Berdasarkan dokumen tersebut, laporan ini memberikan ringkasan hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi Jambi tahun 2009. Evaluasi dilakukan berdasarkan identifikasi isu-isu pokok yang muncul dari kebijakan pembangunan. Laporan ini menganalisis capaian indikator pada lima aspek pembangunan yaitu pelayanan publik dan demokrasi, sumber daya manusia, pembangunan ekonomi, sumber daya al
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2009
1.
2. L P A A HI
A OR N K R
E au sK n r P mb n u a D ea
v lai iej e a g n n a rh
a
P o isJmb
rvn ia i
K RA A
E J S MA
D P T B D N E A U S K N R AP MB N U A
E U I IA G V L A I IE J E A G N N
K ME T R A N G R P N/ A P N S
E N E IN E A A P B P E A
DN A
EG N
U I E ST S A I
N V R IA J MB
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas petunjuk dan
pertolonganNya, pekerjaan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) 2009 Provinsi Jambi
pada sejumlah sektor telah dapat diselesaikan dan disusun laporannya.
Laporan evaluasi hasil kinerja pembangunan daerah Provinsi Jambi ini disusun berdasarkan
hasil identifikasi isu-isu pokok yang mengemuka dalam kehidupan masyarakat Jambi baik fakta,
permasalahan maupun opini sebagai dampak dari kebijakan dan proses pembangunan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. Fakta dan permasalaan tersebut yang kemudian
dianalis dan dikaji berdasarkan pandangan keilmuan Tim Independen Universitas Jambi agar dapat
menjadi pertimbangan dan input bagi perbaikan kebijakan di masa akan datang.
Kendatipun upaya untuk melakukan evaluasi ini se-ilmiah mungkin sudah dilakukan, namun
disadari bahwa objektivitas dan emosionalitas mungkin masih mempengaruhi sebahagian dari isi
laporan ini. Kekurangan ini diakui sebagai kelemahan manusiawi dari tim itu sendiri. Jika pembaca
menemukannya dan memandangnya sebagai sebagai sesuatu yang mengganjal, tim terbuka untuk
mendiskusikannya dan memperbaikinya bila memang diperlukan.
Selesainya penulisan laporan evaluasi ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak terutama
pihak yang menginisiasi dan mensupport dana, yaitu Bappenas RI, dan pihak yang membantu
dalam penyediaan data dan informasi, yaitu instansi-instansi sektoral dalam lingkup pemerintah
Provinsi Jambi. Tanpa bantuan dan kerjasama semuanya, tidak mungkin evaluasi ini bisa dilakukan.
Karena itu kami menghaturkan ucapan terima kasih yang sangat dalam. Semoga upaya baik kita ini
diridoi oleh Yang Maha Berkuasa. Amin.
Demikianlah, semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.
Jambi, Desember 2009
Rektor Universitas Jambi
H. KEMAS ARSYAD SOMAD, SH, MH
i
4. KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Hal
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan EKPD 2009 Provinsi Jambi 2
1.3 Keluaran EKPD 2009 3
1.4 Metodologi Penelitian 6
1.5 Sistematika Penulisan Laporan 8
BAB II HASIL EVALUASI
A. Perkembangan Ekonomi Daerah 11
B. Permasalahan Pembangunan Provinsi Jambi 12
2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 14
2.1.1 Capaian Indikator Outcome 14
a. Kondisi Daerah 14
b. Outcome Pelayanan Publik 18
Analisis Relevansi 18
Analisis Efektivitas 19
c. Outcome Demokrasi 20
Analisis Relevansi 20
Analisis Efektivitas 21
2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 22
2.1.3 Rekomendasi Kebijakan 26
2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 27
2.2.1 Capaian Indikator 27
a. Kondisi Pendidikan 27
b. Outcome Pendidikan 33
1) Angka Partisipasi Kasar 33
Analisis Relevansi 33
Analisis Efekvifitas 34
2) Angka Partisipasi Murni 35
Analisis Relevansi 35
Analisis efektivitas 35
3) Pendidikan Secara Keseluruhan 36
Analisis Relevansi 36
Analisis efektivitas 37
c. Outcome Kesehatan 38
Analisis Relevansi 40
Analisis efektivitas 41
2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 42
2.2.3 Rekomendasi Kebijakan 44
ii
5. 2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 46
2.3.1 Capaian Indikator 46
a. Perkembangan Sektoral 46
b. Perkembangan Perbankan 50
c. Outcome Perekonomian 51
1) Investasi 51
Analisis Relevansi 52
Analisis Efektivitas 53
2) Infrastruktur Jalan 54
Analisis Relevansi 56
Analisis Efektivitas 57
3) Perekonomian Secara Keseluruhan 58
Analisis Relevansi 58
Analisis Efektivitas 59
2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 59
2.3.3 Rekomendasi Kebijakan 61
2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 64
2.4.1 Capaian Indikator 64
a. Kondisi SDA Jambi 64
b. Kondisi Lingkungan Hidup 66
Analisis Relevansi 72
Analisis Efektivitas 73
2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 74
2.4.3 Rekomendasi Kebijakan 75
2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 78
2.5.1 Capaian Indikator 78
a. Kemiskinan dan Kesempatan Kerja 79
b. Tingkat Pelayana Dinas PMKS 83
c. Outcome Kesejahteraan Rakyat 84
Analisis Relevansi 85
Analisis Efektivitas 86
2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 86
2.5.3 Rekomendasi Kebijakan 88
BAB III KESIMPULAN 90
LAMPIRAN
iii
6. DAFTAR TABEL
Hal
2.1.1 Data Kejahatan Yang Merugikan Negara ………………………………… 15
2.1.2 Data Kejahatan Konvensional …………………………………………….. 16
2.1.3 Jumlah Perkara Pidana dan Perdata yang Masuk, Putusan dan Sisa
Di Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008……………………………………… 16
2.1.4 Perkara Pidana Umum ringan/pelanggaran se – Kejati Jambi yang
diputus dan dieksekusi dalam Tahun 2004 – 2008 ……………………… 17
2.1.5 Perkara Tindak Pidana Khusus yang diselesaikan di Kejati Jambi
tahun 2008 ………………………………………………………………….. 17
2.1.6 Jumlah kecelakaan meninggal, luka ringan, luka berat dan kerugian
material pada tahun 2004 – 2008 …………………………………………. 18
2.1.7 Tingkat Pelayanaan Publik dan Demokrasi di Provinsi Jambi tahun
2004 – 2008 ………………………………………………………………… 18
2.1.8 Dinas / Instansi dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDP di Kota
Jambi ………………………….…………………………………………….. 22
2.1.9 Syarat Dibutuhkan Dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDPdi Kota
Jambi ……………………………………………………………………….. 24
2.1.10 Jumlah Masyarakat Jambi Ikut Pemilu 2004 ..………………………….. 25
2.1.11 Jumlah Masyarakat Yang Ikut Pada Pelaksanaan Pilkada .................... 25
2.2.1 Perbandingan APK Provinsi Jambi dan Nasional Menurut Tingkatan
Sekolah, Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. 28
2.2.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir Provinsi Jambi dan Nasional,
Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. 29
2.2.3 Jumlah Kelahiran Dan Kematian Bayi Dan Balita Di Provinsi Jambi,
Periode 2004-2008 …………………………………………………………. 28
2.2.4 Jumlah Kematian Ibu Maternal Provinsi Jambi Periode 2004-2008 …... 39
2.2.5 Status Gizi di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ………………………… 39
2.2.6 Pra Usila dan Usila Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut
Kab/Kota Dalam Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ............................... 40
2.2.7 Jumlah Peserta KB Aktif Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 .................. 40
2.3.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi Menurut Harga Konstan Tahun
2000 Periode Tahun 2004-2008 (juta rupiah) …………………………… 46
2.3.2 Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Jambi Tahun 2004-
2008 ………………………………………………………………………… 47
2.3.3 Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2004-
2008 (juta rupiah) ………………………………………………………….. 48
2.3.4 Kontribusi PDRB dari Sisi Pengeluaran Provinsi Jambi Tahun 2004-
2008 (juta rupiah) ………………………………………………………….. 49
2.3.5 Perkembangan LDR Perbankan Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-
2008 (juta rupiah) …………………………………………………………. 51
2.3.6 Perkembangan Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten Dalam
Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008 ………………………………. 55
iv
7. 2.3.7 Perkembangan Jalan Provinsi dan Kabupaten Dalam Provinsi Jambi
Periode Tahun 2004-2008 ………………………………………………… 55
2.3.8 Perkembangan Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Jambi Menurut
Harga Konstan Tahun 2000, Periode Tahun 2005-2008 ………………. 61
2.4.1 Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi menurut Fungsinya Tahun
2004-2008 ………………………………………………………………….. 67
2.4.2 Produksi Kayu Hutan dan Hasil Hutan Ikutan menurut Jenis Produksi,
Tahun 2006-2008 ………………………………………………………….. 68
2.4.3 Jumlah Produksi dan Nilai Budidaya di Kolam dan Keramba Jaring
Apung di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ........................................... 69
2.4.4 Produksi Pertambangan menurut Jenis Barang di Provinsi Jambi
Tahun 2004-2008 ................................................................................... 71
2.4.5 Perkembangan Luas Lahan Rehabilitasi dan Kawasan Konservasi di
Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ........................................................... 72
2.4.6 Perkembangan lahan HPH di Provinsi Jambi dan Indoneisa, Tahun
2004-2008 .............................................................................................. 75
2.5.1 Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Provinsi Jambi, Februari
2006 – Februari 2009 ……………………………………………………… 80
2.5.2 Perkembangan Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Provinsi
Jambi, Tahun 2004-2008 ………………………………………………….. 81
2.5.3 Perkembangan Tingkat Pelayanan Sosial dari Dinas Sosial (PMKS)
Provinsi Jambi, 2004 – 2008 ……………………………………………… 83
2.5.4 Perkembangan Tingkat Pelayanan Sosial dari Dinas Sosial (PMKS)
Provinsi Jambi, 2004 – 2008 (sambungan)………………………………. 83
2.5.5 Jumlah PMDN di Provinsi Jambi menurut Realisasi Investasi dan
Tenaga Kerja Tahun 2004-2008 …………………………………………. 87
