SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
2 
BAB II 
PEMBAHASAN 
1. Definisi Terbenam Matahari 
Matahari dan Bulan itu berbentuk bulat, tetapi menurut yang 
tampak kepada kita bentuk itu lebih mirip dengan semacam piringan 
bundar yang datar dan bergerak di langit. Dalam hal ini kita sering 
gunakan istilah piringan matahari dan piringan Bulan. Piringan itu 
tidak selalu sama besar sebagaimana yang kita lihat, hal itu 
dikarenakan oleh jarak Matahari dan Bulan dari Bumi tidak selalu 
sama besar. 1 
Matahari terbenam apabila piringan Matahari sudah 
seluruhnya berada dibawah ufuk. Pada waktu itu garis ufuk 
bersinggungan dengan tepi piringan Matahari yang atas. 
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di gambar berikut. 
16’ 
Titik pusat Matahari sudah agak jauh dibawah ufuk, jarak 
dari garis ufuk ke titik pusat Matahari besarnya seperdua garis tengah 
(semi diameter) Matahari. Garis tengah (diameter) Matahari besarnya 
rata-rata 32’. Jadi, jarak pusat Matahari dari garis ufuk sebesar 1 
⁄2 x 
32’ = 16’. 
Adapun definisi terbenam menurut Kamus Ensiklopedi Hisab 
Rukyat adalah apabila piringan atas (uper limb) bersinggungan dengan 
1 Sa’adoeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tinta Mas, 1978, hlm 17
3 
kaki langit. Dalam pengertian astronomi Matahari dan Bulan 
dikatakan terbenam apabila jarak zenitnya sama dengan 90° + Semi 
Diameter + Refraksi + Parallaks.2 
2. Pengertian Azimut Matahari 
Azimut adalah jarak atau bujur pada bola langit yang dihitung 
dari titik utara melalui horizon sampai dengan proyeksi bintang.3 
Dalam buku Ilmu Falak ( Teori dan Aplikasi), A. Jamil 
mengatakan bahwa Azimut sebuah benda langit adalah jarak dari titik 
utara ke lingkaran vertikal yang dilalui benda langit tersebut, diukur 
sepanjang lingkaran horizon searah perputaran jarum jam, yaitu 
melalui titik timur, titik selatan sampai titik ke barat.4 
Sebuah benda langit yang berkulminasi, azimutnya ialah 0°, 
jika kedudukannya sebelah utara titik zenith. Azimutnya berjumlah 
180°, jika kedudukannya sebelah selatan titik zenit. Azimut titik timur 
besarnya 90° sedangkan azimut titik barat 270°. Azimut terbit dan 
azimut terbenam Matahari senantiasa berubah dikarenakan deklinasi 
matahari setiap hari berubah pula. 
2 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, 
hal 72. 
3 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Pasca Sarjana IAIN Walisongo 
Semarang, 2011, hlm 52 
4 A. Jamil, Ilmu Falak (Teori & Praktek), Jakarta: Amzah, 2009, hlm 17
4 
3. Perhitungan Matahari Terbenam dan Azimutnya pada Awal Bulan 
Żulhijah Tahun 1438. 
Untuk menghitung terbenamnya matahari dan besar 
azimutnya, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 5 
