SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Nama :Diana Sari
Kelas :11-7A
NIM      :2007110153


                                            Tugas 2
                            Ketergantungan Observasi pada Teori


Abstrak
         Teori dan observasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tanpa teori tidak mungkin
kita dapat melakukan observasi dan tanpa observasi tidak mungkin sebuah teori dapat terbentuk.
Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka
teoretis atau konsepsual yang dimanfaatkan, sedangkan teori-teori diformulasi secara cermat dan
jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat. Karena itulah, teori-teori
mendahului observasi. Hal inilah yang memicu timbulnya kritik terhadap kaum induktivis (kaum
yang memiliki pandangan yang membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan
tunggal lewat induksi) yang ingin membuat pembedaan sangat tajam antara             keterangan
observasi dan teori. Oleh karena itu, meskipun persoalan induksi ini tidak dapat disalahkan
secara konklusif, namun pandangan induktivisme ini harus ditinggalkan karena bila
dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal
memberikan keterangan baru yang menarik tentang watak ilmu.


Kata Kunci
Ilmiah
Ilmu
Induktivis
Induktivisme
Objek
Observasi
Persepsual
Teori
Validitas


                                                                                             1
Batang Tubuh
  1. Pandangan popular tentang Observasi
        •   Indra penglihatan merupakan indera yang paling extensif dipergunakan di dalam
            praktek ilmu.
        •   Manusia melihat menggunakan matanya. Komponen-komponen terpenting mata
            manusia adalah lensa dan retina(selaput jala).
            Fungsi retina: sebagai layar di mana gambar dari objek-objek dunia luar mata
            kita terbentuk.
            Sorotan sinar dari objek yang kita pandang itu masuk ke lensa mata via media
            yang memperantarainya. Sorotan sinar ini terbias oleh bahan lensa mata
            sedemikian rupa sehingga berfokus pada retina, dan dengan demikian
            terbentuklah gambaran objek itu. Sampai di situ mata kita berfungsi seperti
            kamera. Perbedaan besar mata dan kamera terletak pada cara merekam gambar
            pada fase terakhir. Syaraf-syaraf optik, yang meliputi retina sampai ke pusat
            kortex otak kita, memberikan informasi tentang sinar yang jatuh pada retina
            kepada otak kita. Rekaman informasi otak manusia inilah yang bersesuaian
            dengan objek yang dilihat manusia.
        •   Dua hal yang ditekankan dalam gambaran garis besar tentang observasi via indera
            penglihatan yang merupakan titik-titik kunci bagi kaum induktivis:
            a. Seorang pengamat sedikit banyak dapat menangkap langsung beberapa sifat
               dari dunia luar selama sifat-sifat itu terekam oleh otaknya dengan tindakan
               melihat.
            b. Dua pengamat yang normal memandang objek atau adegan yang sama dari
               tempat yang sama akan “melihat” hal yang sama.


  2. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina
        •   Banyak bukti menunjukkan bahwa pengalaman para pengamat ketika memandang
            satu objek ditentukan semata-mata oleh informasi dalam bentuk sorotan sinar
            yang memasuki mata pengamat, juga tidak ditentukan semata-mata oleh gambar-
            gambar pada retina si pengamat. Dua pengamat memandang objek yang sama dari
            tempat yang sama dan dalam keadaan fisik yang sama tidak harus memiliki

                                                                                         2
pengalaman visual yang sama, walaupun gambar-gambar yang diterima retina
    masing-masing pada hakekatnya sama. Ada suatu segi penting di dalamnya di
    mana kedua pengamat tidak harus “melihat” hal yang sama.
•   N.R. Hanson:
    “Melihat itu melebihi dari sekedar apa yang dijumpai oleh biji mata.”
•   Apa yang dilihat seorang pengamat, artinya, pengalaman visual yang dimiliki
    seorang pengamat ketika memandang suatu objek, tergantung sebagian pada
    pengalamannya di masa lalu, pengetahuan dan harapan-harapannya.
•   Contoh: teka-teki bergambar anak-anak, di mana pengamat diminta menemukan
    wajah orang diantara daun-daun lukisan sebuah pohon. Apa yang terlihat, artinya
    kesan subjektif yang dialami oleh seorang, mula-mula adalah lukisan yang sesuai
    dengan sebuah pohon. Tetapi kesan ini segera berubah sewaktu wajah orang itu
    ditemukan. Apa yang tadinya nampak sebagai daun-daun dan ranting-ranting
    pohon, kini nampak sebagai wajah manusia. Sekali lagi, objek fisik tetap sama
    sebelum dan sesudah teka-teki dipecahkan, dan gambar yang diterima retina pun
    kiranya tidak berubah tatkala wajah orang ditemukan. Dan apabila lukisan itu
    dipandang lagi pada waktu-waktu kemudian, maka wajah orang itu dengan mudah
    dapat terlihat kembali.
•   Penjelasan dari semua hal di atas:
    a. Sebab-sebab fisik dari gambar-gambar pada retina tidak ada hubungan apa-
       apa dengan apa yang kita lihat. Kita tidak dapat melihat hanya apa yang kita
       suka. Akan tetapi, sambil gambar-gambar pada retina itu menjadi sebagian
       yang menyebabkan kita melihat, sebagian sebab lain yang penting dibentuk
       oleh keadaan dalam (inner state) pikiran atau otak kita, yang jelas tergantung
       pada didikan kebudayaan, pengetahuan, harapan-harapan kita, dsb, dan tidak
       semata-mata ditentukan oleh sifat-sifat fisik mata kita dan objek yang kita
       amati.
    b. Dalam variasi keadaan yang luas, apa yang kita lihat dalam berbagai macam
       situasi tetap cukup stabil. Ketergantungan apa yang kita lihat pada keadaan
       pikiran atau otak kita, tidaklah sedemikian peka sehingga membuat
       komunikasi dan ilmu menjadi tidak mungkin.

