SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
LAPORAN PRAKTIKUM

        PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

                       MODUL 4

CARA UJI PARTIKEL TERSUSPENSI TOTAL MENGGUNAKAN
PERALATAN HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) DENGAN
               METODE GRAVIMETRI




                        Kelompok 6

            Dewi Aprianti      0706275536
            Hermawati W.       0706275624
            Osha Ombasta       0706275731
            Zahra Mediawaty A. 0706275832




         PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

              DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
                   FAKULTAS TEKNIK

                UNIVERSITAS INDONESIA

                       DEPOK 2010
MODUL 4

CARA UJI PARTIKEL TERSUSPENSI TOTAL MENGGUNAKAN PERALATAN HIGH
         VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) DENGAN METODE GRAVIMETRI

4.1 Tujuan

       Mengukur dan mengetahui tingkat konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di
udara ambient pada ruangan laboratorium properti dan material menggunakan peralatan High
Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetrik.

4.2 Ruang Lingkup

       Standar ini digunakan untuk penentuan partikel tersuspensi total dengan menggunakan
alat High Volume Air Sampler (HVAS). Lingkup pengujian meliputi:

   1. Cara pengambilan contoh uji dalam jumlah volume udara yang besar di amosfer, dengan
       nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1,13 sampai 1,70 m3/menit. Dengan laju alir ini
       maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100µm (diameter ekivalen) yang dapat
       dikumpulkan. Adapun untuk efisiensi partikel berukuran lebih besar dari 20µm akan
       berkurang sesuai dengan kenaikan ukuran partikel, sudut dari anginnya, atap sampler, dan
       kenaikan kecepatan.
   2. Penggunaan filter serat kaca dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter
       100µm sampai 0,1 µm (efisiensi 99,95% untuk ukuran partikel 0,3µm).
   3. Jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh metode ini adalah 3 mg (tingkat
       kepercayaan 95%). Pada saat ini alat dioperasikan dengan laju alir rata-rata 1,7 m3/menit
       selama 24 jam, maka berat massa yang didapatkan antara 1 sampai 2 µg/m3.

4.3 Prinsip Pengukuran

       Udara dihisap melalui filter di dalam shelter dengan menggunakan pompa vakum laju alir
tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulasi dalam
filter selama periode waktu tertentu dianalisa secara gravimetrik. Laju alir dipantau saat periode
pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikulat yang terkumpul per
satuan volume contoh uji udara yang diambil sebagai µg/m3.
4.4 Landasan Teori

       Udara ambient adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang
dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsure lingkungan hidup
lainnya.

4.4.1 Definisi dan Karakteristik Suspended Particulate Matter
       Debu atau partikulat digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair maupun padat
yang tersebar di udara dengan ukuran 0,001 µm sampai 500 µm. berdasarkan lamanya partikel
tersuspensi di udara dan rentang ukurannya, partikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
dust fall (setteable particulate) dan Suspended Particulate Matter (SPM). Partikel yang
berukuran lebih dari 100 µm disebut dust fall, sedangkan partikulat yang memiliki ukuran
diameter antara 0,001 µm sampai 100 µm disebut sebagai SuspendedParticulate Matter (SPM).
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen.
       Aerosol atau partikulat didefinisikan sebagai partikel cair maupun padat yang tersuspensi
di dalam gas. Sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya, ukuran partikel partikulat antara
0,1 µm sampai dengan 100 µm. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang
relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui
saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga
dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di
udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda,
dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
       Sumber pencemar partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari
aktivitas manusia. Pencemaran partikel yang berasal dari alam adalah sebagai berikut:
       1. Debu tanah atau pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang
       2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi
       3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan
       Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal dari
pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan, dan gas buangan alat transportasi.
       Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat
dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di
udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara
seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack
smake.
         Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses
oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan
metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut
membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble
Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O.

4.4.2 Klasifikasi Particulate Matter (PM)
         Berdasarkan proses pembentukannya, aerosol atau partikulat dapat digolongkan menjadi
partikulat primer dan sekunder. Perbedaan dari kedua jenis partikulat tersebut adalah sebagai
berikut:
   1. Partikulat primer adalah partikulat yang dipancarkan langsung dari berbagai sumber,
         seperti debu yang terbawa oleh udara sebagai akibat adanya angin atau partikel asap yang
         dipancarkan dari cerobong.
   2. Partikulat sekunder merujuk pada partikel yang dihasilkan di dalam atmosfer yang
         mengalami reaksi kimia dari komponen gas.
         Di beberapa bagian dunia, partikulat sekunder memiliki porsi lebih dari 50 % dari total
konsentrasi partikel di udara. Partikulat sekunder terdiri dari 3 komponen utama. Pertama adalah
sulfat, yang mana timbul dari oksidasi atmosferik dari sulfur dioksida dan membentuk sulfur
trioksida yang lebih cepat terkondensasi dengan air dan membentuk asam sulfat. Di beberapa
tempat, terdapat banyak emisi ammonia yang menetralkan asam sulfat dan membentuk partikel
padat ammonium sulfat. Nitrogen oksida juga dioksidasi di atmosfer membentuk asam nitrit
yang mana terdapat dalam udara sebagai uap. Asam nitrit bereaksi dengan ammonia atau dengan
material seperti kalsium karbonat atau natrium klorida akan membentuk partikel padat nitrat.
Ketika terjadi dalam bentuk ammonium nitrat, proses pembentukannya adalah sebagai berikut:
         HNO3 (asam nitrit) + NH3 (ammonia) ↔ NH4NO3 (ammonium nitrat)
         Ammonium nitrat dapat terdisosiasi kembali menjadi asam nitrit dan ammonia, prosesnya
berlangsung dengan bantuan suhu yang tinggi dan kelembaban relative rendah. Bentuk utama
ketiga dari partikulat sekunder adalah Secondary Organic Aerosol (SOA). SOA terdiri dari
senyawa organic teroksidasi yang terbentuk di atmosfer akibat bereaksi dengan VOCs. Biogenic
VOC seperti α-pinene yang diemisikan oleh pohon sangat reaktif, dan di beberapa area menjadi
sumber SOA yang sangat signifikan. Emisi VOC antropogenik juga dapat dioksidasi di atmosfer,
membentuk sesuatu dengan kemampuan menguap lebih rendah yang terkondensasi membentuk
SOA.
        Biasanya, pembentukan partikulat sekunder relatif lambat, memakan waktu beberapa hari
atau lebih. Sebagai konsekuensinya, konsentrasi udara pencemar seperti sulfat cenderung
seragam untuk jangka waktu yang cukup lama. Untuk kasus nitrat dan SOA, proses
pembentukannya berlangsung lebih cepat, dan dalam kasus ammnonium nitrate reaksinya
bersifat reversible.
        Berikut adalah beberapa bahan partikulat udara dan ukuran jenis partikelnya.




                            Gambar 4.4.2.1 bahan partikulat dan ukuran partikelnya
     Sumber: pengukuran partikel udara ambient (TSP, PM10, dan PM2,5) disekitar calon lokasi PLTN Semenanjung
                                                                      Lemahabang, AgusGindo S., Budi Hari H.