 Menentukan lokasi atau kota (cari dat lintang dan bujur tempat untuk 
lokasi yang bersangkutan serta tinggi tempat dari permukaan air laut). 
 Menentukan awal bulan apa dan tahun berapa Hijriyah yang akan kita 
hitung. 
 Mengkonversikan tanggal, bulan serta tahun yang akan kita hitung. 
 Menyiapkan data astronomis pada tanggal masehi yang telah kita 
konversikan sebelumya, untuk mengetahui kapan terjadi FIB (Fraction 
Illumination Bulan) terkecil. 
 Melacak FIB terkecil pada tanggal yang bersangkutan akan terjadi 
pada jam berapa dalam waktu Greenwich. 
 Menghitung sabaq matahari (kecepatan matahari perjam), dengan cara 
menghitung selisih harga mutlak antara data ELM (Ecliptic Longitude 
Matahari) pada FIB terkecil tersbut dengan data ELM pada satu jam 
berikutnya. 
 Menghitung sabaq Bulan (Kecepatan Bulan perjam), dengan cara 
menghitung selisih harga mutlak antara data ALB (Apparent Longitude 
Bulan) pada jam FIB terkecil tersebut dengan data ALB pada satu jam 
berikutnya. 
 Menghitung waktu ijtima’ (menurut GMT), dengan rumus: 
Ijtima’ = Jam FIB + (ELM – ALB) + 7 jam WIB 
SB – SM 
 Melacak data Ephemeris untuk memperkirakan matahari terbenam 
menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi. 
5 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 
hlm 155-159
5 
- Deklinasi Matahari (δo) pada kolom Apparent Declination 
Matahari. 
- Semi diameter Matahari (SDo) pada kolom Semi Diameter 
Matahari. 
- Equation of Time (e) pada kolom Equation of Time. 
 Menghitung tinggi Matahari (ho) dengan rumus : 
ho = - ( Dip + Refr + SD) 
 Menghitung sudut Waktu Matahari (to) taqribi dengan rumus : 
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo 
 Menghitung waktu matahari terbenam (ghurub) taqribi dengan rumus: 
Ghurub = pk. 12 + to 
 Menghitung sudut waktu Matahari (to) hakiki dengan rumus : 
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo 
 Menghitung waktu Matahari terbenam (ghurub) hakiki dengan rumus: 
Ghurub = pk. 12 + to 
 Menghitung azimut Matahari saat terbenam dengan rumus : 
Cotan Ao = tan δo x cos Φx : sin to – sin Φx : tan to 
Perhitungan waktu terbenam Matahari dan azimuthnya : 
Lokasi : Semarang 
Lintang tempat Semarang (Φ) : -7o 00’ LS 
Bujur tempat Semarang (λ) : 110o 24’ BT 
Tinggi tempat Semarang : 200 meter di atas permukaan laut 
1. Menghitung konversi tanggal 29 Żukaidah 1438/ 29 – 11 – 1438. 
Waktu yang dilalui 1alui 1437 th + 10 bulan + 29 hari 
1437 : 30 6 = 47 Daur + 27 Tahun 
47 daur x 106317 = 499657 hari 
6 1 siklus dalam tahun hijriyah yakni 30 tahun dengan 19 tahun bashitoh dan 11 tahun 
kabisat.
6 
27 th = (27x 354) + 10 = 9568 hari 
10 bln = (30x5) + (29x5) = 295 hari 
29 h = 29 hari + 
= 509549 hari 
Selisih M - H = 227016 hari 8 