                                                                                   3
c. Di dalam contoh yang dikutip di sini, terdapat satu segi dalam mana semua
              pengamat melihat hal yang sama. Terdapat suatu pra-anggapan, yakni, bahwa
              satu dunia fisik, tunggal dan unik ada (exist) secara tidak tergantung pada
              pengamat-pengamatnya. Dengan demikian, bilamana sejumlah pengamat
              memandang sebuah lukisan, sebuah perkakas, sebuah slide mikroskop, atau
              apa saja, maka mereka semua dikonfrontasikan pada sesuatu, dan dengan
              demikian mereka “melihat” hal yang sama. Namun ini tidak berarti bahwa
              mereka semua memiliki pengalaman persepsual yang sama. Ada suatu segi
              penting di mana mereka tidak melihat hal yang sama, dan pada segi itulah
              diletakkan dasar kritik terhadap posisi induktivis.


3. Keterangan-observasi membutuhkan teori
   •   Menurut pandangan induktivis tentang ilmu, dasar kukuh di atas mana hukum-hukum
       dan teori-teori membangun ilmu, sebenarnya lebih merupakan keterangan-observasi
       publik daripada pengalaman subjektif pengamat individual.
   •   Pandangan induktivis itu membutuhkan penarikan keterangan universal dari
       keterangan tunggal lewat induksi.
   •   Penalaran induktif maupun deduktif melibatkan relasi-relasi antara berbagai
       perangkat keterangan, dan bukan antara keterangan dengan pengalaman persepsual.
   •   Keterangan observasi merupakan milik publik, diformulasi dalam bahasa publik,
       melibatkan teori yang sangat umum dalam berbagai tingkat dan menggunakan
       argumentasi yang bisa mengelabui.
   •   Sekali perhatian dipusatkan pada keterangan observasi yang membentuk dasar kukuh
       bagi ilmu, maka dapat dilihat bahwa berlawanan dengan klaim induktivis, suatu teori
       mesti mendahului semua keterangan observasi, keterangan-observasi itu mungkin
       sama salahnya dengan teori dalam pra-anggapan yang mendahuluinya.
   •   Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti
       kerangka teoritis atau konsepsual yang mereka manfaatkan.
   •   Teori-teori yang diformulasi secara cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk
       keterangan-observasi yang tepat. Dalam segi inilah teori-teori mendahului observasi.



                                                                                              4
•   Klaim tentang prioritas teori mendahului observasi, bertentangan dengan tesis
    induktivis yang menyatakan bahwa makna dari banyak konsep dasar diperoleh
    melalui observasi.
•   Keterangan-observasi bisa sama salahnya seperti teori-teori yang mendahuluinya,
    karena itu tidak dapat memberikan dasar yang sepenuhnya terjamin kukuh untuk
    membangun hukum-hukum dan teori-teori ilmiah di atasnya.


    Ilustrasi:
    Perhatikan pernyataan: “Ada sebatang kapur tulis di sini”, yang diucapkan oleh
    seorang guru sambil menunjukkan sebuah benda berbentuk silinder putih yang
    dipegang di depan papan tulis. Bahkan keterangan observasi paling dasar seperti ini
    pun telah melibatkan satu teori, dan bisa salah pula. Satu generalisasi tingkat sangat
    rendah seperti “batangan-batangan putih yang terdapat di dalam ruangan kelas
    sekolah dekat papan tulis adalah kapur tulis” lahir dari satu asumsi. Dan sudah tentu
    generalisasi ini tidak mesti benar. Keterangan sang guru dalam contoh di atas pun
    bisa salah. Silinder putih yang dimaksud boleh-jadi bukan kapur tulis, melainkan
    barang tiruan yang dibuat dengan cermat oleh seorang murid yang bermaksud main-
    main. Guru itu, atau orang lain, dapat mengambil langkah-langkah untuk menguji
    kebenaran keterangannya. Akan tetapi, penting disadari, makin meyakinkan hasil
    pengujiannya, makin banyak teori yang diperlukan, dan selanjutnya, kepastian absolut
    tidak pernah dicapai. Misalnya, karena ditantang, sang guru mungkin akan
    menggunakan benda silinder itu untuk menarik garis pada papan tulis, dan sambil
    menunjuk jejak garis putih, ia berkata: “Nyatalah ia adalah kapur tulis.” Ini
    melibatkan suatu asumsi, “kapur tulis meninggalkan garis putih bila ditarik pada
    papan tulis.” Demonstrasi sang guru mungkin bisa disangkal bahwa selain kapur tulis,
    benda-benda lain pun dapat meninggalkan bekas putih pada papan tulis. Mungkin
    setelah langkah-langkah pengujian lain, misalnya remah-remah kapur tulis, ia akan
    disangkal lagi dengan cara yang sama, lantas sang guru yang berkemauan keras
    kemudian melakukan analisa kimiawi. Secara kimiawi, begitulah sang guru
    menerangkan, kapur tulis sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat, dan akan
    menghasilkan karbon dioxida bila dicelupkan ke dalam suatu cairan asam. Ia