        Selain itu, partikulat juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter
aerodinamisnya. Sifat aerodinamis partikel menentukan bagaimana partikel berpindah pada
udara dan bagaimana partikel tersebut dapat dihilangkan. Sifat tersebut juga mempengaruhi
bagaimana partikel dapat masuk ke dalam udara pada sistem pernapasan. Klasifikasi partikulat
berdasarkan ukuran diameter aerodinamisnya adalah sebagai berikut:
Table 4.4.2.1 Fraksi partikulat berdasarkan diameter




                                                            Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Particulate


       Secara umum, particulate matter dapat dibagi ke dalam dua kelompok utama berdasarkan
ukurannya, yaitu:

   1. Fraksi kasar, terdiri dari partikel besar dengan kisaran ukuran antara 2,5 sampai 10 µm
       (PM10– PM2,5).
   2. Fraksi halus, terdiri dari partikel yang lebih kecil dengan ukuran lebih kecil dari 2,5 µm.
       partikel dalam fraksi halus yang berdiameter kurang dari 0,1 µm disebut sebagai partikel
       sangat halus (ultrafine particles)
Partikel Kasar

       Dihasilkan dari penghancuran mekanik dari partikel padat yang lebih besar. Fraksi kasar
dapat meliputi debu dari jalan, proses agricultural, operasi tambang terbuka, serta material tidak
mudah terbakar yang dilepas ketika terjadi pembakaran bahan bakar fosil. Butir serbuk sari,
spora jamur dan tanaman serta bagian serangga juga dapat berkontribusi sebagai fraksi kasar.

Partikel Halus
       Kebanyakan terbentuk dari gas, biasanya berasal dari senyawa sulfur dan nitrogen.
Ultrafine particles terbentuk dari proses nukleasi, dimana proses ini merupakan proses dasar
perubahan gas menjadi partikel. Partikel tersebut dapat membesar hingga ukuran lebih dari 1µm
melalui proses kondensasi dan proses koagulasi. Proses kondensasi adalah proses ketika gas
terkondensasi menjadi partikel yang lebih besar, sedangkan proses koagulasi adalah proses
ketika dua atau lebih partikel bergabung dan membentuk partikel yang lebih besar. Partikel yang
dihasilkan dari reaksi gas intermediet di atmosfer disebut sebagai partikulat sekunder. Empat
sumber utama pembentuk partikel halus diantaranya adalah, logam berat (menguap selama
pembakaran), elemen karbon (dari rantai karbon pendek yang timbul dari pembakaran), karbon
organik, sulfat, dan nitrat.

        Dampak partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikulat debu
sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan
mengendap di alveolus. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari
5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran
pernapasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

        Keadaan ini akan lebihbertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2
yang terdapat di udara. Selain itu, partikulat debu yang melayang dan berterbangan karena
terbawa oleh angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapatmenghalangi daya tembus
pandang mata (Visibility). Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu
diudara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar
hanya mengandung logamberbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di
udara. Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatifdan kemungkinan dapat terjadi reaksi
sinergistik pada jaringan tubuh. Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandungdi udara
yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang
berasal dari makanan atauair minum.

4.4.3Metode Pengukuran dan Baku Mutu Udara Ambient Untuk Zat Pencemar Berupa
      Particulate Matter

        Tolak ukur terjadi suatu pencemaran udara didasarkan pada Baku Mutu Udara Ambient
yang telah ditetapkan. Menurut PP No.41 Tahun 1999, Baku mutu udara ambient adalah ukuran
batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient. Baku mutu udara ambient
nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambient untuk mencegah terjadinya
pencemaran udara. Besarnya nilai baku mutu udara ambient untuk Total Suspended
Particulatetercantum pada PP No.41 Tahun 1999, yaitu sebesar 230 µg/Nm3 untuk waktu
pengukuran selama 24 jam atau 90 µg/Nm3 untuk waktu pengukuran selama 1 tahun, sedangkan
baku mutu udara ambient yang ada di dalam ruangan diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta No.52 Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian kualitas udara dalam ruangan,
dimana standar baku mutu total debu dalam ruangan adalah sebesar 0,15 mg/m3 dengan waktu
pengukuran selama 8 jam. Pengukuran konsentrasi pengukuran Total Suspended Particulate
dilakukan dengan metode gravimetrik menggunakan alat High Volume Air Sampler
(HVAS).High Volume Air Sampler (HVAS) adalah peralatan yang digunakan untuk
pengumpulan kandungan partikel melalui filtrasi, sejumlah besar volum udara di atmosfer
dengan memakai pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter dan alat control
laju alir.

Pemilihan filter

          Secara umum, pemilihan filter bergantung terhadap pengujian. Hal yang penting untuk
diperhatikan adalah penentuan seleksi dan pemakaian karakteristik. Adapun beberapa macam
filter yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

      1. filter serat kaca
      2. filter fiber silika
      3. filter selulosa

          filter serat kaca dapat dipilih untuk contoh uji dengan kelembaban tinggi. Filter serat kaca
dipilih karena dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 0,1µm – 100 µm. adapun
efisiensi pengumpulan berkisar 99,95 % untuk ukuran partikel 0,3 µm.

Perhitungan Konsentrasi

         Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di udara dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:




Dengan keterangan:
[C]       = konsentrasi Total Suspended Paticulate (TSP) di udara ambient (µg/m3)
Mt        = berat filter setelah pengambilan sampel udara (µg)
M0        = berat filter bersih atau sebelum pengambilan sampel udara (µg)
T         = lama pencuplikan atau pengambilan sampel (jam)
V         = laju pencuplikan atau pengambilan udara (m3/jam)

          Kemudian konsentrasi yang diperoleh dari persamaan tersebut dikonversi ke persamaan
model konversi Canter untuk mendapatkan konsentrasi yang setara dengan konsentrasi partikulat
di udara dengan waktu pencuplikan atau pengukuran selama 24 jam. Berikut adalah persamaan
konversi Canter:




Dengan keterangan sebagai berikut:
C1         = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu pengambilan sampel selama 24 jam (µg/m3)
C2         = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran dengan lama pengambilan sampel selama
            t2 jam. Dalam hal ini, C2 = [C]. (µg/m3)
t1         = 24 jam
t2         = lama pengambilan sampel (jam)
p          = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2


4.4.4 Dampak Akibat Emisi Particulate Matter

          Partikulat mengandung solid mikroskopis ataupun titik-titik cairan yang sangat kecil
sehingga dapat masuk ke dalam paru-paru dan mengakibatkan gangguan kesehatan. Berbagai
penelitian ilmiah telah menghubungkan paparan polusi partikulat sebagai penyebab berbagai
gangguan kesehatan seperti :

     1.   Peningkatan gangguan pernafasan, misalnya iritasi saluran pernafasan atas, batuk, atau
          asthma
     2.   Penurunan fungsi paru
     3.   Menyebabkan asthma pada populasi sensitif
     4.   Peningkatan bronchitis kronis
     5.   Detak jantung tidak teratur
6.   Serangan jantung minor
   7.   Kematian bagi orang dengan penyakit jantung atau paru-paru

        Dampak yang ditimbulkan PM10 biasanya bersifat akut pada saluran pernapasan bagian
bawah, seperti pneumonia dan bronchitis, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Salah satu
partikulat yang penting dapat menyebabkan Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah mist
asam sulfat (H2SO4). Zat ini dapat mengiritasi membrane mukosa saluran pernapasan dan
menimbulkan bronco konstriksi karena sifatnya yang iritan. Hal ini dapat merusak saluran
pertahanan pernapasan (bulu hidung, silia, selaput lender), sehingga dengan rusaknya pertahanan
ini bakteri dengan mudah dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit ISPA

