebih jelasnya dalam prosentase pemberian pakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Prosentase Pemberian Pakan Ikan Nila No. Usia (hari) Prosentase (%) 1. 0-60 4,4 2. 60-75 4 3. 75-100 3,5 4. 100-115 3 5. 115-130 2,7 6. 130-145 2 Sumber: Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur, 2014 Sedangkan untuk pemberian pakan tambahan yaitu rambutan dan lembayung ini dimaksudkan hanya sebagai selingan dari pemberian pakan, yang diberikan ketika fase air sedang surut serta keadaan tubuh ikan terlihat kuat dikarenakan ikan nila termasuk dalam golongan ikan omnivora, sehingga jika hanya diberi pakan berupa pelet dianggap akan menaikkan biaya. Namun dengan
  • 41. 41 pemberian pakan tambahan tersebut justru pertumbuhan ikan bisa dianggap 3 kali lipat pertumbuhannya yang mana ikan ukuran 8-9 ekor/ Kg dapat menjadi 4-5 ekor/ Kg kurang lebih dalam waktu 1,5 bulan. Menurut Kordi dan Ghufran (2013), Untuk pembesaran ikan nila diperlikan pakan berupa pellet yang mengandung protein sebanyak 25-35% sebanyak 2-4% bobot ikan per hari. Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Presentase pakan untuk ikan harus benar-benar diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu ukuran. Patokan yang ada kadang tidak terlalu tepat. Pasalnya, pada umur atau ukran tertentu ikan nila membutuhkan jumlah atau porsi pakan yang berbeda-beda. Ikan nila membutuhkan pakan 2-10% per bobot total ikan dalam wadah budidaya. Tergantung dengan ukuran ikan nila, ikan nila berukuran 5-20 gram/ekor membutuhkan pakan sebanyak 4-6% dari bobot tubuh/hari, sedangkan ikan yang berukuran 100-200 gram cukup diberi pakan 2-2,5% dari bobot tubuh/hari. Tabel 5. Jumlah Pakan yang Diberikan Pada Nila (suhu 27-29 oC) No. Bobot tubuh (gram) Dosis pemberian pakan (% bobot tubuh/hari 1. 1-5 10-7 2. 5-20 6-4 3. 20-100 4-2,5 4. 100-200 2,5-2 5. 200-400 2-1,5 Sumber: Budidaya Ikan Nila Unggul, 2013
  • 42. 42 4.1.7 Pemeliharaan Ikan di Kolam Dalam pembesaran ikan nila pada kegiatan pemeliharaan dikolam yang dilakukan yaitu selain pemberian pakan juga dilakukan berbagai kegiatan seperti, kontrol keadaan jaring, pengamatan pertumbuhan ikan. Pada kegiatan pengontrolan keadaan jaring ini merupakan suatu kegiatan yang sangat vital karena disetiap keadaan air naik/pasang perlu dilakukan pengecekan apakah terdapat jaring yang sobek, selain itu juga menaikkan jaring jika suatu ketika air pasang lupa tidak dinaikkan maka keberadaan ikan akan lepas. Untuk kegiatan pengecekan keadaan jaring tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu tetapi jika ketika air sedang surut cukup dengan cek secara langsung. Kemudian pada pengamatan pertumbuhan ikan dapat diketahui ketika dalam pemberian pakan yang dilakukan langsung oleh pemilik usaha. 4.1.8 Pemanenan Proses pemanenan pada pembesaran ikan nika Sumber Makmur tidaklah dilakukan dengan proses pemanenan pada umumnya, dimana pada usaha milik Bapak Prawoto ini dilakukan dengan cara yaitu membuka kolam pemancingan dan pemesanan. Pada pemancingan ini dilakukan ketika ukuran ±1 Kg antara isi 5-6 ekor, jika tidak dengan ukuran seperti itu maka dianggap akan mengalami kerugian, dimana bisa diasumsikan dengan perbandingan banyaknya jumlah ekor yang dikeluarkan pada setia per kilo nya. Pada usaha pmbesaran ikan nila Sumber Makmur ini dalam pemancingannya sudah lumayan terkenal keseluruh Malang raya tidak sedikit pula yang sering dijumpai seperti pelanggan dari Kota Batu, Kepanjen dan lain sebagainya.