Anggaran baru Gregorius ( 10 + 3 ) = 13 hari + 
= 736578 hari 
509549 : 79 = 72792, sisa 5 = Selasa (dimulai dari jum’at) 
509549 : 510 = 101909, sisa 4 = Wage (dimulai dari legi) 
736578 : 146111 = 504 siklus + 234 hari 
504 siklus = 504 x 4 = 2016 
234 hari = 7 bulan + 21 hari12 
Sehingga menjadi 21 hari + 7 bulan + 2016 tahun (yang sudah 
dilewati) maka menjadi 21 Agustus 201713 hari Selasa Wage. 
2. Mencari saat Ijtimak akhir Żulkaidah 1438. 
7 Jumlah hari dalam 1 siklus tahun hijriyah ( 30 tahun ) yakni 354 x 19 di tambah 355 x 
11. 
8 Ini jumlah hari dari penentuan 1 Muharram 1 H yakni 15 Juli 622 M ( 155 tahun kabisat, 
466 tahun bashitah (226820 hari ) + 181 (bulan juli) + 15 hari . 
9 Jumlah hari dalam satu minggu. 
10 Jumlah pasaran dalam satu minggu. 
11 Jumlah hari dalam 1 siklus tahun Masehi ( 1 kabisat 366 hari dan 3 tahun bashitah 
365 hari ). Dalam melihat sisa yang melebihi umur dalam setahun Miladi harus memperhatikan 
tahun basithah atau tahun kabisah. 
12 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 
hlm 109. 
13 Untuk mengetahui waktu yang sudah terlewati maka ditambah satu angka kecuali 
hari.
7 
a. FIB terkecil pada tanggal 21 Agustus 2017 adalah 0,00002 dalam 
tabel terjadi pada jam 18 GMT 
b. ELM14 ( Thul al-syamsi ) pada jam 18 GMT = 148o 52’ 09” 
c. ALB15 ( Thul al-qamar ) pada jam 18 GMT = 148o 34’ 18” 
d. Sabak matahari perjam = ELM 18 GMT = 148o 52’ 09” 
ELM 19 GMT = 148o 54’ 33” 
Sabak Matahari = 0o 2’ 24” 
e. Sabak bulan perjam = ALB 18 GMT = 148o 34’ 18” 
ALB 19 GMT = 149o 09’ 24” 
Sabak Bulan = 0o 35’ 06” 
f. Saat ijtima’ adalah jam FIB16 + (ELM – ALB) + 7 jam WIB 
(SB – SM) 
Perhitungannya = Jam 18 + 0o 32’ 45.14” + 7 jam WIB 
= 25j 32m 45.14d – 24j 
= 1j 32m 45.14d 
Jadi ijtima’ terjadi pada jam 1j 32m 45.14. Pada hari Rabu Kliwon 
22 Agustus 201717 
3. Menghitung tinggi Matahari saat terbenam : 
Lokasi : Semarang 
Lintang tempat Semarang (Φ) : -7o 00’ LS 
Bujur tempat Semarang (λ) = 110o 24’ BT 
Deklinasi (δo) pada jam 11 GMT18 = 11o 37’ 48” 
14 Ecliptic Longitude Matahari / Bujur Matahari / Taqwim / Thul syamsi: Jarak matahari 
dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. 
15 Apparent Longitude Bulan / Bujur Bulan / Taqwim / Thul qamar: Jarak bulan dari titik 
aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. 
16 Piringan bulan yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi. 
17 Karena hasil perhitungan ijtima’ lebih dari 24 jam maka hasil tersebut dikurangi ( -) 24 
jam sehingga hari dan pasaranpun bertambah satu hari.
8 
Equation of time pada jam 11 GMT = - 0j 2m 51d 
Dip (kerendahan ufuk) = 0o 1.76’ x √200 = 0o 24’ 53.41” 
Refraksi = 0o 34’ 30” 
Semi diameter = 0o 16’ 
KWD = 105o – 110o 24’ : 15 = - 0o 21’ 36” 
Perhitungannya : 