        Ukuran partikel merupakan faktor utama penentu dimana partikel tersebut akan diam dan
beristirahat di dalam saluran pernapasan ketika terhirup. Partikel dengan ukuran tertentu dapat
menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel yang lebih besar umumnya tersaring di hidung
dan tenggorokan sehingga tidak menimbulkan masalah. Namun, partikel yang lebih kecil dari 10
µm, yang disebut sebagai PM10, dapat masuk hingga ke bronkus paru-paru dan menyebabkan
masalah kesehatan. Ukuran 10 µm memang tidak mewakili batas yang ketat antara respirable
particle dan non-respirable particle, tetapi telah disepakati sebagai parameter untuk memantau
konsentrasi partikel di udara oleh sebagian besar lembaga regulator. Demikian pula partikel yang
lebih kecil dari 2,5 µm, yang disebut sebagai PM2,5, juga dapat menembus ke dalam daerah
pertukaran gas di paru-paru, dan partikel-partikel sangat kecil yang berukuran lebih kecil dari
100 nm dapat melewati paru-paru dan kemudian mempengaruhi organ-organ lain. Berikut adalah
daerah deposisi partikel udara pada saluran pernapasan manusia.
Gambar 4.4.4.1 daerah deposisi partikel udara pada saluran pernapasan manusia
        Sumber : Sumber: pengukuran partikel udara ambient (TSP, PM 10, dan PM2,5) disekitar calon lokasi PLTN
                                                       Semenanjung Lemahabang, AgusGindo S., Budi Hari H.
4.4.5 Rute Pajanan Particulate Matter

       Sistem inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam
hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senyawa
lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti Timah (Pb) dan senyawa beracun lainnya,
yang dapat memajan tubuh manusia melalui rute lain.

4.5 Alat dan Bahan

Peralatan

   1. Perangkat HVAS yang dilengkapi dengan skala/meter
   2. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
   3. Pinset
   4. Aluminum foil
5. Kabel roll
   6. Jam untuk mengukur waktu pengukuran

Bahan
   1. Kertas saring fiber glass

4.6 Cara Kerja

        Pengambilan contoh uji dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

   1. Menimbang filter dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian mencatat berat
        awal filternya.
   2. Menempatkan atau membungkus filter yang telah ditimbang ke dalam sebuah aluminium
        foil sebelum digunakan untuk pengambilan sampel udara.
   3. Menempatkan perangkat HVAS di lokasi dimana pengukuran konsentrasi Total
        Suspended Particulate (TSP) akan dilakukan. Dalam praktikum ini, perangkat HVAS
        diletakkan di sudut ruangan lab beton, berdekatan dengan alat uji tekan beton.
   4. Meletakkan filter pada filter holder HVAS dengan menggunakan pinset.
   5. Menyalakan perangkat HVAS setelah disambungkan ke stop kontak terlebih dahulu
        dengan menggunakan kabel roll
   6. Melakukan pembacaan dan pencatatan indikator laju alir yang ada pada perangkat
        HVAS.
   7. Setelah 1 jam waktu pengukuran, melakukan pembacaan indikator laju alir kembali pada
        alat uji dan kemudian mematikannya.
   8. Memindahkan filter dari filter holder HVAS ke aluminum foil dengan menggunakan
        pinset.
   9. Menimbang kembali berat akhir filter yang digunakan untuk pengambilan sampel udara
        dengan menggunakan neraca analitik.
4.7 Data Hasil Praktikum

       Berikut merupakan data yang didapatkan dari hasil praktikum.

                                 Tabel 4.7.1Data Hasil Praktikum
                                                          Berat filter     Laju alir
             No.                   Kondisi                  (gram)         (m3/menit)
            1        Sebelum pengambilan contoh uji          0,5008            2
            2        Setelah pengambilan contoh uji          0,5057           1,9
                                                            Sumber: Hasil Praktikum,2010

4.8 Pengolahan Data

Volume udara yang diambil




Dengan keterangan sebagai berikut:

V      adalah volume udara yang diambil
Q S1   adalah laju alir awal pada pengukuran pertama (m3/menit)
Q S2   adalah laju alir akhir pada pengukuran kedua (m3/menit)
T      adalah durasi pengambilan contoh uji (menit)

Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambient




Dimana,         C adalah konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/m3),
                W1 adalah berat filter awal (gram),
                W2 adalah berat filter akhir (gram),
                V adalah volume contoh uji udara (m3)
Persamaan Model Konversi Canter




Dengan keterangan sebagai berikut:
C1      = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu pengambilan sampel selama 24 jam (µg/m3)
C2      = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran dengan lama pengambilan sampel selama
          t2 jam. Dalam hal ini, C2 = [C]. (µg/m3)
t1      = 24 jam
t2      = lama pengambilan sampel (jam)
p      = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2, diambil 0,17.

Perhitungan

                                            = 117 m3

                                            = 41,88 µg/m3

                                            = 29,41µg/m3 = 0,00002941 mg/m3


4.9 Analisis Praktikum
4.9.1 Analisis Percobaan

       Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur dan mengetahui tingkat konsentrasi Total
Suspended Particulate (TSP) di udara ambient pada ruangan laboratorium properti dan material
menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetrik.
Pengukuran konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) ini dilakukan sekitar pukul 10.30.

       Hal pertama yang dilakukan sebelum pengambilan sampel udara dimulai adalah
menimbang filter yang akan digunakan menggunakan neraca analitik. Setelah itu, filter tersebut
dibungkus dengan aluminium foil agar tetap bersih dan tidak terdapat kontaminasi debu dari
sumber lain sebelum filter tersebut digunakan.
Perangkat HVAS ditempatkan di lokasi dimana pengukuran konsentrasi Total Suspended
Particulate (TSP) akan dilakukan. Pada praktikum ini, HVAS ditempatkan di dekat alat uji tekan
beton dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan wilayah kerja yang paling sering
digunakan oleh petugas lab yang terpapar oleh debu. Setelah itu, filter yang telah ditimbang
sebelumnya diletakkan pada filter holder HVAS dengan menggunakan pinset. Urutan peletakan
filter dalam filter holder perangkat HVAS adalah filter, setelah itu kasa HVAS, dan kemudian
yang terakhir adalah besi penahan. Urutan tersebut berfungsi untuk mencegah robeknya filter
saat dilakukan pengambilan sampel udara. Pada praktikum kali ini, kesalahan penempatan filter,
membuat praktikan harus menghabiskan tiga buah filter dikarenakan dua filter yang sebelumnya
terhisap oleh aliran udara dan robek. Penggunaan pinset pada tahap ini bertujuan untuk
meminimalisir kemungkinan menempelnya debu dari tangan ke filter jika peletakkan filter
dilakukan dengan menggunakan tangan. Menempelnya debu dari sumber lain dapat
menyebabkan penyimpangan data dan hasil pengukuran menjadi kurang akurat. Kemudian
perangkat HVAS dinyalakan setelah disambungkan ke stop kontak dengan menggunakan kabel
roll. Setelah perangkat uji dinyalakan, dilakukan pembacaan dan pencatatan indikator laju alir
yang ada sebagai laju alir awal (Q1). Pengukuran dilakukan selama 1 jam, dimana setelah 1 jam,
indikator laju alir kembalidibaca untuk melihat laju alir akhir (Q2) lalu alat uji dimatikan.

       Setelah pengambilan sampel udara selesai, filter dipindahkan dari filter holder HVAS ke
aluminium foil dengan menggunakan pinset. Kemudian dilakukan penimbangan terhadap berat
akhir filter setelah penyamplingan dengan menggunakan neraca analitik.

