SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 42
1
BAB I
LATAR BELAKANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas 2003) pasal 14 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk
jalur pendidikan formal adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pada pasal 28 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar. Pada ayat berikutnya disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Salah satu
bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak
(TK). Pada bagian penjelasan ayat tersebut ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini tidak
merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan dasar. Karena itu, walaupun TK berada pada
jalur pendidikan formal, tidak termasuk dalam jenjang pendidikan formal yang diatur pada pasal
14 di atas (Depdiknas, 2003).
Implikasi dari Undang-Undang tersebut adalah pendidikan anak usia dini tidak
merupakan syarat untuk memasuki pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini, khususnya TK,
tidak bersifat wajib. Namun, sebagian besar orang tua yang peduli terhadap perkembangan anak
mempunyai semangat yang tinggi untuk memasukkan anaknya ke TK. Di negara maju seperti
Amerika Serikat, TK merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang diikuti hampir semua
(98%) anak di negara tersebut (Chandler, West, dan Hausken, 1995: 1). Kondisi di Indonesia,
khususnya di daerah perkotaan, tampaknya tidak jauh berbeda dengan kondisi di Amerika
Serikat. Hal ini terbukti sudah sulit mencari siswa SD di perkotaan yang tidak melalui TK.
Harapan dari para orang tua memasukkan anaknya ke TK adalah agar anak dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan dan pertumbuhan anak. Harapan ini
sesuai dengan penjelasan UU Sisdiknas 2003 pasal 28 ayat 3 yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan di TK adalah untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik (Depdiknas, 2003: 11).

2
Perkembangan anak mulai lahir sampai lima atau enam tahun berlangsung sangat cepat
dan pada masa ini perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap, sehingga
menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Pendapat ini sesuai dengan pendapat
Hurlock (1978: 30) yang mengatakan bahwa perkembangan awal anak (masa kanak-kanak) lebih
kritis dibandingkan dengan perkembangan berikutnya. Hal ini disebabkan perkembangan anak
berlangsung secara berkesinambungan, artinya perkembangan suatu tahap akan berpengaruh
terhadap perkembangan tahap berikutnya, dan pola kepribadian anak berkembang menjadi relatif
tetap. Slavin (1994: 73) juga mengatakan hal yang sama, bahwa anak usia antara 3 dan 6 tahun
terjadi perkembangan yang cepat pada semua aspek perkembangan. Usia anak belajar di TK
antara 4 – 6 tahun. Karena saat tersebut merupakan masa yang sangat penting, maka pendidikan
TK menjadi sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Menurut Yeni dan Euis (2010: 35), anak usia 3-4 tahun dapat menciptakan apa pun yang
dia inginkan melalui benda-benda di sekitarnya. Ia dapat menciptakan roket dengan ember
cucian ibunya, mobil bus dengan kursi terbalik, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
pada dasarnya anak telah memiliki jiwa kreatif.
Peran dan tanggung jawab guru TK dalam proses pendidikan sangat besar. Guru dituntut
dapat memberikan bimbingan/pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga
dapat mengoptimalkan perkembangannya. Agar kegiatan belajar yang diberikan di TK sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, beberapa negara bagian di Amerika Serikat, antara lain:
Alabama, Arkansas, Florida, Lousiana, Tennesse, dan Utah, melaksanakan penilaian tentang
kesiapan belajar terhadap anak saat masuk TK. Bahkan di negara bagian Alabama, untuk masuk
TK Negeri dilakukan penilaian terhadap kemampuan membaca awal anak. Data yang diperoleh
digunakan sebagai dasar untuk menyusun kegiatan belajar dan didokumentasikan di tingkat lokal
dan di tingkat negara bagian (Saluja, Scott-Little, dan Clifford, 2000: 8). Hal ini menunjukkan
bahwa mereka sangat memperhatikan kesesuaian kegiatan belajar yang diberikan dengan tingkat
perkembangan anak. Makalah ini akan menguraikan pentingnya bimbingan dan konseling di
pendidikan anak usia dini, dan kami meneliti TK Islam Permata sebagai bahan observasi.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Latar Belakang Perlunya BKS pada PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Dalam Undang-undang (UU) No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah “suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”
(pasal 1, butir 14).
Usia anak sejak lahir sampai usia enam tahun tersebut lebih sering disebut dengan
usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjokan luar biasa
pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Pada ahli menyebutnya
sebagai masa keemasan (golden age). Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut,
setiap anak membutuhkan asupan gizi seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh
kasih saying dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan
kemampuan masing-masing anak. Pemberian rangsangan pendidikan dapat diberikan sejak
anak lahir bahkan sejak anak dalam kandungan. Rangsangan pendidikan ini seharusnya
4
diberikan secara bertahap, berulan, konsisten dan tuntas sehingga memberi daya ubah
(manfaat) bagi anak.
Seiring bertambahnya usia dan perkembangan anak, maka pemberian rangsangan
pendidikan kepada anak hendaknya lebih lengkap, sehingga memerlukan layanan tambahan
pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan maupun lembaga pendidikan anak
usia dini (PAUD). Rangsangan pendidikan yang dilakukan di rumah (home base) maupun
di luar rumah (center base) hendaknya dilakukan selaras dan mendukung sehingga di peroleh
hasil yang optimal.
Rangsangan pendidikan diluar rumah dapat dilakukan sejak ada mulai berusia 6
buan bahkan usia 3 bulan juga sudah dapat diberikan. Namun sayangnya layanan pendidikan
untuk anak usia dini masih terbatas dan jika ada belum tentu semua masyarakat dapat
menjangkaunya baik dari sisi jarak maupun biaya.
Pendidikan anak usia dini atau yang lebih dikenal dengan istilah PAUD, terutama
TK, sejak zaman kolonial hingga abad ini, sangat mementingkan pertumbuhan anak secara
normal dan sempurna. Kesempurnaan tersebut meliputi perkembangan fisik motorik, sosioemosional, kognitif, dan mental spiritual. Lembaga pendidikan anak usia dini pada umumnya
dan TK pada khususnya bertanggung jawab penuh atas perkembangan semua aspek pada
anak didik tersebut.
Disamping itu, sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan,
PAUD pada umumnya dan TK pada khususnya,tidak hanya menekankan berkembangnya
fisik anak semata, melainkan juga harus menumbuhkan kompetensi akademi anak, seperti
membaca, menulis, dan berhitung atau yang lebih dikenal dengan istilah calistung.
Kompetensi tersebut dimaksudkan agar anak siap (secara mental maupun
intelektual) mauk ke jenjang pendidikan di atasnya, yakni sekolah dasar. Bahkan ,gejala yang
akhir-akhir ini marak di kota besar, tepatnya di sekolah-sekolah dasar unggulan, sangat ketat
menyeleksi calon anak didiknya, yakni dengan adu kompetensi di bidang Calistung tersebut.
Atas dasar tuntutan inilah TK harus bertanggung jawab dalam membekali anak didiknya
dengan kompetensi Calistung, disamping juga memandu tumbuh kembangnya secara baik.

5
Perkembangan msyarakat, pendidikan, dan ilmu pengetahuan dewasa ini membawa
fakta bahwa program bimbingan konseling di PAUD sama pentingnya dengan bimbingan
konseling di sekolah menengah. Hanya saja, tekanan di antara keduanya berbeda; tekanan
masing-masing bimbingan dan konseling selalu di sesuaikan dengan taraf atau jenjang
pendidikan anak didik yang bersangkutan.
Program bimbingan dan konseling di bebagai lembaga pendidikan (termasuk di
dalam PAUD) merupakan program bimbingan yang bermanfaat secara positif, tidak sekedar
reaktif dan korektif. Terlebih lagi, jika program bimbingan ini bersifat kontinu,
berkelanjutan, dan terus-menerus, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, bahkan sampai
di masyarakat. Tentu, hasilnya akan jauh lebih baik daripada bimbingan yang sifatnya
eksiden semata.
Tetapi, penekanan bimbingan dan konseling dapat berubah-ubah, sesuai dengan
kebutuhan anak didiknya atau sesuai dengan taraf perkembangannya. Atas dasar ini, maka
bimbingan konseling di PAUD tidak boleh hanya berfokus pada tumbuh kembangnya anak
secara normal dan kompetensi Calistung semata, melainkan juga harus menemukan jati diri
anak didik yang unik dank has, sesuai dengan kepribadiannya.
Petualangan pencarian jati diri anak didik harus dimulai sejak usia dini atau
lembaga PAUD. Sebab, penemuan dan pemahaman akan dirinya sendiri akan sangat
membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan baru yang akan
dihadapi. Disamping itu, penemuan jati diri atau kepribadian anak didik dapat membantu
mereka dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensinya.
Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD tidak
hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah, melainkan juga harus
diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak
didik, melainkan juga juga tindakan untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembangya anak
secara maksimal.
Pada bimbingan yang bersifat preventif, kesehatan mental, dan pengembangan diri
dari pada bimbingan yang menitikberatkan pada psikoterapi maupun diagnosis terhadap
perilaku bermasalah. Terlebih lagi, ketika para psikolog telah menyadari betapa pentingnya
6
melakukan identifikasi sejak dini terhadap perilaku bermasalah pada anak-anak. Dengan
melakukan identifikasi ini diharapkan anak-anak dimasa depan tidak akan mengalami
hambatan dalam belajarnya, terlebih lagi gangguan pada mentalnya. Nah, momen yang
paling tepat untuk melakukan tindakan identifikasi ini adalah pada masa-masa awal usia dini
atau di lembaga PAUD.

B. Sasaran, Sifat, & Prinsip BKS pada PAUD
1. Sasaran BKS pada PAUD
Pada dasarnya sasaran pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah anak usia dini
ialah pribadi siswa secara perseorangan. Ini tidaklah berarti bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling bersifat individualistis yang mengutamakan kepentingan individu di atas segalagalanya, melainkan bimbingan dan konseling mempunyai sasaran mengembangkan apa yang
terdapat pada diri tiap-tiap individu secara optimal agar masing-masing individual dapat
sebesar-besarnya berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada
umumnya. Dalam setiap kegiatannya pelayanan bimbingan dan konseling, meskipun
kegiatan itu berupa kegiatan kelompok misalnya, berusaha untuk membina satu atau
beberapa kemampuan pribadi individu yang dibimbing itu dalam berbagai aspeknya, yaitu
aspek akademik, sosial, emosional, sikap, keterampilan dan sebagainya.
Lebih khusus lagi, sasaran pembinaan pribadi siswa melalui pelayanan bimbingan
dan konseling meliputi tahap-tahap pengembangkan kemampuan-kemampuan:
(a) Pengungkapan, Pengenalan, dan Penerimaan Diri
Pribadi yang mantap dan berkembang dengan baik ialah apabila individu yang
bersangkutan benar-benar sadar tentang dirinya sendiri. Kesadaran tentang diri sendiri ini
akan tercapai apabila kemampuan pengungkapan diri dapat berkembang dengan baik.
Seringkali kemampuan pengungkapan diri tidak serta merta timbul pada diri seseorang,
melainkan memerlukan bantuan orang lain. Seseorang harus tahu batas-batas
kemampuannya sendiri, apa-apa yang dia mampu dan tidak mampu, harus tahu tentang
bakat dan minatnya, harus tahu tentang keadaan dirinya baik jasmaniah maupun
rohaniah, dan sebagainya. Hasil pengungkapan diri yang objektif merupakan dasar yang
sehat untuk mengenal diri sendiri sebagaimana adanya yang selanjutnya menjadi titik
7
tolak bagi penerimaan diri sendiri. Pribadi yang sehat ialah apabila dia mampu menerima
dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan
penerimaan diri itu.
(b) Pengenalan Lingkungan
Sebagaimana diketahui hidup manusia ialah dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Seorang individu tidak hanya dituntut untuk mengenal diri sendiri, melainkan juga
dituntut untuk mengenal lingkungannya.
(c) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan hendaknya dilakukan oleh individu itu sendiri atau setidaktidaknya, apabila pengambilan keputusan itu diprakarsai oleh orang lain (misalnya oleh
konselor), keputusan itu hendaknya disetujui oleh individu yang dibimbing. Tujuan akhir
bimbingan dan konseling ialah agar individu yang dibimbing mampu mengambil
keputusan untuk dirinya sendiri.
(d) Pengarahan Diri
Keputusan yang diambil di atas hendaknya diwujudkan dalam bentuk kegiatan nyata.
Bagaimanapun bagusnya keputusan apabila tidak dijalankan tidaklah ada faedahnya.
Individu yang bersangkutan harus berani menerjunkan dirinya untuk menjalani keputusan
yang telah diambilnya untuk dirinya sendiri itu.
(e) Perwujudan Diri
Setiap individu hendaknya mampu mewujudkankan diri sendiri sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan dasar dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan
diri ini hendaknya terlaksana tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain. Di
samping itu perwujudan diri haruslah normatif, artinya sejalan dengan norma dan nilainilai yang berlaku di dalam masyarakat.

8
2. Sifat BKS pada PAUD
Sifat-sifat yang terdapat dalam bimbingan dan konseling, diantaranya:
a) Pencegahan, yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan
dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
b) Penyembuhan, yaitu sifat bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
c) Perbaikan, yaitu sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari
permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa berkembang secara optimal.
d) Pemeliharaan, yaitu sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi
individu yang sudah baik tetap baik.
e) Pengembangan, yaitu mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu
dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

3. Prinsip-Prinsip BKS pada PAUD
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada anak usia dini, yaitu:
a. Bimbingan merupakan bagian penting dari proses pendidikan.
b. Bimbingan diberikan kepada semua anak dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi
masalah.
c. Bimbingan merupakan proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan.
d. Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing.
e. Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi
kemampuan fisik-motorik, kecerdasan, sosial maupun emosional.
f. Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan anak.
g. Bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak.
h. Dalam menyampaikan pemasalahan anak kepada orang tua hendaknya menciptakan
situasi aman dan menyenangkan, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang
wajar dan terhindar dari kesalahpahaman.
9
i.

Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar
mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya
dirumah.

j.

Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru
atau pendamping sebagai pelaksana bimbingan, bilamana masalah yang terjadi perlu
ditindak lanjuti, maka guru pembimbing harus mengonsultasikan kepada kepala sekolah
dan tenaga ahli.

k. Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan.

C. Ruang Lingkup BKS pada PAUD
Ruang lingkup bimbingan untuk anak usia dini, diantaranya:
1. Bimbingan Pribadi dan Sosial
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial
anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan b ersosialisasi dengan
lingkungan secara baik. Bimbingan ini dapat membantu anak dalam memecahkan masalahmasalah pribadi sosial.
2. Bimbingan Belajar
Merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah serta mencapai tujuan dan tugas pengembangan pendidikan
melalui kegiatan bermain sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar
dan pembentukan perilaku.
3. Bimbingan karir
Bimbingan yang membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan
masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang
dihadapi secara sederhana.

10
Sedangkan ruang lingkup layanan bimbingan bagi anak usia dini terdiri atas 5
bentuk layanan, yaitu:
1. Layanan Pengumpulan Data
Layanan pengumpulan data dimaksudkan untuk menjaring informasi-informasi yang
diperlukan guru atau pendamping anak usia dini dalam memahami karakteristik, kemampuan
dan permasalahan yang mungkin dialami anak. Data ini penting karena untuk memberikan
bantuan terhadap anak.
2. Layanan Informasi
Layanan informasi dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman baik untuk
anak maupun bagi orang tua. Untuk anak usia dini yang relatif masih usia muda, masih
sangat sedikit informasi atau pengetahuan yang diketahui dan dipahami anak. Sebaliknya
bagi orang tua melalui layanan informasi ini diharapkan dapat menambah wawasan
khususnya yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak.
3. Layanan Konseling
Layanan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan bagi anak yang diduga
mengalami masalah tertentu, baik yang menyangkut masalah pribadi, sosial ataupun masalah
lainnya. Proses konseling pada anak usia dini berbeda dengan konseling yang dilakukan pada
remaja atau orang dewasa. Layanan konseling dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah
seperti yang diungkapkan dalam uraian terdahulu yaitu melakukan : identifikasi masalah,
diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi tindak lanjut.
4. Layanan penempatan
Layanan penempatan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak memperoleh
penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya. Melalui layanan ini anak dapat
berada pada posisi dan pilihan yang tepat.
5. Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Layanan evaluasi

dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan penanganan yang telah dilakukan guru atau pendamping. Ukuran keberhasialan
suatu layanan bimbingan dan konseling dapat diliahat dari seberapa jauh perubahan prilaku
yang terjadi pada anak.

11
D. Organisasi dan Administrasi BKS pada PAUD; Wewenang dan Tanggung Jawab
Personil Sekolah dalam Program BKS pada PAUD
1. Organisasi dan Administrasi BKS pada PAUD
Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada PAUD, hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah satuan
pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.
b) Sederhana, maksudnya adalah dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara
pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat
dengan cepat diambil, tetapi dengan pertimbangan yang cepat, dan pelaksanaan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak
perlu.
c) Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan yang
berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas yang semuanya itu bermuara pada kepentingan
seluruh peserta didik.
d) Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang
dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan
pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik.
e) Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang
berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat
berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara
horizontal (penilaian sejawat).

