SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 118
Baixar para ler offline
SISTEM PEMBELAJARAN TAHFIDZ 
AL -QUR’AN HUBUNGANNYA DALAM UPAYA 
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
( Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung ) 
Oleh 
Dian Firmansyah 
NRMK: 48342.2010 
NIM: 10.AI.2.0178 
SKRIPSI 
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar 
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam 
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yamisa Soreang Bandung 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM 
(STAI) YAMISA SOREANG 
BANDUNG 
2014 M / 1435 H
PENGESAHAN 
Skripsi berjudul: Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, telah dipertanggung jawabkan dalam Sidang Munaqosyah STAI Yamisa, tanggal 12 Juli 2014, dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 
Bandung, 12 Juli 2014 
Sidang Munaqosyah 
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota, 
Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya Drs. H. Mamat Saeful Qodir, M.Si 
Anggota: 
Penguji I, Penguji 2, 
( ) ( )
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN 
Yang bertanda tangan dibawah ini: 
Nama : Dian Firmansyah 
NIM : 10.AI.2.0178 
Jurusan : PAI 
Fakultas : Tarbiyyah STAI Yamisa Soreang-Bandung 
Menyatakan dengan sesungguhnya skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk dari sumbernya. 
Soreang,Juli 2013 
Yang menyatakan 
Dian Firmansyah 
NIM: 10.AI.2.0178
ABSTRAK 
DIAN FIRMANSYAH. Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Di Sdit Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung) 
Skripsi. Soreang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang, 2014. 
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Ada beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. 
Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, bagaimana keberhasilan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, serta faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan secara kritis tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi siswa-siswi kelas V di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, dan menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang diterapkan di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang yaitu : (1)metode yang diterapkan adalah metode talaqi, takrir, setor, dan metode tes hafalan. (2) prestasi yang dicapai peserta didik berbeda-beda, sebagian besar telah mencapai target. (3) pengaruh tahfidz terhadap kemampuan belajar siswa sangatlah signifikan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an terdiri dari faktor usia santri, faktor kecerdasan, faktor tujuan dan minat, faktor lingkungan. Sedangkan faktor yang menghambat metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang ialah terletak dalam diri siswa secara psikis yaitu malas-malasan,
inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang dari beberapa siswa. Serta pengaruhnya pada kecerdasan sangat penting khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Diharapkan penelitian ini menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga pendidikan formal dalam menerapkan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an secara permanen dan sistematis. 
Kata Kunci : Sistem Pembelajaran, Tahfidzul Qur‟an, Kemampuan siswa, Pendidikan Agama Islam.
KATA PENGANTAR 
 
 
 
 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 
Penulisan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, Baleendah. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 
1. Dekan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang 
2. Bapak Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya, M.M.Pd. selaku Ketua STAI Yamisa 
3. Ketua dan Sektretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang. 
4. Bapak Drs. H.M. Fadil Syamsuddin, M.Si., selaku Pembimbing 1. 
5. Ibu Dra. Hj. Aisyah Hudaya, S.Ag., M.Si, selaku Pembimbing 2 
6. Bapak Drs. H. M. Aep Tata Surya, SHI. M.M. selaku Dosen wali 
7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang. 
8. Bapak Kepala Sekolah beserta para Bapak dan Ibu Guru SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, Baleendah. 
9. Bapak dan Ibuku tercinta beserta semua keluarga terima kasih atas segala kasih sayang, kepercayaan, dukungan dan do‟a yang tak henti-hentinya mengalir di setiap waktu dalam sujud pada Ilahi Rabbi. 
10. Istriku yang sholihah dan sabar, semoga keluarga kita tetap menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, terima kasih atas segala
perhatian dan kasih sayangmu, serta anakku Nashifah yang selalu menjadi inspirasiku, Abi sayang Shifa. 
11. Sahabat-sahabatku sejurusan (PAI) yang telah memberikan banyak inspirasi, sukses selalu untuk semuanya. 
12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah swt, dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, amin. 
Soreang, 06 Juli 2014 
Penulis 
Dian Firmansyah 
NIM. 10.AI.2.0178
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i 
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii 
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii 
ABSTRAK ........................................................................................................ iv 
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi 
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii 
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x 
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9 
1.4 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 10 
1.5 Metode Penelitian ....................................................................................... 27 
BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................... 32 
2.1 Sistem Pembelajaran ................................................................................... 32 
2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur‟an ................................................................ 41 
2.3 Tujuan Menghafal Qur‟an ........................................................................... 42 
2.4 Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an ............................................................ 43 
2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ............................................................... 45 
2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur‟an ................................................................. 50 
2.7 Metode Menghafal Al-Qur‟an ..................................................................... 53 
2.8 Definisi Kemampuan ................................................................................... 56
2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ....................................................... 57 
2.9.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................ 57 
2.9.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................................... 58 
2.9.3 Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam ......................................... 60 
2.9.4 Tolak Ukur Prestasi Belajar .............................................................. 62 
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 64 
3.1 Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya ........................................... 64 
3.2 Letak Geografis dan Lingkungan ............................................................... 67 
3.3 Dasar dan Tujuan Pendidikannya ............................................................... 68 
3.4 Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ........................................................ 73 
3.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................... 76 
3.6 Administrasi Sekolah ................................................................................. 79 
3.7 Prestasi yang telah dicapai ......................................................................... 85 
3.8 Deskripsi dan Analisis Data ....................................................................... 86 
3.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidzul Qur‟an .............................. 95 
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 102 
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 102 
3.2 Saran-saran ............................................................................................... 105 
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL 
Tabel 3.1 Rekapitulasi Peserta Didik setiap tahun pelajaran ........................ 74 
Tabel 3.2 Jumlah Rombel ............................................................................. 74 
Tabel 3.3 Jumlah Lulusan dan Peserta didik ................................................ 75 
Tabel 3.4 Hasil Tahfidz yang Dicapai Siswa-siswi ...................................... 89 
Tabel 3.5 Nilai Perkembangan PAI .............................................................. 93
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang Masalah 
Agama Islam, pendidikan di ambil dari Al-Qur‟an dan Hadits dimana Al- Qur‟an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk, pelajaran serta pedoman hidup bagi umat Islam. Dan sesungguhnya hanya orang-orang yang mau membaca, mempelajari dan menghayati serta mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur‟an sehingga akan menjadi petunjuk dan pedoman hidupnya. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT ditengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan ialah masyarakat yang masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur‟an. 
Al-Qur‟an sumber utama ajaran Islam. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan pada umat manusia sebagai rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pegangan dan pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur‟an sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, di kala senang maupun susah, di kala gembira maupun sedih. Bahkan membaca Al-Qur‟an tidak hanya menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud ketika diminta nasehat oleh seseorang tentang kegelisahan hatinya, beliau berkata: ”kalau penyakit itu yang menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu: 
1. Ketempat orang membaca Al-Qur‟an, engkau baca Al-Qur‟an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. 
2. Pergi ke tempat majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah. 
3. Atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama diwaktu tengah malam buta, disaat orang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman jiwa dan kemurnian hati. 
Dengan demikian tidak ada suatu kebahagiaan dihati seorang mukmin, melainkan bila membaca Al-Qur‟an, tapi selain bisa membaca, mendalami arti dan maksud yang terkandung di dalamnya yang terpenting adalah menghafalnya. Karena menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan dan tugas yang mulia disisi Allah Swt, dalam memelihara kemurnian Al-Qur‟an itu sendiri, Rasulullah SAW bersabda: 
خََ رَُ كََُ ىَ يَ تَََعََهَ ىََ اَ نَقَُ رَاََ وٌَََََعََهَ “sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). 
Hadits diatas terlihat keutamaan orang membaca Al-Qur‟an dan mengamalkannya sangat besar. Selain dibaca, Al-Qur‟an perlu untuk dihafalkan, karena dengan menghafal Al-Qur‟an, akan dapat menjaga keaslian dan kemurnian
Al-Qur‟an itu sendiri. Menghafal Al-Qur‟an merupakan kebutuhan umat Islam sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa hufadz (penghafal) Al-Qur‟an akan sepi dari suasana Al-Qur‟an yang mulia. Oleh karena itu pada zaman Rasulullah SAW mereka yang menghafal Al-Qur‟an akan mendapat kedudukan yang khusus. Tanpa menghafal Al-Qur‟an dan mengamalkannya, manusia tidak akan meraih kembali Izzahnya. 
Al-Qur‟an diturunkan dengan hafalan bukan dengan tulisan, maka setiap ada wahyu yang turun, nabi menyuruh menulisnya dan menghafalkannya. Nabi menganjurkan supaya Al-Qur‟an itu dihafalkan, selalu dibaca dan diwajibkan membaca dalam sholat, sehingga dengan demikian Al-Qur‟an terpelihara keasliannya dan kesuciannya. Sebagaimana firman Allah: 
 َ َ  َ  َ  َ  َ  َ  َََ 
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar memeliharanya” (Q.S Al Hijr: 9). 
Menghafal Al-Qur‟an bukanlah pekerjaan yang gampang, akan tetapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin, walaupun demikian telah banyak orang yang hafal Al-Qur‟an di luar kepala. Hal ini terbukti sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang. Al-Qur‟an yang terdiri dari 30 juz, 6666 ayat dan 114 surat tidak mudah dihafal begitu saja sekalipun oleh orang jenius, karena itu diperlukan adanya metode yang efektif untuk menghafalkannya. Dalam buku pedoman pembinaan Tahfidzul Qur‟an yang disusun salah satu penerbit, disebutkan dua metode dalam menghafal Al-Qur‟an yaitu tahfidz dan takrir, sedang di buku lain
dikatakan juga dua metode dalam menghafal Al Quran yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan yaitu tahfidz dan takrir. Di Indonesia telah tumbuh subur lembaga-lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang mendidik para santrinya untuk menjadi hafidz dan hafidzah yang dikelola secara khusus menghafal Al-Qur‟an. Salah satu lembaga pendidikan di wilayah Bandung yang memberikan kesempatan untuk belajar menghafal Al-Qur‟an yaitu Sekolah Islam Terpadu Fithrah Insani 2. 
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik, artinya setiap orang mempunyai cara atau tipe yang berbeda dengan orang lain, cara dan tipe itu mengarah pada tercapainya tujuan yang dikehendaki yaitu kemampuan akademik. Kemampuan akademik masing-masing individu tidaklah sama, hal ini disebabkan bahwa kemampuan akademik itu dipengaruhi banyak faktor. Baik faktor intern maupun ekstern. Seluruh aktifitas belajar siswa adalah untuk memperoleh prestasi yang baik. Oleh karena itu setiap siswa berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang baik dengan suatu usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Mengenai berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang baik ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan agar umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan. Hal ini dituangkan dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 148: 
... َ 
 
َ 
 
َ ...... َ 
“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” (Q.S Al Baqarah: 148). 
Pendidikan secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan
menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya sistem pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana sistem yang diterapkan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, bagaimana hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam, bagaimana keberhasilan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, serta faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara kritis tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi siswa-siswi di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, dan menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 
Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dari masa ke masa pertama kali diturunkan sampai sekarang terjaga keaslian dan kemurniannya walaupun dalam sejarah banyak golongan yang ingin menghancurkannya. Secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern
sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya sistem pembelajaran Al-Qur‟an sejak dini di sebuah lembaga pendidikan formal seperti halnya Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), namun alangkah baiknya jika sistem tersebut diterapkan oleh banyak sekolah-sekolah. Kenapa pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an ini dibutuhkan?. Dewasa ini penulis merasa risih melihat generasi-generasi muda yang sangat jauh dari Al- Qur‟an, jangankan menghafalnya, membacanya saja sangat jarang, bahkan tidak bisa satu huruf-pun untuk membacanya. Maka dari itu sisitem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini bisa dipandang sebagai salah satu upaya pendidikan Al- Qur‟an guna memberantas semua itu. 
Berdasarkan uraian di atas penulis berusaha untuk mencoba meneliti sejauh mana pelaksanaan progam menghafal Al-Qur‟an berpengaruh terhadap kemampuan akademik siswa. Padahal asumsi yang dijadikan dasar dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan menghafal Al-Qur‟an terhadap kemampuan akademik siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, khususnya pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). 
Menghafal Al-Qur‟an ialah suatu amal ibadah, akan mengalami banyak hambatan dan rintangan, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, apalagi di zaman sekarang di mana arus modernisasi dan globalisasi tidak dapat dihindarkan. Hal ini membawa dampak psikologis bagi manusia. Oleh karena itu diperlukan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an.
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Fithrah Insani 2 merupakan lembaga pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun berdasarkan kurikulum nasional yang diperkaya dengan kurikulum Islami secara terpadu. SDIT Fithrah Insani 2 hadir dengan konsep Sekolah Karakter. Pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar anak belajar dengan suasana ceria dan tidak membosankan. 
Berbagai program unggulan ditawarkan di sekolah ini, seperti Tahfidzul Qur‟an, Bilingual, Jurnalistik, program IPTEK dan komputer. Siswa juga dilatih terampil dan berjiwa enterpreneurship melalui pelatihan life skill. Sekolah yang menerapkan sistem Full Day School ini bercita-cita mewujudkan generasi yang cakap, cendekia dan berakhlaq mulia. Caranya antara lain dengan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini, membiasakan anak berperilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Happy Learning-nya, SDIT Fithrah Insani 2 diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengasyikkan bagi para siswanya. 
SDIT Fithrah Insani 2 sangat memperhatikan dalam hal perkembangan anak didiknya. Meskipun sekolah ini belum lama berdiri namun sekolah ini bisa dikatakan sebagai dasar yang bagus dan baik. Kemudian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, di mana Tahfidzul Qur‟an menjadi salah satu program unggulan SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah dengan istilah TTQ (Tilawah Tahfidzul Quran), namun yang akan penulis bahas dipenelitian ini ialah mengenai tahfidz-nya. Pembelajaran yang dilakukan di SDIT Fithrah Insani 2 sangat menarik, tidak monoton dan hampir semua mata pelajaran dilaksanakan dengan senyaman mungkin agar anak-anak
belajar lebih giat lagi dan menyenangkan bagi mereka. Dalam pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an guru tidak hanya membawa anak-anak di dalam kelas namun juga dilakukan di luar kelas seperti di bawah pohon, masjid, bahkan di lapangan depan halaman sekolah. Karena belum terlalu lama berdiri di mana mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an merupakan program unggulan dan pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sebagai salah satu upaya untuk menjaga Al-Qur‟an, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di SDIT Fithrah Insani 2. 
Melihat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya penelitian tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, serta pengaruhnya terhadap Pendidikan Agama Islam di SDIT Fithrah Insani 2, karena sekolah tersebut mempunyai sebuah perbedaan yang menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain, terutama dalam proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di mana sekolah ini termasuk sekolah yang belum lama berdiri yaitu sekitar lima tahun yang lalu. Maka dari itu, peneliti mencoba memberikan penelitian ini dengan judul Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Hubungannya dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Mata Pelajaran PAI (Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung). 
1.2 Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana sistem pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an hubungannya dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut, penulis batasi masalah dalam beberapa hal yaitu: 
1. Bagaimana sistem pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an yang diterapkan SDIT Fithrah Insani 2 ? 
2. Bagaimana pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap kecerdasan anak ? 
3. Bagaimana hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ? 
4. Bagaimana keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah ? 
5. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 ? 
Dengan batasan masalah ini diharapkan lebih fokus dalam melakukan penelitian dan memperjelas kajian untuk hasil yang benar-benar dipertanggungjawabkan keabsahannya. 
1.3 Tujuan Penelitian 
Dari Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 
a. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 
b. Untuk mengetahui pentingnya pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap kecerdasan anak 
c. Untuk mengetahui hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Untuk mengetahui keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 
e. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 
1.4 Kerangka Berpikir 
Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada. 
Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25). Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari. 
Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah
memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al- Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32: 
             
     
“Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟anitu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”. 
Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah: 16-19: 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
“Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka
ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menjelaskannya”. 
Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim, bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya, memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al- Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al- Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat, 1974:10). 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
ََ
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4). 
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman. 
Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia. 
1. Tahfidzul Qur’an 
Al-Qur‟an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, Al-Qur‟an adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril (Ruhul Amin). Al-Quran menggunakan bahasa Arab dan merupakan mu‟jizat bagi rasul. Orang yang membaca dan memahami Al-Qur‟an akan mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah swt. 
Al-Qur‟an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam menetapkan segala keputusan, seorang muslim harus berpegang teguh kepada Al- Qur‟an dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur‟an. 
Firman Allah Swt: Q.S Annisa: 59
 
 
 
 
 
 
 
........ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), “ 
Ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada setiap orang beriman agar taat kepada Allah swt, maksudnya dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an. Dengan demikian maka Al-Qur‟an menjadi pedoman dalam kehidupan dan sumber hukum Islam. Isi kandungan Al-Qur‟an antara lain: 
a. Tuntunan yang berkaitan dengan akidah, yakni ketetapan tentang wajib beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir dan qadha serta qadar. 
b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak yaitu ajaran agar orang muslim memiliki sifat-sifat mulia. 
c. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah yakni shalat, puasa, zakat dan haji 
d. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, dalam bermasyarakat. Istilah Tahfidzul Qur‟an dapat diartikan sebagai proses mempelajari Al-Qur‟an dengan cara menghafalnya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya di luar kepala tanpa melihat mushaf. Menghafal Al-Qur‟an telah dilakukan sejak al Qur‟an itu diturunkan. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ummy (tidak dapat membaca dan menulis) yang diutus oleh Allah SWT di kalangan umat yang ummy pula. Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan 22 hari. Jadi menghafal Al-Qur‟an adalah proses
mempelajari Al-Qur‟an agar masuk di dalam ingatan supaya hafal, sehingga dapat melafalkan di luar kepala tanpa melihat mushaf. 
Dari pengertian di atas, secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek dalam berfungsinya ingatan, yaitu : 
a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan 
b. Menyimpan kesan-kesan 
c. Mereproduksi kesan-kesan 
Atas dasar kenyataan inilah maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerima kesan dengan sengaja dan dikehendaki, atau bisa juga disebut dengan menghafal. Sedangkan pengertian menghafalkan Al-Qur‟an adalah membaca dan mempelajari Al-Qur‟an tanpa melihat tulisan dalam mushaf Al- Qur‟an. Pada perkembangan lebih lanjut, hifdzul Qur‟an (menghafal) merupakan upaya mengakrabkan orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak buta terhadap isi yang ada di dalamnya. 
Menghafal Al-Qur‟an sudah merupakan kebiasaan bagi umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw sangat besar perhatiannya terhadap Al-Qur‟an. Ia selalu membacanya dalam setiap kesempatan bahkan malam sekalipun. Quraish Syihab menambahkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat. Kemukjizatan Al- Qur‟an bersifat immaterial yaitu kemukjizatan yang logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa, dapat dipahami oleh akal, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat tertentu, dapat dijangkau oleh yang menggunakan akal di mana dan kapan saja.
”sesungguhnya orang yang didalam hatinya tidak ada al-Qur‟an sedikitpun (yang dihapal), bagaikan rumah yang akan roboh” (HR. Tirmidzi) 
Hukum menghafal Al-Qur‟an menurut para ulama adalah fardu kifayah. Fardu kifayah dimaksudkan sebagai suatu kewajiban yang ditujukan kepada seluruh orang mukallaf tetapi apabila telah dikerjakan oleh sebagian mereka maka kewajiban itu telah terpenuhi dan orang yang tidak mengerjakannya tidak dituntut lagi untuk mengerjakannya. Hikmah yang dapat diambil dari adanya fardu kifayah ini jumlah para penghafal Al-Qur‟an tidak kurang dari jumlah mutawatir sehingga terhindar dari pemalsuan. 
Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu pekerjaan mulia, dan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an tidak lepas dari keberhasilan kinerja memori atau ingatan dalam diri seseorang. Dan dalam hal ini ada tiga tahapan kerja dalam memori, yaitu: 
a. Encoding (memasukkan informasi dalam ingatan) 
b. Storage (menyimpan informasi yang telah dimasukkan) 
c. Retrieval (mengingat kembali). 
Manghafal Al-Qur‟an dengan seluruh materi ayat yang meliputi bagian- bagian waqof, washol, fonetik-nya dan lain-lain adalah sangat penting, oleh karenanya seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya mulai awal hingga akhir harus tepat. Keliru dalam proses memasukkan atau proses penyimpanan akan berakibat keliru pula dalam proses pengingatan kembali dan bahkan sulit ditemukan dalam gudang memori. 
Disamping tiga tahapan dalam kerja memori, ada dua jenis memori atau ingatan:
a. Ingatan jangka pendek yaitu proses pengingatan kembali sebuah obyek yang berlangsung cepat dan mudah, seakan obyek yang diingat bersifat aktif dan dalam kesadaran. 
b. Ingatan jangka panjang yang merupakan proses pengingatan kembali sebuah obyek atau nama yang berlangsung lama atau proses pengingatan kembali yang berlangsung sulit karena obyek atau nama tidak berada dalam kesadaran (bersifat pasif). 
Perbedaan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dapat ditinjau dari tiga sisi: 
a. Tahap Enconding 
1) Ingatan jangka pendek lebih memilih suatu kode akustik (paling tidak untuk situasi yang membutuhkan pengulangan) dan ingatan jangka pendek hanya berisi apa yang dipilih. 
2) Ingatan jangka panjang didasarkan pada makna. 
b. Tahap Storage 
1) Ingatan jangka pendek terbatas pada 7 chunk (kelompok unit) 
2) Ingatan jangka tidak terbatas. 
c. Tahap Retrieval 
1) Ingatan jangka pendek bebas dari kesalahan 
2) Ingatan jangka panjang lebih mudah lupa. 
Menghafal Al-Qur‟an didahului dengan proses encoding yaitu pemasukan informasi berupa ayat-ayat Al-Qur‟an ke dalam ingatan melalui indra penglihatan dan pendengaran. Dua indra ini sangat penting dalam penerimaan informasi. Dalam
beberapa ayat disebutkan dua indra ini selalu beriringan, inilah sebabnya dianjurkan kepada para penghafal Al-Qur‟an untuk memperdengarkan suaranya untuk didengarkan sehingga dua alat sensorik ini bekerja dengan baik. 
Menurut Darwis Hude, tanggapan dari pengamatan melalui dua alat indra sensorik ini harus bersifat tanggapan identik yang bersifat foto copy seperti apa yang dilihat dan didengarkan, oleh karenanya disarankan untuk memakai satu mushaf Al-Qur‟an dan tidak berganti-ganti sehingga tidak mengubah struktur pada peta mental. Peta mental adalah proses yang memungkinkan untuk mengumpulkan, mengorganisasi, menyimpan dalam pikiran, memanggil serta menguraikan kembali informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan. Al-Qur‟an yang sering dipakai para hafidz terkenal dengan nama Al-Qur‟an pojok atau Al- Qur‟an sudut. Al-Qur‟an pojok sering disebut Al-Qur‟an Bahriyyah karena Al- Qur‟an ini diterbitkan pertama kali oleh percetakan Bahriyyah Turki. Ciri dari Al- Qur‟an sudut/Bahriyyah adalah pada setiap halaman terdiri dari 15 baris dan tiap juz berisi 20 halaman. Setelah proses encoding/memasukkan informasi, proses selanjutnya adalah storage/penyimpanan. Informasi yang masuk berupa ayat-ayat Al-Qur‟an yang dihafal, menurut Darwis Hude disimpan di gudang memori yang terletak di memori jangka panjang. Perjalanan informasi dari awal diterima indra masuk ke memori jangka pendek dan bahkan ada yang langsung masuk ke memori jangka panjang. Untuk bisa memasukkan memori dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang menurut Darwis Hude ada dua: 
a. Automatic Processing yaitu proses penyimpanan yang bersifat otomatis dan biasanya bersifat istimewa bagi seseorang seperti mendapat hadiah besar.
b. Effortful Processing yaitu penyimpanan yang diupayakan karena informasi yang masuk dianggap biasa. Menghafal Al-Qur‟an menurut M. Darwis Hude termasuk pada kategori yang kedua yaitu penyimpanan yang diusahakan. Salah satu usaha penyimpanan hafalan Al-Qur‟an ke memori jangka panjang dengan cara mengulang atau takrir. 
Pengulangan untuk memasukkan informasi ke gudang memori ada dua macam: 
a. Maintenance Rehearsal yaitu pengulangan untuk memperbaharui ingatan tanpa mengubah struktur (pengulangan tanpa berfikir). 
b. Elaborative Rehearsal yaitu pengulangan yang diorganisasikan dan diproses secara aktif serta dikembangkan hubungan-hubungannya sehingga jadi sesuatu yang bermakna. 
Takrir atau pengulangan yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur‟an masuk dalam kategori pertama yaitu pengulangan yang dilakukan tanpa mengubah struktur dan yang terpenting adalah pengulangan yang selalu diusahakan hingga ayat-ayat yang dihafalkannya menjadi lancar. 
Proses selanjutnya setelah strorage adalah proses pengungkapan kembali atau retrievel. Proses retrieval dapat terjadi dengan dua macam: 
a. Serta merta yaitu informasi yang telah tersimpan di gudang memori secara aktif keluar tanpa adanya pancingan. 
b. Dengan pancingan yaitu informasi yang tersimpan akan keluar dengan adanya pancingan yang ditimbulkan.
Di dalam pengungkapan kembali hafalan ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah tersimpan dalam gudang memori menurut Darwis Hude termasuk proses retrieval yang kedua di mana pengungkapan kembali terjadi dengan pancingan. Dalam menghafal Al-Qur‟an, ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya menjadi pancingan yang akan dibaca kemudian. Pengorganisasian yang baik terjadi di waktu proses penyimpanan informasi akan memudahkan proses pengingatan kembali. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang sudah tersusun rapi ayat-ayatnya secara berurutan. Hal ini memudahkan bagi para penghafal Al-Qur‟an untuk mengingat kembali ayat-ayat yang telah dihafal karena ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya otomatis menjadi pancingan ayat-ayat yang sesudahnya. 
Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur‟an ialah: 
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori atau permasalahan-permasalahn yang sekiranya akan mengganggu. 
b. Niat yang ikhlas 
d. Memiliki keteguhan dan kesabaran 
e. Istiqomah 
f. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela 
g. Izin orang tua wali atau suami 
h. Mampu membaca dengan baik. 
Disamping syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an sebagaimana yang diterangkan di atas yang dianggap penting sebagai faktor pendukung menghafal Al- Qur‟an ialah:
a. Usia yang ideal 
b. Manajemen waktu 
c. Tempat menghafal. 
a. Kenapa Harus Hafal Al-Quran? 
Menghafal Al-Qur‟an bukanlah sebuah kerja mengukir sebuah keterampilan membaca tanpa melihat mushaf, atau pembekalan diri sebagai guru Al-Quran. Sesungguhnya hal itu merupakan konsekuensi logis bagi siapa saja yang mau menghafal Al-Quran. Dan jika itu yang menjadi target menghafal Al-Quran, maka sesungguhnya tidak cukup kuat untuk membangun motivasi yang besar untuk bersabar dalam menghafal. 
Kondisi di atas mirip sebuah konsekuensi orang yang makan pasti kenyang, walaupun ia tidak menginginkannya. Tetapi menghafal Al-Qur‟an memiliki dimensi jauh lebih besar dari sekedar menjadi seorang Hafizh. Karena itu, jika dimensi itu diyakini dengan sepenuh hati, akan dapat meledakkan bom motivasi yang besar dalam hati kita. Dimensi itu adalah: 
 Menghafal Al-Qur‟an adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah. Karena sepanjang menghafal, kita akan selalu ingat dan lebih dekat kepada Allah. Melalui ayat-ayat Al-Qur‟an yang terulang-ulang dalam lidah kita dan berbagai macam ibadah yang akan kita lakukan berkaitan langsung dengan Al-Quran. Puncaknya adalah agar kita diakui oleh Allah sebagai Al „Abd, sebagaimana Allah memberikan sebutan tersebut kepada tokoh-tokoh besar dari hamba- hamba pilihan-Nya, seperti para anbiya, syuhada dan shalihin.
 Menghafal Al-Qur‟an adalah proses pembinaan diri menuju keimanan yang lebih baik. Untuk mencapai kesuksesan dalam menghafal Al-Quran, dibutuhkan komitmen yang kuat terhadap apa yang dinasihatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Jika kita mampu mengendalikan jiwa ini untuk lebih tunduk kepada Allah, maka kita akan mampu menundukkan jiwa ini untuk berlama-lama dengan Al-Quran. 
 Menghafal Al-Qur‟an adalah proses aktif dan intensif mempersiapkan kehidupan akhirat yang lebih baik. Karena apa yang kita baca akan menghasilkan pahala dan berbagai macam fadhilah yang besar di sisi Allah. Selain itu Al-Qur‟an mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap kehidupan akhirat yang menyengsarakan dan memotivasi kita untuk beramal sebaik-baiknya. 
Tujuan puncak menghafal itu adalah agar kita lebih dekat dengan Allah, yang kemudian mewarnai seluruh sendi kehidupan kita. Maka kalau saja sudah 5 tahun kita menghafal, dan tidak kunjung selesai 30 juz, tapi sepanjang hidup kita bisa terus intensif besama Al-Qur‟an dan arahan-arahannya (taujihat), hal ini sungguh jauh lebih baik daripada 5 tahun kita sukses menjadi penghafal Al-Quran, bahkan sampai juara 1 MHQ (Musabaqoh Hifdzul Qur‟an) internasional, tapi setelah itu kita berhenti dari semua aktivitas yang terkait dengan Al-Quran. Karenanya, marilah kita bersama-sama menjadi penghafal yang berhasil menginternalisasikan Al-Qur‟andalam diri kita, sehingga Al-Qur‟an dapat melejitkan sisi-sisi wawasan, ibadah, akhlaq dan ruhiyah.
b. Menghafal Al-Qur’an itu Mudah 
 َ  َ  َ َ َ  َ 
 
“Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk diingat. Adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17, 22, 32, 40). 
Para ahli tafsir menjelaskan maksud ayat ini adalah bahwa Allah telah memudahkan semua bentuk interaksi dengan Al-Qur‟an kepada setiap manusia yang mau mempelajarinya, termasuk di dalamnya menghafal Al-Quran. Percayakah kita dengan jaminan pasti dari Allah ini? Kalau kita percaya, berarti 50% modal menghafal Al-Qur‟an sudah ada di tangan anak didik kita. Sisanya adalah usaha dan kesabaran serta mujahadah (usaha keras) kita untuk memindahkan ayat-ayat Allah ini ke dalam dada anak didik kita. Agar lebih yakin, 
وََاََ زََ نَتَُ عَََهََ كََ كََِتََابَ ا لَََ غَسََهَُ اَن اًََءَُ تَََ قَرََؤَُ اَََََُِئَِ اًَ وَََ قَظََا “Dan Aku (Allah) telah menurunkan kepadamu Al-Qur‟an yang tidak tercuci dengan air dan dapat kamu baca dalam keadaan tidur dan jaga (kitab yang bisa tersimpan dalam dada manusia)” (HR. Muslim). 
Bagaimana menumbuhkan dan mempertahankan keyakinan ini? 
1. Allah dan Rasul-Nya telah menjamin bahwa Al-Qur‟an bisa dihafal. 
Masalah ini harus kita tempatkan sebagai aqidah atau keyakinan iman di dalam dada kita. Tidak percaya, berarti penyimpangan keimanan.
2. Mulailah menghafal sekarang juga, hilangkan berbagai alasan penundaan. Misalnya, “Ah, nanti kalau sudah selesai kuliah”, atau “Kalau sudah mendapat pekerjaan”, dan lain-lain. Karena segera beramal akan menumbuhkan keyakinan. Sebaliknya, menunda-nunda suatu niat yang baik akan memudarkan keyakinan. 
3. Bacalah selalu fadhilah-fadhilah menghafal Al-Quran, agar kita punya banyak alasan untuk memotivasi diri. 
4. Segera mencari ustadz/ustadzah yang dapat membimbing anak didik kita untuk menghafal Al-Quran. 
5. Bergaullah dengan para penghafal Al-Quran, agar tumbuh perasaan, “Kalau beliau bisa hafal, maka saya juga pasti bisa hafal!” 
6. Berdo‟alah kepada Allah agar kita dapat melaksanakan apa yang kita yakini. Karena di balik doa ada janji yang pasti bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya. 
c. Sekilas Tentang Teori Pikiran Manusia 
Pikiran manusia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Consious (pikiran sadar) dan Subconsious (pikiran bawah sadar). Kondisi ketika pikiran sadar aktif adalah kondisi kita sehari-hari. Kondisi kita saat tidak sedang tidur. Pada kondisi ini, seorang manusia akan mampu memiliki banyak fokus. Dia akan mampu berpikir lebih dari satu. Misalkan ketika seseorang sedang memasak, dia juga bisa sambil melakukan aktivitas lain seperti sambil menonton TV, atau bahkan sambil mencuci. Pada kondisi sadar, otak manusia mampu melakukan 5-9 fokus sekaligus.
Diantara pikiran sadar dan bawah sadar tersebut, terdapat semacam sekat yang bernama Recticular Activating System (RAS) atau juga sering disebut faktor kritis (Moruzzi dan Magoun: 1949). 
Gelombang otak manusia 
Faktor kritis ini berfungsi sebagai filter yang akan menyaring setiap informasi yang diterima oleh pikiran sadar untuk kemudian dimasukkan ke pikiran bawah sadar. Faktor kritis akan menganalisa setiap informasi yang diterima, jika informasi yang diterima itu dianggap penting, maka informasi tersebut akan dimasukkan ke pikiran bawah sadar, jika tidak maka tidak. 
Pada saat pikiran bawah sadar aktif, seorang manusia hanya akan memiliki 1 fokus saja dalam pikirannya. Ketika gelombang otak berada pada kondisi Alpha atau Theta akan menyebabkan seseorang menjadi sugestif bahkan sangat sugestif karena hanya memiliki 1 fokus, saat inilah kondisi pikiran manusia sedang berada pada kondisi pikiran bawah sadar. Pada kondisi ini otak akan dengan mudah menyerap informasi yang diterima. 
Setiap informasi yang sudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar manusia bersifat permanen. Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu aktivitas untuk
memasukkan hafalan ke dalam pikiran bawah sadar agar menjadi permanen dalam ingatan. Untuk mengaktifkan pikiran bawah sadar, usaha yang perlu dilakukan adalah menembus faktor kritis. 
Peneliti mengidentifikasi definisi kemampuan dalam belajar siswa yang disebut kecerdasan sebagai: Situasi kesesuaian psikologi seseorang melalui empat dimensi utama, yaitu dimensi religious atau spiritual, dimensi psikologis, sosial dan dimensi fisik. Di Saudi Arabia juga pernah pernah dilakukan sejumlah penelitaian yang menghasilkan bahwa peran hafalan Al-Qur‟an sangat besar dalam pengembangan keterampilan siswa di sekolah dasar. Selain itu, dibuktikan juga dampak positif dari Al-Qur‟an pada prestasi akademik yang diperoleh peserta didik di Universitas. 
Hasil studi itu menyebutkan dengan jelas antara dimensi keagamaan siswa, utamanya hafalan Al-Qur‟an. Selain itu, disebutkan juga tentang tingkat ketidakseimbangan mental siswa yang tidak disiplin dengan tuntunan agama, atau hanya memiliki hafalan yang minim terhadap Al-Qur‟an. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah agar para guru dan pendidik umumnya memperhatikan aspek hafalan Al-Qur‟an peserta didik. Ini disebabkan bukti-bukti yang dihasilkan tentang adanya pengaruh positif yang sangat jelas bagi anak didik secara prestasi maupun kehidupan sosial mereka. Juga dikarenakan hafalan Al-Qur‟an menjadi sebab paling penting bagi stabilitas mental. Bahkan karena pengaruh positif yang terjadi dalam diri siswa oleh hafalan Al-Qur‟annya, studi ini juga menghimbau para guru dan pendidik untuk meningkatkan hafalan anak didik melebihi target kurikulum yang ditetapkan pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Beberapa
manfaat menghafal Al-Qur‟an yang dihasilkan, baik oleh penelitian maupun pengalaman, yaitu: 
1. Pikiran akan terang 
2. Daya ingat yang semakin kuat 
3. Memiliki ketenagan dan stabilitas psikologis 
4. Memunculkan rasa gembira dan senang yang tak bisa dilukiskan 
5. Menghilangkan rasa takut, cemas dan sedih 
6. Meningkatnya kemampuan berbahasa, khususnya bahasa arab 
7. Memiliki kemampuan hubungan sosial yang baik dan mudah menarik kepercayaan orang lain 
8. Terhindar dari penyakit kronis yang umum dialami orang 
9. Lebih meningkatkan kemampuan memahami dan menguasai persoalan 
10. Mempunyai mental yang lebih tenang dan stabil. 
1.5 Metode Penelitian 
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan menganalisa data, maka dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut: 
1. Jenis Penelitian 
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) yang bersifat kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. 
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi belajar dengan menggunakan aliran psikologi behavioristik. Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial-and error learning”. Individu yang belajar melakukan kegiatan melaui proses “trial-and-error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. 
Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya. 
Dari penelitiannya, Thorndike menemukan hukum-hukum: 
a. “Law of readiness” : jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan. 
b. “Law ot exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”. 
c. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu
menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang. 
Penulis dalam penelitian ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dalam proses belajar, terutama perilaku belajar siswa dan guru dalam proses pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an serta hasil dari pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 
3. Metode Penentuan Subyek 
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain. 
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 
a. Kepala sekolah 
b. Pendidik mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an 
c. Peserta didik SDIT Fithrah Insani 2 
4. Metode Pengumpulan Data 
Mengingat penelitian ini merupakan merupakan penelitian kualitatif, maka merujuk pada pendapat Lexy J. Moloeng, metode yang digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi), wawancara, dan penelaahan dokumen (dokumentasi) dengan uraian sebagai berikut:
a. Metode Wawancara 
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, seperti: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan sebelumnya dengan cermat dan lengkap, namun penyampaian bebas tanpa terikat oleh nomor urut yang telah digariskan. 
Adapun yang akan diwawancarai oleh peneliti nanti yaitu kepala sekolah, pendidik atau guru mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an serta peserta didik itu sendiri. 
b. Metode Observasi 
Observasi diarahkan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala yang diselidiki. Teknik observasi yang digunakan adalah jenis observasi partisipan yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan, dia tidak hanya berperan saja namun ikut serta dalam kegiatan. Metode ini digunakan untuk meneliti dan mengamati metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 serta mengamati dan mencatat tentang situasi yang ada antara lain: letak geografis serta sarana prasarana yang dimiliki madrasah guna memperkuat data hasil wawancara dan dokumentasi. 
d. Metode Dokumentasi 
Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kurikulum, satuan pembelajaran, struktur organisasi,
jumlah guru dan karyawan, jumlah siswa serta lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. 
c. Analisis Data 
Data atau keterangan tentang konsep yang akan dibahas dan diteliti yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data pada langkah kelima, dikumpulkan kemudian dianalisa dengan mempergunakan teknik sebagai berikut: 
a. Deduksi, yaitu upaya untuk memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat khusus melalui penalaran dan penganalisaan (Lexy J. Moleong, 1993:190). 
b. Induksi, yaitu upaya memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat umum melalui penalaran dan penganalisaan terhadap kaidah-kaidah yang bersifat khusus (Lexy J. Moleong, 1993:190). 
c. Komparasi, yaitu upaya membandingkan beberapa keterangan-keterangan atau data yang diperoleh untuk mendapatkan argumentasi yang lebih kuat serta mampu memberikan kejelasan yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian ini (Lexy J. Moleong, 1993:190). 
d. Menarik kesimpulan, yaitu langkah terakhir dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan tentang fungsi menghafal Al-Qur‟an sebagai pembangun kesehatan mental (kecerdasan/smart brain), kemampuan belajar siswa sehingga dapat diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban dari pada permasalahan yang dijadikan pada penelitian ini.
BAB II 
LANDASAN TEORITIS 
2.1 Sistem Pembelajaran 
Apa itu sistem? Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak pendapat tentang pengertian dan definisi sistem yang dijelaskan oleh beberapa ahli. Berikut pengertian dan definisi sistem menurut beberapa ahli: 
 Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi. 
 Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen- komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya. 
 Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama. 
 Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
 Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran. 
Komponen atau Karakteristik sistem adalah bagian yang membentuk sebuah sistem, diantaranya: 
 Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel. Ia dapat berupa benda fisik, abstrak atau keduanya. 
 Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian sistem dan objeknya. 
 Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-objek yang terdapat dalam sebuah sistem. 
 Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada. 
 Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan tujuan inilah yang menjadi motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. 
 Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan tersebut dapat berupa hal-hal yang tampak fisik (bahan mentah) atau yang tidak tampak (jasa). 
 Proses, adalah bagian yang melakukan perubahan dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai (informasi) atau yang tidak berguna (limbah) 
 Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem informasi berupa informasi atau laporan, dsb
 Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah luar sistem. Batas disini menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem. Batas juga dapat diubah atau dimodifikai sehingga dapat merubah perilaku sistem. 
 Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. 
Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan), aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana (scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice), susunan aturan (arrangement), rencana (program) 
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. 
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut. 
Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan
pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. 
a. Elemen sistem 
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu: tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem: 
1. Tujuan 
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. 
2. Masukan 
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). 
3. Proses 
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya
saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. 
4. Keluaran 
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. 
5. Batas 
Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana. 
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik 
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. 
7. Lingkungan 
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus
ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem. 
b. Jenis sistem 
Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori: 
 Atas dasar keterbukaan: 
o sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya. 
o sistem tertutup. 
 Atas dasar komponen: 
o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi. 
o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide. 
Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada. 
Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25). Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak
menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari. 
Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al- Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32: 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
“Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”. 
Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah: 16-19:
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َََ 
“Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menjelaskannya”. 
Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim, bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya, memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al- Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al- Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri
dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat, 1974: 10). 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
ََ 
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4). 
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman. 
Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia. 
2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur’an 
a. Menurut Etimologi 
Kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto
berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. 
b. Menurut Terminologi 
Istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar. 
Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal Al-Quran yaitu menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan Al-Quran dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian Al-Quran baik dari tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut: 
2.3 Tujuan menghafal Al-Qur’an 
Kaum muslimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam menghafal Al-Quran dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan, yang diantaranya ialah: 
1. Agar tidak terjadi penggantian atau pengubahan pada Al-Quran, baik pada redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada
bacaannya. Sehingga Al-Quran tetap terjamin keasliannya seperti segala isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah saw. 
2. Agar dalam pembacaan Al-Quran yang diikuti dan dibaca kaum muslimin tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat mutawatir, (yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraat sab‟ah sesudah sahabat yang terdiri dari “Nafi‟ bin Abdur Rahman di Asfahan, Ibnu Katsir di Makkah, Abu Amr di Basrah, Abdullah bin Amir al- Yahshaby di Damaskus, Asm bin Abi Najwad di Kufah, hamzah bin Habib At-Taimy di Halwa dan al-Kisai. (baca; tokoh-tokoh ahli qiraat) 
3. Agar kaum muslimin yang sedang menghafal Al-Quran atau yang telah menjadi hafiz dapat mengamalkan Al-Quran, berperilaku dan berakhlak sesuai dengan isi Al-Quran. 
4. Dengan menghafal siswa-siswi SDIT Fithrah Insani 2 dapat mengasah kemampuannya dalam pelajaran, tidak hanya kemampuan akademik saja yang mereka dapatkan tapi kemampuan yang didasari nilai-nilai religi atau tauhid yang kuat. 
2.4 Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an 
Amal apapun yang tidak dilandasi langkah yang jelas dan manhaj yang terang, sulit untuk memperoleh keberhasilan yang diharapkan. Seperti serampangan, semaunya, egoisme dan seenaknya bertolak belakang dengan dengan pelaksanaan yang baik. Bertentangan dengan hasil yang mengiringinya, mengekang
jalan-jalan kesuksesan dan akibatnya akan mempengaruhi individu dan kelompok yang bekerja untuk hal itu. 
Agar langkah mulia ini berhasil, maka yang harus diperhatikan adalah: 
a. Realistis 
Langkah dalam menghafal ini haruslah realistis dengan apa yang ingin kita hafal dan waktu yang kita luangkan dalam menggapai tujuan. Jika kita mengatakan, “Aku ingin hafal Al-Qur‟an dalam waktu sepekan, karena aku seorang mahasiswa dan punya banyak mata kuliah yang padat.” 
Jelas ini bukan langkah yang realistis..! Karena itu kita harus membuat langkah yang jelas. 
b. Jelas 
Misalnya kita ingin menghafal Al-Qur‟an seluruhnya, yaitu 30 juz. 
c. Terukur 
Yaitu kita harus menentukan waktu-waktu khusus untuk menghafal dan melakukan muroja‟ah. Begitu pula kita harus menentukan kapan kira-kira kita bisa merealisasikan target kita tersebut. Dalam arti menentukan waktunya. Apakah setahun, dua tahun atau bahkan sampai 10 tahun misalnya. 
2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur’an 
Al-Qur‟an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal. Dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri khas orang- orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolak ukur keimanan dalm hati seseorang, juga
sebagai tangga ilmu pengetahuan dan pengokoh rasa agama dan keistiqomahannya. Allah berfirman: 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. 
Maksudnya ayat diatas ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya. 
Bahkan rasulullah sendiri mengatakan “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari pada Al-Qur‟an, bagaikan rumah yang tidak berpenghuni”. 
Berikut beberapa kelebihan dan keutamaan menghafal Al-Qur‟an: 
a. Menghafal Al-Qur’an adalah awal mula Rasulullah menerimanya dari Jibril. 
Allah SWT mensifatkan Al-Qur‟an ini dengan firman-Nya yaitu Qur‟an Surat Al-Ankabut ayat 49. Sungguh betapa indahnya ayat tersebut menjelaskan tentang keagungan posisis dada-dada yang hafal firman Allah azza wajalla. Ayat ini mensifatkan tentang penghafal Al-Qur‟an bahwasannya merekan ini adalah orang-orang yang diberikan ilmu. Apakah selain kitabullah ini dianggap ilmu..?.
Allah Subhanahu wata‟alla menjelaskan dari sela-sela ayat tersebut bahwa Dia memilih di antara hamba-hamba-Nya sekelompok orang, hati mereka dijadikan sebagai wada untuk menghimpun kalam-Nya. Inilah keutamaan yang besar. 
Malah jika manusia memikirkan masalah ini, yakni masalah pengkhususan umat ini yang dada-dada ulamanya menjadi sebab terhimpunnya Al-Qur‟an yang terang pastilah mereka akan mengetahui nilai para penghafal kitabullah. 
b. Al-Qur’an adalah Sumber dan Muara semua Undang-Undang Hidup Umat Manusia. 
Al-Qur‟an adalah pedoman umat. Ke sanalah hukum dan rujukan hukum di antara manusia. Dari sanalah sistem dan syariat. Tidak ada hal kecil atau besar melainkan informasinya terdapat didalam kitab yang mulia ini. Allah berfirman: 
... َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ ...... 
“....Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab....(Qs. Al- An‟am: 38) 
Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. 
c. Menghafal Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah.
Sebagian ahli ilmu m,enegaskan bahwa menghafal Al-Qur‟an itu wajib atas umat ini. Jika sebagian dari mereka telah melakukannya, maka gugur dosa atas yang lainnya. Badrudin Zarkasyi mengatakan: “ Teman-teman kami berkata bahwa belajar Al-Qur‟an hukumnya fardhu kifayah. Demikian pula menghafalkannya wajib atas umat ini..” 
اِ عهَ ى أََ حٌَِ فظَ انقُ رآ فٌََِ رضُ كَِفَا ةٌٍَ عََهَى اَ لُْ يةِ، صََرَحَ بَِ اَِّ نجُ رجَا فًََِِ اًَنشَافِ وًََانعِبَادِ يَ 
وَغَ رِ اًَِْ. قََالَ اََ نجُوَ :ً وََا ن ع ىَُ فَِ أََِّ لََ قَطِعَ عََدَدُ اَنت وَاتُرِ فَِ فََِّلََ تطُ رقَ إَِنَ اَِّنت بدِ مَُ 
وَانت حرِ فُ، فََإِ قََاوَ بَِذَنِكَ قََ ووٌ بٌََُهِغُ و ذٌََََْا انعَدَدَ سََقَطَ يَِ انبَاقِ ،ٍَ وََإِلَ أََثَ ى اَ نكُ مَ. 
Al Hafizh Suyuthi mengatakan, “Ketahuilah bahwasannya menghafal al Quran hukumnya adalah fardhu kifayah atas seluruh umat Islam sebagaimana penegasan al Jurjani dalam as Syafi, al „Ibadil. Al Juwaini menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa maksudnya kemutawatiran [jumlah yang banyak] bagi para penghafal al Quran tidak boleh terputus sehingga al Quran terjaga dari penggantian dan pengubahan. Sehingga jika di tengah tengah umat telah dijumpai penghafal al Quran dalam jumlah yang mutawatir maka hukum wajib ini telah gugur dari yang lain. Namun jika jumlah tersebut belum terpenuhi maka semua umat Islam dosa karenanya. 
d. Meneladani Rasulullah 
Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah bagi umat ini. Dan menghafal Al-Qur‟an adalah bagian dari bentuk taasi (meneladani) beliau. Konon beliau menghafalnkannya, merutinkan tilawahnya dan bertalaqqi bersama Jibril alaihissalam. Begitu pula Rasulullah mengajarkannya kepada para sahabatnya dan mereka membacanya di hadapan beliau. 
e. Sebagai bentuk meneladani Salaf Sholeh.
Menghafal Al-Qur‟an di usia dini dan masa muda merupakan bentuk taasi (meneladani) kepada salaf sholeh, meneruskan jejak keras mereka dan menempuh bentuk hidayah mereka. Para salaf sholeh dahulu mulai menghafal Al-Qur‟an sebelum menghafal seluruh disiplin ilmu. Maksudnya sebelum jenis-jenis ilmu lainnya, yaitu mereka menghafal Al-Qur‟an terlebih dahulu barulah kemudian menuntut ilmu. 
f. Menghafal Al-Qur’an adalah karakteristik umat nabi Muhammad 
Ibnu Jazari rahimullah berkata: “Sebenarnya asal muasal transformasi Al- Qur‟anitu dilakukan dengan hafalan lewat hati dan dada manusia. Bukan melalui tulisan mushaf dan buku-buku. Inilah karakteristik yang paling mulia.” 
Tokoh Orientalis, Laura Faghliry mengatakan: “Hari ini kami surut, tapi disana ada ribuan orang di antara mereka yang mampu mengulang-ulang Al-Qur‟an secara hafalan. Di Mesir saja jumlah para huffaznya melebihi jumlah orang-orang Kristen yang bisa hafal Injil di benua Eropa secara keseluruhan.” 
Sedangkan James Michaez mengatakan: “Mungkin Al-Qur‟an inilah satu- satunya kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Sangat jelas bahwa ia adalah kitab yang paling mudah dihafal.” 
g. Menghafal Al-Qur’an adalah Megaproyek yang tidak mengenal Bahasa Kegagalan. 
Biasanya bahasa takut gagal menjadi hambatan dan penghalang yang memisahkan antara banyak orang dengan obsesi-obsesi mereka. Banyak sekali akhir dari proyek-proyek manusia yang berakhir dengan kegagalan dan tidak lagi
bisa dilanjutkan kembali. Akan tetapi proyek menghafal Al-Qur‟an ini tidak ada lagi bagi bahasa kegagalan di atas. 
h. Menghafal Al-Qur’an dapat Tingkatkan Prestasi Akademis 
Orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Para akademisi dan spesialis sependapat bahwa menghafal Al-Qur‟an memiliki efek yang baik dalam pengembangan keterampilan dasar pada siswa, serta dapat meningkatkan pendidikan dan prestasi akademis. 
Dr. Abdullah Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud al-Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti halaqoh-halaqoh menghafal Al-Qur‟an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan Al- Qur‟an tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat mendapatkan ilmu. Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu ilmu kedokteran, matematika, ilmu syari'ah, ilmu alam dan lain sebagainya, membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang terbiasa menghafalkan Al-Qur‟an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang tinggi. Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang lainnya, yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka sel-sel otak dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang mengabaikannya. Dr. Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam merencanakan tujuan hidup, serta meraihnya.
Esensi utama dari menghafal Quran bukanlah mendapatkan hafalan Al Quran. Itu hanyalah bonus. Esensi utama dari menghafal Quran adalah agar kita semakin sering berinteraksi dengan Al Quran. Karena ketika kita menghafal al Quran, kita dituntut untuk senantiasa mengulangnya. Dan dengan mengulang itulah ingatan kita akan semakin tajam. Akan lebih baik lagi bila kita mengulangnya bersama keluarga atau kelompok halaqoh/mentoring. 
Itulah sebabnya kita bisa membaca Al Fatihah tanpa mushaf dengan mudahnya, bahkan meski pikiran kita tidak fokus ke bacaan, kita masih bisa menyelesaikannya. Ya, karena kita telah beratus-ratus kali mengulangnya. Jadi, sesungguhnya tidak ada sikap permisif bagi yang merasa ingatannya kurang baik untuk tidak menghafal al Quran. 
Al-Qur‟an adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal oleh ribuan umat manusia dari seluruh penjuru dunia sepanjang zaman. Dalam usia muda, (usia pra sekolah hingga SMA) kegiatan menghafal Al-Qur‟an sangat urgen ditanamkan dalam ingatan mereka agar ingatan mereka yang masih bersih terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik hendaknya memberikan perhatian dan bimbingan yang tepat agar generasi muda ini menjadi generasi yang bermanfaat bagi agama. Manusia dikatakan belajar jika mengalami perubahan tingkah laku yang relatif permanen, perubahan pengetahuan, pengalaman, pemahaman, keterampilan yang terjadi dalam individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya. 
2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur’an
Al-Qur‟an memiliki banyak keistimewaan, banyak keutamaan bagi siapa saja yang membaca, mendengarkan dan mengamalkan ajarannya. Namun ada fenomena ditengah masyarakat sebagian diantara mereka yang meninggalkan Al Qur‟an seperti yang tergambar dalam firman Allah. 
Nabi Muhammad mengadu kepada Allah tentang kaumnya yang sudah meninggalkan dan acuh tak acuh kepada Al Qur‟an. Bagaimanakah kategorinya? 
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa ada beberapa kategori „hajrul Qur‟an “ ( meninggalkan Al Qur‟an ) diantaranya: 
1. Meninggalkan iman kepada Al Qur‟an 
2. Tidak beramal dengan Al Qur‟an 
3. Tidak berhukum dengan Al Qur‟an 
4. Tidak memahami dan bertadabur 
5. Tidak menggunakan sebagai terapi untuk penyakit hati 
Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat diatas menyebutkan Jika mereka dibacakan Al Qur‟an, mereka menandingi dengan pembicaraan dan bahasa lain sehingga tidak mendengar Al Qur‟an. 
· Meninggalkan ilmu dan menghafalnya 
· Meninggalkan iman dan membenarkannya 
· Meninggalkan tadabur dan memahaminya 
· Meninggalkan beramal perintah dan larangannya 
· Beralih ke syair,perkataan, lagu, senda gurau dan perkataan lain. 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
ََ
َ 
“Barangsiapa berpaling dari Al-Qur‟an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS. Thaha: 100) 
Atau di ayat yang lain Allah berfirman: 
 َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
َ 
 