4.9.2 Analisis Hasil

       Sebagaimana yang dijelaskan pada landasan teori bahwa keberadaan polutan particulate
matter dapat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan
peningkatan gangguan pernafasan, misalnya iritasi saluran pernafasan atas, batuk, atau asthma,
penurunan fungsi paru, menyebabkan asthma pada populasi sensitive, peningkatan bronchitis
kronis, detak jantung tidak teratur, serangan jantung minor, atau kematian bagi orang dengan
penyakit jantung atau paru-paru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran konsentrasi TSP
yang terdapat pada udara ambient di tempat-tempat dimana kegiatan manusia sering
berlangsung. Percobaan ini dilakukan di dalam ruangan, yaitu ruangan lab beton, dimana pada
ruangan ini sering dilakukan kegiatan pengujian-pengujian material oleh staff laboratorium atau
kegiatan praktikum-praktikum oleh mahasiswa. Pada ruangan ini diduga terdapat polutan
particulate matter sebagai akibat kegiatan yang dilakukan. Debu dapat berasal dari material-
material yang disimpan dalam ruangan lab, serta sisa debu atau material yang timbul akibat
pemecahan struktur beton menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pengukuran konsentrasi debu
pada udara ambient di ruangan ini dimaksudkan untuk mengkaji apakah kadar debu yang
terdapat dalam ruangan tersebut masih memenuhi baku mutu udara ambient yang berlaku dan
apakah konsentrasinya masih cukup aman bagi orang yang terpapar dan melakukan kegiatan di
dalamnya.

       Dari hasil pengolahan data praktikum yang didapat diperoleh besarnya nilai konsentrasi
Total Suspended Particulate (TSP) pada udara ambient di ruangan lab beton adalah 41,88
µg/m3. Nilai ini didapat dari hasil pengukuran selama 1 jam. Standar baku mutu udara ambient
nasional untuk Total Suspended Particulate (TSP) yang digunakan untuk menganalisis hasil
pengukuran tersebut adalah standar baku mutu udara ambient dalam ruangan yang diatur di
dalam Peraturan Gurbenur Provinsi DKI Jakarta No.52 Tahun 2006 tentang pedoman
pengedalian pencemaran udara dalam ruangan. Standar yang ditetapkan dalam peraturan ini
merupakan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) pada udara ambient untuk waktu
pengukuran 8 jam, yaitu sebesar 0,15 mg/m3. Untuk dapat membandingkan hasil pengukuran
yang diperoleh dari praktikum dengan nilai standar baku mutu udara ambient nasional untuk
TSP, hasil pengukuran tersebut harus dikonversi terlebih dahulu untuk perkiraan nilai
konsentrasi dengan waktu pengukuran 8 jam. Koversi atau pendekatan estimasi dilakukan
dengan menggunakan model persamaan konversi Canter, sehingga didapat nilai hasil perkiraan
atau estimasi konsentrasi TSP untuk waktu pengukuran 8 jam sebesar 29,41           µg/m3 atau
0,00002941 mg/m3. dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa konsentrasi TSP di ruangan lab beton
masih memenuhi standar baku mutu udara ambient yang berlaku, sehingga masih cukup aman
untuk orang yang melakukan kegiatan di dalamnya. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah
adanya rutinitas melakukan kegiatan dapat menyebabkan efek atau dampak jangka panjang,
dimana partikulat yang masuk ke saluran pernapasan dapat terakumulasi dan menyebabkan
gangguan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha pengurangan paparan berupa
penggunaan masker dan lain sebagainya.

4.9.3 Analisis Kesalahan
Dalam praktikum ini terdapat beberapa kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil
pengukuran partikulat di Lab. Beton dan Material. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

   1. Laju aliran awal pada saat HVAS dinyalakan adalah 2 m3/menit, kondisi ini tidak
       termasuk ke dalam rentang laju alir 1,13 m3/menit sampai 1,7 m3/menit yang disarankan
       untuk pengukuran partikulat dengan ukuran <100 µm yaitu1,13 m3/menit sampai 1,7
       m3/menit. Oleh karena kondisi ini, partikulat dapat terdorong dengan paksa melewati
       filter.
   2. Pengukuran dilakukan hanya selama 1 jam, sedangkan baku-mutu yang digunakan
       berlandaskan pada pengukuran selama 8 atau 24 jam. Kendati telah menggunakan faktor
       konversi, pengukuran dalam waktu satu jam kurang dapat memberikan jumlah partikulat
       yang akurat.


4.10 Kesimpulan

       Berdasarkan data yang telah didapat dan analisa yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

   1. Konsentrasi total partikel tersuspensi pada Lab. Beton dan Material berdasarkan
       pengukuran salama 1 jam adalah sebesar 41,88 µg/m3, ekuivalen dengan nilai 29,41
       µg/m3 pada pengukuran 8 jam.
   2. Berdasarkan standar baku mutu udara ambient dalam ruangan yang diatur di dalam
       Peraturan Gurbenur Provinsi DKI Jakarta No.52 Tahun 2006 tentang pedoman
       pengedalian pencemaran udara dalam ruangan,konsentrasi TSP di ruangan lab beton
       masih memenuhi standar baku mutu udara ambient yang berlaku, sehingga masih cukup
       aman untuk orang yang melakukan kegiatan di dalamnya.

4.11 Referensi

       Noel De Nevers, Air Pollution Control Engineering Second Edition, Mc GrawHill.
       Air Quality Guidlines Global update 2005.
       PP No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
       Seminar Nasional Udara Bersih "Udara Bersih : Kenyataan, Harapan dan Tantangan"
       http://langitbiru.menlh.go.id/index.php?module=detailprog&id=8
       Http://Tegarrezavie.Multiply.Com/Journal/Item/3/Volatile_Organic_Compounds
       Volatile Organic Compounds: Siklus, Efek Kesehatan, Dan Cara Mengelolanya
http://www.greenfacts.org/glossary/pqrs/particulate-matter.htm
http://www.wikipedia.org
http://www.epa.gov.id

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurJoy Irman
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airqlp
 
Parameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udaraParameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udaraHotnida D'kanda
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahJoy Irman
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...Muhamad Imam Khairy
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...Muhamad Imam Khairy
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...Muhamad Imam Khairy
 
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamukIdentifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamukSiti Aisyah
 
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...Muhamad Imam Khairy
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit PengolahanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit PengolahanJoy Irman
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...Muhamad Imam Khairy
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirCara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirSaid Muhammad
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...Muhamad Imam Khairy
 

Mais procurados (20)

Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Parameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udaraParameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udara
 
Limbah Padat
Limbah PadatLimbah Padat
Limbah Padat
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
Penentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bodPenentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bod
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
 
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamukIdentifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
 
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit PengolahanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
 
konsep dasar fisika udara
konsep dasar fisika udarakonsep dasar fisika udara
konsep dasar fisika udara
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirCara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
 

Destaque

Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli  Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli Furqaan Hamsyani
 
Proses pencemaran tubuh melalui udara
Proses pencemaran tubuh melalui udaraProses pencemaran tubuh melalui udara
Proses pencemaran tubuh melalui udaraputrianggrn
 
FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir Lika Saras
 
Getaran, amplitudo, periode dan frekuensi
Getaran, amplitudo, periode dan frekuensiGetaran, amplitudo, periode dan frekuensi
Getaran, amplitudo, periode dan frekuensiChris Naa
 
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan LingkunganMengidentifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan LingkunganNabilla Intan
 
Makalah partikel debu
Makalah partikel debuMakalah partikel debu
Makalah partikel debuAyux Bovanded
 
Ppt pengelolaan tanah
Ppt pengelolaan tanahPpt pengelolaan tanah
Ppt pengelolaan tanah4nitah
 
Genetic Algorithms
Genetic AlgorithmsGenetic Algorithms
Genetic Algorithmsanas_elf
 
Genetic algorithms
Genetic algorithmsGenetic algorithms
Genetic algorithmszamakhan
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky Awaliah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky AwaliahRencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky Awaliah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky AwaliahRezky Awaliah
 
Travelling Salesman Problem
Travelling Salesman ProblemTravelling Salesman Problem
Travelling Salesman ProblemShikha Gupta
 

Destaque (19)

Praktikum 2 debu
Praktikum 2 debuPraktikum 2 debu
Praktikum 2 debu
 
Getaran
GetaranGetaran
Getaran
 
Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli  Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli
 