12
2. Wewenang dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Program BKS pada
PAUD
Personil yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling terentang
secara verikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a) Personil pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap penyelenggara pelayanan bimbingan dan konseling di satuan
pendidikan anak usia dini.
b) Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh
(termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling di satuan pendidikan anak usia
dini).
c) Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam
pelayanan bimbingan dan konseling anak usia dini.
d) Guru-guru lain, (guru mata pelajaran, guru praktik), serta wali kelas, sebagai penanggung
jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas masing-masing.
e) Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik anak usia dini dalam arti yang
seluas-luasnya.
f) Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan non pelajaran/latihan (seperti dokter,
psikolog, psikiater), sebagai subjek alih tangan kasus.
g) Sesama peserta didik, sebagai kelompok subjek yang potensial untuk diselenggarakannya
“bimbingan sebaya”.
Untuk setiap personil yang diidentifikasikan itu ditetapkan tugas, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi
pelayanan bimbingan dan konseling pada anak usia dini. Tugas, wewenang dan tanggung
jawab guru pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan
dengan rasio antara seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang menjadi
tanggung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembiming bertanggung jawab atas
pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh peserta didik di kealsnya.

13
E. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Profesi Guru Pembimbing dan Konselor
sebagai Pelaksana BK; serta Pendidikan Guru Pembimbing dan Inservice Training
BK pada PAUD
1. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Profesi Guru Pembimbing dan Konselor
sebagai Pelaksana BK
a. Kualifikasi Konselor
Menurut Yeni dan Euis (2010: 45), untuk membantu anak tetap memiliki dan
mengembangkan potensi kreatifnya,

dibutuhkan seorang

guru

yang

memiliki

karakteristik sebagai berikut:
1. Kreatif dan Menyukai Tantangan
Syarat pertama seorang guru yang dapat mengembangkan kreativitas anak adalah
guru tersebut juga merupakan individu yang kreatif. Tanpa sifat ini sekali seorang
guru dapat memahami keunikan karya dan kreativitas anak, selain itu, ia juga
menyukai keunikan karya dan kreativitas anak. Selain itu, ia juga menyukai tantangan
dan hal baru sehingga ia tidak akan terpaku pada rutinitas ataupun mengandalkan
program yang ada. Namun ia akan senantiasa mengembangkan, memperbarui dan
memperkaya aktivitas belajarnya dari waktu ke waktu.
2. Menghargai Karya Anak
Karakteristik guru pengembang kreativitas akan sangat menghargai karya anak apa
pun bentuknya. Menghargai anak sangatlah prinsipil sifatnya. Tanpa sikap ini
mustahil anak akan bersedia mengekspresikan dirinya secara bebas dan mandiri
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Penghargaan ini dapat berupa pujian, ataupun pengakuan dari guru bahwa anak
tersebut telah dengan baik membuat suatu karya yang membanggakan dirinya. Tetapi
yang perlu diingat adalah bahwa penghargaan ini harus menjadi motivasi bagi anak
untuk terus mengekspresikan diri dan berkembang dengan optimal.
3. Menerima Anak Apa Adanya
Setiap anak adalah unik dan khas, mereka berbeda satu sama lain. Seorang guru
dituntut untuk dapat memahami keunikan tiap anak dan menerimanya dengan baik
serta menghindari sikap diskriminatif. Penerimaan terhadap anak, erat kaitannya
14
dengan rasa aman. Jika anak merasa diabaikan dan tidak diterima oleh gurunya, maka
ia akan kehilangan rasa amannya ketika berdekatan dengan gurunya. Tanpa rasa
aman, seorang anak tidak dapat belajar dengan baik.
4. Motivator
Seorang pengembang kreativitas adalah seorang motivator/pendorong bagi peserta
didik dan seluruh komponen akademika untuk terus mengembangkan diri dan
memaksimalkan potensi kreatif yang mereka miliki. Dengan sikap “tut wuri
handayan” dari seorang guru, maka anak akan terus mengembangkan karya-karya
kreatif mereka.
5. Ekspresif, Penuh Penghayatan, dan Peka pada Perasaan
Kematangan emosional para pengembang kreativitas adalah hal penting untuk dapat
menyalami hasil kreativitas anak. Sikap yang ekspresif dan luwes dalam
menunjukkan penghargaan dan bimbingan terhadap suatu peristiwa. Mengambil
hikmah terhadap setiap pelajaran yang dialaminya dapat menjadi cambuk untuk
memperbaiki program pengembangan kreativitas selanjutnya. Penghayatan ini pun
akan terbentuk apabila guru tersebut memilki kepekaan terhadap perasaan orang lain
yang dalam hal ini adalah anak. Bagaimana guru tersebut dapat menyelami proses
dan hasil kreativitas yang dibuat oleh anak, tanpa memiliki kepekaan pada
perasaannya mungkin penghargaan dan pujian pun akan terasa hambar, dan sekadar
formalitas belaka.
6. Pecinta Seni dan Keindahan
Guru pengembang kreativitas adalah seorang pecinta seni dan keindahan. Banyak
hasil kreativitas berbentuk karya seni. Jika saja guru pengembang kreativitas tidak
memahami atau bahkan tidak menyukai seni dan keindahan bagaimana mereka dapat
mengetahui kalau karya tersebut memiliki arti penting baik bagi pembuat maupun
bagi orang lain. Konsep-konsep dasar mengenai estetika memang selayaknya dimiliki
oleh guru pengembang kreativitas.
7. Memiliki Kecintaan yang Tulus Terhadap Anak
Anak adalah sosok yang unik, disatu sisi sepertinya mereka terlihat tak berdaya tetapi
disisi lain mereka memiliki segudang potensi dan memiliki pemahaman terhadap
15
situasi yang ada di lingkungan mereka. Anak tentu saja memiliki perasaan dan
mampu membedakan mana orang yang tulus dalam menyayangi mereka dan mana
yang tidak. Kecintaan yang tulus terhadap mereka akan memberikan kenyamanan
secara psikologis bagi anak untuk dapat dengan tenang dan senang melakukan
eksplorasi terhadap potensi dirinya.
8. Memiliki Ketertarikan Terhadap Perkembangan Anak
Masa The Golden Age yang dimiliki oleh anak, memerlukan suatu pendekatan yang
tepat untuk dapat memfasilitasi optimalnya aspek-aspek perkembangan yang mereka
miliki. Guru pengembang kreativitas anak hendaknya memiliki kepedulian terhadap
aspek-aspek perkembangan anak. Kepedulian dan perhatian tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk pemahaman yang mendalam tentang apa yang sebenarnya
dimiliki oleh anak? Bakat atau potensi apa yang mereka miliki? Dibidang apa kirakira anak dapat berkembang dan dapat mengaktualisasikan diri? Sehingga pada
akhirnya guru dapat meberikan penanganan yang tepat bagi anak dengan potensi yang
mereka miliki.
9. Bersedia Mengembangkan Potensi yang Dimiliki Anak
Setelah guru mengetahui potensi yang dimiliki anak, maka selanjutnya adalah
berpikir dan bertindak bagaimana seharusnya potensi tersebut dapat dikembangkan.
Tentunya sikap seperti ini tidak akan terbentuk jika guru tidak memiliki anak. Bentuk
kesediaan ini akan menjadi modal dasar bagi guru untuk mencari tahu dan
menemukan pola pembelajaran yang tepat bagi anak, sehingga mereka dapat
berkembang dengan optimal.
10. Hangat dalam Bersikap
Kenyamanan secara psikologis dengan menciptakan suatu iklim yang kondusif sangat
diperlukan bagi pengembangan kreativitas. Kasih saying, sentuhan (touch), dan
kehangatan dalam bersikap akan dapat menunjang bagi terciptanya suatu
Psychological Athmosphere yang baik bagi anak. Anak akan merasa senang dan
nyaman, tanpa harus merasa takut dan tegang untuk dapat mengekspresikan dan
mengaktualisasikan dirinya dengan potensi yang mereka miliki.

16
11. Memiliki Sikap yang Konsisten Akan Tetapi Dinamis
Salah satu hal yang merupakan ciri dari kreativitas adalah menyukai perubahan
(change). Perubahan tersebut tidak hanya terletak pada produknya saja tetapi juga
pada proses, person, serta pres yang tercipta dalam suatu situasi yang lebih dinamis,
sehingga mereka dapat membuat sesuatu yang baru, yang lain daripada yang telah
ada.
Anak taman kanak-kanak telah mampu mengenal perubahan, bagi mereka perubahan
itu merupakan bagian dari proses kehidupan yang selalu terjadi, sehingga selayaknya
mereka memiliki ketangguhan dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Sifat

dinamis yang ditandai dengan adanya perubahan tersebut, tentu saja tanpa
menghasilkan sikap konsisten yang harus dipegang oleh individu agar dapat
memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Konsistensi mengangdung arti bahwa
anak diarahkan untuk memiliki ketetapan dalam memutuskan mana potensi yang
mereka miliki dan akan mereka kembangkan. Artinya guru tidak memaksakan
kemampuan anak untuk mengembangkan potensi yang mungkin sebenarnya tidak
terlalu menonjol dalam diri anak.
12. Bersedia Bermain dengan Anak
Bermain adalah metode efektif untuk mengembangkan kreativitas anak. Strategi dan
pendekatan apa pun yang digunakan untuk menegembangkan kreativitas dapat
dilakukan dalam bentuk permainan. Sebab pada hakikatnya bermain bagi anak adalah
belajar dan bekerja, dan kreativitas lebih banyak berkaitan dengan bermain daripada
bekerja.
Jika memang kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak
dilakukan dengan kegiatan bermain, apakah mungkin dapat terlaksana kegiatan
tersebut, jika guru pengembang kreativitas tidak memiliki kesediaan untuk ikut
terlibat di dalamnya. Dengan demikian, hal ini akan menjadi sangat penting bilaman
guru mau terlibat

aktif dalam bentuk permainan yang dirancang untuk

mengembangkan kreativitas anak.

17
13. Luwes dan Lincah dalam Menghadapi Kebutuhan, Minat, dan Kemampuan Anak
Sikap dan kepribadian yang menarik dan guru pengembangn kreativitas akan dapat
tercermin dari pribadi yang luwes (fleksibel) dan lincah dalam menghadapi segala
macam kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. Kedekatan dan pendekatan yang
dilakukan guru diupayakan agar anak merasa senang dalam melakukan kegiatan,
merasa diterima, dipahami, dan diperlakukan dengan penuh perhatian sehingga anak
merasakan aman dan nyaman yang pada akhirnya akan memotivasi dan memberikan
semangat untuk terus menjelajahi potensi yang mereka miliki.
14. Memberi Kesempatan pada Anak untuk Menjelajahi Lingkungan
Lingkungan yang seharusnya diciptakan di sekitar anak, adalah lingkungan yang
dapat merangsang anak untuk mengeksplorasi segala sesuatu yang ada di sekitar
mereka. Anak ingin dan mampu melakukan penjelajahan terhadap informasi yang
mereka butuhkan. Dengan demikian, anak akan membangun konstruk berpikir dan
kreativitas mereka. Lingkungan dapat memberikan rangsangan yang baik bagi
berkembangnya kreativitas pada anak. Kesempatan yang sama yang diberikan pada
setiap anak untuk menjelajahi lingkungan sekitar mereka dapat memberikan gagasan
yang baru bagi mereka untuk mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki.
15. Memberi Kesempatan pada Anak untuk Mencoba dan Mengembangkan Kemampuan,
Daya Pikir, dan Daya Ciptanya
Jika kita coba amati bagaiamana anak belajar? Maka sepertinya anak tak pernah
mengenal lelah untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang menarik perhatian mereka.
Lihat saja bagaimana anak belajar berjalan, dia terjatuh, tetapi tak pernah terpikir
untuk berhenti melakukannya lagi sampai pada akhirnya dia dapat berjalan. Lihat saja
bagaimana anak bermain, semua akan dicobanya sampai mereka mengetahui dan
mampu membangun pengetahuannya.
Maka apa yang sepatutnya dilakukan oleh guru pengembang kreativitas anak adalah
memberikan kesempatan pada mereka untuk mencoba dan mengembangkan
kemampuan, daya pikir, dan daya cipta mereka.

18
Sedangkan Menurut Suyadi (2009) ada beberapa syarat bagi konselor atau guru
BK di lembaga PAUD yang harus dipenuhi:
1. Memiliki Pengetahuan dan Pengalaman di Bidang Konseling
Seorang konselor atau guru BK di lembaga PAUD harus mempunyai pengetahuan yang
cukup luas, baik dari segi teoritik maupun praktik. Keduanya harus seimbang dalam
diri seorang konselor PAUD.
2. Bersikap Bijaksana
Di samping kapasitas keilmuan dan pengalaman secara praktis, konselor atau guru BK
di lembaga PAUD juga harus mempunyai sikap bijaksana. Sebab, yang dihadapi adalah
anak-anak dengan kemauan yang masih original. Apa pun keinginan anak—termasuk
yang agak buruk sekalipun-merupakan sifat polos (kejujuran yang tanpa dibuat-buat).
Jika konselor salah teknik dalam mencegah atau mengendalikan keinginan buruk
tersebut, bias berakibat fatal.
3. Sehat Jasmani dan Ruhani
Seorang guru BK PAUD juga harus sehat secara jasmani maupun ruhani. Sebab,
ketidaksehatan bias mengganggu tugasnya. Di samping itu, ketidaksehatan juga bias
mengurangi kepercayaan klien atau anak didik terhadap kemampuan gurunya. Guru BK
yang tidak sehat jasmani maupun ruhani akan diragukan kemampuannya oleh anak
didiknya. Jika telah demikian, mustahil bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan
baik.
4. Memiliki Empati dan Kasih Sayang kepada Anak didiknya
Setiap konselor baik di lembaga PAUD maupun di luar harus mempunyai kecintaan
terhadap profesinya. Kecintaan terhadap profesi bimbingan dan konseling adalah rasa
empati dan kasih saying kepada klien atau anak didiknya. Perasaan ini mutlak
diperlukan, karena salah satu syarat keberhasilan bimbingan adalah terciptanya
hubungan yang hangat antara konselor dan klien. Dan, untuk menciptakan hubungan
yang hangat itu, hanya bias terwujud dengan empati dan kasih sayang.
5. Mempunyai Kekayaan Inisiatif
Seorang pembimbing harus mempunyai kekayaan ide, atau paling tidak lihai dalam
mengembangkan teknik-teknik konseling saat menghadapi perilaku bermasalah anak
19
didiknya yang berbeda-beda. Kemampuan ini akan terasah jika seorang pembimbing
atau konselor terus memperbaiki dan mengevaluasi teknik-teknik yang selama ini
digunakan.
6. Simpati, Supel, Sopan dan Santun
Seorang konselor juga harus bersifat simpatik, supel, sopan dan santun. Sifat-sifat ini
akan bermanfaat untuk menarik perhatian anak-anak agar merasa nyaman berdekatan
dengan guru pembimbingnya.
7. Memiliki Kode Etik BK
Terakhir, diharapkan para guru BK atau konselor di lembaga PAUD dapat memegang
kode etik BK dengan sebaik-baiknya. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang
dimaksud:
a) Konselor atau guru BK dank lien harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling.
b) Konselor atau guru BK harus bias membatasi diri agar tidak terjebak pada
persoalan-persoalan klien yang bukan menjadi wilayah dan tanggung jawabnya.
c) Konselor atau guru BK harus bias menjaga rahasia kliennya atau anak didiknya.
d) Konselor atau guru BK harus tetap menaruh rasa kasih saying dan sopan santun
kepada klien atau anak didiknya.
e) Konselor atau guru BK tidak boleh membedakan antara anak didik yang satu
dengan lainnya.
f) Konselor atau guru BK tidak boleh meminta bantuan tenaga lain yang kurang jelas
kemampuannnya.
g) Konselor atau guru BK tidak boleh menggunakan instrument yang membahayakan
fisik maupun psikis anak didik.
h) Konselor atau guru BK tidak boleh melimpahkan klien atau anak didik kepada guru
BK yang lain tanpa sepengetahuan dan persetujuan anak didik dan orang tuanya.
i) Konselor atau guru BK harus menyadari akan tanggung jawabnya yang tidak
ringan—karena menyangkut masa depan karakter anak—dan berusaha semaksimal
mungkin dalam melakuka tugasnya.

20
b. Kompetensi Konselor
Profil kompetensi konselor meliputi komponen berikut:
a. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK), yaitu kompetensi berkenaan dengan
pengembangan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur,berkepribadian mantap, mandiri dan mempunyai rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK), yaitu kompetensi berkenaan
dengan bidang keilmuan sebagai landasan keterampilan yang hendak dibangun.
Kompetensi ini meliputi substansi dalam bidang pendidikan, psikologi, dan budaya.
c. Kompetensi keahlian berkarya (KKB), yaitu kompetensi berkgenaan dengan
kemampuan keahlian berkarya dengan penguasaan keterampilan yang tinggi.
d. Kompetensi perilaku berkarya (KPB), yaitu kompetensi berkenaan dengan perilaku
berkarya berlandaskan dasar-dasar keilmuan dan profesi sesuai dengan pilihan karir dan
profesi.
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas
dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP
19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan
dirumuskan menjadi:
a. Kompetensi Pedagogik, yang meliputi: menguasai teori dan praksis pendidikan;
mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis perilaku konseli; dan
menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang
satuan pendidikan.
b. Kompetensi Kepribadian, yang meliputi: beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME;
menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan
memilih; menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; dan menampilkan
kinerja berkualitas tinggi.
c. Kompetensi Sosial, yang meliputi: mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat
kerja; berpandangan organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling; dan
mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi.
21
d. Kompetensi Profesional, yang meliputi: menguasai konsep dan praksis asesmen untuk
memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; menguasai kerangka teoretik dan
praksis bimbingan dan konseling; merancang program bimbingan dan konseling;
mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif; menilai
proses dan hasil kegiatan BK; memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika
profesional; dan menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK.

