SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 33
MAKALAH 
PROSES INDUSTRI KIMIA 
BIOETANOL DARI SINGKONG 
DI SUSUN OLEH 
Eka Safitri (12 614 008) 
Bioetanol dari Singkong | i 
Kelas III-B 
Dosen : Muh. Syahrir, ST.MT 
JURUSAN TEKNIK KIMIA 
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 
2013
DAFTAR ISI 
Halaman Judul ........................................................................................................... i 
Daftar Isi................................................................................................................... ii 
Kata Pengantar …………………………………………………………………. .. iii 
Bioetanol dari Singkong | ii 
BAB 1 PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. ..1 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
A. Bioetanol ……………………………………………………………… .....5 
B. Singkong ………………………………………………………………. ....9 
C. Keunggulan Etanol dibandingkan Singkong …………………………. ....12 
D. Proses-Proses dalam Pembuatan Bioetanol ……………………………. .13 
E. Alat-alat yang digunakan ...........................................................................18 
BAB III PEMBAHASAN 
A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong ……………………………. 22 
1. Persiapan Bahan Baku ........................................................................22 
2. Hidrolisis .............................................................................................22 
3. Fermentasi ...........................................................................................24 
4. Destiasi ................................................................................................25 
5. Dehidrasi .............................................................................................26 
B. Langkah- langkah Pembuatan Bioetanol.....................................................26 
C. Hasil Samping Pengolahan Bioetanol ………………………………… ...27 
BAB IV PENUTUP 
A. Kesimpulan ................................................................................................29 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................30
Kata Pengantar 
Segala puji bagi Allah, SWT yang telah memberikan berkah dan 
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. 
Terimakasih juga tidak lupa diberikan keapada pak Syahrir yang telah 
memberiakan pemberitahuan dalam menyusun makalah ini. Tidak lupa pula saya 
ucapkan terima kasih atas bantuan temen-teman lain. Kerana dengan bantuannya 
ini dapat memberikan hasil yang baik dalam pengerjaan makalah ini. 
Makalah ini berjudul “Bioetanol dari Singkong”. Dalam makalah ini 
membahas tentang devinisi bioetanol, singkong, dan proses produksi bioetanol, 
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam pengetahuan tentang sumber daya 
alam disekitar yang dapat diolah menjadi bioetanol. Dan kedepannya semoga 
bioetanol ini dapat digunakan sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak, yang kita 
ketahui bahwa BBM sekarang ini mulai menipis. 
Saya sadar masih banyak kekurangan dalam penyelesaian makalah ini 
maka dari itu, saya memohon maaf atas kekurangannya dan di mohon kritik serta 
sarannya yang dapat membangun penulis untuk memperbaiki makalah ini. 
Samarinda, Oktober 2013 
Penulis 
Bioetanol dari Singkong | iii
Bioetanol dari Singkong | 1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi selama ini semakin 
terkuras, karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya 
alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat 
sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Energi 
fosil sebagai sumber energi tidak terbarukan merupakan sumber energi utama di 
dunia. Permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara berkembangan saat 
ini adalah jumlah bahan bakar fosil yang sangat terbatas sementara kebutuhan 
terus meningkat, sehingga terjadi krisis energi. 
Salah satu yang mendasari terjadinya kelangkaan energi adalah pemakaian 
kendaraan bermotor berbahan bakar bensin yang dari tahun ke tahun semakin 
meningkat. Menurut data Statistik Kepolisian Indonesia (2009) pada tahun 2009 
jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berjumlah 61.956.009 kendaraan. Hal ini 
mengakibatkan pemakaian bahan bakar minyak bumi meningkat. Menurut 
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2009), cadangan energi bahan 
bakar yang ada saat ini tidak dapat diharapkan untuk jangka waktu yang lama. 
Pemanasan global yang diakibatkan oleh pemakaian bahan bakar fosil 
semakin terasa dan mengakibatkan ancaman lingkungan. Hal ini semakin 
mendorong dikembangkannya bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan dan 
konservasi energi. Ancaman lingkungan yang berpotensi untuk terjadi adalah 
polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil. Polusi yang ditimbulkan oleh 
pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak kesehatan bagi manusia, hewan 
bahkan lingkungan flora. Polusi berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan 
UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Bahkan
ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global 
Warming Potential) (Dunan, 2009). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut 
telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber 
energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih 
terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan. 
Oleh karena itu, pada saat ini usaha mencari sumber energi alternatif 
semakin meningkat. Salah satu bentuk dari energi terbarukan adalah energi 
biomassa. Energi biomassa berasal dari bahan organik dan sangat beragam 
jenisnya. Sumber energi biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau 
pertanian, hutan, atau bahkan limbah, baik limbah domestik maupun limbah 
pertanian. Biomassa dapat digunakan untuk sumber energi langsung maupun 
dikonversi menjadi bahan bakar. Penggunaan biomassa sebagai sumber energi ini 
tidak akan menyebabkan terjadinya penumpukan gas CO2 karena menurut gas 
CO2 yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran dipakai untuk pembentukan 
biomassa itu sendiri. Teknologi pemanfaatan energi biomassa yang telah 
dikembangkan terdiri dari pembakaran langsung dan konversi biomassa menjadi 
bahan bakar. Penggunaan biomassa langsung sebagai bahan bakar kurang efisien, 
sehingga konversi biomassa dianggap lebih baik dalam pemanfaatannya. Hasil 
konversi biomassa ini dapat berupa biogas, bioetanol, biodiesel, arang dan 
sebagainya. Bioetanol dan biodiesel dalam jangka panjang diharapkan dapat 
digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. 
Bioetanol merupakan alternatif untuk menyelesaikan masalah ketersediaan 
bahan bakar yang saat ini masih tergantung pada bahan bakar minyak (BBM). 
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi biomassa dengan bantuan 
mikroorganisme. Hampir 93% produksi bioetanol di dunia diproduksi secara 
fermentasi. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang 
mempunyai kelebihan dibandingkan BBM. Dari masa ke masa penggunaan 
bioetanol semakin berkembang. Bahan bakar ini juga diharapkan dapat 
menggantikan peran bahan bakar bensin, dan dapat mengurangi terjadinya 
kelangkaan BBM, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi. Bahan 
Bioetanol dari Singkong | 2
bakar berbasis nabati juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga 
lebih ramah lingkungan. 
Bioetanol dapat dibuat dari sumber daya hayati yang melimpah di 
Indonesia. Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti 
singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong dan 
lain-lain. Hampir semua tanaman yang disebutkan diatas merupakan tanaman 
yang sudah tidak asing lagi, karena mudah ditemukan dan beberapa tanaman 
tersebut digunakan sebagai bahan pangan. 
Bioetanol dianggap lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan 
oleh hasil buangan mesin akan diserap oleh tanaman, selanjutnya tanaman 
tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar mesin, dan 
seterusnya sehingga tidak terjadi akumulasi karbon di atmosfer, seperti yang 
ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar. Keunggulan 
lainnya adalah bioetanol mempunyai angka oktan tinggi 135. Angka oktan 
premium yang dijual sebagai bahan bakar hanya 98, makin tinggi bilangan oktan, 
bahan bakar makin tahan untuk tidak terbakar sendiri sehingga menghasilkan 
kesetabilan proses pembakaran untuk memperoleh daya yang lebih stabil. Proses 
pembakaran dengan daya yang lebih sempurna akan mengurangi emisi gas karbon 
monoksida. Campuran bioetanol 3% saja, mampu menurunkan emisi karbon 
monoksida menjadi hanya 1,35%. Bioetanol dapat juga meningkatkan efisiensi 
pembakaran karena mengandung 35 % oksigen dan ramah lingkungan karena 
emisi gas buangnya seperti kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas 
lain lebih rendah yaitu antara 19-25%. 
Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah 
singkong (Manihot esculenta). Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal 
lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman asli Indonesia. Singkong 
pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda pada awal abad ke-19 
dari Amerika Latin. Karena sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, 
pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol tidak terlalu 
Bioetanol dari Singkong | 3
sulit. Saat ini singkong banyak diekspor ke AS dan Eropa dalam bentuk tapioka. 
Di negara negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai bahan baku industri 
pembuatan alkohol. Tepung tapioka juga digunakan dalam industri lem, kimia dan 
tekstil. Indonesia adalah penghasil singkong keempat di dunia. Dari luas areal 
1,24 juta hektar tahun 2005, produksi singkong Indonesia sebesar 19,5 juta ton. 
Di dalam negeri, singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan 
ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga 
singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan yang memadai bagi si 
petani. Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi 
terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong. Dengan langkah 
ini, harga singkong akan menjadi stabil sehingga memberikan keuntungan yang 
cukup bagi petani. Masalah krisis energi masa dapan yang terbaharukan pun akan 
terselesaikan dan membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri energi. 
Bioetanol dari Singkong | 4
Bioetanol dari Singkong | 5 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. Bioetanol 
Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan 
pemabuk dalam minuman beralkohol. Campuran dari Bioetanol yang 
