Dokumen tersebut membahas tentang dosa riba dan zina. Disebutkan bahwa dosa riba jauh lebih besar dari zina, bahkan dosa yang paling ringan dalam riba setara dengan berzina dengan ibu kandung sendiri. Dosa makan riba sangat besar, diakhirat nanti pemakan riba akan dibangkitkan dalam keadaan gila.
2. NGERINYA DOSA ZINA
“Di dalam neraka jahanam ada satu lembah yang bernama Jubbul Huzni.
Ia dipenuhi ular dan kalajengking. Ukuran kalajengkingnya sebesar anak
kuda. Ia memiliki 70 sengat. Masing-masingnya memiliki kantung bisa. Ia
akan menyengat pezina dan memasukkan isi kantung bisanya ke dalam
tubuh pezina itu. Dan pezina itu akan merasakan pedih sakitnya selama
1.000 tahun. Lalu terkelupaslah daging-dagingnya dan akan mengalir
dari kemaluannya nanah dan darah busuk.” (HR. Ahmad dan Al-Haitsami)
3. DOSA YANG LEBIH BESAR DARI ZINA
Dosa zina itu sangat besar. Pelakunya akan mendapatkan kemurkaan
dari Allah dan siksa yang sangat pedih di dalam neraka.
Tapi ada satu dosa yang ternyata nilainya jauh lebih besar dibandingkan
dosa zina.
Apa itu?
4. DOSA RIBA YANG PALING RINGAN SEPERTI DOSA
BERZINA DENGAN IBUNYA SENDIRI
اَب ِالرَأ ُلْثِم اَهُرَسْيأ اًباَب َن ْوُعْبَس َو ٌةَثَالَثُهَّمُأ ُلُجُّالر َحِكْنَي ْن
“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal
dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri.”
(HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
5. Orang berzina saja dosanya sangat besar, apalagi
berzina dengan ibu kandungnya sendiri.
Dalam riba, dosa yang paling ringan itu semisal orang
yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.
Naudzubillah…
BAYANGKAN…
6. DOSA RIBA LEBIH BERAT DIBANDING BERZINA
ُمَه ْرِدَأ ُمَلْعَي َوُه َو ُلُجَّالر ُهُلُكْأَي اًب ِرَز َْنيِثَالَث َو ِةَّتِس ْنِم ُّدَشًةَيْن
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba
sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada
melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.”
(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
7. 1 DIRHAM > 36 KALI BERZINA
1 dirham = 65rb
Jika punya uang riba 65rb, dosanya lebih besar dibanding 36x berzina
Jika punya uang riba 6,5rb, dosanya lebih besar dibading 3,6x berzina
Jika punya uang riba 650rb, dosanya lebih besar dibanding 360x berzina
Jika punya uang riba 6,5juta, dosanya lebih besar disbanding 3.600x berzina
Jika punya uang riba 65juta, dosanya lebih besar disbanding 36.000x berzina
8. RELAKAH BAPAK/IBU ATAU PASANGAN
BAPAK/IBU SETIAP BULAN ATAU SETIAP
TAHUN BERZINA SEBANYAK 3.6X, 36X,
360X ATAU 3.600X?
10. DATA SIMPANAN NASABAH
Data Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) mencatat pada Maret
2020 jumlah simpanan mencapai Rp2.611,45 triliun
Nominal itu meningkat 10,23 persen secara tahunan dari Maret 2019
11. PENYALURAN KREDIT
Penyaluran kredit BRI naik 9,38 persen menjadi Rp884,27 triliun dan Bank
Mandiri melesat 14,84 persen menjadi Rp786,11 triliun
Sementara kredit BNI meningkat 11,2 persen menjadi Rp545,69 triliun dan
BTN tumbuh 4,59 persen menjadi Rp253,25 triliun
12. PEMBIAYAAN KENDARAAN
Total aset perusahaan pembiayaan meningkat 1,03 persen dari Rp.504,8
triliun pada tahun 2018 menjadi Rp516,7 triliun di tahun 2019.