2. Pendidikan Guru Pembimbing
Standarisasi pendidikan konselor dengan jenjang pendidikan:
a. S1: Kemampuan umum dan dasar, akademik professional, sebagai konselor setting
sekolah.
b. S2: Akademisi BK, menguasai keilmuan BK, kemampuan professional, dasar-dasar
pengembangan keilmuan BK.
c. S3: Ahli BK, menguasai filosofi dan keilmuan BK, kemampuan profesional, riset
pengembangan keilmuan.
d. PDDK Profesi: konselor profesional yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar
kompetensi.
Seorang konselor sekolah serendah-rendahnya memiliki ijazah sarjana muda dari
suatu pendidikan yang sah serta memenuhi syarat untuk menjadi guru dalam jenjang
pendidikan dimana ia ditugaskan. Secara professional seorang konselor hendaknya
memiliki pendidikan profesi yaitu, jurusan bimbingan konseling Strata satu(S1), S2 atau
S3. Atau sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang
bimbingan dan konseling.Secara umum untuk Indonesia lulusan bimbingan dan konseling
tingkat D3 dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing.Hanya kualifikasi
professional tersebut belum begitu jelas.
Mungkin S1 bisa dianggap professional jika:
a. Bobot latihan professional ditingkatkan, baik selama pendidikan maupun dalam bentuk
in-service training.
b. Harus sudah ada tim penilai khusus dari ikatan pembimbing.

22
Sebagai pendidik, konselor dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimum
S1, sebagaimana halnya pengampu layanan ahli di bidang lain seperti dokter. Konselor
juga dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S1, yang mencerminkan penguasaan
kemampuan akademik di bidang bimbingan dan konseling. Untuk keperluan ini
diselenggarakan program S1 Bimbingan dan Konseling dengan tujuan memfasilitasi
pembentukan kompetensi akademik calon konselor, yang direpresentasikan dengan Ijazah
sarjana pendidikan dengan kekhususan dalam bidang bimbingan dan konseling.
Secara umum untuk Indonesia lulusan bimbingan dan konseling tingkat D3 dan S1
masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing.Hanya kualifikasi profesional tersebut
belum begitu jelas. Mungkin S1 bisa diorbitkan menjadi tenaga profesional asalkan bobot
latihan profesional ditingkatkan, baik selama pendidikan maupun dalam bentuk in-service
training dan harus sudah ada tim penilai khusus dari ikatan pembimbing seperti ABKIN
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia).

3.

In-Service Training BK

a. Pengertian dan Tujuan In-Service Training
In-service training ialah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk
meningkatkan keahlian guru dan pegawai guna menyelaraskan pengetahuan dan
keterampilan mereka dengan bidangnya masing-masing. In-service training merupakan
suatu tuntunan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Adapun tujuannya ialah, mempertinggi mutu para petugas dalam bidang profesinya
masing-masing, meningkatkan efisiensi kerja menuju kearah tercapainya hasil yang
optimum, dan mengembangkan kegairahan kerja dan meningkatkan kesejahteraan.

b. Tempat Penyelenggaraan In-Service Training
Bisa di selenggarakan di dalam negeri atau bisa juga di luar negeri. Adapun inservice training di dalam negeri dapat dilaksanakan:
a. Pada lembaga-lembaga pendidikan guru.
b. Pada kursus-kursus penataran dan kursus-kursus lain.

23
c. Pada tempat yang ditentukan sesuai dengan taraf lingkungan : Nasional, Propinsi dan
daerah.
d. Di sekolah masing-masing.
e. Penyelenggaraan di luar negeri ditentukan tempatnya oleh pemerintah melalui prosedur
yang berlaku.
c. Penyelenggaraan In-Service Training di Sekolah
Kepala Sekolah merupakan pimpinan dan penanggung jawabnya. Dalam
pelaksanaannya dibentuk suatu seksi yang diberi nama: seksi in-service training.
Sehubungan dengan program ini, berikut dikemukakan beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian.
Program in-service training dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan, sesuai
dengan program sekolah (jadwal tahunan).Program ini diadakan dengan persiapan yang
matang serta memperhatikan: taraf kegiatan sekolah masing-masing, dan disesuaikan
dengan urgensi persoalan.
a.

Dalam pelaksanaannya dipergunakan tenaga (SDM) dari dalam sekolah.

b. Seluruh hasil kegiatan in-service training harus diabadikan dalam sebuah dokumentasi
pendidikan dan harus dilengkapi dengan catatan hasil pelaksanaannya.
c.

Evaluasi diadakan pada akhir tahun pelajaran yang di dalamnya dapat diikut sertakan
staf guru, murid dan masyarakat.

d. Supaya program in-service training itu berhasil dengan baik, diperlukan dana khusus
yang didapat baik dari pemerintah setempat maupun dari usaha-usaha lain yang sah.

d. Penyelenggaraan di Sekolah bagi Petugas-petugas Bimbingan
Seperti telah dikemukakan di atas maka untuk kelancaran kerja, pertama sekali
perlu dibentuk seksi in-service training. Tugas seksi inilah yang harus mencari kontak
dengan sumber-sumber dari luar sekolah, untuk mendapatkan manusia-manusia sumber
yang benar-benar ahli dan mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
dikehendaki para peserta. Seksi ini pula yang harus merencanakan dan menetapkan isi
program in-service training tersebut. Sangat berguna apabila dalam seksi itu terdapat

24
sekurang-kurangnya seorang anggota staf yang mempunyai pengetahuan mengenai fungsi
utama program bimbingan dan teknik-teknik konseling yang berguna.
1. Peranan Seksi In-Service Training
Seksi ini bertanggungjawab dalam merencanakan dan menetapkan: peserta in-service
training; waktu dan tempat penyelenggaraan; fase-fase penting program bimbingan
yang akan dijadikan isi program in-service training; tenaga-tenaga pengajar yang perlu
diambil, baik dari dalam maupun dari luar; metode dan teknik yang akan dipergunakan
(seperti: ceramah-ceramah, diskusi, observasi, seminar, workshop, karyawisata dan
lain-lain), dan pembiayaan.
2. Fase-Fase Penting dalam Program Bimbingan yang Akan Dijadikan Isi Program InService Training
Ada dua kelompok guru yang harus diperhatikan dalam penyusunan program in-service
training, yakni: guru-guru penyuluh dan guru-guru biasa. Guru-guru biasa ini, yang
merupakan kelompok yang terbesar, tidak memerlukan training dalam bimbingan dan
penyuluhan yang mendalam dan eksistensi.Kepada kelompok ini cukuplah bila
diberikan pelajaran mengenai prosedur umum dalam mempelajari dan memahami anak
didik, ditambah dengan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar, fungsi-fungsi
bimbingan dan teknik-teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan dan
penyuluhan.
Di antara fase-fase penting dalam pelayanan bimbingan yang perlu mendapat
perhatian untuk dimasukkan sebagai isi program in-service training adalah:
Tujuan dan prinsip-prinsip dasar pelayanan bimbingan.
a) Peranan guru dalam bimbingan.
b) Penggunaan berbagai jenis pencatatan, termasuk catatan kumulatif, catatan anekdot,
catatan test dsb.
c) Prosedur yang harus di tempuh dalam melaksanakan studi kasus dan case history.
d) Teknik-teknik yang dipergunakan dalam mempelajari sifat-sifat dan sikap anak-anak
dan bagaimana menafsirkan tingkah laku mereka.
e) Metode melaksanakan wawancara dengan murid dan dengan orang tua.

25
f) Penggunaan sumber-sumber informasi pra-kejuruan dan pekerjaan/mata pencaharian
secara efektif, termasuk kurikulum sendiri dan sumber-sumber luar.
g) Penggunaan berbagai alat evaluasi dan diagnostik secara baik, termasuk test-test
kepribadian, kecerdasan, sikap, minat, pembawaan, hasil belajar dan test sosiometrik.
h) Latihan khusus dan mendalam bagi guru-guru penyuluh dan petugas-petugas
bimbingan lainnya.

3. Beberapa bentuk pelaksanaan program In-Service Training dalam Bimbingan dan
Penyuluhan
Mengingat urgensi pelayanan bimbingan di sekolah, maka perlu diselenggarakan
berbagai bentuk pelaksanaan program in-service training. Di antara rencana-rencana yang
paling efektif untuk membantu para petugas sekolah dan guru-guru adalah:
a. Kursus-kursus ekstension dan profesionil. Bentuk ini diselenggarakan oleh tenagatenaga ahli atau prakarsa pengawas counselor atau kepala sekolah. Dilaksanakan pada
liburan-liburan panjang atau pada malam hari.
b. Belajar melalui observasi, konferensi-konferensi dan konsultasi. Observasi terhadap
program bimbingan dan penyuluhan pada sekolah-sekolah lain, dilengkapi dengan
konsultasi dan konperensi dengan para ahli, akan sangat menguntungkan bagi para
petugas, apabila hal itu dilaksanakan selama waktu in-service training. Usaha ini
menunjukan pada para peserta bagaimana orang lain mempraktekkan program
bimbingan itu, sehingga dapat disusun rencana untuk melaksanakan program serupa di
sekolah sendiri.
c. Lokakarya (Workshop), rapat-rapat kerja dan seminar.Usaha-usaha ini sebaiknya
diadakan secara teratur pada hari-hari libur panjang atau pada waktu lain yang baik. Ini
pun sebaiknya diprakarsai oleh pengawas counselor. Suatu hal yang menggembirakan
ialah bahwa dalam rangka pelaksanaan pelita telah dimasukkan suatu kegiatan yang
dinamakan “Upgrading Guru-guru SD”. Alangkah baiknya apabila “Bimbingan dan
Penyuluhan” dapat dimasukkan sebagai salah satu subyek yang tetap dan diberikan
secara kontinyu tiap-tiap tahun pada para peserta upgrading.

26
e. Teknik Testing & Non Testing dalam BKS pada PAUD
1. Teknik Testing dalam BKS pada PAUD
Tes, yang dimaksud dalam penilaian hasil belajar di TK, adalah:
1) Tes lisan
Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara guru dan peserta didik. Tes
lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk
mengemukakan pendapat-pendapat atas gagasan-gagasannya secara lisan.
2) Tes Tindakan
Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam
melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Pada intinya ada dua unsur yang bisa dijadikan
bahan penilaian dalam tes tindakan yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merujuk
kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran peserta didik melakukan suatu kegiatan,
sedangkan pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil.

2. Teknik Non Testing dalam BKS pada PAUD
a. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk
mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak.
Melalui pengamatan, guru dapat mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi pada anak
dalam satu waktu tertentu.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati berbagai perilaku atau perubahan yang
terjadi (nampak) yang ditunjukkan anak selama kurun waktu tertentu. Teknik ini dilakukan
hanya dengan cara mengamati dan tidak melakukan percakapan (wawancara) dengan anak
yang sedang diamati.
Anak seringkali menunjukkan perubahan perilaku yang tiba-tiba. Misalnya, ketika
masuk ke dalam kelas anak menunjukkan sikap yang tenang dan menyenangkan, tetapi
beberapa waktu kemudian berubah menjadi pemurung dan tidak mau diajak berbicara.
Pada dasarnya perubahan perilaku yang tiba-tiba pada anak adalah wajar, karena anak
cenderung tidak mampu menutupi berbagai permasalahn yang dihadapinya. Namun bila
27
perubahan perilakunya sering ditunjukan anak selama proses pembelajaran di taman kanakkanak, memberikan gambaran mungkin anak sedang mengalami suatu masalah tertentu,
baik yang berkaitan dengan diri sendiri atau dengan lingkungannya. Misalnya, anak tibatiba menunjukkan perubahan sikap tertentu, mungkin anak saat itu sedang sakit, atau anak
mendapatkan perlakukan

yang

tidak

menyenangkan

dari

lingkungannya.

Anak

umumnya belum dapat menyadari bahwa dirinya mengalami suatu masalah tertentu,
sehingga bila anak ditanya apakah anak sedang punya masalah tertentu, cenderung anak
tidak dapat menjawabnya. Oleh karena itu masalah anak dapat dilihat

dari berbagai

perilaku yang ditampakkannya.
Teknik observasi memberikan kesempatan kepada guru untuk mengetahui berbagai
masalah yang dihadapi anak berdasarkan tingkah laku yang ditunjukkan anak. Namun agar
proses pengamatan yang dilakukan guru lebih terarah, maka dapat membuat dan
menggunakan pedoman observasi.
Pedoman observasi adalah suatu format pernyataan yang dijadikan pegangan oleh
guru selama proses pengamatan berlangsung. Dengan pedoman ini, apa yang diobservasi
dapat berfokus dan tidak berpindah pada aspek-aspek yang lain.
Pedoman observasi yang digunakan guru di taman kanak-kanak dapat berbentuk
daftar cek (ceklist) yang bersifat terstruktur dan yang bersifat tidak terstruktur. Format yang
bersifat terstruktur, pengisiannya cukup dilakukan dengan cara memberikan tanda cek (O)
pada pernyataan yang menunjukkan perilaku yang ditampakkan anak. Sementara untuk
format yang bersifat tidak terstruktur, pengisiannya berupa narasi atau bentuk pernyataan
perilaku yang ditunjukkan anak selama masa pengamatan. Dari hasil kegiatan observasi,
guru/observer dapat membuat suatu kesimpulan dari hasil observasi yang telah dilakukan.

b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dengan cara
melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun dengan orang tua. Dengan
wawancara, guru dapat menggali lebih jauh kondisi obyektif anak.

28
Teknik wawancara terbagi atas dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan
daftar

pertanyaan

tertulis

(kuesioner)

dan

jawabannya

sudah

disediakan yang

berbentuk skala, misalnya senang, ragu-ragu dan tidak senang. Pewawancara membacakan
pernyataan yang ada dalam pedoman

tersebut dan menanyakan kepada responden

(anak/orang yang diwawancara) tentang jawabannya sesuai dengan pernyataan dalam
skala yang telah disiapkan. Jawaban cukup dilakukan dengan cara memberikan tanda cek
(O) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. Sedangkan wawancara tak
terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (pokok-pokok
pernyataan) dan pewawancara merumuskan/mengemukakan pertanyaan secara lisan
berdasarkan pokok-pokok yang akan ditanyakan tersebut. Dengan menggunakan pedoman
wawancara yang tidak terstruktur, guru dapat lebih baik mengembangkan pertanyaan
sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih luas dan mendalam. Di akhir pelaksanaan
wawancara, guru/pewawancara menarik suatu kesimpulan berdasarkan hasil wawancara
yang diperoleh.
Syarat utama dalam melaksanakan teknik wawancara, guru harus menciptakan
rapport (hubungan yang akrab/menyenangkan) dengan responden. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan adalah:
a. Menjelaskan maksud dan tujuan diadakan wawancara serta mengapa responden dipilih
untuk diwawancara.
b. Mempersiapkan penampilan diri sebaik mungkin baik sikap, cara bertanya, berpakaian
dan cara mencatat jawaban. Dalam melaksanakan wawancara, tidak selamanya
pewawancara atau guru mendapatkan jawaban yang jelas, apalagi wawancara dilakukan
terhadap anak-anak.
Jika jawaban dari responden tidak jelas, maka pewawancara dapat melakukan
probing, yaitu dengan cara:
a. Mengulangi pertanyaan yang sama.
b. Mengulangi atau menyebutkan kembali jawaban responden
c. Tidak memberikan komentar atau tanggapan terhadap jawaban responden beberapa
saat.
29
d. Memberikan perhatian khusus terhadap jawaban responden dengan cara: membenarkan
atau menyela jawaban.
e. Memberikan komentar yang netral.
Fungsi dari probing adalah:
a. Membimbing responden untuk memberikan jawaban yang akurat atau sekurangkurangnya masuk akal.
b. Membimbing responden agar memberikan jawaban yang komprehensif.

c. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan yang
disampaikan kepada orang tua untuk mendapatkan data secara umum tentang anak dan halhal yang berkaitan dengan anak. Data atau informasi yang dapat dikumpulkan guru melalui
teknik angket ini dapat berkaitan dengan data tentang identitas anak, identitas orang tua,
kondisi fisik dan kesehatan anak. Selain data umum, guru juga dapat membuat angket sesuai
dengan kebutuhan, misalnya kebiasaan anak dalam berperilaku, kebiasaan tidur, makan, pola
pengasuhan orang tua di rumah, dan sebagainya. Dalam menyusun angket (kuesioner) guru
perlu mengikuti beberapa petunjuk sebagai berikut:
a. Menggunakan kalimat sederhana tetapi jelas dan mudah dimengerti.
b. Tidak menggunakan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.
c. Pertanyaan tidak bersifat memaksa responden untuk menjawab.
d. Catatan anekdot
Catatan anekdot adalah suatu teknik pengumpulan data yang bersifat pengamatan
(observasi), karena guru selaku pengamat hanya mencatat berbagai peristiwa yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung atau ketika anak bermain di luar kelas. Teknik ini
teknik mengadakan komunikasi dengan anak yang diamati, dan hanya mencatat peristiwa
yang betul-betul bermakna, catatan anekdot tidak dibuat sebelumnya, catatan dibuat oleh
guru setelah peristiwa terjadi. Beberapa petunjuk yang dapat digunakan guru dalam membuat
catatan anekdot adalah:
a. Terdiri atas kata-kata yang menggambarkan situasi/peristiwa yang sebenarnya.
b. Mencatat peristiwa yang bersifat insidental
30
c. Cara menggambarkannya hendaknya khusus (kejadian, reaksi/tingkah laku anak, ucapan)
dan bermakna.
d. Apa yang dicatat bukan berbentuk interprestasi.
e. Pencatatan bersifat runtut, peristiwa demi peristiwa disebutkan secara berurutan.
f. Pencatatan sebaiknya segera dilakukan setelah peristiwa terjadi.
e. Portofolio
Portofolio diartikan sebagai bukti-bukti pengalaman belajar peserta didik yang
dikumpulkan sepanjang waktu (satu semester atau selama setahun). Berdasarkan buktibukti pengalaman belajar peserta didik tersebut, guru dapat melihat tingkat perkembangan
motorik halus peserta didik.