ََ 
ََ 
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124) 
Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan: 
 Berpaling dari peringatan-Ku artinya menyelisihi perintah-Ku dan yang diturunkan kepada Rasul (berpaling dari Qur‟an dan Sunnah), serta mengambil petunjuk lain selain Qur‟an dan Sunnah. 
 Kehidupan yang sempit artinya hatinya tidak tenang, selalu gelisah, dadanya sesak/sempit karena kesesatannya. Atau kehidupannya yang sempit/susah, atau disempitkan kuburannya. 
 Di akherat dalam keadaan buta, karena kesesatannya itu yang menghantarkan ke neraka Jahannam. 
Menurut Imam Ibnul Qoyyim, bahwa perilaku meninggalkan Al-Qur‟an (berpaling dari Al-Qur‟an) itu bermacam-macam bentuknya, diantaranya adalah:
1. Tidak mau (enggan) mendengarkannya dengan seksama. (atau mau mendengarkan tetapi tidak iman) 
2. Tidak mengamalkan kandungannya. 
3. Tidah bertahkim atau menjadikannya sebagai landasan hukum dalam memutuskan setiap perkara. 
4. Tidak bertafakkur, memahaminya dan mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah (bukan dengan kehendak kita, seperti yang dilakukan orang- orang Islam liberal). 
5. Tidak menjadikannya sebagai obat penyembuh bagi berbagai macam penyakit hati. 
2.7 Metode Menghafal Al-Qur’an 
SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah memiliki suatu visi misi yang cukup mulia dan penuh dengan harapan agar nantinya siswa-siswi yang sudah lulus dari SDIT bisa menjadi anak yang sholeh, bertanggung jawab dan menjadi seorang pemimpin yang bijaksana. 
Hasil observasi dan wawancara dengan guru wali kelas di dalam proses belajar mengajar di kelas metode yang digunakan ialah tidak menentu, namun yang sudah digunakan dan dipraktekkan ialah metode guru membaca dahulu satu ayat yang diulang-ulang sebesar 3 kali atau lebih yang kemudian para siswa menirukannya dengan sistem yang sama pula yaitu mengulang-ulang satu ayat tersebut sebanyak 3 kali atau lebih. Selanjutnya mengecek satu persatu hafalan satu ayat tersebut, jika ada yang belum hafal diulang kembali secara bersama-sama
kemudian dicek lagi hafalannya satu persatu sampai siswa hafal. Setiap kali pertemuan pelajaran tahfidz materi hafalannya sebanyak dua ayat, namun jika ayatnya pendek-pendek kadang ditambah satu ayat menjadi tiga ayat. 
Awal mulanya proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an anak-anak diminta berkumpul di lantai secara melingkar mengelilingi gurunya yaitu Pak Yahya. Kemudian Pak Yahya memulai pelajaran tahfidz dengan meminta kepada para siswa untuk membaca materi tahfidz yang sudah dihafalkan pada hari-hari yang telah lalu secara bersama-sama. Setelah itu prosesnya seperti di atas yaitu guru membaca satu ayat pendek sebanyak 3 kali atau lebih kemudian para siswa diminta menirukan secara bersama-sama sebanyak 3 kali atau lebih lalu dicek satu persatu hafalan satu ayat yang telah dihafal tadi. Di akhir pelajaran Pak Yahya mengulang dari ayat pertama sampai dua atau tiga ayat yang baru saja ditambah hafalannya. Kemudian para siswa dicek lagi satu persatu, jika sudah hafal anak tersebut boleh duduk dikursi masing-masing namun jika ada yang belum hafal dan dari awal tidak mengikuti pelajaran tahfidz dengan baik dan benar atau sering ramai sendiri maka siswa tersebut diberi hukuman berdiri di depan atau di pojok kelas selama kurang lebih 5 – 10 menit. 
Dari pengamatan dan wawancara proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dilaksanakan di SDIT Fithrah Insani 2 berdasarkan uraian yang penulis kemukakan di atas maka dapat di klasifikasikan metode yang diterapkan oleh guru tahfidz yang sekaligus manjadi wali kelas ialah : 
a. Metode Talaqi
Metode Talaqi, yaitu cara menghafal dengan guru memabaca perayat kemudian siswa meniru bacaan guru. Dalam hadits yang disebutkan bahwa Rasulullah belajar Al- Qur‟an secara talaqi lewat malaikat Jibril dan berangsur-angsur dalam penghafalannya, karena mengingat bahwa Al-Qur‟an terdiri atas enam ribuan ayat lebih. 
b. Metode Takrir (pengulangan) 
Metode takrir adalah suatu metode mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur (guru) yang fungsinya adalah untuk menjaga agar materi yang sudah dihafal tidak kelupaan. 
Pelaksanaan metode takrir ini adalah pada saat setiap kali siswa-siswi kelas 3 mau pulang sekolah dan setiap di awal pelajaran tahfidz dilaksanakan. Diterapkannya metode takrir ini adalah untuk menyeimbangkan antara banyaknya hafalan secara keseluruhan dengan kemampuan menambah hafalan sehingga dengan adanya metode takrir ini diharapkan tidak terjadi kelupaan terhadap ayat- ayat yang telah dihafal. Dengan demikian, maka dengan kegiatan menghafal metode takrir sangat diperlukan. 
c. Metode Setor 
Istilah setor dalam aktifitas menghafal Al-Qur‟an adalah memperdengarkan hafalan-hafalan baru kepada guru. Kegiatan setor ini wajib dilakukan oleh semua siswa yang menghafal Al-Qur‟an. Karena pada waktu setor inilah maka hafalan siswa disimak oleh guru sehingga dengan setor hafalan santri akan terus bertambah, di samping itu bacaan dan hafalan siswa juga dapat terpelihara kebenarannya. 
Kegiatan setor hafalan Al-Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah secara umum caranya tidak jauh berbeda dengan metode di pondok pesantren yang
khusus untuk program tahfidz. Adapun caranya adalah siswa secara satu persatu memperdengarkan hafalan-hafalan baru yang telah dihafalnya kepada guru. Sebelum sampai pada tahap setor hafalan, terlebih dahulu bacaan siswa harus disema‟ oleh guru tahfidznya. Pada langkah ini, siswa membacanya dengan melihat langsung (binnadzar) yang biasanya dilakukan setelah akhir pelajaran. 
Kemampuan setor hafalan bagi siswa sangat beragam, sehingga banyak atau sedikitnya setor tidak dibatasi tetapi semua itu disesuaikan dengan kemampuan siswa sendiri-sendiri. Metode setor ini memiliki efek yang besar untuk memelihara hafalan, sehingga pelaksanaannya sangat dibutuhkan dan sangat ditekankan oleh pihak SDIT Fithrah Insani 2, langkah ini dimaksudkan agar siswa selalu rutin dan rajin menghafal sehingga diharapkan santri mampu mencapai target yang ditetapkan. 
d. Metode Tes Hafalan 
Metode tes hafalan adalah usaha yang dilakukan oleh pihak SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah untuk menilai keadaan hafalan santri dengan penekanan pada materi ketepatan bacaan yang meliputi makhroj maupun tajwidnya. Pelaksanaan tes ini dilakukan ketika ujian tengah semester dan akhir semester, sedangkan yang bertindak sebagai penguji adalah guru Tahfidzul Qur‟an itu sendiri. 
Tindak lanjut dari pelaksanaan metode tes hafalan ini adalah untuk memperbaiki hafalan. Bila hafalan siswa itu dinilai kurang baik, sebelum ia melangkah pada materi hafalan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru Al-Qur‟an SDIT Fithrah Insani 2 ini terkadang mempunyai
beberapa kendala atau hambatan yang timbul ketika proses pembelajaran itu berlangsung. 
2.8 Definisi Kemampuan 
Kemampuan yang dimaksud peneliti disini ialah Kemampuan akademis. Kemampuan akademis terbagi menjadi 2 bagian yaitu gifted dan talented. Istilah gifted ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan akademis (secara umum) yang tinggi. Misalnya, seorang yang mendapatkan skor IQ yang tinggi pada pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi (terkait: IQ Tidak Sama dengan Kecerdasan), sedangkan talented adalah kemampuan seseorang yang unggul dalam bidang akademis khusus (seperti matematika, bahasa) juga bidang musik, seni, dan drama. Contoh orang yang talented adalah seseorang yang unggul dalam bidang akademik, kususnya matematika sehingga mendapatkan penghargaan atas kemampuan akademiknya. 
Maka dari itu, sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini diharapkan bisa mencapai kemampuan-kemampuan tersebut, karena dengan seringnya menghafal, anak akan terbiasa mengingat sesuatu yang sekalipun sulit, daya ingatnya akan semakin terasah yang di akibatkan rangsangan-rangsangan otak yang diterimanya lewat hafalan. 
2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 
2.9.1 Pengertian Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan adalah "segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan".
Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa pendidikan adalah "Usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan". 
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan manusia baik jasmani maupun rohani melalui pengajaran dan pelatihan. Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama seperti yang dijelaskan pada undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 30 BAB IV menjelaskan bahwa pendidikan keagamaan; .pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menajdi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran 
agamanya dan menjadi ahli ilmu agama. 
Berdasarkan pengertian umum tersebut,dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah: 
"Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak". 
Kemudian dalam edaran Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, sebagaimana dikutip oleh Drs. H. M. Alisuf Sabri mengartikan bahwa: 
"Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalakan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
adalah menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional". 
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan ajaran agama Islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan. 
2.9.2 Tujuan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 
Tujuan yaitu "sasaran yang akan dicapai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan. Bila pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan.pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. 
Suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada Nya. Dalam pendidikan agama Islam, nilai- nilai yang hendak dibentuk adalah nilai-nilai Islam. Artinya tujuan pendidikan agama Islam adalah tertanamnya nilai-nilai Islam ke dalam diri manusia yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointPengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpoint
Nenk Ajalah
 
ppt amalan di bulan ramadhan
ppt amalan di bulan ramadhanppt amalan di bulan ramadhan
ppt amalan di bulan ramadhan
isty-alkhawarizmi
 
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di NusantaraModul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Istna Zakia Iriana
 

Mais procurados (20)

Persiapan ramadhan
Persiapan ramadhanPersiapan ramadhan
Persiapan ramadhan
 
Ppt huruf hijaiyah
Ppt huruf hijaiyahPpt huruf hijaiyah
Ppt huruf hijaiyah
 
PPT Puasa Ramadhan
PPT Puasa RamadhanPPT Puasa Ramadhan
PPT Puasa Ramadhan
 
Doa Upacara Hari Senin Sekolah
Doa Upacara Hari Senin SekolahDoa Upacara Hari Senin Sekolah
Doa Upacara Hari Senin Sekolah
 
Presentasi tahfidz qur'an
Presentasi tahfidz qur'anPresentasi tahfidz qur'an
Presentasi tahfidz qur'an
 
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas XModul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
 
KB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
KB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'anKB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
KB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
 
Pengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointPengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpoint
 
Materi power point belajar tajwid
Materi power point belajar tajwidMateri power point belajar tajwid
Materi power point belajar tajwid
 
Hukum mim sukun
Hukum mim sukunHukum mim sukun
Hukum mim sukun
 
Soal mapsi
Soal mapsiSoal mapsi
Soal mapsi
 
ppt amalan di bulan ramadhan
ppt amalan di bulan ramadhanppt amalan di bulan ramadhan
ppt amalan di bulan ramadhan
 
Silabus bahasa arab kelas XI sma 2 2013
Silabus bahasa arab kelas XI sma 2  2013Silabus bahasa arab kelas XI sma 2  2013
Silabus bahasa arab kelas XI sma 2 2013
 
Akhlak terpuji dan tercela pada remaja dalam kehidupan
Akhlak terpuji dan tercela pada remaja dalam kehidupanAkhlak terpuji dan tercela pada remaja dalam kehidupan
Akhlak terpuji dan tercela pada remaja dalam kehidupan
 
Cinta bahasa arab kelas 1
Cinta bahasa arab kelas 1Cinta bahasa arab kelas 1
Cinta bahasa arab kelas 1
 
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
 
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di NusantaraModul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
 
