SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 15
Baixar para ler offline
J. Indones. Math. Soc. (MIHMI)
Vol. xx, No. xx (20xx), pp. xx–xx.




    UJI LINEARITAS TIPE LAGRANGE
 MULTIPLIER DENGAN EKSPANSI TAYLOR
 UNTUK DETEKSI HUBUNGAN NONLINEAR
        PADA DATA TIME SERIES


                         SUBANAR and SUHARTONO

       Abstract. This paper discusses some latest progress on nonlinear time series analy-
       sis, particularly about linearity tests that developed based on concepts from theory of
       neural networks. These statistics tests are for preliminary identification whether a non-
       linear model must be used to analyze a time series. In general, there are two kinds of
       the neural networks linearity tests which are included a Lagrange Multiplier (LM) test,
       those are White test and Terasvirta test. Both of these tests are derived from the same
       single-hidden-layer neural networks. White test is based on the random sampling of the
       parameter values of neural networks model, whereas Terasvirta test is using Taylor ex-
       pansion. This research is focused on the Terasvirta test. Here, the theoretical study
       is considered and also the possibility to develop a new statistics test for linearity using
       neural networks is discussed. Finally, simulation study is used to evaluate the power of
       the test and to compare to the result of White test. The result of the simulation study
       shows that Terasvirta test is more effective than White test to detect nonlinearity in time
       series.




                                     1. PENDAHULUAN

      Pada beberapa dekade terakhir ini, pemodelan yang digunakan untuk menje-
laskan hubungan nonlinear antar variabel dan beberapa prosedur pengujian untuk
Received dd-mm-yyyy, Accepted dd-mm-yyyy.
2000 Mathematics Subject Classification:
Key words and Phrases: Neural networks, Lagrange Multiplier test, Terasvirta test, nonlinear time
series


                                                   1
2                             Subanar and Suhartono


 mendeteksi adanya keterkaitan nonlinear mengalami perkembangan yang sangat
 pesat. Sebagai overview hal ini dapat dilihat pada [5]. Perkembangan yang pe-
 sat ini juga terjadi dalam pemodelan statistik, khususnya model-model untuk time
 series dan ekonometrika. Banyak tipe model yang sudah dikembangkan untuk pe-
 modelan time series yang nonlinear, parametrik maupun nonparametrik.
        Pemodelan time series yang dibahas di sini dikonsentrasikan pada suatu kon-
 disi khusus, yaitu hanya satu variabel dependen yt . Misalkan wt adalah suatu
 himpunan informasi yang didefinisikan

                    wt = {yt−j , j > 0; xt−i , i ≥ 0}, t = 1, 2, . . . , n        (1)
 yang menyatakan semua variabel lag yt dan suatu vektor dari variabel eksogen
 xt . Proses pemodelan bertujuan mendapatkan suatu pendekatan yang baik untuk
 f (wt ) sedemikian hingga

                                    E[yt |wt ] = f (wt ).                         (2)

       Strategi pemodelan yang banyak dilakukan pada time series nonlinear adalah:

 (i) Uji linearitas yt dengan menggunakan informasi wt .
     Banyak kemungkinan bentuk dari nonlinearitas, dan rupanya tidak ada satu
     tes yang mampu melakukan semua kemungkinan nonlinear tersebut, sehingga
     beberapa tes mungkin diperlukan.

(ii) Jika linearitas ditolak, gunakan beberapa model parametrik alternatif
     dan/atau model-model nonparametrik.
     Hasil uji linearitas juga mungkin memberikan petunjuk tentang model nonlinear
     yang sebaiknya digunakan.

(iii) Model-model tersebut selanjutnya diestimasi dalam sampel (in-sample)
      dan dibandingkan pada data validasi (out-of-sample)
      Sifat-sifat dari model taksiran harus diselidiki dan divalidasi. Jika suatu model
      tunggal terbaik yang dibutuhkan, maka model yang memberikan hasil out-of-
      sample terbaik yang dipilih, dan kemudian lakukan estimasi kembali pada semua
      datum yang ada.