  • 43. 43 Selain dengan proses pemancingan proses pemanenan juga dilakukan dengan memenuhi pesanan, yang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap berupa jala karena sifat dari ikan nila sendiri termasuk ikan pelagis yang dilakukan dengan menggunakan sarana perahu. Pemesanan ikan sendri banyak berdatangan berasal dari daerah sekitar ataupun oleh para pemancing sendiri. Kondisi lingkungan yang mendukung serta kualitas air yang baik ini juga memicu pertumbuhan dan perkembangan ikan dengan cepat, sehingga proses pemanenan juga bisa cepat, tingkat mortalitas (kematian) dari usaha milik Bapak Parwoto ini hanya mencapai angka 5% saja dari rat-rata setiap produksinya. 4.2 Aspek Manajemen Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen tersebut yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Firdaus (2010), Keempat fungsi tersebut bukanlah fungsi yang yang berjalan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan fungsi yang saling berkaitan sehingga membutuhkan tindakan-tindakan yang simultan dan berhubungan dalam melaksanakannya. Aspek manajemen dalam suatu usaha diantaranya mencakup Manajemen Operasional, Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Pemasaran, Manajemen Keuangan dan Manajemen Risiko. 4.2.1 Perencanaan (planning) Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur telah menerapkan fungsi perencanaan dengan baik, mulai dari persiapan teknis, perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, persiapan teknis sendiri bisa dilihat dari persiapan benih yang akan digunakan untuk periode proses produksi selanjutnya misalkan
  • 44. 44 untuk saat ini, sedang melakukan persiapan benih ikan patin, kemudian untuk jangka pendek perencanaan yang dilakukan yaitu dengan melihat debit Waduk Lahor pada bulan 6-7 akan mengalami pasang tertinggi maka akan bersamaan ikan nila pada kolam 2 mencapai ukuran ikan konsumsi akan dibuka kolam pemancingan. Selain itu untuk jangka panjang pembesaran ikan nila Sumber Makmur akan terus menambah berbagai variasi jenis ikan yang harapannya akan meningkatkan minat pada konsumen untuk mendatangi usaha tersebut. Selain melihat dari variasi ikan, usaha milik Bapak Prawoto juga telah mencanangkan renovasi tempat usaha sehingga harapannya terdapat suatu kawasan yang dapat meningkatkan nilai ekonomis usaha, dengan harapan seperti itu bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti usaha Sumber Makmur akan menjadi usaha yang sukses baik didunia perikanan bahkan lebih. Dengan adanya berbagai sistem perencanaan jelas akan sangat membantu dalam menjalankan usaha sehingga memiliki kesan yang jelas atau cerah untuk masa mendatang. Perencanaan diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Sujarto, 1985). 4.2.2 Pengorganisasian (organizing) Proses pengorganisasian pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur bisa dikatakan sangat sederhana dikarenakan usaha yang dijalani hanya pada skala rumah tangga sehingga dalam setiap kegiatnnya dikerjakan oleh sang pemilik usaha yaitu Bapak Parwoto yang dibantu oleh istrinya. Meskipun demikian usaha yang dijalankan tetaplah berjalan dengan lancar mungkin hanya ada kendala yang ada pun seperti pada teknis pakan pelet yang kadangkala stoknya telat.
  • 45. 45 Sistem pembagian tugas bisa dikatakan sangat penting karena dapat meningkatkan produktifitas pekerja, pada usaha milik Bapak Prawoto ketika air waduk sedang mengalami fase pasang maka tidaklah banyak pekerjaan yang dilakukan salah satunya pengontrolan jaring sekat, namun ketika fase surut dapat banyak sekali perkerjaan yang dilakukan seperti pengurasan lumpur yang kadangkala sampai membutuhkan buruh bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada. 4.2.3 Pergerakan (actuating) Fungsi pergerakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yang dilakukan seperti proses pemberian pakan, penangkapan ikan untuk melayani pemesanan, penimbangan hasil pancingan dan lain-lain. Pelanksanaan untuk kolam 1,2 dan 3 berbeda, karena untuk kolam 2 dan 3 digunakan untuk pembesaran yang ditutup pemancingannya jika untuk ukuran ikan masih kecil, sedangkan untuk kolam 1 tetap dibuka karena dianggap untuk terus melayani dan mempertahankan pelanggan yang berdatangan. Pergerakan sendiri merupakan sebagai fungsi yang sangat penting untuk menjamin kualitas hasil produksi sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang, dalam hal ini kesesuaian antara perencanaan dan pengornanisasian dianggap sebagai titik awal dalam pelaksanaan usaha. Dalam fungsi ini biasanya pemilik usaha hanya akan dihadapkan pada pekerjaan yang ringan karena hanya tinggal menunggu pelanggan yang datang.
  • 46. 46 4.2.4 Pengawasan (controlling) Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur fungsi pengawasan yang dilakukan adalah pengontrolan jaring sekat untuk memastikan apakan keadaan jaring ada yang robek atau tidak, jika terdapat robek bisa jadi akan membuat ikan lepas selain itu juga ada ikan liaran dari waduk yang masuk dan menjadikan predator pada kolam, biasanya sobeknya jaring disebabkan oleh ikan-ikan yang besar dari liaran yang berusaha memasuki kolam sekat. Selain itu juga dilakukan menaik menurunkan jaring sekat sesuai dengan keadaan air yang mengalami fase pasang surut. Kemudian juga melakukan pengecekkan terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan apakan ikan sudah layak dipasarkan atau belum. Disisi lain fungsi pengawasan yang sangat penting yaitu penjagaan kolam ketika malam hari, karena ketika malam hari bisa dikatakan sangat resiko jika tidak dilakukan pengawasan untuk keamanan kolam. Biasanya untuk jaga malam ini hanya dilakukan oleh Bapak Prawoto sendiri yang bisa menggunakan rumah jaga sebagai tempat istirahat. 4.3 Aspek Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dapat menentukan keberlanjutan dari suatu usaha, karena dari proses pemasaran dapat diketahui apakah suatu usaha tersebut memiliki kelayakan untuk jangka pendek ataupun jangka penjang. Disamping itu, pemasaran juga dianggap sebagai suatu masalah yang serius karna kebanyakan dari usaha mengalami kesulitan dalam melakukan pemasaran. Untuk menentukan pemasaran maka hal yang harus ditentukan yaitu strategi pemasaran, saluran pemasaran dan bauran pemasaran.