mendekati kemurnian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim 
yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan 
peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi 
(Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah 
dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 
1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi 
dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, 
dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan 
perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan. 
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol 
adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3- 
CH2-OH. Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang 
terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok 
hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl- 
(OH)) 
<– Rumus Bangun
Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah 
terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dengan segala 
perbandingan. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai 
sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. 
Bioetanol adalah etanol C2H5OH yang terbuat dari biomassa yang 
mengandung komponen pati dan selulosa yang biasanya terkandung pada 
tanaman pertanian seperti tebu,singkong,ubi kayu,dll. Penggunaan bioetanol 
dimungkinkan sebagai pengganti bahan bakar bensin dikarenakan karakteristik 
etanol yang mirip dengan bensin. Baik etanol maupun bensin sama-sama 
memiliki struktur hidrokarbon rantai lurus. Penggunaan bioetanol sebagai 
pengganti bahan bakar bensin juga sangat cocok karena bersifat ramah 
lingkungan. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya bioetanol tidak 
mengemisikan C netto. 
Bioetanol dari Singkong | 6 
a. Sifat-sifat fisis etanol 
1) Rumus molekul : C2H5OH 
2) Berat molekul : 46,07 gram / mol 
3) Titik didih pada 1 atm : 78,4°C 
4) Titik beku : -112°C 
5) Bentuk dan warna : cair tidak berwarna 
b. Sifat-sifat kimia etanol 
1) Berbobot molekul rendah sehingga larut dalam air 
2) Diperoleh dari fermentasi gula 
Pembentukan etanol 
C6H12O6 enzim CH3CH2OH 
glukosa etanol 
3) Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O 
Pembakaran etanol 
CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O + energi
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari 
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol 
dapat juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan 
pangan yang mangandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan 
sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki 
sifat menyerupai minyak premium. 
Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 
Bioetanol dari Singkong | 7 
a) Bahan sukrosa 
Bahan - bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nira, 
tebu, nira nipati, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah 
mete. 
b) Bahan berpati 
Proses pemutusan pati oleh amilase. Bahan - bahan yang termasuk 
kelompok ini adalah bahan - bahan yang mengandung pati atau 
karbohidrat. Bahan - bahan tersbut antara lain tepung – tepung ubi 
ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain - 
lain. 
c) Bahan berselulosa (lignoselulosa) 
Bahan berselulosa (lignoselulosa) artinya adalah bahan tanaman 
yang mengandung selulosa (serat), antara lain kayu, jerami, batang pisang, 
dan lain-lain. 
Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa 
merupakan bahan yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini 
karena adanya lignin yang sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa 
menjadi lebih sulit. 
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. 
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat 
mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat 
menggunakan Bioetanol sebagai bahan bakarnya.. Namun penggunaan bioetanol
sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada waktu tersebut, karena 
keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah. Saat ini pasokan 
bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak dunia 
yang melambung membuat Bioetanol semakin diperhitungkan. 
Bioetanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah 
mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar Bioetanol 
lebih dari 99,5%. Perbandingan Bioetanol pada umumnya di Indonesia baru 
penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran Bioetanol absolut 
sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol 
singkatan dari gasoline (bensin) dan Bioetanol. Bioetanol absolut memiliki angka 
oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara 
proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol 
dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di 
negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun 
Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE). 
Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industry 
turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus 
berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang menpunyai grade 90% - 
96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam 
campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol 
yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus betul – 
betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga bioetanol 
harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100%. 
Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa 
kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut 
memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax 
nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat 
aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. 
Bioetanol dari Singkong | 8
Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, 
namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. 
Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon 
dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar 
bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana 
yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu. 
Bioetanol dari Singkong | 9 
B. Singkong 
Tumbuhan ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.) merupakan tanaman pangan 
berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau cassava. Ubi kayu 
berasal dari negara amerika latin, atau tepatnya dari Brazil. Penyebarannya hampir ke 
seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, serta China. Ketela pohon/ ubi 
kayu diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. 
Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (crash crop). Sebagai 
tanaman perdagangan, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong, 
etanol, gula cair, sorbitol, MSG, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman 
pangan, singkong merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di 
dunia. Singkong merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman 
lain perharinya. 
No. Jenis tanaman Nilai Kalori (kal/ha/hari) 
1 Singkong 250 x 103 
2 Jagung 200 x 103 
3 Beras 176 x 103 
4 Sagu 114 x 103 
5 Shorgum 110 x 103 
Tabel 1. Nilai kalori berbagai tanaman penghasil karbohidrat 
Selain itu, singkong memiliki potensi yang cukup bagus sebagai tanaman 
bahan baku etanol.
No Jenis Tanaman Hasil Panen(Ton/ha/tahun) Etanol (liter/ha/tahun) 
1 Jagung 1-6 400-2.500 
2 Singkong 10-50 2.000-7.000 
3 Tebu 40-120 3.000-8.500 
4 Ubi jalar 10-40 1.200-5.000 
5 Sorgum 3-12 1.500-5.000 
6 Sorgum manis 20-60 2.000-6.000 
7 Kentang 10-35 1.000-4.500 
8 Bit 20-100 3.000-8.000 
Tabel 2. Potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol 
Tabel 2 menunjukkan bahwa tebu sebagai tanaman penghasil etanol dengan 
produktifitas tertinggi dan disusul oleh singkong. Bit tidak dipertimbangkan 
karena tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia sehingga tidak ekonomis. 
Keunggulan singkong dibanding tebu adalah masa panen singkong relatif lebih 
singkat dan biaya produksi lebih murah. 
Sistematika tanaman ketela pohon / ubi kayu adalah sebagai berikut: 
Kingdom : Plantae 
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) 
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) 
Ordo : Euphorbiales 
Famili : Euphorbiaceae 
Genus : Manihot 
Spesies : Manihot utilissima Pohl. 
Bioetanol dari Singkong | 10
Gambar 1. Tanaman ubi kayu 
Ubi kayu sebagai bahan baku sumber energi alternatif memiliki kadar 
karbohidrat sekitar 32-35% dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi 
tepung. Tanaman ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol dapat tumbuh di lahan 
yang kurang subur serta masa panennya tidak tergantung pada musim sehingga 
panennya dapat berlangsung sepanjang tahun. Oleh karena itu, dikatakan bahwa 
ubi kayu merupakan bahan baku yang potensial untuk pembuatan bioetanol. 
Brazil merupakan pusat asal sekaligus pusat keragaman singkong. 
Singkong tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 18oC dengan curah 
hujan di atas 500 mm/tahun. Produktifitas singkong di tingkat petani adalah 14,3- 
18,8 ton/ha, walaupun data dari pusat penelitian melaporkan bahwa 
produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha. Singkong sebagai bahan Fuel Grade 
Ethanol (FGE) disarankan varietas yang memiliki sifat sebagai berikut : berkadar 
pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan fleksibel 
dalam usaha tani dan umur panen. 
Ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol mempunyai kelebihan yaitu dapat 
tumbuh pada lahan yang kurang subur, mempunyai daya tahan tinggi terhadap 
penyakit dan dapat diatur masa panennya. Ubi kayu mempunyai kadar karbohidrat 
sekitar 32 – 35 % yang sebagian besar adalah pati yaitu sekitar 83,8%. 
Penggunaan ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol selama ini lebih 
banyak hanya memanfaatkan kandungan patinya, sedangkan komponen-komponen 
lain seperti selulosa dan hemiselulosa yang juga mempunyai potensi 
menghasilkan bioetanol belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini disebabkan 
dalam proses hidrolisisnya hanya menggunakan enzim-enzim amilolitik yang 
hanya mampu menghidrolisis fraksi pati. 
Bioetanol dari Singkong | 11 
C. Keunggulan Etanol dibandingkan Bensin
Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua 
ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar 
fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya; 
(2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang 
ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung 
maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia. Polusi langsung bisa 
berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan hidrokarbon yang tidak terbakar, 