 Strategi ini tidak memberikan jaminan kesuksesan. Sebagai contoh, jika nonlin-
 earitas yang ada suatu bentuk nonlinear tertentu dari data dan bentuk ini tidak
 terjadi pada periode evaluasi setelah sampel, maka model nonlinear tidak akan
 memberikan hasil yang lebih baik daripada model linear.
        Banyak model nonlinear yang digunakan untuk menyelesaikan suatu data
 time series. Menurut Terasvitra dkk. [14], secara umum model-model nonlinear
 terbagi dalam tiga kelompok, yaitu model-model dari teori time series, model-model
 statistik parametrik yang fleksibel dan model-model nonparametrik. Model linear
 autoregresif, moving average, dan fungsi transfer adalah model-model yang popu-
 ler dalam literatur time series sebagai hasil kerja dari Box dan Jenkins [3]. Dalam
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                                  3

perkembangannya, telah ada berbagai variasi dari generalisasi model linear terse-
but dalam bentuk-bentuk nonlinear. Beberapa model yang termasuk di dalam-
nya adalah model autoregresi nonlinear, model fungsi transfer nonlinear, model
bilinear (lihat [11]), model moving average nonlinear, dan model-model stokastik
ganda (lihat [15]). Model trigonometri dan model neural networks adalah model-
model kelompok statistik parametrik yang fleksibel. Sedangkan model-model non-
parametrik mencakup model-model yang dikembangkan dari fungsi penghalus atau
metode kernel.



     2. UJI LINEARITAS TIPE LAGRANGE MULTIPLIER (LM)
                 DENGAN EKSPANSI TAYLOR

       Perhatikan model nonlinear

                                    yt = ϕ(γ ′ wt ) + β ′ wt + ut                                   (3)

dengan ut ∼ nid(0, σ 2 ), wt = (1, wt )′ , wt = (yt−1 , . . . , yt−p )′ , β = (β0 , β1 , . . . , βp )′ ,
                                           ′
           ′ ′                          ′
γ = (γ0 , γ ) dan γ = (γ1 , . . . , γp ) . Dalam model (3) ini, wt dibatasi hanya variabel
lag yt dan tidak melibatkan variabel eksogen xt . Misal diberikan

                                      ϕ(γ ′ wt ) = θ0 ψ(γ ′ wt ),                                   (4)

dengan (lihat [13])
                                                            1
                             ψ(γ ′ wt ) = {1 + exp(−γ ′ wt )}−1 −                (5)
                                                            2
Dengan demikian persamaan (3) dapat diinterpretasikan sebagai suatu model au-
toregresi nonlinear dengan kostanta β0 + θ0 ψ(γ ′ wt ), yang variatif terhadap waktu
dan berubah secara halus dari (β0 − θ0 /2) ke (β0 + θ0 /2) dengan γ ′ wt .
      Model (3) adalah kasus khusus dari model neural networks dengan satu layer
tersembunyi, yaitu (lihat [13])
                                            q
                                                               1
                           yt = β ′ wt +               ′
                                               θ0j {ψ(γj wt ) − } + ut ,                            (6)
                                           j=1
                                                               2

dengan q adalah banyaknya unit neuron pada layer tersembunyai. Secara visual,
arsitektur dari model neural networks ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar
1.
      Perhatikan persamaan (3) dengan (4) dan uji hipotesis bahwa yt adalah linear,
yaitu yt = β ′ wt +ut dengan asumsi bahwa proses stasioner. Jadi hipotesis nol dapat
didefinisikan sebagai H0 : θ0 = 0. Untuk model (6) hipotesis nolnya

                                H0 : θ01 = θ02 = · · · = θ0q = 0,

yang disebut hipotesis linearitas dari uji neural networks melawan nonlinearitas
yang terabaikan (lihat [7]) dan [16]). Selanjutnya, jika diberikan bahwa ψ(0) = 0
4                              Subanar and Suhartono


maka hal ini berimplikasi pada kemungkinan lain untuk hipotesis nol untuk linear-
itas, yaitu
                                    ∗
                                  H0 : γ = 0                                  (7)
melawan hipotesis alternatif γ = 0.




Gambar 1: Arsitektur model neural networks satu layer tersembunyi pada persamaan (6),
dengan γj adalah bobot-bobot yang diproses bersama dengan input-input pada fungsi ak-
tifasi logistik sigmoid di layer tersembunyi, θ0j adalah bobot-bobot yang diproses bersama
output dari layer tersembunyi pada fungsi linear di layer output, dan β ′ adalah bobot-
bobot yang diproses bersama dengan input-input pada fungsi linear di layer output.


       Hipotesis (7) memberikan suatu titik awal yang menarik untuk mempela-
jari permasalahan uji linearitas dalam kerangka pengujian LM. Perhatikan kembali
bahwa model (3) hanya diidentifikasi di bawah alternatif γ = 0. Seperti Saikkonen
dan Luukkonen [10] dan Luukkonen dkk. [8], tulisan ini mencoba menyelesaikan
masalah ini dengan mengganti ϕ dalam (3) dengan pendekatan ekspansi Taylor
pada γ = 0. Pendekatan ekspansi Taylor yang paling mudah adalah suatu pen-
dekatan order pertama. Dari (4) dan (5) dapat ditunjukkan bahwa
                           ∂ψ(γ ′ wt )                         1
                                               = ψ ′ (0)wt =     wt                   (8)
                             ∂γ          γ=0                   4