2.5.6 Jumlah PMA di Provinsi Jambi menurut Realisasi Investasi dan
Tenaga Kerja Tahun 2004-2008 ………………………………………….. 87
v
8. DAFTAR GAMBAR
Hal
1.1.1 Kerangka Kerja EKPD 2009 ………………………………………………. 4
1.1.2 Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan
Evaluasi ……………………………………………………………………… 5
2.1.1 Perbandingan Outcomes Pelayanan Publik Provinsi Jambi dan
Nasional,Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. 19
2.1.2 Perbandingan Trend Outcomes Pelayanan Publik Provinsi Jambi dan
Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. 20
2.1.3 Perbandingan Outcomes Demokrasi Provinsi Jambi dan Nasional,
Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. 21
2.1.4 Perbandingan Trend Outcomes Demokrasi Provinsi Jambi dan
Nasional, Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. 21
2.2.1 Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMP/MTs Provinsi Jambi
dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. 29
2.2.2 Perbandingan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA Provinsi Jambi dan
Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. 30
2.2.3 Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA Provinsi
Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………….. 31
2.2.4 Perbandingan Angka Putus Sekolah SD/MI Provinsi Jambi dan
Nasional, Tahun 2004-2008……………………………………………….. 32
2.2.5 Perbandingan Angka Putus Sekolah SMP/MTs Provinsi Jambi dan
Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. 32
2.2.6 Perbandingan Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA Provinsi Jambi
dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. 33
2.2.7 Perbandingan Outcomes APK Provinsi Jambi dan Nasional
Keseluruhan Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008 ……………………. 34
2.2.8 Perbandingan Trend Outcomes APK Provinsi Jambi dan Nasional,
Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. 34
2.2.9 Perbandingan Outcomes APM Provinsi Jambi dan Nasional Tahun
2004-2008 ………………………………………………………………….. 35
2.2.10 Perbandingan Trend Outcomes APM Provinsi Jambi dan
Nasional,Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. 36
2.2.11 Perbandingan Trend Negatif Outcomes Status Indikator Pendidikan
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………… 36
2.2.12 Perbandingan Trend Outcomes Status Indikator Pendidikan Provinsi
Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………….. 37
2.2.13 Perbandingan Outcomes Indikator Kesehatan Provinsi Jambi dan
Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. 41
2.2.14 Perbandingan Trend Outcomes Indikator Kesehatan Provinsi Jambi
dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. 42
2.2.15 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 15+ Tahun
Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008 .................................. 43
vi
9. 2.2.16 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 15-45 Tahun 43
Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008
2.2.17 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 45+ Tahun 44
Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008 ..................................
2.3.1 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi dan 48
Nasional, 2004-2008 ………………………………………………………
2.3.2 Perkembangan Investasi PMA dan PMDM Di Provinsi Jambi, Tahun 52
2004-2008 ……………………………………………………………………
2.3.3 Perbandingan Outcomes Investasi Provinsi Jambi dan Nasional, 53
Tahun 2004-2008 …………………………………………………………..
2.3.4 Perbandingan Trend Outcomes Investasi Provinsi Jambi dan Nasional, 54
Tahun 2004-2008 …………………………………………………………..
2.3.5 Perbandingan Outcomes Jalan (rusak) Provinsi Jambi dan Nasional, 55
Tahun 2004-2008 .......................................………………………………
2.3.6 Perbandingan Trend Outcomes Jalan Rusak Provinsi Jambi dan 57
Nasional, Tahun 2004-2008 ……………………………………………….
2.3.7 Perbandingan Outcomes Perekonomian Provinsi Jambi dan Nasional, 58
Tahun 2004-2008 …………………………………………………………..
2.3.8 Perbandingan Trend Outcomes Perekonomian Provinsi Jambi dan 59
Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………
2.4.1 Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi menurut Fungsinya Tahun 67
2008 ………………………………………………………………………….
2.4.2 Jumlah Produksi Budidaya di Kolam dan Keramba Jaring Apung di 69
Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ...........................................................
2.4.3 Perbandingan Outcomes Rahabilitasi dan Konservasi Provinsi Jambi 73
dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………….
2.4.4 Perbandingan Trend Outcomes Lahan Rehabilitasi dan Konservasi 74
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………
2.5.1 Pengangguran Terbuka dari Provinsi Jambi Februari 2006 s.d Agustus 80
2009 …………………………………………………………………………
2.5.2 Perkembangan Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Provinsi 82
Jambi, 2004 – 2008 …………………………………………………………
2.5.3 Pertumbuhan Pengangguran dan dan Kemiskinan Provinsi Jambi, 82
Februari 2006 – Agustus 2009 …………………………………………….
2.5.4 Perbandingan Outcomes Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi dan 84
Nasional, Tahun 2004-2008 ……………………………………………….
2.5.5 Perbandingan Trend Outcomes Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi 85
dan Nasional, Tahun 2004-2008
vii
10. Laporan Akhir
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk
meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik
dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Pembangunan merupakan suatu proses yang
pencapaiannya dilakukan melalui tahapan-tahapan perencanaan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Pada UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional telah dinyatakan bahwa perencanaan pembangunan dibagi ke dalam tiga tahapan
yaitu perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.
Keseluruhan tahapan pembangunan tersebut pada tingkat daerah sebagaimana
dituangkan dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dirumuskan dalam
suatu dokumen perencanaan yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD).
Penyusunan rencana pembangunan merupakan bagian untuh dari upaya
pencapaian tujuan pembangunan yang harus pula mencakup implementasinya dalam
berbagai bentuk aktivitas pembangunan. Pelaksanaan pembangunan itu sendiri
membutuhkan pengawasan agar tujuan benar-benar dapat dicapai konsisten dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya. Pada kenyataannya proses pembangunan
senantiasa dihadapakan pada berbagai permasalahan, kendala dan tantangan untuk
mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Dinamika kegiatan ekonomi, sosial, politik dan
budaya dalam realitasnya mungkin membutuhkan penyesuaian-penyesuaian langkah dan
kebijakan dalam upaya mewujudkan tujuan. Oleh sebab itu, implementasi suatu rencana
perlu dievaluasi keberhasilannya dengan menggunakan berbagai indikator kinerja yang
relevan pada masing-masing bidang kegiatan.
EKPD 2009 Provinsi Jambi 1
11. Laporan Akhir
Sebagai upaya mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang yaitu masyarakat
yang lebih makmur dan sejahtera, Provinsi Jambi telah merumuskan rencana pembangunan
jangka menengah sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 9
Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jambi Tahun
2006-2010. Hingga saat ini, implementasi RPJM tersebut telah memasuki tahun ketiga
melalui pelaksanaan RKPD sehingga membutuhkan evaluasi lanjutan dari kegiatan evaluasi
yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Melalui evaluasi secara berkesinambungan
diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada RPJM dibandingkan capaian pada tahun
sebelumnya. Selain itu, evaluasi kinerja pembangunan daerah sangat penting untuk
mengetahui sejauh mana arah, kebijakan dan keberhasilan kegiatan pembanganunan di
Provinsi Jambi sejalan dan selaraskan dengan tujuan pembangunan nasional yang telah
dituangkan dalam RPJM Nasional.
Evaluasi kinerja pembangunan daerah akan menghasilkan sebuah dokumen yang
memuat hasil penilaian secara objektif pelaksanaan proses pembangunan baik
keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, maupun beberapa kegagalan berserta
kendala-kendala dan permasalahan yang dihadapi dan langkah-langkah yang telah
ditempuh untuk mengatasinya. Objektivitas evaluasi kinerja pembangunan dapat dicapai jika
dilakukan oleh institusi independen atau pihak lain di luar institusi perencana dan pelaksana
pembangunan tersebut. Terkait dengan persoalan ini, evaluasi kinerja pembangunan daerah
dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) melalui
kerjasamanya dengan pihak Universitas di daerah setempat. Evaluasi kinerja pembangunan
Provinsi Jambi dilakukan oleh Tim independen Universitas Jambi yang dibentuk oleh Rektor
Universitas Jambi dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 177/J21/WS/2007 Tanggal 22
Juni 2007 sebagai wujud kerjasama dengan BAPPENAS.
1.2. Tujuan EKPD 2009 Provinsi Jambi
Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai
relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008.
Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai
tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari
pembangunan daerah tersebut.
2 Provinsi Jambi, EKPD 2009
12. Laporan Akhir
Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna
sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan
pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan
sebelumnya.
Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal
guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah
periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
Dana Dekonsentrasi (DEKON).