                                                                                        5
melakukan percobaan dan mendemonstrasikan bahwa gas yang diperoleh adalah
    karbon dioxida dengan menunjukkan bahwa ia mengubah air kapur yang bening itu
    menjadi keruh seperti susu. Setiap tingkat dalam rangkaian usaha untuk
    mengkonsolidasi validitas keterangan observasi: “Ini adalah sebatang kapur tulis”,
    ternyata melibatkan kebutuhan tidak hanya pada keterangan-keterangan observasi
    lebih lanjut, tetapi juga pada generalisasi-generalisasi yang lebih teoretis. Percobaan
    di atas yang merupakan titik henti dari sederetan percobaan, telah melibatkan
    sejumlah teori kimia tertentu.


•   Memantapkan validitas suatu keterangan-observasi, memerlukan pertolongan teori,
    dan makin mantap validitasnya, makin extensif pula pengetahuan teori yang
    digunakan.
•   Contoh: di zaman Copernicus (sebelum ditemukan teleskop), orang-orang dengan
    cermat mengamati besarnya Venus. Keterangan-observasi: “Venus, dipandang dari
    bumi, nampak ukuran besarnya tidak mengalami perubahan sepanjang tahun”
    umumnya diterima baik oleh semua ahli astronomi, baik golongan Copernican
    maupun non-Copernican. Andreas Osiander, rekan sezaman Copernicus, menunjuk
    pada ramalan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya, jadi sebagai
    “suatu hasil yang berlawanan dengan pengalaman dari tahun ke tahun”. Observasi
    ini diterima baik, walaupun mengalami kesulitan, sejak teori Copernicus dan juga
    beberapa rivalnya mengemukakan bahwa Venus seharusnya nampak berubah
    ukurannya sepanjang tahun. Tetapi observasi itu kini telah dianggap salah, karena
    mendasarkannya pada teori salah bahwa besarnya sumber cahaya yang kecil dapat
    diukur dengan akurat oleh mata telanjang. Teori modern dapat menerangkan mengapa
    mata telanjang yang menilai besarnya ukuran sumber cahaya kecil yang menyesatkan,
    dan mengapa observasi dengan teleskop, yang dapat menunjukkan dengan jelas
    berubah-ubahnya ukuran Venus sepanjang tahun, lebih dapat diterima. Contoh ini
    dengan jelas mengilustrasikan ketergantungan keterangan-observasi pada teori, dan
    karenanya bisa salah.
•   Pandangan induktivis salah dalam dua hal. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan-
    keterangan observasi, karena ada teori mendahului segala keterangan-observasi,

                                                                                         6
selain itu keterangan-observasi tidak memberikan dasar yang kukuh untuk
       membangun pengetahuan ilmiah, makanya ia bisa salah.
   •   Peranan keterangan-observasi dalam ilmu menurut pandangan induktivis itu tidak
       seksama, tidak correct.


4. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori
   •   Menurut induktivis yang paling naïf, dasar pengetahuan ilmiah dibangun lewat
       observasi-observasi yang dilakukan tanpa prasangka dan tidak memihak.
   •   Contoh: Heinrich Hertz, 1888, mengadakan suatu experimen listrik yang
       memungkinkan ia pertama kali dapat membuat dan mendetect gelombang-gelombang
       radio. Apabila ia sepenuhnya tidak memihak ketika melakukan observasi, maka ia
       wajib mencatat tidak hanya jarum berbagai macam perkakas meteran, ada atau tidak
       adanya letik api di berbagai lokasi yang kritis di dalam sirkuit-sirkuit listrik, dimensi-
       dimensi sirkuit, dsb, tetapi juga warna dari perkakas meteran, dimensi
       laboratoriumnya, keadaan cuaca, ukuran sepatunya dan sejumlah besar perincian-
       perincian “yang jelas sekali irrelevan”.
       Contoh di atas menggambarkan satu segi penting yang menyatakan bahwa di dalam
       ilmu, teori mendahului observasi. Observasi dan percobaan diadakan dengan maksud
       untuk menguji atau mengungkap sesuatu teori , dan hanya observasi yang relevan
       dengan tugas penelitian itu harus direkam.


5. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif
   •   Teori-teori boleh-jadi dikandung lebih dulu sebelum mengadakan observasi yang
       diperlukan untuk mengujinya. Selanjutnya, menurut induktivisme tingkat tinggi,
       untuk penemuan baru diperlukan kreativitas istimewa dan paling mutakhir dengan
       kepintaran luar biasa, dan melibatkan psikologi para ilmuwan individual, sedangkan
       analisa logika harus ditolak. Penemuan baru dan persoalan tentang asal-usul teori-
       teori baru harus dipisahkan dari filsafat ilmu. Akan tetapi, sekali hukum dan teori
       baru diperoleh, tidak peduli melalui jalan apa, masih tetap akan ada masalah
       kelayakan dari hukum dan teori itu.



