si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf
Próximos SlideShares
Si pi, siti nur rohadatul 'aisy, hapzi ali, konsep dasar pengendalian interna...Si pi, siti nur rohadatul 'aisy, hapzi ali, konsep dasar pengendalian interna...
Carregando em ... 3
1 de 10

Mais conteúdo relacionado

Apresentações para você(20)

Similar a si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf(20)

si pi, dwi rintani, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal, universitas mercu buana, 2017.pdf

  1. KONSEP DASAR PENGENDALIAN INTERNAL Makalah Untuk memenuhi Tugas SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL Jurusan Magister Akuntansi Disusun oleh: Dwi Rintani (55516120022) Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017
  2. Hubungan atau pengaruh Sistem Informasi pada suatu perusahaan terhadap Pengendalian Internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Management (GCG). Salah satu acuan yang digunakan dalam menerapkan GCG di Indonesia adalah Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG). Dalam merumuskan kebijakan mengenai corporate governance, KNKCG memperoleh masukan dari Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). FCGI saat ini beranggotakan 10 (sepuluh) asosiasi bisnis dan profesi. Di lingkungan BUMN, acuan yang digunakan dalam menerapkan GCG adalah surat keputusan Menteri Negara BUMN nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002. Definisi GCG menurut surat keputusan tersebut adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap mempertahankan kepentingan stakeholder lainnya, dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Dalam surat keputusan Menteri Negara BUMN tersebut ditetapkan lima prinsip GCG sebagai aturan dasar (norma kepatutan) yang harus ditaati dalam pengelolaan perusahaan dan pelaporannya. Kelima prinsip GCG tersebut adalah: a. Transparansi (Transparency) b. Kemandirian (Independency) c. Akuntabilitas (Accountability) d. Pertanggungjawaban (Responsibility) e. Keadilan/Kewajaran (Fairness) Prinsip Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip Kemandirian (Independent), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Prinsip Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat.
  3. Prinsip Keadilan/Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Aspek Penerapan GCG Aspek yang terkait dengan penerapan GCG meliputi: a. Komitmen terhadap GCG b. Organ Utama GCG, yaitu: • RUPS • Komisaris • Direksi • Pemegang Saham c. Organ Pendukung, yaitu: • Komite Audit • Komite Komisaris lainnya (jika dibentuk) • Auditor Eksternal • Auditor Internal • Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) d. Pengelolaan hubungan dengan Stakeholder lainnya, yaitu hubungan dengan pihak luar seperti: • Pemerintah • Pelanggan/Konsumen • Pemasok • Karyawan • Masyarakat • Investor dan calon Investor Tujuan Penerapan GCG Penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk: a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional; b. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan dan efisien, serta memberdayakanfungsi dan meningkatkan kemandirian Organ; c. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN; d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; e. Meningkatkan iklim investasi nasional; f. Mensukseskan program privatisasi.
  4. Internal Control Berbasis Coso 1. Internal Control Berbasis COSO merupakan sistem pengendalian intern yang dirancang mampu mengelola risiko-risiko bisnis secara terintegrasi. Dalam surat keputusan Menteri Negara BUMN nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002, sistem pengendalian intern tersebut mencakup: Lingkungan Pengendalian, Pengkajian dan Pengelolaan Risiko Usaha, Aktvitas Pengendalian, Sistem Informasi dan Komunikasi dan Monitoring. 2. Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian intern dirancang dengan tujuan: a. Untuk menilai eketivitas dan efisiensi operasi b. Untuk menilai keandalan (dapat dipercayainya) laporan keuangan c. Untuk menilai ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku 3. Komponen Pengendalian Intern Unsur-unsur (komponen) pengendalian intern saat ini tidak lagi sekedar dipandang sebagai perangkat saja yang teterdiri dari delapan unsur (organisasi, kebijakan, perencanaan, personalia, prosedur, pencatatan, pelaporan dan pengawasan intern), melainkan juga pentingnya penekanan pada pengelompokan area pengendalian yang terdiri dari: a. Lingkungan pengendalain (control environment) b. Pengkajian risiko (risk assessment) c. Aktivitas pengendalian (control activity) d. Informasi dan komunikasi (information and communication) e. Pemantauan (monitoring) Lingkungan pengendalain (control environment) Lingkungan pengendalian adalah habitat tempat tumbuhnya pengendalian, yaitu faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur paling dominan dalam lingkungan pengendalian adalah sumber daya manusia yang melakukan pengendalian. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern adalah sebagai berikut: a. Integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi karyawan; b. Filosofi dan gaya manajemen; c. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggungjawabnya; d. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia; e. Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi.