Uji tanah lahan sawah dengan puts
Uji tanah lahan sawah dengan putsUji tanah lahan sawah dengan puts
Uji tanah lahan sawah dengan puts
 
Proses pencemaran tubuh melalui udara
Proses pencemaran tubuh melalui udaraProses pencemaran tubuh melalui udara
Proses pencemaran tubuh melalui udara
 
Hazard control
Hazard controlHazard control
Hazard control
 
FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir
 
Tesis Pengendalian Debu
Tesis Pengendalian DebuTesis Pengendalian Debu
Tesis Pengendalian Debu
 
Getaran, amplitudo, periode dan frekuensi
Getaran, amplitudo, periode dan frekuensiGetaran, amplitudo, periode dan frekuensi
Getaran, amplitudo, periode dan frekuensi
 
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan LingkunganMengidentifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan
 
Makalah partikel debu
Makalah partikel debuMakalah partikel debu
Makalah partikel debu
 
Ppt pengelolaan tanah
Ppt pengelolaan tanahPpt pengelolaan tanah
Ppt pengelolaan tanah
 
Genetic Algorithms
Genetic AlgorithmsGenetic Algorithms
Genetic Algorithms
 
getaran dan gelombang
getaran dan gelombanggetaran dan gelombang
getaran dan gelombang
 
RPP Getaran
RPP GetaranRPP Getaran
RPP Getaran
 
Genetic algorithms
Genetic algorithmsGenetic algorithms
Genetic algorithms
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky Awaliah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky AwaliahRencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky Awaliah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi GETARAN Rezky Awaliah
 
Makalah Pengling
Makalah PenglingMakalah Pengling
Makalah Pengling
 
Travelling Salesman Problem
Travelling Salesman ProblemTravelling Salesman Problem
Travelling Salesman Problem
 

Semelhante a TSP HVAS

Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...
Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...
Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...Senia Firlania
 
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksidaPraktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksidahengkiferdianto
 
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistemAplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistemWirandaErzaPratama
 
distribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogor
distribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogordistribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogor
distribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogorgede5
 
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIK
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIKMAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIK
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIKmery gita
 
Adsorben makalah
Adsorben makalahAdsorben makalah
Adsorben makalahMia Odina
 
Pencemaran Udara.pdf
Pencemaran Udara.pdfPencemaran Udara.pdf
Pencemaran Udara.pdfzinogre417
 
Kelompok 10(atmosfer bumi)
Kelompok 10(atmosfer bumi)Kelompok 10(atmosfer bumi)
Kelompok 10(atmosfer bumi)Nanda Reda
 
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Fadillatiara
 
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Fadillatiara
 
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Fadillatiara
 
6. alat pelindung pernafasan
6. alat pelindung pernafasan6. alat pelindung pernafasan
6. alat pelindung pernafasanWinarso Arso
 
003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA
003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA
003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJAnaning28
 
Mesin andianto
Mesin andiantoMesin andianto
Mesin andiantoRus Dhy
 

Semelhante a TSP HVAS (20)

Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...
Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...
Tata Udara Terapan - Pengukuran Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Q...
 
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksidaPraktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
 
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistemAplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
 
2 ts11937
2 ts119372 ts11937
2 ts11937
 
distribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogor
distribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogordistribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogor
distribusi partikel debu di kawasan pabrik semen citeureup bogor
 
Pencemaran udara
Pencemaran udaraPencemaran udara
Pencemaran udara
 
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIK
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIKMAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIK
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA AKIBAT SENYAWA ANORGANIK
 
Adsorben makalah
Adsorben makalahAdsorben makalah
Adsorben makalah
 
Pencemaran udara
Pencemaran udaraPencemaran udara
Pencemaran udara
 
Pencemaran Udara.pdf
Pencemaran Udara.pdfPencemaran Udara.pdf
Pencemaran Udara.pdf
 
Kelompok 10(atmosfer bumi)
Kelompok 10(atmosfer bumi)Kelompok 10(atmosfer bumi)
Kelompok 10(atmosfer bumi)
 
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
 
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
 
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
Penyehatan udara ( co, debu, n ox dan radiasi )
 
6. alat pelindung pernafasan
6. alat pelindung pernafasan6. alat pelindung pernafasan
6. alat pelindung pernafasan
 
003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA
003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA
003. FAKTOR KIMIA.ppt MATERI TENTANG KESELAMATAN KERJA
 