                                                                                               7
•   Sejumlah besar kenyataan yang relevan dengan suatu teori harus ditentukan dengan
    observasi pada variasi keadaan yang luas, dan harus dibuktikan seberapa jauh teori itu
    bias dikatakan benar atau boleh-jadi benar dari segi fakta-fakta yang ditarik lewat
    semacam penyimpulan induktif.
•   Pemisahan cara penemuan dan cara pembenaran, memungkinkan kaum induktivis
    menghindari kritik yang diarahkan pada klaim mereka bahwa ilmu bertolak lewat
    observasi. Akan tetapi, legitimasi pemisahan dua cara itu harus dipertanyakan. Hal ini
    diharapkan menjadi makin jelas bahwa esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah
    lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori hanya dapat dinilai
    berharga apabila perhatian secukupnya diberikan pada kontex sejarahnya. Penilaian
    teori erat hubungannya dengan keadaan ketika teori itu pertama kali muncul.
•   Walaupun apabila kita perkenankan kaum induktivis memisahkan cara penemuan dari
    cara pembenaran, posisi mereka tetap terancam oleh kenyataan bahwa keterangan-
    observasi itu bermuatan teori, dan oleh karenanya bisa salah. Kaum induktivis ingin
    membuat pembedaan sangat tajam antara observasi langsung, yang mereka harapkan
    akan membentuk dasar yang kukuh untuk pengetahuan ilmiah, dan teori-teori yang
    akan dibenarkan dengan sejumlah dukungan induktif yang diterimanya dari dasar
    observasi yang terjamin.
•   Persoalan induksi tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti, karena
    sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, kebanyakan filsafat ilmu lainnya pun
    menderita kesulitan-kesulitan serupa.
•   Alasan terutama mengapa induktivisme harus ditinggalkan ialah bahwa dibandingkan
    dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal
    memberikan keterangan baru dan yang menarik tentang watak ilmu, suatu kenyataan
    yang telah mendorong Imre Lakatos untuk menyebut program itu sebagai program
    yang membawa kemunduran.




                                                                                        8

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Standar isi ipa smp
Standar isi ipa smpStandar isi ipa smp
Standar isi ipa smp
slametwdt
 
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanObyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel
Nur Ismirawati
 
Ebook komunikasi
Ebook komunikasiEbook komunikasi
Ebook komunikasi
imza90
 
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarMakalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Ervina Cranberry's
 
Makalah gametogenisis
Makalah gametogenisisMakalah gametogenisis
Makalah gametogenisis
fahmiganteng
 

Mais procurados (20)

Resume jurnal done 1 komposit
Resume jurnal done 1 kompositResume jurnal done 1 komposit
Resume jurnal done 1 komposit
 
Standar isi ipa smp
Standar isi ipa smpStandar isi ipa smp
Standar isi ipa smp
 
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanObyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
 
Kloning Nukleus
Kloning NukleusKloning Nukleus
Kloning Nukleus
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 
Laporan praktikum ipa makhluk hidup
Laporan praktikum ipa makhluk hidupLaporan praktikum ipa makhluk hidup
Laporan praktikum ipa makhluk hidup
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 
Arishanti 1903010142-artikel porifera
Arishanti 1903010142-artikel poriferaArishanti 1903010142-artikel porifera
Arishanti 1903010142-artikel porifera
 
Evaluasi kurikulum (edit 2013)
Evaluasi kurikulum (edit 2013)Evaluasi kurikulum (edit 2013)
Evaluasi kurikulum (edit 2013)
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel
 
Reaksi Terang Fotosintesis ppt WA
Reaksi Terang Fotosintesis ppt WAReaksi Terang Fotosintesis ppt WA
Reaksi Terang Fotosintesis ppt WA
 
Ebook komunikasi
Ebook komunikasiEbook komunikasi
Ebook komunikasi
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulum
 
Hormon auksin
Hormon auksinHormon auksin
Hormon auksin
 
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarMakalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
 
Laporan Praktikum 1 Chondrichtyes
Laporan Praktikum 1 ChondrichtyesLaporan Praktikum 1 Chondrichtyes
Laporan Praktikum 1 Chondrichtyes
 
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepaLaporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
 
Makalah gametogenisis
Makalah gametogenisisMakalah gametogenisis
Makalah gametogenisis
 
SEL DAN MIKROSKOP.pptx
SEL DAN MIKROSKOP.pptxSEL DAN MIKROSKOP.pptx
SEL DAN MIKROSKOP.pptx
 

Semelhante a Ketergantungan Observasi pada Teori

Materi Ilmu Alamiah Dasar
Materi Ilmu Alamiah DasarMateri Ilmu Alamiah Dasar
Materi Ilmu Alamiah Dasar
Nela II
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
Mentari Nita
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
Mentari Nita
 
Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01
Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01
Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01
FitraUmmah
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Henry Kurniawan
 

Semelhante a Ketergantungan Observasi pada Teori (20)

Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdfFilsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
 
Ipa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewan
Ipa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewanIpa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewan
Ipa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewan
 
9. rpp optik
9. rpp optik9. rpp optik
9. rpp optik
 
Historis filsafat
Historis filsafatHistoris filsafat
Historis filsafat
 
TUGAS 1 FILSAFAT_HENNY HERLINA_NPM A2M022068.pdf
TUGAS 1 FILSAFAT_HENNY HERLINA_NPM A2M022068.pdfTUGAS 1 FILSAFAT_HENNY HERLINA_NPM A2M022068.pdf
TUGAS 1 FILSAFAT_HENNY HERLINA_NPM A2M022068.pdf
 