serta unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung 
mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan 
global (Global Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut 
telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber 
energi ataupun pembawa energi yang lebih terjamin keberlanjutannya dan lebih 
ramah lingkungan. 
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan 
diimplementasikan di AS dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di 
kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu 
negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol 
untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar 
ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah, 
E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia. 
Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk 
bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa 
dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin 
pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional. 
Terdapat beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan 
penggunaan etanol pada mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka 
research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research 
octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun 
setelah ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina 
memiliki angka research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah dari 
Bioetanol dari Singkong | 12
pada research octane. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40%, 
tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%. 
Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen 
yang berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan 
pembakaran antara campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah 
dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol% 
(dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 
vol%), pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. 
Hal ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO 
dibandingkan dengan pembakaran udara dan bensin, yakni sekitar 4%. Etanol juga 
memiliki panas penguapan yang tinggi, yakni 842 kJ/kg. Tingginya panas 
penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan 
ethanol lebih besar dibandingkan bensin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut 
adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran 
etanol dibandingkan dengan bensin. 
D. Proses-proses dalam Pembuatan Bioetanol 
Bioetanol dari Singkong | 13 
1. Likuifiasi 
Proses likuifikasi berarti membuat bahan menjadi cair, atau mencairkan 
bahan tersebut. Dalam proses ini digunakan bahan tambahan yaitu enzim 
alfa amilase. Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental 
seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja 
memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin). 
Amilase merupakan enzim yang memecah pati atau glikogen dimana 
senyawa ini banyak terdapat dalam hasil tanaman dan hewan. Amilase dapat 
dibedakan menjadi 3 golongan enzim : 
 α- Amilase yaitu enzim yang memecah pati secara acak dari tengah atau 
bagian dalam molekul. 
 β- Amilase yaitu enzim yang memecah unit-unit gula dari molekul pati. 
 Glukoamilase yaitu Enzim yang dapat memisahkan glukosa dari 
terminal gula non pereduksi substrat.
Dalam penelitian ini, digunakan enzim α-amilase. Enzim α-amilase adalah 
salah satu enzim pemecah pati, Enzim α-amilase menghidrolisis ikatan 
alpha 1,4 glikosida baik pada amilosa maupun amilopektin secara acak. 
Karena pengaruh aktifitasnya, pati terputus-putus menjadi dekstrin dengan 
rantai sepanjang 6-10 unit glukosa. Jika waktu reaksi diperpanjang, dekstrin 
tersebut dapat dipotong-potong lagi menjadi campuran antara glukosa, 
maltosa, dan ikatan lain yang lebih panjang. Hidrolisis amilosa oleh α- 
amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi amilosa 
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak, sangat cepat dan 
diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses 
degradasi yang relatif lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa 
sebagai hasil akhir, dimulai dari ujung pereduksi secara teratur (Winarno 
,1983). 
Kerja α- amilase pada molekul amilopektin akan menghasilkan glukosa 
dan oligosakarida (Winarno, 1983). Enzim α-amilase yang diperoleh dari 
mikroba umumnya stabil pada pH 5,5 -8,0 dan suhu optimumnya 
bervariasi bergantung pada sumber enzim tersebut. 
Penggunaan α-amilase dalam proses hidrolisa pati sering juga disebut 
likuifikasi, karena adanya penurunan viskositas dengan cepat, dan 
kecepatannya dapat bervariasi untuk berbagai substrat. Enzim α-amilase 
dapat diisolasi dari berbagai sumber mikroorganisme seperti Aspergilus 
oryzae, Aspergilus niger, Bacillus substilis, Endomycopsis fibuligira, dan 
sebagainya. Khusus α-amilase dari Bacillus substilis, merupakan sumber 
terpenting dalam proses likuifikasi di industri, karena α-amilase dari 
mikroorganisme ini mampu bereaksi pada temperatur yang tinggi diatas 
temperatur gelatinisasi dari granula pati. Dalam hidrolisa pati, α-amilase 
menghasilkan dekstrin yang merupakan substrat untuk tahap selanjutnya,. 
Bioetanol dari Singkong | 14 
2. Sakarifikasi
Proses sakarifikasi maksudnya ialah proses pemecahan gula 
kompleks menjadi gula sederhana. Pemecahan gula kompeks ini dengan 
bantuan enzim glukoamilase yaitu enzim yang dapat memisahkan glukosa 
dari terminal gula non pereduksi substrat. Ragi tidak dapat langsung 
memfermentasikan pati. Oleh karena itu diperlukan tahap sakarifikasi, 
yakni perubahan pati menjadi maltose atau glukosa dengan menggunakan 
enzim atau asam. Dengan memanfaatkan enzim pengurai pati dari 
mikroorganisme, konversi pati untuk menghasilkan maltose dan dekstrin 
yang tidak terfermentasi terjadi karena hidrolisis enzimatis. Komposisi 
kimia dari pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan 
polimer dari glukosa yang merupakan rantai lurus dan secara kuantitatif 
amilosa dapat dihidrolisis menghasilkan maltose sedangkan amilopektin 
hanya akan terhidrolisis sebagian. Pati jagung yang disakarifikasi akan 
menghasilkan 80% maltose dari total pati dan sisanya disebut limit 
dekstrin. 
Bioetanol dari Singkong | 15 
3. Fermentasi 
Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi 
ethanol/bio-ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Fermentasi 
adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob 
sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium 
klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk 
dan mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu 
fermentasi yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami 
kontaminasi, sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan 
karbohidrat menjadi alkohol. Manusia memanfaatkan Saccharomyces 
cereviseae untuk melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun 
dalam minuman yang mengandung alcohol. Jenis mikroba ini mampu 
mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol dan gas CO2 
secara cepat dan efisien.
Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme uniseluler yang 
bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu 
menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme. 
Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula, 
diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, maltosa dan 
maltotriosa. 
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikrobia yang paling 
banyak digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi 
tinggi, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula 
yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 oC. 
Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian 
reaksi yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi 
serangkaian reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan 
menghasilkan energy serta serangkaian reaksi lain yang bersifat 
mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi. 
Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan 
fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi karena 
mikroba tersebut memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan 
ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi alcohol atau asam. 
Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya 
alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila 
fermentasi tersebut digunakan bahan baku gula (molases), proses 
pembuatan ethanol dapat lebih cepat. Pembuatan ethanol dari molases 
tersebut juga mempunyai keuntungan lain, yaitu memerlukan bak 
fermentasi yang lebih kecil. Ethanol yang dihasilkan proses fermentasi 
tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkannya dari zat-zat 
yang tidak diperlukan. Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan 
sebagai proses penguraian gula menjadi bioethanol dan karbondioksida 
yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. 
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah: 
Bioetanol dari Singkong | 16
Perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces 
cereviseae. 
C6H12O6 Sacch aromyces cereviseae 2C2H5OH + 2CO2 (6) 
Glukosaenzim zimosa etanol 
Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih 
mengandung gas-gas antara lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan 
glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang perlu 
dibersihkan. Gas CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 
35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol yang 
berkualitas baik, ethanol/bio-ethanol tersebut harus dibersihkan dari gas 
tersebut. Proses pembersihan (washing) CO2 dilakukan dengan menyaring 
ethanol/bio-ethanol yang terikat oleh CO2, sehingga dapat diperoleh 
ethanol/bio-ethanol yang bersih dari gas CO2). Kadar ethanol/bio-ethanol 
yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 
10 persen saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar alkohol 
95 persen diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi. Agar dapat 
mencapai kemurnian diatas 95% , maka alkohol hasil fermentasi harus 
melalui proses destilasi. 
Bioetanol dari Singkong | 17 
4. Destilasi 
Distilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan 
kembali, yang dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih 
zat cair ke dalam fraksi – faraksinya berdasarkan perbedaan titik didih. 
Pada umumnya, pemisahan hasil fermentasi glukosa/dektrosa 
menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari komponen – komponen 
tertentu yang mudah tercampur. 
Sebagaimana disebutkan diatas, untuk memurnikan bioetanol 
menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan 