Rumus ho = - ( Dip + Refr + SD) 
= - (0o 24’ 53.41” + 0o 34’ 30” + 0o 
16’) 
= - 1o 15’ 23.41” 
4. Mencari sudut waktu Matahari (to) perkiraan ( taqribi) dan saat Matahari 
terbenam perkiraan (taqribi) 
- Perhitungan sudut waktu Matahari (to) perkiraan (taqribi) saat 
terbenam dengan rumus: 
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo 
= sin - 1o 15’ 23.41” : cos -7o 00’ : cos 11o 37’48” – tan - 
7o 00’ x tan 11o 37’ 48” 
= 89o 50’ 40” : 15 
= +5j 59m 22.67d 
- Perhitungan terbenam Matahari taqribi : 
Terbenam Matahari = pk. 12 + (+ 5j 59m 22.67d) 
= pk. 17j 59m 22.67d – e + ( BTd – BTx ) : 15 
= pk. 17j 59m 22.67d − (- 0j 2m 51d ) + 
(105o− 110o 24’) : 15 
= pk. 17o 40’ 37.67” WIB 
= pk. 17j 40m 38d WIB ( dibulatkan) 
18 Rata- rata terbenamnya matahari khususnya di Indonesia bagian barat jam 18 WIB (11 
GMT), maka dari itu menggunakan deklinasi dan equation of time pada jam 11, namun pada jam 
11 GMT masih menggunakan perhitungan taqriby.
9 
5. Mencari sudut waktu Matahari (to) sesungguhnya ( hakiki ) dan saat 
Matahari terbenam sesungguhnya ( hakiki ). 
a. Deklinasi Matahari (δo) pk. 17j 40m 38d WIB. Dengan rumus : 
δo = δo 
1 + k ( δo 
2 − δo 
1 ) 
δo 
1 ( pk.17 WIB/10 GMT ) = 11o 38’ 39” 
δo 
2 ( pk.18 WIB/11 GMT ) = 11o 37’ 48” 
k ( selisih waktu ) 19 = 00j 40m 38d 
δo = 11o 38’ 39”+ 00j 40m 38d x (11o 37’48” − 11o 38’ 39” 
= 11o 38’ 4.46” 
b. Equation of Time ( e ) pk. 17j 40m 38d. Dengan rumus : 
e = e1 + k ( e2 – e1 ) 
e1 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = - 0j 2m 52d 
e2 ( pk. pk.18 WIB/11 GMT ) = - 0 j 2 m 51 d 
k ( selisih waktu ) 20 = 00j 40m 38d 
e = - 0j 2m 52d + 00j 40m 38d x 
( - 0j 2m 51d – - 0j 2m 52d ) 
= - 0o 2’ 51.32” 
- Perhitungan sudut waktu Matahari (to) sesungguhnya ( hakiki ) saat 
terbenam dengan rumus : 
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo 
= sin - 1o 15’ 23.41” : cos -7o 00’ : cos 11o 
38’ 4.46” – tan -7o 00’ x tan 11o 38’ 4.46” 
= 89o 50’ 38.14” : 15 
= + 5j 59m 22.54d 
19 Diambil dari menit dan detik ghurub taqriby 
20 Diambil dari menit dan detik ghurub taqriby
10 
- Perhitungan terbenam Matahari hakiki : 
Terbenam Matahari = pk. 12 + ( + 5j 59m 22.54d ) 
= 17j 59m 22.54d WH – e + ( BTd – BTx ) 
= 17j 59m 22.54d – (- 0o 2’ 51.32”) + 
(105o− 110o 24’ ) : 15 
= 17j 40m 37.86d WIB 
Ghurub = 17j 40m 38d WIB ( dibulatkan ) 
6. Menghitung azimuth Matahari ( Azo ) saat ghurub pk. 17j 40m 38d WIB ( 
pk. 10j 40m 38d GMT ) dengan rumus : 
Cotan Ao = tan δo x cos Φx : sin to – sin Φx : tan to 
= tan 11o 38’ 4.46” x cos -7o 00’ : sin 89o 
50’ 38.14” – sin -7o 00’ : tan 89o 50’ 
38.14” 
= 78o 25’ 53.45” 
Azimut Matahari saat ghurub ( Azo ) = 360o − 78o 25’ 53.45” 
= 281o 34’ 6.55” ( dari arah 
utara searah jarum jam)