Pertumbuhan piutang yang juga naik dari Rp.435,7 triliun menjadi Rp.451,1
triliun atau meningkat 3,35 persen.
14. BENARKAH?
Menyimpan uang di bank tidak masalah.
Bunga bank/denda keterlambatan cicilan hutang/bagi hasil di bank bukan riba.
Tidak haram.
Kalau pun dosa, dosanya kecil.
Kalaupun dosanya besar, itu berlaku untuk yang memakan, bukan yang memberi.
15. AKAD ANTARA NASABAH DAN BANK
Akad antara nasabah dengan bank sebenarnya adalah akad qardh
(pinjaman), bukan akad syirkah mudhorobah. Jadi hubungan antara bank
dan nasabah adalah hubungan nasabah sebagai pihak pemberi pinjaman
(muqridh) dengan bank sebagai pihak yang meminjam (muqtaridh).
(Umar bin Abdil Aziz Al Matrak, Ar Riba wa Al Mu’amalat Al Mashrifiyyah fi Nazhar As Syari’ah Al
Islamiyah, Madinah : Darul ‘Ashimah, 1415, hlm. 345-350)
16. DEFINISI BUNGA
Bunga (interest/fa’idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam
transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang diperhitungkan dari pokok
pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok
tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di
muka, dan pada umumnya berdasarkan persentase.
17. DEFINISI RIBA
Riba adalah setiap tambahan atau keuntungan yang
diambil terhadap suatu pinjaman sebagai imbalan
karena masa menunggu.
Inilah yang disebut riba nasi’ah.
18. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR 1 TAHUN
2004 TENTANG BUNGA (INTEREST/FA’IDAH)
Praktek pembungaan uang termasuk salah satu
bentuk riba, dan riba haram hukumnya.
19. “BUNGA BANK ADALAH RIBA
YANG DIHARAMKAN”
YUSUF AL-QARDHAWY DALAM FAWA’ID AL-BUNUK
20. WAHBAH AL-ZUHAILY DALAM
AL-FIQH AL-ISLAMY WA ADILLATUH
“Bunga bank adalah haram, haram, haram. Riba atau bunga bank
adalah riba nasi’ah, baik bunga tersebut rendah maupun berganda.
(Hal itu) karena kegiatan utama bank adalah memberikan utang
(pinjaman) dan menerima utang (pinjaman)… Bahaya (madharat) riba
terwujud sempurna (terdapat secara penuh) dalam bunga bank. Bunga
bank hukumnya haram, haram, haram, sebagaimana riba. Dosa (karena
bertransaksi) bunga sama dengan dosa riba.”
22. RIBA = DOSA BESAR
Ijma’ ulama tentang keharaman riba dan bahwa
riba adalah salah satu dosa besar (kaba’ir)
(al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,[t.t.: Dar al-Fikr], juz 9, h. 391).
23. TAMBAHAN PENUNDAAN PEMBAYARAN = RIBA
Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang riba, beliau menjawab:
“Riba itu adalah seseorang memiliki piutang, lalu dia berkata kepada orang
yang berhutang, “Engkau bayar (sekarang) atau (pembayarannya ditunda
tapi dengan) memberi tambahan (riba)?” Jika dia tidak membayar, maka
orang yang berhutang memberikan tambahan harta (saat pembayaran),
dan pemilik piutang memberikan tambahan tempo. [I’lâmul Muwaqqi’in]
24. DENDA KETERLAMBATAN CICILAN HUTANG = RIBA
“Apabila pembeli (barang secara kredit) terlambat membayar angsuran
pada tempo yang telah ditentukan maka tidak boleh memberikan sanksi
berupa penambahan utang; baik hal ini disyaratkan sebelumnya pada
akad maupun tidak, karena ini merupakan riba yang diharamkan.”
Majma’ Al Fiqh Al Islami (divisi fiqih OKI) no: 51 (2/6) tahun 1990
25. BAGI HASIL MUDHOROBAH (1)
Pembagian keuntungan harus didasarkan pada persentase
yang disepakati dari keuntungan (laba), bukan didasarkan
pada suatu jumlah tertentu atau persentase tertentu dari
modal.