  5. Pengkajian risiko (risk assessment) Pengkajian risiko (risk assessment) yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha relevan. Proses pengelolaan risiko meliputi serangkaian kegiatan yang terdiri dari: a. Penentuan tujuan/filosofi risiko b. Identifikasi risiko dan pembuatan peta risiko untuk memperoleh prifil risiko c. Kuantifikasi, pengukuran risiko dan penentuan toleransi terhadap risiko d. Penyusunan prioritas untuk menentukan pengendalian yang diperlukan. e. Menentukan pengendalian intern dan tindakan yang diambil untuk mengoptimalkan penanganan risiko f. Penentuan kebijakan manajemen risiko g. Mekanisme, sistem dan prosedur terinci dari pengelolaan risiko harus dibuat sebagai panduan bagi satuan kerja/divisi dan unit terkait dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari Tiga kategori utama risiko: a. Risiko pada tingkat Strategis b. Risiko pada tingkat Operasional c. Risiko Keuangan Organisasi manajemen risiko: a. Komite manajemen risiko di tingkat Komisaris b. Satuan kerja/divisi pelaksana manajemen risiko c. Satuan Pengawasan Intern d. Fungsi Pengendalian pada unit bisnis Aktivitas pengendalian (control activity) Aktivitas pengendalian (control activity) merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan pengamanan terhadap aset perusahaan. Informasi dan komunikasi (information and communication) Unsur yang berkaitan dengan kualitas informasi dan komunikasi antara lain mencakup: a. Identifikasi, pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi dalam bentuk dan pada waktu yang tepat b. Akses terhadap informasi baik internal maupun eksternal tidak dibatasi
  6. c. Arus informasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan pengendalian Pemantauan (monitoring) Pemantauan (monitoring) atas efektivitas pengendalian intern harus dilaksanakan sedemikian rupa dan berlangsung secara terus menerus sehingga penurunan (deficiency) efektivitas pengendalian intern dapat segera dikenali, diatasi dan dilaporkan. Bentuk kegiatan pemantauan dapat berupa: • On going monitoring. Yaitu pemantauan yang berkesinambungan yang melekat dengan proses kegiatan, misalnya keluhan karyawan, pelanggan, dan komentar pihak ketiga atas pelayanan perusahaan juga kegiatan-kegiatan inspeksi yang dilakukan oleh manajemen. • Separate Evaluation. Yaitu pemantauan yang dilakukan secara periodik yang merupakan tugas Satuan Pengawasan Intern dan Akuntan Publik. Dalam gambar balok tersebut di bawah ini membantu menjelaskan bahwa tujuan pengendalian intern (digambarkan dalam tiga lajur bagian atas balok), komponen pengendalian intern (digambarkan pada sisi depan balok) dan struktur proses bisnis yang terdiri dari unit bisnis dan aktivitas (digambarkan pada sisi sebelah kanan balok) merupakan matrix yang saling berkaitan secara tersetruktur. Matrix tersebut dapat dijadikan pola dalam melaksanakan kegiatan pengkajian risiko dan evaluasi pengendalian intern. Contoh Kerentanan dan penyalahgunaan Sistem Informasi & Pengendalian Internal Penyalahgunaan sistem informasi kerap terjadi didalam perusahaan tempat saya bekerja. Apalagi dunia perbankan adalah tempat terjadinya resiko. Yang paling sering terjadi adalah penyalahgunaan user dan password aplikasi (sistem informasi yang ada diperusahaan). Sharing password merupakan hal yang fatal karena setiap user memiliki tanggung jawab sesuai dengan jabatan yang melekat. Setiap user aplikasi memiliki resiko atas penggunaannya. Contohnya adalah user teller untuk penarikan uang nasabah harus mendapat otorisasi dari supervisor sesui limit yang dimiliki. Semakin besar transaksi yang dilakukan nasabah maka si pengambil keputusan pun semakin tinggi jabatan. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan, prosedur dan aturan yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pengendalian telah dicapai dan respon risiko di lakukan. Hal tersebut adalah tanggung jawab manajemen untuk mengembangkan sebuah system yang aman dan di kendalikan dengan tepat. Manajemen harus memastikan bahwa: a. Pengendalian dipilih dan dikembangkan untung membantu dan mengurangi risiko hingga level yang dapat di terima.