      Dengan demikian pendekatan ekspansi Taylor orde pertama, yang dinotasikan
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                                 5

dengan t1 , yaitu θ0 t1 (γ ′ wt ) = θ0 ψ ′ (0)γ ′ wt = 1 θ0 γ ′ wt bergabung dengan bagian li-
                                                       4
near dari model (3), sehingga semua informasi tentang nonlinearitas tereliminir.
Hal ini merupakan cara lain untuk melihat bahwa (3) dengan (4) dan model linear
autoregresi order p adalah alternatif yang secara lokal sama dengan dasar (7).
       Untuk mengatasi permasalahan tereliminasinya informasi tentang nonlinear-
itas di atas, dilakukan hal seperti dalam Luukkonen dkk. [8] dan gantikan ψ dalam
(3) melalui pendekatan ekspansi Taylor dengan orde yang lebih tinggi, orde ketiga,
yang dinotasikan dengan t3 untuk menurunkan suatu uji yang tepat. Diberikan
                                                 p                    p    p
                       ′                              ∂ψ(0)      1             ∂ 2 ψ(0)
                  t3 (γj wt ) = ψ(0) +                      γi +
                                                i=0
                                                       ∂γi       2   i=0 j=0
                                                                               ∂γi ∂γj

                                        p   p    p
                                   1                   ∂ 3 ψ(0)
                               +                                  γi γj γk                        (9)
                                   6   i=0 j=0 k=0
                                                      ∂γi ∂γj ∂γk

dan gantikan ψ dalam (3) oleh (8). Dengan substitusi tersebut akan diperoleh

         ∂2ψ       {exp(−γ ′ wt ) − exp(−2γ ′ wt )}
                =−                                  yt−i yt−j untuk i, j ≥ 1,
        ∂γi ∂γj         {1 + exp(−γ ′ wt )}3

dan
        ∂ 3ψ       {exp(−γ ′ wt ) − 4 exp(−2γ ′ wt ) + exp(−3γ ′ wt )}
                =−                                                     yt−i yt−j yt−k
    ∂γi ∂γj ∂γk                   {1 + exp(−γ ′ wt )}4

untuk i, j, k ≥ 1. (Lihat [12] untuk bukti penjabaran penurunannya)
     Dari hasil-hasil penjabaran di atas, pendekatan ekspansi Taylor pada γ = 0
akan menghasilkan

                      ∂ 2 ψ(0)    {exp(0) − exp(0)}
                               =−                   yt−i yt−j = 0,
                      ∂γi ∂γj      {1 + exp(−0)}3

dan


            ∂ 3 ψ(0)          {exp(0) − 4 exp(0) + exp(0)}
                           = −                                yt−i yt−j yt−k
           ∂γi ∂γj ∂γk                {1 + exp(0)}4
                              1
                           = − yt−i yt−j yt−k , untuk i, j, k ≥ 1.
                              8
                                             ∂ 3 ψ(0)          1
Jika i, j ≥ 1 dan k = 0 diperoleh           ∂γi ∂γj ∂γk    = − 8 yt−i yt−j .
      Dengan demikian, model (3) menjadi
                       p   p                           p    p   p
      yt = β ′ wt +             δij yt−i yt−j +                     δijk yt−i yt−j yt−k + ut ,   (10)
                      i=1 j=i                         i=1 j=i k=j
6                                Subanar and Suhartono


 dengan β adalah gabungan antara β dengan koefisien-koefisien bagian linear hasil
 pendekatan Taylor orde pertama, δij = dij θ0 γi γj , dan δijk = dijk θ0 γi γj γk dengan
                      1
 dij = dijk = − 48 . Jika γ0 = 0 adalah suatu informasi dari model, sehingga
 γ ′ wt = γ ′ wt (bagian eksponensial tidak mengandung suatu kostanta), maka δij = 0
 untuk semua i, j. Dalam kasus ini, persamaan (10) tidak mempunyai suku orde
 kedua. Hipotesis nol yang bersesuaian dengan (7) adalah
        ∗
       H0 : δij = 0, δijk = 0 untuk i = 1, . . . , p; j = 1, . . . , p; k = j, . . . , p.