26. BAGI HASIL MUDHOROBAH (2)
Bagi hasil hanya diberikan kepada pemodal jika
pengelola modal mendapatkan keuntungan.
Jika pengelola modal mengalami kerugian, tidak ada
bagi hasil yang diberikan kepada pemodal.
27. BAGI HASIL MUDHOROBAH (3)
Jika pengelola modal mengalami kerugian, maka kerugian itu
hanya ditanggung oleh pemodal saja, sedangkan pengelola
modal pada dasarnya tidak menanggung kerugian sedikitpun,
kecuali kalau kerugian itu terjadi karena kelalaian pihak
pengelola modal.
28. APAKAH 3 KETENTUAN ITU BERLAKU PADA BANK
YANG MENERAPKAN PRINSIP BAGI HASIL?
MELANGGAR PRINSIP BAGI HASIL
TIDAK ADA BEDANYA DENGAN BANK KONVENSIONAL
30. PEMAKAN RIBA SEPERTI ORANG GILA
ِإ َونُموُقَي ََل ۟ا ٰوَب ِٱلر َونُلُكْأَي َينِذَّٱلَّبَخَتَي ىِذَّٱل ُموُقَي اَمَك ََّلُهُط
َنِم ُنَٰطْيَّشٱلِسَمْٱل
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqoroh, 2: 275
32. DIBANGKITKAN PADA HARI KIAMAT DALAM KEADAAN GILA
ْنَمَفُطَّبَخَتَي اًنوُنْجَم ِةَماَيِقْال َم ْوَي َثِعُب اَب ِالر َلَكَأَأَرَق َّمُث ،:ُموُقَي َل اَب ِالر َونُلُكْأَي َينِذَّالاَمَك َلِإ َون
ِسَمْال َنِم ُانَطْيَّشال ُهُطَّبَخَتَي يِذَّال ُموُقَي
“Barangsiapa memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam
keadaan gila, berjalan sempoyongan.” Kemudian Beliau saw membaca (ayat
yang artinya), “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila”. (al-Baqarah/2:275)
[HR. Thabrani di dalam Mu’jamul Kabîr, no. 14537; al-Khatib dalam at-Târîkh. Dihasankan oleh syaikh al-Albani
dalam Silsilah ash-Shahîhah, no. 3313 dan Shahîh at-Targhîb, no. 1862]
33. PERUTNYA BESAR SEPERTI RUMAH DAN DIPENUHI
DENGAN ULAR-ULAR
ُْتيَتَأُبْالَك ْمُهُنوُطُب ٍم ْوَق ىَلَع ىِب َى ِرْسُأ َةَلْيَلِج َِارخ ْنِم ىَرُت َُّاتيَحْال اَهيِف ِتوُي
ََلُؤَه َلاَق ُليِئاَْرب ِج اَي ِءََلُؤَه ْنَم ُتْلُقَف ْمِهِنوُطُبُةَلَكَأ ِءاَب ِالر
“Pada malam Isra’, aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah dan
dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya,
“Siapakah mereka wahai Jibril?” “Mereka adalah para pemakan riba,” jawab
beliau.” (HR. Ibnu Majah, no. 2273; Ahmad, 2: 353, 363)
34. BERENANG DI SUNGAI DARAH
Dari Samurah bin Jundub, dia berkata: Nabi saw bersabda, “Tadi malam aku bermimpi ada
dua laki-laki yang mendatangiku, keduanya membawaku ke kota yang disucikan. Kami
berangkat sehingga kami mendatangi sungai darah. Di dalam sungai itu ada seorang laki-
laki yang berdiri. Dan di pinggir sungai ada seorang laki-laki yang di depannya terdapat
batu-batu. Laki-laki yang di sungai itu mendekat, jika dia hendak keluar, laki-laki yang di
pinggir sungai itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga dia kembali ke tempat
semula. Setiap kali laki-laki yang di sungai itu datang hendak keluar, laki-laki yang di
pinggir sungai itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga dia kembali ke tempat
semula. Aku bertanya, “Apa ini?” Dia menjawab, “Orang yang engkau lihat di dalam sungai
itu adalah pemakan riba’”. [HR. al-Bukhâri]
36. ANCAMAN KEKAL DI DALAM NERAKA
ْنَمَفَلَس اَم ُهَلَف ٰىَهَتْناَف ِهِبَر ْنِم ٌةَظِع ْوَم ُهَءاَجَٰلوُأَف َداَع ْنَم َو ۖ ِهللا ىَلِإ ُهُرْمَأ َو َفَكِئ
َُوندِلَاخ اَهيِف ْمُه ۖ ِارَّنال ُابَحْصَأ
“Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allâh. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah, 2:275)
37. KEMBALI MENGAMBIL RIBA
Tahu hukum riba, meyakini riba itu haram, tapi tetap mengambil riba,
akan disiksa di dalam neraka untuk waktu yang sangaaat lama.