1.3. Keluaran EKPD 2009
1) Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Jambi
2) Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Jambi sesuai
sistematika buku panduan
1.4. Kerangka Kerja EKPD 2009
Kerangka kerja EKPD 2009 meliputi beberapa tahapan kegiatan utama yaitu
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.1
(1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes)
Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator
dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes)
terpilih. Pengelompokan indikator hasil dan indikator pendukungnya, dilakukan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
• Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;
• Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output
dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcomes
dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;
• Measurable : jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati,
dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;
• Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan
kinerja;
• Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk
menghasilkan indikator;
• Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data.
EKPD 2009 Provinsi Jambi 3
13. Laporan Akhir
Gambar 1.1.1 Kerangka Kerja EKPD 2009
Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan/sasaran
pembangunan daerah meliputi:
A. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.
B. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.
C. Tingkat Pembangunan Ekonomi.
D. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.
E. Tingkat Kesejahteraan sosial.
(2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi
Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat
dilihat dalam Gambar 1.1.2 yaitu:
4 Provinsi Jambi, EKPD 2009
14. Laporan Akhir
• Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap
sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya.
• Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap
pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah.
Gambar 1.1.2. Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi
• Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi keluaran
(outputs)
• Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan outcomes
pembangunan.
• Kualitas, yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil pembangunan dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat.
• Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan.
Produktivitas, untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses pembangunan
dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan.
Sesuai dengan tujuan EKPD Nasional Tahun 2009 bahwa mengingat keterbatasan
waktu dan sumber daya dalam pelaksanaan EKPD 2009 Provinsi Jambi, maka pendekatan
dalam melakukan evaluasi hanya meliputi relevansi dan efektivitas pencapaian.
EKPD 2009 Provinsi Jambi 5
15. Laporan Akhir
(3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan
Tahapan evaluasi di Provinsi Jambi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan
dan tantangan utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan
daerah:
Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian
Tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan efektivitas
pencapaian.
Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang menyebabkan
capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif. Tim Evaluasi Provinsi
menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian pembangunan daerah.
Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan dan
penganggaran pembangunan periode berikutnya.
1.5. Metodologi Penelitian
a. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:
1) Pengamatan langsung
Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di
daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan
hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait.
2) Pengumpulan Data Primer
Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim
Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan
tanggapan peserta diskusi.
3) Pengumpulan Data Sekunder
Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah,
Bappeda dan SKPD terkait.
b. Metode Penentuan Capaian Indikator Hasil
6 Provinsi Jambi, EKPD 2009
16. Laporan Akhir
(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).
(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.
(3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak
dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.
(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan
terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).
(5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk
indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:
• persentase penduduk miskin
• tingkat pengangguran terbuka
• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial
Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif seperti dinyatakan
oleh No.4, sebagai berikut:
Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% -
tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan
sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5
Daftar indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk
masing-masing kategori indikator hasil (outcomes) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah
Relevansi dan Efektivitas.
Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran
pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan
utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren
capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan
nasional.
EKPD 2009 Provinsi Jambi 7
17. Laporan Akhir
Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas
pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah
membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
1.6. Sistematika Penyusunan Evaluasi Kinerja
Sistematika penyusunan laporan EKPD Provinsi Jambi mengacu pada format
penyusunan EKPD yang telah disusun secara standar oleh Bappenas. Susunan EKPD
dimaksud memuat komponen-komponen sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Tujuan (mengikuti latar belakang EKPD 2009 pada
panduan)
1.2 Keluaran
1.3 Metodologi
1.4 Sistematika Penulisan Laporan
BAB II HASIL EVALUASI
Deskripsi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta
identifikasi tujuan pembangunan daerah
2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
2.1.1 Capaian Indikator
Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator
outcomes nasional dan analisa
Analisis Relevansi
Analisis efektifitas
2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes yang
spesifik dan menonjol
2.1.3 Rekomendasi Kebijakan
2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
2.2.1 Capaian Indikator
Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator
outcomes nasional dan analisa
Analisis Relevansi
Analisis efektifitas
2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang spesifik dan
menonjol
2.2.3 Rekomendasi Kebijakan
8 Provinsi Jambi, EKPD 2009
18. Laporan Akhir
2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI
2.3.1 Capaian Indikator
Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator
outcomes nasional dan analisa
Analisis Relevansi
Analisis efektifitas
2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang spesifik dan
menonjol
2.3.3 Rekomendasi Kebijakan
2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
2.4.1 Capaian Indikator
Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator
outcomes nasional dan analisa
Analisis Relevansi
Analisis efektifitas
2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes yang
spesifik dan menonjol
2.4.3 Rekomendasi Kebijakan
2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT
2.5.1 Capaian Indikator
Grafik capaian indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Jambi
dibandingkan dengan capaian indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial nasional.
Analisis Relevansi
Analisis efektifitas
2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
Gambaran dan analisa capaian indikator output penunjang outcomes yang
spesifik dan menonjol
2.5.3 Rekomendasi Kebijakan
BAB III. KESIMPULAN
EKPD 2009 Provinsi Jambi 9
19. Bab II
HASIL EVALUASI
2,1. Perkembangan Makro Ekonomi Daerah
Stabilitas ekonomi makro pada level perekonomian regional diperlihatkan oleh
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, tingkat inflasi dan
aktivitas ekspor-impor. Keempat variabel akan dapat menciptakan stabilitas perekonomian
bila satu dengan yang lainnya bergerak secara beringan. Peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi karena produksi barang dan jasa yang lebih banyak sebagai hasil dari intensitas
penggunaan faktor-faktor produksi pada tingkat yang lebih besar akan menciptakan
kesempatan kerja yang lebih luas dan menghasilkan sumber pendapatan bagi rumah
tangga.
Bila rumah tangga mengalokasikan pengeluarannya secara berimbang untuk
mengkonsumsi dan menabung maka laju inflasi akan terkendali pada tingkat yang rendah
dan stabil. Pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang lebih
besar, rumah tangga akan mampu menyumbang lebih besar kepada pemerintah daerah
dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi daerah dan penerimaan daerah lainnya.
Penerimaan yang lebih tinggi memungkinkan pemerintah daerah meningkatkan
penyediaan infrastruktur pendukung bagi perkembangan aktivitas ekonomi.
Ketersediaan infrastruktur dan inflasi yang lebih terkendali menciptakan iklim yang
lebih baik untuk melakukan investasi. Pada tingkat investasi yang lebih tinggi akumulasi
modal akan meningkat yang memperbesar kapasitas produksi perusahaan dan industri
sehingga akan mendorong peningkatan suplai barang dan jasa termasuk suplai komoditas
ekspor. Ekspor yang lebih tinggi akan menghasilkan penerimaan devisa yang lebih besar
dan memungkinkan peningkatan impor bahan baku dan peralatan modal yang dibutuhkan
industri dan barang konsumsi bagi rumah tangga sehingga akan mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada periode berikutnya.
Dinamika siklus yang dikemukakan di atas hanya dapat terjadi bila perekonomian
pasar bekerja dengan baik. Mekanisme pasar akan beroperasi seperti yang diharapkan bila
terdapat aturan main bagi setiap pelaku ekonomi. Pemerintah berkewajiban membuat
10
20. aturan-aturan yang diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya
aktivitas ekonomi secara berkelanjutan dan stabil.
Setelah perekonomian nasional dilanda krisis sepuluh tahun yang lalu,
perekonomian Provinsi Jambi cukup stabil yang ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi
pada tingkat yang lebih tinggi. Namun pola pengeluaran agregat regional yang didominasi
oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan rendahnya tingkat tabungan dan investasi
menyebabkan laju inflasi daerah ini cenderung lebih tinggi dari perekonomian nasional.
Kondisi ini semakin diperberat oleh keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah
daerah membiayai pengeluarannya dan orientasi struktur pengeluaran pemerintah daerah
yang masih memberat pada pengeluaran konsumtif serta terbatasnya peningkatan
penyediaan dan pemiliharaan infrastruktur khususnya transportasi. Hal ini tidak hanya
menganggu arus distribusi barang dan jasa, tetapi juga menimbulkan inefisiensi
transportasi.
Selain itu ketergantungan daerah Jambi yang cukup tinggi terhadap impor dan
terbatasnya komoditas ekspor menyebabkan kontribusi perdagangan terhadap PDRB
semakin menurun. Kondisi demikian mengganggu stabilitas perekonomian daerah yang
selanjutnya menjadi sumber ketidakstabilan perekonomian nasional. Oleh sebab itu,
pemantapan stabilitas perekonomian menjadi bagian penting dari agenda pembangunan
Provinsi Jambi seiring dengan agenda pembangunan nasional.
Sebagian besar sektor jasa-jasa bersifat lebih padat kapital dan teknologi, kecuali
sektor bangunan dan aktivitas perdagangan informal sehingga sektor-sektor tersebut tidak
dapat diandalkan sebagai penyerap tenaga kerja. Serapan tenaga kerja justeru lebih besar
pada sektor pertanian dan industri. Karakteristik demikian berdampak pada rendahnya
peningkatan kesempatan kerja pada awal pelaksanaan RPJMN, walaupun laju
pertumbuhan agregat regional relatif cukup tinggi. Jumlah angkatan kerja yang bekerja
pada Februari 2005 tercatat sebesar 1.097.000 orang kemudian meningkat menjadi
1.113.000 orang pada November 2005. Secara bersamaan pengangguran terbuka naik
dari 103.000 orang menjadi 133.000 orang atau tingkat pengangguran terbukanya
meningkat dari 8,6 persen menjadi 10,97 persen. Tingkat pengangguran kemungkinan
akan menjadi lebih tinggi bila diperhitungkan jumlah pengangguran tersembunyi atau
setengah menganggur mengingat besarnya peran sektor pertanian dan sektor informal
dalam kegiatan perdagangan dalam menyerap tenaga kerja. Pekerja sektor pertanian
mencpai 57,5 persen pada Februari 2005 kemudian naik menjadi 61,7 persen pada
11
21. November 2005, sementara pekerja di sektor perdagangan mencapai 14,9 persen dan 13,7
persen pada waktu yang sama.