  • 47. 47 Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengatisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen (Cannon, et all, 2008). 4.3.1 Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan serta aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan serta lokasinya. Strategi pemasaran modern secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu: segmentasi pasar (segmentation), penetapan pasar sasaran (targetting), penetapan posisi pasar (positioning) dan pembeda produk (differentiation) (Kotler, 1997). a. Segmentasi Segmentasi pasar merupakan upaya pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku mereka. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur segmentasi yang dituju yaitu semua kalangan, namun terdapat segmentasi khusus yang dituju yaitu untuk para pemilik hobi mincing. Jika dilihat pada karakteristik segmen yang dituju kepada para pemancing, tentunya mempunyai latar belakang berbeda-beda baik dari kalangan atas ataupun bawah, yang dapat dilihat dari segi pakaian yang digunakan, alat transportasi yang digunakan untuk datang pada usaha milik Bapak Prawoto dan juga pada alat pancing yang digunakan. b. Targeting Pengertian dari targeting itu sendiri merupakan sebuah sasaran, siapa yang dituju. Dalam menentukan targeting maka dilakukan beberapa survei untuk dapat
  • 48. 48 mengetahui keadaan pasar nantinya, agar ketika proses pemasaran tidak salah sasaran. Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur pasar yang dituju sebenarnya adalah bagi kalangan menengah kebawah terutama para pemilik hobi memancing, karna dapat dilihat dari harga yang ditetapkan oleh Bapak Prawoto relatif rendah jika dibandingkan dengan usaha-usaha sejenis yang berdiri disekitarnya. c. Positioning Penempatan posisi (positioning) menjelaskan strategi mengenai cara bagaimana perusahaan membedakan produknya dibandingkan dengan pesaing di dalam benak konsumen. Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (diantara pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Pada usha pembesaran ikan nila Sumber Makmur strategi positioning ini menempati pada posisi yang tepat karena telah disokong oleh melimpahnya air dari Waduk Lahor, sementara itu juga menawarkan harga yang relatif murah dan konstan. d. Diferensiasi Diferensiasi adalah proses menambahkan dan memberikan serangkaian perbedaan yang dinilai penting, untuk membedakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan itu dari pesaing, meskipun terkadang dilakukan berdasarkan atribut-atribut yang tidak relevan. Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur untuk strategi diferensiasi yang digunakan tidak jauh berbeda dengan pada usaha ikan nila pada umumnya, hanya saja pada usaha milik Bapak Parwoto ini menggunakan kolam 1 untuk tetap dibuka kolam pemancingannya meskipun
  • 49. 49 keadaan sedang ditutup, hal seperti ini dikarenakan untuk mempertahankan pelanggan. Sehingga strategi diferensiasinya masih dikatakan sederhana. 4.3.2 Bauran Pemasaran Kotler (1997), menyatakan bahwa “Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran, alat-alat pemasaran tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut “empat P”: Produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion)”. a. Produk Produk yang dihasilkan dari pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu berupa ikan nila segar siap konsumsi dengan ukuran rataan 4-5 ekor/kg, yang dihasilkan kurang lebih dalam waktu 3,5 bulan. b. Harga Harga merupakan faktor yang dapat dijadikan sebagai analisis strategi penjualan suatu produk, harga yang ditentukan oleh seorang produsen seharusnya harus seimbang dengan permintaan ikan dari konsumen. Harga yang dipatok pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu Rp. 17.000,- /kg untuk tahun 2014 pada tahun sebelumnya 2013 harga dipatok Rp.16.000,- /kg. Harga tersebut dapat dikatakan relatif murah dikarenakan untuk pada usaha ikan nila pada umumnya mematok harga sebesar Rp. 20.000,- /kg bahkan lebih. Untuk strategi harga yang dipatok Bapak Parwoto lebih memilih sedikit banting setir dengan mengambil sedikit keuntungan untuk dapat mempertahankan pelanggan, meski demikian harga yang dipatok tetaplah dapat menutupi biaya produksi yang dijalankan. Untuk dapat mengganti/menutupi biaya produksi pada usaha tersebut
  • 50. 50 dengan pengeluaran sebanyak 4.493,4 kg dan harga yang dipatok sebesar Rp.8.000,-/kg sudah mampu menutupi biaya produksinya namun hal ini dapat dianggap tidak efisien karena jumlah ikan yang terjual terlalu banyak yang diimbangi harga yang rendah. Dengan melihat berbagai faktor penentuan harga yaitu harga maksimal yang mampu dicapai sesuai dengan permintaan konsumen dan harga pada pesaing, harga Rp.17.000,-/kg yang telah ditetapkan cukuplah tepat karena harga tersebut tidak melebihi batas harga rata-rata yang telah ditetapkan oleh para pesaing dan permintaan konsumen tidaklah menurun. c. Tempat Tempat pemasaran yang dituju oleh pembesaran ikan nila Sumber Makmur tidak memiliki tempat yang khusus, karena jenis usahanya termasuk tetap pada lahan yang dimiliki sehingga yang ada hanyalah para konsumen yang berdatangan. Hanya saja dengan kedatangan konsumen ini tetap dijaga dengan pemberian pelayanan yang terbaik agar dapat menciptakan kepuasan tersendiri bagi konsumen. d. Promosi Proses promosi produk yang dilakukaan pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanyalah sederhana yaitu dengan memasang banner/pamflet dipinggiran jalan untuk menarik konsumen dengan penawaran dan pelayanan terhadap ikan yang terbaik. Dengan harapan ketika para mancing mania berada dijalan dan mengetahui banner yang dipasang menciptakan minat yang tinggi untuk mendatannginya.