Mesin andianto
Mesin andiantoMesin andianto
Mesin andianto
 
4. gas detector
4. gas detector4. gas detector
4. gas detector
 
Udara
UdaraUdara
Udara
 
lingkungan hidup
lingkungan hiduplingkungan hidup
lingkungan hidup
 

Último

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 

Último (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 

TSP HVAS

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MODUL 4 CARA UJI PARTIKEL TERSUSPENSI TOTAL MENGGUNAKAN PERALATAN HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) DENGAN METODE GRAVIMETRI Kelompok 6 Dewi Aprianti 0706275536 Hermawati W. 0706275624 Osha Ombasta 0706275731 Zahra Mediawaty A. 0706275832 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010
  • 2. MODUL 4 CARA UJI PARTIKEL TERSUSPENSI TOTAL MENGGUNAKAN PERALATAN HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS) DENGAN METODE GRAVIMETRI 4.1 Tujuan Mengukur dan mengetahui tingkat konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di udara ambient pada ruangan laboratorium properti dan material menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetrik. 4.2 Ruang Lingkup Standar ini digunakan untuk penentuan partikel tersuspensi total dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS). Lingkup pengujian meliputi: 1. Cara pengambilan contoh uji dalam jumlah volume udara yang besar di amosfer, dengan nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1,13 sampai 1,70 m3/menit. Dengan laju alir ini maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100µm (diameter ekivalen) yang dapat dikumpulkan. Adapun untuk efisiensi partikel berukuran lebih besar dari 20µm akan berkurang sesuai dengan kenaikan ukuran partikel, sudut dari anginnya, atap sampler, dan kenaikan kecepatan. 2. Penggunaan filter serat kaca dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 100µm sampai 0,1 µm (efisiensi 99,95% untuk ukuran partikel 0,3µm). 3. Jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh metode ini adalah 3 mg (tingkat kepercayaan 95%). Pada saat ini alat dioperasikan dengan laju alir rata-rata 1,7 m3/menit selama 24 jam, maka berat massa yang didapatkan antara 1 sampai 2 µg/m3. 4.3 Prinsip Pengukuran Udara dihisap melalui filter di dalam shelter dengan menggunakan pompa vakum laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulasi dalam filter selama periode waktu tertentu dianalisa secara gravimetrik. Laju alir dipantau saat periode pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikulat yang terkumpul per satuan volume contoh uji udara yang diambil sebagai µg/m3.
  • 3. 4.4 Landasan Teori Udara ambient adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsure lingkungan hidup lainnya. 4.4.1 Definisi dan Karakteristik Suspended Particulate Matter Debu atau partikulat digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair maupun padat yang tersebar di udara dengan ukuran 0,001 µm sampai 500 µm. berdasarkan lamanya partikel tersuspensi di udara dan rentang ukurannya, partikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu dust fall (setteable particulate) dan Suspended Particulate Matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih dari 100 µm disebut dust fall, sedangkan partikulat yang memiliki ukuran diameter antara 0,001 µm sampai 100 µm disebut sebagai SuspendedParticulate Matter (SPM). Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Aerosol atau partikulat didefinisikan sebagai partikel cair maupun padat yang tersuspensi di dalam gas. Sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya, ukuran partikel partikulat antara 0,1 µm sampai dengan 100 µm. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula, tergantung dari mana sumber emisinya. Sumber pencemar partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari aktivitas manusia. Pencemaran partikel yang berasal dari alam adalah sebagai berikut: 1. Debu tanah atau pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang 2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi 3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan, dan gas buangan alat transportasi. Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara
  • 4. seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. 4.4.2 Klasifikasi Particulate Matter (PM) Berdasarkan proses pembentukannya, aerosol atau partikulat dapat digolongkan menjadi partikulat primer dan sekunder. Perbedaan dari kedua jenis partikulat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Partikulat primer adalah partikulat yang dipancarkan langsung dari berbagai sumber, seperti debu yang terbawa oleh udara sebagai akibat adanya angin atau partikel asap yang dipancarkan dari cerobong. 2. Partikulat sekunder merujuk pada partikel yang dihasilkan di dalam atmosfer yang mengalami reaksi kimia dari komponen gas. Di beberapa bagian dunia, partikulat sekunder memiliki porsi lebih dari 50 % dari total konsentrasi partikel di udara. Partikulat sekunder terdiri dari 3 komponen utama. Pertama adalah sulfat, yang mana timbul dari oksidasi atmosferik dari sulfur dioksida dan membentuk sulfur trioksida yang lebih cepat terkondensasi dengan air dan membentuk asam sulfat. Di beberapa tempat, terdapat banyak emisi ammonia yang menetralkan asam sulfat dan membentuk partikel padat ammonium sulfat. Nitrogen oksida juga dioksidasi di atmosfer membentuk asam nitrit yang mana terdapat dalam udara sebagai uap. Asam nitrit bereaksi dengan ammonia atau dengan material seperti kalsium karbonat atau natrium klorida akan membentuk partikel padat nitrat. Ketika terjadi dalam bentuk ammonium nitrat, proses pembentukannya adalah sebagai berikut: HNO3 (asam nitrit) + NH3 (ammonia) ↔ NH4NO3 (ammonium nitrat) Ammonium nitrat dapat terdisosiasi kembali menjadi asam nitrit dan ammonia, prosesnya berlangsung dengan bantuan suhu yang tinggi dan kelembaban relative rendah. Bentuk utama ketiga dari partikulat sekunder adalah Secondary Organic Aerosol (SOA). SOA terdiri dari senyawa organic teroksidasi yang terbentuk di atmosfer akibat bereaksi dengan VOCs. Biogenic VOC seperti α-pinene yang diemisikan oleh pohon sangat reaktif, dan di beberapa area menjadi
  • 5. sumber SOA yang sangat signifikan. Emisi VOC antropogenik juga dapat dioksidasi di atmosfer, membentuk sesuatu dengan kemampuan menguap lebih rendah yang terkondensasi membentuk SOA. Biasanya, pembentukan partikulat sekunder relatif lambat, memakan waktu beberapa hari atau lebih. Sebagai konsekuensinya, konsentrasi udara pencemar seperti sulfat cenderung seragam untuk jangka waktu yang cukup lama. Untuk kasus nitrat dan SOA, proses pembentukannya berlangsung lebih cepat, dan dalam kasus ammnonium nitrate reaksinya bersifat reversible. Berikut adalah beberapa bahan partikulat udara dan ukuran jenis partikelnya. Gambar 4.4.2.1 bahan partikulat dan ukuran partikelnya Sumber: pengukuran partikel udara ambient (TSP, PM10, dan PM2,5) disekitar calon lokasi PLTN Semenanjung Lemahabang, AgusGindo S., Budi Hari H. Selain itu, partikulat juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter aerodinamisnya. Sifat aerodinamis partikel menentukan bagaimana partikel berpindah pada udara dan bagaimana partikel tersebut dapat dihilangkan. Sifat tersebut juga mempengaruhi bagaimana partikel dapat masuk ke dalam udara pada sistem pernapasan. Klasifikasi partikulat berdasarkan ukuran diameter aerodinamisnya adalah sebagai berikut:
  • 6. Table 4.4.2.1 Fraksi partikulat berdasarkan diameter Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Particulate Secara umum, particulate matter dapat dibagi ke dalam dua kelompok utama berdasarkan ukurannya, yaitu: 1. Fraksi kasar, terdiri dari partikel besar dengan kisaran ukuran antara 2,5 sampai 10 µm (PM10– PM2,5). 2. Fraksi halus, terdiri dari partikel yang lebih kecil dengan ukuran lebih kecil dari 2,5 µm. partikel dalam fraksi halus yang berdiameter kurang dari 0,1 µm disebut sebagai partikel sangat halus (ultrafine particles) Partikel Kasar Dihasilkan dari penghancuran mekanik dari partikel padat yang lebih besar. Fraksi kasar dapat meliputi debu dari jalan, proses agricultural, operasi tambang terbuka, serta material tidak mudah terbakar yang dilepas ketika terjadi pembakaran bahan bakar fosil. Butir serbuk sari, spora jamur dan tanaman serta bagian serangga juga dapat berkontribusi sebagai fraksi kasar. Partikel Halus Kebanyakan terbentuk dari gas, biasanya berasal dari senyawa sulfur dan nitrogen. Ultrafine particles terbentuk dari proses nukleasi, dimana proses ini merupakan proses dasar perubahan gas menjadi partikel. Partikel tersebut dapat membesar hingga ukuran lebih dari 1µm melalui proses kondensasi dan proses koagulasi. Proses kondensasi adalah proses ketika gas terkondensasi menjadi partikel yang lebih besar, sedangkan proses koagulasi adalah proses ketika dua atau lebih partikel bergabung dan membentuk partikel yang lebih besar. Partikel yang dihasilkan dari reaksi gas intermediet di atmosfer disebut sebagai partikulat sekunder. Empat