Makalah hikmah
Makalah hikmahMakalah hikmah
Makalah hikmah
 
Materi Ilmu Alamiah Dasar
Materi Ilmu Alamiah DasarMateri Ilmu Alamiah Dasar
Materi Ilmu Alamiah Dasar
 
Makalah biooptik
Makalah biooptikMakalah biooptik
Makalah biooptik
 
04. alat alat optik x
04. alat alat optik x04. alat alat optik x
04. alat alat optik x
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01
Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01
Ilmualamiahdasarbr 131221225205-phpapp01
 
ILMU ALAMIAH DASAR
ILMU ALAMIAH DASARILMU ALAMIAH DASAR
ILMU ALAMIAH DASAR
 
Alat optik
Alat optik Alat optik
Alat optik
 
Bab4
Bab4Bab4
Bab4
 
Bab i .2.
Bab i .2.Bab i .2.
Bab i .2.
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met lit
 
Materi Psikologi Faal
Materi Psikologi FaalMateri Psikologi Faal
Materi Psikologi Faal
 

Mais de dianaists

Peranan Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan
Peranan Biaya Promosi Terhadap Hasil PenjualanPeranan Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan
Peranan Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan
dianaists
 
Christ And Culture
Christ And CultureChrist And Culture
Christ And Culture
dianaists
 
Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem Ekonomi KapitalisSistem Ekonomi Kapitalis
Sistem Ekonomi Kapitalis
dianaists
 
Spetcies Content
Spetcies ContentSpetcies Content
Spetcies Content
dianaists
 
4kids Content
4kids Content4kids Content
4kids Content
dianaists
 
Global Village
Global VillageGlobal Village
Global Village
dianaists
 
Global Village
Global VillageGlobal Village
Global Village
dianaists
 
Final Exam Tionghoa
Final Exam TionghoaFinal Exam Tionghoa
Final Exam Tionghoa
dianaists
 
Pr (Clinique Proposal)
Pr (Clinique Proposal)Pr (Clinique Proposal)
Pr (Clinique Proposal)
dianaists
 
Product Launching Presentation
Product Launching PresentationProduct Launching Presentation
Product Launching Presentation
dianaists
 
Negara Dan Bangsa
Negara Dan BangsaNegara Dan Bangsa
Negara Dan Bangsa
dianaists
 
Business Administration interview
Business Administration interviewBusiness Administration interview
Business Administration interview
dianaists
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
dianaists
 
E90 Communicator (Final Project) paper
E90 Communicator (Final Project) paperE90 Communicator (Final Project) paper
E90 Communicator (Final Project) paper
dianaists
 
E90 Communicator (Final Project)
E90 Communicator (Final Project)E90 Communicator (Final Project)
E90 Communicator (Final Project)
dianaists
 
Brand Clothing
Brand ClothingBrand Clothing
Brand Clothing
dianaists
 

Mais de dianaists (20)

Peranan Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan
Peranan Biaya Promosi Terhadap Hasil PenjualanPeranan Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan
Peranan Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan
 
Essay
EssayEssay
Essay
 
Christ And Culture
Christ And CultureChrist And Culture
Christ And Culture
 
Milk
MilkMilk
Milk
 
Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem Ekonomi KapitalisSistem Ekonomi Kapitalis
Sistem Ekonomi Kapitalis
 
Pr Falina
Pr FalinaPr Falina
Pr Falina
 
Spetcies Content
Spetcies ContentSpetcies Content
Spetcies Content
 
Spetcies
SpetciesSpetcies
Spetcies
 
4kids Content
4kids Content4kids Content
4kids Content
 
Global Village
Global VillageGlobal Village
Global Village
 
Global Village
Global VillageGlobal Village
Global Village
 
Final Exam Tionghoa
Final Exam TionghoaFinal Exam Tionghoa
Final Exam Tionghoa
 
Pr (Clinique Proposal)
Pr (Clinique Proposal)Pr (Clinique Proposal)
Pr (Clinique Proposal)
 
Product Launching Presentation
Product Launching PresentationProduct Launching Presentation
Product Launching Presentation
 
Negara Dan Bangsa
Negara Dan BangsaNegara Dan Bangsa
Negara Dan Bangsa
 
Business Administration interview
Business Administration interviewBusiness Administration interview
Business Administration interview
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
 
E90 Communicator (Final Project) paper
E90 Communicator (Final Project) paperE90 Communicator (Final Project) paper
E90 Communicator (Final Project) paper
 
E90 Communicator (Final Project)
E90 Communicator (Final Project)E90 Communicator (Final Project)
E90 Communicator (Final Project)
 