bakar, alkohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40% 
tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air
dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang 
kemudian diembunkan kembali. 
Kadar etanol hasil fermentasi tidak dapat mencapai level diatas 18 
hingga 21 persen, sebab etanol dengan kadar tesebut bersifat toxic 
terhadap ragi yang memproduksi etanol tersebut sehingga untuk 
memperoleh etanol dengan kadar yang lebih tinggi perlu dilakukan 
destilasi. Destilasi adalah proses pemanasan yang memisahkan etanol dan 
beberapa komponen cair lain dari substrat fermentasi sehingga diperoleh 
kadar etanol yang lebih tinggi. 
Tujuan proses destilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran 
etanol-air. Titik didih etanol adalah 780C dan titik didih air adalah 100 oC 
sehingga dengan pemanasan pada suhu 780C dengan metode destilasi 
maka etanol dapat dipisahkan dari campuran etanol-air. Konsentrasi 
maksimum etanol yang dapat diperoleh dengan cara destilasi biasa adalah 
96%. Etanol anhidrat (99,5%-100%) dapat diperoleh dengan menggunakan 
metode destilasi azeotrop menggunakan benzen. 
E. Alat-alat yang diguanakan dalam Pembuatan Bioetanol 
Fungsi peralatan yang digunakan dalam industri etanol 
 mesin penggiling. berfungsi untuk menghaluskan bahan baku. dapat dibeli 
Bioetanol dari Singkong | 18 
ditoko penjual alat-alat industri.
 tangki pemasak. berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku 
sebelum dimasukan ke alat penukar panas (heat exchanger). dapat dibuat 
dari drum bekas. 
Gambar 3. Tangki pemasak & 
tempat terjadinya hidrolisis 
 alat penukar panas. berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat proses 
sakarifikasi) lebih cepat. dapat dibuat dari stainless steel 
 tanki fermentasi. berfungsi untuk menghasilkan etanol kadar 6-12 %. dapat 
dibuat dari drum bekas maupun tangki stainless steel. 
Bioetanol dari Singkong | 19 
Gambar 2. Mesin Penggiling Singkong 
Gambar 4. Heat Exchanger
Gambar 5. Tangki Fermentasi 
 evaporator. berfungsi untuk menguapkan etanol yang akan dialirkan ke 
alat destilasi. dibuat dari stainless steel. untuk mengatur temperatur 
evaporator pada alat ini dipasang termostat (alat pengatur temperatur). 
Gambar 6. Evaporator 
 alat destilasi. berfungsi untuk mengkondensasikan uap etanol menjadi 
etanol cair. dapat dibuat dari drum bekas maupun stainless steel. pipa koil 
Bioetanol dari Singkong | 20
berbentuk spiral (untuk membentuknya digunakan alat curving pliers) 
terbuat dari tembaga. 
Gambar 7. Alat Destilasi 
Bioetanol dari Singkong | 21
Gambar 7. Penghancuran Singkong 
Bioetanol dari Singkong | 22 
BAB III 
PEMBAHASAN 
A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong 
1. Persiapan Bahan Baku 
Bahan baku yang digunakan ialah ubi kayu (singkong). Singkong 
yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan 
susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik. 
2. Hidrolisis 
Hidrolisis merupakan tahap konversi pati menjadi glukosa. Dalam 
tahap ini terdapat pula dua tahap, yaitu : tahap liquefaction dan tahap 
sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana). 
a. Likuifikasi 
Dalam proses likuifikasi, bahan baku ubi kayu dicampur air sehingga 
menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30 persen. 
Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku 
singkong dikonversi menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa 
Amylase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 oC 
(hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi 
(mengental seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase 
bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula
komplex (dextrin). Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan 
parameter dimana bubur yang diproses berubah menjadi lebih cair 
seperti sup. 
Gambar 7. Hasil Proses Likuifikasi 
Bioetanol dari Singkong | 23 
b. Sakarifikasi 
Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks 
menjadi gula sederhana yang dilakukan pada sebuah tabung pada
rangkaian peralatan untuk produksi bioethanol. Sakarifikasi 
melibatkan proses sebagai berikut: 
 Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi 
Gambar 8. Hasil Proses Sakarifikasi 
Bioetanol dari Singkong | 24 
bekerja 
 Pengaturan pH optimum enzim 
 Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat 
 Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 oC, 
sampai proses saccharifikasi selesai. 
3. Fermentasi 
Gambar 9. Tangki Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana 
(glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 
hingga 12 %. Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada 
cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup 
(fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 oC selama kurun waktu 
5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses 
membutuhkan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh 
mikroba lainnya. Dengan kata lain, dari persiapan baku, liquifikasi, 
sakarifikasi, hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan. 
Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol dan 
CO2. 
Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol 
berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada 
kadar ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan 
alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan 
aktifitasnya. 
Bioetanol dari Singkong | 25 
4. Destilasi 
Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut 
bir (beer) dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan 
distilasi bertingkat. Beer mengandung 8 – 10% alkohol. Maksud dan 
proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol air. 
Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbeda nyata 
suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikan 
dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien. 
Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C dan etanol mendidih pada 
sekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan 
pemisahan campuran etanol air.
Gambar 9. Dehidrator 
Bioetanol dari Singkong | 26 
5. Dehidrasi 
Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut 
dalam bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol 
berkadar 99,6-99,8 % atau disebut ethanol kering. Untuk pemurnian 
ethanol 95 % diperlukan proses dehidrasi (distilasi absorbent) 
menggunakan beberapa cara,antara lain : 1. Cara Kimia dengan 
menggunakan batu gamping 2. Cara Fisika ditempuh melalui proses 
penyerapan menggunakan Zeolit Sintetis. Hasil dehidrasi berupa ethanol 
berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat dikatagorikan sebagai Full Grade 
Ethanol (FGE),barulah layak digunakan sebagai bahan bakar motor sesuai 
standar Pertamina. Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini disebut 
Dehidrator. 
B. Langkah-langkah dalam Pembuatan Bioetanol 
Dalam pembuatan bioetanol dari singkong, langkah-langkah yang dilakukan 
adalah : 
1. Singkong sebagai bahan baku dikupas terlebih dahulu dan 
digiling/dihancurkan sehingga ukurannya mengecil. 
2. Singkong masuk ke tahap pemasakan yaitu likuifikasi. Bahan baku 
ditambah air, dipanaskan pada suhu 90-95 oC. Selama pemanasan
ditambah enzim alpha amilase yang bekerja memecah struktur tepung 
secara kimia menjadi gula kompleks. Pada kondisi ini bahan akan 
mengalami gelatinasi (mengental seperti jelly). Proses ini selesai dengan 
ditandai bahan tadi menjadi cair seperti sup. 
3. Sakarifikasi, setelah di dinginkan dari likuifikasi hingga suhu 60 oC, lalu 
di tambah enzim gluko amilase yaitu pemecahan gula kompleks menjadi 
sederhana 
4. Kemudian tahap fermentasi, untuk mengkonversi gula menjadi etanol dan 
CO2. Fermentasi dilakukan dengan mencampurkan ragi (yeast) pada 
cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup 
(fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 oC 
5. Kemudian masuk ke tahap pemisahan, destilasi untuk memisahkan etanol 
dalam cairan hasil fermentasi. Dalam proses distilasi, pada suhu 78 derajat 
celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap lebih 
dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap ethanol 
didalam distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga 
terkondensasi menjadi cairan ethanol. Lalu diperoleh kadar etanol sebesar 
10 %. 
6. Dehidrasi, tahapan ini dilakukan agar kandungan air didalam produknya 
berkurang. Tahapan ini dapat dilakukan dengan katalis yaitu zeolite 
sintesis. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat 
kecil, dan dapat menyerap air. Dan kadar etanol yang diperoleh setelah 
melalui tahap ini sebesar 99,7 %. 
Bioetanol dari Singkong | 27 
C. Hasil Samping Pengolahan Bioetanol 
Akhir proses penyulingan (distilasi) ethanol menghasilkan limbah padat 
(sludge) dan cair (vinase). Untuk meminimalisir efek terhadap pencemaran 
lingkungan, limbah padat dengan proses tertentu dirubah menjadi pupuk 
kalium,bahan pembuatan biogas,kompos,bahan dasar obat nyamuk bakar dan 
pakan ternak. Sedangkan limbah cair diproses menjadi pupuk cair. Dengan
demikian produsen bioethanol tidak perlu khawatir tentang isu berkaitan 
dengan dampak lingkungan. 
Gambar 10. Limbah Padat Gambar 11. Limbah Cair 
Bioetanol dari Singkong | 28
Bioetanol dari Singkong | 29 
BAB IV 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti 
singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong 
dan lain-lain. 
Cara membuat bioetanol dengan proses penggilingan bahan baku, 
proses likuifikasi, sakarifikasi, fermentasi, destilasi dan dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA 
Anonim. 2007. Apa itu Bioetanol. http://www.nusantara-agro-industri.com. 
Bioetanol dari Singkong | 30 
Diakses tanggal 15 Januari 2013. 
Anonim. 2008. Bioetanol Bahan baku Singkong. The Largest Aceh 
Community.Aceh. 
Anonim. 2009. Bioetanol Bahan Baku Singkong. http:// www.acehforum.or.id. 
diakses tanggal 15 Januari 2013 
Khairani, Rini. 2007. Tanaman Jagung Sebagai Bahan Bio-fuel. 
http://www.macklintmip-unpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. diakses 
tanggal 15 Januari 2013 
Mursyidin, D. 2007. Ubi Kayu dan Bahan Bakar Terbarukan. 
http://www.banjarmasin.net/pedoman%Bahan%bakar%berbarukan. 
Diakses tanggal 15 Januari 2013 
Prihandana. 2007. Bioetanol Ubi kayu Bahan Bakar Masa Depan. 
Agromedia.Jakarta. 
Rismunandar. 1990. Bertanam Singkong. C.V. Sinar Baru. Bandung.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiDian Khairunnisa
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi lombkTBK
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporanYuliana
 