  • 51. 51 4.3.3 Saluran Pemasaran Saluran pemasaran yang digunakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu dengan secara langsung dari produsen ke tangan konsumen, baik konsumen dari para pemancing ataupun dari warga yang memesan ikan nila. Pada penyaluran barang ini bukan berarti tanpa kendala misalnya seperti stok ikan yang ditangkap oleh Bapak Prawoto kadang kala habis jika tidak melakukan pemesanan terlebih dahulu, namun keuntungan dari penyaluran barang secara langsung ini yaitu keadaan ikan yang masih segar dan relatif murah dikarenakan ikan yang didapatkan langsung pada saat itu juga. Hanya saja pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur ini tidak melayani bagi seorang pengepul untuk menebas hasil produksi ikan nila. Sehingga dapat dikatakan proses saluran pemasaran yang dilakukan ini sangat sederhana. Pada proses penyaluran ikan nila tersebut para pembelilah yang datang langsung ketempat pembesaran ikan nila Sumber Makmur, bukan dari pihak Sumber Makmur yang mengantar ke para konsumennya. Hal ini bukan berarti pihak dari Sumber Makmur tidak melayani jasa pengantaran, tetapi apabila ada yang memesan dan ingin sekaligus diantarkan pemilik usahalah yang langsung mengantarkan. Namun meski demikian pelanggan yang membeli ikan di Sumber Makmur tetaplah ada dan tidak pernah sepi. Saluran pemasaran dapat dibedakan menurut jumlah tingkatannya. Menurut Kotler dalam Mahatama dan Farid (2013), bentuk-bentuk saluran pemasaran yang umum digunakan, antara lain: 1. Saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung). Saluran pemasaran ini terdiri dari seorang produsen yang langsung menjual ke konsumen akhir.
  • 52. 52 2. Saluran satu tingkat. Saluran ini berisi satu perantara penjualan. 3. Saluran dua tingkat. Saluran ini berisi dua perantara, biasanya adalah pedagang besar dan pedagang eceran. 4. Saluran tiga tingkat. Saluran ini berisi tiga perantara, yaitu pedagang besar, pemborong, dan pedagang eceran. 4.4 Aspek Finansial 4.4.1 Permodalan Modal merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu usaha. Tanpa adanya modal suatu usaha tidaklah bisa berjalan. Modal bisa berupa uang atau barang. Modal uang dan barang ini bisa berasal milik sendiri atau milik orang lain. Jika modal milik orang lain maka seorang peminjam modal pasti dihadapkan pada bunga dan sewa. Sehingga jika modal bukan milik sendiri modal akan menjadi suatu biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha. Modal yang dimiliki pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur ini berasal dari modal sendiri. Memang pada awal beridinya usaha yang didirikan oleh 4 orang ini modal berasal dari modal pinjaman, namun ketika 3 orang telah mengundurkan diri modal pinjaman tersebut telah dikembalikan. Jadi untuk usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur pada saat ini semua berasal dari modal sendiri oleh Bapak Prawoto yang usahanya berdiri mulai kecil. Tidak hanya modal yang dimiliki oleh Bapak Parwoto dalam menjalankan usahanya namun soft skill dan hard skill yang dimiliki sangatlah menunjang berkembangnya usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur menjadi usaha yang lebih besar.