MATERI AJAR PAI KELAS 1.pptx
MATERI AJAR PAI  KELAS 1.pptxMATERI AJAR PAI  KELAS 1.pptx
MATERI AJAR PAI KELAS 1.pptx
 
RPP BTQ Baca Tulis Qur'an Kurtilas Kelas 7 semester 1 2 MTs
RPP BTQ Baca Tulis Qur'an  Kurtilas Kelas 7 semester 1 2 MTsRPP BTQ Baca Tulis Qur'an  Kurtilas Kelas 7 semester 1 2 MTs
RPP BTQ Baca Tulis Qur'an Kurtilas Kelas 7 semester 1 2 MTs
 
Dasar-Dasar Tahsin-1
Dasar-Dasar Tahsin-1Dasar-Dasar Tahsin-1
Dasar-Dasar Tahsin-1
 

Semelhante a Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-

proposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadistproposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadist
WIDIYAH02ASTUTIK
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
ancciran
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
ancciran
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
ancciran
 
3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf
3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf
3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf
RAMASATRIA6
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustaka
desti najla
 
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkI%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
Momonea Amrie
 
Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02
Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02
Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02
Luqman Irfan
 

Semelhante a Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah- (20)

UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
 
Skripsi kompetensi guru
Skripsi kompetensi guruSkripsi kompetensi guru
Skripsi kompetensi guru
 
Proposal abdul hamid
Proposal abdul hamidProposal abdul hamid
Proposal abdul hamid
 
04110012
0411001204110012
04110012
 
proposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadistproposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadist
 
makalah hasil observasi model pendidikan akhlak
makalah hasil observasi model pendidikan akhlakmakalah hasil observasi model pendidikan akhlak
makalah hasil observasi model pendidikan akhlak
 
Bab i, iv, daftar pustaka
Bab i, iv, daftar pustakaBab i, iv, daftar pustaka
Bab i, iv, daftar pustaka
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf
3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf
3683-Article Text-11961-1-10-20220214.pdf
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustaka
 
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkI%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
 
Pra laporan rustina
Pra laporan rustinaPra laporan rustina
Pra laporan rustina
 
Pbm
PbmPbm
Pbm
 
Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02
Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02
Tugasmetodepembelajaranpai 100613214056-phpapp02
 
Pembelajaran PAI
Pembelajaran PAIPembelajaran PAI
Pembelajaran PAI
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 

Último

GAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
GAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssGAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
GAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
UZAIRBINIBRAHIMMoe
 

Último (8)

Pemahaman Dasar Ekonometrika pendahuluan.ppt
Pemahaman Dasar Ekonometrika pendahuluan.pptPemahaman Dasar Ekonometrika pendahuluan.ppt
Pemahaman Dasar Ekonometrika pendahuluan.ppt
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
 
Power Point seminar proposal skripsi Dita
Power Point seminar proposal skripsi DitaPower Point seminar proposal skripsi Dita
Power Point seminar proposal skripsi Dita
 
GAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
GAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssGAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
GAYA HIDUP SIHAT ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
 
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.pptBAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
 
tahapan pengembangan guru profesional, alur dan kebijakan pengembangan profes...
tahapan pengembangan guru profesional, alur dan kebijakan pengembangan profes...tahapan pengembangan guru profesional, alur dan kebijakan pengembangan profes...
tahapan pengembangan guru profesional, alur dan kebijakan pengembangan profes...
 
Makalah kelompok 8 administrasi.pdf. pengelolaan administrasi persuratan dan ...
Makalah kelompok 8 administrasi.pdf. pengelolaan administrasi persuratan dan ...Makalah kelompok 8 administrasi.pdf. pengelolaan administrasi persuratan dan ...
Makalah kelompok 8 administrasi.pdf. pengelolaan administrasi persuratan dan ...
 
Ppt kel.8 administrasi pengelolaan administrasi persuratan dan pengarsipan
Ppt kel.8 administrasi pengelolaan administrasi persuratan dan pengarsipanPpt kel.8 administrasi pengelolaan administrasi persuratan dan pengarsipan
Ppt kel.8 administrasi pengelolaan administrasi persuratan dan pengarsipan
 

Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-

  • 1. SISTEM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL -QUR’AN HUBUNGANNYA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung ) Oleh Dian Firmansyah NRMK: 48342.2010 NIM: 10.AI.2.0178 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yamisa Soreang Bandung SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAMISA SOREANG BANDUNG 2014 M / 1435 H
  • 2. PENGESAHAN Skripsi berjudul: Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, telah dipertanggung jawabkan dalam Sidang Munaqosyah STAI Yamisa, tanggal 12 Juli 2014, dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Bandung, 12 Juli 2014 Sidang Munaqosyah Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota, Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya Drs. H. Mamat Saeful Qodir, M.Si Anggota: Penguji I, Penguji 2, ( ) ( )
  • 3. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Dian Firmansyah NIM : 10.AI.2.0178 Jurusan : PAI Fakultas : Tarbiyyah STAI Yamisa Soreang-Bandung Menyatakan dengan sesungguhnya skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk dari sumbernya. Soreang,Juli 2013 Yang menyatakan Dian Firmansyah NIM: 10.AI.2.0178
  • 4. ABSTRAK DIAN FIRMANSYAH. Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Di Sdit Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung) Skripsi. Soreang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang, 2014. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Ada beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, bagaimana keberhasilan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, serta faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan secara kritis tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi siswa-siswi kelas V di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, dan menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang diterapkan di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang yaitu : (1)metode yang diterapkan adalah metode talaqi, takrir, setor, dan metode tes hafalan. (2) prestasi yang dicapai peserta didik berbeda-beda, sebagian besar telah mencapai target. (3) pengaruh tahfidz terhadap kemampuan belajar siswa sangatlah signifikan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an terdiri dari faktor usia santri, faktor kecerdasan, faktor tujuan dan minat, faktor lingkungan. Sedangkan faktor yang menghambat metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang ialah terletak dalam diri siswa secara psikis yaitu malas-malasan,
  • 5. inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang dari beberapa siswa. Serta pengaruhnya pada kecerdasan sangat penting khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Diharapkan penelitian ini menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga pendidikan formal dalam menerapkan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an secara permanen dan sistematis. Kata Kunci : Sistem Pembelajaran, Tahfidzul Qur‟an, Kemampuan siswa, Pendidikan Agama Islam.
  • 6. KATA PENGANTAR     Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penulisan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, Baleendah. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang 2. Bapak Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya, M.M.Pd. selaku Ketua STAI Yamisa 3. Ketua dan Sektretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang. 4. Bapak Drs. H.M. Fadil Syamsuddin, M.Si., selaku Pembimbing 1. 5. Ibu Dra. Hj. Aisyah Hudaya, S.Ag., M.Si, selaku Pembimbing 2 6. Bapak Drs. H. M. Aep Tata Surya, SHI. M.M. selaku Dosen wali 7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang. 8. Bapak Kepala Sekolah beserta para Bapak dan Ibu Guru SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, Baleendah. 9. Bapak dan Ibuku tercinta beserta semua keluarga terima kasih atas segala kasih sayang, kepercayaan, dukungan dan do‟a yang tak henti-hentinya mengalir di setiap waktu dalam sujud pada Ilahi Rabbi. 10. Istriku yang sholihah dan sabar, semoga keluarga kita tetap menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, terima kasih atas segala
  • 7. perhatian dan kasih sayangmu, serta anakku Nashifah yang selalu menjadi inspirasiku, Abi sayang Shifa. 11. Sahabat-sahabatku sejurusan (PAI) yang telah memberikan banyak inspirasi, sukses selalu untuk semuanya. 12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah swt, dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, amin. Soreang, 06 Juli 2014 Penulis Dian Firmansyah NIM. 10.AI.2.0178
  • 8. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................ iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9 1.4 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 10 1.5 Metode Penelitian ....................................................................................... 27 BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................... 32 2.1 Sistem Pembelajaran ................................................................................... 32 2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur‟an ................................................................ 41 2.3 Tujuan Menghafal Qur‟an ........................................................................... 42 2.4 Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an ............................................................ 43 2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ............................................................... 45 2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur‟an ................................................................. 50 2.7 Metode Menghafal Al-Qur‟an ..................................................................... 53 2.8 Definisi Kemampuan ................................................................................... 56
  • 9. 2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ....................................................... 57 2.9.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................ 57 2.9.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................................... 58 2.9.3 Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam ......................................... 60 2.9.4 Tolak Ukur Prestasi Belajar .............................................................. 62 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 64 3.1 Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya ........................................... 64 3.2 Letak Geografis dan Lingkungan ............................................................... 67 3.3 Dasar dan Tujuan Pendidikannya ............................................................... 68 3.4 Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ........................................................ 73 3.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................... 76 3.6 Administrasi Sekolah ................................................................................. 79 3.7 Prestasi yang telah dicapai ......................................................................... 85 3.8 Deskripsi dan Analisis Data ....................................................................... 86 3.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidzul Qur‟an .............................. 95 BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 102 3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 102 3.2 Saran-saran ............................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA
  • 10. DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Rekapitulasi Peserta Didik setiap tahun pelajaran ........................ 74 Tabel 3.2 Jumlah Rombel ............................................................................. 74 Tabel 3.3 Jumlah Lulusan dan Peserta didik ................................................ 75 Tabel 3.4 Hasil Tahfidz yang Dicapai Siswa-siswi ...................................... 89 Tabel 3.5 Nilai Perkembangan PAI .............................................................. 93
  • 11. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Islam, pendidikan di ambil dari Al-Qur‟an dan Hadits dimana Al- Qur‟an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk, pelajaran serta pedoman hidup bagi umat Islam. Dan sesungguhnya hanya orang-orang yang mau membaca, mempelajari dan menghayati serta mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur‟an sehingga akan menjadi petunjuk dan pedoman hidupnya. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT ditengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan ialah masyarakat yang masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur‟an. Al-Qur‟an sumber utama ajaran Islam. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan pada umat manusia sebagai rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pegangan dan pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur‟an sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, di kala senang maupun susah, di kala gembira maupun sedih. Bahkan membaca Al-Qur‟an tidak hanya menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.
  • 12. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud ketika diminta nasehat oleh seseorang tentang kegelisahan hatinya, beliau berkata: ”kalau penyakit itu yang menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu: 1. Ketempat orang membaca Al-Qur‟an, engkau baca Al-Qur‟an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. 2. Pergi ke tempat majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah. 3. Atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama diwaktu tengah malam buta, disaat orang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman jiwa dan kemurnian hati. Dengan demikian tidak ada suatu kebahagiaan dihati seorang mukmin, melainkan bila membaca Al-Qur‟an, tapi selain bisa membaca, mendalami arti dan maksud yang terkandung di dalamnya yang terpenting adalah menghafalnya. Karena menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan dan tugas yang mulia disisi Allah Swt, dalam memelihara kemurnian Al-Qur‟an itu sendiri, Rasulullah SAW bersabda: خََ رَُ كََُ ىَ يَ تَََعََهَ ىََ اَ نَقَُ رَاََ وٌَََََعََهَ “sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Hadits diatas terlihat keutamaan orang membaca Al-Qur‟an dan mengamalkannya sangat besar. Selain dibaca, Al-Qur‟an perlu untuk dihafalkan, karena dengan menghafal Al-Qur‟an, akan dapat menjaga keaslian dan kemurnian
  • 13. Al-Qur‟an itu sendiri. Menghafal Al-Qur‟an merupakan kebutuhan umat Islam sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa hufadz (penghafal) Al-Qur‟an akan sepi dari suasana Al-Qur‟an yang mulia. Oleh karena itu pada zaman Rasulullah SAW mereka yang menghafal Al-Qur‟an akan mendapat kedudukan yang khusus. Tanpa menghafal Al-Qur‟an dan mengamalkannya, manusia tidak akan meraih kembali Izzahnya. Al-Qur‟an diturunkan dengan hafalan bukan dengan tulisan, maka setiap ada wahyu yang turun, nabi menyuruh menulisnya dan menghafalkannya. Nabi menganjurkan supaya Al-Qur‟an itu dihafalkan, selalu dibaca dan diwajibkan membaca dalam sholat, sehingga dengan demikian Al-Qur‟an terpelihara keasliannya dan kesuciannya. Sebagaimana firman Allah:  َ َ  َ  َ  َ  َ  َ  َََ “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar memeliharanya” (Q.S Al Hijr: 9). Menghafal Al-Qur‟an bukanlah pekerjaan yang gampang, akan tetapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin, walaupun demikian telah banyak orang yang hafal Al-Qur‟an di luar kepala. Hal ini terbukti sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang. Al-Qur‟an yang terdiri dari 30 juz, 6666 ayat dan 114 surat tidak mudah dihafal begitu saja sekalipun oleh orang jenius, karena itu diperlukan adanya metode yang efektif untuk menghafalkannya. Dalam buku pedoman pembinaan Tahfidzul Qur‟an yang disusun salah satu penerbit, disebutkan dua metode dalam menghafal Al-Qur‟an yaitu tahfidz dan takrir, sedang di buku lain
  • 14. dikatakan juga dua metode dalam menghafal Al Quran yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan yaitu tahfidz dan takrir. Di Indonesia telah tumbuh subur lembaga-lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang mendidik para santrinya untuk menjadi hafidz dan hafidzah yang dikelola secara khusus menghafal Al-Qur‟an. Salah satu lembaga pendidikan di wilayah Bandung yang memberikan kesempatan untuk belajar menghafal Al-Qur‟an yaitu Sekolah Islam Terpadu Fithrah Insani 2. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik, artinya setiap orang mempunyai cara atau tipe yang berbeda dengan orang lain, cara dan tipe itu mengarah pada tercapainya tujuan yang dikehendaki yaitu kemampuan akademik. Kemampuan akademik masing-masing individu tidaklah sama, hal ini disebabkan bahwa kemampuan akademik itu dipengaruhi banyak faktor. Baik faktor intern maupun ekstern. Seluruh aktifitas belajar siswa adalah untuk memperoleh prestasi yang baik. Oleh karena itu setiap siswa berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang baik dengan suatu usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Mengenai berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang baik ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan agar umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan. Hal ini dituangkan dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 148: ... َ  َ  َ ...... َ “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” (Q.S Al Baqarah: 148). Pendidikan secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan
  • 15. menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya sistem pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana sistem yang diterapkan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, bagaimana hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam, bagaimana keberhasilan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, serta faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara kritis tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi siswa-siswi di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, dan menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dari masa ke masa pertama kali diturunkan sampai sekarang terjaga keaslian dan kemurniannya walaupun dalam sejarah banyak golongan yang ingin menghancurkannya. Secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern
  • 16. sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya sistem pembelajaran Al-Qur‟an sejak dini di sebuah lembaga pendidikan formal seperti halnya Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), namun alangkah baiknya jika sistem tersebut diterapkan oleh banyak sekolah-sekolah. Kenapa pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an ini dibutuhkan?. Dewasa ini penulis merasa risih melihat generasi-generasi muda yang sangat jauh dari Al- Qur‟an, jangankan menghafalnya, membacanya saja sangat jarang, bahkan tidak bisa satu huruf-pun untuk membacanya. Maka dari itu sisitem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini bisa dipandang sebagai salah satu upaya pendidikan Al- Qur‟an guna memberantas semua itu. Berdasarkan uraian di atas penulis berusaha untuk mencoba meneliti sejauh mana pelaksanaan progam menghafal Al-Qur‟an berpengaruh terhadap kemampuan akademik siswa. Padahal asumsi yang dijadikan dasar dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan menghafal Al-Qur‟an terhadap kemampuan akademik siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, khususnya pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Menghafal Al-Qur‟an ialah suatu amal ibadah, akan mengalami banyak hambatan dan rintangan, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, apalagi di zaman sekarang di mana arus modernisasi dan globalisasi tidak dapat dihindarkan. Hal ini membawa dampak psikologis bagi manusia. Oleh karena itu diperlukan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an.
  • 17. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Fithrah Insani 2 merupakan lembaga pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun berdasarkan kurikulum nasional yang diperkaya dengan kurikulum Islami secara terpadu. SDIT Fithrah Insani 2 hadir dengan konsep Sekolah Karakter. Pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar anak belajar dengan suasana ceria dan tidak membosankan. Berbagai program unggulan ditawarkan di sekolah ini, seperti Tahfidzul Qur‟an, Bilingual, Jurnalistik, program IPTEK dan komputer. Siswa juga dilatih terampil dan berjiwa enterpreneurship melalui pelatihan life skill. Sekolah yang menerapkan sistem Full Day School ini bercita-cita mewujudkan generasi yang cakap, cendekia dan berakhlaq mulia. Caranya antara lain dengan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini, membiasakan anak berperilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Happy Learning-nya, SDIT Fithrah Insani 2 diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengasyikkan bagi para siswanya. SDIT Fithrah Insani 2 sangat memperhatikan dalam hal perkembangan anak didiknya. Meskipun sekolah ini belum lama berdiri namun sekolah ini bisa dikatakan sebagai dasar yang bagus dan baik. Kemudian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, di mana Tahfidzul Qur‟an menjadi salah satu program unggulan SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah dengan istilah TTQ (Tilawah Tahfidzul Quran), namun yang akan penulis bahas dipenelitian ini ialah mengenai tahfidz-nya. Pembelajaran yang dilakukan di SDIT Fithrah Insani 2 sangat menarik, tidak monoton dan hampir semua mata pelajaran dilaksanakan dengan senyaman mungkin agar anak-anak
  • 18. belajar lebih giat lagi dan menyenangkan bagi mereka. Dalam pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an guru tidak hanya membawa anak-anak di dalam kelas namun juga dilakukan di luar kelas seperti di bawah pohon, masjid, bahkan di lapangan depan halaman sekolah. Karena belum terlalu lama berdiri di mana mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an merupakan program unggulan dan pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sebagai salah satu upaya untuk menjaga Al-Qur‟an, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di SDIT Fithrah Insani 2. Melihat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya penelitian tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, serta pengaruhnya terhadap Pendidikan Agama Islam di SDIT Fithrah Insani 2, karena sekolah tersebut mempunyai sebuah perbedaan yang menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain, terutama dalam proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di mana sekolah ini termasuk sekolah yang belum lama berdiri yaitu sekitar lima tahun yang lalu. Maka dari itu, peneliti mencoba memberikan penelitian ini dengan judul Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Hubungannya dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Mata Pelajaran PAI (Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana sistem pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an hubungannya dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
  • 19. Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut, penulis batasi masalah dalam beberapa hal yaitu: 1. Bagaimana sistem pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an yang diterapkan SDIT Fithrah Insani 2 ? 2. Bagaimana pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap kecerdasan anak ? 3. Bagaimana hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ? 4. Bagaimana keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah ? 5. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 ? Dengan batasan masalah ini diharapkan lebih fokus dalam melakukan penelitian dan memperjelas kajian untuk hasil yang benar-benar dipertanggungjawabkan keabsahannya. 1.3 Tujuan Penelitian Dari Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. b. Untuk mengetahui pentingnya pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap kecerdasan anak c. Untuk mengetahui hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
  • 20. d. Untuk mengetahui keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. e. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 1.4 Kerangka Berpikir Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25). Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah
  • 21. memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al- Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32:                   “Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟anitu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”. Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah: 16-19:  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َََ  َ  َ  َ  َ  َََ  َ  َ  َ  َ  َََ  َ  َ  َ  َ  َََ “Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka
  • 22. ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menjelaskannya”. Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim, bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya, memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al- Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al- Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat, 1974:10).  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  ََ
  • 23. “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4). Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman. Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia. 1. Tahfidzul Qur’an Al-Qur‟an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, Al-Qur‟an adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril (Ruhul Amin). Al-Quran menggunakan bahasa Arab dan merupakan mu‟jizat bagi rasul. Orang yang membaca dan memahami Al-Qur‟an akan mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah swt. Al-Qur‟an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam menetapkan segala keputusan, seorang muslim harus berpegang teguh kepada Al- Qur‟an dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur‟an. Firman Allah Swt: Q.S Annisa: 59
  • 24.        ........ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), “ Ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada setiap orang beriman agar taat kepada Allah swt, maksudnya dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an. Dengan demikian maka Al-Qur‟an menjadi pedoman dalam kehidupan dan sumber hukum Islam. Isi kandungan Al-Qur‟an antara lain: a. Tuntunan yang berkaitan dengan akidah, yakni ketetapan tentang wajib beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir dan qadha serta qadar. b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak yaitu ajaran agar orang muslim memiliki sifat-sifat mulia. c. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah yakni shalat, puasa, zakat dan haji d. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, dalam bermasyarakat. Istilah Tahfidzul Qur‟an dapat diartikan sebagai proses mempelajari Al-Qur‟an dengan cara menghafalnya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya di luar kepala tanpa melihat mushaf. Menghafal Al-Qur‟an telah dilakukan sejak al Qur‟an itu diturunkan. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ummy (tidak dapat membaca dan menulis) yang diutus oleh Allah SWT di kalangan umat yang ummy pula. Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan 22 hari. Jadi menghafal Al-Qur‟an adalah proses
  • 25. mempelajari Al-Qur‟an agar masuk di dalam ingatan supaya hafal, sehingga dapat melafalkan di luar kepala tanpa melihat mushaf. Dari pengertian di atas, secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek dalam berfungsinya ingatan, yaitu : a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan b. Menyimpan kesan-kesan c. Mereproduksi kesan-kesan Atas dasar kenyataan inilah maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerima kesan dengan sengaja dan dikehendaki, atau bisa juga disebut dengan menghafal. Sedangkan pengertian menghafalkan Al-Qur‟an adalah membaca dan mempelajari Al-Qur‟an tanpa melihat tulisan dalam mushaf Al- Qur‟an. Pada perkembangan lebih lanjut, hifdzul Qur‟an (menghafal) merupakan upaya mengakrabkan orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak buta terhadap isi yang ada di dalamnya. Menghafal Al-Qur‟an sudah merupakan kebiasaan bagi umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw sangat besar perhatiannya terhadap Al-Qur‟an. Ia selalu membacanya dalam setiap kesempatan bahkan malam sekalipun. Quraish Syihab menambahkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat. Kemukjizatan Al- Qur‟an bersifat immaterial yaitu kemukjizatan yang logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa, dapat dipahami oleh akal, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat tertentu, dapat dijangkau oleh yang menggunakan akal di mana dan kapan saja.