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMAContoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMARidho Satria
 
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt Mitha Ye Es
 
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPEMAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPEARISKA COMPNET
 
Tanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi MolekulerTanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi Molekulerdewisetiyana52
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteriAfifi Rahmadetiassani
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaDian Kirtley Kristi
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi MikrobaRukmana Suharta
 
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Ade Irma Suryani
 
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPTSUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPTameliarizkap
 

Mais procurados (20)

Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporan
 
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMAContoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
 
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
 
Pencemaran Udara
 Pencemaran Udara Pencemaran Udara
Pencemaran Udara
 
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPEMAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
 
Makalah sterilisasi
Makalah sterilisasiMakalah sterilisasi
Makalah sterilisasi
 
Tanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi MolekulerTanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi Molekuler
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
Daur Belerang (Siklus Sulfur)
Daur Belerang (Siklus Sulfur)Daur Belerang (Siklus Sulfur)
Daur Belerang (Siklus Sulfur)
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Format resume jurnal
Format resume jurnalFormat resume jurnal
Format resume jurnal
 
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi
 
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPTSUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
 
Bioteknologi Modern
Bioteknologi ModernBioteknologi Modern
Bioteknologi Modern
 

Destaque

Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapaProposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapariabetaria
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukAnggi Dharma Roesadi
 
Pembuatan etanol dari singkong
Pembuatan etanol dari singkongPembuatan etanol dari singkong
Pembuatan etanol dari singkongAndika Ardiansyah
 
Makalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelatMakalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelatRibut Rpc
 
PERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDU
PERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDUPERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDU
PERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDUSiti Farida
 
Tanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergiTanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergiYunia Instalani
 
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarBriket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarWahyu Ikhsan
 
Unit pemrosesan polimer kel 8
Unit pemrosesan polimer kel 8Unit pemrosesan polimer kel 8
Unit pemrosesan polimer kel 8Aulia Rahman
 
BAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9C
BAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9CBAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9C
BAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9CPhaphy Wahyudhi
 
Makalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan BiogasMakalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan BiogasMeidina Yellisa
 
Laporan Praktek Fermentasi
Laporan Praktek FermentasiLaporan Praktek Fermentasi
Laporan Praktek Fermentasilutfianida
 

Destaque (14)

Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapaProposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busuk
 
Pembuatan etanol dari singkong
Pembuatan etanol dari singkongPembuatan etanol dari singkong
Pembuatan etanol dari singkong
 
Makalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelatMakalah biogas dari cokelat
Makalah biogas dari cokelat
 
Makalah ath
Makalah athMakalah ath
Makalah ath
 
Pemisahan
PemisahanPemisahan
Pemisahan
 
PERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDU
PERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDUPERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDU
PERCOBAAN LISTRIK BUAH MENGKUDU
 
Tanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergiTanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergi
 
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarBriket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
 
Unit pemrosesan polimer kel 8
Unit pemrosesan polimer kel 8Unit pemrosesan polimer kel 8
Unit pemrosesan polimer kel 8
 
BAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9C
BAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9CBAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9C
BAB I - IV (PEMBUATANN TAPE SINGKONG) 9C
 
Makalah biogas
Makalah biogas Makalah biogas
Makalah biogas
 
Makalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan BiogasMakalah Pembuatan Biogas
Makalah Pembuatan Biogas
 
Laporan Praktek Fermentasi
Laporan Praktek FermentasiLaporan Praktek Fermentasi
Laporan Praktek Fermentasi
 

Semelhante a Makalah bioetanol dari singkong

Pkm bioetanol arby dkk
Pkm bioetanol arby dkkPkm bioetanol arby dkk
Pkm bioetanol arby dkkNidiya Fitri
 
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...Acio03
 
Bab i biogas rina n
Bab i biogas rina nBab i biogas rina n
Bab i biogas rina nRidwan Anes
 
biomassa_sepri_sakatsila
  biomassa_sepri_sakatsila  biomassa_sepri_sakatsila
biomassa_sepri_sakatsilaSepriSakatsila
 
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolEnergi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolN'fall Sevenfoldism
 
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_ryki periwaldi
 
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...ryki periwaldi
 
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_ryki periwaldi
 
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBagas Prayitna
 
Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Bumi
Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak BumiPemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Bumi
Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak BumiFairuz Hilwa
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Mahros Darsin
 
Bioetanol dari tongkol jagung
Bioetanol dari tongkol jagungBioetanol dari tongkol jagung
Bioetanol dari tongkol jagung10DEKY
 

Semelhante a Makalah bioetanol dari singkong (20)

Contoh karya ilmiah
Contoh karya ilmiahContoh karya ilmiah
Contoh karya ilmiah
 
Pkm bioetanol arby dkk
Pkm bioetanol arby dkkPkm bioetanol arby dkk
Pkm bioetanol arby dkk
 
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)  TERHADAP JUMLAH GAS D...
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) TERHADAP JUMLAH GAS D...
 
Bab i biogas rina n
Bab i biogas rina nBab i biogas rina n
Bab i biogas rina n
 
Bionergi
BionergiBionergi
Bionergi
 
Green hejo
Green hejoGreen hejo
Green hejo
 
biomassa_sepri_sakatsila
  biomassa_sepri_sakatsila  biomassa_sepri_sakatsila
biomassa_sepri_sakatsila
 
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolEnergi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
 
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
 
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
 
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
 
Makalah Klp 3.pdf
Makalah Klp 3.pdfMakalah Klp 3.pdf
Makalah Klp 3.pdf
 
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Bumi
Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak BumiPemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Bumi
Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Bumi
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
 
Bioetanol
BioetanolBioetanol
Bioetanol
 
Energy Biomass
Energy BiomassEnergy Biomass
Energy Biomass
 
Bioetanol dari tongkol jagung
Bioetanol dari tongkol jagungBioetanol dari tongkol jagung
Bioetanol dari tongkol jagung
 
Bab 1 proposal mhe
Bab 1 proposal mheBab 1 proposal mhe
Bab 1 proposal mhe
 

Último

Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxssuserdfcb68
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptAchmadDwitamaKarisma
 
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptxPPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptxHeruHadiSaputro
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman MadyaPelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madyadedekhendro370
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPusatKeteknikanKehut
 
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistikaPengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika3334230074
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfYoyokSuwiknyo
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...rororasiputra
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfYoyokSuwiknyo
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxMuhamadIrfan190120
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptxVinaAmelia23
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung KonstruksiContoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung KonstruksiIhsanGaffar3
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturAhmadAffandi36
 

Último (19)

Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
 
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptxPPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman MadyaPelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistikaPengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung KonstruksiContoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
 