  • 53. 53 Menurut Riyanto (2010), modal dibedakan menjadi 2 yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif yaitu modal yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan modal pasif merupakan modal yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Dengan kata lain modal aktif biasanya dinamakan modal yang akan selalu beruba-ubah (konkret) dan modal pasif disebut modal yang relatif permanen (abstrak). Modal kerja merupakan keseluruhan dari biaya produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian modal investasi merupakan modal yang memiliki umur teknis. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur modal investasi dan modal kerja yang digunakan masing-masing sebesar Rp.24.872.500,- dan Rp.35. 146.747,-. Dari modal investasi yang dimiliki akan mengalami penyusutan total sebesar Rp.4.178.747,-. Yang mana sumber modal dari modal yang digunakan secara keseluruhan yaitu berasal dari modal sendiri. Penyusutan dapat diketahui dengan cara jumlah harga dari setiap modal yang dibagi dengan umur teknis dari setiap modal investasi. Dalam modal investasi yang digunakan penyusutan terbesar yaitu pada jaring yang memiliki nilai penyusutan sebesar Rp.666.666,-/tahun. Dan yang memiliki nilai penyusutan paling kecil yaitu cangkul sebesar Rp.9000.-/tahun. Total modal kerja pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur dalam sekali produksi (1 tahun) yaitu sebesar Rp.35.146.747,-, yang diperoleh dari jumlah biaya tetap Rp.5.178.747,- yang terdiri dari penyusutan Rp.4.178.747,- serta biaya perawatan dalam satu tahun sebesar Rp.1.000.000,- dan
  • 54. 54 biaya variabelnya sebesar Rp.27.868.000,-. Uraian secara rinci modal investasi dan modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.4.2 Biaya Produksi Biaya produksi yang dimaksudkan yaitu seluruh biaya yang digunakan dalam proses usaha pembesaran ikan nila. Biasanya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam produksi misalkan tenaga kerja, dikatakan dalam biaya tetap karena pemilik usaha wajib mengeluarkan biaya sebesar gaji yang diberikan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. Biaya tetap pada usaha pembesaran ikan nila sebesar Rp.5.178.747.-, sedangkan untuk biaya variabel sebesar Rp.29.868.000,-. Sehingga dapat diketahui seluruh biaya produksi (biaya total sebesar Rp.35.146.747,-). Untuk uraian secara rinci mengenai biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 2. 4.4.3 Penerimaan Pada hasil penerimaan diperoleh dari hasil mengalikan antara harga per kilo nya dengan banyaknya ikan nila yang dikeluarkan dalam satuan kilo. Pada analisis penerimaan usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur periode yang digunakan adalah tahunan, dimana periode yang digunakan yaitu pada periode tahun 2013. Pada tahun tersebut dengan menetapkan harga sebesar Rp.16.000,- serta banyaknya ikan yang dikeluarkan yaitu 22.467 ekor yang memiliki bobot 4.493,3 kg, sehingga total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.71.894.400,-. Penerimaan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur dalam hitungan bulan berbeda-beda, ini dikarenakan keadaan konsumen yang tidak setiap hari mengkonsumsi ikan terutama ikan nila. Hasil penerimaan
  • 55. 55 terbesar yaitu pada bulan agustus yaitu sebanyak 715,3 kg dengan harga Rp.11.444.800,- sedangkan hasil paling kecil diperoleh pada bulan januari yaitu sebesar Rp.1.016.00 dengan jumlah ikan yang dikeluarkan sebanyak 63,5 kg. Untuk uraian secara rinci mengenai penerimaan dapat dilihat pada lampiran 3. 4.4.4 Keuntungan Keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur dalam satu kali siklus produksi (1 tahun) yaitu sebesar Rp.36.747.653,- yang diperoleh dari pengurangan penerimaan yang diperoleh dengan biaya total. Dengan asumsi yang telah ditetapkan bahwa apabila total penerimaan lebih besar dari biaya total maka usaha tersebut akan mendapatkan laba. Pada perhitungan keuntungan biasanya menggunakan teknik pendapatan dikurangi dengan nilai kerja keluarga (NKK). Namun pada usaha milik Bapak Parwoto ini segala sesuatu dalam produksi pembesaran ikan nila dikerjakan oleh pemilik usaha yang dibantu oleh istrinya, sehingga untuk NKK dianggap bahwa pendapatan itu sebagai keuntungan usaha. Untuk uraian secara rinci mengenai keuntungan dapat dilihat pada lampiran 3. 4.4.5 Rentabilitas Usaha Rentabilitas digunakan sebagai tolak ukur efisiensi penggunaan modal. Dengan melibatkan antara seberapa besar perbandingan antara keuntungan yang didapat dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan dalam prosentase. Kemudian pada sumber modal yang digunakan untuk menghasilkan laba usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur berasal dari modal sendiri secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat rentabilitas yang digunakan yaitu rentabilitas modal sendiri.