  • 7. sumber utama pembentuk partikel halus diantaranya adalah, logam berat (menguap selama pembakaran), elemen karbon (dari rantai karbon pendek yang timbul dari pembakaran), karbon organik, sulfat, dan nitrat. Dampak partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveolus. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebihbertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara. Selain itu, partikulat debu yang melayang dan berterbangan karena terbawa oleh angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapatmenghalangi daya tembus pandang mata (Visibility). Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu diudara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logamberbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara. Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatifdan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh. Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandungdi udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang berasal dari makanan atauair minum. 4.4.3Metode Pengukuran dan Baku Mutu Udara Ambient Untuk Zat Pencemar Berupa Particulate Matter Tolak ukur terjadi suatu pencemaran udara didasarkan pada Baku Mutu Udara Ambient yang telah ditetapkan. Menurut PP No.41 Tahun 1999, Baku mutu udara ambient adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient. Baku mutu udara ambient nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambient untuk mencegah terjadinya pencemaran udara. Besarnya nilai baku mutu udara ambient untuk Total Suspended Particulatetercantum pada PP No.41 Tahun 1999, yaitu sebesar 230 µg/Nm3 untuk waktu
  • 8. pengukuran selama 24 jam atau 90 µg/Nm3 untuk waktu pengukuran selama 1 tahun, sedangkan baku mutu udara ambient yang ada di dalam ruangan diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.52 Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian kualitas udara dalam ruangan, dimana standar baku mutu total debu dalam ruangan adalah sebesar 0,15 mg/m3 dengan waktu pengukuran selama 8 jam. Pengukuran konsentrasi pengukuran Total Suspended Particulate dilakukan dengan metode gravimetrik menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS).High Volume Air Sampler (HVAS) adalah peralatan yang digunakan untuk pengumpulan kandungan partikel melalui filtrasi, sejumlah besar volum udara di atmosfer dengan memakai pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter dan alat control laju alir. Pemilihan filter Secara umum, pemilihan filter bergantung terhadap pengujian. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah penentuan seleksi dan pemakaian karakteristik. Adapun beberapa macam filter yang umum digunakan adalah sebagai berikut: 1. filter serat kaca 2. filter fiber silika 3. filter selulosa filter serat kaca dapat dipilih untuk contoh uji dengan kelembaban tinggi. Filter serat kaca dipilih karena dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 0,1µm – 100 µm. adapun efisiensi pengumpulan berkisar 99,95 % untuk ukuran partikel 0,3 µm. Perhitungan Konsentrasi Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di udara dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Dengan keterangan: [C] = konsentrasi Total Suspended Paticulate (TSP) di udara ambient (µg/m3) Mt = berat filter setelah pengambilan sampel udara (µg)
  • 9. M0 = berat filter bersih atau sebelum pengambilan sampel udara (µg) T = lama pencuplikan atau pengambilan sampel (jam) V = laju pencuplikan atau pengambilan udara (m3/jam) Kemudian konsentrasi yang diperoleh dari persamaan tersebut dikonversi ke persamaan model konversi Canter untuk mendapatkan konsentrasi yang setara dengan konsentrasi partikulat di udara dengan waktu pencuplikan atau pengukuran selama 24 jam. Berikut adalah persamaan konversi Canter: Dengan keterangan sebagai berikut: C1 = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu pengambilan sampel selama 24 jam (µg/m3) C2 = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran dengan lama pengambilan sampel selama t2 jam. Dalam hal ini, C2 = [C]. (µg/m3) t1 = 24 jam t2 = lama pengambilan sampel (jam) p = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2 4.4.4 Dampak Akibat Emisi Particulate Matter Partikulat mengandung solid mikroskopis ataupun titik-titik cairan yang sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam paru-paru dan mengakibatkan gangguan kesehatan. Berbagai penelitian ilmiah telah menghubungkan paparan polusi partikulat sebagai penyebab berbagai gangguan kesehatan seperti : 1. Peningkatan gangguan pernafasan, misalnya iritasi saluran pernafasan atas, batuk, atau asthma 2. Penurunan fungsi paru 3. Menyebabkan asthma pada populasi sensitif 4. Peningkatan bronchitis kronis 5. Detak jantung tidak teratur
  • 10. 6. Serangan jantung minor 7. Kematian bagi orang dengan penyakit jantung atau paru-paru Dampak yang ditimbulkan PM10 biasanya bersifat akut pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti pneumonia dan bronchitis, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Salah satu partikulat yang penting dapat menyebabkan Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah mist asam sulfat (H2SO4). Zat ini dapat mengiritasi membrane mukosa saluran pernapasan dan menimbulkan bronco konstriksi karena sifatnya yang iritan. Hal ini dapat merusak saluran pertahanan pernapasan (bulu hidung, silia, selaput lender), sehingga dengan rusaknya pertahanan ini bakteri dengan mudah dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit ISPA Ukuran partikel merupakan faktor utama penentu dimana partikel tersebut akan diam dan beristirahat di dalam saluran pernapasan ketika terhirup. Partikel dengan ukuran tertentu dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel yang lebih besar umumnya tersaring di hidung dan tenggorokan sehingga tidak menimbulkan masalah. Namun, partikel yang lebih kecil dari 10 µm, yang disebut sebagai PM10, dapat masuk hingga ke bronkus paru-paru dan menyebabkan masalah kesehatan. Ukuran 10 µm memang tidak mewakili batas yang ketat antara respirable particle dan non-respirable particle, tetapi telah disepakati sebagai parameter untuk memantau konsentrasi partikel di udara oleh sebagian besar lembaga regulator. Demikian pula partikel yang lebih kecil dari 2,5 µm, yang disebut sebagai PM2,5, juga dapat menembus ke dalam daerah pertukaran gas di paru-paru, dan partikel-partikel sangat kecil yang berukuran lebih kecil dari 100 nm dapat melewati paru-paru dan kemudian mempengaruhi organ-organ lain. Berikut adalah daerah deposisi partikel udara pada saluran pernapasan manusia.
  • 11. Gambar 4.4.4.1 daerah deposisi partikel udara pada saluran pernapasan manusia Sumber : Sumber: pengukuran partikel udara ambient (TSP, PM 10, dan PM2,5) disekitar calon lokasi PLTN Semenanjung Lemahabang, AgusGindo S., Budi Hari H. 4.4.5 Rute Pajanan Particulate Matter Sistem inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senyawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti Timah (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh manusia melalui rute lain. 4.5 Alat dan Bahan Peralatan 1. Perangkat HVAS yang dilengkapi dengan skala/meter 2. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg 3. Pinset 4. Aluminum foil
  • 12. 5. Kabel roll 6. Jam untuk mengukur waktu pengukuran Bahan 1. Kertas saring fiber glass 4.6 Cara Kerja Pengambilan contoh uji dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menimbang filter dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian mencatat berat awal filternya. 2. Menempatkan atau membungkus filter yang telah ditimbang ke dalam sebuah aluminium foil sebelum digunakan untuk pengambilan sampel udara. 3. Menempatkan perangkat HVAS di lokasi dimana pengukuran konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) akan dilakukan. Dalam praktikum ini, perangkat HVAS diletakkan di sudut ruangan lab beton, berdekatan dengan alat uji tekan beton. 4. Meletakkan filter pada filter holder HVAS dengan menggunakan pinset. 5. Menyalakan perangkat HVAS setelah disambungkan ke stop kontak terlebih dahulu dengan menggunakan kabel roll 6. Melakukan pembacaan dan pencatatan indikator laju alir yang ada pada perangkat HVAS. 7. Setelah 1 jam waktu pengukuran, melakukan pembacaan indikator laju alir kembali pada alat uji dan kemudian mematikannya. 8. Memindahkan filter dari filter holder HVAS ke aluminum foil dengan menggunakan pinset. 9. Menimbang kembali berat akhir filter yang digunakan untuk pengambilan sampel udara dengan menggunakan neraca analitik.