Bila diamati dari sisi pengeluaran agregat regional, pertumbuhan ekonomi masih
didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah,
sementara pembentukan modal tetap domestik regional bruto (investasi) dan ekspor
diharapkan berperan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi daerah, belum mampu tumbuh
pada tingkat yang lebih tinggi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga naik 3,68 persen dan
5,39 persen pada tahun 2004 dan 2005, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah
meningkat 3,41 persen dan 6,21 persen pada tahun yang sama. Investasi mencatat
pertumbuhan negatif pada tahun 2004 sebesar -7,78 persen, ekspor di sisi lain hanya
tumbuh sebesar 1,23 persen pada tahun 2004. Pada tahun berikutnya investasi dan ekspor
masing-masing meningkat sebesar 5,29 persen dan 5,39 persen.
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi yang cukup tinggi dengan pangsa hampir
mencapai 60 persen untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan 19 persen untuk
pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap PDRB, berdampak terhadap tingginya laju
inflasi pada awal RPJMN. Hal ini mengingat pengeluaran konsumsi cenderung bersifat
inflatoir atau lebih mudah menimbulkan inflasi dibanding pengeluaran investasi yang
cenderung bersifat lebih produktif. Pada tahun 2004 laju inflasi mencapai 7,24 persen
kemudian naik menjadi 16,5 persen pada tahun 2005 bersamaan dengan penerapan
kebijakan peningkatan harga BBM oleh pemerintah. Laju inflasi tahun 2004 lebih tinggi dari
inflasi secara nasional sebesar 6,4 persen tetapi inflasi tahun 2005 sedikit lebih rendah
yaitu 17,1 persen ditingkat nasional.
2.2. Permasalahan Pembangunan Provinsi Jambi
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Jambi relatif cukup tinggi, tetapi
dengan kualitas rendah sehingga:
i. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata juga rendah
ii. Pengangguran, anak putus sekolah, derajad kesehatan, kriminalisme relatif
tinggi
2. Kualitas Sumberdaya Manusia masih rendah dan sangat berfluktuasi antar wilayah.
Sejumlah wilayah memiliki angka IPM yang dalam kategori sangat rendah yang
berakibat rendahnya produktivitas tenaga kerja rata-rata
12
22. 3. Etos kerja masyarakat relative rendah serta daya saing kualitas SDM rendah
4. Kualitas infrastruktur sampai ke sentra-sentra produksi masih belum memadai
sehingga berdampak negatif terhadap kegiatan produksi
5. Sebagian besar komoditas andalan ekspor daerah masih dalam bentuk bahan baku
yang belum memiliki nilai tambah yang tinggi untuk daerah.
6. Sebagaian besar masyarakat mempunyai kesadaran yang rendah dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sehingga tingginya pemanfaatan
potensi sumberdaya alam namun diikuti pula dengan meluasnya kerusakan
lingkungan
7. Kesenjangan pembangunan antara daerah bagian timur dengan daerah bagian
Barat dan antara kota dan pedesaan masih besar
8. Jumlah Peraturan Daerah yang bermasalah masih cukup tinggi
9. Kualitas pelayanan umum baik di sektor seluruh sektor pekonomian maupun sosial
masih rendah
13
23. Sub Bab 2.1
INGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
2.1.1. Capaian Indikator
a. Kondisi Daerah
Penyelenggaraan clean government atau good governance pada sektor publik dan
bisnis yang belum baik berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan pada masyarakat.
Hal ini ditandai antara lain dengan tingginya penyalahgunaan kewenangan dan
penyimpangan, rendahnya kinerja SDM Aparatur, belum memadainya sistem kelembagaan
dan ketatalaksanaan pemerintahan, serta masih banyaknya peraturan perundang-
undangan yang tidak sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan. Di
samping itu, sistem pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan
juga belum berjalan baik yang dicerminkan dengan tingginya tindak korupsi di lingkungan
aparatur pemerintahan.
Gangguan kemanan dan ketertiban masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya mencakup
ketidakadilan, kesenjangan kesejahteraan ekonomi, dan kepentingan sosial politik serta
provokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pelaksanaan
pemilihan kepala daerah secara langsung di beberapa kabupaten yang tidak disertai oleh
pengetahuan politik masyarakat yang memadai, kematangan elit politik, dan kepatuhan
terhadap hukum dan hasil pemilu merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kerusuhan dan konflik horizontal yang menimbulkan gangguan keamanan.
Namun tindak kejahatan yang merugikan negara tetap ada antara lain untuk kasus
Illagal Loging, Illegal Mining, Illegal Fishing dan Koropsi seperti yang terlihat pada Tabel
2.1.1, bahwa tindak kejahatan yang paling sering terjadi adalah untuk kasus Illegal Loging,
dan semenjak sistem keamanan diperketat sejak tahun 2006, tindak kejahatan ini menurun
namun untuk tahun-tahun terakhir ini kondisinya mulai meningkat, hal ini dikarenakan
sumber penghidupan lain kurang menjanjikan bagi mereka yang terbiasa dengan hidup
instant seperti pencurian kayu dan umumnya kembali pada profesi sebelumnya.
14
24. Dari tabel ini juga terlihat bahwa tidak semua tindak kejadian yang dilaporkan pada
saat kejadian, namun dilaporkan setelah diselesaikan secara kekeluargaan dan secara
adat atau diselesaikan ditempat kejadian, misalnya tindak kejahatan illegal loging tahun
2007, yang dilaporkan sebanyak 44 kasus dan yang diselesaikan sebanyak 57 kasus.
Demikian pula untuk kejadian tahun 2008 untuk jenis kejahatan yang sama.
Tabel 2.1.1
Data Kejahatan Yang Merugikan Negara
Tahun
Jenis Kejahatan 2004 2005 2006 2007 2008*
L S L S L S L S L S
1. Illegal Loging 89 53 74 49 43 30 44 57 47 52
2. Illegal
- - - - - - 22 22 16 10
Minning/Peti
3. Illegal Fishing 2 1 1 1 - - - - - -
4. Korupsi 5 4 3 2 5 - 4 3 5 5
Jumlah 96 58 78 52 48 30 70 82 68 56
Sumber : Direktorat Reskrim Polda Jambi.
Keterangan: L = dilaporkan, dan S = diselesaikan
Dari informasi Tabel 2.1.2 terlihat bahwa tindak kejahatan konvensional yang terjadi
di Provinsi Jambi untuk kurun waktu 2006-2008 cenderung meningkat, namun jumlah
tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebanyak 1.617 yang dilaporkan dan terendah tahun 2006
kasus sebanyak 669 kasus yang dilaporkan. Tindak kejahatan konvensional secara total
pada tahun 2006 dilaporkan sebanyak 669 kasus meningkat menjadi 1389 tahun 2007 dan
terus mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi sebanyak 1431 kasus.
Tindak pidana konvensional terbesar yang terjadi di provinsi Jambi adalah tindak
pidana pencurian berat yang menunjukkan kecenderungan meningkat terutama dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir walaupun tidak setinggi tahun 2005. Jumlah kasus yang
dilaporkan pada tahun 2008 sebanyak 673 kasus meningkat dari 650 kasus pada tahun
2007. Kemudian diikui oleh tindak pidana pencurian kenderaan bermotor yang dilaporkan
meningkat dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Tindak pidana penganiayaan berat pada
tahun 2008 sedikit turun jika dibandingkan dengan kejadian tahun 2007. Kasus pencurian
dengan kekerasan, perjudian dan tindak pidana pemubunuhan menunjukkan cenderung
juga meningkat dalam kurun waktu yang sama
15
25. Tabel 2.1.2
Data Kejahatan Konvensional
TAHUN
No Jenis Kejahatan 2004 2005 2006 2007 2008*
L S L S L S L S L S
1 Pencurian Berat 472 324 675 406 318 195 650 421 673 452
Pencurian Dengan
2 126 73 142 58 61 30 134 55 142 74
Kekerasan
Pencurian Kend.
3 213 69 292 52 121 44 298 56 312 64
Bermotor
Penganiayaan
4 296 157 313 193 129 81 229 187 218 197
Berat
5 Pembunuhan 21 18 24 21 15 14 32 15 34 17
6 Judi 143 137 171 172 25 26 46 64 52 66
Jumlah 1271 778 1617 902 669 390 1389 798 1431 870
Sumber : Direktorat Reskrim Polda Jambi.
Keterangan: L = dilaporkan, dan S = diselesaikan
Berdasarkan data Tabel 2.1.3 bahwa Perkara Pidana dan Perdata yang masuk di
Provinsi Jambi antara kurun waktu 2004-2008 tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebanyak
282 perkara pidana dan 89 perkara perdata. Sedangkan sisa perkara pada tahun 2008
untuk kasus pidana adalah yang tertinggi yaitu sebanyak 31 kasus. Sedangkan untuk
kasus perkara perdata jumlah tertinggi terselesaikan terjadi pada tahun 2006, yaitu dari 52
kasus yang dilaporkan dapat diselesaikan sebanyak 33 kasus.