3. Perencanaan, Penyusunan dan Evaluasi Program Bimbingan Konseling

pada

PAUD
1. Perencanaan Penilaian Proses Belajar Anak di TK
Penilaian proses belajar anak TK dapat dilakukan dengan berbagai cara/teknik antara
lain:
a. Pengamatan (observasi)
b. Wawancara
c. Angket
d. Catatan Anekdot
e. Penilaian Portofolio di TK

2. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar di TK
Penilaian hasil belajar di TK dapat dilaksanakan dengan cara
a. Tes
b. Non Tes

31
Tes, yang dimaksud dalam penilaian hasil belajar di TK, adalah:
1) Tes lisan
Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara guru dan peserta didik.
Tes Lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk
mengemukakan pendapat-pendapat atas gagasan-gagasannya secara lisan.
2) Tes Tindakan
Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam
melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Pada intinya ada dua unsur yang bisa dijadikan
bahan penilaian dalam tes tindakan yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merujuk
kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran peserta didik melakukan suatu kegiatan,
sedangkan pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil.
b) Non Tes
Non tes ini dilakukan seperti yang telah dikemukakan di atas yaitu:
- Observasi
- Wawancara
- Angket dan
- Catatan anekdot
- Portofolio

3. Perencanaan Penilaian Program Kegiatan Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran pada Anak Usia Dini (TK) ada hal-hal tertentu yang
harus diperhatikan, misalnya bagaimana guru membuat program semester. Mingguan dan
Program kegiatan hari ini, semuanya inilah yang akan diberikan penilaian. Tujuan
penilaian adalah untuk menghasilkan sejumlah keputusan pembelajaran dan administratif
yang sangat berguna bagi pemeliharaan dan peningkatan mutu proses belajar mengajar
yang diharapkan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya.

32
a. Implikasi hasil tes bagi proses belajar
Dalam kaitan dengan perbaikan proses belajar mengajar ditetapkan tolak ukur
tertentu sebagai batas keberhasilan sebuah proses belajar mengajar. Menurut Purwanto
(1984-143) mengemukakan sejumlah patokan sebagai berikut:
1) Bila mayoritas peserta didik (sekitar 60% atau lebih) gagal dalam mengerjakan suatu
tes misalnya: maka perlu diulang kembali pengajaran mengenai bahan yang
berhubungan dengan soal (pertanyaan) bagi seluruh anak
2) Bila kurang 60% yang gagal menjawab pertanyaan, pengulangan kembali bahan yang
berhubungan dengan pertanyaan tersebut peserta didik yang bersangkutan dengan
petunjuk dan pengarahan dari guru. Sebagai catatan, menurut Purwanto, bahwa bila
persentase peserta didik yang gagal 60% atau lebih (seperti pada butir a di atas), untuk
tahun berikutnya perlu pula dipertimbangkan penggunaan cara yang lebih baik dalam
mengerjakan bahan yang bersangkutan.
Misalnya:
Guru kita mempelajari kembali tentang Satuan Kegiatan Hariannya.
- Apakah metode pembelajarannya
- Materinya
- Medianya
- Tujuannya sudah sesuai Tema dan Sub Tema serta kegiatannya dan lain sebagainya.
b. Implikasi hasil tes bagi setiap peserta didik
Pertimbangan-pertimbangan implikasi hasil tes bagi para peserta didik, dapat
dipergunakan ketentuan sebagai berikut:
1) Bila hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam tes adalah 75% atau lebih, peserta
didik tersebut dipandang telah menguasai bahan pelajaran yang bersangkutan dan siap
untuk mengikuti program atau satuan pelajaran berikutnya.
2) Bila hasil yang dicapai oleh peserta didik kurang dari 75%, maka masih dapat
dizinkan untuk mengikuti program atau satuan pelajaran berikutnya, tetapi kepada
peserta didik tersebut perlu diberikan perhatian atau bantuan khusus sehubungan
kesulitan yang masih dialaminya.

33
Selain hal tersebut di atas juga perlu diketahui penggunaan hasil penilaian dapat
dijadikan
sebagai kepentingan administratif, pengajaran.
Administrator juga dapat menggunakan data penilaian untuk melengkapi laporan-laporan
kepada orang tua, kepada sekolah juga untuk melengkapi laporan-laporan periodik
tentang kemajuan TK

kepada instansi atasan yang memerlukan. Sedangkan untuk

kepentingan pengajaran, ada sejumlah pihak yang terlibat antara lain pengawas, kepala
sekolah, hasil-hasil evaluasi itu dapat digunakan.
- Untuk membantu guru dalam cara-cara mengajar yang baik
- Untuk membantu status peserta didik dalam hubungannya dengan tujuan pokok
kurikulum.
2. Menganalisis Hasil Penilaian Proses dan Hasil Belajar Untuk Menentukan Tingkat
Perkembangan Anak
a) Menganalisis hasil penilaian proses pembelajaran
b) Menganalisis hasil penilaian hasil belajar
c) Menganalisis hasil penilaian program kegiatan belajar
d) Menginterprestasikan hasil analisis penilaian proses belajar anak
e) Menginterprestasikan hasil analisis penilaian hasil belajar anak
f) Menginterprestasikan hasil analisis penilaian program

34
4. Satuan Layanan dan Satuan Pendukung pada PAUD

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sekolah

: TK Islam Permata Ciputat

Kelas

:B

Tahun

: 2011/2012

A. Bahasan/Topik Permasalahan

: Mengenali perasaan diri sendiri, dan persepsi anak
terhadap keluarga.

B. Bidang Bimbingan

: Bimbingan Kelompok

C. Jenis Layanan

: Layanan Informasi

D, Fungsi Layanan

: Memberikan informasi mengenai bagaimana mengenali
perasaan mereka sendiri, dan persepsi anak terhadap
keluarga.

E. Tujuan Layanan/Hasil yang
Ingin Dicapai

: Anak dapat mengenali perasaannya, dan juga mampu
mengutarakan persepsi mereka terhadap keluarganya.

F. Sasaran layanan

: Siswa kelas B

G. Uraian Kegiatan dan Materi
Layanan

: Terlampir

H. Metode

: Ceramah, Tanya jawab, dan game.

I. Tempat Penyelenggaraan

: Ruang kelas

J. Alokasi Waktu

: 15 menit

K. Penyelenggara Layanan

: Kelompok 1 Observasi Bimbingan dan Konseling

L. Pihak yang disertakan

: Siswa TK (gabungan dari dua kelas yang berjumlah 32
siswa)

M. Alat dan Perlengkapan

:-

35
Rencana Penilaian : • Laiseg : Tanggapan anak bagaimana cara mengenali
perasaannya sendiri, dan mengenai persepsi
mereka terhadap keluarganya.
• Laijapen : Apakah anak mampu mengenali perasaan
mereka

sendiri,

dan

mampu

mempersepsikan keluarganya?
• Laijapan : Diharapkan

anak

mampu

mengenali

perasaan mereka sendiri, dan anak mampu
mempersepsikan keluarganya.
B. Rencana Tindak Lanjut

: Penggalian informasi lebih lanjut.

C. Catatan Khusus

:-

Ciputat, 14 Desember 2011

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Pembimbing Materi

Drs. Nani Oding

Siti Sharah Febriani
36
Uraian kegiatan :
No.

3.

Kegiatan

Penutup

•

Salam pembuka

3 menit

Perkenalan
Penjelasan tujuan layanan

•

Pemberian materi

•

2.

Waktu

•

Pendahuluan

Kegiatan
•

1.

Tahap

Game dan menyanyi bersama

•

Anak diminta untuk mengungkapkan

10 menit

2 menit

perasaanya setelah diberikan materi.
•

Salam penutup

37
BAB III
HASIL

A. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI

PELINDUNG
KEPALA SEKOLAH

KOORDINATOR
PENDIDIKAN

KOORDINATOR
USAHA

GURU TK A

BENDAHARA

KOORDINATOR
PERLENGKAPAN

GURU TK
B

GURU
PLAYGROUP

f.

38
B. Pembagian Tugas Staf Bimbingan
PAUD Permata tidak tersedia pelayanan bimbingan dan konseling, jadi guru hanya
sebagai pengajar/pendidik.

C. Program Tahunan, Bulanan, Mingguan, dan Harian
Program kegiatan dikembangkan dengan mengacu pada Standar PAUD (BSNP) /
Kurikulum impelementasi sesuai kondisi daerah / peserta didik. Program kegiatan PAUD
disusun oleh Dinas Pendidikan kabupaten dan Lembaga sendiri. Yang terlibat dalam
penyusunan program tersebut antara lain, pendidik dan tim pengembang program kegiatan.
Bentuk programnya yaitu:
1. Memberikan pengertian kepada orang tua balita tentang kesehatan anak/siswa yang
meliputi :
•

Cara hidup sehat

•

Cara mengetahui balita kurang gizi

2. Mengadakan penyuluhan kepada para ibu dengan melibatkan dokter Puskesmas tentang
cara hidup sehat, pemenuhan gizi dan cara melakukan tindakan P3K terhadap balita.
3. Memberikan bimbingan kepada siswa (balita) tentang cara hidup bersosial dengan
sesama teman serta bermain dengan saling bekerjasama.
4. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi organ tubuh dan panca indra.
5. Mengenalkan/menyebutkan silsilah keluarga terdekat.
6. Makan dan rekreasi bersama sebagai upaya mengenal alam.
7. In-Sevice Training didapatkan oleh guru-guru TK yang diberikan oleh departemen
agama. Sekitar 8 kali dalam setahun. Materi beragam, mulai dari manajemen TK,
pembuatan kurikulum, hingga seputar pengembangan skill guru dalam bidang tekhnologi.

D. Pelaksanaan Capaian dan Evaluasi Layanan Bimbingan
1. Pelaksanaan
 Proses bimbingan dan konseling, langsung diberikan oleh guru tk/wali kelas. Maupun
kepala sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah sering terjun langsung menghadapi

39
masalah di kelas, maupun masalah dengan orangtua dikarenakan minimnya tenaga
pengajar.
 Bimbingan diberikan oleh guru tk kepada siswa berupa:
1. Pelajaran tentang moral, kejujuran , dan kebaikan.
2. Pelajaran tentang mengenal Tuhan.
 Proses pemberian bimbingan, berupa contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mudah dipahami oleh anak.
1. Melalui permainan
2. Melalui cerita dongeng, fabel, maupun kisah-kisah teladan Nabi dan Rasul.
2.

Pencapaian
Standar tingkat pencapaian yang diterapkan pada lembaga PAUD sekolah ini mengacu
pada Standar PAUD (BSNP) dan yang terlibat yaitu Kepala dinas DEPDIKNAS
Kecamatan, Yayasan, Kepala sekolah, dan Pendidik.
Penerapannya meliputi aspek Agama dan moral, Fisik (Kesehatan, motorik kasar dan
halus), Kognitif, Bahasa, dan Sosial emosional

3.

Evaluasi
Evaluasi diadakan setiap bulan April, September, dan Desember. Berarti kira-kira setiap
4 bulan sekali sekolah ini mengadakan evaluasi.
Evaluasi diadakan untuk melihat kualitas dari Program kegiatan, Pelaksanaan sampai
kepada Sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut.

E. Kendala dan Hambatan
Kendala dan hambatannya diantaranya yaitu:
1. Sulitnya seorang guru/pendidik ketika menghadapi anak/siswa yang sering bertengkar
dengan kawan sebayanya. Guru memberikan suatu bimbingan kepada anak/siswa dalam
bersikap yang baik dan ramah, dan guru juga memberikan contoh yang baik supaya
anak/siswa bisa menerapkan dalam aktivitasnya.
2. Sulitnya orangtua anak/siswa untuk diajak komunikasi atau kerjasama dalam
mengembangkan potensi anak.
3. Kesulitan guru dalam memberikan pengarahan dalam aspek penyesuaian diri pada anakanak.
40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan
 PAUD Permata merupakan sekolah yang mendidik anak-anak usia dini, dan rata-rata usia
anaknya adalah 2-4 tahun dan masih ada yang mengkonsumsi ASI.
 PAUD Permata memiliki Standar pendidikan berdasarkan PAUD (BSNP).


Sarana dan Prasana di PAUD Permata cukup baik, memiliki area yang cukup luas dan memiliki
fasilitas yang memadai.

 Tenaga pengajar cukup kompeten, dan pengajar tersebut juga sering ikut dalam pelatihan untuk
meningkatkan mutu dalam mengajar, salah satunya program In-Service Training yang diadakan 8
kali dalam setahun.


Total jam belajar perhari mencapai 3-4 jam. Kegiatan belajar mengajarnya dilakukan didalam
dan diluar kelas.



Program yang dilakukan pada sekolah PAUD Permata dikembangkan dengan mengacu pada

Standar PAUD (BSNP) / Kurikulum impelementasi sesuai kondisi daerah / peserta didik.
B. Saran
Orang tua harus bekerja sama dengan pihak sekolah dalam memantau perkembangan dan
kemampuan anaknya. Orang tua dan guru harus benar-benar memperhatikan jenis – jenis makanan
yang akan di konsumsi oleh anak-anak usia dini ini, dan pola asuh yang sesuai dengan Standar PAUD
(BSNP).

41
DAFTAR PUSTAKA

Internet:
http://abudaud2010.blogspot.com/2011/01/mengapa-bimbingan-konseling-diperulakn.html
http://pendekatan-rasional-emotif-behaviour-terapi-bimbingan-konseling-di-taman-kanakkanak.htm

Buku:
Syahril & Ahmad R. (1986). Pengertian bimbingan dan konseling: Angkasa Raya.
Tohirin. (2009). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2009
WS. Winkel. (1984). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Rahman, F. (2009). Penyusunan Program BK di Sekolah (Bahan PLPG). Yogyakarta:
Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY).
Suyadi. (2009). Bimbingan dan Konseling untuk PAUD. Diva Press. Jogyakarta.

42

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
Nur Arifaizal Basri
 
1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
AtakhBoer
 
Makalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiiiMakalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiii
Tita Sobandi
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Nur Arifaizal Basri
 
Angket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolahAngket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolah
28DEKY
 

Mais procurados (20)

STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Konselor
KonselorKonselor
Konselor
 
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
 
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
 
1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
1. PPT Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
 
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiLaporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
 
Paparan Asesmen Siswa dalam Layanan BK.pptx
Paparan Asesmen Siswa dalam Layanan BK.pptxPaparan Asesmen Siswa dalam Layanan BK.pptx
Paparan Asesmen Siswa dalam Layanan BK.pptx
 
Makalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiiiMakalah anak berbakat jadiii
Makalah anak berbakat jadiii
 
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
 
PPT Pengembangan Kognitif AUD
PPT Pengembangan Kognitif AUD PPT Pengembangan Kognitif AUD
PPT Pengembangan Kognitif AUD
 
Kebutuhan anak sekolah dasar
Kebutuhan anak sekolah dasarKebutuhan anak sekolah dasar
Kebutuhan anak sekolah dasar
 
Assessment paud
Assessment paudAssessment paud
Assessment paud
 
Rpl konseling individu
Rpl konseling individuRpl konseling individu
Rpl konseling individu
 
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
 
Angket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolahAngket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolah
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
 
Angket Pilihan Karier
Angket Pilihan KarierAngket Pilihan Karier
Angket Pilihan Karier
 

Destaque

PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Zakiah dr
 
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia diniperkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini
Boyolali
 
Landasan pelaksanaan bk di paud
Landasan pelaksanaan bk di paudLandasan pelaksanaan bk di paud
Landasan pelaksanaan bk di paud
Sri Saparahayu
 
Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini
Mitha Ye Es
 
116232424 soal-uts
116232424 soal-uts116232424 soal-uts
116232424 soal-uts
Beni Irvan
 
MATERI UKS -DOKCIL
MATERI UKS -DOKCIL MATERI UKS -DOKCIL
MATERI UKS -DOKCIL
Zakiah dr
 
STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...
STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...
STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...
Dina Haya Sufya
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
guestf6b63af
 
Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...
Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...
Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...
rara_saraswati
 

Destaque (20)

BK AUD
BK AUDBK AUD
BK AUD
 
PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
PEMBINAAN KESEHATAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
 
Makalah permasalahan anak tk lengkap
Makalah permasalahan anak tk lengkapMakalah permasalahan anak tk lengkap
Makalah permasalahan anak tk lengkap
 
Hakikat BK
Hakikat BKHakikat BK
Hakikat BK
 
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia diniperkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini
 
Landasan pelaksanaan bk di paud
Landasan pelaksanaan bk di paudLandasan pelaksanaan bk di paud
Landasan pelaksanaan bk di paud
 
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
 
Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan dan perkembangan anak usia dini
 
116232424 soal-uts
116232424 soal-uts116232424 soal-uts
116232424 soal-uts
 
Percakapan Konseling
Percakapan KonselingPercakapan Konseling
Percakapan Konseling
 
Soal bimbingan konseling
Soal bimbingan konselingSoal bimbingan konseling
Soal bimbingan konseling
 
Perkembangan Motorik di TK
Perkembangan Motorik di TKPerkembangan Motorik di TK
Perkembangan Motorik di TK
 
MATERI UKS -DOKCIL
MATERI UKS -DOKCIL MATERI UKS -DOKCIL
MATERI UKS -DOKCIL
 
Guru Sebagai Evaluator
Guru Sebagai EvaluatorGuru Sebagai Evaluator
Guru Sebagai Evaluator
 
STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...
STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...
STANDAR KUALIFIKASI & KOMPETENSI PELAKSANAAN BK SEBAGAI PROFESI DAN PENDIDIKA...
 