  • 26. ”sesungguhnya orang yang didalam hatinya tidak ada al-Qur‟an sedikitpun (yang dihapal), bagaikan rumah yang akan roboh” (HR. Tirmidzi) Hukum menghafal Al-Qur‟an menurut para ulama adalah fardu kifayah. Fardu kifayah dimaksudkan sebagai suatu kewajiban yang ditujukan kepada seluruh orang mukallaf tetapi apabila telah dikerjakan oleh sebagian mereka maka kewajiban itu telah terpenuhi dan orang yang tidak mengerjakannya tidak dituntut lagi untuk mengerjakannya. Hikmah yang dapat diambil dari adanya fardu kifayah ini jumlah para penghafal Al-Qur‟an tidak kurang dari jumlah mutawatir sehingga terhindar dari pemalsuan. Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu pekerjaan mulia, dan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an tidak lepas dari keberhasilan kinerja memori atau ingatan dalam diri seseorang. Dan dalam hal ini ada tiga tahapan kerja dalam memori, yaitu: a. Encoding (memasukkan informasi dalam ingatan) b. Storage (menyimpan informasi yang telah dimasukkan) c. Retrieval (mengingat kembali). Manghafal Al-Qur‟an dengan seluruh materi ayat yang meliputi bagian- bagian waqof, washol, fonetik-nya dan lain-lain adalah sangat penting, oleh karenanya seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya mulai awal hingga akhir harus tepat. Keliru dalam proses memasukkan atau proses penyimpanan akan berakibat keliru pula dalam proses pengingatan kembali dan bahkan sulit ditemukan dalam gudang memori. Disamping tiga tahapan dalam kerja memori, ada dua jenis memori atau ingatan:
  • 27. a. Ingatan jangka pendek yaitu proses pengingatan kembali sebuah obyek yang berlangsung cepat dan mudah, seakan obyek yang diingat bersifat aktif dan dalam kesadaran. b. Ingatan jangka panjang yang merupakan proses pengingatan kembali sebuah obyek atau nama yang berlangsung lama atau proses pengingatan kembali yang berlangsung sulit karena obyek atau nama tidak berada dalam kesadaran (bersifat pasif). Perbedaan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dapat ditinjau dari tiga sisi: a. Tahap Enconding 1) Ingatan jangka pendek lebih memilih suatu kode akustik (paling tidak untuk situasi yang membutuhkan pengulangan) dan ingatan jangka pendek hanya berisi apa yang dipilih. 2) Ingatan jangka panjang didasarkan pada makna. b. Tahap Storage 1) Ingatan jangka pendek terbatas pada 7 chunk (kelompok unit) 2) Ingatan jangka tidak terbatas. c. Tahap Retrieval 1) Ingatan jangka pendek bebas dari kesalahan 2) Ingatan jangka panjang lebih mudah lupa. Menghafal Al-Qur‟an didahului dengan proses encoding yaitu pemasukan informasi berupa ayat-ayat Al-Qur‟an ke dalam ingatan melalui indra penglihatan dan pendengaran. Dua indra ini sangat penting dalam penerimaan informasi. Dalam
  • 28. beberapa ayat disebutkan dua indra ini selalu beriringan, inilah sebabnya dianjurkan kepada para penghafal Al-Qur‟an untuk memperdengarkan suaranya untuk didengarkan sehingga dua alat sensorik ini bekerja dengan baik. Menurut Darwis Hude, tanggapan dari pengamatan melalui dua alat indra sensorik ini harus bersifat tanggapan identik yang bersifat foto copy seperti apa yang dilihat dan didengarkan, oleh karenanya disarankan untuk memakai satu mushaf Al-Qur‟an dan tidak berganti-ganti sehingga tidak mengubah struktur pada peta mental. Peta mental adalah proses yang memungkinkan untuk mengumpulkan, mengorganisasi, menyimpan dalam pikiran, memanggil serta menguraikan kembali informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan. Al-Qur‟an yang sering dipakai para hafidz terkenal dengan nama Al-Qur‟an pojok atau Al- Qur‟an sudut. Al-Qur‟an pojok sering disebut Al-Qur‟an Bahriyyah karena Al- Qur‟an ini diterbitkan pertama kali oleh percetakan Bahriyyah Turki. Ciri dari Al- Qur‟an sudut/Bahriyyah adalah pada setiap halaman terdiri dari 15 baris dan tiap juz berisi 20 halaman. Setelah proses encoding/memasukkan informasi, proses selanjutnya adalah storage/penyimpanan. Informasi yang masuk berupa ayat-ayat Al-Qur‟an yang dihafal, menurut Darwis Hude disimpan di gudang memori yang terletak di memori jangka panjang. Perjalanan informasi dari awal diterima indra masuk ke memori jangka pendek dan bahkan ada yang langsung masuk ke memori jangka panjang. Untuk bisa memasukkan memori dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang menurut Darwis Hude ada dua: a. Automatic Processing yaitu proses penyimpanan yang bersifat otomatis dan biasanya bersifat istimewa bagi seseorang seperti mendapat hadiah besar.
  • 29. b. Effortful Processing yaitu penyimpanan yang diupayakan karena informasi yang masuk dianggap biasa. Menghafal Al-Qur‟an menurut M. Darwis Hude termasuk pada kategori yang kedua yaitu penyimpanan yang diusahakan. Salah satu usaha penyimpanan hafalan Al-Qur‟an ke memori jangka panjang dengan cara mengulang atau takrir. Pengulangan untuk memasukkan informasi ke gudang memori ada dua macam: a. Maintenance Rehearsal yaitu pengulangan untuk memperbaharui ingatan tanpa mengubah struktur (pengulangan tanpa berfikir). b. Elaborative Rehearsal yaitu pengulangan yang diorganisasikan dan diproses secara aktif serta dikembangkan hubungan-hubungannya sehingga jadi sesuatu yang bermakna. Takrir atau pengulangan yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur‟an masuk dalam kategori pertama yaitu pengulangan yang dilakukan tanpa mengubah struktur dan yang terpenting adalah pengulangan yang selalu diusahakan hingga ayat-ayat yang dihafalkannya menjadi lancar. Proses selanjutnya setelah strorage adalah proses pengungkapan kembali atau retrievel. Proses retrieval dapat terjadi dengan dua macam: a. Serta merta yaitu informasi yang telah tersimpan di gudang memori secara aktif keluar tanpa adanya pancingan. b. Dengan pancingan yaitu informasi yang tersimpan akan keluar dengan adanya pancingan yang ditimbulkan.
  • 30. Di dalam pengungkapan kembali hafalan ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah tersimpan dalam gudang memori menurut Darwis Hude termasuk proses retrieval yang kedua di mana pengungkapan kembali terjadi dengan pancingan. Dalam menghafal Al-Qur‟an, ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya menjadi pancingan yang akan dibaca kemudian. Pengorganisasian yang baik terjadi di waktu proses penyimpanan informasi akan memudahkan proses pengingatan kembali. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang sudah tersusun rapi ayat-ayatnya secara berurutan. Hal ini memudahkan bagi para penghafal Al-Qur‟an untuk mengingat kembali ayat-ayat yang telah dihafal karena ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya otomatis menjadi pancingan ayat-ayat yang sesudahnya. Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur‟an ialah: a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori atau permasalahan-permasalahn yang sekiranya akan mengganggu. b. Niat yang ikhlas d. Memiliki keteguhan dan kesabaran e. Istiqomah f. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela g. Izin orang tua wali atau suami h. Mampu membaca dengan baik. Disamping syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an sebagaimana yang diterangkan di atas yang dianggap penting sebagai faktor pendukung menghafal Al- Qur‟an ialah:
  • 31. a. Usia yang ideal b. Manajemen waktu c. Tempat menghafal. a. Kenapa Harus Hafal Al-Quran? Menghafal Al-Qur‟an bukanlah sebuah kerja mengukir sebuah keterampilan membaca tanpa melihat mushaf, atau pembekalan diri sebagai guru Al-Quran. Sesungguhnya hal itu merupakan konsekuensi logis bagi siapa saja yang mau menghafal Al-Quran. Dan jika itu yang menjadi target menghafal Al-Quran, maka sesungguhnya tidak cukup kuat untuk membangun motivasi yang besar untuk bersabar dalam menghafal. Kondisi di atas mirip sebuah konsekuensi orang yang makan pasti kenyang, walaupun ia tidak menginginkannya. Tetapi menghafal Al-Qur‟an memiliki dimensi jauh lebih besar dari sekedar menjadi seorang Hafizh. Karena itu, jika dimensi itu diyakini dengan sepenuh hati, akan dapat meledakkan bom motivasi yang besar dalam hati kita. Dimensi itu adalah:  Menghafal Al-Qur‟an adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah. Karena sepanjang menghafal, kita akan selalu ingat dan lebih dekat kepada Allah. Melalui ayat-ayat Al-Qur‟an yang terulang-ulang dalam lidah kita dan berbagai macam ibadah yang akan kita lakukan berkaitan langsung dengan Al-Quran. Puncaknya adalah agar kita diakui oleh Allah sebagai Al „Abd, sebagaimana Allah memberikan sebutan tersebut kepada tokoh-tokoh besar dari hamba- hamba pilihan-Nya, seperti para anbiya, syuhada dan shalihin.
  • 32.  Menghafal Al-Qur‟an adalah proses pembinaan diri menuju keimanan yang lebih baik. Untuk mencapai kesuksesan dalam menghafal Al-Quran, dibutuhkan komitmen yang kuat terhadap apa yang dinasihatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Jika kita mampu mengendalikan jiwa ini untuk lebih tunduk kepada Allah, maka kita akan mampu menundukkan jiwa ini untuk berlama-lama dengan Al-Quran.  Menghafal Al-Qur‟an adalah proses aktif dan intensif mempersiapkan kehidupan akhirat yang lebih baik. Karena apa yang kita baca akan menghasilkan pahala dan berbagai macam fadhilah yang besar di sisi Allah. Selain itu Al-Qur‟an mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap kehidupan akhirat yang menyengsarakan dan memotivasi kita untuk beramal sebaik-baiknya. Tujuan puncak menghafal itu adalah agar kita lebih dekat dengan Allah, yang kemudian mewarnai seluruh sendi kehidupan kita. Maka kalau saja sudah 5 tahun kita menghafal, dan tidak kunjung selesai 30 juz, tapi sepanjang hidup kita bisa terus intensif besama Al-Qur‟an dan arahan-arahannya (taujihat), hal ini sungguh jauh lebih baik daripada 5 tahun kita sukses menjadi penghafal Al-Quran, bahkan sampai juara 1 MHQ (Musabaqoh Hifdzul Qur‟an) internasional, tapi setelah itu kita berhenti dari semua aktivitas yang terkait dengan Al-Quran. Karenanya, marilah kita bersama-sama menjadi penghafal yang berhasil menginternalisasikan Al-Qur‟andalam diri kita, sehingga Al-Qur‟an dapat melejitkan sisi-sisi wawasan, ibadah, akhlaq dan ruhiyah.
  • 33. b. Menghafal Al-Qur’an itu Mudah  َ  َ  َ َ َ  َ  “Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk diingat. Adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17, 22, 32, 40). Para ahli tafsir menjelaskan maksud ayat ini adalah bahwa Allah telah memudahkan semua bentuk interaksi dengan Al-Qur‟an kepada setiap manusia yang mau mempelajarinya, termasuk di dalamnya menghafal Al-Quran. Percayakah kita dengan jaminan pasti dari Allah ini? Kalau kita percaya, berarti 50% modal menghafal Al-Qur‟an sudah ada di tangan anak didik kita. Sisanya adalah usaha dan kesabaran serta mujahadah (usaha keras) kita untuk memindahkan ayat-ayat Allah ini ke dalam dada anak didik kita. Agar lebih yakin, وََاََ زََ نَتَُ عَََهََ كََ كََِتََابَ ا لَََ غَسََهَُ اَن اًََءَُ تَََ قَرََؤَُ اَََََُِئَِ اًَ وَََ قَظََا “Dan Aku (Allah) telah menurunkan kepadamu Al-Qur‟an yang tidak tercuci dengan air dan dapat kamu baca dalam keadaan tidur dan jaga (kitab yang bisa tersimpan dalam dada manusia)” (HR. Muslim). Bagaimana menumbuhkan dan mempertahankan keyakinan ini? 1. Allah dan Rasul-Nya telah menjamin bahwa Al-Qur‟an bisa dihafal. Masalah ini harus kita tempatkan sebagai aqidah atau keyakinan iman di dalam dada kita. Tidak percaya, berarti penyimpangan keimanan.
  • 34. 2. Mulailah menghafal sekarang juga, hilangkan berbagai alasan penundaan. Misalnya, “Ah, nanti kalau sudah selesai kuliah”, atau “Kalau sudah mendapat pekerjaan”, dan lain-lain. Karena segera beramal akan menumbuhkan keyakinan. Sebaliknya, menunda-nunda suatu niat yang baik akan memudarkan keyakinan. 3. Bacalah selalu fadhilah-fadhilah menghafal Al-Quran, agar kita punya banyak alasan untuk memotivasi diri. 4. Segera mencari ustadz/ustadzah yang dapat membimbing anak didik kita untuk menghafal Al-Quran. 5. Bergaullah dengan para penghafal Al-Quran, agar tumbuh perasaan, “Kalau beliau bisa hafal, maka saya juga pasti bisa hafal!” 6. Berdo‟alah kepada Allah agar kita dapat melaksanakan apa yang kita yakini. Karena di balik doa ada janji yang pasti bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya. c. Sekilas Tentang Teori Pikiran Manusia Pikiran manusia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Consious (pikiran sadar) dan Subconsious (pikiran bawah sadar). Kondisi ketika pikiran sadar aktif adalah kondisi kita sehari-hari. Kondisi kita saat tidak sedang tidur. Pada kondisi ini, seorang manusia akan mampu memiliki banyak fokus. Dia akan mampu berpikir lebih dari satu. Misalkan ketika seseorang sedang memasak, dia juga bisa sambil melakukan aktivitas lain seperti sambil menonton TV, atau bahkan sambil mencuci. Pada kondisi sadar, otak manusia mampu melakukan 5-9 fokus sekaligus.
  • 35. Diantara pikiran sadar dan bawah sadar tersebut, terdapat semacam sekat yang bernama Recticular Activating System (RAS) atau juga sering disebut faktor kritis (Moruzzi dan Magoun: 1949). Gelombang otak manusia Faktor kritis ini berfungsi sebagai filter yang akan menyaring setiap informasi yang diterima oleh pikiran sadar untuk kemudian dimasukkan ke pikiran bawah sadar. Faktor kritis akan menganalisa setiap informasi yang diterima, jika informasi yang diterima itu dianggap penting, maka informasi tersebut akan dimasukkan ke pikiran bawah sadar, jika tidak maka tidak. Pada saat pikiran bawah sadar aktif, seorang manusia hanya akan memiliki 1 fokus saja dalam pikirannya. Ketika gelombang otak berada pada kondisi Alpha atau Theta akan menyebabkan seseorang menjadi sugestif bahkan sangat sugestif karena hanya memiliki 1 fokus, saat inilah kondisi pikiran manusia sedang berada pada kondisi pikiran bawah sadar. Pada kondisi ini otak akan dengan mudah menyerap informasi yang diterima. Setiap informasi yang sudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar manusia bersifat permanen. Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu aktivitas untuk
  • 36. memasukkan hafalan ke dalam pikiran bawah sadar agar menjadi permanen dalam ingatan. Untuk mengaktifkan pikiran bawah sadar, usaha yang perlu dilakukan adalah menembus faktor kritis. Peneliti mengidentifikasi definisi kemampuan dalam belajar siswa yang disebut kecerdasan sebagai: Situasi kesesuaian psikologi seseorang melalui empat dimensi utama, yaitu dimensi religious atau spiritual, dimensi psikologis, sosial dan dimensi fisik. Di Saudi Arabia juga pernah pernah dilakukan sejumlah penelitaian yang menghasilkan bahwa peran hafalan Al-Qur‟an sangat besar dalam pengembangan keterampilan siswa di sekolah dasar. Selain itu, dibuktikan juga dampak positif dari Al-Qur‟an pada prestasi akademik yang diperoleh peserta didik di Universitas. Hasil studi itu menyebutkan dengan jelas antara dimensi keagamaan siswa, utamanya hafalan Al-Qur‟an. Selain itu, disebutkan juga tentang tingkat ketidakseimbangan mental siswa yang tidak disiplin dengan tuntunan agama, atau hanya memiliki hafalan yang minim terhadap Al-Qur‟an. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah agar para guru dan pendidik umumnya memperhatikan aspek hafalan Al-Qur‟an peserta didik. Ini disebabkan bukti-bukti yang dihasilkan tentang adanya pengaruh positif yang sangat jelas bagi anak didik secara prestasi maupun kehidupan sosial mereka. Juga dikarenakan hafalan Al-Qur‟an menjadi sebab paling penting bagi stabilitas mental. Bahkan karena pengaruh positif yang terjadi dalam diri siswa oleh hafalan Al-Qur‟annya, studi ini juga menghimbau para guru dan pendidik untuk meningkatkan hafalan anak didik melebihi target kurikulum yang ditetapkan pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Beberapa
  • 37. manfaat menghafal Al-Qur‟an yang dihasilkan, baik oleh penelitian maupun pengalaman, yaitu: 1. Pikiran akan terang 2. Daya ingat yang semakin kuat 3. Memiliki ketenagan dan stabilitas psikologis 4. Memunculkan rasa gembira dan senang yang tak bisa dilukiskan 5. Menghilangkan rasa takut, cemas dan sedih 6. Meningkatnya kemampuan berbahasa, khususnya bahasa arab 7. Memiliki kemampuan hubungan sosial yang baik dan mudah menarik kepercayaan orang lain 8. Terhindar dari penyakit kronis yang umum dialami orang 9. Lebih meningkatkan kemampuan memahami dan menguasai persoalan 10. Mempunyai mental yang lebih tenang dan stabil. 1.5 Metode Penelitian Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan menganalisa data, maka dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) yang bersifat kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. 2. Pendekatan Penelitian
  • 38. Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi belajar dengan menggunakan aliran psikologi behavioristik. Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial-and error learning”. Individu yang belajar melakukan kegiatan melaui proses “trial-and-error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya. Dari penelitiannya, Thorndike menemukan hukum-hukum: a. “Law of readiness” : jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan. b. “Law ot exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”. c. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu
  • 39. menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang. Penulis dalam penelitian ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dalam proses belajar, terutama perilaku belajar siswa dan guru dalam proses pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an serta hasil dari pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. 3. Metode Penentuan Subyek Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: a. Kepala sekolah b. Pendidik mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an c. Peserta didik SDIT Fithrah Insani 2 4. Metode Pengumpulan Data Mengingat penelitian ini merupakan merupakan penelitian kualitatif, maka merujuk pada pendapat Lexy J. Moloeng, metode yang digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi), wawancara, dan penelaahan dokumen (dokumentasi) dengan uraian sebagai berikut:
  • 40. a. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, seperti: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan sebelumnya dengan cermat dan lengkap, namun penyampaian bebas tanpa terikat oleh nomor urut yang telah digariskan. Adapun yang akan diwawancarai oleh peneliti nanti yaitu kepala sekolah, pendidik atau guru mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an serta peserta didik itu sendiri. b. Metode Observasi Observasi diarahkan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala yang diselidiki. Teknik observasi yang digunakan adalah jenis observasi partisipan yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan, dia tidak hanya berperan saja namun ikut serta dalam kegiatan. Metode ini digunakan untuk meneliti dan mengamati metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 serta mengamati dan mencatat tentang situasi yang ada antara lain: letak geografis serta sarana prasarana yang dimiliki madrasah guna memperkuat data hasil wawancara dan dokumentasi. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kurikulum, satuan pembelajaran, struktur organisasi,
  • 41. jumlah guru dan karyawan, jumlah siswa serta lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. c. Analisis Data Data atau keterangan tentang konsep yang akan dibahas dan diteliti yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data pada langkah kelima, dikumpulkan kemudian dianalisa dengan mempergunakan teknik sebagai berikut: a. Deduksi, yaitu upaya untuk memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat khusus melalui penalaran dan penganalisaan (Lexy J. Moleong, 1993:190). b. Induksi, yaitu upaya memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat umum melalui penalaran dan penganalisaan terhadap kaidah-kaidah yang bersifat khusus (Lexy J. Moleong, 1993:190). c. Komparasi, yaitu upaya membandingkan beberapa keterangan-keterangan atau data yang diperoleh untuk mendapatkan argumentasi yang lebih kuat serta mampu memberikan kejelasan yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian ini (Lexy J. Moleong, 1993:190). d. Menarik kesimpulan, yaitu langkah terakhir dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan tentang fungsi menghafal Al-Qur‟an sebagai pembangun kesehatan mental (kecerdasan/smart brain), kemampuan belajar siswa sehingga dapat diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban dari pada permasalahan yang dijadikan pada penelitian ini.
  • 42. BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Sistem Pembelajaran Apa itu sistem? Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak pendapat tentang pengertian dan definisi sistem yang dijelaskan oleh beberapa ahli. Berikut pengertian dan definisi sistem menurut beberapa ahli:  Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.  Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen- komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.  Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.  Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
  • 43.  Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran. Komponen atau Karakteristik sistem adalah bagian yang membentuk sebuah sistem, diantaranya:  Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel. Ia dapat berupa benda fisik, abstrak atau keduanya.  Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian sistem dan objeknya.  Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-objek yang terdapat dalam sebuah sistem.  Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada.  Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan tujuan inilah yang menjadi motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.  Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan tersebut dapat berupa hal-hal yang tampak fisik (bahan mentah) atau yang tidak tampak (jasa).  Proses, adalah bagian yang melakukan perubahan dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai (informasi) atau yang tidak berguna (limbah)  Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem informasi berupa informasi atau laporan, dsb
  • 44.  Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah luar sistem. Batas disini menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem. Batas juga dapat diubah atau dimodifikai sehingga dapat merubah perilaku sistem.  Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan), aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana (scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice), susunan aturan (arrangement), rencana (program) Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut. Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan
  • 45. pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. a. Elemen sistem Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu: tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem: 1. Tujuan Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. 2. Masukan Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). 3. Proses Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya
  • 46. saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. 4. Keluaran Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. 5. Batas Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana. 6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. 7. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus
  • 47. ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem. b. Jenis sistem Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:  Atas dasar keterbukaan: o sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya. o sistem tertutup.  Atas dasar komponen: o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi. o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide. Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25). Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak
  • 48. menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al- Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32:  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َََ “Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”. Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah: 16-19:
  • 49.  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َََ  َ  َ  َ  َ  َََ  َ  َ  َ  َ  َََ  َ  َ  َ  َ  َََ “Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menjelaskannya”. Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim, bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya, memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al- Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al- Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri
  • 50. dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat, 1974: 10).  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  ََ “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4). Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman. Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia. 2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur’an a. Menurut Etimologi Kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto
  • 51. berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. b. Menurut Terminologi Istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar. Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal Al-Quran yaitu menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan Al-Quran dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian Al-Quran baik dari tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut: 2.3 Tujuan menghafal Al-Qur’an Kaum muslimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam menghafal Al-Quran dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan, yang diantaranya ialah: 1. Agar tidak terjadi penggantian atau pengubahan pada Al-Quran, baik pada redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada
  • 52. bacaannya. Sehingga Al-Quran tetap terjamin keasliannya seperti segala isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah saw. 2. Agar dalam pembacaan Al-Quran yang diikuti dan dibaca kaum muslimin tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat mutawatir, (yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraat sab‟ah sesudah sahabat yang terdiri dari “Nafi‟ bin Abdur Rahman di Asfahan, Ibnu Katsir di Makkah, Abu Amr di Basrah, Abdullah bin Amir al- Yahshaby di Damaskus, Asm bin Abi Najwad di Kufah, hamzah bin Habib At-Taimy di Halwa dan al-Kisai. (baca; tokoh-tokoh ahli qiraat) 3. Agar kaum muslimin yang sedang menghafal Al-Quran atau yang telah menjadi hafiz dapat mengamalkan Al-Quran, berperilaku dan berakhlak sesuai dengan isi Al-Quran. 4. Dengan menghafal siswa-siswi SDIT Fithrah Insani 2 dapat mengasah kemampuannya dalam pelajaran, tidak hanya kemampuan akademik saja yang mereka dapatkan tapi kemampuan yang didasari nilai-nilai religi atau tauhid yang kuat. 2.4 Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an Amal apapun yang tidak dilandasi langkah yang jelas dan manhaj yang terang, sulit untuk memperoleh keberhasilan yang diharapkan. Seperti serampangan, semaunya, egoisme dan seenaknya bertolak belakang dengan dengan pelaksanaan yang baik. Bertentangan dengan hasil yang mengiringinya, mengekang
  • 53. jalan-jalan kesuksesan dan akibatnya akan mempengaruhi individu dan kelompok yang bekerja untuk hal itu. Agar langkah mulia ini berhasil, maka yang harus diperhatikan adalah: a. Realistis Langkah dalam menghafal ini haruslah realistis dengan apa yang ingin kita hafal dan waktu yang kita luangkan dalam menggapai tujuan. Jika kita mengatakan, “Aku ingin hafal Al-Qur‟an dalam waktu sepekan, karena aku seorang mahasiswa dan punya banyak mata kuliah yang padat.” Jelas ini bukan langkah yang realistis..! Karena itu kita harus membuat langkah yang jelas. b. Jelas Misalnya kita ingin menghafal Al-Qur‟an seluruhnya, yaitu 30 juz. c. Terukur Yaitu kita harus menentukan waktu-waktu khusus untuk menghafal dan melakukan muroja‟ah. Begitu pula kita harus menentukan kapan kira-kira kita bisa merealisasikan target kita tersebut. Dalam arti menentukan waktunya. Apakah setahun, dua tahun atau bahkan sampai 10 tahun misalnya. 2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur’an Al-Qur‟an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal. Dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri khas orang- orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolak ukur keimanan dalm hati seseorang, juga
  • 54. sebagai tangga ilmu pengetahuan dan pengokoh rasa agama dan keistiqomahannya. Allah berfirman:  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  “Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. Maksudnya ayat diatas ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya. Bahkan rasulullah sendiri mengatakan “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari pada Al-Qur‟an, bagaikan rumah yang tidak berpenghuni”. Berikut beberapa kelebihan dan keutamaan menghafal Al-Qur‟an: a. Menghafal Al-Qur’an adalah awal mula Rasulullah menerimanya dari Jibril. Allah SWT mensifatkan Al-Qur‟an ini dengan firman-Nya yaitu Qur‟an Surat Al-Ankabut ayat 49. Sungguh betapa indahnya ayat tersebut menjelaskan tentang keagungan posisis dada-dada yang hafal firman Allah azza wajalla. Ayat ini mensifatkan tentang penghafal Al-Qur‟an bahwasannya merekan ini adalah orang-orang yang diberikan ilmu. Apakah selain kitabullah ini dianggap ilmu..?.
  • 55. Allah Subhanahu wata‟alla menjelaskan dari sela-sela ayat tersebut bahwa Dia memilih di antara hamba-hamba-Nya sekelompok orang, hati mereka dijadikan sebagai wada untuk menghimpun kalam-Nya. Inilah keutamaan yang besar. Malah jika manusia memikirkan masalah ini, yakni masalah pengkhususan umat ini yang dada-dada ulamanya menjadi sebab terhimpunnya Al-Qur‟an yang terang pastilah mereka akan mengetahui nilai para penghafal kitabullah. b. Al-Qur’an adalah Sumber dan Muara semua Undang-Undang Hidup Umat Manusia. Al-Qur‟an adalah pedoman umat. Ke sanalah hukum dan rujukan hukum di antara manusia. Dari sanalah sistem dan syariat. Tidak ada hal kecil atau besar melainkan informasinya terdapat didalam kitab yang mulia ini. Allah berfirman: ... َ  َ  َ  َ  َ  َ ...... “....Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab....(Qs. Al- An‟am: 38) Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. c. Menghafal Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah.
  • 56. Sebagian ahli ilmu m,enegaskan bahwa menghafal Al-Qur‟an itu wajib atas umat ini. Jika sebagian dari mereka telah melakukannya, maka gugur dosa atas yang lainnya. Badrudin Zarkasyi mengatakan: “ Teman-teman kami berkata bahwa belajar Al-Qur‟an hukumnya fardhu kifayah. Demikian pula menghafalkannya wajib atas umat ini..” اِ عهَ ى أََ حٌَِ فظَ انقُ رآ فٌََِ رضُ كَِفَا ةٌٍَ عََهَى اَ لُْ يةِ، صََرَحَ بَِ اَِّ نجُ رجَا فًََِِ اًَنشَافِ وًََانعِبَادِ يَ وَغَ رِ اًَِْ. قََالَ اََ نجُوَ :ً وََا ن ع ىَُ فَِ أََِّ لََ قَطِعَ عََدَدُ اَنت وَاتُرِ فَِ فََِّلََ تطُ رقَ إَِنَ اَِّنت بدِ مَُ وَانت حرِ فُ، فََإِ قََاوَ بَِذَنِكَ قََ ووٌ بٌََُهِغُ و ذٌََََْا انعَدَدَ سََقَطَ يَِ انبَاقِ ،ٍَ وََإِلَ أََثَ ى اَ نكُ مَ. Al Hafizh Suyuthi mengatakan, “Ketahuilah bahwasannya menghafal al Quran hukumnya adalah fardhu kifayah atas seluruh umat Islam sebagaimana penegasan al Jurjani dalam as Syafi, al „Ibadil. Al Juwaini menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa maksudnya kemutawatiran [jumlah yang banyak] bagi para penghafal al Quran tidak boleh terputus sehingga al Quran terjaga dari penggantian dan pengubahan. Sehingga jika di tengah tengah umat telah dijumpai penghafal al Quran dalam jumlah yang mutawatir maka hukum wajib ini telah gugur dari yang lain. Namun jika jumlah tersebut belum terpenuhi maka semua umat Islam dosa karenanya. d. Meneladani Rasulullah Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah bagi umat ini. Dan menghafal Al-Qur‟an adalah bagian dari bentuk taasi (meneladani) beliau. Konon beliau menghafalnkannya, merutinkan tilawahnya dan bertalaqqi bersama Jibril alaihissalam. Begitu pula Rasulullah mengajarkannya kepada para sahabatnya dan mereka membacanya di hadapan beliau. e. Sebagai bentuk meneladani Salaf Sholeh.
  • 57. Menghafal Al-Qur‟an di usia dini dan masa muda merupakan bentuk taasi (meneladani) kepada salaf sholeh, meneruskan jejak keras mereka dan menempuh bentuk hidayah mereka. Para salaf sholeh dahulu mulai menghafal Al-Qur‟an sebelum menghafal seluruh disiplin ilmu. Maksudnya sebelum jenis-jenis ilmu lainnya, yaitu mereka menghafal Al-Qur‟an terlebih dahulu barulah kemudian menuntut ilmu. f. Menghafal Al-Qur’an adalah karakteristik umat nabi Muhammad Ibnu Jazari rahimullah berkata: “Sebenarnya asal muasal transformasi Al- Qur‟anitu dilakukan dengan hafalan lewat hati dan dada manusia. Bukan melalui tulisan mushaf dan buku-buku. Inilah karakteristik yang paling mulia.” Tokoh Orientalis, Laura Faghliry mengatakan: “Hari ini kami surut, tapi disana ada ribuan orang di antara mereka yang mampu mengulang-ulang Al-Qur‟an secara hafalan. Di Mesir saja jumlah para huffaznya melebihi jumlah orang-orang Kristen yang bisa hafal Injil di benua Eropa secara keseluruhan.” Sedangkan James Michaez mengatakan: “Mungkin Al-Qur‟an inilah satu- satunya kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Sangat jelas bahwa ia adalah kitab yang paling mudah dihafal.” g. Menghafal Al-Qur’an adalah Megaproyek yang tidak mengenal Bahasa Kegagalan. Biasanya bahasa takut gagal menjadi hambatan dan penghalang yang memisahkan antara banyak orang dengan obsesi-obsesi mereka. Banyak sekali akhir dari proyek-proyek manusia yang berakhir dengan kegagalan dan tidak lagi
  • 58. bisa dilanjutkan kembali. Akan tetapi proyek menghafal Al-Qur‟an ini tidak ada lagi bagi bahasa kegagalan di atas. h. Menghafal Al-Qur’an dapat Tingkatkan Prestasi Akademis Orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Para akademisi dan spesialis sependapat bahwa menghafal Al-Qur‟an memiliki efek yang baik dalam pengembangan keterampilan dasar pada siswa, serta dapat meningkatkan pendidikan dan prestasi akademis. Dr. Abdullah Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud al-Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti halaqoh-halaqoh menghafal Al-Qur‟an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan Al- Qur‟an tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat mendapatkan ilmu. Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu ilmu kedokteran, matematika, ilmu syari'ah, ilmu alam dan lain sebagainya, membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang terbiasa menghafalkan Al-Qur‟an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang tinggi. Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang lainnya, yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka sel-sel otak dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang mengabaikannya. Dr. Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam merencanakan tujuan hidup, serta meraihnya.
  • 59. Esensi utama dari menghafal Quran bukanlah mendapatkan hafalan Al Quran. Itu hanyalah bonus. Esensi utama dari menghafal Quran adalah agar kita semakin sering berinteraksi dengan Al Quran. Karena ketika kita menghafal al Quran, kita dituntut untuk senantiasa mengulangnya. Dan dengan mengulang itulah ingatan kita akan semakin tajam. Akan lebih baik lagi bila kita mengulangnya bersama keluarga atau kelompok halaqoh/mentoring. Itulah sebabnya kita bisa membaca Al Fatihah tanpa mushaf dengan mudahnya, bahkan meski pikiran kita tidak fokus ke bacaan, kita masih bisa menyelesaikannya. Ya, karena kita telah beratus-ratus kali mengulangnya. Jadi, sesungguhnya tidak ada sikap permisif bagi yang merasa ingatannya kurang baik untuk tidak menghafal al Quran. Al-Qur‟an adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal oleh ribuan umat manusia dari seluruh penjuru dunia sepanjang zaman. Dalam usia muda, (usia pra sekolah hingga SMA) kegiatan menghafal Al-Qur‟an sangat urgen ditanamkan dalam ingatan mereka agar ingatan mereka yang masih bersih terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik hendaknya memberikan perhatian dan bimbingan yang tepat agar generasi muda ini menjadi generasi yang bermanfaat bagi agama. Manusia dikatakan belajar jika mengalami perubahan tingkah laku yang relatif permanen, perubahan pengetahuan, pengalaman, pemahaman, keterampilan yang terjadi dalam individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya. 2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur’an
  • 60. Al-Qur‟an memiliki banyak keistimewaan, banyak keutamaan bagi siapa saja yang membaca, mendengarkan dan mengamalkan ajarannya. Namun ada fenomena ditengah masyarakat sebagian diantara mereka yang meninggalkan Al Qur‟an seperti yang tergambar dalam firman Allah. Nabi Muhammad mengadu kepada Allah tentang kaumnya yang sudah meninggalkan dan acuh tak acuh kepada Al Qur‟an. Bagaimanakah kategorinya? Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa ada beberapa kategori „hajrul Qur‟an “ ( meninggalkan Al Qur‟an ) diantaranya: 1. Meninggalkan iman kepada Al Qur‟an 2. Tidak beramal dengan Al Qur‟an 3. Tidak berhukum dengan Al Qur‟an 4. Tidak memahami dan bertadabur 5. Tidak menggunakan sebagai terapi untuk penyakit hati Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat diatas menyebutkan Jika mereka dibacakan Al Qur‟an, mereka menandingi dengan pembicaraan dan bahasa lain sehingga tidak mendengar Al Qur‟an. · Meninggalkan ilmu dan menghafalnya · Meninggalkan iman dan membenarkannya · Meninggalkan tadabur dan memahaminya · Meninggalkan beramal perintah dan larangannya · Beralih ke syair,perkataan, lagu, senda gurau dan perkataan lain.  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  ََ
  • 61. َ “Barangsiapa berpaling dari Al-Qur‟an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS. Thaha: 100) Atau di ayat yang lain Allah berfirman:  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  ََ ََ “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124) Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan:  Berpaling dari peringatan-Ku artinya menyelisihi perintah-Ku dan yang diturunkan kepada Rasul (berpaling dari Qur‟an dan Sunnah), serta mengambil petunjuk lain selain Qur‟an dan Sunnah.  Kehidupan yang sempit artinya hatinya tidak tenang, selalu gelisah, dadanya sesak/sempit karena kesesatannya. Atau kehidupannya yang sempit/susah, atau disempitkan kuburannya.  Di akherat dalam keadaan buta, karena kesesatannya itu yang menghantarkan ke neraka Jahannam. Menurut Imam Ibnul Qoyyim, bahwa perilaku meninggalkan Al-Qur‟an (berpaling dari Al-Qur‟an) itu bermacam-macam bentuknya, diantaranya adalah:
  • 62. 1. Tidak mau (enggan) mendengarkannya dengan seksama. (atau mau mendengarkan tetapi tidak iman) 2. Tidak mengamalkan kandungannya. 3. Tidah bertahkim atau menjadikannya sebagai landasan hukum dalam memutuskan setiap perkara. 4. Tidak bertafakkur, memahaminya dan mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah (bukan dengan kehendak kita, seperti yang dilakukan orang- orang Islam liberal). 5. Tidak menjadikannya sebagai obat penyembuh bagi berbagai macam penyakit hati. 2.7 Metode Menghafal Al-Qur’an SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah memiliki suatu visi misi yang cukup mulia dan penuh dengan harapan agar nantinya siswa-siswi yang sudah lulus dari SDIT bisa menjadi anak yang sholeh, bertanggung jawab dan menjadi seorang pemimpin yang bijaksana. Hasil observasi dan wawancara dengan guru wali kelas di dalam proses belajar mengajar di kelas metode yang digunakan ialah tidak menentu, namun yang sudah digunakan dan dipraktekkan ialah metode guru membaca dahulu satu ayat yang diulang-ulang sebesar 3 kali atau lebih yang kemudian para siswa menirukannya dengan sistem yang sama pula yaitu mengulang-ulang satu ayat tersebut sebanyak 3 kali atau lebih. Selanjutnya mengecek satu persatu hafalan satu ayat tersebut, jika ada yang belum hafal diulang kembali secara bersama-sama
  • 63. kemudian dicek lagi hafalannya satu persatu sampai siswa hafal. Setiap kali pertemuan pelajaran tahfidz materi hafalannya sebanyak dua ayat, namun jika ayatnya pendek-pendek kadang ditambah satu ayat menjadi tiga ayat. Awal mulanya proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an anak-anak diminta berkumpul di lantai secara melingkar mengelilingi gurunya yaitu Pak Yahya. Kemudian Pak Yahya memulai pelajaran tahfidz dengan meminta kepada para siswa untuk membaca materi tahfidz yang sudah dihafalkan pada hari-hari yang telah lalu secara bersama-sama. Setelah itu prosesnya seperti di atas yaitu guru membaca satu ayat pendek sebanyak 3 kali atau lebih kemudian para siswa diminta menirukan secara bersama-sama sebanyak 3 kali atau lebih lalu dicek satu persatu hafalan satu ayat yang telah dihafal tadi. Di akhir pelajaran Pak Yahya mengulang dari ayat pertama sampai dua atau tiga ayat yang baru saja ditambah hafalannya. Kemudian para siswa dicek lagi satu persatu, jika sudah hafal anak tersebut boleh duduk dikursi masing-masing namun jika ada yang belum hafal dan dari awal tidak mengikuti pelajaran tahfidz dengan baik dan benar atau sering ramai sendiri maka siswa tersebut diberi hukuman berdiri di depan atau di pojok kelas selama kurang lebih 5 – 10 menit. Dari pengamatan dan wawancara proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dilaksanakan di SDIT Fithrah Insani 2 berdasarkan uraian yang penulis kemukakan di atas maka dapat di klasifikasikan metode yang diterapkan oleh guru tahfidz yang sekaligus manjadi wali kelas ialah : a. Metode Talaqi
  • 64. Metode Talaqi, yaitu cara menghafal dengan guru memabaca perayat kemudian siswa meniru bacaan guru. Dalam hadits yang disebutkan bahwa Rasulullah belajar Al- Qur‟an secara talaqi lewat malaikat Jibril dan berangsur-angsur dalam penghafalannya, karena mengingat bahwa Al-Qur‟an terdiri atas enam ribuan ayat lebih. b. Metode Takrir (pengulangan) Metode takrir adalah suatu metode mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur (guru) yang fungsinya adalah untuk menjaga agar materi yang sudah dihafal tidak kelupaan. Pelaksanaan metode takrir ini adalah pada saat setiap kali siswa-siswi kelas 3 mau pulang sekolah dan setiap di awal pelajaran tahfidz dilaksanakan. Diterapkannya metode takrir ini adalah untuk menyeimbangkan antara banyaknya hafalan secara keseluruhan dengan kemampuan menambah hafalan sehingga dengan adanya metode takrir ini diharapkan tidak terjadi kelupaan terhadap ayat- ayat yang telah dihafal. Dengan demikian, maka dengan kegiatan menghafal metode takrir sangat diperlukan. c. Metode Setor Istilah setor dalam aktifitas menghafal Al-Qur‟an adalah memperdengarkan hafalan-hafalan baru kepada guru. Kegiatan setor ini wajib dilakukan oleh semua siswa yang menghafal Al-Qur‟an. Karena pada waktu setor inilah maka hafalan siswa disimak oleh guru sehingga dengan setor hafalan santri akan terus bertambah, di samping itu bacaan dan hafalan siswa juga dapat terpelihara kebenarannya. Kegiatan setor hafalan Al-Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah secara umum caranya tidak jauh berbeda dengan metode di pondok pesantren yang
  • 65. khusus untuk program tahfidz. Adapun caranya adalah siswa secara satu persatu memperdengarkan hafalan-hafalan baru yang telah dihafalnya kepada guru. Sebelum sampai pada tahap setor hafalan, terlebih dahulu bacaan siswa harus disema‟ oleh guru tahfidznya. Pada langkah ini, siswa membacanya dengan melihat langsung (binnadzar) yang biasanya dilakukan setelah akhir pelajaran. Kemampuan setor hafalan bagi siswa sangat beragam, sehingga banyak atau sedikitnya setor tidak dibatasi tetapi semua itu disesuaikan dengan kemampuan siswa sendiri-sendiri. Metode setor ini memiliki efek yang besar untuk memelihara hafalan, sehingga pelaksanaannya sangat dibutuhkan dan sangat ditekankan oleh pihak SDIT Fithrah Insani 2, langkah ini dimaksudkan agar siswa selalu rutin dan rajin menghafal sehingga diharapkan santri mampu mencapai target yang ditetapkan. d. Metode Tes Hafalan Metode tes hafalan adalah usaha yang dilakukan oleh pihak SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah untuk menilai keadaan hafalan santri dengan penekanan pada materi ketepatan bacaan yang meliputi makhroj maupun tajwidnya. Pelaksanaan tes ini dilakukan ketika ujian tengah semester dan akhir semester, sedangkan yang bertindak sebagai penguji adalah guru Tahfidzul Qur‟an itu sendiri. Tindak lanjut dari pelaksanaan metode tes hafalan ini adalah untuk memperbaiki hafalan. Bila hafalan siswa itu dinilai kurang baik, sebelum ia melangkah pada materi hafalan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru Al-Qur‟an SDIT Fithrah Insani 2 ini terkadang mempunyai
  • 66. beberapa kendala atau hambatan yang timbul ketika proses pembelajaran itu berlangsung. 2.8 Definisi Kemampuan Kemampuan yang dimaksud peneliti disini ialah Kemampuan akademis. Kemampuan akademis terbagi menjadi 2 bagian yaitu gifted dan talented. Istilah gifted ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan akademis (secara umum) yang tinggi. Misalnya, seorang yang mendapatkan skor IQ yang tinggi pada pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi (terkait: IQ Tidak Sama dengan Kecerdasan), sedangkan talented adalah kemampuan seseorang yang unggul dalam bidang akademis khusus (seperti matematika, bahasa) juga bidang musik, seni, dan drama. Contoh orang yang talented adalah seseorang yang unggul dalam bidang akademik, kususnya matematika sehingga mendapatkan penghargaan atas kemampuan akademiknya. Maka dari itu, sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini diharapkan bisa mencapai kemampuan-kemampuan tersebut, karena dengan seringnya menghafal, anak akan terbiasa mengingat sesuatu yang sekalipun sulit, daya ingatnya akan semakin terasah yang di akibatkan rangsangan-rangsangan otak yang diterimanya lewat hafalan. 2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 2.9.1 Pengertian Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah "segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan".
  • 67. Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa pendidikan adalah "Usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan". Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan manusia baik jasmani maupun rohani melalui pengajaran dan pelatihan. Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama seperti yang dijelaskan pada undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 30 BAB IV menjelaskan bahwa pendidikan keagamaan; .pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menajdi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama. Berdasarkan pengertian umum tersebut,dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah: "Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak". Kemudian dalam edaran Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, sebagaimana dikutip oleh Drs. H. M. Alisuf Sabri mengartikan bahwa: "Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalakan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
  • 68. adalah menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional". Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan ajaran agama Islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan. 2.9.2 Tujuan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Tujuan yaitu "sasaran yang akan dicapai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan. Bila pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan.pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada Nya. Dalam pendidikan agama Islam, nilai- nilai yang hendak dibentuk adalah nilai-nilai Islam. Artinya tujuan pendidikan agama Islam adalah tertanamnya nilai-nilai Islam ke dalam diri manusia yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.