  7. b. Pengendalian umum yang sesuai di pilih dan di kembangkan melalui teknologi. c. Aktivitas pengendalian diimplementasikan dan dijalankan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan yang telah di tentukan. Pengendalian akan jauh lebuh efektif ketika pengendalian di jalankan sejak sistem dibangun, daripada sesudah dibangun. Akibatnya manager perlu melibatkan analis system, desainer, dan pengguna akhir ketika mendisain system pengendalian berbasis komputer. Hal yang penting bahwa aktivitas pengendalian tetap berjalan selama musim libur akhir tahun, karena jumlah penipuan komputer yang tidak proporsional dan perampokan keamanan yang di lakukan pada waktu tersebut. Prosedur pengendalian dilakukan dalam kategori berikut: 1. Otoritas Transaksi Dan Aktivitas Yang Tepat Oleh karna manajemen kekurangan waktu dan sumber daya untuk mengawasi setiap aktifitas dan keputusan perusahaan. Ia menetapkan kebijakan kepada pegawai untuk diikuti dan kemudian memperdayakan mereka. Pemberdayaan ini di sebut otoritas, yang merupakan prosedur pengendalian penting, otoritas sering didokumentasikan dengan tandatangan, penginisialisasian dan memasukan sebuah kode otoritasi pada sebuah dokumen atau catatan. 2. Pemisah Tugas Pengendalian internal yang baik mensyarakan tidak ada satu pawaipun diberi tanggungjawab yang terlalu banyak atas transaksi atau bisnis. Seorang pegawai tidak boleh berada diposisi untuk melakuakan dan menyamarkan penipuan. Pemisahan tugas dibahas dalam dua sesi yang berbeda: a. Pemusahan tugas akuntansi  Otoritas  Pencatatan  Penyimpanan b. Pemisahan tugas system  Administrator system  Manajemen jaringan  Manajemen keamanan  Manajemen perubahan,  Pengguna  Analisis system  Pemrograman  Operasi computer  Perpustakaan system informasi  Pengendalian data 3. Pengembangan proyek dan pengendalian akuisisi Memiliki metodologi merupakan hal penting untuk mengatur pengambangan, akuisisi, implementasi dan memelihara system informasi. Metodologi harus mengandung pengendalian yang tepat untuk persetujuan manajemen. Pengandalian pengambangan system yang openting meliputi hal hal berikut:
  8. a. Sebuah komite pengarahan, b. Sebuah rencana induk strategis, c. Sebuah rencana pengembangan proyek, d. Sebuah jadwal pengelolaan data, e. Pengukuran kinerja system, f. Sebuah tujuan paska implementasi, 4. Mengubah pengendalian manajemen Organisasi memodifikasi system yang berjalan untuk merefleksikan praktik praktik bisnis baru dan untuk memanfaatkan penggunaan TI. Mereka yang bertugas untuk perubahan harus memastikan bahwa mereka tidak memperkenalkan kesalahan sehingga memfasilitasi penipuan. 5. Mendesain dan menggunakan dokumen dan catatan Desain dan penggunaan dokumen elektronik dan kertas yang sesuai dapat membantu memastikan pencatatan yang akurat serta lengkap dari seluruh data transaksi yang relefan. Bentuk dan isinya harus sesederhana mungkin , memin imalkan kesalahan, dan memfasilitasi tinjauan dan ferifikasi. Dokumen yang mengawali sebuah transaksi harus menyediakan ruang untuk otoritasi, mereka mentrasfer aset membutuhkan ruang untuk tanda tangan pihak penerimaan, dokumen harus di nomori secara urut sehinnga masing masing dapat di buktikan. 6. Pengamatan aset, catatan, dan data Sebuah perusahaan harus melindungi kas dan aset fisik beserta informasinya, para pegawai merupakan resiko keamanan yang paling besar di bandingkan orang luar, mereka mampu menyembunyikan tindakan illegal dengan lebih baik, karena mereka mengetahui system dengan baik. Para pegawai juga menyebabkan ancaman yang tidak di sengaja. Hal hal tersebut dapat menyebabkan jaringan rusak sehingga tidak berfungsinya perangkat keras dan lunak, serta rusaknya data. 7. Pengecekan kinerja dan independensi Pengecekan kinerja yang independen, dilakukan oleh seseorang, tapi bukan orang yamg melakukan oprasi lainnya, membantu memastikan bahwa transaksi di proses dengan tepat. Pengecekan kinerja yang independen ini meliputi: a. Tujuan tingkat atas, manajemen harus mengawasi hasil perusahaan dan membandingkan kinerja perusahaan secara priodik. b. Tinjauan analisis,sebuah tinjauan analisis adalah sebuah pemeriksaan hubungan antara aset aset data yang berbeda. c. Rekonsiliasi catatan catatan yang di kelola secara independen. Catatan harus di rekonstruksi terhadap dokumen atau catatan dengan saldo yang sama. d. Perbandingan terhadap kuantitas actual dengan jumlah di catat, aset yang signifikan secara priodik di hitung dan rekonsiliasikan terhadap catatan perusahaan. e. Akuntansi double entri, pepatah bahwa debit yang seimbang dengan kredit menyediakan berbagai peluang untuk pengecekan independen. Debit di dalam entri penggajian mungkin bisa di alokasikan ke berbagai nakun persediaan.