Jenis layanan BK
Jenis layanan BKJenis layanan BK
Jenis layanan BK
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
 
4. fungsi fungsi bk
4. fungsi fungsi bk4. fungsi fungsi bk
4. fungsi fungsi bk
 
Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...
Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...
Penjasorkes sekolah dasar_mi_kelas_ii_kelas_2_agus_suyanto_endang_widiharti_j...
 
Pentingnya pendidikan sex sejak usia dini
Pentingnya pendidikan sex sejak usia diniPentingnya pendidikan sex sejak usia dini
Pentingnya pendidikan sex sejak usia dini
 

Semelhante a Bimbingan dan Konseling pada PAUD

Bahan plpg tk_konsep_dasar_paud
Bahan plpg tk_konsep_dasar_paudBahan plpg tk_konsep_dasar_paud
Bahan plpg tk_konsep_dasar_paud
SiMbah Dayoen
 
Proposal ijin operasional
Proposal ijin operasionalProposal ijin operasional
Proposal ijin operasional
Arya Dinpanggah
 
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paudHakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Andi Uli
 
Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1
Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1
Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1
婧慜 丘
 
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniMakalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Soga Biliyan Jaya
 
Pendidikan anak
Pendidikan anakPendidikan anak
Pendidikan anak
milah70
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Susilowati Boediono
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Susilowati Boediono
 
Strategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUDStrategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUD
Michelle Rumawir
 

Semelhante a Bimbingan dan Konseling pada PAUD (20)

Bahan plpg tk_konsep_dasar_paud
Bahan plpg tk_konsep_dasar_paudBahan plpg tk_konsep_dasar_paud
Bahan plpg tk_konsep_dasar_paud
 
Proposal ijin operasional
Proposal ijin operasionalProposal ijin operasional
Proposal ijin operasional
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Paud
PaudPaud
Paud
 
Propsal paud-nusa-indah-limpas
Propsal paud-nusa-indah-limpasPropsal paud-nusa-indah-limpas
Propsal paud-nusa-indah-limpas
 
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paudHakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
 
Persentase problematika
Persentase problematikaPersentase problematika
Persentase problematika
 
Makalah konsep dasar paud 1
Makalah konsep dasar paud 1Makalah konsep dasar paud 1
Makalah konsep dasar paud 1
 
Makalah psikologi putri (1)
Makalah psikologi putri (1)Makalah psikologi putri (1)
Makalah psikologi putri (1)
 
Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1
Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1
Pemikiran kreatif kae3013 tugasan 1
 
PERAN BKB KIT
PERAN BKB KITPERAN BKB KIT
PERAN BKB KIT
 
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniMakalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
 
Pendidikan anak
Pendidikan anakPendidikan anak
Pendidikan anak
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
 
Lala
LalaLala
Lala
 
Hhhh
HhhhHhhh
Hhhh
 
Strategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUDStrategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUD
 
Assingment fpm
Assingment fpmAssingment fpm
Assingment fpm
 
TINGKAT PENCAPAIAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN BERDASARKAN STANDAR...
TINGKAT PENCAPAIAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN BERDASARKAN STANDAR...TINGKAT PENCAPAIAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN BERDASARKAN STANDAR...
TINGKAT PENCAPAIAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN BERDASARKAN STANDAR...
 

Mais de Dina Haya Sufya

Lima Karakter Ideal Pemimpin
Lima Karakter Ideal PemimpinLima Karakter Ideal Pemimpin
Lima Karakter Ideal Pemimpin
Dina Haya Sufya
 
Penilaian prestasi kerja
Penilaian prestasi kerjaPenilaian prestasi kerja
Penilaian prestasi kerja
Dina Haya Sufya
 
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
Dina Haya Sufya
 
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan Sumber Daya ManusiaPengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Dina Haya Sufya
 
Wisdoms, membuka mata, menangkap makna
Wisdoms, membuka mata, menangkap maknaWisdoms, membuka mata, menangkap makna
Wisdoms, membuka mata, menangkap makna
Dina Haya Sufya
 
11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)
11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)
11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)
Dina Haya Sufya
 
Good leadership vs bad leadership
Good leadership vs bad leadershipGood leadership vs bad leadership
Good leadership vs bad leadership
Dina Haya Sufya
 

Mais de Dina Haya Sufya (20)

Teori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasTeori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi Komunitas
 
Penerapan E learning pada Organisasi
Penerapan E learning pada OrganisasiPenerapan E learning pada Organisasi
Penerapan E learning pada Organisasi
 
Mengenal Fixed Mindset dan Growth Mindset
Mengenal Fixed Mindset dan Growth MindsetMengenal Fixed Mindset dan Growth Mindset
Mengenal Fixed Mindset dan Growth Mindset
 
Revolusi Mental Dalam Membangun Manajemen Sumber Daya Insani
Revolusi Mental Dalam Membangun Manajemen Sumber Daya InsaniRevolusi Mental Dalam Membangun Manajemen Sumber Daya Insani
Revolusi Mental Dalam Membangun Manajemen Sumber Daya Insani
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Lima Karakter Ideal Pemimpin
Lima Karakter Ideal PemimpinLima Karakter Ideal Pemimpin
Lima Karakter Ideal Pemimpin
 
Lima Karakter Haram for HR & Company Development
Lima Karakter Haram for HR & Company DevelopmentLima Karakter Haram for HR & Company Development
Lima Karakter Haram for HR & Company Development
 
Keunggulan pemikir strategis
Keunggulan pemikir strategisKeunggulan pemikir strategis
Keunggulan pemikir strategis
 
Penilaian prestasi kerja
Penilaian prestasi kerjaPenilaian prestasi kerja
Penilaian prestasi kerja
 
Fokus Human Capital
Fokus Human CapitalFokus Human Capital
Fokus Human Capital
 
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
 
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan Sumber Daya ManusiaPengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan Sumber Daya Manusia
 
Total Forgiveness
Total ForgivenessTotal Forgiveness
Total Forgiveness
 
Tugas dan Wewenang MSDM
Tugas dan Wewenang MSDMTugas dan Wewenang MSDM
Tugas dan Wewenang MSDM
 
Living Islam
Living IslamLiving Islam
Living Islam
 
Wisdoms, membuka mata, menangkap makna
Wisdoms, membuka mata, menangkap maknaWisdoms, membuka mata, menangkap makna
Wisdoms, membuka mata, menangkap makna
 
11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)
11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)
11 elemen spiritualitas (membangun keunggulan perusahaan)
 
Menjadi guru kreatif
Menjadi guru kreatifMenjadi guru kreatif
Menjadi guru kreatif
 
Good leadership vs bad leadership
Good leadership vs bad leadershipGood leadership vs bad leadership
Good leadership vs bad leadership
 
Early theory, the foundations of modern leadership (teori-teori awal sebagai ...
Early theory, the foundations of modern leadership (teori-teori awal sebagai ...Early theory, the foundations of modern leadership (teori-teori awal sebagai ...
Early theory, the foundations of modern leadership (teori-teori awal sebagai ...
 

Último

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Último (20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Bimbingan dan Konseling pada PAUD