Tabel 2.1.3
Jumlah Perkara Pidana dan Perdata yang Masuk, Putusan dan Sisa
Di Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008
Pidana Perdata
Tahun
Masuk Putus Sisa Masuk Putus Sisa
2004 88 78 10 34 33 2
2005 170 150 20 43 36 7
2006 217 200 17 85 52 33
2007 282 278 21 69 89 13
2008 274 264 31 62 63 12
Sumber : Pengadilan Tinggi Jambi, Tahun 2008
Secara umum Propinsi Jambi termasuk daerah yang relatif aman dan nyaman.
Gangguan keamanan yan terjadi berada dalam batas – batas yang dapat dikendalikan oleh
16
26. aparat keamanan. Meskipun demikian, kriminalitas yang mengancam rasa aman, tenteram
dan damai cenderung meningkat, terutama dalam kurun waktu 2004-2008 di daerah Jambi.
Tabel 2.1.4
Perkara Pidana Umum ringan/pelanggaran se – Kejati Jambi yang diputus
dan dieksekusi dalam Tahun 2004 – 2008
Jumlah yang diputus Jumlah Pelaksanaan putusan
Tahun Huk. Denda Uang Huk. Denda Uang
badan (Rp.) pengganti (Rp.) badan (Rp.) Pengganti (Rp.)
2004 - 65.550,0 7000 - 65.550,0 7000
2005 - 120.845,5 9251 - 120 845,5 9251
2006 - 38.975,5 11 751 - 38 975,5 11 751
2007 - 149.877,5 14 852 - 149 877,5 14 852
2008 - 39.167 000 - - 39 167 -
000
Sumber : Kejaksaan tinggi Jambi
Sedangkan untuk tindak pidana khusus juga mengalami penurunan jika
dibandingkan pada tahun sebelumnya jika pada tahun 2007 jumlah pidana khusus yang
berasal dari polisi 16 dan berasal dari kejaksaan 27 maka pada tahun 2008 jumlah pidana
khusus yang berasal dari polisi berjumlah 13 dan yang berasal dari kejaksaan 23 kasus.
Tabel 2.1.5
Perkara Tindak Pidana Khusus yang diselesaikan
di Kejati Jambi tahun 2008
Perkara yang telah
Jumlah perkara
diselesaikan
Tindak pidana
Asal Asal Seleksi dan
SP3
polisi kejaksaan berkekuatan tetap
Ekonomi 12 - 12 -
Korupsi - 23 23 -
HAM - - - -
2008 12 23 35 -
2007 16 27 43 -
2006 6 14 20 -
2005 12 24 5 -
2004 1 33 3 3
Sumber : Kejaksaan Tinggi Jambi
Informasi dari Tabel 2.1.6 menjelaskan bahwa jumlah kecelakaan di Provinsi Jambi
dalam kurun waktu 2004-2008 cenderung mengalami peningkatan terutama pada dua
tahun terakhir, bahwa jumlah kejadian kecelakaan pada tahun 2007 sebanyak 542
17
27. meningkat menjadi 577 kejadian tahun 2008. Demikian juga kerugian material yang
diakibatkan oleh kecelakaan tersebut juga meningkat untuk periode yang sama.
Tabel 2.1.6
Jumlah kecelakaan meninggal, luka ringan, luka berat dan kerugian material
pada tahun 2004 – 2008
Kerugian
Tahun Luka Luka Kejadian
Meninggal material
kejadian ringan berat kecelakaan
(Rp.)
2008 325 326 434 1.934.935 577
2007 213 326 452 1.294.225 542
2006 209 315 445 710.223 152
2005 78 96 198 965.821 162
2004 76 72 157 762.451 153
Sumber : kantor Dit Lantas Polda Jambi
b. Indikator Outcomes Pelayanan Publik
Analisis Relevansi
Secara umum tingkat pelananan publik di Provinsi Jambi menunjukkan
peningkatan, terutama untuk persentase kabupaten /kota yang memiliki PERDA pelayanan
satu atap, meningkat dari 1,90% pada tahun 2004 menjadi 19,40% pada tahun 2006 dan
terus meningkat menjadi 64,31% pada tahun 2008.
Tabel 2.1.7
Tingkat Pelayanaan Publik dan Demokrasi
Di Provinsi Jambi tahun 2004 – 2008
Pelayanan Publik dan Demokrasi 2004 2005 2006 2007 2008
Pelayanan Publik
% Jumlah kasus korupsi yang tertangani
banding dilaporkan 92,6 83,64 92,34 94,17 93,75
% aparat yang berijazah minimal S1 25,9 26,3 26,93 27,6 28,99
% jumlah kabupaten/ kota yang memiliki
peraturan daerah pelayanan satu atap 1,90 1,90 19,40 45,30 64,31
Demokrasi
Gender Development Index (GDI) 58,60 59,60 56,4 57,33 54,63
Gender Empowerment Meassurement
56,10 55,70 46,85 46,89 43,5
(GEM)
18
28. Demikian juga terhadap jumlah aparat yang berijazah minimal S1 juga mengalami
peningkatan dati 25,9% pada tahun 2004 meningkat menjadi 26,93 % pada tahun 2006
dan menjadi 28,99% pada tahun 2008. Sedangkan jumlah kaus korupsi yang ditangani
dibandingkan dengan yang dilaporkan berada di atas 90% kecuali pada tahun 2005 yang
sebesar 83,6%. (lihat Tabel 2.1.7)
Grafik capaian indikator outcomes Provinsi Jambi dibandingkan dengan capaian
indikator outcomes nasional dapat di lihat pada Gambar 2.1.1 dan 2.1.2. Dari informasi
tabel tersebut terlihat bahwa capaian outcomes Provinsi Jambi untuk pelanan publik lebih
tinggi dari nasional terjadi pada tahun 2004-2008 lebih baik dibandingkan dengan capaian
outcomes nasional. Namun dilihat dari pertumbuhannya terdapat sedikit perbedaan hasil,
bahwa dilihat dari persentase pertumbuhan secara nasional lebih baik dari pertumbuhan
untuk provinsi Jambi tahun 2006 dan 2008, sedangkan pertumbuhan 2005 dan 2007 lebih
baik untuk Provinsi Jambi.
Gambar 2.1.1
Perbandingan Outcomes Pelayanan Publik
Provinsi Jambi dan Nasional,Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
Analisis Efektivitas
Trend tingkat pelayanan publik pada tahun mulai tahun 2004 sampai 2007 untuk
provinsi Jambi cenderung menurun sejalan juga dengan penurunan kinerja nasional,
namun trend outcome terakhir kajian (2008) cenderung meningkat dan juga sejalan dengan
nasional. Sesuai dengan perkembangan posisi jabatan yang harus diisi oleh SDM yang
mempunyai kualifikasi/tingkat pendidikan tertentu, sehingga membutuhkan aparat bergelar
S1 persyaratan minimal tidak tertulis, yang dapat mengisi posisi di pemerintahan daerah.
19
29. Selain itu, peraturan daerah pelayanan satu atap di tiap kabupaten/kota setiap tahunnya
meningkat, walaupun pelaksanaannya belum optimal.
Gambar 2.1.2
Perbandingan Trend Outcomes Pelayanan Publik
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
c. Indikator Outcomes Demokrasi
Analisis Relevansi
Trend tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Provinsi Jambi sejalan dengan
tren nasional. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah aparat setiap tahunnya yang
memiliki ijazah S1 dan peraturan daerah (perda) yang memuat pelayanan satu atap di tiap
kabupaten/kota. Semakin gencar tuntutan terhadap kualitas pelayanan publik maka
masing-masing SKPD (satuan kerja perangkat daerah) berusaha untuk mengumumkan
secara resmi langkah-langkah, persyaratan termasuk biaya yang timbul terhadap
pelayanan tersebut secara transparan. Namun demikian praktek-traktek transaksi tidak
resmi terutama dalam pengurusan perizinan (SITU dan SIUP) masih tetap terjadi sehingga
masih tetap tidak transparannya biaya yang harus dikeluarkan, dan waktu yang dibutuhkan
untuk pengurusan lebih lama. Bagi kabupaten/kota yang belum menerapkan pelayanan
satu atap, membutuhkan rangkaian birokrasi yang panjang, karena masing-masing SKPD
menetapkan waktu yang berbeda, dan tergantung pula berapa biaya lebih tak resmi yang
diminta untuk dipenuhi. Kalau tidak terpenuhi maka pelayanan akan menjadi lama dan
tidak mencerminkan peningkatan.
20
30. Gambar 2.1.3
Perbandingan Outcomes Demokrasi
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
Analisis Efektivitas
Sedangkan persentase tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan
legislatif dan Pilpres terjadi cukup stabil namun terjadi berapa sengketa calon pemilih. Hal
ini disebabkan antara lain banyak ketidakcocokan dalam data kependudukan terutama
untuk Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap.