  • 56. 56 Pada peritungan rentabilitas usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur hasil yang didapatkan sebesar 104%, yang artinya bahwa dengan tingkat keuntungan sebesar 104% usaha tersebut layak untuk dijalankan karena lebih dari 12%. Untuk uraian secara rinci mengenai rentabilitas usaha dapat dilihat pada lampiran 3. 4.4.6 Revenue Cost Ratio (RC Ratio) Ratio digunakan sebagai ukuran pengetahuan tentang tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap pengeluaran Rp.1,- untuk keperluan produksi. RC Ratio bisa didapatkan melalui perbandingan total penerimaan dengan total biaya secara keseluruhan. Dari hasil perhitungan RC Ratio pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur didapatkan hasil sebesar 2,04. Dengan hasil tersebut usaha yang dijalankan oleh Bapak Prawoto layak dijalankan dan sangat menguntungkan karena telah memenuhi kriteria jika R/C > 1 maka usaha tersebut menguntungkan. Dengan kata lain setiap pengeluaran Rp.1,- akan mengasilkan keuntungan sebesar Rp.2,04. Untuk uraian secara rinci mengenai RC ratio usaha dapat dilihat pada lampiran 3. 4.4.7 Break Even Point (BEP) Perhitungan Break Even Point atau yang biasaya dikatakan titik impas dimana titik tidak rugi dan tidak laba. Pada analisis ini dapat digunakan sebagai acuan jika suatu usaha menginginkan keuntungan yang digambarkan atas dasar unit dan sales. Pada perhitungan BEP pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur terdapat 2 macam yaitu BEP atas dasar unit dan sales. Untuk dasar sales diketahui BEP nya sebesar Rp.12.040.249,- pada penerimaan sebesar itu maka usaha milik
  • 57. 57 Bapak Parwoto dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan untuk atas dasar unit BEP yang didapatkan sebesar 555 kg, dengan pengeluaran ikan sebanyak 555 kg maka juga dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Untuk uraian secara rinci mengenai analisis BEP dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Pelaksanaan usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang tentunya memiliki berbagai faktor baik pendukung maupun penghambat yang dapat menentukan berkembangnya usaha. Bukan berarti dengan adanya faktor penghambat akan menjadikan kualitas maupun kuantitas usaha menurun, dalam artian setiap faktor penghambat pasti dapat diatasi sebagai penunjang perkembangan usaha. 4.5.1 Faktor Pendukung Faktor yang mendukung atau menunjang dari usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur meliputi: 1. Ketersediaan air yang melimpah dari waduk, sehingga dapat menurunkan biaya atas pengelolaan sistem pengairan. 2. Kualitas air Waduk Lahor sesuai dengan habitat hidup ikan nila, sehingga jarang terserang penyakit yang dapat meningkatkan mortalitas ikan. 3. Dapat perhatian dari pemerintah, seperti subsidi bibit dan jaring sekat. 4. Sudah adanya pembukuan usaha 4.5.2 Faktor Penghambat Faktor-faktor yang menghambat pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu:
  • 58. 58 1. Jauh dari keramaian, lokasi usaha letaknya berada pada tempat yang sedikit susah diketahui meskipun akses menuju lokasi dapat dikatakan baik. 2. Masih belum adanya tempat-tempat khusus yang digunakan untuk para pelanggan pemancing, sehingga apabila suatu ketika banyaknya pelanggan yang berdatangan maka perebutan tempat sering terjadi. 3. Belum adanya tenaga kerja yang membantu Bapak Parwoto dalam menjalankan usahanya. 4. Belum adanya pengelolaan sampah yang beserakan pada kolam. Yang mana dapat menyebabkan limbah dan menurunkan kualitas ikan.
  • 59. 59 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil Praktek Kerja Lapang pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha yang pembesaran ikan nila yang dilakukan hanya memiliki siklus 1 kali produksi dalam satu tahun. Hal ini karena dihadapkan pada keadaan air waduk yang memiliki fase pasang surut. 2. Aspek teknis pada pembesaran ikan nila meliputi: sarana dan prasarana produksi, persiapan kolam pembesaran, persiapan benih ikan nila, pemupukan, pemberian pakan, pemeliharaan ikan dikolam dan pemanenan. Secara keseluruhan aspek teknis yang dilakukan berjalan dengan baik namun hanya terkadang dihadapkan pada telatnya stok pakan pellet untuk ikan nila. 3. Aspek manajemen pada pembesaran ikan nila meliputi: perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Secara keseluruhan aspek manajemen sudah dilakukan dengan baik, namun masih belum adanya pembentukan struktur organisasi pembagian tugas yang dapat membantu pekerjaan pemilik usaha. 4. Aspek pemasaran pada pembesaran ikan nila meliputi: strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan saluran pemasaran. Konsumen yang dituju yaitu para pemancing dan pelayanan pesanan dari masayarakat sekitar. Meskipun demikian setiap harinya tidak pernah sepi pelanggan.