  • 1. 1
  • 2. BAB I LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas 2003) pasal 14 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan formal adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pasal 28 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada ayat berikutnya disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak (TK). Pada bagian penjelasan ayat tersebut ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini tidak merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan dasar. Karena itu, walaupun TK berada pada jalur pendidikan formal, tidak termasuk dalam jenjang pendidikan formal yang diatur pada pasal 14 di atas (Depdiknas, 2003). Implikasi dari Undang-Undang tersebut adalah pendidikan anak usia dini tidak merupakan syarat untuk memasuki pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini, khususnya TK, tidak bersifat wajib. Namun, sebagian besar orang tua yang peduli terhadap perkembangan anak mempunyai semangat yang tinggi untuk memasukkan anaknya ke TK. Di negara maju seperti Amerika Serikat, TK merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang diikuti hampir semua (98%) anak di negara tersebut (Chandler, West, dan Hausken, 1995: 1). Kondisi di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan, tampaknya tidak jauh berbeda dengan kondisi di Amerika Serikat. Hal ini terbukti sudah sulit mencari siswa SD di perkotaan yang tidak melalui TK. Harapan dari para orang tua memasukkan anaknya ke TK adalah agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan dan pertumbuhan anak. Harapan ini sesuai dengan penjelasan UU Sisdiknas 2003 pasal 28 ayat 3 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan di TK adalah untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Depdiknas, 2003: 11). 2
  • 3. Perkembangan anak mulai lahir sampai lima atau enam tahun berlangsung sangat cepat dan pada masa ini perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap, sehingga menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1978: 30) yang mengatakan bahwa perkembangan awal anak (masa kanak-kanak) lebih kritis dibandingkan dengan perkembangan berikutnya. Hal ini disebabkan perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan, artinya perkembangan suatu tahap akan berpengaruh terhadap perkembangan tahap berikutnya, dan pola kepribadian anak berkembang menjadi relatif tetap. Slavin (1994: 73) juga mengatakan hal yang sama, bahwa anak usia antara 3 dan 6 tahun terjadi perkembangan yang cepat pada semua aspek perkembangan. Usia anak belajar di TK antara 4 – 6 tahun. Karena saat tersebut merupakan masa yang sangat penting, maka pendidikan TK menjadi sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Menurut Yeni dan Euis (2010: 35), anak usia 3-4 tahun dapat menciptakan apa pun yang dia inginkan melalui benda-benda di sekitarnya. Ia dapat menciptakan roket dengan ember cucian ibunya, mobil bus dengan kursi terbalik, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya anak telah memiliki jiwa kreatif. Peran dan tanggung jawab guru TK dalam proses pendidikan sangat besar. Guru dituntut dapat memberikan bimbingan/pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga dapat mengoptimalkan perkembangannya. Agar kegiatan belajar yang diberikan di TK sesuai dengan tingkat perkembangan anak, beberapa negara bagian di Amerika Serikat, antara lain: Alabama, Arkansas, Florida, Lousiana, Tennesse, dan Utah, melaksanakan penilaian tentang kesiapan belajar terhadap anak saat masuk TK. Bahkan di negara bagian Alabama, untuk masuk TK Negeri dilakukan penilaian terhadap kemampuan membaca awal anak. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk menyusun kegiatan belajar dan didokumentasikan di tingkat lokal dan di tingkat negara bagian (Saluja, Scott-Little, dan Clifford, 2000: 8). Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat memperhatikan kesesuaian kegiatan belajar yang diberikan dengan tingkat perkembangan anak. Makalah ini akan menguraikan pentingnya bimbingan dan konseling di pendidikan anak usia dini, dan kami meneliti TK Islam Permata sebagai bahan observasi. 3
  • 4. BAB II KAJIAN TEORI A. Latar Belakang Perlunya BKS pada PAUD Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Dalam Undang-undang (UU) No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (pasal 1, butir 14). Usia anak sejak lahir sampai usia enam tahun tersebut lebih sering disebut dengan usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjokan luar biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Pada ahli menyebutnya sebagai masa keemasan (golden age). Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan asupan gizi seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih saying dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan masing-masing anak. Pemberian rangsangan pendidikan dapat diberikan sejak anak lahir bahkan sejak anak dalam kandungan. Rangsangan pendidikan ini seharusnya 4
  • 5. diberikan secara bertahap, berulan, konsisten dan tuntas sehingga memberi daya ubah (manfaat) bagi anak. Seiring bertambahnya usia dan perkembangan anak, maka pemberian rangsangan pendidikan kepada anak hendaknya lebih lengkap, sehingga memerlukan layanan tambahan pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan maupun lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Rangsangan pendidikan yang dilakukan di rumah (home base) maupun di luar rumah (center base) hendaknya dilakukan selaras dan mendukung sehingga di peroleh hasil yang optimal. Rangsangan pendidikan diluar rumah dapat dilakukan sejak ada mulai berusia 6 buan bahkan usia 3 bulan juga sudah dapat diberikan. Namun sayangnya layanan pendidikan untuk anak usia dini masih terbatas dan jika ada belum tentu semua masyarakat dapat menjangkaunya baik dari sisi jarak maupun biaya. Pendidikan anak usia dini atau yang lebih dikenal dengan istilah PAUD, terutama TK, sejak zaman kolonial hingga abad ini, sangat mementingkan pertumbuhan anak secara normal dan sempurna. Kesempurnaan tersebut meliputi perkembangan fisik motorik, sosioemosional, kognitif, dan mental spiritual. Lembaga pendidikan anak usia dini pada umumnya dan TK pada khususnya bertanggung jawab penuh atas perkembangan semua aspek pada anak didik tersebut. Disamping itu, sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, PAUD pada umumnya dan TK pada khususnya,tidak hanya menekankan berkembangnya fisik anak semata, melainkan juga harus menumbuhkan kompetensi akademi anak, seperti membaca, menulis, dan berhitung atau yang lebih dikenal dengan istilah calistung. Kompetensi tersebut dimaksudkan agar anak siap (secara mental maupun intelektual) mauk ke jenjang pendidikan di atasnya, yakni sekolah dasar. Bahkan ,gejala yang akhir-akhir ini marak di kota besar, tepatnya di sekolah-sekolah dasar unggulan, sangat ketat menyeleksi calon anak didiknya, yakni dengan adu kompetensi di bidang Calistung tersebut. Atas dasar tuntutan inilah TK harus bertanggung jawab dalam membekali anak didiknya dengan kompetensi Calistung, disamping juga memandu tumbuh kembangnya secara baik. 5
  • 6. Perkembangan msyarakat, pendidikan, dan ilmu pengetahuan dewasa ini membawa fakta bahwa program bimbingan konseling di PAUD sama pentingnya dengan bimbingan konseling di sekolah menengah. Hanya saja, tekanan di antara keduanya berbeda; tekanan masing-masing bimbingan dan konseling selalu di sesuaikan dengan taraf atau jenjang pendidikan anak didik yang bersangkutan. Program bimbingan dan konseling di bebagai lembaga pendidikan (termasuk di dalam PAUD) merupakan program bimbingan yang bermanfaat secara positif, tidak sekedar reaktif dan korektif. Terlebih lagi, jika program bimbingan ini bersifat kontinu, berkelanjutan, dan terus-menerus, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, bahkan sampai di masyarakat. Tentu, hasilnya akan jauh lebih baik daripada bimbingan yang sifatnya eksiden semata. Tetapi, penekanan bimbingan dan konseling dapat berubah-ubah, sesuai dengan kebutuhan anak didiknya atau sesuai dengan taraf perkembangannya. Atas dasar ini, maka bimbingan konseling di PAUD tidak boleh hanya berfokus pada tumbuh kembangnya anak secara normal dan kompetensi Calistung semata, melainkan juga harus menemukan jati diri anak didik yang unik dank has, sesuai dengan kepribadiannya. Petualangan pencarian jati diri anak didik harus dimulai sejak usia dini atau lembaga PAUD. Sebab, penemuan dan pemahaman akan dirinya sendiri akan sangat membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan baru yang akan dihadapi. Disamping itu, penemuan jati diri atau kepribadian anak didik dapat membantu mereka dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensinya. Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD tidak hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah, melainkan juga harus diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak didik, melainkan juga juga tindakan untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembangya anak secara maksimal. Pada bimbingan yang bersifat preventif, kesehatan mental, dan pengembangan diri dari pada bimbingan yang menitikberatkan pada psikoterapi maupun diagnosis terhadap perilaku bermasalah. Terlebih lagi, ketika para psikolog telah menyadari betapa pentingnya 6
  • 7. melakukan identifikasi sejak dini terhadap perilaku bermasalah pada anak-anak. Dengan melakukan identifikasi ini diharapkan anak-anak dimasa depan tidak akan mengalami hambatan dalam belajarnya, terlebih lagi gangguan pada mentalnya. Nah, momen yang paling tepat untuk melakukan tindakan identifikasi ini adalah pada masa-masa awal usia dini atau di lembaga PAUD. B. Sasaran, Sifat, & Prinsip BKS pada PAUD 1. Sasaran BKS pada PAUD Pada dasarnya sasaran pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah anak usia dini ialah pribadi siswa secara perseorangan. Ini tidaklah berarti bahwa pelayanan bimbingan dan konseling bersifat individualistis yang mengutamakan kepentingan individu di atas segalagalanya, melainkan bimbingan dan konseling mempunyai sasaran mengembangkan apa yang terdapat pada diri tiap-tiap individu secara optimal agar masing-masing individual dapat sebesar-besarnya berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya. Dalam setiap kegiatannya pelayanan bimbingan dan konseling, meskipun kegiatan itu berupa kegiatan kelompok misalnya, berusaha untuk membina satu atau beberapa kemampuan pribadi individu yang dibimbing itu dalam berbagai aspeknya, yaitu aspek akademik, sosial, emosional, sikap, keterampilan dan sebagainya. Lebih khusus lagi, sasaran pembinaan pribadi siswa melalui pelayanan bimbingan dan konseling meliputi tahap-tahap pengembangkan kemampuan-kemampuan: (a) Pengungkapan, Pengenalan, dan Penerimaan Diri Pribadi yang mantap dan berkembang dengan baik ialah apabila individu yang bersangkutan benar-benar sadar tentang dirinya sendiri. Kesadaran tentang diri sendiri ini akan tercapai apabila kemampuan pengungkapan diri dapat berkembang dengan baik. Seringkali kemampuan pengungkapan diri tidak serta merta timbul pada diri seseorang, melainkan memerlukan bantuan orang lain. Seseorang harus tahu batas-batas kemampuannya sendiri, apa-apa yang dia mampu dan tidak mampu, harus tahu tentang bakat dan minatnya, harus tahu tentang keadaan dirinya baik jasmaniah maupun rohaniah, dan sebagainya. Hasil pengungkapan diri yang objektif merupakan dasar yang sehat untuk mengenal diri sendiri sebagaimana adanya yang selanjutnya menjadi titik 7
  • 8. tolak bagi penerimaan diri sendiri. Pribadi yang sehat ialah apabila dia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan diri itu. (b) Pengenalan Lingkungan Sebagaimana diketahui hidup manusia ialah dalam hubungannya dengan lingkungannya. Seorang individu tidak hanya dituntut untuk mengenal diri sendiri, melainkan juga dituntut untuk mengenal lingkungannya. (c) Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan hendaknya dilakukan oleh individu itu sendiri atau setidaktidaknya, apabila pengambilan keputusan itu diprakarsai oleh orang lain (misalnya oleh konselor), keputusan itu hendaknya disetujui oleh individu yang dibimbing. Tujuan akhir bimbingan dan konseling ialah agar individu yang dibimbing mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. (d) Pengarahan Diri Keputusan yang diambil di atas hendaknya diwujudkan dalam bentuk kegiatan nyata. Bagaimanapun bagusnya keputusan apabila tidak dijalankan tidaklah ada faedahnya. Individu yang bersangkutan harus berani menerjunkan dirinya untuk menjalani keputusan yang telah diambilnya untuk dirinya sendiri itu. (e) Perwujudan Diri Setiap individu hendaknya mampu mewujudkankan diri sendiri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dasar dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan diri ini hendaknya terlaksana tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain. Di samping itu perwujudan diri haruslah normatif, artinya sejalan dengan norma dan nilainilai yang berlaku di dalam masyarakat. 8
  • 9. 2. Sifat BKS pada PAUD Sifat-sifat yang terdapat dalam bimbingan dan konseling, diantaranya: a) Pencegahan, yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. b) Penyembuhan, yaitu sifat bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. c) Perbaikan, yaitu sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa berkembang secara optimal. d) Pemeliharaan, yaitu sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang sudah baik tetap baik. e) Pengembangan, yaitu mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. 3. Prinsip-Prinsip BKS pada PAUD Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada anak usia dini, yaitu: a. Bimbingan merupakan bagian penting dari proses pendidikan. b. Bimbingan diberikan kepada semua anak dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah. c. Bimbingan merupakan proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan. d. Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing. e. Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi kemampuan fisik-motorik, kecerdasan, sosial maupun emosional. f. Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan anak. g. Bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak. h. Dalam menyampaikan pemasalahan anak kepada orang tua hendaknya menciptakan situasi aman dan menyenangkan, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman. 9
  • 10. i. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya dirumah. j. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru atau pendamping sebagai pelaksana bimbingan, bilamana masalah yang terjadi perlu ditindak lanjuti, maka guru pembimbing harus mengonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli. k. Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan. C. Ruang Lingkup BKS pada PAUD Ruang lingkup bimbingan untuk anak usia dini, diantaranya: 1. Bimbingan Pribadi dan Sosial Bimbingan ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan b ersosialisasi dengan lingkungan secara baik. Bimbingan ini dapat membantu anak dalam memecahkan masalahmasalah pribadi sosial. 2. Bimbingan Belajar Merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah serta mencapai tujuan dan tugas pengembangan pendidikan melalui kegiatan bermain sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku. 3. Bimbingan karir Bimbingan yang membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana. 10
  • 11. Sedangkan ruang lingkup layanan bimbingan bagi anak usia dini terdiri atas 5 bentuk layanan, yaitu: 1. Layanan Pengumpulan Data Layanan pengumpulan data dimaksudkan untuk menjaring informasi-informasi yang diperlukan guru atau pendamping anak usia dini dalam memahami karakteristik, kemampuan dan permasalahan yang mungkin dialami anak. Data ini penting karena untuk memberikan bantuan terhadap anak. 2. Layanan Informasi Layanan informasi dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman baik untuk anak maupun bagi orang tua. Untuk anak usia dini yang relatif masih usia muda, masih sangat sedikit informasi atau pengetahuan yang diketahui dan dipahami anak. Sebaliknya bagi orang tua melalui layanan informasi ini diharapkan dapat menambah wawasan khususnya yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. 3. Layanan Konseling Layanan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan bagi anak yang diduga mengalami masalah tertentu, baik yang menyangkut masalah pribadi, sosial ataupun masalah lainnya. Proses konseling pada anak usia dini berbeda dengan konseling yang dilakukan pada remaja atau orang dewasa. Layanan konseling dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah seperti yang diungkapkan dalam uraian terdahulu yaitu melakukan : identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi tindak lanjut. 4. Layanan penempatan Layanan penempatan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak memperoleh penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya. Melalui layanan ini anak dapat berada pada posisi dan pilihan yang tepat. 5. Layanan evaluasi dan tindak lanjut Layanan evaluasi dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanganan yang telah dilakukan guru atau pendamping. Ukuran keberhasialan suatu layanan bimbingan dan konseling dapat diliahat dari seberapa jauh perubahan prilaku yang terjadi pada anak. 11
  • 12. D. Organisasi dan Administrasi BKS pada PAUD; Wewenang dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Program BKS pada PAUD 1. Organisasi dan Administrasi BKS pada PAUD Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada PAUD, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: a) Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling. b) Sederhana, maksudnya adalah dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat dengan cepat diambil, tetapi dengan pertimbangan yang cepat, dan pelaksanaan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu. c) Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas yang semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik. d) Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik. e) Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat). 12
  • 13. 2. Wewenang dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Program BKS pada PAUD Personil yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling terentang secara verikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi sebagai berikut: a) Personil pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggara pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan anak usia dini. b) Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling di satuan pendidikan anak usia dini). c) Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam pelayanan bimbingan dan konseling anak usia dini. d) Guru-guru lain, (guru mata pelajaran, guru praktik), serta wali kelas, sebagai penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas masing-masing. e) Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik anak usia dini dalam arti yang seluas-luasnya. f) Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan non pelajaran/latihan (seperti dokter, psikolog, psikiater), sebagai subjek alih tangan kasus. g) Sesama peserta didik, sebagai kelompok subjek yang potensial untuk diselenggarakannya “bimbingan sebaya”. Untuk setiap personil yang diidentifikasikan itu ditetapkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada anak usia dini. Tugas, wewenang dan tanggung jawab guru pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan dengan rasio antara seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembiming bertanggung jawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh peserta didik di kealsnya. 13
  • 14. E. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Profesi Guru Pembimbing dan Konselor sebagai Pelaksana BK; serta Pendidikan Guru Pembimbing dan Inservice Training BK pada PAUD 1. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Profesi Guru Pembimbing dan Konselor sebagai Pelaksana BK a. Kualifikasi Konselor Menurut Yeni dan Euis (2010: 45), untuk membantu anak tetap memiliki dan mengembangkan potensi kreatifnya, dibutuhkan seorang guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kreatif dan Menyukai Tantangan Syarat pertama seorang guru yang dapat mengembangkan kreativitas anak adalah guru tersebut juga merupakan individu yang kreatif. Tanpa sifat ini sekali seorang guru dapat memahami keunikan karya dan kreativitas anak, selain itu, ia juga menyukai keunikan karya dan kreativitas anak. Selain itu, ia juga menyukai tantangan dan hal baru sehingga ia tidak akan terpaku pada rutinitas ataupun mengandalkan program yang ada. Namun ia akan senantiasa mengembangkan, memperbarui dan memperkaya aktivitas belajarnya dari waktu ke waktu. 2. Menghargai Karya Anak Karakteristik guru pengembang kreativitas akan sangat menghargai karya anak apa pun bentuknya. Menghargai anak sangatlah prinsipil sifatnya. Tanpa sikap ini mustahil anak akan bersedia mengekspresikan dirinya secara bebas dan mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Penghargaan ini dapat berupa pujian, ataupun pengakuan dari guru bahwa anak tersebut telah dengan baik membuat suatu karya yang membanggakan dirinya. Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa penghargaan ini harus menjadi motivasi bagi anak untuk terus mengekspresikan diri dan berkembang dengan optimal. 3. Menerima Anak Apa Adanya Setiap anak adalah unik dan khas, mereka berbeda satu sama lain. Seorang guru dituntut untuk dapat memahami keunikan tiap anak dan menerimanya dengan baik serta menghindari sikap diskriminatif. Penerimaan terhadap anak, erat kaitannya 14