  9. f. Tinjauan independen, setelah sebuag transaksi di proses, orang ke dua meninjau pekerjaan orang pertama, mengecek otoritas yang semestinya, menuinjai dokumen pendukung, dan mengecek ketetapan harga, kualitas, serta ekstensi. Penetapan Kerangka Kerja Untuk Pengamanan Dan Pengendalian Internal Metode-metode pengawasan kinerja adalah sebagai berikut: 1. Menjalankan Evaluasi Pengendalian Internal Efektivitas pengendalian internal diukur dengan menggunakan evaluasi formal atau evaluasi penilaian diri. Sebuah tim dapat dibentuk untuk melakukan evaluasi, atau hal ini dapat dilakukan dengan pengauditan internal. 2. Implementasi Pengawasan Yang Efektif Pengawasan yang efektif melibatkan melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi kinerja mereka, mengoreksi kesalahan, dan mengawasi pegawai yang memiliki akses terhadap asset. 3. Menggunakan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban System akuntansi pertanggungjawaban meliputi anggaran, kuota, jadwal, biaya standar, dan standar kualitas; perbandingan laporan kinerja aktual dan yang direncanakan; dan prosedur untuk menyelidiki serta mengoreksi varians yang signifikan. 4. Mengawasi Aktivitas Sistem Paket perangkat lunak analisis dan manajemen risiko meninjau ukuran-ukuran keamanan komputer dan jaringan, mendeteksi akses illegal, menguji kelemahan dan kerentanan, melaporkan kelemahan yang ditemukan, dan menyarankan perbaikan.perngkat lunak juga mengawasi dan melawan virus, spyware, adware, spam, phishing, dan e-mail yang tidak pantas. Perangkat lunak memblokir iklan pop-up, mencegah browser dibajak, dan memvalidasi ID penelpon dengan membandingkan suara penelpon dan sebuah cetak suara yang terekam sebelumnya. 5. Melacak Perangkat Lunak Dan Perangkat Bergerak Yang Dibeli Perusahaan harus melakukan audit perangkat lunak secara periodik. Harus ada lisensi yang cukup untuk seluruh pengguna dan pengguna harus diinformasikan mengenai konsekuensi penggunaan perangkat lunak yang tidak berlisensi. Barang- barang yang dilacak adalah perangkat, siapa yang memiliki, tugas apa yang dijalankan, fitur keamanan yang dipasang, dan perangkat lunak apa yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memelihara sistem dan keamanan jaringan yang memadai. 6. Menjalankan Audit Berkala
  10. Para auditor harus menguji pengendalian sistem secara reguler dan menelusuri file penggunaan sistem untuk mencari aktivitas mencurigakan secara periodik. Audit internal menilai keterandalan serta integritas informasi dan operasi keuangan, mengevaluasi efektivitas pengendalian internal, dan menilai kepatuhan pegawai dengan kebijakan dan prosedur manajemen maupun perundangan dan peraturan yang berlaku. 7. Mempekerjakan Petugas Keamanan Komputer dan Chief Cimpliance Officer (CSO). Seorang CSO bertugas atas keamanan system, independen dari fungsi system informasi, dan melapor kepada chief operating officer (COO) atau CEO. 8. Menyewa Spesialis Forensik Para spesialis forensik komputer menemukan, mengekstrasi, mengamankan, dan mendokumentasikan bukti komputer seperti keabsahan, akurasi, dan integrasi bahwa tidak akan menyerah pada tantangan-tantangan hukum. 9. Memasang Perangkat Lunak Deteksi Penipuan Para penipu mengikuti pola-pola yang berbeda dan meninggalkan petunjuk yang dapat dilacak dengan perangkat lunak deteksi penipuan. 10. Mengimplementasikan Hotline Penipuan Sebuah hotline penipuan merupakan cara yang efektif untuk mematuhi hukum dan menyelesaikan konflik. Daftar Referensi http://efhi28.blogspot.co.id/2014/11/pengendalian-dan-sistem-informasi.html https://akangheriyana.wordpress.com/2015/03/28/keterkaitan-antara-implementasi- good-corporate-governance-gcg-dengan-implementasi-internal-control-dan- enterprise-risk-management-erm-berbasis-coso/