       Dengan demikian, uji linearitas tipe LM melawan (3) terdiri dari deret orde
 ketiga dari ekspansi Volterra (lihat [9]) suatu fungsi nonlinear. Dalam hal ini, uji
 hipotesis nolnya menyatakan bahwa koefisien-koefisien dari suku-suku kuadratik
 dan kubik adalah sama dengan nol. Jika ada argumen yang menyatakan bahwa
 fungsi tidak mengandung suatu kostanta, maka dalam hal ini tidak ada suku
 kuadratik dalam ekspansi Taylor pada γ = 0.
       Selanjutnya, perhatikan bahwa (6) merupakan bentuk dasar dari uji neural
 networks. Jika q > 1, (6) tidak secara global dapat diidentifikasi di bawah hipotesis
 nol
                                  ∗
                                H0 : γ1 = · · · = γq = 0                        (11)
 ataupun di bawah hipotesis alternatif bahwa hipotesis nol adalah tidak benar. Su-
 atu konsekuensi dari ini adalah kenyataan bahwa penurunan suatu uji yang dapat
 diterapkan untuk hipotesis nol pada (11) mengikuti argumen di atas menghasilkan
 (10) dengan
                       q                                     q
              δij =         dij θ0 γhi γhj γh0 dan δijk =         dijk θ0 γhi γhj γhk .
                      h=1                                   h=1

 Dengan demikian, uji linearitas berdasarkan dual (suku kuadratik dan kubik) dari
 ekspansi Volterra tetap tidak berubah ketika proses pembangkitan data adalah
 seperti (6) pengganti dari (3)
       Uji ini tidak selalu tergantung pada asumsi bahwa fungsi ”squashing” dalam
 model neural networks adalah logistik. Seperti yang telah dikerjakan Lukkonen
 dkk. [8], uji yang sama akan dapat diperoleh dengan asumsi bahwa
(i) ψ(γ ′ wt ) dalam (4) adalah suatu fungsi terbatas, ganjil, naik secara monoton
    dengan suatu turunan ketiga berhingga pada suatu persekitaran dari daerah
    asal, dan
(ii) ψ(0) = 0, dan turunan parsial pertama dan ketiga dari ψ pada nol adalah tidak
     sama dengan nol.
 Hal ini berimplikasi bahwa uji tersebut mempunyai kuasa (power) dibanding bebe-
 rapa model nonlinear, tidak hanya satu bentuk nonlinearitas yang dicirikan dengan
 fungsi logistik. Fungsi logistik yang digunakan dalam menurunkan uji disini dise-
 babkan karena fungsi tersebut yang dipakai pada (6).
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                          7

      3. UJI LINEARITAS TIPE LAGRANGE MULTIPLIER (LM)
                   DENGAN SAMPLING ACAK

      Uji neural networks dalam White [16] dan Lee dkk. [7] adalah suatu uji lain
 untuk linearitas melawan (6), yaitu
                                          q
                                                             1
                         yt = β ′ wt +               ′
                                             θ0j {ψ(γj wt ) + } + ut .
                                         j=1
                                                             2

 Hipotesis nolnya adalah

                                H0 : θ01 = θ02 = · · · θ0q = 0                           (12)

 Permasalahan identifikasi di atas diselesaikan dengan menetapkan nilai-nilai dari
                                              ′
 γ1 , . . . , γq sehingga nilai-nilai dari ψ(γj wt ) dapat dihitung. Hal ini dilakukan melalui
 penentuan vektor-vektor itu secara acak dari suatu distribusi yang mungkin. Se-
 bagai contoh, Lee dkk. [7] menggunakan suatu ditribusi uniform. Karena variabel-
                   ′
 variabel ψ(γj wt ) dimungkinkan sangat berkorelasi, Lee dkk. [7] menerapkan suatu
 transformasi komponen utama menjadi
                               ¯
                               ψt = [ψ(γ1 wt ), . . . , ψ(γq wt )]′
                                        ′                  ′


 dan menggunakan dua komponen utama yang ortonormal ke dalam bagian linear
 dari model pada regresi tambahan untuk uji linearitas.
       Implementasi praktis dari uji linearitas, merupakan tipe LM yang dikenalkan
 oleh Lee dkk. [7], dan yang dikenalkan oleh Terasvirta dkk. [13], dapat dilakukan
 melalui dua statistik uji, yaitu uji χ2 atau uji F . Prosedur untuk mendapatkan uji
 χ2 adalah sebagai berikut:
 (i) Regresikan yt pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan hitung residual ut = yt − yt .
                                                                   ˆ         ˆ
(ii) Regresikan ut pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan m prediktor tambahan, dan kemu-
                  ˆ
     dian hitung koefisien determinasi dari regresi R2 . Pada uji yang dikenalkan oleh
                                                                       ′
     Lee dkk. [7], m prediktor tambahan ini adalah nilai-nilai dari ψ(γj wt ) pada per-
     samaan (6). Selanjutnya pada uji Terasvirta dkk. [13] ini adalah suku kuadratik
     dan kubik yang merupakan hasil dari pendekatan ekspansi Taylor seperti yang
     telah dijelaskan pada bagian 3 persamaan (10) sebelumnya.
(iii) Hitung χ2 = nR2 , dengan n adalah banyaknya pengamatan yang digunakan.
 Dibawah hipotesis linearitas, χ2 mendekati distribusi χ2 (m), dengan m adalah
 banyaknya prediktor tambahan. Kajian teoritik berkaitan dengan pendekatan
                d
 asimtotis nR2 −→ χ2 dapat dilihat pada [17].
       Sedangkan prosedur uji F untuk uji linearitas tipe LM ini adalah sebagai
 berikut:
 (i) Regresikan yt pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan hitung nilai-nilai residual ut dan hitung
                                                                               ˆ
     jumlah kuadrat residual SSR0 = u2 .       ˆ1
8                             Subanar and Suhartono


