Manajemen nutrisi penting bagi pasien penyakit hati dan kanker untuk mencegah malnutrisi. Untuk pasien hati, dietnya harus memenuhi kebutuhan kalori dan protein dengan menghindari alkohol. Pasien lanjut perlu asupan yang memadai untuk mencegah malnutrisi, termasuk asam amino rantai cabang, serat, dan diet rendah natrium. Tujuan nutrisi kanker adalah mempertahankan status gizi, mengurangi kaheksia
2. Objective
O Mengetahui tujuan diet
O Pemberian makanan bagi penderita
penyakit hati
O Pemberian makanan bagi penderita
penyakit kanker
3.
4. Apa fungsi Hati?
O Sebagai Pabrik
O Tempat penyimpanan
O Pembuangan produk sisa
5. Sebagai pabrik
O Protein -untuk aliran darah (albumin)
O Bentuk glikogen -penyimpanan glukosa
untuk energi
O Empedu untuk membantu mencernalemak yang dibutuhkan untuk struktur sel
dan energi
O Kolesterol - dan protein khusus untuk
membawa lemak melalui darah
7. Pembuangan produk sisa
O Amonia - dari pemecahan makanan
protein dan jaringan otot
O Bilirubin - dari pemecahan sel darah
merah
O Narkoba dan Alkohol - dimetabolisme
dalam hati
8. Masalah yang Mempengaruhi
Makan
O Penurunan ruang abdomen akibat asites
O Tertunda pengosongan lambung
O Nafsu makan menurun
O Penyerapan nutrisi yg buruk:
O Produksi empedu menurun = absopsi
lemak rendah
O Diare
O Pembatasan diet berlebihan
O Perubahan status mental / ensefalopati
9. Manajemen Nutrisi
O Indikasi dimulainya penanganan nutrisi :
Pengobatan Dietetik menjadi penting ketika ada
tanda-tanda malnutrisi atau gizi yang adekuat
tidak dapat lagi mungkin didapat menggunakan
cara biasa.
O Tanda-Tanda gizi buruk meliputi:
• Hilangnya massa otot
• Kehilangan jaringan adiposa subkutan
• Peningkatan cairan jaringan (Ascites)
10. O Berat badan dan indeks massa tubuh (IMT)
mungkin dapat terlihat normal karena
hilangnya massa otot dan jaringan adiposa
tertutup oleh akumulasi cairan dalam ascites
atau edema. Oleh karena itu pemeriksaan
fisik tetap diperlukan.
O Nilai laboratorium seperti albumin, prealbumin
atau cholinesterase pun kurang begitu
berguna untuk mendiagnosis gizi buruk,
karena sebelumnya fungsi hatinya juga sudah
menurun.
O Jika tetap ingin mengukur tingkat gizinya
maka ukur massa sel tubuh dengan
bioimpedance assay (BIA)
11. Langkah-langkah dalam
Penanganan diet :
O Mencukupi asupan protein dan jenis
O
O
O
O
O
O
protein yang tepat
Memastikan pasokan energi yang cukup
Peningkatan asupan Serat
Pemberian asam amino rantai cabang
Mengurangi asupan natrium
Pembatasan Cairan
Peningkatan asupan kalium
12. Tujuan penanganan diet:
O Mencegah atau menanggulangi kekurangan gizi
O Meningkatkan fungsi hati
O Menghindari keadaan katabolik (peningkatan
pemecahan protein tubuh), yang dapat memicu
hepatic-encephalopathy*
O Meningkatkan Metabolisme protein, terutama pada
pasien yang membutuhkan pengurangan protein
diet, dengan memberikan peningkatan jumlah
BCAA
O Manajemen pembentukan asites dan edema
dengan diet rendah natrium, restriksi cairan, dan
Ensefalopati Hepatik(EH) adalah suatu sindroma neuropsikiatrik kompleks yang ditandai dengan
penambahan pasokan kalium
gangguan kesadaran dan kelakuan,perubahan kepribadian,gejala neurologik yang berfliktuasi,serta
perubahan nyata dari Electroencephalography(EEG).
13. Chirrosis Hepatis
O Pada pasien ini dilakukan diet tinggi protein dan tinggi kalori untuk
memperbaiki status gizi pasien.
O Pemberian protein pada penderita sirosis disesuaikan dengan
kompikasi keadaan pasien. Kelebihan protein dapat
mengakibatkan peningkatan amonia darah yang berbahaya,
sedangkan kekurangan protein akan menghambat penyembuhan
sel hati.
O Pada sirosis hati terkompensasi diberikan diet tinggi kalori tinggi
protein dengan maksud agar sel-sel hati dapat beregenerasi.
Sedangkan untuk mengontrol tingkat amonia darah digunakan
laktulosa dan atau suatu jenis antibiotik yang bernama neomisin.
