Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang koordinasi yang perlu dilakukan sekolah dalam pelaksanaan Manajemen Mutu Berbasis Sekolah (MBS), termasuk manfaat, jenis, dan contoh koordinasi kelas menggunakan sistem MBS.
1. Koordinasi
Manajemen mutu berbasis sekolah
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang di tugaskan oleh :
Bapak Dr. Rais Hidayat, M.Pd
Disusun oleh :
Dwi Tresna Sarasa
037117124
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2018
2. i
Kata pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat meyelesaikan penyusunan makalah
MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada
1. Dr Rais Hidayat S.pd , M.pd
2. Teman-teman yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik
dalam bentuk moril maupun moral.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran untuk penyempurna makalah ini.
Bogor, 15 september 2017
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Koordinasi dalam MBS.............................................................................. 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 8
B. Saran...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
MBS sebagai model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih
besar terhadap sekolah, memberikan fleksibilitas, dan mendorong partisipasi stakeholder
secara langsung untuk meningkatkan mutu sekolah yang akan menciptakan keterbukaan,
kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. MBS dipahami sebagai
salah satu alternative untuk mengelola struktur penyelenggaraan pendidikan yang
menempatkan sekolah sebagai unit utama peningkatan. MBS juga merupakan cara untuk
meningkatkan motivasi kepala sekolah agar tanggung jawab terhadap mutu peserta didik.
Untuk itu, kepala sekolah sebagai pemimpin sebaiknya mengembangkan program
pendidikan secara menyeluruh dalam melayani segala kebutuhan peserta didik.
Kepemimpinan sekolah yang kuat adalah kepemimpinan yang efektif, tangguh, mampu
menggunakan fakta, menciptakan visi, memotivasi orang, memberdayakan stafnya,
mampu memimpin dan memiliki keahlian dalam arti sebenarnya.
Dalam pelaksanaan MBS, tidak hanya factor kepemimpinan yang diperhatikan,
tetapi ada koordinasi dan komunikasi yang harus selalu terjalin di antara stakeholder yang
terkait dengan sekolah. Sekolah yang melaksanakan MBS juga perlu di evaluasi dan di
supervise untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang telah dicapai. Partisipasi
masyarakat dalam berbagai bidang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan MBS. Yang
perlu di monitor dan dievaluasi dalam MBS adalah konteks atau eksternal lsekolah yang
berupa tuntutan dan dukungan, yang di dalamnya ada evaluasi kebutuhan, input, proses,
output, dan outcome. Indicator keberhasilan MBS ditentukan oleh kualitas pendidikan,
pemerataan pendidikan, efektivitas dan efisiensi pendidikan, dan tata pengelolaan sekolah
yang baik.
5. 2
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai organisasi MBS dengan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana koordinasi dalam MBS ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui koordinasi yang harus dilakukan sekolah dalam implementasi MBS
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOORDINASI DALAM MBS
1. Koordinasi dalam MBS
Coordination, berasal dari bahasa latin cum, artinya berbeda-beda, sedangkan ordinare,
artinya penyusunan/penempatan sesuatu pada keharusannya. Dalam MBS koordinasi
berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbeda – beda pada keharusan
tertentu sesuai aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui
proses yang tidak membosankan. Pada hakekatnya, koordinasi merupakan proses
penyatupaduan kegiatan yang dilakukan pegawai di berbagai satuan lembaga sehingga
dapat berjalan selaras dan serasi. 1Handayaningrat (dalam Mulyasa,2009:133)
mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut :
a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan
b. Koordinasi adalah kerja sama
c. Koordinasi merupakan proses yang terus menerus (continue process)
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur
e. Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi
f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama
Ada lima prinsip utama yang harus diperhatikan agar koordinasi berjalan lancar, antara
lain :
1. koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal
2. menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama
3. koordinasi merupakan proses yang terus menerus dan berkesinambungan
4. koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan
5. serta perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan
secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.2
1 Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya
2 Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. 4
a. Manfaat koordinasi dalam MBS
1) Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisahkan satu sama lain antara
pengawas, kepala sekolah, guru, dan para petugas/personalia di sekolah.
2) Menghindarkan perasaan / pendapat bahwa dirinya / jabatannya merupakan paling
penting.
3) Mengurangi / menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar sekolah /
antar pejabat dan pelaksana.
4) Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
5) Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu yang memakan waktu lama.
6) Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pekerjaan sesuatu kegiatan oleh
sekolah.
7) Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu program oleh
sekolah / kekosongan pekerjaan tugas oleh kepala sekolah.
8) Menumbuhkan kesadaran kepala sekolah untuk saling memberikan bantuan satu sama
lain terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah yang sama.