  • 15. dengan rasa aman. Jika anak merasa diabaikan dan tidak diterima oleh gurunya, maka ia akan kehilangan rasa amannya ketika berdekatan dengan gurunya. Tanpa rasa aman, seorang anak tidak dapat belajar dengan baik. 4. Motivator Seorang pengembang kreativitas adalah seorang motivator/pendorong bagi peserta didik dan seluruh komponen akademika untuk terus mengembangkan diri dan memaksimalkan potensi kreatif yang mereka miliki. Dengan sikap “tut wuri handayan” dari seorang guru, maka anak akan terus mengembangkan karya-karya kreatif mereka. 5. Ekspresif, Penuh Penghayatan, dan Peka pada Perasaan Kematangan emosional para pengembang kreativitas adalah hal penting untuk dapat menyalami hasil kreativitas anak. Sikap yang ekspresif dan luwes dalam menunjukkan penghargaan dan bimbingan terhadap suatu peristiwa. Mengambil hikmah terhadap setiap pelajaran yang dialaminya dapat menjadi cambuk untuk memperbaiki program pengembangan kreativitas selanjutnya. Penghayatan ini pun akan terbentuk apabila guru tersebut memilki kepekaan terhadap perasaan orang lain yang dalam hal ini adalah anak. Bagaimana guru tersebut dapat menyelami proses dan hasil kreativitas yang dibuat oleh anak, tanpa memiliki kepekaan pada perasaannya mungkin penghargaan dan pujian pun akan terasa hambar, dan sekadar formalitas belaka. 6. Pecinta Seni dan Keindahan Guru pengembang kreativitas adalah seorang pecinta seni dan keindahan. Banyak hasil kreativitas berbentuk karya seni. Jika saja guru pengembang kreativitas tidak memahami atau bahkan tidak menyukai seni dan keindahan bagaimana mereka dapat mengetahui kalau karya tersebut memiliki arti penting baik bagi pembuat maupun bagi orang lain. Konsep-konsep dasar mengenai estetika memang selayaknya dimiliki oleh guru pengembang kreativitas. 7. Memiliki Kecintaan yang Tulus Terhadap Anak Anak adalah sosok yang unik, disatu sisi sepertinya mereka terlihat tak berdaya tetapi disisi lain mereka memiliki segudang potensi dan memiliki pemahaman terhadap 15
  • 16. situasi yang ada di lingkungan mereka. Anak tentu saja memiliki perasaan dan mampu membedakan mana orang yang tulus dalam menyayangi mereka dan mana yang tidak. Kecintaan yang tulus terhadap mereka akan memberikan kenyamanan secara psikologis bagi anak untuk dapat dengan tenang dan senang melakukan eksplorasi terhadap potensi dirinya. 8. Memiliki Ketertarikan Terhadap Perkembangan Anak Masa The Golden Age yang dimiliki oleh anak, memerlukan suatu pendekatan yang tepat untuk dapat memfasilitasi optimalnya aspek-aspek perkembangan yang mereka miliki. Guru pengembang kreativitas anak hendaknya memiliki kepedulian terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Kepedulian dan perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pemahaman yang mendalam tentang apa yang sebenarnya dimiliki oleh anak? Bakat atau potensi apa yang mereka miliki? Dibidang apa kirakira anak dapat berkembang dan dapat mengaktualisasikan diri? Sehingga pada akhirnya guru dapat meberikan penanganan yang tepat bagi anak dengan potensi yang mereka miliki. 9. Bersedia Mengembangkan Potensi yang Dimiliki Anak Setelah guru mengetahui potensi yang dimiliki anak, maka selanjutnya adalah berpikir dan bertindak bagaimana seharusnya potensi tersebut dapat dikembangkan. Tentunya sikap seperti ini tidak akan terbentuk jika guru tidak memiliki anak. Bentuk kesediaan ini akan menjadi modal dasar bagi guru untuk mencari tahu dan menemukan pola pembelajaran yang tepat bagi anak, sehingga mereka dapat berkembang dengan optimal. 10. Hangat dalam Bersikap Kenyamanan secara psikologis dengan menciptakan suatu iklim yang kondusif sangat diperlukan bagi pengembangan kreativitas. Kasih saying, sentuhan (touch), dan kehangatan dalam bersikap akan dapat menunjang bagi terciptanya suatu Psychological Athmosphere yang baik bagi anak. Anak akan merasa senang dan nyaman, tanpa harus merasa takut dan tegang untuk dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya dengan potensi yang mereka miliki. 16
  • 17. 11. Memiliki Sikap yang Konsisten Akan Tetapi Dinamis Salah satu hal yang merupakan ciri dari kreativitas adalah menyukai perubahan (change). Perubahan tersebut tidak hanya terletak pada produknya saja tetapi juga pada proses, person, serta pres yang tercipta dalam suatu situasi yang lebih dinamis, sehingga mereka dapat membuat sesuatu yang baru, yang lain daripada yang telah ada. Anak taman kanak-kanak telah mampu mengenal perubahan, bagi mereka perubahan itu merupakan bagian dari proses kehidupan yang selalu terjadi, sehingga selayaknya mereka memiliki ketangguhan dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Sifat dinamis yang ditandai dengan adanya perubahan tersebut, tentu saja tanpa menghasilkan sikap konsisten yang harus dipegang oleh individu agar dapat memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Konsistensi mengangdung arti bahwa anak diarahkan untuk memiliki ketetapan dalam memutuskan mana potensi yang mereka miliki dan akan mereka kembangkan. Artinya guru tidak memaksakan kemampuan anak untuk mengembangkan potensi yang mungkin sebenarnya tidak terlalu menonjol dalam diri anak. 12. Bersedia Bermain dengan Anak Bermain adalah metode efektif untuk mengembangkan kreativitas anak. Strategi dan pendekatan apa pun yang digunakan untuk menegembangkan kreativitas dapat dilakukan dalam bentuk permainan. Sebab pada hakikatnya bermain bagi anak adalah belajar dan bekerja, dan kreativitas lebih banyak berkaitan dengan bermain daripada bekerja. Jika memang kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak dilakukan dengan kegiatan bermain, apakah mungkin dapat terlaksana kegiatan tersebut, jika guru pengembang kreativitas tidak memiliki kesediaan untuk ikut terlibat di dalamnya. Dengan demikian, hal ini akan menjadi sangat penting bilaman guru mau terlibat aktif dalam bentuk permainan yang dirancang untuk mengembangkan kreativitas anak. 17
  • 18. 13. Luwes dan Lincah dalam Menghadapi Kebutuhan, Minat, dan Kemampuan Anak Sikap dan kepribadian yang menarik dan guru pengembangn kreativitas akan dapat tercermin dari pribadi yang luwes (fleksibel) dan lincah dalam menghadapi segala macam kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. Kedekatan dan pendekatan yang dilakukan guru diupayakan agar anak merasa senang dalam melakukan kegiatan, merasa diterima, dipahami, dan diperlakukan dengan penuh perhatian sehingga anak merasakan aman dan nyaman yang pada akhirnya akan memotivasi dan memberikan semangat untuk terus menjelajahi potensi yang mereka miliki. 14. Memberi Kesempatan pada Anak untuk Menjelajahi Lingkungan Lingkungan yang seharusnya diciptakan di sekitar anak, adalah lingkungan yang dapat merangsang anak untuk mengeksplorasi segala sesuatu yang ada di sekitar mereka. Anak ingin dan mampu melakukan penjelajahan terhadap informasi yang mereka butuhkan. Dengan demikian, anak akan membangun konstruk berpikir dan kreativitas mereka. Lingkungan dapat memberikan rangsangan yang baik bagi berkembangnya kreativitas pada anak. Kesempatan yang sama yang diberikan pada setiap anak untuk menjelajahi lingkungan sekitar mereka dapat memberikan gagasan yang baru bagi mereka untuk mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki. 15. Memberi Kesempatan pada Anak untuk Mencoba dan Mengembangkan Kemampuan, Daya Pikir, dan Daya Ciptanya Jika kita coba amati bagaiamana anak belajar? Maka sepertinya anak tak pernah mengenal lelah untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang menarik perhatian mereka. Lihat saja bagaimana anak belajar berjalan, dia terjatuh, tetapi tak pernah terpikir untuk berhenti melakukannya lagi sampai pada akhirnya dia dapat berjalan. Lihat saja bagaimana anak bermain, semua akan dicobanya sampai mereka mengetahui dan mampu membangun pengetahuannya. Maka apa yang sepatutnya dilakukan oleh guru pengembang kreativitas anak adalah memberikan kesempatan pada mereka untuk mencoba dan mengembangkan kemampuan, daya pikir, dan daya cipta mereka. 18
  • 19. Sedangkan Menurut Suyadi (2009) ada beberapa syarat bagi konselor atau guru BK di lembaga PAUD yang harus dipenuhi: 1. Memiliki Pengetahuan dan Pengalaman di Bidang Konseling Seorang konselor atau guru BK di lembaga PAUD harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teoritik maupun praktik. Keduanya harus seimbang dalam diri seorang konselor PAUD. 2. Bersikap Bijaksana Di samping kapasitas keilmuan dan pengalaman secara praktis, konselor atau guru BK di lembaga PAUD juga harus mempunyai sikap bijaksana. Sebab, yang dihadapi adalah anak-anak dengan kemauan yang masih original. Apa pun keinginan anak—termasuk yang agak buruk sekalipun-merupakan sifat polos (kejujuran yang tanpa dibuat-buat). Jika konselor salah teknik dalam mencegah atau mengendalikan keinginan buruk tersebut, bias berakibat fatal. 3. Sehat Jasmani dan Ruhani Seorang guru BK PAUD juga harus sehat secara jasmani maupun ruhani. Sebab, ketidaksehatan bias mengganggu tugasnya. Di samping itu, ketidaksehatan juga bias mengurangi kepercayaan klien atau anak didik terhadap kemampuan gurunya. Guru BK yang tidak sehat jasmani maupun ruhani akan diragukan kemampuannya oleh anak didiknya. Jika telah demikian, mustahil bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik. 4. Memiliki Empati dan Kasih Sayang kepada Anak didiknya Setiap konselor baik di lembaga PAUD maupun di luar harus mempunyai kecintaan terhadap profesinya. Kecintaan terhadap profesi bimbingan dan konseling adalah rasa empati dan kasih saying kepada klien atau anak didiknya. Perasaan ini mutlak diperlukan, karena salah satu syarat keberhasilan bimbingan adalah terciptanya hubungan yang hangat antara konselor dan klien. Dan, untuk menciptakan hubungan yang hangat itu, hanya bias terwujud dengan empati dan kasih sayang. 5. Mempunyai Kekayaan Inisiatif Seorang pembimbing harus mempunyai kekayaan ide, atau paling tidak lihai dalam mengembangkan teknik-teknik konseling saat menghadapi perilaku bermasalah anak 19
  • 20. didiknya yang berbeda-beda. Kemampuan ini akan terasah jika seorang pembimbing atau konselor terus memperbaiki dan mengevaluasi teknik-teknik yang selama ini digunakan. 6. Simpati, Supel, Sopan dan Santun Seorang konselor juga harus bersifat simpatik, supel, sopan dan santun. Sifat-sifat ini akan bermanfaat untuk menarik perhatian anak-anak agar merasa nyaman berdekatan dengan guru pembimbingnya. 7. Memiliki Kode Etik BK Terakhir, diharapkan para guru BK atau konselor di lembaga PAUD dapat memegang kode etik BK dengan sebaik-baiknya. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang dimaksud: a) Konselor atau guru BK dank lien harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. b) Konselor atau guru BK harus bias membatasi diri agar tidak terjebak pada persoalan-persoalan klien yang bukan menjadi wilayah dan tanggung jawabnya. c) Konselor atau guru BK harus bias menjaga rahasia kliennya atau anak didiknya. d) Konselor atau guru BK harus tetap menaruh rasa kasih saying dan sopan santun kepada klien atau anak didiknya. e) Konselor atau guru BK tidak boleh membedakan antara anak didik yang satu dengan lainnya. f) Konselor atau guru BK tidak boleh meminta bantuan tenaga lain yang kurang jelas kemampuannnya. g) Konselor atau guru BK tidak boleh menggunakan instrument yang membahayakan fisik maupun psikis anak didik. h) Konselor atau guru BK tidak boleh melimpahkan klien atau anak didik kepada guru BK yang lain tanpa sepengetahuan dan persetujuan anak didik dan orang tuanya. i) Konselor atau guru BK harus menyadari akan tanggung jawabnya yang tidak ringan—karena menyangkut masa depan karakter anak—dan berusaha semaksimal mungkin dalam melakuka tugasnya. 20
  • 21. b. Kompetensi Konselor Profil kompetensi konselor meliputi komponen berikut: a. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK), yaitu kompetensi berkenaan dengan pengembangan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,berkepribadian mantap, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK), yaitu kompetensi berkenaan dengan bidang keilmuan sebagai landasan keterampilan yang hendak dibangun. Kompetensi ini meliputi substansi dalam bidang pendidikan, psikologi, dan budaya. c. Kompetensi keahlian berkarya (KKB), yaitu kompetensi berkgenaan dengan kemampuan keahlian berkarya dengan penguasaan keterampilan yang tinggi. d. Kompetensi perilaku berkarya (KPB), yaitu kompetensi berkenaan dengan perilaku berkarya berlandaskan dasar-dasar keilmuan dan profesi sesuai dengan pilihan karir dan profesi. Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan menjadi: a. Kompetensi Pedagogik, yang meliputi: menguasai teori dan praksis pendidikan; mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis perilaku konseli; dan menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. b. Kompetensi Kepribadian, yang meliputi: beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih; menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; dan menampilkan kinerja berkualitas tinggi. c. Kompetensi Sosial, yang meliputi: mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja; berpandangan organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling; dan mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. 21
  • 22. d. Kompetensi Profesional, yang meliputi: menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling; merancang program bimbingan dan konseling; mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif; menilai proses dan hasil kegiatan BK; memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional; dan menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK. 2. Pendidikan Guru Pembimbing Standarisasi pendidikan konselor dengan jenjang pendidikan: a. S1: Kemampuan umum dan dasar, akademik professional, sebagai konselor setting sekolah. b. S2: Akademisi BK, menguasai keilmuan BK, kemampuan professional, dasar-dasar pengembangan keilmuan BK. c. S3: Ahli BK, menguasai filosofi dan keilmuan BK, kemampuan profesional, riset pengembangan keilmuan. d. PDDK Profesi: konselor profesional yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi. Seorang konselor sekolah serendah-rendahnya memiliki ijazah sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah serta memenuhi syarat untuk menjadi guru dalam jenjang pendidikan dimana ia ditugaskan. Secara professional seorang konselor hendaknya memiliki pendidikan profesi yaitu, jurusan bimbingan konseling Strata satu(S1), S2 atau S3. Atau sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.Secara umum untuk Indonesia lulusan bimbingan dan konseling tingkat D3 dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing.Hanya kualifikasi professional tersebut belum begitu jelas. Mungkin S1 bisa dianggap professional jika: a. Bobot latihan professional ditingkatkan, baik selama pendidikan maupun dalam bentuk in-service training. b. Harus sudah ada tim penilai khusus dari ikatan pembimbing. 22
  • 23. Sebagai pendidik, konselor dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimum S1, sebagaimana halnya pengampu layanan ahli di bidang lain seperti dokter. Konselor juga dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S1, yang mencerminkan penguasaan kemampuan akademik di bidang bimbingan dan konseling. Untuk keperluan ini diselenggarakan program S1 Bimbingan dan Konseling dengan tujuan memfasilitasi pembentukan kompetensi akademik calon konselor, yang direpresentasikan dengan Ijazah sarjana pendidikan dengan kekhususan dalam bidang bimbingan dan konseling. Secara umum untuk Indonesia lulusan bimbingan dan konseling tingkat D3 dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing.Hanya kualifikasi profesional tersebut belum begitu jelas. Mungkin S1 bisa diorbitkan menjadi tenaga profesional asalkan bobot latihan profesional ditingkatkan, baik selama pendidikan maupun dalam bentuk in-service training dan harus sudah ada tim penilai khusus dari ikatan pembimbing seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia). 3. In-Service Training BK a. Pengertian dan Tujuan In-Service Training In-service training ialah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru dan pegawai guna menyelaraskan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan bidangnya masing-masing. In-service training merupakan suatu tuntunan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adapun tujuannya ialah, mempertinggi mutu para petugas dalam bidang profesinya masing-masing, meningkatkan efisiensi kerja menuju kearah tercapainya hasil yang optimum, dan mengembangkan kegairahan kerja dan meningkatkan kesejahteraan. b. Tempat Penyelenggaraan In-Service Training Bisa di selenggarakan di dalam negeri atau bisa juga di luar negeri. Adapun inservice training di dalam negeri dapat dilaksanakan: a. Pada lembaga-lembaga pendidikan guru. b. Pada kursus-kursus penataran dan kursus-kursus lain. 23
  • 24. c. Pada tempat yang ditentukan sesuai dengan taraf lingkungan : Nasional, Propinsi dan daerah. d. Di sekolah masing-masing. e. Penyelenggaraan di luar negeri ditentukan tempatnya oleh pemerintah melalui prosedur yang berlaku. c. Penyelenggaraan In-Service Training di Sekolah Kepala Sekolah merupakan pimpinan dan penanggung jawabnya. Dalam pelaksanaannya dibentuk suatu seksi yang diberi nama: seksi in-service training. Sehubungan dengan program ini, berikut dikemukakan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Program in-service training dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan program sekolah (jadwal tahunan).Program ini diadakan dengan persiapan yang matang serta memperhatikan: taraf kegiatan sekolah masing-masing, dan disesuaikan dengan urgensi persoalan. a. Dalam pelaksanaannya dipergunakan tenaga (SDM) dari dalam sekolah. b. Seluruh hasil kegiatan in-service training harus diabadikan dalam sebuah dokumentasi pendidikan dan harus dilengkapi dengan catatan hasil pelaksanaannya. c. Evaluasi diadakan pada akhir tahun pelajaran yang di dalamnya dapat diikut sertakan staf guru, murid dan masyarakat. d. Supaya program in-service training itu berhasil dengan baik, diperlukan dana khusus yang didapat baik dari pemerintah setempat maupun dari usaha-usaha lain yang sah. d. Penyelenggaraan di Sekolah bagi Petugas-petugas Bimbingan Seperti telah dikemukakan di atas maka untuk kelancaran kerja, pertama sekali perlu dibentuk seksi in-service training. Tugas seksi inilah yang harus mencari kontak dengan sumber-sumber dari luar sekolah, untuk mendapatkan manusia-manusia sumber yang benar-benar ahli dan mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dikehendaki para peserta. Seksi ini pula yang harus merencanakan dan menetapkan isi program in-service training tersebut. Sangat berguna apabila dalam seksi itu terdapat 24
  • 25. sekurang-kurangnya seorang anggota staf yang mempunyai pengetahuan mengenai fungsi utama program bimbingan dan teknik-teknik konseling yang berguna. 1. Peranan Seksi In-Service Training Seksi ini bertanggungjawab dalam merencanakan dan menetapkan: peserta in-service training; waktu dan tempat penyelenggaraan; fase-fase penting program bimbingan yang akan dijadikan isi program in-service training; tenaga-tenaga pengajar yang perlu diambil, baik dari dalam maupun dari luar; metode dan teknik yang akan dipergunakan (seperti: ceramah-ceramah, diskusi, observasi, seminar, workshop, karyawisata dan lain-lain), dan pembiayaan. 2. Fase-Fase Penting dalam Program Bimbingan yang Akan Dijadikan Isi Program InService Training Ada dua kelompok guru yang harus diperhatikan dalam penyusunan program in-service training, yakni: guru-guru penyuluh dan guru-guru biasa. Guru-guru biasa ini, yang merupakan kelompok yang terbesar, tidak memerlukan training dalam bimbingan dan penyuluhan yang mendalam dan eksistensi.Kepada kelompok ini cukuplah bila diberikan pelajaran mengenai prosedur umum dalam mempelajari dan memahami anak didik, ditambah dengan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar, fungsi-fungsi bimbingan dan teknik-teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. Di antara fase-fase penting dalam pelayanan bimbingan yang perlu mendapat perhatian untuk dimasukkan sebagai isi program in-service training adalah: Tujuan dan prinsip-prinsip dasar pelayanan bimbingan. a) Peranan guru dalam bimbingan. b) Penggunaan berbagai jenis pencatatan, termasuk catatan kumulatif, catatan anekdot, catatan test dsb. c) Prosedur yang harus di tempuh dalam melaksanakan studi kasus dan case history. d) Teknik-teknik yang dipergunakan dalam mempelajari sifat-sifat dan sikap anak-anak dan bagaimana menafsirkan tingkah laku mereka. e) Metode melaksanakan wawancara dengan murid dan dengan orang tua. 25