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a TERBENAM

Astronomi islam
Astronomi islamAstronomi islam
Astronomi islamAfra Fate
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxssuser9a63291
 
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxEPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxIsna83
 
konsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdfkonsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdfcyndimaulina
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009eli priyatna laidan
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyakipanji
 
Perhitungan awal bulan syawal 1434 h
Perhitungan awal bulan syawal 1434 hPerhitungan awal bulan syawal 1434 h
Perhitungan awal bulan syawal 1434 hviantika
 
tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)Ajeng Rizki Rahmawati
 
Laporan agroklimatologi penentuan waktu setempat
Laporan agroklimatologi penentuan waktu setempatLaporan agroklimatologi penentuan waktu setempat
Laporan agroklimatologi penentuan waktu setempatJoel mabes
 
Kuliah2. hdr
Kuliah2. hdrKuliah2. hdr
Kuliah2. hdrgahendra
 
212437478 astronomi-bola fadly gaulan
212437478 astronomi-bola fadly gaulan212437478 astronomi-bola fadly gaulan
212437478 astronomi-bola fadly gaulanfadlygaulan
 
Ilmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datarIlmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datarAika Hartini
 

Semelhante a TERBENAM (20)

Astronomi islam
Astronomi islamAstronomi islam
Astronomi islam
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptx
 
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxEPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
 
konsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdfkonsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdf
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Waktu shalat.ppt
Waktu shalat.pptWaktu shalat.ppt
Waktu shalat.ppt
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
 
Perhitungan awal bulan syawal 1434 h
Perhitungan awal bulan syawal 1434 hPerhitungan awal bulan syawal 1434 h
Perhitungan awal bulan syawal 1434 h
 
tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)
 
59511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-201059511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-2010
 
Laporan agroklimatologi penentuan waktu setempat
Laporan agroklimatologi penentuan waktu setempatLaporan agroklimatologi penentuan waktu setempat
Laporan agroklimatologi penentuan waktu setempat
 
Kuliah2. hdr
Kuliah2. hdrKuliah2. hdr
Kuliah2. hdr
 
A2 laporan asbol_18des
A2 laporan asbol_18desA2 laporan asbol_18des
A2 laporan asbol_18des
 
Ilmu Falak Urfi
Ilmu Falak UrfiIlmu Falak Urfi
Ilmu Falak Urfi
 
212437478 astronomi-bola fadly gaulan
212437478 astronomi-bola fadly gaulan212437478 astronomi-bola fadly gaulan
212437478 astronomi-bola fadly gaulan
 
Bola langit
Bola langitBola langit
Bola langit
 
Hisab waktu shalat
Hisab waktu shalatHisab waktu shalat
Hisab waktu shalat
 
Takor horison
Takor horisonTakor horison
Takor horison
 
Ilmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datarIlmu pelayaran datar
Ilmu pelayaran datar
 