Brand Clothing
Brand ClothingBrand Clothing
Brand Clothing
 

Ketergantungan Observasi pada Teori

  • 1. Nama :Diana Sari Kelas :11-7A NIM :2007110153 Tugas 2 Ketergantungan Observasi pada Teori Abstrak Teori dan observasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tanpa teori tidak mungkin kita dapat melakukan observasi dan tanpa observasi tidak mungkin sebuah teori dapat terbentuk. Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka teoretis atau konsepsual yang dimanfaatkan, sedangkan teori-teori diformulasi secara cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat. Karena itulah, teori-teori mendahului observasi. Hal inilah yang memicu timbulnya kritik terhadap kaum induktivis (kaum yang memiliki pandangan yang membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan tunggal lewat induksi) yang ingin membuat pembedaan sangat tajam antara keterangan observasi dan teori. Oleh karena itu, meskipun persoalan induksi ini tidak dapat disalahkan secara konklusif, namun pandangan induktivisme ini harus ditinggalkan karena bila dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal memberikan keterangan baru yang menarik tentang watak ilmu. Kata Kunci Ilmiah Ilmu Induktivis Induktivisme Objek Observasi Persepsual Teori Validitas 1
  • 2. Batang Tubuh 1. Pandangan popular tentang Observasi • Indra penglihatan merupakan indera yang paling extensif dipergunakan di dalam praktek ilmu. • Manusia melihat menggunakan matanya. Komponen-komponen terpenting mata manusia adalah lensa dan retina(selaput jala). Fungsi retina: sebagai layar di mana gambar dari objek-objek dunia luar mata kita terbentuk. Sorotan sinar dari objek yang kita pandang itu masuk ke lensa mata via media yang memperantarainya. Sorotan sinar ini terbias oleh bahan lensa mata sedemikian rupa sehingga berfokus pada retina, dan dengan demikian terbentuklah gambaran objek itu. Sampai di situ mata kita berfungsi seperti kamera. Perbedaan besar mata dan kamera terletak pada cara merekam gambar pada fase terakhir. Syaraf-syaraf optik, yang meliputi retina sampai ke pusat kortex otak kita, memberikan informasi tentang sinar yang jatuh pada retina kepada otak kita. Rekaman informasi otak manusia inilah yang bersesuaian dengan objek yang dilihat manusia. • Dua hal yang ditekankan dalam gambaran garis besar tentang observasi via indera penglihatan yang merupakan titik-titik kunci bagi kaum induktivis: a. Seorang pengamat sedikit banyak dapat menangkap langsung beberapa sifat dari dunia luar selama sifat-sifat itu terekam oleh otaknya dengan tindakan melihat. b. Dua pengamat yang normal memandang objek atau adegan yang sama dari tempat yang sama akan “melihat” hal yang sama. 2. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina • Banyak bukti menunjukkan bahwa pengalaman para pengamat ketika memandang satu objek ditentukan semata-mata oleh informasi dalam bentuk sorotan sinar yang memasuki mata pengamat, juga tidak ditentukan semata-mata oleh gambar- gambar pada retina si pengamat. Dua pengamat memandang objek yang sama dari tempat yang sama dan dalam keadaan fisik yang sama tidak harus memiliki 2
  • 3. pengalaman visual yang sama, walaupun gambar-gambar yang diterima retina masing-masing pada hakekatnya sama. Ada suatu segi penting di dalamnya di mana kedua pengamat tidak harus “melihat” hal yang sama. • N.R. Hanson: “Melihat itu melebihi dari sekedar apa yang dijumpai oleh biji mata.” • Apa yang dilihat seorang pengamat, artinya, pengalaman visual yang dimiliki seorang pengamat ketika memandang suatu objek, tergantung sebagian pada pengalamannya di masa lalu, pengetahuan dan harapan-harapannya. • Contoh: teka-teki bergambar anak-anak, di mana pengamat diminta menemukan wajah orang diantara daun-daun lukisan sebuah pohon. Apa yang terlihat, artinya kesan subjektif yang dialami oleh seorang, mula-mula adalah lukisan yang sesuai dengan sebuah pohon. Tetapi kesan ini segera berubah sewaktu wajah orang itu ditemukan. Apa yang tadinya nampak sebagai daun-daun dan ranting-ranting pohon, kini nampak sebagai wajah manusia. Sekali lagi, objek fisik tetap sama sebelum dan sesudah teka-teki dipecahkan, dan gambar yang diterima retina pun kiranya tidak berubah tatkala wajah orang ditemukan. Dan apabila lukisan itu dipandang lagi pada waktu-waktu kemudian, maka wajah orang itu dengan mudah dapat terlihat kembali. • Penjelasan dari semua hal di atas: a. Sebab-sebab fisik dari gambar-gambar pada retina tidak ada hubungan apa- apa dengan apa yang kita lihat. Kita tidak dapat melihat hanya apa yang kita suka. Akan tetapi, sambil gambar-gambar pada retina itu menjadi sebagian yang menyebabkan kita melihat, sebagian sebab lain yang penting dibentuk oleh keadaan dalam (inner state) pikiran atau otak kita, yang jelas tergantung pada didikan kebudayaan, pengetahuan, harapan-harapan kita, dsb, dan tidak semata-mata ditentukan oleh sifat-sifat fisik mata kita dan objek yang kita amati. b. Dalam variasi keadaan yang luas, apa yang kita lihat dalam berbagai macam situasi tetap cukup stabil. Ketergantungan apa yang kita lihat pada keadaan pikiran atau otak kita, tidaklah sedemikian peka sehingga membuat komunikasi dan ilmu menjadi tidak mungkin. 3