  • 26. f) Penggunaan sumber-sumber informasi pra-kejuruan dan pekerjaan/mata pencaharian secara efektif, termasuk kurikulum sendiri dan sumber-sumber luar. g) Penggunaan berbagai alat evaluasi dan diagnostik secara baik, termasuk test-test kepribadian, kecerdasan, sikap, minat, pembawaan, hasil belajar dan test sosiometrik. h) Latihan khusus dan mendalam bagi guru-guru penyuluh dan petugas-petugas bimbingan lainnya. 3. Beberapa bentuk pelaksanaan program In-Service Training dalam Bimbingan dan Penyuluhan Mengingat urgensi pelayanan bimbingan di sekolah, maka perlu diselenggarakan berbagai bentuk pelaksanaan program in-service training. Di antara rencana-rencana yang paling efektif untuk membantu para petugas sekolah dan guru-guru adalah: a. Kursus-kursus ekstension dan profesionil. Bentuk ini diselenggarakan oleh tenagatenaga ahli atau prakarsa pengawas counselor atau kepala sekolah. Dilaksanakan pada liburan-liburan panjang atau pada malam hari. b. Belajar melalui observasi, konferensi-konferensi dan konsultasi. Observasi terhadap program bimbingan dan penyuluhan pada sekolah-sekolah lain, dilengkapi dengan konsultasi dan konperensi dengan para ahli, akan sangat menguntungkan bagi para petugas, apabila hal itu dilaksanakan selama waktu in-service training. Usaha ini menunjukan pada para peserta bagaimana orang lain mempraktekkan program bimbingan itu, sehingga dapat disusun rencana untuk melaksanakan program serupa di sekolah sendiri. c. Lokakarya (Workshop), rapat-rapat kerja dan seminar.Usaha-usaha ini sebaiknya diadakan secara teratur pada hari-hari libur panjang atau pada waktu lain yang baik. Ini pun sebaiknya diprakarsai oleh pengawas counselor. Suatu hal yang menggembirakan ialah bahwa dalam rangka pelaksanaan pelita telah dimasukkan suatu kegiatan yang dinamakan “Upgrading Guru-guru SD”. Alangkah baiknya apabila “Bimbingan dan Penyuluhan” dapat dimasukkan sebagai salah satu subyek yang tetap dan diberikan secara kontinyu tiap-tiap tahun pada para peserta upgrading. 26
  • 27. e. Teknik Testing & Non Testing dalam BKS pada PAUD 1. Teknik Testing dalam BKS pada PAUD Tes, yang dimaksud dalam penilaian hasil belajar di TK, adalah: 1) Tes lisan Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara guru dan peserta didik. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atas gagasan-gagasannya secara lisan. 2) Tes Tindakan Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Pada intinya ada dua unsur yang bisa dijadikan bahan penilaian dalam tes tindakan yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merujuk kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran peserta didik melakukan suatu kegiatan, sedangkan pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil. 2. Teknik Non Testing dalam BKS pada PAUD a. Observasi Pengamatan (observasi) adalah suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Melalui pengamatan, guru dapat mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi pada anak dalam satu waktu tertentu. Observasi dilakukan dengan cara mengamati berbagai perilaku atau perubahan yang terjadi (nampak) yang ditunjukkan anak selama kurun waktu tertentu. Teknik ini dilakukan hanya dengan cara mengamati dan tidak melakukan percakapan (wawancara) dengan anak yang sedang diamati. Anak seringkali menunjukkan perubahan perilaku yang tiba-tiba. Misalnya, ketika masuk ke dalam kelas anak menunjukkan sikap yang tenang dan menyenangkan, tetapi beberapa waktu kemudian berubah menjadi pemurung dan tidak mau diajak berbicara. Pada dasarnya perubahan perilaku yang tiba-tiba pada anak adalah wajar, karena anak cenderung tidak mampu menutupi berbagai permasalahn yang dihadapinya. Namun bila 27
  • 28. perubahan perilakunya sering ditunjukan anak selama proses pembelajaran di taman kanakkanak, memberikan gambaran mungkin anak sedang mengalami suatu masalah tertentu, baik yang berkaitan dengan diri sendiri atau dengan lingkungannya. Misalnya, anak tibatiba menunjukkan perubahan sikap tertentu, mungkin anak saat itu sedang sakit, atau anak mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari lingkungannya. Anak umumnya belum dapat menyadari bahwa dirinya mengalami suatu masalah tertentu, sehingga bila anak ditanya apakah anak sedang punya masalah tertentu, cenderung anak tidak dapat menjawabnya. Oleh karena itu masalah anak dapat dilihat dari berbagai perilaku yang ditampakkannya. Teknik observasi memberikan kesempatan kepada guru untuk mengetahui berbagai masalah yang dihadapi anak berdasarkan tingkah laku yang ditunjukkan anak. Namun agar proses pengamatan yang dilakukan guru lebih terarah, maka dapat membuat dan menggunakan pedoman observasi. Pedoman observasi adalah suatu format pernyataan yang dijadikan pegangan oleh guru selama proses pengamatan berlangsung. Dengan pedoman ini, apa yang diobservasi dapat berfokus dan tidak berpindah pada aspek-aspek yang lain. Pedoman observasi yang digunakan guru di taman kanak-kanak dapat berbentuk daftar cek (ceklist) yang bersifat terstruktur dan yang bersifat tidak terstruktur. Format yang bersifat terstruktur, pengisiannya cukup dilakukan dengan cara memberikan tanda cek (O) pada pernyataan yang menunjukkan perilaku yang ditampakkan anak. Sementara untuk format yang bersifat tidak terstruktur, pengisiannya berupa narasi atau bentuk pernyataan perilaku yang ditunjukkan anak selama masa pengamatan. Dari hasil kegiatan observasi, guru/observer dapat membuat suatu kesimpulan dari hasil observasi yang telah dilakukan. b. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun dengan orang tua. Dengan wawancara, guru dapat menggali lebih jauh kondisi obyektif anak. 28
  • 29. Teknik wawancara terbagi atas dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis (kuesioner) dan jawabannya sudah disediakan yang berbentuk skala, misalnya senang, ragu-ragu dan tidak senang. Pewawancara membacakan pernyataan yang ada dalam pedoman tersebut dan menanyakan kepada responden (anak/orang yang diwawancara) tentang jawabannya sesuai dengan pernyataan dalam skala yang telah disiapkan. Jawaban cukup dilakukan dengan cara memberikan tanda cek (O) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. Sedangkan wawancara tak terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (pokok-pokok pernyataan) dan pewawancara merumuskan/mengemukakan pertanyaan secara lisan berdasarkan pokok-pokok yang akan ditanyakan tersebut. Dengan menggunakan pedoman wawancara yang tidak terstruktur, guru dapat lebih baik mengembangkan pertanyaan sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih luas dan mendalam. Di akhir pelaksanaan wawancara, guru/pewawancara menarik suatu kesimpulan berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh. Syarat utama dalam melaksanakan teknik wawancara, guru harus menciptakan rapport (hubungan yang akrab/menyenangkan) dengan responden. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: a. Menjelaskan maksud dan tujuan diadakan wawancara serta mengapa responden dipilih untuk diwawancara. b. Mempersiapkan penampilan diri sebaik mungkin baik sikap, cara bertanya, berpakaian dan cara mencatat jawaban. Dalam melaksanakan wawancara, tidak selamanya pewawancara atau guru mendapatkan jawaban yang jelas, apalagi wawancara dilakukan terhadap anak-anak. Jika jawaban dari responden tidak jelas, maka pewawancara dapat melakukan probing, yaitu dengan cara: a. Mengulangi pertanyaan yang sama. b. Mengulangi atau menyebutkan kembali jawaban responden c. Tidak memberikan komentar atau tanggapan terhadap jawaban responden beberapa saat. 29
  • 30. d. Memberikan perhatian khusus terhadap jawaban responden dengan cara: membenarkan atau menyela jawaban. e. Memberikan komentar yang netral. Fungsi dari probing adalah: a. Membimbing responden untuk memberikan jawaban yang akurat atau sekurangkurangnya masuk akal. b. Membimbing responden agar memberikan jawaban yang komprehensif. c. Angket Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada orang tua untuk mendapatkan data secara umum tentang anak dan halhal yang berkaitan dengan anak. Data atau informasi yang dapat dikumpulkan guru melalui teknik angket ini dapat berkaitan dengan data tentang identitas anak, identitas orang tua, kondisi fisik dan kesehatan anak. Selain data umum, guru juga dapat membuat angket sesuai dengan kebutuhan, misalnya kebiasaan anak dalam berperilaku, kebiasaan tidur, makan, pola pengasuhan orang tua di rumah, dan sebagainya. Dalam menyusun angket (kuesioner) guru perlu mengikuti beberapa petunjuk sebagai berikut: a. Menggunakan kalimat sederhana tetapi jelas dan mudah dimengerti. b. Tidak menggunakan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden. c. Pertanyaan tidak bersifat memaksa responden untuk menjawab. d. Catatan anekdot Catatan anekdot adalah suatu teknik pengumpulan data yang bersifat pengamatan (observasi), karena guru selaku pengamat hanya mencatat berbagai peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung atau ketika anak bermain di luar kelas. Teknik ini teknik mengadakan komunikasi dengan anak yang diamati, dan hanya mencatat peristiwa yang betul-betul bermakna, catatan anekdot tidak dibuat sebelumnya, catatan dibuat oleh guru setelah peristiwa terjadi. Beberapa petunjuk yang dapat digunakan guru dalam membuat catatan anekdot adalah: a. Terdiri atas kata-kata yang menggambarkan situasi/peristiwa yang sebenarnya. b. Mencatat peristiwa yang bersifat insidental 30
  • 31. c. Cara menggambarkannya hendaknya khusus (kejadian, reaksi/tingkah laku anak, ucapan) dan bermakna. d. Apa yang dicatat bukan berbentuk interprestasi. e. Pencatatan bersifat runtut, peristiwa demi peristiwa disebutkan secara berurutan. f. Pencatatan sebaiknya segera dilakukan setelah peristiwa terjadi. e. Portofolio Portofolio diartikan sebagai bukti-bukti pengalaman belajar peserta didik yang dikumpulkan sepanjang waktu (satu semester atau selama setahun). Berdasarkan buktibukti pengalaman belajar peserta didik tersebut, guru dapat melihat tingkat perkembangan motorik halus peserta didik. 3. Perencanaan, Penyusunan dan Evaluasi Program Bimbingan Konseling pada PAUD 1. Perencanaan Penilaian Proses Belajar Anak di TK Penilaian proses belajar anak TK dapat dilakukan dengan berbagai cara/teknik antara lain: a. Pengamatan (observasi) b. Wawancara c. Angket d. Catatan Anekdot e. Penilaian Portofolio di TK 2. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar di TK Penilaian hasil belajar di TK dapat dilaksanakan dengan cara a. Tes b. Non Tes 31
  • 32. Tes, yang dimaksud dalam penilaian hasil belajar di TK, adalah: 1) Tes lisan Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara guru dan peserta didik. Tes Lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atas gagasan-gagasannya secara lisan. 2) Tes Tindakan Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Pada intinya ada dua unsur yang bisa dijadikan bahan penilaian dalam tes tindakan yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merujuk kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran peserta didik melakukan suatu kegiatan, sedangkan pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil. b) Non Tes Non tes ini dilakukan seperti yang telah dikemukakan di atas yaitu: - Observasi - Wawancara - Angket dan - Catatan anekdot - Portofolio 3. Perencanaan Penilaian Program Kegiatan Pembelajaran Pada pelaksanaan pembelajaran pada Anak Usia Dini (TK) ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan, misalnya bagaimana guru membuat program semester. Mingguan dan Program kegiatan hari ini, semuanya inilah yang akan diberikan penilaian. Tujuan penilaian adalah untuk menghasilkan sejumlah keputusan pembelajaran dan administratif yang sangat berguna bagi pemeliharaan dan peningkatan mutu proses belajar mengajar yang diharapkan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. 32
  • 33. a. Implikasi hasil tes bagi proses belajar Dalam kaitan dengan perbaikan proses belajar mengajar ditetapkan tolak ukur tertentu sebagai batas keberhasilan sebuah proses belajar mengajar. Menurut Purwanto (1984-143) mengemukakan sejumlah patokan sebagai berikut: 1) Bila mayoritas peserta didik (sekitar 60% atau lebih) gagal dalam mengerjakan suatu tes misalnya: maka perlu diulang kembali pengajaran mengenai bahan yang berhubungan dengan soal (pertanyaan) bagi seluruh anak 2) Bila kurang 60% yang gagal menjawab pertanyaan, pengulangan kembali bahan yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut peserta didik yang bersangkutan dengan petunjuk dan pengarahan dari guru. Sebagai catatan, menurut Purwanto, bahwa bila persentase peserta didik yang gagal 60% atau lebih (seperti pada butir a di atas), untuk tahun berikutnya perlu pula dipertimbangkan penggunaan cara yang lebih baik dalam mengerjakan bahan yang bersangkutan. Misalnya: Guru kita mempelajari kembali tentang Satuan Kegiatan Hariannya. - Apakah metode pembelajarannya - Materinya - Medianya - Tujuannya sudah sesuai Tema dan Sub Tema serta kegiatannya dan lain sebagainya. b. Implikasi hasil tes bagi setiap peserta didik Pertimbangan-pertimbangan implikasi hasil tes bagi para peserta didik, dapat dipergunakan ketentuan sebagai berikut: 1) Bila hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam tes adalah 75% atau lebih, peserta didik tersebut dipandang telah menguasai bahan pelajaran yang bersangkutan dan siap untuk mengikuti program atau satuan pelajaran berikutnya. 2) Bila hasil yang dicapai oleh peserta didik kurang dari 75%, maka masih dapat dizinkan untuk mengikuti program atau satuan pelajaran berikutnya, tetapi kepada peserta didik tersebut perlu diberikan perhatian atau bantuan khusus sehubungan kesulitan yang masih dialaminya. 33
  • 34. Selain hal tersebut di atas juga perlu diketahui penggunaan hasil penilaian dapat dijadikan sebagai kepentingan administratif, pengajaran. Administrator juga dapat menggunakan data penilaian untuk melengkapi laporan-laporan kepada orang tua, kepada sekolah juga untuk melengkapi laporan-laporan periodik tentang kemajuan TK kepada instansi atasan yang memerlukan. Sedangkan untuk kepentingan pengajaran, ada sejumlah pihak yang terlibat antara lain pengawas, kepala sekolah, hasil-hasil evaluasi itu dapat digunakan. - Untuk membantu guru dalam cara-cara mengajar yang baik - Untuk membantu status peserta didik dalam hubungannya dengan tujuan pokok kurikulum. 2. Menganalisis Hasil Penilaian Proses dan Hasil Belajar Untuk Menentukan Tingkat Perkembangan Anak a) Menganalisis hasil penilaian proses pembelajaran b) Menganalisis hasil penilaian hasil belajar c) Menganalisis hasil penilaian program kegiatan belajar d) Menginterprestasikan hasil analisis penilaian proses belajar anak e) Menginterprestasikan hasil analisis penilaian hasil belajar anak f) Menginterprestasikan hasil analisis penilaian program 34
  • 35. 4. Satuan Layanan dan Satuan Pendukung pada PAUD SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Sekolah : TK Islam Permata Ciputat Kelas :B Tahun : 2011/2012 A. Bahasan/Topik Permasalahan : Mengenali perasaan diri sendiri, dan persepsi anak terhadap keluarga. B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Kelompok C. Jenis Layanan : Layanan Informasi D, Fungsi Layanan : Memberikan informasi mengenai bagaimana mengenali perasaan mereka sendiri, dan persepsi anak terhadap keluarga. E. Tujuan Layanan/Hasil yang Ingin Dicapai : Anak dapat mengenali perasaannya, dan juga mampu mengutarakan persepsi mereka terhadap keluarganya. F. Sasaran layanan : Siswa kelas B G. Uraian Kegiatan dan Materi Layanan : Terlampir H. Metode : Ceramah, Tanya jawab, dan game. I. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas J. Alokasi Waktu : 15 menit K. Penyelenggara Layanan : Kelompok 1 Observasi Bimbingan dan Konseling L. Pihak yang disertakan : Siswa TK (gabungan dari dua kelas yang berjumlah 32 siswa) M. Alat dan Perlengkapan :- 35
  • 36. Rencana Penilaian : • Laiseg : Tanggapan anak bagaimana cara mengenali perasaannya sendiri, dan mengenai persepsi mereka terhadap keluarganya. • Laijapen : Apakah anak mampu mengenali perasaan mereka sendiri, dan mampu mempersepsikan keluarganya? • Laijapan : Diharapkan anak mampu mengenali perasaan mereka sendiri, dan anak mampu mempersepsikan keluarganya. B. Rencana Tindak Lanjut : Penggalian informasi lebih lanjut. C. Catatan Khusus :- Ciputat, 14 Desember 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah Pembimbing Materi Drs. Nani Oding Siti Sharah Febriani 36
  • 37. Uraian kegiatan : No. 3. Kegiatan Penutup • Salam pembuka 3 menit Perkenalan Penjelasan tujuan layanan • Pemberian materi • 2. Waktu • Pendahuluan Kegiatan • 1. Tahap Game dan menyanyi bersama • Anak diminta untuk mengungkapkan 10 menit 2 menit perasaanya setelah diberikan materi. • Salam penutup 37
  • 38. BAB III HASIL A. Struktur Organisasi STRUKTUR ORGANISASI PELINDUNG KEPALA SEKOLAH KOORDINATOR PENDIDIKAN KOORDINATOR USAHA GURU TK A BENDAHARA KOORDINATOR PERLENGKAPAN GURU TK B GURU PLAYGROUP f. 38
  • 39. B. Pembagian Tugas Staf Bimbingan PAUD Permata tidak tersedia pelayanan bimbingan dan konseling, jadi guru hanya sebagai pengajar/pendidik. C. Program Tahunan, Bulanan, Mingguan, dan Harian Program kegiatan dikembangkan dengan mengacu pada Standar PAUD (BSNP) / Kurikulum impelementasi sesuai kondisi daerah / peserta didik. Program kegiatan PAUD disusun oleh Dinas Pendidikan kabupaten dan Lembaga sendiri. Yang terlibat dalam penyusunan program tersebut antara lain, pendidik dan tim pengembang program kegiatan. Bentuk programnya yaitu: 1. Memberikan pengertian kepada orang tua balita tentang kesehatan anak/siswa yang meliputi : • Cara hidup sehat • Cara mengetahui balita kurang gizi 2. Mengadakan penyuluhan kepada para ibu dengan melibatkan dokter Puskesmas tentang cara hidup sehat, pemenuhan gizi dan cara melakukan tindakan P3K terhadap balita. 3. Memberikan bimbingan kepada siswa (balita) tentang cara hidup bersosial dengan sesama teman serta bermain dengan saling bekerjasama. 4. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi organ tubuh dan panca indra. 5. Mengenalkan/menyebutkan silsilah keluarga terdekat. 6. Makan dan rekreasi bersama sebagai upaya mengenal alam. 7. In-Sevice Training didapatkan oleh guru-guru TK yang diberikan oleh departemen agama. Sekitar 8 kali dalam setahun. Materi beragam, mulai dari manajemen TK, pembuatan kurikulum, hingga seputar pengembangan skill guru dalam bidang tekhnologi. D. Pelaksanaan Capaian dan Evaluasi Layanan Bimbingan 1. Pelaksanaan  Proses bimbingan dan konseling, langsung diberikan oleh guru tk/wali kelas. Maupun kepala sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah sering terjun langsung menghadapi 39
  • 40. masalah di kelas, maupun masalah dengan orangtua dikarenakan minimnya tenaga pengajar.  Bimbingan diberikan oleh guru tk kepada siswa berupa: 1. Pelajaran tentang moral, kejujuran , dan kebaikan. 2. Pelajaran tentang mengenal Tuhan.  Proses pemberian bimbingan, berupa contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh anak. 1. Melalui permainan 2. Melalui cerita dongeng, fabel, maupun kisah-kisah teladan Nabi dan Rasul. 2. Pencapaian Standar tingkat pencapaian yang diterapkan pada lembaga PAUD sekolah ini mengacu pada Standar PAUD (BSNP) dan yang terlibat yaitu Kepala dinas DEPDIKNAS Kecamatan, Yayasan, Kepala sekolah, dan Pendidik. Penerapannya meliputi aspek Agama dan moral, Fisik (Kesehatan, motorik kasar dan halus), Kognitif, Bahasa, dan Sosial emosional 3. Evaluasi Evaluasi diadakan setiap bulan April, September, dan Desember. Berarti kira-kira setiap 4 bulan sekali sekolah ini mengadakan evaluasi. Evaluasi diadakan untuk melihat kualitas dari Program kegiatan, Pelaksanaan sampai kepada Sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut. E. Kendala dan Hambatan Kendala dan hambatannya diantaranya yaitu: 1. Sulitnya seorang guru/pendidik ketika menghadapi anak/siswa yang sering bertengkar dengan kawan sebayanya. Guru memberikan suatu bimbingan kepada anak/siswa dalam bersikap yang baik dan ramah, dan guru juga memberikan contoh yang baik supaya anak/siswa bisa menerapkan dalam aktivitasnya. 2. Sulitnya orangtua anak/siswa untuk diajak komunikasi atau kerjasama dalam mengembangkan potensi anak. 3. Kesulitan guru dalam memberikan pengarahan dalam aspek penyesuaian diri pada anakanak. 40
  • 41. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan  PAUD Permata merupakan sekolah yang mendidik anak-anak usia dini, dan rata-rata usia anaknya adalah 2-4 tahun dan masih ada yang mengkonsumsi ASI.  PAUD Permata memiliki Standar pendidikan berdasarkan PAUD (BSNP).  Sarana dan Prasana di PAUD Permata cukup baik, memiliki area yang cukup luas dan memiliki fasilitas yang memadai.  Tenaga pengajar cukup kompeten, dan pengajar tersebut juga sering ikut dalam pelatihan untuk meningkatkan mutu dalam mengajar, salah satunya program In-Service Training yang diadakan 8 kali dalam setahun.  Total jam belajar perhari mencapai 3-4 jam. Kegiatan belajar mengajarnya dilakukan didalam dan diluar kelas.  Program yang dilakukan pada sekolah PAUD Permata dikembangkan dengan mengacu pada Standar PAUD (BSNP) / Kurikulum impelementasi sesuai kondisi daerah / peserta didik. B. Saran Orang tua harus bekerja sama dengan pihak sekolah dalam memantau perkembangan dan kemampuan anaknya. Orang tua dan guru harus benar-benar memperhatikan jenis – jenis makanan yang akan di konsumsi oleh anak-anak usia dini ini, dan pola asuh yang sesuai dengan Standar PAUD (BSNP). 41
  • 42. DAFTAR PUSTAKA Internet: http://abudaud2010.blogspot.com/2011/01/mengapa-bimbingan-konseling-diperulakn.html http://pendekatan-rasional-emotif-behaviour-terapi-bimbingan-konseling-di-taman-kanakkanak.htm Buku: Syahril & Ahmad R. (1986). Pengertian bimbingan dan konseling: Angkasa Raya. Tohirin. (2009). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2009 WS. Winkel. (1984). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia. Rahman, F. (2009). Penyusunan Program BK di Sekolah (Bahan PLPG). Yogyakarta: Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY). Suyadi. (2009). Bimbingan dan Konseling untuk PAUD. Diva Press. Jogyakarta. 42