Asbol.pptx
Asbol.pptxAsbol.pptx
Asbol.pptx
 

TERBENAM

  • 1. 2 BAB II PEMBAHASAN 1. Definisi Terbenam Matahari Matahari dan Bulan itu berbentuk bulat, tetapi menurut yang tampak kepada kita bentuk itu lebih mirip dengan semacam piringan bundar yang datar dan bergerak di langit. Dalam hal ini kita sering gunakan istilah piringan matahari dan piringan Bulan. Piringan itu tidak selalu sama besar sebagaimana yang kita lihat, hal itu dikarenakan oleh jarak Matahari dan Bulan dari Bumi tidak selalu sama besar. 1 Matahari terbenam apabila piringan Matahari sudah seluruhnya berada dibawah ufuk. Pada waktu itu garis ufuk bersinggungan dengan tepi piringan Matahari yang atas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di gambar berikut. 16’ Titik pusat Matahari sudah agak jauh dibawah ufuk, jarak dari garis ufuk ke titik pusat Matahari besarnya seperdua garis tengah (semi diameter) Matahari. Garis tengah (diameter) Matahari besarnya rata-rata 32’. Jadi, jarak pusat Matahari dari garis ufuk sebesar 1 ⁄2 x 32’ = 16’. Adapun definisi terbenam menurut Kamus Ensiklopedi Hisab Rukyat adalah apabila piringan atas (uper limb) bersinggungan dengan 1 Sa’adoeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tinta Mas, 1978, hlm 17
  • 2. 3 kaki langit. Dalam pengertian astronomi Matahari dan Bulan dikatakan terbenam apabila jarak zenitnya sama dengan 90° + Semi Diameter + Refraksi + Parallaks.2 2. Pengertian Azimut Matahari Azimut adalah jarak atau bujur pada bola langit yang dihitung dari titik utara melalui horizon sampai dengan proyeksi bintang.3 Dalam buku Ilmu Falak ( Teori dan Aplikasi), A. Jamil mengatakan bahwa Azimut sebuah benda langit adalah jarak dari titik utara ke lingkaran vertikal yang dilalui benda langit tersebut, diukur sepanjang lingkaran horizon searah perputaran jarum jam, yaitu melalui titik timur, titik selatan sampai titik ke barat.4 Sebuah benda langit yang berkulminasi, azimutnya ialah 0°, jika kedudukannya sebelah utara titik zenith. Azimutnya berjumlah 180°, jika kedudukannya sebelah selatan titik zenit. Azimut titik timur besarnya 90° sedangkan azimut titik barat 270°. Azimut terbit dan azimut terbenam Matahari senantiasa berubah dikarenakan deklinasi matahari setiap hari berubah pula. 2 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal 72. 3 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011, hlm 52 4 A. Jamil, Ilmu Falak (Teori & Praktek), Jakarta: Amzah, 2009, hlm 17
  • 3. 4 3. Perhitungan Matahari Terbenam dan Azimutnya pada Awal Bulan Żulhijah Tahun 1438. Untuk menghitung terbenamnya matahari dan besar azimutnya, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 5  Menentukan lokasi atau kota (cari dat lintang dan bujur tempat untuk lokasi yang bersangkutan serta tinggi tempat dari permukaan air laut).  Menentukan awal bulan apa dan tahun berapa Hijriyah yang akan kita hitung.  Mengkonversikan tanggal, bulan serta tahun yang akan kita hitung.  Menyiapkan data astronomis pada tanggal masehi yang telah kita konversikan sebelumya, untuk mengetahui kapan terjadi FIB (Fraction Illumination Bulan) terkecil.  Melacak FIB terkecil pada tanggal yang bersangkutan akan terjadi pada jam berapa dalam waktu Greenwich.  Menghitung sabaq matahari (kecepatan matahari perjam), dengan cara menghitung selisih harga mutlak antara data ELM (Ecliptic Longitude Matahari) pada FIB terkecil tersbut dengan data ELM pada satu jam berikutnya.  Menghitung sabaq Bulan (Kecepatan Bulan perjam), dengan cara menghitung selisih harga mutlak antara data ALB (Apparent Longitude Bulan) pada jam FIB terkecil tersebut dengan data ALB pada satu jam berikutnya.  Menghitung waktu ijtima’ (menurut GMT), dengan rumus: Ijtima’ = Jam FIB + (ELM – ALB) + 7 jam WIB SB – SM  Melacak data Ephemeris untuk memperkirakan matahari terbenam menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi. 5 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, hlm 155-159