Gambar 2.1.4
Perbandingan Trend Outcomes Demokrasi
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
21
31. 2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
a. Perizinan
Capaian hasil yang spesifi dalam pelayanan pubil khususnya dalam mengurus SIUP
dan TDP (kasus untuk Kota Jambi mungkin juga sama dengan kasus di kabupaten). Liku-
liku yang harus ditempuh dalam pengurusan perizinan di Kota Jambi (khususnya sampai
sekarang) sangat tergantung pada siapa yang akan mengurusnya. Bagi penggurus izin
dapat melalu jalan pintas dengan menyediakan sejumlah uang pada instansi tertentu maka
pengurusan dapat dilakukan oleh instansi yang bersangkutan dengan baik.
Tetapi bagi kepengurusan perizinan yang memerlukan kelengkapan persyaratan
secara resmi misalnya untuk pengurusan perizinan perbankan, maka untuk mengurus
SIUP dan TDP memerlukan syarat-syarat (masing-masing dinas/instansi ada yang sama
dan ada yang berbeda) sebagai berikut : (1). Izin/advis kelurahan, (2). Akta Notaris
Perusahaan, (3). Izin dari Kelurahaan, (4). IMB, (5). Rekening Listrik, Air dan Telepon, (6).
Pas Photo pengurus, (7). KTP Pengurus (direksi), (8). Lunas PBB, (9). Izin/advis dari
Kecamatan, (10). NPWP, (11) Gambar/denah Bangunan, (12). Rekomendasi Damkar, (13).
Retribusi Kebersihan dan Pajak Reklame, (14). IPB, (15). SITU, (16). SIUP
Perusahan tidak untuk kepentingan umum, seperti izin ruko, swalayan, industri batu
bata, toko dan lainnya harus melalui 8 (delapan) meja birokrasi, urutannya birokrasi yang
harus dilewati sebagai berikut :
Tabel 2.1.8
Dinas/Instansi Terkait Dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDP
di Kota Jambi
No. Dinas/Instansi Izin yang Dikeluarkan Syarat No.
1. Kantor Kelurahan Izin/advis Kelurahan 2, 3, 4, 5,
2. Kantor Pajak No. Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1, 2, 4, 6, dan 7
3. Kantor Camat Izin/advis Kecamatan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8
4. Bapedalda Izin HO/UU Gangguan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8
5. Dispenda Pajak Reklame dan Retrb. 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8
Kebersihan
6. Dinas Tata Kota Surat Izin Tempat Usaha – SITU 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan
13
7. Dinas SIUP 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13
Perindagkop dan 14
8. Kantor Walikota Surat Tanda Daftar Perusahaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13,
(TDP) 14, 15, dan 16
22
32. Sedangkan untuk perusahaan yang berhubungan dengan kepentingan umum,
seperti rumah sakit, bank, SPBU, Koperasi dan lainnya harus melalui 11 (sebelas) meja
birokrasi, urutan pengurusan yang harus dilewati seperti terlihat pada Tabel 2.1.9.
Belum lagi kalau gedung yang dipakai belum mempunyai IMB, maka perusahaan
yang bersangkutan harus mengurusnya terlebih dahulu, kalau tidak maka tahapan di atas
tidak dapat dilalui. Syarat-syarat untuk pengurusan IMB juga cukup banyak dan harus
mengalami liku-liku birokrasi yang berbelit pula. Ditambah wajib AMDAL bagi perusahaan
besar seperti Mall, Bank dan lainnya atau paling kurang harus mempunyai RPL (rencana
pengolahan limbah) yang akan berhadapan pula dengan instansi Bapedalda dan Tata Kota
kembali.
Mekanisme pengurusan ini hampir berlaku pada semua daerah kabupaten/kota di
Provinsi Jambi. Terlihat disini tidak ada koordinasi sama sekali antar dinas/instansi,
masing-masing membuat persyaratan tersendiri, dan bagi perusahaan yang ingin
mengurus izin-izin tersebut terpaksa dan harus melalui urutan meja birokrasi di atas.
Banyak perusahaan yang harus memenuhi syarat-syarat tumpang tindih dan dicopy
berkali-kali, tetapi diminta kembali dan kembali. Belum lagi masing-masing dinas/instansi
mengklaim bahwa izin melalui kantornya berkisar antara seminggu sampai sebulan.
Terlihat bahwa perusahan harus mengobankan berapa bulan yang harus dilewati oleh
perusahaan yang ingin mengurus izin sampai TDP, belum lagi kepala dinas/instansi yang
tidak berada di tempat yang tidak dapat diwakili oleh bawahannya, kadang kala
membutuhkan waktu yang lebih lama lagi, paling cepat mencapai waktu yang harus
dikorbankan sampai selesai TDP adalah 4 bulan.
Kesendatan birokrasi terjadi begitu saja karena pada SKPD yang sama
bergeraknya bahan kepengurusan harus dibawa sendiri oleh pemohon yang bersangkutan
kalau tidak maka bahan perusahaan akan mentok hanya sampai di meja yang
bersangkutan. Misal kalau bahan dari perusahaan yang sudah sampai pada bidang
kepengurusan IPB setelah perusahaan mengurus rekomendasi Damkar perusahaan harus
minta surat untuk membayar pajak reklame dan retribusi kebersihan pada Dispenda,
kemudian dibawa kembali ke Dinas Tata Kota, yang dialami seharusnya selesai IPB, dapat
langsung bergerak ke bidang pengurusan SITU dalam mekanisme kantor itu sendiri,
namun sempat lama tertahan karena yang ‘terpendap’ dibagian IPB. Perusahaan harus
mengambil sendiri bahannya kembali lalu diantar ke bagian SITU, disini terasa sekali
23
33. betapa tidak efisiennya mekanisme kerja suatu instansi. Bagi pengusaha yang sebagai
pemohon merasa bosan dan lelah menghadapi hal yang demikian.
Tabel 2.1.9
Syarat Dibutuhkan Dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDP
di Kota Jambi
No. Dinas/Instansi Izin yang Dikeluarkan Syarat No.
1. Kantor Izin/advis Kelurahan 2, 3, 4, 5,
Kelurahan
2. Kantor Pajak No. Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1, 2, 4, 6, dan 7
3. Kantor Camat Izin/advis Kecamatan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8
4. Bapedalda Izin HO/UU Gangguan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8
5. Dispenda Pajak Reklame dan Retrb. 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8
Kebersihan
6. Dinas Tata Kota Surat mendapatkan Tidak pakai syarat
rekomendasi Damkar
7. Dinas Damkar Surat Rekomendasi Kebakaran 2, 3, 4, 8, 9, dan 11
8. Dinas Tata Kota Surat Izin Penggunaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
Bangunan (IPB) 12, dan 13
9. Dinas Tata Kota Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
dan 14
10. Dinas Surat Izin Usaha Perdagangan 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10,
Perindagkop (SIUP) dan 15
11. Kantor Walikota Surat Tanda Daftar Perusahaan 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 15
(TDP) dan 16
b. Peningkatan Peranan Pranata Demokrasi
Konsolidasi demokrasi akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh
kelembagaan demokrasi yang kukuh. Sampai dengan saat ini dapat dikatakan bahwa
demokratisasi dalam kehidupan social politik telah berjalan pada jalur dan arah yang benar
ditunjukkan antara lain dengan terlaksananya pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2004 secara langsung, terbentuknya DPR, DPD dan DPRD hasil pemilihan
umum serta pemilihan kepala Daerah (Gubernur) secara langsung dan demokratis.
Realisasi kegiatan perwujudan kelembagaan demokratis di Provinsi Jambi,
ditunjukkan oleh Tabel 2.1.10. Jumlah Masyarakat yang berpartisipasi dalam Pemilu tahun
2004, adalah 1.853.888 orang. Tingkat partisipasi masyarakat dengan pesebaran
berdasarkan daerah adalah Kota Jambi 346,359 orang, Kabupaten Kerinci 213.320 orang,
Muaro Jambi 205.714 orang, Kabupaten Merangin 192.895 orang, Kabupaten Bungo
165.818 orang, Kabupaten tanjung Jabung Barat 164.895 orang, Kabupaten Tebo 155.709
24
34. orang, Kabupaten Batang Hari 140.635 orang, Kabupaten Sarolangun 129.142 orang, dan
Kabupaten Tanjung jabung Timur 139.401 orang.
Tabel 2.1.10
Jumlah Masyarakat Yang Ikut Pemilu 2004
Kabupaten/
No PPK PPS TPS Pendduk Pemilih
Kota tetap
Sementara Tambahan
1 Kerinci 11 278 1053 306.033 201.658 11.662 213.320
2 Merangin 7 165 695 270.155 173.895 19.000 192.895
3 Sarolangun 6 114 516 194.653 121.219 7.923 129.142
4 Bungo 10 128 621 240.536 148.110 17.708 165.818
5 Tebo 9 98 591 232.929 149.730 5.979 155.709
6 Batanghari 8 109 549 210.690 131.302 9.333 140.635
7 Muaro Jambi 7 130 691 285.011 186.378 19.336 205.714
8 Tanjabbar 5 57 587 227.102 151.593 13.302 164.895
9 Tanjabtim 6 63 543 201.344 133.217 6.184 139.401
10 Kota Jambi 8 62 1237 452.611 313.710 32.649 346.359
JUMLAH 77 1204 7083 2.621.064 1.710.812 143.076 1.853.888
Jumlah partai politik yang mengikuti Pemilihan Umum tahun 2004 adalah 24 partai
politik, yaitu PNI Marhaenisme, Partai Buruh demokrat, Partai Bulan Bintang, Partai
Merdeka, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai
Indonesia Baru, PNBK, Partai Demokrat, PKPI, PPDI, PPNUI, PAN, PKPB, PKB, PKS,
PBR, PDIP, PDS, Partai Golkar, Partai Patriat Pancasila, PSI, PPD, dan Partai Pelopor.