(ii) Regresikan ut pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan m prediktor tambahan, dan kemudian
                  ˆ
                      ˆ     ˆ   ˆ
     hitung residual vt = ut − ut dan jumlah kuadrat residual SSR1 =
                                ˆ                                              ˆ2
                                                                               v1 . (m
     dan prediktor-prediktor yang terlibat bervariasi untuk suatu uji dengan uji yang
     lain, seperti yang ditunjukkan pada bagian sebelumnya).

(iii) Hitung
                                        (SSR0 − SSR1 )/m
                                 F =                         ,                    (13)
                                       SSR1 /(n − p − 1 − m)
     dengan n adalah banyaknya pengamatan yang digunakan.

 Dibawah hipotesis linearitas, F mendekati distribusi F dengan derajat bebas m
 dan (n − p − 1 − m). Penggunaan dari uji F menggantikan uji χ2 ini didasarkan
 oleh rekomendasi dari teori asimtotis dalam sampel kecil, yaitu karena uji ini mem-
 punyai sifat-sifat kuasa dan ukuran yang baik (lihat[6]).


                          4. DESAIN STUDI SIMULASI

       Studi simulasi yang dilakukan difokuskan pada perbandingan kuasa (power)
 antara kedua uji linearitas tipe LM yang dibahas sebelumnya, yaitu uji Terasvirta
 dan uji White. Isu yang akan dikaji dalam studi simulasi ini adalah bagaimana
 perbandingan kuasa kedua uji itu pada model-model linear dan nonlinear.
       Eksperimen Monte Carlo secara umum berupa dua kelompok pembangkitan
 data univariat, yaitu linear dan nonlinear. Model-model linear yang dipilih dalam
 eksperimen ini adalah model Autoregresi orde 2 atau AR(2) dan model Gerak Acak.
 Model AR(2) mewakili kelompok model linear ARIMA dan dalam hal ini dipilih
 koefisien 1,2 dan -0,6 yang memenuhi syarat stasioneritas. Sedangkan model Gerak
 Acak mewakili kelompok model linear yang tidak memenuhi syarat stasioner.
       Ada dua model nonlinear yang digunakan dalam studi simulasi ini yaitu model
 Logistic Smooth Transition Autoregressive (LSTAR) dan Exponential Smooth Tran-
 sition Autoregressive (ESTAR). Model LSTAR yang digunakan secara umum mem-
 punyai bentuk yang sama dengan yang telah digunakan oleh Terasvirta dkk. [13].
 Sedangkan model ESTAR yang dipilih adalah model yang mempunyai bentuk yang
 sama dengan yang digunakan oleh Connor dkk. [4]. Perbedaan kedua model ini
 adalah terletak pada besarnya nilai-nilai parameter yang digunakan.
       Secara lengkap model linear dan nonlinear yang digunakan dalam studi si-
 mulasi ini adalah:

 a Kelompok model linear

     (i) Model AR(2) : yt = 1.2yt−1 − 0.6yt−2 + ut , dengan ut ∼ nid(0, 0.52 ).
     (ii) Gerak Acak: yt = yt−1 + ut , dengan ut ∼ nid(0, 0.52 ).

 b Kelompok model nonlinear
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                     9

   (i) Model LSTAR:
               yt = 1.2yt−1 − 0.6yt−2 + (θ0 − 0.9yt−1 + 0.795yt−2)F (yt−1 ) + ut
       dengan F (yt−1 ) = [1 + exp{−γ(yt−1 − 0.02)}]−1 , θ0 = 0.02, γ = 100,
       dan ut ∼ nid(0, 0.052).

  (ii) Model ESTAR:
                 yt = 6.5yt−1 . exp(−0.25yt−1) + ut dengan ut ∼ nid(0, 0.52 )
                                          2


Untuk masing-masing model, besar ukuran sampel yang digunakan adalah 200.
Studi simulasi ini dilakukan dengan menggunakan program R.


         5. DATA HASIL STUDI SIMULASI MODEL LINEAR

      Ilustrasi grafik yang berupa plot time series dan plot data dengan lag-lagnya
dari hasil simulasi untuk kelompok model linear dapat dilihat pada Gambar 2 un-
tuk model AR(2) dan Gambar 3 untuk model Gerak Acak.