  • 4. 5 - Deklinasi Matahari (δo) pada kolom Apparent Declination Matahari. - Semi diameter Matahari (SDo) pada kolom Semi Diameter Matahari. - Equation of Time (e) pada kolom Equation of Time.  Menghitung tinggi Matahari (ho) dengan rumus : ho = - ( Dip + Refr + SD)  Menghitung sudut Waktu Matahari (to) taqribi dengan rumus : Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo  Menghitung waktu matahari terbenam (ghurub) taqribi dengan rumus: Ghurub = pk. 12 + to  Menghitung sudut waktu Matahari (to) hakiki dengan rumus : Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo  Menghitung waktu Matahari terbenam (ghurub) hakiki dengan rumus: Ghurub = pk. 12 + to  Menghitung azimut Matahari saat terbenam dengan rumus : Cotan Ao = tan δo x cos Φx : sin to – sin Φx : tan to Perhitungan waktu terbenam Matahari dan azimuthnya : Lokasi : Semarang Lintang tempat Semarang (Φ) : -7o 00’ LS Bujur tempat Semarang (λ) : 110o 24’ BT Tinggi tempat Semarang : 200 meter di atas permukaan laut 1. Menghitung konversi tanggal 29 Żukaidah 1438/ 29 – 11 – 1438. Waktu yang dilalui 1alui 1437 th + 10 bulan + 29 hari 1437 : 30 6 = 47 Daur + 27 Tahun 47 daur x 106317 = 499657 hari 6 1 siklus dalam tahun hijriyah yakni 30 tahun dengan 19 tahun bashitoh dan 11 tahun kabisat.
  • 5. 6 27 th = (27x 354) + 10 = 9568 hari 10 bln = (30x5) + (29x5) = 295 hari 29 h = 29 hari + = 509549 hari Selisih M - H = 227016 hari 8 Anggaran baru Gregorius ( 10 + 3 ) = 13 hari + = 736578 hari 509549 : 79 = 72792, sisa 5 = Selasa (dimulai dari jum’at) 509549 : 510 = 101909, sisa 4 = Wage (dimulai dari legi) 736578 : 146111 = 504 siklus + 234 hari 504 siklus = 504 x 4 = 2016 234 hari = 7 bulan + 21 hari12 Sehingga menjadi 21 hari + 7 bulan + 2016 tahun (yang sudah dilewati) maka menjadi 21 Agustus 201713 hari Selasa Wage. 2. Mencari saat Ijtimak akhir Żulkaidah 1438. 7 Jumlah hari dalam 1 siklus tahun hijriyah ( 30 tahun ) yakni 354 x 19 di tambah 355 x 11. 8 Ini jumlah hari dari penentuan 1 Muharram 1 H yakni 15 Juli 622 M ( 155 tahun kabisat, 466 tahun bashitah (226820 hari ) + 181 (bulan juli) + 15 hari . 9 Jumlah hari dalam satu minggu. 10 Jumlah pasaran dalam satu minggu. 11 Jumlah hari dalam 1 siklus tahun Masehi ( 1 kabisat 366 hari dan 3 tahun bashitah 365 hari ). Dalam melihat sisa yang melebihi umur dalam setahun Miladi harus memperhatikan tahun basithah atau tahun kabisah. 12 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, hlm 109. 13 Untuk mengetahui waktu yang sudah terlewati maka ditambah satu angka kecuali hari.
  • 6. 7 a. FIB terkecil pada tanggal 21 Agustus 2017 adalah 0,00002 dalam tabel terjadi pada jam 18 GMT b. ELM14 ( Thul al-syamsi ) pada jam 18 GMT = 148o 52’ 09” c. ALB15 ( Thul al-qamar ) pada jam 18 GMT = 148o 34’ 18” d. Sabak matahari perjam = ELM 18 GMT = 148o 52’ 09” ELM 19 GMT = 148o 54’ 33” Sabak Matahari = 0o 2’ 24” e. Sabak bulan perjam = ALB 18 GMT = 148o 34’ 18” ALB 19 GMT = 149o 09’ 24” Sabak Bulan = 0o 35’ 06” f. Saat ijtima’ adalah jam FIB16 + (ELM – ALB) + 7 jam WIB (SB – SM) Perhitungannya = Jam 18 + 0o 32’ 45.14” + 7 jam WIB = 25j 32m 45.14d – 24j = 1j 32m 45.14d Jadi ijtima’ terjadi pada jam 1j 32m 45.14. Pada hari Rabu Kliwon 22 Agustus 201717 3. Menghitung tinggi Matahari saat terbenam : Lokasi : Semarang Lintang tempat Semarang (Φ) : -7o 00’ LS Bujur tempat Semarang (λ) = 110o 24’ BT Deklinasi (δo) pada jam 11 GMT18 = 11o 37’ 48” 14 Ecliptic Longitude Matahari / Bujur Matahari / Taqwim / Thul syamsi: Jarak matahari dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. 