Tahu hukum riba, menolak keharaman riba dan terus mengambil riba,
akan disiksa di dalam neraka untuk selama-lamanya.
38. APA ARTINYA….
Shalat 5 waktu, berpuasa di bulan ramadhan, bersedekah kepada faqir
miskin, membangun masjid dan rumah yatim, umrah dan haji ke
baitullah dan amal-amal sholeh lainnya, jika ternyata hanya gara-gara
memakan riba, semua itu seolah tidak ada nilainya dan malah
dimasukkan ke dalam neraka, disiksa dengan siksaan yang sangat pedih
untuk waktu yang sangat lama, bahkan selama-lamanya… Naudzubillah…
39. KAMI KAN NASABAH, BUKAN PEMAKAN RIBA!
َّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُلوُسَر َنَعَلَبِتاَك َو ُهَلِكوُم َو اَب ِالر َلِكآ َمُه
ٌءا َوَس ْمُه َلاَق َو ِهْيَدِهَاش َو
“Rasûlullâh saw melaknat pemakan riba (yang mengambil
riba), yang membayar riba, yang menjadi pencatat, dan dua
orang yang menjadi saksi”, dan beliau bersabda, “Mereka itu
sama (dosanya).” [HR. Muslim, no. 4177]
41. BERSEGERA MENUJU AMPUNAN ALLAH
واُع ِارَس َوَّنَج َو ْمُكِبَر ْنِم ٍةَرِفْغَم ىَلِإُض ْرَ ْاْل َو ُات َاوَمَّسال اَهُض ْرَع ٍة
َينِقَّتُمْلِل ْتَّدِعُأ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS.Ali Imron:133)
42. SAYANGILAH DIRI ANDA SEKALIAN
Dunia ini hanya sementara, dan akhirat itu selamanya.
Apakah kita rela hidup kita nanti di akhirat penuh dengan siksa yang sangat
menyakitkan dan disiksa dalam waktu yang sangat lama, gara-gara di dunia
yang sementara ini mengambil riba?
Tidak ada pilihan bagi kita selain menjauhkan dan membebaskan diri kita
dari riba.
43. NOL KAN BUNGA TABUNGAN DI BANK
وُرَذ َو َهللا واُقَّتا واُنَمآ َينِذَّال اَهُّيَأ اَيَنِم َيِقَب اَم ااَب ِالر
ْمُتْنُك ْنِإَينِنِمْؤُم
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman.” (QS. Al-Baqarah, 2:278)
44. STOP HUTANG RIBA
BAYAR POKOKNYA, TINGGALKAN RIBANYA
ْنِإ َوْمُكِلا َوْمَأ ُوسُءُر ْمُكَلَف ْمُتْبُت
“Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu;” (QS. Al-Baqarah, 2:279)
45. BERESKAN AKADNYA ATAU
KEMBALIKAN KENDARAANYA
“Seorang hamba yang mencari harta dari yang haram kemudian
dia menginfakkannya, maka tidak akan mendapatkan
keberkahan, dan kalau dia sedekahkan tidak akan diterima
sedekahnya, dan kalau dia tinggalkan di belakangnya (meninggal
dunia) pasti harta yang haram itu akan menjadi bekalnya ke
neraka.” (HR. Ahmad)