  • 4. c. Di dalam contoh yang dikutip di sini, terdapat satu segi dalam mana semua pengamat melihat hal yang sama. Terdapat suatu pra-anggapan, yakni, bahwa satu dunia fisik, tunggal dan unik ada (exist) secara tidak tergantung pada pengamat-pengamatnya. Dengan demikian, bilamana sejumlah pengamat memandang sebuah lukisan, sebuah perkakas, sebuah slide mikroskop, atau apa saja, maka mereka semua dikonfrontasikan pada sesuatu, dan dengan demikian mereka “melihat” hal yang sama. Namun ini tidak berarti bahwa mereka semua memiliki pengalaman persepsual yang sama. Ada suatu segi penting di mana mereka tidak melihat hal yang sama, dan pada segi itulah diletakkan dasar kritik terhadap posisi induktivis. 3. Keterangan-observasi membutuhkan teori • Menurut pandangan induktivis tentang ilmu, dasar kukuh di atas mana hukum-hukum dan teori-teori membangun ilmu, sebenarnya lebih merupakan keterangan-observasi publik daripada pengalaman subjektif pengamat individual. • Pandangan induktivis itu membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan tunggal lewat induksi. • Penalaran induktif maupun deduktif melibatkan relasi-relasi antara berbagai perangkat keterangan, dan bukan antara keterangan dengan pengalaman persepsual. • Keterangan observasi merupakan milik publik, diformulasi dalam bahasa publik, melibatkan teori yang sangat umum dalam berbagai tingkat dan menggunakan argumentasi yang bisa mengelabui. • Sekali perhatian dipusatkan pada keterangan observasi yang membentuk dasar kukuh bagi ilmu, maka dapat dilihat bahwa berlawanan dengan klaim induktivis, suatu teori mesti mendahului semua keterangan observasi, keterangan-observasi itu mungkin sama salahnya dengan teori dalam pra-anggapan yang mendahuluinya. • Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka teoritis atau konsepsual yang mereka manfaatkan. • Teori-teori yang diformulasi secara cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk keterangan-observasi yang tepat. Dalam segi inilah teori-teori mendahului observasi. 4
  • 5. Klaim tentang prioritas teori mendahului observasi, bertentangan dengan tesis induktivis yang menyatakan bahwa makna dari banyak konsep dasar diperoleh melalui observasi. • Keterangan-observasi bisa sama salahnya seperti teori-teori yang mendahuluinya, karena itu tidak dapat memberikan dasar yang sepenuhnya terjamin kukuh untuk membangun hukum-hukum dan teori-teori ilmiah di atasnya. Ilustrasi: Perhatikan pernyataan: “Ada sebatang kapur tulis di sini”, yang diucapkan oleh seorang guru sambil menunjukkan sebuah benda berbentuk silinder putih yang dipegang di depan papan tulis. Bahkan keterangan observasi paling dasar seperti ini pun telah melibatkan satu teori, dan bisa salah pula. Satu generalisasi tingkat sangat rendah seperti “batangan-batangan putih yang terdapat di dalam ruangan kelas sekolah dekat papan tulis adalah kapur tulis” lahir dari satu asumsi. Dan sudah tentu generalisasi ini tidak mesti benar. Keterangan sang guru dalam contoh di atas pun bisa salah. Silinder putih yang dimaksud boleh-jadi bukan kapur tulis, melainkan barang tiruan yang dibuat dengan cermat oleh seorang murid yang bermaksud main- main. Guru itu, atau orang lain, dapat mengambil langkah-langkah untuk menguji kebenaran keterangannya. Akan tetapi, penting disadari, makin meyakinkan hasil pengujiannya, makin banyak teori yang diperlukan, dan selanjutnya, kepastian absolut tidak pernah dicapai. Misalnya, karena ditantang, sang guru mungkin akan menggunakan benda silinder itu untuk menarik garis pada papan tulis, dan sambil menunjuk jejak garis putih, ia berkata: “Nyatalah ia adalah kapur tulis.” Ini melibatkan suatu asumsi, “kapur tulis meninggalkan garis putih bila ditarik pada papan tulis.” Demonstrasi sang guru mungkin bisa disangkal bahwa selain kapur tulis, benda-benda lain pun dapat meninggalkan bekas putih pada papan tulis. Mungkin setelah langkah-langkah pengujian lain, misalnya remah-remah kapur tulis, ia akan disangkal lagi dengan cara yang sama, lantas sang guru yang berkemauan keras kemudian melakukan analisa kimiawi. Secara kimiawi, begitulah sang guru menerangkan, kapur tulis sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat, dan akan menghasilkan karbon dioxida bila dicelupkan ke dalam suatu cairan asam. Ia 5
  • 6. melakukan percobaan dan mendemonstrasikan bahwa gas yang diperoleh adalah karbon dioxida dengan menunjukkan bahwa ia mengubah air kapur yang bening itu menjadi keruh seperti susu. Setiap tingkat dalam rangkaian usaha untuk mengkonsolidasi validitas keterangan observasi: “Ini adalah sebatang kapur tulis”, ternyata melibatkan kebutuhan tidak hanya pada keterangan-keterangan observasi lebih lanjut, tetapi juga pada generalisasi-generalisasi yang lebih teoretis. Percobaan di atas yang merupakan titik henti dari sederetan percobaan, telah melibatkan sejumlah teori kimia tertentu. • Memantapkan validitas suatu keterangan-observasi, memerlukan pertolongan teori, dan makin mantap validitasnya, makin extensif pula pengetahuan teori yang digunakan. • Contoh: di zaman Copernicus (sebelum ditemukan teleskop), orang-orang dengan cermat mengamati besarnya