O Experts recommend the following protein intakes:
• 1.2 g of protein per kg body weight each day in compensated liver
cirrhosis
• 1.5 g of protein per kg body weight each day in decompensated liver
cirrhosis and malnutrition
15. O Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan
protein otot. Asam amino rantai cabang (AARC) yang
terdiri dari valin, leusin, dan isoleusin digunakan
sebagai sumber energi (kompensasi gangguan
glukosa sebagai sumber energi) dan untuk
metabolisme amonia. Dalam hal ini, otot rangka
berperan sebagai organ hati kedua sehingga
disarankan penderita sirosis hati mempunyai massa
otot yang baik dan bertubuh agak gemuk. Dengan
demikian, diharapkan cadangan energi lebih banyak,
stadium kompensata dapat dipertahankan, dan
penderita tidak mudah jatuh pada keadaan koma.
16. O Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan
diet yang mengandung protein 1 gr/KgBB
dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari
atau 35-40 kcal/kgBB/hari dengan protein
berkisar antara 1,2-1,5 g/kgBB bergantung
pada derajat malnutrisi dan kondisi lain
yang dialami pasien. Dalam preskripsi diet
pasien sirosis hati, tidak ada pembatasan
asupan karbohidrat walaupun pasien
mengalami resistensi insulin
(Tsiaousi, et.al., 2008).
17. Ringkasan
O Tidak ada batasan mutlak dalam diet untuk pasien dengan penyakit
hati dan secara umum mereka harus mengikuti prinsip diet
seimbang, diet sehat. Hal ini penting. Walaupun begitu pasien
dengan penyakit hati harus menghindari alkohol.
O Pasien dengan penyakit hati lanjut (kronis) dirawat sebagaimana
perkembangannya-nya ke arah malnutrisi, yang dapat ditangani
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• asupan Kalori Yang memadai (35-40kkal per kg berat badan sehari)
• protein asupan (1,2-1,5 g per kg berat badan perhari)
• Terutama asam amino rantai cabang (BCAA)
• asupan serat nabati. (simple CH : Complex CH = 1 : 3)
• Lemak ± 20% total energi. Terutama MCT (Medium Chain Tryiglycerides)
• Olahraga teratur untuk menjaga massa otot
• Tambahan suplemen makanan secara enteral
• Low Sodium diet (2000-2400mg sodium/hari atau 5-6 g garam meja/hari)
• Makanan lembut dan tidak mengiritasi
• Vitamin & mineral (termasuk anti-oxidan)
O Konsultasi kepada dokter tetap diperlukan.
19. Introduction
O Kanker terjadi akibat perubahan sel yang
melepaskan diri dari mekanisme pengaturan normal.
Kanker sendiri merupakan istilah yang
menggambarkan keadaan penyakit yang ditandai
dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali
secara normal yaitu multiplikasi dan menyebar.
O Multiplikasi sel merupakan keadaan normal pada
masa pertumbuhan atau proses regenerasi. Akan
tetapi bila faktor yang mengontrol pembelahan sel
tidak lagi berfungsi dengan normal maka keadaan ini
yang disebut penyakit kanker.
20. O Penderita kanker sering disertai adanya
kaheksi yaitu suatu sindroma yang
ditandai dengan gejala klinik berupa
anoreksia, perubahan ambang rasa
kecap, penururnan berat badan, anemia,
gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Keadaan ini
merupakan akibat dari kanker baik lokal
maupun sistemik dan juga merupakan
komplikasi dari obat anti kanker.
21. O Anoreksia adalah hilangnya atau berkurangnya
nafsu makan yang merupakan faktor utama dalam
terjadinya kaheksia pada kanker. Zat metabolit yang
dihasilkan sel kanker menyebababkan anoreksia,
cepat kenyang dan menyebabkan perubahan rasa
kecap. Stres psikologis yang terjadi pada kanker
juga menunjang peranan dalam terjadinya
anoreksia.
O Namun tidak jarang pada penderita yang mendapat
asupan makanan yang adekuat juga mengalami
penurunan berat badan adalah terjadinya
hipermetabolisme pada penderita kanker.
22. O Beberapa pengaruh pengobatan anti
kanker pada status nutrisi:
O Kemoterapi
O Radioterapi
O Pembedahan
23. Tujuan Terapi Nutrisi pd
Penderita Kanker
O 1. Mempertahankan status nutrisi.
2. Mengurangi gejala sindroma kaheksia.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memenuhi kecukupan mikronutrien
O Kebutuhan nutrisi penderita kanker sangat individual dan
berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalanan
penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan.
Kebutuhan energi dan protein penderita kanker belum ada
kesepakatan. Secara umum dianjurkan kebutuhan kalori
dianjurkan 25-35 kal/kg BB/hari, protein 1-1,5 gr/kg BB.
Suplementasi vitamin sesuai kebutuhan terutama bagi yang
tidak dapat mengkonsumsi diit gizi seimbang.
24. Manajemen Nutrisi
O Cara Pemberian :
O Melalui mulut/oral
O Nutrisi enteral/pipa
O Nutrisi parenteral