  • 60. 60 5. Aspek finansial pada usaha pembesaran ikan nila dalam satu siklus produksinya tahunan yaitu: permodalan yang digunakan berupa modal investasi dan modal kerja yang masing-masing sebesar Rp.24.872.500,- dan Rp.35.146.747,- dengan perolehan penerimaan dalam satu tahunnya sebesar Rp.71.894.400,- dimana didapatkan keuntungan sebesar Rp.36.747.653,- pendapatan disini dianggap sebagai keuntungan sehingga tidak perlu melakukan perhitungan nilai kerja keluarga (NKK), sedangkan rentabilitas usahanya sebesar 104% dan RC ratio sebesar 2,04 artinya disetiap pengeluaran Rp.1,- maka akan menghasilkan Rp.2,04. Kemudian pada BEP sales dan unitnya masing-masing sebesar Rp.12.040.249,- dan 555 kg. dari hasil perhitungan tersebut pada usaha Sumber Makmur ini layak untuk dijalankan karena sangat menguntungkan. 6. Faktor pendukung usaha pembesaran ikan nila yaitu: ketersediaan air yang melimpah, kualitas air Waduk Lahor yang baik, dapat perhatian dari pemerintah daerah, sudah adanya pembukuan dari setiap pengeluaran dan pemasukan usaha. 7. Faktor penghambat usaha pembesaran ikan nila yaitu: jauh dari keramaian, kurangnya tempat bagi para pemancing, belum adanya pekerja pembantu tetap.
  • 61. 61 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan sebagai bahan masukan bagi perkembangan usaha berdasarkan hasil dari Praktek Kerja Lapang di Sumber Makmur antara lain: 1. Segera dibuatkan tempat yang memanjakan para pemancing, sehingga para pemancing dapat merasakan kepuasan dan menimbulkan rasa ketagihan untuk terus berdatangan. 2. Menyediakan tempat sampah sendiri sehingga konsumen yang datang tidak membuang sampah pada kolam. 3. Membuat kolam pembenihan sendiri, sehingga tidak hanya terdiri usaha pembesaran saja namun juga pembenihan yang nantinya dapat menambah keuntungan usaha.
  • 62. 62 DAFTAR PUSTAKA Cannon, josseph, et all. 2008. Pemasaran Dasar edisi 16. Salemba Empat. Jakarta. Dharma, Surya. 2008. Pengolahan dan Analisis Data Penelitiaan. Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2003. Kelayakan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta. Khairul Amri dan Khairuman. 2006. Budi daya Ikan Nila Secara Intensif. PT Agromedia Pustaka. Koentjaraningrat, 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. P.T Gramedia. Jakarta. Kordi, H dan Ghufran, M. 2010. Pemeliharaan Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily Publisher. Kordi, H. dan Ghufran, M. 2013. Budidaya Nila Unggul. Agromedia Pustaka. Jakarta Kotler. Philips. 1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I. PT. Prehallindo. Jakarta Made L. Nurjana, Indonesia Aquaculture Development, RCA International Workshop on Innovative Technologies for Echo-Friendly Fish Farm Management and Production of Safe Aquaculture Foods, Bali, Dec. 4-8, 2006. Mahatama, E dan Farid, M. 2013. Daya Saing Dan Saluran Pemasaran Rumput Laut: Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Moleong, J, Lexy. 1988. Metodologi penelitian Kualitatif. Rosda Karya. Bandung. Murtidjo, B.A. 1997. Budidaya Kakap dalam Tambak dan Keramba. Yogyakarta: Kanisius. Hal 11. Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2009. Metodologi Penelitian Cetakan ke 10. Bumi Aksara. Jakarta. 83 hlm. Nawawi, H. 1983. Metodologi Penelitian Sosial. Gajah Mada University press. Yogyakarta. Primyastanto, M, dan Istikharoh. 2003. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek Studi Kelayakan (Usaha Pembesaran Ikan Gurami). Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
  • 63. 63 Primyastanto, M. dan Tjahjono, A. 2005. Buku Panduan Evaluasi Proyek. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang Primyastanto, M. 2009. Buku Ajar Evaluasi Proyek Usaha edisi 2009/2010. Laboratorium Terpadu Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya. Malang Primyastanto. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. Universitas Brawijaya Press. Malang. Rahardi, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 1997. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Riyanto,B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogakarta Soekartawi. 1993. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT Rajawali Press. Jakarta Suryanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Penebar Swadaya. Bogor. Suyanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