Gambar 2: Plot time series data (2a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 2b dengan
lag 1, 2c dengan lag 2, 2d dengan lag 3, dan 2e dengan lag 4, dari data simulasi AR(2).


     Dari Gambar 2a dapat dilihat bahwa data relatif stasioner dan hal ini sesuai
dengan yang dipostulatkan. Berdasarkan plot lag-lagnya, yaitu Gambar 2b sampai
10                            Subanar and Suhartono


dengan 2e, dapat dijelaskan bahwa lag-lag yang relatif kuat berhubungan linear
dengan kejadian pada waktu ke-t, yt , adalah lag 1 dan 2, atau yt−1 dan yt−2 .




Gambar 3: Plot time series data (3a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 3b dengan
lag 1, 3c dengan lag 2, 3d dengan lag 3, dan 3e dengan lag 4, dari data Gerak Acak.


      Hasil pada gambar 3a menunjukkan bahwa pola data tidak stasioner dan dari
Gambar 3b sampai dengan 3e terlihat jelas bahwa ada hubungan linear yang san-
gat kuat antara lag 1, 2, 3 dan 4, atau yt−1 , yt−2 , yt−3 dan yt−4 , dengan kejadian
pada waktu ke-t atau yt . Adanya hubungan yang sangat kuat terutama antara yt−1
dengan yt menunjukkan bahwa hasil simulasi telah sesuai dengan postulat model
yang sebenarnya, dimana hanya lag 1 yang ada dalam model.


      6. DATA HASIL STUDI SIMULASI MODEL NONLINEAR

      Gambar 4 dan 5 adalah hasil ilustrasi grafik yang berupa plot time series
data dan plot data dengan lag-lagnya dari simulasi untuk kelompok model non-
linear. Dari Gambar 4a dapat dilihat bahwa pola data fluktuatif di sekitar angka
nol. Secara visual pola data terlihat stasioner dan sulit membedakan dengan model
linear pada Gambar 2a sebelumnya. Begitu juga dengan visualisasi data dengan
lag-lagnya mengindikasikan bahwa bentuk hubungan linear dengan lag-lag data
masih relatif ada. Hal ini terutama dapat dilihat pada plot dengan lag 1 di gam-
bar 4b. Kondisi ini sesuai dengan yang dipostulatkan dalam model bahwa model
LSTAR juga mengandung unsur model linear didalamnya. Gambar 4d dan 4e juga
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                     11

menunjukkan bahwa lag 3 dan lag 4 relatif tidak berhubungan dengan yt . Indikasi
ini digambarkan dengan bentuk titik-titik pada plot lag-lag tersebut yang relatif
menyerupai suatu lingkaran.




Gambar 4: Plot time series data (4a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 4b dengan
lag 1, 4c dengan lag 2, 4d dengan lag 3, dan 4e dengan lag 4, dari data simulasi LSTAR.


      Berbeda dengan model LSTAR sebelumnya, Gambar 5a mengindikasikan
bahwa data cenderung tidak stasioner dan berfluktuasi dengan pola yang teratur
disekitar angka nol. Hasil pada Gambar 5b sampai dengan 5e menunjukkan de-
ngan jelas bahwa bentuk hubungan dengan lag-lag data adalah nonlinear. Hal ini
terutama dapat dilihat pada plot data dengan lag 1 di Gambar 5b. Kondisi ini
sesuai dengan postulat model sebenarnya yaitu lebih didominasi unsur nonlinear-
nya.


  7. HASIL PERBANDINGAN POWER PADA STUDI SIMULASI

       Studi simulasi ini dilakukan pada masing-masing model di atas dengan peng-
ulangan sebanyak 1000 kali dan ukuran sampel sebesar 200. Banyak pengulangan
ini sama seperti yang telah dilakukan oleh Terasvirta dkk. [13], sedangkan besarnya
ukuran sampel tersebut mewakili besar data yang besar untuk suatu data time se-
ries. Secara ringkas hasil-hasil perhitungan dari power pada uji Terasvirta dan uji
White pada keempat model simulasi di atas dapat dilihat pada Tabel 1 dan secara
grafik ditampilkan pada Gambar 6.
12                             Subanar and Suhartono




Gambar 5: Plot time series data (5a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 5b dengan
lag 1, 5c dengan lag 2, 5d dengan lag 3, dan 5e dengan lag 4, dari data simulasi ESTAR.