  • 13. 4.7 Data Hasil Praktikum Berikut merupakan data yang didapatkan dari hasil praktikum. Tabel 4.7.1Data Hasil Praktikum Berat filter Laju alir No. Kondisi (gram) (m3/menit) 1 Sebelum pengambilan contoh uji 0,5008 2 2 Setelah pengambilan contoh uji 0,5057 1,9 Sumber: Hasil Praktikum,2010 4.8 Pengolahan Data Volume udara yang diambil Dengan keterangan sebagai berikut: V adalah volume udara yang diambil Q S1 adalah laju alir awal pada pengukuran pertama (m3/menit) Q S2 adalah laju alir akhir pada pengukuran kedua (m3/menit) T adalah durasi pengambilan contoh uji (menit) Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambient Dimana, C adalah konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/m3), W1 adalah berat filter awal (gram), W2 adalah berat filter akhir (gram), V adalah volume contoh uji udara (m3)
  • 14. Persamaan Model Konversi Canter Dengan keterangan sebagai berikut: C1 = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu pengambilan sampel selama 24 jam (µg/m3) C2 = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran dengan lama pengambilan sampel selama t2 jam. Dalam hal ini, C2 = [C]. (µg/m3) t1 = 24 jam t2 = lama pengambilan sampel (jam) p = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2, diambil 0,17. Perhitungan = 117 m3 = 41,88 µg/m3 = 29,41µg/m3 = 0,00002941 mg/m3 4.9 Analisis Praktikum 4.9.1 Analisis Percobaan Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur dan mengetahui tingkat konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di udara ambient pada ruangan laboratorium properti dan material menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetrik. Pengukuran konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) ini dilakukan sekitar pukul 10.30. Hal pertama yang dilakukan sebelum pengambilan sampel udara dimulai adalah menimbang filter yang akan digunakan menggunakan neraca analitik. Setelah itu, filter tersebut dibungkus dengan aluminium foil agar tetap bersih dan tidak terdapat kontaminasi debu dari sumber lain sebelum filter tersebut digunakan.
  • 15. Perangkat HVAS ditempatkan di lokasi dimana pengukuran konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) akan dilakukan. Pada praktikum ini, HVAS ditempatkan di dekat alat uji tekan beton dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan wilayah kerja yang paling sering digunakan oleh petugas lab yang terpapar oleh debu. Setelah itu, filter yang telah ditimbang sebelumnya diletakkan pada filter holder HVAS dengan menggunakan pinset. Urutan peletakan filter dalam filter holder perangkat HVAS adalah filter, setelah itu kasa HVAS, dan kemudian yang terakhir adalah besi penahan. Urutan tersebut berfungsi untuk mencegah robeknya filter saat dilakukan pengambilan sampel udara. Pada praktikum kali ini, kesalahan penempatan filter, membuat praktikan harus menghabiskan tiga buah filter dikarenakan dua filter yang sebelumnya terhisap oleh aliran udara dan robek. Penggunaan pinset pada tahap ini bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan menempelnya debu dari tangan ke filter jika peletakkan filter dilakukan dengan menggunakan tangan. Menempelnya debu dari sumber lain dapat menyebabkan penyimpangan data dan hasil pengukuran menjadi kurang akurat. Kemudian perangkat HVAS dinyalakan setelah disambungkan ke stop kontak dengan menggunakan kabel roll. Setelah perangkat uji dinyalakan, dilakukan pembacaan dan pencatatan indikator laju alir yang ada sebagai laju alir awal (Q1). Pengukuran dilakukan selama 1 jam, dimana setelah 1 jam, indikator laju alir kembalidibaca untuk melihat laju alir akhir (Q2) lalu alat uji dimatikan. Setelah pengambilan sampel udara selesai, filter dipindahkan dari filter holder HVAS ke aluminium foil dengan menggunakan pinset. Kemudian dilakukan penimbangan terhadap berat akhir filter setelah penyamplingan dengan menggunakan neraca analitik. 4.9.2 Analisis Hasil Sebagaimana yang dijelaskan pada landasan teori bahwa keberadaan polutan particulate matter dapat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan peningkatan gangguan pernafasan, misalnya iritasi saluran pernafasan atas, batuk, atau asthma, penurunan fungsi paru, menyebabkan asthma pada populasi sensitive, peningkatan bronchitis kronis, detak jantung tidak teratur, serangan jantung minor, atau kematian bagi orang dengan penyakit jantung atau paru-paru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran konsentrasi TSP yang terdapat pada udara ambient di tempat-tempat dimana kegiatan manusia sering berlangsung. Percobaan ini dilakukan di dalam ruangan, yaitu ruangan lab beton, dimana pada ruangan ini sering dilakukan kegiatan pengujian-pengujian material oleh staff laboratorium atau
  • 16. kegiatan praktikum-praktikum oleh mahasiswa. Pada ruangan ini diduga terdapat polutan particulate matter sebagai akibat kegiatan yang dilakukan. Debu dapat berasal dari material- material yang disimpan dalam ruangan lab, serta sisa debu atau material yang timbul akibat pemecahan struktur beton menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pengukuran konsentrasi debu pada udara ambient di ruangan ini dimaksudkan untuk mengkaji apakah kadar debu yang terdapat dalam ruangan tersebut masih memenuhi baku mutu udara ambient yang berlaku dan apakah konsentrasinya masih cukup aman bagi orang yang terpapar dan melakukan kegiatan di dalamnya. Dari hasil pengolahan data praktikum yang didapat diperoleh besarnya nilai konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) pada udara ambient di ruangan lab beton adalah 41,88 µg/m3. Nilai ini didapat dari hasil pengukuran selama 1 jam. Standar baku mutu udara ambient nasional untuk Total Suspended Particulate (TSP) yang digunakan untuk menganalisis hasil pengukuran tersebut adalah standar baku mutu udara ambient dalam ruangan yang diatur di dalam Peraturan Gurbenur Provinsi DKI Jakarta No.52 Tahun 2006 tentang pedoman pengedalian pencemaran udara dalam ruangan. Standar yang ditetapkan dalam peraturan ini merupakan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) pada udara ambient untuk waktu pengukuran 8 jam, yaitu sebesar 0,15 mg/m3. Untuk dapat membandingkan hasil pengukuran yang diperoleh dari praktikum dengan nilai standar baku mutu udara ambient nasional untuk TSP, hasil pengukuran tersebut harus dikonversi terlebih dahulu untuk perkiraan nilai konsentrasi dengan waktu pengukuran 8 jam. Koversi atau pendekatan estimasi dilakukan dengan menggunakan model persamaan konversi Canter, sehingga didapat nilai hasil perkiraan atau estimasi konsentrasi TSP untuk waktu pengukuran 8 jam sebesar 29,41 µg/m3 atau 0,00002941 mg/m3. dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa konsentrasi TSP di ruangan lab beton masih memenuhi standar baku mutu udara ambient yang berlaku, sehingga masih cukup aman untuk orang yang melakukan kegiatan di dalamnya. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya rutinitas melakukan kegiatan dapat menyebabkan efek atau dampak jangka panjang, dimana partikulat yang masuk ke saluran pernapasan dapat terakumulasi dan menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha pengurangan paparan berupa penggunaan masker dan lain sebagainya. 4.9.3 Analisis Kesalahan
  • 17. Dalam praktikum ini terdapat beberapa kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil pengukuran partikulat di Lab. Beton dan Material. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain: 1. Laju aliran awal pada saat HVAS dinyalakan adalah 2 m3/menit, kondisi ini tidak termasuk ke dalam rentang laju alir 1,13 m3/menit sampai 1,7 m3/menit yang disarankan untuk pengukuran partikulat dengan ukuran <100 µm yaitu1,13 m3/menit sampai 1,7 m3/menit. Oleh karena kondisi ini, partikulat dapat terdorong dengan paksa melewati filter. 2. Pengukuran dilakukan hanya selama 1 jam, sedangkan baku-mutu yang digunakan berlandaskan pada pengukuran selama 8 atau 24 jam. Kendati telah menggunakan faktor konversi, pengukuran dalam waktu satu jam kurang dapat memberikan jumlah partikulat yang akurat. 4.10 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah didapat dan analisa yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsentrasi total partikel tersuspensi pada Lab. Beton dan Material berdasarkan pengukuran salama 1 jam adalah sebesar 41,88 µg/m3, ekuivalen dengan nilai 29,41 µg/m3 pada pengukuran 8 jam. 2. Berdasarkan standar baku mutu udara ambient dalam ruangan yang diatur di dalam Peraturan Gurbenur Provinsi DKI Jakarta No.52 Tahun 2006 tentang pedoman pengedalian pencemaran udara dalam ruangan,konsentrasi TSP di ruangan lab beton masih memenuhi standar baku mutu udara ambient yang berlaku, sehingga masih cukup aman untuk orang yang melakukan kegiatan di dalamnya. 4.11 Referensi Noel De Nevers, Air Pollution Control Engineering Second Edition, Mc GrawHill. Air Quality Guidlines Global update 2005. PP No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Seminar Nasional Udara Bersih "Udara Bersih : Kenyataan, Harapan dan Tantangan" http://langitbiru.menlh.go.id/index.php?module=detailprog&id=8 Http://Tegarrezavie.Multiply.Com/Journal/Item/3/Volatile_Organic_Compounds Volatile Organic Compounds: Siklus, Efek Kesehatan, Dan Cara Mengelolanya