  • 64. 64 LAMPIRAN  LAMPIRAN 1 Peta Desa Karangkates DUKUH BANDUNG DESA PETA DESA KARANGKATES DESA SELOREJO KEC. SELOREJO KEC. KALIPARE DUKUH KARANGKATES LOKASI PKL
  • 65. 65  LAMPIRAN 2 a) Rincian Modal Investasi Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur No. Jenis Investasi Jumlah Harga (Rp/Unit) Harga Total (Rp) Sumber modal 1. Drum 30 buah 115.000 3.450.000 Sendiri 2. Bambu 50 batang 25.000 1.250.000 Sendiri 3. Paku 20 buah 13.000 260.000 Sendiri 4. Tali Karet 50 buah 2.000 100.000 Sendiri 5. Usuk Jati 56 batang 40.000 2.240.000 Sendiri 6. Rumah Jaga 1 buah 6.500.000 6.500.000 Sendiri 7. Jaring 100 meter 40.000 4.000.000 Sendiri 8. Timbangan 1 buah 150.000 150.000 Sendiri 9. Jala 1 buah 350.000 350.000 Sendiri 10. Perahu 2 buah 1.500.000 3.000.000 Sendiri 11. Kawat 60 buah 12.000 720.000 Sendiri 12. Topi 2 buah 8.750 17.500 Sendiri 13. Cangkul 2 buah 45.000 90.000 Sendiri 14. Diesel 1 buah 2.000.000 2.000.000 Sumbangan 15. Ember 3 buah 15.000 45.000 Sendiri 16. Lampu 300 watt 2 buah 350.000 700.000 Sendiri Total 24.872.500 Sumber: Data primer diolah, 2014
  • 66. 66 b) Rincian Penyusutan Modal Investasi Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur No. Item Harga Total (Rp) Umur Teknis (Thn) Penyusutan (Rp/Thn) 1. Drum 3.450.000 8 431.250 2. Bambu 1.250.000 3 416.666 3. Paku 260.000 3 86.666 4. Tali Karet 100.000 1 100.000 5. Usuk Jati 2.240.000 6 373.333 6. Rumah Jaga 6.500.000 10 650.000 7. Jaring 4.000.000 6 666.666 8. Timbangan 150.000 2 75.000 9. Jala 350.000 3 116.666 10. Perahu 3.000.000 8 600.000 11. Kawat 720.000 3 240.000 12. Topi 17.500 1 17.500 13. Cangkul 90.000 10 9.000 14. Diesel 2.000.000 10 200.000 15. Ember 21.000 1 21.000 16. Lampu 300 watt 700.000 4 175.000 Total 4.178.747 Sumber: Data primer diolah, 2014 c) Biaya Tetap (Fixed Cost) Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur No. Jenis Biaya tetap Nilai (Rp) 1. Penyusutan 4.178.747 2. Perawatan 1.000.000 Total 5.178.747 Sumber: Data primer diolah, 2014
  • 67. 67 d) Biaya Variabel (Variable Cost) Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur No. Jenis Biaya Variabel Jumlah Harga per unit (Rp) Total Harga (Rp) 1. Benih 500.000 ekor 35 17.500.000 2. Pupuk 25 kg 2.000 50.000 3. Konsumsi kuli 14 hari 5.000 700.000 4. Bekatul 5 sak 130.000 650.000 5. Pellet 25 sak 280.000 7.068.000 6. Perlengkapan Rumah Jaga 1 bulan 1.750.000 1.750.000 7. Listrik 1 bulan 100.000 100.000 8. Telepon 1 bulan 50.000 50.000 9. Gaji Kuli (14 hari) 3 orang 50.000/hari 2.100.000 Total 29.968.000 Sumber: Data primer diolah, 2014 e) Total Biaya (TC) No. Jenis biaya Nilai (Rp) 1. Biaya tetap 5.178.747 2. Biaya variabel 29.968.000 Total 35.146.747 Sumber: Data primer diolah, 2014
  • 68. 68  LAMPIRAN 3  Perhitungan Finansial Bulan Ikan Terjual (Kg) Harga jual per kilo Penerimaan (Rp) Ikan Terjual (ekor) Januari 63.5 16.000 1.016.000 317 Februari 193.5 16.000 3.096.000 968 Maret 260.8 16.000 4.172.800 1304 April 516.6 16.000 8.265.600 2583 Mei 591.4 16.000 9.462.400 2958 Juni 469.7 16.000 7.515.200 2348 Juli 594.6 16.000 9.513.600 2974 Agustus 715.3 16.000 11.444.800 3577 September 419.9 16.000 6.718.400 2099 Oktober 198.1 16.000 3.169.600 990 November 177.3 16.000 2.836.800 886 Desember 292.7 16.000 4.683.200 1463 TOTAL 4.493.4 71.894.400 22.467 Sumber: Data primer diolah, 2014 a) Penerimaan (TR) Produksi ikan nila pada tahun 2013 dengan pengeluaran ikan sebanyak 4.493,4 kg, harga per kilo nya Rp.16.000,- kemudian ikan yang terjual sebanyak 22.467 ekor. Maka total penerimaannya dalam satu tahunnya yaitu: Rp.71.894.400,-
  • 69. 69 b) Keuntungan (π) Keuntungan (π) = Penerimaan (TR) – Biaya Total (TC) = (Rp.71.894.400,-) ─ (Rp.35.146.747,-) = Rp.36.747.653,- c) Revenue Cost Ratio (RC Ratio) RC Ratio = TR TC = Rp.71.894.400,− Rp.35.146.747,− = 2,04 d) Rentabilitas Usaha Rentabilitas = L M x 100 % = Rp.36.747.653,− Rp.35.146.747,− x 100% = 104 % e) Break Even Point BEP(s) = FC 1− VC S = Rp.5.178.747.− 1− Rp.29.968.000,− Rp.71.894.400,− = Rp.5.178.747.− 1−0,41 = Rp.7.103.747.− 0,59 = Rp.12.040.249,-
  • 70. 70 BEP(Q) = FC P−V = Rp.5.178.747.− Rp.16.000 –Rp.6.669,− = Rp.5.178.747.− Rp.9.331,− = 555 Kg