      Nilai power ini adalah banyaknya terjadi kesimpulan tolak H0 dalam 1000 kali
pengujian pada masing-masing model. Dari Tabel 1 dan Gambar 6a dan 6b dapat
dilihat dengan jelas bahwa power pada kedua uji ini untuk model yang sesungguh-
nya linear dan stasioner adalah sangat kecil. Dari hasil pada model AR(2) dapat
dilihat dengan jelas bahwa nilai power pada kedua uji tersebut mendekati nilai level
signifikasi, yaitu antara 0,01 dan 0,05.


                      Level signifikansi 0,05              Level signifikansi 0,01
      Model         Uji White     Uji Terasvirta        Uji White     Uji Terasvirta
                    F      χ2      F        χ2          F      χ2      F        χ2
     AR(2)        0,065 0,052 0,059 0,048             0,018 0,008 0,011 0,008
     Gerak Acak   0,119 0,122 0,142 0,136             0,038 0,035 0,043 0,042
     LSTAR        0,568 0,558 0,973 0,972             0,402 0,393 0,917 0,907
     ESTAR        1,000 0,999 1,000 1,000             1,000 0,999 1,000 1,000

Tabel 1. Hasil perbandingan power uji Terasvirta dan uji White pada keempat model
simulasi (1000 kali pengulangan)

       Power ini akan semakin besar pada saat model yang ada adalah model yang tidak
stasioner, yang dalam penelitian ini diwakili oleh model Gerak Acak pada Gambar 6b.
Perbandingan uji nonlinearitas dan uji ketidakstasioneran data (unit root test) pada suatu
data time series secara mendalam dapat dilihat pada [2].
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                        13




Gambar 6: Plot hasil perbandingan nilai-nilai power pada keempat model simulasi dengan
level signifikasi 0,05.



       Berdasarkan hasil-hasil pada tabel 1, Gambar 6c dan 6d dapat dilihat bahwa hasil
perbandingan power kedua uji pada model-model yang nonlinear menunjukkan bahwa uji
Terasvirta cenderung mempunyai power yang lebih tinggi dibanding uji White. Hal ini
terlihat jelas pada nilai power pada model nonlinear LSTAR di gambar 6c, baik pada level
signifikasi 0,05 ataupun 0,01. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa untuk
data time series yang indikasi nonlinearnya sangat kuat, dalam hal ini seperti pada model
ESTAR, maka kedua uji ini memberikan hasil yang sama baiknya dan hal ini dapat dilihat
secara nyata pada Gambar 6d di atas.


                         8. KESIMPULAN DAN SARAN

       Berdasarkan hasil-hasil dari studi simulasi dan perbandingan power antara uji Teras-
virta dan uji White untuk mendeteksi adanya nonlinearitas pada suatu data time series
dapat disimpulkan bahwa uji Terasvirta merupakan uji yang lebih baik dalam mendeteksi
14                              Subanar and Suhartono


 adanya nonlinearitas pada suatu data time series dibanding uji White. Hal ini ditunjukkan
 dengan nilai power dari uji Terasvirta yang cenderung lebih besar dalam data time series
 dari kelompok model nonlinear.
        Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan fungsi aktifasi logis-
 tik sigmoid pada uji White dan pemilihan bobot dengan sampling acak, yang menghasilkan
 nilai power yang tidak begitu besar pada model-model time series nonlinear, memberikan
 peluang kajian teoritik lebih lanjut terhadap penggunaan fungsi aktifasi yang lain dan cara
 pemilihan bobot yang tidak hanya secara sampling acak dari suatu distribusi uniform. Se-
 bagai contoh, pengunaan fungsi aktifasi Gaussian yang dikenal dengan model Radial Basis
 Function untuk uji linearitas pada suatu data time series telah dikembangkan oleh Blake
 dan Kapetanios [1].


 Ucapan Terimakasih. Makalah ini merupakan salah satu bagian dari hasil Hibah Peneli-
 tian Tim Pascasarjana UGM 2004-2005. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
 tim penilai MIHMI atas revisi dan saran yang telah diberikan demi kesempurnaan makalah
 ini.