9) Menumbuhkan kesadaran kepala sekolah untuk saling memberi tahu masalah yang
dihadapi bersama dan bekerja sama dalam memecahkannya.
10) Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para kepala sekolah/guru.
11) Menjamin adanya kesatuan kebijaksanaan diantara kepala sekolah dalam wilayah
tertentu.
12) Menjamin adanya kesatuan sikap diantara kepala sekolah.
Manfaat utama koordinasi yaitu, menumbuhkan sikap egaliter serta meningkatkan rasa
kesatuan dan persatuan diantara kepala sekolah maupun guru dengan tetap menghargai
kewajiban dan wewenang masing-masing.
3 Rokhmaniyah. 2008. Kompetensi Supervisi Manajerial. Direktorat Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional.
8. 5
b. Macam – macam koordinasi
Handayaningrat mengemukakan koordinasi berdasarkan hubungan antara pejabat yang
mengkoordinasi dan pejabat yang dikoordinasi, sebagai berikut:
1) Koordinasi intern
a) Koordinasi vertical / structural : antara yang mengkoordinasi dengan yang
dikoordinasi terdapat hubungan hierarkis, satu dengan yang lain berada pada satu
garis komando (line of command).
b) Koordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional : kedudukan yang
mengkoordinasi dengan yang dikoordinasi setingkat eselonnya.
c) Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi fungsional : yanh memhkoordinasi
menpunyai kedudukan lebih tinggi eselonnya disbanding yang di koordinasi,
tetapi satu sama lain tidak berada pada satu garis komando.
2) Koordinasi ekstern
Termasuk dalam koordinasi fungsional, bersifat horizontal dan diagonal.
Siagian mengelompokkan koordinasi sebagai berikut :
a) koordinasi menjadi atasan dengan bawahan yang disebut koordinasi vertical
b) koordinasi diantara sesame pejabat yang setingkat dengan instansi
c) koordinasi fungsional : koordinasi antar instansi, tiap instansi mempunyai tugas dan
fungsi dalam suatu bidang tertentu.
Hakekatnya koordinasi dilakukan secara formal, yaitu upaya impersonal dengan
membuat peraturan dan mengangkat pejabat, serta secara informal, yaitu pembicaraan
dan konsultasi. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan pendekatan proses dan
pendekatan tugas (koordinasi mencakup seluruh program pengelolaan terhadap setiap
subjek, objek dan bidang garapan sekolah).
9. 6
DIAGRAM PERKEMBANGAN JUMLAH KOORDINASI ROMBONGAN BELAJAR DITINGKAT MA-SMK-SMA DI
INDONESIA PADA TAHUN 2012-2014
MA SMK SMU
Series 1 542 211 420 0
Series 2 542 284 400
Series 3 434 188 404
0
100
200
300
400
500
600
11. 8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam MBS koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang
berbeda – beda pada keharusan tertentu sesuai aturan yang berlaku untuk mencapai
tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak membosankan. Pada hakekatnya,
koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang dilakukan pegawai di
berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi.
Komunikasi harus dilakukan oleh pihak sekolah. Komunikasi tersebut biasa bisa bersifat
intern, antara personil sekolah secara ekstern, antara sekolah dengan orang tua peserta
didik dengan masyarakat. Tujuan komunikasi adalah dapat menjadikan pemecah masalah
yang dihadapi seputar proses belajar mengajar dan persoalan kebutuhan sekolah. Hal ini
terjadi karena kerjasama saling support dari berbagai komponen.
Secara etimologi kata super dan visi mengandung arti melihat dan meninjau dari atas
atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas,
kreativitas dan kinerja bawahan. Istilah yang hampir sama dengan supervisi, yaitu
pengawasan.
Dalam Carter Good’s dictionary of Education (dalam Mulyasa,2009:155), supervisi
adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga
kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi
tujuan –tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi
pengajaran.
12. 9
B. SARAN
1. Agar koordinasi berjalan maksimal, maka perlu ditingkatkan rasa kesatuan dan persatuan
di antara kepala sekolah maupun guru-guru dengan tetap menghargai kewajiban dan
wewenang masing-masing sehingga dapat menjalankan peranan secara efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan sekolah secara menyeluruh.
2. Agar terjadinya proses kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu
dijalin komunikasi yang baik sesuai dengan MBS.
13. 10
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya
Rokhmaniyah. 2008. Kompetensi Supervisi Manajerial. Direktorat Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional.
http://prastutikartikasari.blogspot.co.id/2011/03/makalah-manajemen-berbasis-
sekolah.html?m=1