Makalah bioetanol dari singkong

  • 1. MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA BIOETANOL DARI SINGKONG DI SUSUN OLEH Eka Safitri (12 614 008) Bioetanol dari Singkong | i Kelas III-B Dosen : Muh. Syahrir, ST.MT JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 2013
  • 2. DAFTAR ISI Halaman Judul ........................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................... ii Kata Pengantar …………………………………………………………………. .. iii Bioetanol dari Singkong | ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………….. ..1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bioetanol ……………………………………………………………… .....5 B. Singkong ………………………………………………………………. ....9 C. Keunggulan Etanol dibandingkan Singkong …………………………. ....12 D. Proses-Proses dalam Pembuatan Bioetanol ……………………………. .13 E. Alat-alat yang digunakan ...........................................................................18 BAB III PEMBAHASAN A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong ……………………………. 22 1. Persiapan Bahan Baku ........................................................................22 2. Hidrolisis .............................................................................................22 3. Fermentasi ...........................................................................................24 4. Destiasi ................................................................................................25 5. Dehidrasi .............................................................................................26 B. Langkah- langkah Pembuatan Bioetanol.....................................................26 C. Hasil Samping Pengolahan Bioetanol ………………………………… ...27 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................30
  • 3. Kata Pengantar Segala puji bagi Allah, SWT yang telah memberikan berkah dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terimakasih juga tidak lupa diberikan keapada pak Syahrir yang telah memberiakan pemberitahuan dalam menyusun makalah ini. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih atas bantuan temen-teman lain. Kerana dengan bantuannya ini dapat memberikan hasil yang baik dalam pengerjaan makalah ini. Makalah ini berjudul “Bioetanol dari Singkong”. Dalam makalah ini membahas tentang devinisi bioetanol, singkong, dan proses produksi bioetanol, Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam pengetahuan tentang sumber daya alam disekitar yang dapat diolah menjadi bioetanol. Dan kedepannya semoga bioetanol ini dapat digunakan sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak, yang kita ketahui bahwa BBM sekarang ini mulai menipis. Saya sadar masih banyak kekurangan dalam penyelesaian makalah ini maka dari itu, saya memohon maaf atas kekurangannya dan di mohon kritik serta sarannya yang dapat membangun penulis untuk memperbaiki makalah ini. Samarinda, Oktober 2013 Penulis Bioetanol dari Singkong | iii
  • 4. Bioetanol dari Singkong | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi selama ini semakin terkuras, karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Energi fosil sebagai sumber energi tidak terbarukan merupakan sumber energi utama di dunia. Permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara berkembangan saat ini adalah jumlah bahan bakar fosil yang sangat terbatas sementara kebutuhan terus meningkat, sehingga terjadi krisis energi. Salah satu yang mendasari terjadinya kelangkaan energi adalah pemakaian kendaraan bermotor berbahan bakar bensin yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut data Statistik Kepolisian Indonesia (2009) pada tahun 2009 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berjumlah 61.956.009 kendaraan. Hal ini mengakibatkan pemakaian bahan bakar minyak bumi meningkat. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2009), cadangan energi bahan bakar yang ada saat ini tidak dapat diharapkan untuk jangka waktu yang lama. Pemanasan global yang diakibatkan oleh pemakaian bahan bakar fosil semakin terasa dan mengakibatkan ancaman lingkungan. Hal ini semakin mendorong dikembangkannya bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan dan konservasi energi. Ancaman lingkungan yang berpotensi untuk terjadi adalah polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak kesehatan bagi manusia, hewan bahkan lingkungan flora. Polusi berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Bahkan
  • 5. ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential) (Dunan, 2009). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, pada saat ini usaha mencari sumber energi alternatif semakin meningkat. Salah satu bentuk dari energi terbarukan adalah energi biomassa. Energi biomassa berasal dari bahan organik dan sangat beragam jenisnya. Sumber energi biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, atau bahkan limbah, baik limbah domestik maupun limbah pertanian. Biomassa dapat digunakan untuk sumber energi langsung maupun dikonversi menjadi bahan bakar. Penggunaan biomassa sebagai sumber energi ini tidak akan menyebabkan terjadinya penumpukan gas CO2 karena menurut gas CO2 yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran dipakai untuk pembentukan biomassa itu sendiri. Teknologi pemanfaatan energi biomassa yang telah dikembangkan terdiri dari pembakaran langsung dan konversi biomassa menjadi bahan bakar. Penggunaan biomassa langsung sebagai bahan bakar kurang efisien, sehingga konversi biomassa dianggap lebih baik dalam pemanfaatannya. Hasil konversi biomassa ini dapat berupa biogas, bioetanol, biodiesel, arang dan sebagainya. Bioetanol dan biodiesel dalam jangka panjang diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. Bioetanol merupakan alternatif untuk menyelesaikan masalah ketersediaan bahan bakar yang saat ini masih tergantung pada bahan bakar minyak (BBM). Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Hampir 93% produksi bioetanol di dunia diproduksi secara fermentasi. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai kelebihan dibandingkan BBM. Dari masa ke masa penggunaan bioetanol semakin berkembang. Bahan bakar ini juga diharapkan dapat menggantikan peran bahan bakar bensin, dan dapat mengurangi terjadinya kelangkaan BBM, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi. Bahan Bioetanol dari Singkong | 2
  • 6. bakar berbasis nabati juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga lebih ramah lingkungan. Bioetanol dapat dibuat dari sumber daya hayati yang melimpah di Indonesia. Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong dan lain-lain. Hampir semua tanaman yang disebutkan diatas merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi, karena mudah ditemukan dan beberapa tanaman tersebut digunakan sebagai bahan pangan. Bioetanol dianggap lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan oleh hasil buangan mesin akan diserap oleh tanaman, selanjutnya tanaman tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar mesin, dan seterusnya sehingga tidak terjadi akumulasi karbon di atmosfer, seperti yang ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar. Keunggulan lainnya adalah bioetanol mempunyai angka oktan tinggi 135. Angka oktan premium yang dijual sebagai bahan bakar hanya 98, makin tinggi bilangan oktan, bahan bakar makin tahan untuk tidak terbakar sendiri sehingga menghasilkan kesetabilan proses pembakaran untuk memperoleh daya yang lebih stabil. Proses pembakaran dengan daya yang lebih sempurna akan mengurangi emisi gas karbon monoksida. Campuran bioetanol 3% saja, mampu menurunkan emisi karbon monoksida menjadi hanya 1,35%. Bioetanol dapat juga meningkatkan efisiensi pembakaran karena mengandung 35 % oksigen dan ramah lingkungan karena emisi gas buangnya seperti kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas lain lebih rendah yaitu antara 19-25%. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta). Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman asli Indonesia. Singkong pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda pada awal abad ke-19 dari Amerika Latin. Karena sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol tidak terlalu Bioetanol dari Singkong | 3
  • 7. sulit. Saat ini singkong banyak diekspor ke AS dan Eropa dalam bentuk tapioka. Di negara negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pembuatan alkohol. Tepung tapioka juga digunakan dalam industri lem, kimia dan tekstil. Indonesia adalah penghasil singkong keempat di dunia. Dari luas areal 1,24 juta hektar tahun 2005, produksi singkong Indonesia sebesar 19,5 juta ton. Di dalam negeri, singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan yang memadai bagi si petani. Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong. Dengan langkah ini, harga singkong akan menjadi stabil sehingga memberikan keuntungan yang cukup bagi petani. Masalah krisis energi masa dapan yang terbaharukan pun akan terselesaikan dan membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri energi. Bioetanol dari Singkong | 4
  • 8. Bioetanol dari Singkong | 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bioetanol Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Campuran dari Bioetanol yang mendekati kemurnian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan. Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3- CH2-OH. Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl- (OH)) <– Rumus Bangun
  • 9. Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dengan segala perbandingan. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Bioetanol adalah etanol C2H5OH yang terbuat dari biomassa yang mengandung komponen pati dan selulosa yang biasanya terkandung pada tanaman pertanian seperti tebu,singkong,ubi kayu,dll. Penggunaan bioetanol dimungkinkan sebagai pengganti bahan bakar bensin dikarenakan karakteristik etanol yang mirip dengan bensin. Baik etanol maupun bensin sama-sama memiliki struktur hidrokarbon rantai lurus. Penggunaan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar bensin juga sangat cocok karena bersifat ramah lingkungan. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya bioetanol tidak mengemisikan C netto. Bioetanol dari Singkong | 6 a. Sifat-sifat fisis etanol 1) Rumus molekul : C2H5OH 2) Berat molekul : 46,07 gram / mol 3) Titik didih pada 1 atm : 78,4°C 4) Titik beku : -112°C 5) Bentuk dan warna : cair tidak berwarna b. Sifat-sifat kimia etanol 1) Berbobot molekul rendah sehingga larut dalam air 2) Diperoleh dari fermentasi gula Pembentukan etanol C6H12O6 enzim CH3CH2OH glukosa etanol 3) Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O Pembakaran etanol CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O + energi