Tabel 2.1.11
Jumlah Masyarakat Yang Ikut Pada Pelaksanaan Pilkada
LAKI -
No Kabupaten/kota PPK PPS TPS Wanita JUMLAH
LAKI
1 KERINCI 11 278 972 106.536 112.094 218.630
2 MERANGIN 9 170 726 93.720 89.209 182.929
3 SAROLANGUN 8 114 513 64.655 63.555 128.210
4 BATANGHARI 8 109 554 71.862 67.477 139.339
5 MUAROJAMBI 7 130 728 104.346 95.236 199.582
6 BUNGO 10 125 626 83.189 80.133 163.322
7 TEBO 12 96 614 78.897 74.624 153.521
8 TANJAB BARAT 5 61 606 82.804 75.388 158.192
9 TANJAB TIMUR 11 89 556 68.649 63.468 132.117
10 KOTA JAMBI 8 62 1.252 166.124 165.751 331.875
PROVINSI 89 1.234 7.147 920.782 886.935 1.807.717
Sumber: KPUD – Provinsi Jambi, 2009
25
35. Dari ke-24 partai politik yang mengikuti Pemilu 2004 tersebut, hanya 10 partai politik
yang mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Jambi, yaitu PNI Marhaenisme 1 kursi, PPP 4
kursi, Partai demokrat 2 kursi, PAN 8 kursi, PKPB 4 kursi, PKB 4 kursi, PKS 3 kursi, PBR 2
kursi, PDIP 6 kursi, dan Partai Golkar 11 kursi.
Adapun tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada)
Gubernur Jambi berjumlah 1.268.091 orang. Dari jumlah suara yang diberikan masyarakat
ini tercatat 1.244.237 suara yang sah dan 23.854 suara dinyatakan tidak sah. Dalam
pelaksanaan Pilkada di provinsi Jambi terlihat pula bahwa jumlah pemilih laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan pemilih wanita, jumlah pemilih laki-laki sebanyak 920.782
dan sedangkan jumlah pemilih wanita dalam Pilkada yang sama sebanyak 886.935.
2.1.3 Rekomendasi Kebijakan
1. Penyusunan, evaluasi dan sosialisasi pelayanan publik di daerah perlu melibatkan
berbagai komponen masyarakat tidak hanya dilakukan jajaran pemerintahan daerah
saja.
2. Secara umum, upaya peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan
kriminalitas belum menunjukkan hasil yang menggembirakan di propinsi Jambi.
Langkah – langkah perbaikan sangat diperlukan dimasa yang akan datang walaupun
intensitas gangguan keamanan, ketertiban dan tindak criminal masih relative rendah.
3. Langkah – langkah yang diperlukan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan keamanan dan ketertiban, meningkatkan disiplin aparat penegak hukum,
meningkatkan intensitas dan kualitas penerangan mengenai dampak buruk narkoba,
meningkatkan penyediaan rambu – rambu lalu lintas, dan mendorong koordinasi yang
semakin intensif diantara stakeholder.
26
36. Sub Bab 2.2
TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
2.2.1. Capaian Indikator
a. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi sekaligus pewarisan nilai-nilai dari suatu
generasi kegenerasi lainnya. Dalam prespektif ekonomi pendidikan terbukti dapat memacu
pertumbuhan suatu negara. Peningkatan kualitas pendidikan akan meningkatkan
produktivitas yang nentinya akan meningkatkan pendapatan, sehingga pada giliran nya
akan menurunkan angka kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat. Mengingat peran
penting dan strategisnya pendidikan maka salah satu prioritas Pembangunan Nasional
adalah peningkatan akses dan pemerataan layanan pendidikan. Selain itu pemerintah
memperbaiki mutu dan relevansi pendidikan agar kompetensi lulusan dapat ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta manajemen layanan pendidikan yang
transfaran bertanggung jawab dan akuntabel.
Sebagai bagian dari urusan wajib dari pemerintah daerah, maka sasaran pembangunan
pendidikan terkait dengan permasalahan yang dikelompokkan menjadi 1) kemampuan
aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan, 2) ketersediaan dan kemampuan tenaga
pendidik dan 3) aspek mutu pendidikan.
Secara lebih rinci kemampuan aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan dapat
terlihat pada tingkat proporsi anak yang terlayani pada pendidikan anak usia dini, Angka
Partisipasi Sekolah : (a) usia 7-12 tahun, (b) usia 13-15 tahun, dan (c) usia 16-18, proses
belajar mengajar dan sarana dan prasarana pendidikan, pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan terutama bagi anak kurang mampu, kesetaraan pendidikan antar
kelompok, terutama antara perkotaan dan pedesaan, angka buta aksara penduduk usia 10
tahun ke atas daya tampung lembaga kependidikan dari semua jenjang dan jenis
kependidikan.
Aspek lain yang juga mempengaruhi pembangunan pendidikan adalah
ketersediaan dan kemampuan tenaga pendidik yang meliputi tersedianya guru yang
memenuhi persyaratan layak mengajar. Sementara itu aspek mutu pendidikan menjadi
27
37. tantangan tersendiri dengan indikator sekolah dengan program unggul sebagai basis
keterampilan para siswa untuk memasuki dunia kerja dan kualitas lembaga pendidikan
dasar dan menengah baik formal maupun non formal.
1) Angka Partisipasi Kasar
Berdasarkan informasi dari Tabel 2.2.1 memperlihatkan bahwa Angka Partisipasi
Kasar (APK) di Provinsi Jambi secara umum menunjukkan perbaikan selama kurun waktu
2004-2008 untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah (SM). Ada tingkat SD, capaian APK Provinsi Jambi dalam kurun waktu
yang sama lebih tinggi dari tingkat APK Nasional, namun pada tingkat SMP APK Provinsi
Jambi mulai dari tahun 2006 s.d. 2008 lebih rendah dari APK tingkat SMP Nasional, dan
namun pada tingkat SM, APK Provinsi Jambi kurun sama lebih rendah dari APK Nasional.
Dari data Tabel 2.2.1 terlihat terjadinya penurunan kinerja pendidikan Provinsi
Jambi ditinjau dari angka partisipasi kasar menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat
Jambi untuk melanjutkan sekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi selepas dari SD,
ternyata lebih rendah dari tingkat rata-rata nasional. Hal disebabkan oleh rata-rata
pendapatan per kapita masyarakat Jambi masih rendah sehingga sebagian dari anak-anak
mereka sudah dibawah untuk ikut bekerja paling kurang membantu keuangan keluarga.
Tabel 2.2.1
Perbandingan APK Provinsi Jambi dan Nasional
Menurut Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008
Tingkatan
Wilayah 2004 2005 2006 2007 2008
Sekolah
SD Jambi 109,29 107,27 113,35 112,01 110,51
Indonesia 107,13 104,91 109,96 110,35 109,37
SMP Jambi 85,04 84,60 81,47 79,94 77,76
Indonesia 82,24 80,52 81,87 82,03 81,08
SM Jambi 54,04 48,18 51,51 56,88 57,41
Indonesia 54,38 52,62 56,69 56,71 57,51
Sumber: Statistik Indonesia, 2004-2008
2) Rata-rata Nilai Akhir
Rata-rata nilai akhir baik untuk tingkat SMP/MTs maupun tingkat SMA/SMK/MA
capaian provinsi Jambi lebih baik dibandingkan dengan capaian nasional kecuali untuk
tahun 2004. Jika rata-rata nilai akhir provinsi Jambi tahun 2004 adalah 4,21 untuk tingkat
28
38. SMP/MTs dan 4,49 untuk tingkat SMA/SMK/MA, lebih rendah dari tingkat nasional sebesar
4,80 untuk tingkat SMP/MTs dan 4,47 untuk tingkat SMA/SMK/MA. Namun mulai dari tahun
2005 sampai 2008 rata-rata nilai akhir untuk kedua tingkatan sekolah lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata nilai akhir tingkat nasional. (lihat pada Tabel 2.2.2).
Tabel 2.2.2
Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Rata-rata Nilai Akhir
Tahun SMP/MTs SMA/SMK/MA
Jambi Nasional Jambi Nasional
2004 4,21 4,80 4,49 4,77
2005 4,73 5,42 5,99 5,77
2006 5,26 5,42 6,22 5,94
2007 5,63 5,42 6,10 6,28
2008 6,30 6,05 6,13 6,35
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008
Ditinjau dari tingkat pertumbuhan, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan nilai rata-
rata SMP/MTs provinsi Jambi lebih tinggi dari rata-rata nasional (terlihat dalam Gambar
2.2.1). Informasi ini juga mperlihatkan kecenderungan menurun sampai dengan tahun 2007
dan meningkat kembali pada tahun 2008. Meningkatnya pertumbuhan nilai-rata-rata ini
lebih banyak disebabkan oleh semakin waspada dan membaiknya sistem belajar mengejar
yang ada di provinsi Jambi.