15 Apparent Longitude Bulan / Bujur Bulan / Taqwim / Thul qamar: Jarak bulan dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. 16 Piringan bulan yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi. 17 Karena hasil perhitungan ijtima’ lebih dari 24 jam maka hasil tersebut dikurangi ( -) 24 jam sehingga hari dan pasaranpun bertambah satu hari.
  • 7. 8 Equation of time pada jam 11 GMT = - 0j 2m 51d Dip (kerendahan ufuk) = 0o 1.76’ x √200 = 0o 24’ 53.41” Refraksi = 0o 34’ 30” Semi diameter = 0o 16’ KWD = 105o – 110o 24’ : 15 = - 0o 21’ 36” Perhitungannya : Rumus ho = - ( Dip + Refr + SD) = - (0o 24’ 53.41” + 0o 34’ 30” + 0o 16’) = - 1o 15’ 23.41” 4. Mencari sudut waktu Matahari (to) perkiraan ( taqribi) dan saat Matahari terbenam perkiraan (taqribi) - Perhitungan sudut waktu Matahari (to) perkiraan (taqribi) saat terbenam dengan rumus: Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo = sin - 1o 15’ 23.41” : cos -7o 00’ : cos 11o 37’48” – tan - 7o 00’ x tan 11o 37’ 48” = 89o 50’ 40” : 15 = +5j 59m 22.67d - Perhitungan terbenam Matahari taqribi : Terbenam Matahari = pk. 12 + (+ 5j 59m 22.67d) = pk. 17j 59m 22.67d – e + ( BTd – BTx ) : 15 = pk. 17j 59m 22.67d − (- 0j 2m 51d ) + (105o− 110o 24’) : 15 = pk. 17o 40’ 37.67” WIB = pk. 17j 40m 38d WIB ( dibulatkan) 18 Rata- rata terbenamnya matahari khususnya di Indonesia bagian barat jam 18 WIB (11 GMT), maka dari itu menggunakan deklinasi dan equation of time pada jam 11, namun pada jam 11 GMT masih menggunakan perhitungan taqriby.
  • 8. 9 5. Mencari sudut waktu Matahari (to) sesungguhnya ( hakiki ) dan saat Matahari terbenam sesungguhnya ( hakiki ). a. Deklinasi Matahari (δo) pk. 17j 40m 38d WIB. Dengan rumus : δo = δo 1 + k ( δo 2 − δo 1 ) δo 1 ( pk.17 WIB/10 GMT ) = 11o 38’ 39” δo 2 ( pk.18 WIB/11 GMT ) = 11o 37’ 48” k ( selisih waktu ) 19 = 00j 40m 38d δo = 11o 38’ 39”+ 00j 40m 38d x (11o 37’48” − 11o 38’ 39” = 11o 38’ 4.46” b. Equation of Time ( e ) pk. 17j 40m 38d. Dengan rumus : e = e1 + k ( e2 – e1 ) e1 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = - 0j 2m 52d e2 ( pk. pk.18 WIB/11 GMT ) = - 0 j 2 m 51 d k ( selisih waktu ) 20 = 00j 40m 38d e = - 0j 2m 52d + 00j 40m 38d x ( - 0j 2m 51d – - 0j 2m 52d ) = - 0o 2’ 51.32” - Perhitungan sudut waktu Matahari (to) sesungguhnya ( hakiki ) saat terbenam dengan rumus : Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo = sin - 1o 15’ 23.41” : cos -7o 00’ : cos 11o 38’ 4.46” – tan -7o 00’ x tan 11o 38’ 4.46” = 89o 50’ 38.14” : 15 = + 5j 59m 22.54d 19 Diambil dari menit dan detik ghurub taqriby 20 Diambil dari menit dan detik ghurub taqriby
  • 9. 10 - Perhitungan terbenam Matahari hakiki : Terbenam Matahari = pk. 12 + ( + 5j 59m 22.54d ) = 17j 59m 22.54d WH – e + ( BTd – BTx ) = 17j 59m 22.54d – (- 0o 2’ 51.32”) + (105o− 110o 24’ ) : 15 = 17j 40m 37.86d WIB Ghurub = 17j 40m 38d WIB ( dibulatkan ) 6. Menghitung azimuth Matahari ( Azo ) saat ghurub pk. 17j 40m 38d WIB ( pk. 10j 40m 38d GMT ) dengan rumus : Cotan Ao = tan δo x cos Φx : sin to – sin Φx : tan to = tan 11o 38’ 4.46” x cos -7o 00’ : sin 89o 50’ 38.14” – sin -7o 00’ : tan 89o 50’ 38.14” = 78o 25’ 53.45” Azimut Matahari saat ghurub ( Azo ) = 360o − 78o 25’ 53.45” = 281o 34’ 6.55” ( dari arah utara searah jarum jam)