  • 10. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mangandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: Bioetanol dari Singkong | 7 a) Bahan sukrosa Bahan - bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nira, tebu, nira nipati, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete. b) Bahan berpati Proses pemutusan pati oleh amilase. Bahan - bahan yang termasuk kelompok ini adalah bahan - bahan yang mengandung pati atau karbohidrat. Bahan - bahan tersbut antara lain tepung – tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain - lain. c) Bahan berselulosa (lignoselulosa) Bahan berselulosa (lignoselulosa) artinya adalah bahan tanaman yang mengandung selulosa (serat), antara lain kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain. Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa merupakan bahan yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini karena adanya lignin yang sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan Bioetanol sebagai bahan bakarnya.. Namun penggunaan bioetanol
  • 11. sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada waktu tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah. Saat ini pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak dunia yang melambung membuat Bioetanol semakin diperhitungkan. Bioetanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar Bioetanol lebih dari 99,5%. Perbandingan Bioetanol pada umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran Bioetanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan Bioetanol. Bioetanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE). Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industry turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang menpunyai grade 90% - 96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus betul – betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100%. Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. Bioetanol dari Singkong | 8
  • 12. Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu. Bioetanol dari Singkong | 9 B. Singkong Tumbuhan ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau cassava. Ubi kayu berasal dari negara amerika latin, atau tepatnya dari Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, serta China. Ketela pohon/ ubi kayu diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (crash crop). Sebagai tanaman perdagangan, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong, etanol, gula cair, sorbitol, MSG, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman pangan, singkong merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Singkong merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya. No. Jenis tanaman Nilai Kalori (kal/ha/hari) 1 Singkong 250 x 103 2 Jagung 200 x 103 3 Beras 176 x 103 4 Sagu 114 x 103 5 Shorgum 110 x 103 Tabel 1. Nilai kalori berbagai tanaman penghasil karbohidrat Selain itu, singkong memiliki potensi yang cukup bagus sebagai tanaman bahan baku etanol.
  • 13. No Jenis Tanaman Hasil Panen(Ton/ha/tahun) Etanol (liter/ha/tahun) 1 Jagung 1-6 400-2.500 2 Singkong 10-50 2.000-7.000 3 Tebu 40-120 3.000-8.500 4 Ubi jalar 10-40 1.200-5.000 5 Sorgum 3-12 1.500-5.000 6 Sorgum manis 20-60 2.000-6.000 7 Kentang 10-35 1.000-4.500 8 Bit 20-100 3.000-8.000 Tabel 2. Potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol Tabel 2 menunjukkan bahwa tebu sebagai tanaman penghasil etanol dengan produktifitas tertinggi dan disusul oleh singkong. Bit tidak dipertimbangkan karena tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia sehingga tidak ekonomis. Keunggulan singkong dibanding tebu adalah masa panen singkong relatif lebih singkat dan biaya produksi lebih murah. Sistematika tanaman ketela pohon / ubi kayu adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilissima Pohl. Bioetanol dari Singkong | 10
  • 14. Gambar 1. Tanaman ubi kayu Ubi kayu sebagai bahan baku sumber energi alternatif memiliki kadar karbohidrat sekitar 32-35% dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi tepung. Tanaman ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol dapat tumbuh di lahan yang kurang subur serta masa panennya tidak tergantung pada musim sehingga panennya dapat berlangsung sepanjang tahun. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ubi kayu merupakan bahan baku yang potensial untuk pembuatan bioetanol. Brazil merupakan pusat asal sekaligus pusat keragaman singkong. Singkong tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 18oC dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun. Produktifitas singkong di tingkat petani adalah 14,3- 18,8 ton/ha, walaupun data dari pusat penelitian melaporkan bahwa produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha. Singkong sebagai bahan Fuel Grade Ethanol (FGE) disarankan varietas yang memiliki sifat sebagai berikut : berkadar pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol mempunyai kelebihan yaitu dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur, mempunyai daya tahan tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur masa panennya. Ubi kayu mempunyai kadar karbohidrat sekitar 32 – 35 % yang sebagian besar adalah pati yaitu sekitar 83,8%. Penggunaan ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol selama ini lebih banyak hanya memanfaatkan kandungan patinya, sedangkan komponen-komponen lain seperti selulosa dan hemiselulosa yang juga mempunyai potensi menghasilkan bioetanol belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini disebabkan dalam proses hidrolisisnya hanya menggunakan enzim-enzim amilolitik yang hanya mampu menghidrolisis fraksi pati. Bioetanol dari Singkong | 11 C. Keunggulan Etanol dibandingkan Bensin
  • 15. Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya; (2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan hidrokarbon yang tidak terbakar, serta unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi ataupun pembawa energi yang lebih terjamin keberlanjutannya dan lebih ramah lingkungan. Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di AS dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia. Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional. Terdapat beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan penggunaan etanol pada mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun setelah ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah dari Bioetanol dari Singkong | 12
  • 16. pada research octane. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40%, tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%. Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol% (dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol%), pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara dan bensin, yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki panas penguapan yang tinggi, yakni 842 kJ/kg. Tingginya panas penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan bensin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran etanol dibandingkan dengan bensin. D. Proses-proses dalam Pembuatan Bioetanol Bioetanol dari Singkong | 13 1. Likuifiasi Proses likuifikasi berarti membuat bahan menjadi cair, atau mencairkan bahan tersebut. Dalam proses ini digunakan bahan tambahan yaitu enzim alfa amilase. Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin). Amilase merupakan enzim yang memecah pati atau glikogen dimana senyawa ini banyak terdapat dalam hasil tanaman dan hewan. Amilase dapat dibedakan menjadi 3 golongan enzim :  α- Amilase yaitu enzim yang memecah pati secara acak dari tengah atau bagian dalam molekul.  β- Amilase yaitu enzim yang memecah unit-unit gula dari molekul pati.  Glukoamilase yaitu Enzim yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non pereduksi substrat.
  • 17. Dalam penelitian ini, digunakan enzim α-amilase. Enzim α-amilase adalah salah satu enzim pemecah pati, Enzim α-amilase menghidrolisis ikatan alpha 1,4 glikosida baik pada amilosa maupun amilopektin secara acak. Karena pengaruh aktifitasnya, pati terputus-putus menjadi dekstrin dengan rantai sepanjang 6-10 unit glukosa. Jika waktu reaksi diperpanjang, dekstrin tersebut dapat dipotong-potong lagi menjadi campuran antara glukosa, maltosa, dan ikatan lain yang lebih panjang. Hidrolisis amilosa oleh α- amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak, sangat cepat dan diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses degradasi yang relatif lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir, dimulai dari ujung pereduksi secara teratur (Winarno ,1983). Kerja α- amilase pada molekul amilopektin akan menghasilkan glukosa dan oligosakarida (Winarno, 1983). Enzim α-amilase yang diperoleh dari mikroba umumnya stabil pada pH 5,5 -8,0 dan suhu optimumnya bervariasi bergantung pada sumber enzim tersebut. Penggunaan α-amilase dalam proses hidrolisa pati sering juga disebut likuifikasi, karena adanya penurunan viskositas dengan cepat, dan kecepatannya dapat bervariasi untuk berbagai substrat. Enzim α-amilase dapat diisolasi dari berbagai sumber mikroorganisme seperti Aspergilus oryzae, Aspergilus niger, Bacillus substilis, Endomycopsis fibuligira, dan sebagainya. Khusus α-amilase dari Bacillus substilis, merupakan sumber terpenting dalam proses likuifikasi di industri, karena α-amilase dari mikroorganisme ini mampu bereaksi pada temperatur yang tinggi diatas temperatur gelatinisasi dari granula pati. Dalam hidrolisa pati, α-amilase menghasilkan dekstrin yang merupakan substrat untuk tahap selanjutnya,. Bioetanol dari Singkong | 14 2. Sakarifikasi
  • 18. Proses sakarifikasi maksudnya ialah proses pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana. Pemecahan gula kompeks ini dengan bantuan enzim glukoamilase yaitu enzim yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non pereduksi substrat. Ragi tidak dapat langsung memfermentasikan pati. Oleh karena itu diperlukan tahap sakarifikasi, yakni perubahan pati menjadi maltose atau glukosa dengan menggunakan enzim atau asam. Dengan memanfaatkan enzim pengurai pati dari mikroorganisme, konversi pati untuk menghasilkan maltose dan dekstrin yang tidak terfermentasi terjadi karena hidrolisis enzimatis. Komposisi kimia dari pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer dari glukosa yang merupakan rantai lurus dan secara kuantitatif amilosa dapat dihidrolisis menghasilkan maltose sedangkan amilopektin hanya akan terhidrolisis sebagian. Pati jagung yang disakarifikasi akan menghasilkan 80% maltose dari total pati dan sisanya disebut limit dekstrin. Bioetanol dari Singkong | 15 3. Fermentasi Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi ethanol/bio-ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alcohol. Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol dan gas CO2 secara cepat dan efisien.
  • 19. Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme uniseluler yang bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme. Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula, diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, maltosa dan maltotriosa. Saccharomyces cerevisiae merupakan mikrobia yang paling banyak digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 oC. Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian reaksi yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi serangkaian reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energy serta serangkaian reaksi lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi. Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi karena mikroba tersebut memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi alcohol atau asam. Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila fermentasi tersebut digunakan bahan baku gula (molases), proses pembuatan ethanol dapat lebih cepat. Pembuatan ethanol dari molases tersebut juga mempunyai keuntungan lain, yaitu memerlukan bak fermentasi yang lebih kecil. Ethanol yang dihasilkan proses fermentasi tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkannya dari zat-zat yang tidak diperlukan. Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah: Bioetanol dari Singkong | 16