Venus. Keterangan-observasi: “Venus, dipandang dari bumi, nampak ukuran besarnya tidak mengalami perubahan sepanjang tahun” umumnya diterima baik oleh semua ahli astronomi, baik golongan Copernican maupun non-Copernican. Andreas Osiander, rekan sezaman Copernicus, menunjuk pada ramalan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya, jadi sebagai “suatu hasil yang berlawanan dengan pengalaman dari tahun ke tahun”. Observasi ini diterima baik, walaupun mengalami kesulitan, sejak teori Copernicus dan juga beberapa rivalnya mengemukakan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya sepanjang tahun. Tetapi observasi itu kini telah dianggap salah, karena mendasarkannya pada teori salah bahwa besarnya sumber cahaya yang kecil dapat diukur dengan akurat oleh mata telanjang. Teori modern dapat menerangkan mengapa mata telanjang yang menilai besarnya ukuran sumber cahaya kecil yang menyesatkan, dan mengapa observasi dengan teleskop, yang dapat menunjukkan dengan jelas berubah-ubahnya ukuran Venus sepanjang tahun, lebih dapat diterima. Contoh ini dengan jelas mengilustrasikan ketergantungan keterangan-observasi pada teori, dan karenanya bisa salah. • Pandangan induktivis salah dalam dua hal. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan- keterangan observasi, karena ada teori mendahului segala keterangan-observasi, 6
  • 7. selain itu keterangan-observasi tidak memberikan dasar yang kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah, makanya ia bisa salah. • Peranan keterangan-observasi dalam ilmu menurut pandangan induktivis itu tidak seksama, tidak correct. 4. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori • Menurut induktivis yang paling naïf, dasar pengetahuan ilmiah dibangun lewat observasi-observasi yang dilakukan tanpa prasangka dan tidak memihak. • Contoh: Heinrich Hertz, 1888, mengadakan suatu experimen listrik yang memungkinkan ia pertama kali dapat membuat dan mendetect gelombang-gelombang radio. Apabila ia sepenuhnya tidak memihak ketika melakukan observasi, maka ia wajib mencatat tidak hanya jarum berbagai macam perkakas meteran, ada atau tidak adanya letik api di berbagai lokasi yang kritis di dalam sirkuit-sirkuit listrik, dimensi- dimensi sirkuit, dsb, tetapi juga warna dari perkakas meteran, dimensi laboratoriumnya, keadaan cuaca, ukuran sepatunya dan sejumlah besar perincian- perincian “yang jelas sekali irrelevan”. Contoh di atas menggambarkan satu segi penting yang menyatakan bahwa di dalam ilmu, teori mendahului observasi. Observasi dan percobaan diadakan dengan maksud untuk menguji atau mengungkap sesuatu teori , dan hanya observasi yang relevan dengan tugas penelitian itu harus direkam. 5. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif • Teori-teori boleh-jadi dikandung lebih dulu sebelum mengadakan observasi yang diperlukan untuk mengujinya. Selanjutnya, menurut induktivisme tingkat tinggi, untuk penemuan baru diperlukan kreativitas istimewa dan paling mutakhir dengan kepintaran luar biasa, dan melibatkan psikologi para ilmuwan individual, sedangkan analisa logika harus ditolak. Penemuan baru dan persoalan tentang asal-usul teori- teori baru harus dipisahkan dari filsafat ilmu. Akan tetapi, sekali hukum dan teori baru diperoleh, tidak peduli melalui jalan apa, masih tetap akan ada masalah kelayakan dari hukum dan teori itu. 7
  • 8. Sejumlah besar kenyataan yang relevan dengan suatu teori harus ditentukan dengan observasi pada variasi keadaan yang luas, dan harus dibuktikan seberapa jauh teori itu bias dikatakan benar atau boleh-jadi benar dari segi fakta-fakta yang ditarik lewat semacam penyimpulan induktif. • Pemisahan cara penemuan dan cara pembenaran, memungkinkan kaum induktivis menghindari kritik yang diarahkan pada klaim mereka bahwa ilmu bertolak lewat observasi. Akan tetapi, legitimasi pemisahan dua cara itu harus dipertanyakan. Hal ini diharapkan menjadi makin jelas bahwa esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori hanya dapat dinilai berharga apabila perhatian secukupnya diberikan pada kontex sejarahnya. Penilaian teori erat hubungannya dengan keadaan ketika teori itu pertama kali muncul. • Walaupun apabila kita perkenankan kaum induktivis memisahkan cara penemuan dari cara pembenaran, posisi mereka tetap terancam oleh kenyataan bahwa keterangan- observasi itu bermuatan teori, dan oleh karenanya bisa salah. Kaum induktivis ingin membuat pembedaan sangat tajam antara observasi langsung, yang mereka harapkan akan membentuk dasar yang kukuh untuk pengetahuan ilmiah, dan teori-teori yang akan dibenarkan dengan sejumlah dukungan induktif yang diterimanya dari dasar observasi yang terjamin. • Persoalan induksi tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti, karena sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, kebanyakan filsafat ilmu lainnya pun menderita kesulitan-kesulitan serupa. • Alasan terutama mengapa induktivisme harus ditinggalkan ialah bahwa dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal memberikan keterangan baru dan yang menarik tentang watak ilmu, suatu kenyataan yang telah mendorong Imre Lakatos untuk menyebut program itu sebagai program yang membawa kemunduran. 8