Gambar 2.2.1
Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMP/MTs
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)
- Bappenas, 2008
29
39. Disamping itu, semakin membaiknya nilai rata-rata tersebut disebabkan semakin
banyaknya volume pendidikan tambahan di luar jam sekolah dan semakin membaiknya
kesadaran orang tua murid akan pentingnya memotivasi anak-anak mereka untuk
meningkatkan kegiatan belajar ekstra di luar sekolah. Ketakutan dan kecemasan guru,
orang tua murid dan murid sendiri dengan nilai kelulusan secara nasional terus meningkat
menyebabkan mereka terpacu untuk belajar lebih baik dan semakin banyak pula jam ekstra
yang dilimpahkan sekolah terutama terhadap murid/siswa kelas akhir.
Nilai rata-rata SMA/SMK/MA di provinsi Jambi terjadi fluktuasi bahwa nilai rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan nilai rata-raa sebesar 6,22 lebih tinggi dari tingkat
nasional. Namun setelah itu nilai rata-rata provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan
dengan capaian nasional. Tingginya nilai rata-rata ini lebih banyak disebabkan oleh
longgarnya pengawasan sewaktu ujian walaupun pengawas ujiannya tidak boleh berasal
dari sekolah yang sama. Sejak tahun 2007, pengawasan terhadap ujian akhir terutama
ujian nasional diperketat, sehingga rata-rata nilai akhir lebih rendah dari sebelumnyan (lihat
Gambar 2.2.2).
Gambar 2.2.2
Perbandingan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)
- Bappenas, 2008
Dilihat dari tingkat pertumbuhan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA, capaian provinsi
Jambi lebih tinggi pada tahun 2005 dan 2006, sedangkan pada tahun 2006 ke 2007 dan
2007 ke 2008 capaian provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan dengan nasional (lihat
30
40. Gambar 2.2.3). Tingkat pertumbuhan nilai rata-rata provinsi Jambi untuk tahun 2007 ke
2008 menunjukkan kecenderungan meningkat sedangkan ditingkat nasional menunjukkan
kecenderungan menurun.
Gambar 2.2.3
Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)
- Bappenas, 2008
3) Angka Putus Sekolah
Angka putus sekolah di provinsi Jambi menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan untuk keseluruhan jenjang pendidikan. Angka putus sekolah SD/MI di provinsi
Jambi yang cukup tinggi yang cenderung disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga. Data
menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi yang cukup tajam, jumlah putus sekolah tertinggi
terjadi pada tahun 2006, kemudian tahun 2004. Sedangkan untuk tahun 2007 sampai
2008, APS lebih rendah dibandingkan dengan kinerja tingkat nasional. (lihat Gambar
2.2.4).
Angka putus sekolah tingkat SMP/MTs di provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan
dengan kinerja tingkat nasional, kecuali pada tahun 2006. Tingginya angka putus sekolah
tingkat SMP/MTs pada tahun tersebut lebih besar disebabkan oleh kondisi ekonomi Jambi
pada saat itu, seperti tingginya tingkat PHK besar-besaran industri perkayuan akibat dari
ketatnya pemberantasan illegal loging dan dengan sangat terpaksa industri perkayuan di
provinsi Jambi harus menutup usahanya maupun yang dinyatakan pailit oleh pengadilan.
31
41. Gambar 2.2.4
Perbandingan Angka Putus Sekolah SD/MI
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)
- Bappenas, 2008
Disamping itu harga komoditas utama provinsi Jambi (karet dan sawit) meningkat
tajam baik dipasar internasional dan nasional berpengaruh pula terhadap harga-harga di
daerah ini. Pada saat tersebut banyak sekali pekerjaan alternatif yang menghasilkan uang
bagi masyarakat, sehingga banyak orang tua murid yang menarik anaknya untuk bekerja di
sektor ini. Tingkat pertumbuhan APS SMP/MTs provinsi Jambi pada Gambar 2.2.5
menunjukan informasi yang sama dan sejalan dengan informasi sebelumnya.
Gambar 2.2.5
Perbandingan Angka Putus Sekolah SMP/MTs
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)
- Bappenas, 2008
32
42. Angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA di provinsi Jambi untuk kurun waktu
2004-2008 secara umum lebih tinggi dari tingkat nasional kecuali untuk tahun 2005.
Tingginya tingkat putus sekolah ini sebagian besar disebabkan oleh kemampuan ekonomi
masyarakat daerah ini lebih rendah sehingga menyebabkan banyaknya tingkat putus
sekolah pada tingkat yang lebih tinggi.
Gambar 2.2.6
Perbandingan Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Indikator Outcome Pendidikan
a. Angka Partisipasi Kasar
Analisis Relevansi
Informasi pada Gambar 2.2.7 juga memperlihatkan bahwa outcome APK Provinsi
Jambi menunjukkan bahwa capaian tahun 2004 dan 2005 lebih tinggi dibandingkan dengan
nasional, namun sejak tahun 2006 menunjukkan kinerja yang lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat nasional. Jika dibanding dengan outcome APK nasional, maka APK
Provinsi Jambi pada umumnya sejalan dengan APK nasional. APK tertinggi di tingkat
nasional maupun di provinsi Jambi terjadi pada tahun 2005, kemudian menurun sedikit
pada tahun 2006, dan untuk kondisi outcomes tahun 2007 dan 2008 menunjukkan
pendingkatan.
33
43. Gambar 2.2.7
Perbandingan Outcomes APK Provinsi Jambi dan Nasional
Keseluruhan Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
Analisis Efektivitas
Namun apabila ditinjau dari trend outcome APK seperti yang ditunjuukan oleh
Gambar 2.2.8 bahwa trend outcome APK Provinsi Jambi sejalan dengan trend APK
nasional. Hanya posisi trend tahun 2007 yang memperlihatkan bahwa APK Provinsi Jambi
lebih baik dari nasional, namun pada tahun 2008 trend provinsi Jambi kembali lebih rendah
dari nasional, tetapi sama-sama menunjukkan kinerja yang positif dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Gambar 2.2.8
Perbandingan Trend Outcomes APK
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
34
44. b. Angka Partisipasi Murni
Analisis Relevansi
Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan provinsi Jambi selama kurun waktu
2004-2008 lebih baik dari APM nasional hanya terjadi pada tahun 2005, sesudah itu selalu
lebih rendah dibandingkan dengan capaian nasional. APM tertinggi provinsi Jambi terjadi
pada tahun 2005. (lihat Tabel 2.2.9).
Gambar 2.2.9
Perbandingan Outcomes APM Provinsi Jambi dan Nasional
Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
Analisis Efektifitas
Namun dilihat dari trend outcomes, terlihat searah dengan kecenderungan nasional.
Posisi trend provinsi Jambi lebih baik dari nasional terjadi pada tahun 2007, kemudian
kecendrungannya menurun kembali pada tahun 2008. Trend outcome APM provinsi Jambi
dan APM Nasional menunjukkan arah yang sama. Jika trend provinsi dari tahun 2005 ke
tahun 2006 menunjukkan penurunan demikian juga yang terjadi pada capaian kinerja APM
nasional. Hanya saja untuk periode tahun berikutnya dari 2006 ke 2007 posisi jambi lebih
tinggi sedikit dibandingkan dengan nasional, namun dan dari 2007 ke 2008 menunjukkan
arah yang sama dengan tingkat yang hampir berimbang dan sama-sama menunjukkan
trend positif.
35
45. Gambar 2.2.10
Perbandingan Trend Outcomes APM
Provinsi Jambi dan Nasional,Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
c. Indikator Pendidikan Secara Keseluruhan
Analisis Relevanasi
Secara keseluruhan indikator pendidikan provinsi Jambi menunjukkan terjadinya
ketidakstabilan dalam capaian outcomes selama kurun waku 2004-2008. Jika pada tahun
2004 indikator pendidikan menunjukkan bahwa capaian provinsi Jambi lebih rendah dari
nasional kemudian membaik untuk tahun 2007 dan 2008. (lihat Gambar 2.2.11).
Gambar 2.2.11
Perbandingan Trend Negatif Outcomes Status Indikator Pendidikan
Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
36
46. Ketidakstabilan ini disebabkan beberapa hal:
1) Bahwa sebagian besar penduduk Jambi yang hidup dari sektor pertanian sangat
tergantung pada harga komoditas utama daerah, seperti karet, kelapa sawit, kelapa,
Casiavera, kopi dan lain-lainnya.
2) Rata-rata pendapatan sebagian besar masyarakat Jambi berada sedikit di atas garis
kemiskinan, sehingga apabila terjadi gejolak harga produk utama (terutama menjadi
turun) menyebabkan sebagian mereka akan jatuh dibawah garis kemiskinan, dan akan
sangat berpengaruh pada kelanjutan pendidikan anak-anak.
3) Indeks biaya hidup yang cenderung meningkat dan jarang untuk turun sehingga
ketergantungan masyarakat pada harga komoditas yang baik akan berpengaruh pada
keberlanjutan sekolah.
Analisis Efektivitas
Jika dilihat dari arah trend outcome provinsi Jambi menunjukkan fluktuasi yang
sangat tinggi dibandingkan dengan tingkat nasional, atau terlihat bahwa indikator
pendidikan Jambi menunjukkan ketidakstabilan.
Gambar 2.2.12
Perbandingan Trend Outcomes Status Indikator
Pendidikan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008
Sumber: Data diolah
Trend outcome pendidikan provinsi Jambi pada tahun 2005 lebih tinggi
dibandingkan dengan nasional, namun pada tahun 2006 menurun tajam dan lebih
rendahdibandingkan dangan nasional. Pada tahun 2007 kembali trend outcome pendidikan
lebih baik dari nasional dan baru pada tahun 2008 mendekati persamaan dengan kondisi
37