  • 20. Perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae. C6H12O6 Sacch aromyces cereviseae 2C2H5OH + 2CO2 (6) Glukosaenzim zimosa etanol Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih mengandung gas-gas antara lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang perlu dibersihkan. Gas CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol yang berkualitas baik, ethanol/bio-ethanol tersebut harus dibersihkan dari gas tersebut. Proses pembersihan (washing) CO2 dilakukan dengan menyaring ethanol/bio-ethanol yang terikat oleh CO2, sehingga dapat diperoleh ethanol/bio-ethanol yang bersih dari gas CO2). Kadar ethanol/bio-ethanol yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10 persen saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar alkohol 95 persen diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi. Agar dapat mencapai kemurnian diatas 95% , maka alkohol hasil fermentasi harus melalui proses destilasi. Bioetanol dari Singkong | 17 4. Destilasi Distilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan kembali, yang dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke dalam fraksi – faraksinya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada umumnya, pemisahan hasil fermentasi glukosa/dektrosa menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari komponen – komponen tertentu yang mudah tercampur. Sebagaimana disebutkan diatas, untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40% tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air
  • 21. dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali. Kadar etanol hasil fermentasi tidak dapat mencapai level diatas 18 hingga 21 persen, sebab etanol dengan kadar tesebut bersifat toxic terhadap ragi yang memproduksi etanol tersebut sehingga untuk memperoleh etanol dengan kadar yang lebih tinggi perlu dilakukan destilasi. Destilasi adalah proses pemanasan yang memisahkan etanol dan beberapa komponen cair lain dari substrat fermentasi sehingga diperoleh kadar etanol yang lebih tinggi. Tujuan proses destilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol-air. Titik didih etanol adalah 780C dan titik didih air adalah 100 oC sehingga dengan pemanasan pada suhu 780C dengan metode destilasi maka etanol dapat dipisahkan dari campuran etanol-air. Konsentrasi maksimum etanol yang dapat diperoleh dengan cara destilasi biasa adalah 96%. Etanol anhidrat (99,5%-100%) dapat diperoleh dengan menggunakan metode destilasi azeotrop menggunakan benzen. E. Alat-alat yang diguanakan dalam Pembuatan Bioetanol Fungsi peralatan yang digunakan dalam industri etanol  mesin penggiling. berfungsi untuk menghaluskan bahan baku. dapat dibeli Bioetanol dari Singkong | 18 ditoko penjual alat-alat industri.
  • 22.  tangki pemasak. berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku sebelum dimasukan ke alat penukar panas (heat exchanger). dapat dibuat dari drum bekas. Gambar 3. Tangki pemasak & tempat terjadinya hidrolisis  alat penukar panas. berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat proses sakarifikasi) lebih cepat. dapat dibuat dari stainless steel  tanki fermentasi. berfungsi untuk menghasilkan etanol kadar 6-12 %. dapat dibuat dari drum bekas maupun tangki stainless steel. Bioetanol dari Singkong | 19 Gambar 2. Mesin Penggiling Singkong Gambar 4. Heat Exchanger
  • 23. Gambar 5. Tangki Fermentasi  evaporator. berfungsi untuk menguapkan etanol yang akan dialirkan ke alat destilasi. dibuat dari stainless steel. untuk mengatur temperatur evaporator pada alat ini dipasang termostat (alat pengatur temperatur). Gambar 6. Evaporator  alat destilasi. berfungsi untuk mengkondensasikan uap etanol menjadi etanol cair. dapat dibuat dari drum bekas maupun stainless steel. pipa koil Bioetanol dari Singkong | 20
  • 24. berbentuk spiral (untuk membentuknya digunakan alat curving pliers) terbuat dari tembaga. Gambar 7. Alat Destilasi Bioetanol dari Singkong | 21
  • 25. Gambar 7. Penghancuran Singkong Bioetanol dari Singkong | 22 BAB III PEMBAHASAN A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong 1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan ialah ubi kayu (singkong). Singkong yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik. 2. Hidrolisis Hidrolisis merupakan tahap konversi pati menjadi glukosa. Dalam tahap ini terdapat pula dua tahap, yaitu : tahap liquefaction dan tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana). a. Likuifikasi Dalam proses likuifikasi, bahan baku ubi kayu dicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30 persen. Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku singkong dikonversi menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa Amylase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 oC (hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula
  • 26. komplex (dextrin). Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses berubah menjadi lebih cair seperti sup. Gambar 7. Hasil Proses Likuifikasi Bioetanol dari Singkong | 23 b. Sakarifikasi Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana yang dilakukan pada sebuah tabung pada
  • 27. rangkaian peralatan untuk produksi bioethanol. Sakarifikasi melibatkan proses sebagai berikut:  Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi Gambar 8. Hasil Proses Sakarifikasi Bioetanol dari Singkong | 24 bekerja  Pengaturan pH optimum enzim  Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat  Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 oC, sampai proses saccharifikasi selesai. 3. Fermentasi Gambar 9. Tangki Fermentasi
  • 28. Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %. Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 oC selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Dengan kata lain, dari persiapan baku, liquifikasi, sakarifikasi, hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol dan CO2. Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya. Bioetanol dari Singkong | 25 4. Destilasi Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir (beer) dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi bertingkat. Beer mengandung 8 – 10% alkohol. Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbeda nyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C dan etanol mendidih pada sekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan pemisahan campuran etanol air.
  • 29. Gambar 9. Dehidrator Bioetanol dari Singkong | 26 5. Dehidrasi Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut dalam bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol berkadar 99,6-99,8 % atau disebut ethanol kering. Untuk pemurnian ethanol 95 % diperlukan proses dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan beberapa cara,antara lain : 1. Cara Kimia dengan menggunakan batu gamping 2. Cara Fisika ditempuh melalui proses penyerapan menggunakan Zeolit Sintetis. Hasil dehidrasi berupa ethanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak digunakan sebagai bahan bakar motor sesuai standar Pertamina. Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini disebut Dehidrator. B. Langkah-langkah dalam Pembuatan Bioetanol Dalam pembuatan bioetanol dari singkong, langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Singkong sebagai bahan baku dikupas terlebih dahulu dan digiling/dihancurkan sehingga ukurannya mengecil. 2. Singkong masuk ke tahap pemasakan yaitu likuifikasi. Bahan baku ditambah air, dipanaskan pada suhu 90-95 oC. Selama pemanasan
  • 30. ditambah enzim alpha amilase yang bekerja memecah struktur tepung secara kimia menjadi gula kompleks. Pada kondisi ini bahan akan mengalami gelatinasi (mengental seperti jelly). Proses ini selesai dengan ditandai bahan tadi menjadi cair seperti sup. 3. Sakarifikasi, setelah di dinginkan dari likuifikasi hingga suhu 60 oC, lalu di tambah enzim gluko amilase yaitu pemecahan gula kompleks menjadi sederhana 4. Kemudian tahap fermentasi, untuk mengkonversi gula menjadi etanol dan CO2. Fermentasi dilakukan dengan mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 oC 5. Kemudian masuk ke tahap pemisahan, destilasi untuk memisahkan etanol dalam cairan hasil fermentasi. Dalam proses distilasi, pada suhu 78 derajat celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap lebih dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap ethanol didalam distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan ethanol. Lalu diperoleh kadar etanol sebesar 10 %. 6. Dehidrasi, tahapan ini dilakukan agar kandungan air didalam produknya berkurang. Tahapan ini dapat dilakukan dengan katalis yaitu zeolite sintesis. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat kecil, dan dapat menyerap air. Dan kadar etanol yang diperoleh setelah melalui tahap ini sebesar 99,7 %. Bioetanol dari Singkong | 27 C. Hasil Samping Pengolahan Bioetanol Akhir proses penyulingan (distilasi) ethanol menghasilkan limbah padat (sludge) dan cair (vinase). Untuk meminimalisir efek terhadap pencemaran lingkungan, limbah padat dengan proses tertentu dirubah menjadi pupuk kalium,bahan pembuatan biogas,kompos,bahan dasar obat nyamuk bakar dan pakan ternak. Sedangkan limbah cair diproses menjadi pupuk cair. Dengan
  • 31. demikian produsen bioethanol tidak perlu khawatir tentang isu berkaitan dengan dampak lingkungan. Gambar 10. Limbah Padat Gambar 11. Limbah Cair Bioetanol dari Singkong | 28
  • 32. Bioetanol dari Singkong | 29 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong dan lain-lain. Cara membuat bioetanol dengan proses penggilingan bahan baku, proses likuifikasi, sakarifikasi, fermentasi, destilasi dan dehidrasi.
  • 33. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Apa itu Bioetanol. http://www.nusantara-agro-industri.com. Bioetanol dari Singkong | 30 Diakses tanggal 15 Januari 2013. Anonim. 2008. Bioetanol Bahan baku Singkong. The Largest Aceh Community.Aceh. Anonim. 2009. Bioetanol Bahan Baku Singkong. http:// www.acehforum.or.id. diakses tanggal 15 Januari 2013 Khairani, Rini. 2007. Tanaman Jagung Sebagai Bahan Bio-fuel. http://www.macklintmip-unpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. diakses tanggal 15 Januari 2013 Mursyidin, D. 2007. Ubi Kayu dan Bahan Bakar Terbarukan. http://www.banjarmasin.net/pedoman%Bahan%bakar%berbarukan. Diakses tanggal 15 Januari 2013 Prihandana. 2007. Bioetanol Ubi kayu Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia.Jakarta. Rismunandar. 1990. Bertanam Singkong. C.V. Sinar Baru. Bandung.