                                      REFERENSI

 1. Blake, A.P. and Kapetanios, G. ”A Radial Basis Function Artificial Neural Networks
    Test for Neglected Nonlinearity”, Working paper, National Institute of Economic and
    Social Research, 2000.
 2. Blake, A.P. and Kapetanios, G. ”Pure Significance Tests of The Unit Root Hypothesis
    Against Nonlinear Alternatives”, Journal of Time Series Analysis, 24 (3)(2003), 253-
    267.
 3. Box, G.E.P. and Jenkins, G.M. Time Series Analysis, Forecasting and Control, Holden-
    day, San Fransisco, 1970.
 4. Connor, J.T., Martin, R.D. and Atlas, L.E. ”Recurrent Neural Networks and Robust
    Time Series Prediction”, IEEE Transaction on Neural Networks, 5 (2)(1994), 240-254.
 5. Granger, C.W.J. and Terasvirta, T. Modeling Nonlinear Economic Relationships, Ox-
    ford Universiy Press, Oxford, 1993.
 6. Harvey, A.C. Econometrics Analysis of time Series, 2ed edition. MA:MIT Press, Cam-
    bridge, 1990.
 7. Lee, T.-H., White, H. and Granger, C.W.J. ”Testing for Neglected Nonlinearity in Time
    Series Models: A Comparison of Neural Networks Methods and Alternative Test”,
    Journal of Econometrics, 56 (1993), 269-290.
 8. Luukkonen, R., Saikkonen, P. and Terasvirta, T. ”Testing Linearity Agains Smooth
    Transition Autoregressive Models”, Biometrika, 75 (1988), 491-499.
 9. Priestley, M.B. ”State-dependent Models: A General Approach to Non-linear Time
    Series Analysis”, Journal of Time Series Analysis, 1 (1980), 47-71.
10. Saikkonen, P. and Luukkonen, R. ”Lagrange Multiplier Test for Testing Non-linearities
    in Time Series Models”, Scandinavian Journal of Statistics, 15 (1988), 55-68.
11. Stensholt, B.K. and Tjostheim, D. ”Multiple Bilinear Time Series Models”, Journal of
    Time Series Analysis, 8 (1987), 221-233.
12. Suhartono dan Subanar. ”Uji Linearitas dengan Neural Networks pada Pemodelan
    Time Series”, Laporan Hibah Penelitian Tim Pascasarjana, UGM, Yogyakarta, 2004.
Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier                      15

13. Terasvirta, T., Lin, C.-F. and Granger, C.W.J. ”Power of the Neural Networks Linearity
    Test”, Journal of Time Series Analysis, 14 (1993), 159-171.
14. Terasvirta, T., Tjostheim, D. and Granger, C.W.J. ”Aspect Modelling Nonlinear Time
    Series, in RF. Engle and D.L. McFadden”, eds. Handbook of Econometrics, 4 Chapter
    48 (1994), 2919-2957. Elsevier Science B.V.
15. Tjostheim, D. ”Some Doubly Stochastic Time Series Models”, Journal of Time Series
    Analysis, 7 (1986), 51-72.
16. White, H. ”An Additional Hidden Unit Test for Neglected Nonlinearity in Multilayer
    Feedforward Networks ”, In Proceedings of The International Joint Conference on Neu-
    ral Networks 451-455 (1989a), Washington DC, CA: SOS Printing, San Diego.
17. White, H. ”Some Asymptotic Results for Learning in Single Hiden-Layer Feedforward
    Networks Models”, Journal of the Americal Statistical Association , 84 (408) (1989b),
    1003-1013.


 SUBANAR: Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281,
 Indonesia.
 E-mail: subanar@yahoo.com

 SUHARTONO: Mahasiswa S3, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada,
 Yogyakarta 55281, Indonesia.
 E-mail: suhartono@statistika.its.ac.id

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados (6)

5 patricia penerapan kombinasi sistem aljabar gondran
5 patricia   penerapan kombinasi sistem aljabar gondran5 patricia   penerapan kombinasi sistem aljabar gondran
5 patricia penerapan kombinasi sistem aljabar gondran
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Kontinuitas
KontinuitasKontinuitas
Kontinuitas
 
Pengertian distribusi lognormal
Pengertian distribusi lognormalPengertian distribusi lognormal
Pengertian distribusi lognormal
 
Jurnal Time Series Model Intervensi
Jurnal Time Series Model IntervensiJurnal Time Series Model Intervensi
Jurnal Time Series Model Intervensi
 
Standing Waves
Standing WavesStanding Waves
Standing Waves
 

Semelhante a Jurnal Time Series

Model regresi-non-linear
Model regresi-non-linearModel regresi-non-linear
Model regresi-non-linear
Gifard Narut
 
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
Alen Pepa
 
Software Matematika Sebagai Penunjang Proses Belajar
Software Matematika Sebagai Penunjang Proses BelajarSoftware Matematika Sebagai Penunjang Proses Belajar
Software Matematika Sebagai Penunjang Proses Belajar
Prandita Sega
 
Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawatiMakalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
trisnawatidjuwita
 
Algoritma floyd warshall dengan siklus negatif
Algoritma floyd warshall dengan siklus negatifAlgoritma floyd warshall dengan siklus negatif
Algoritma floyd warshall dengan siklus negatif
Budi Raharjo
 

Semelhante a Jurnal Time Series (20)

MODEL_REGRESI_NON_LINEAR.doc
MODEL_REGRESI_NON_LINEAR.docMODEL_REGRESI_NON_LINEAR.doc
MODEL_REGRESI_NON_LINEAR.doc
 
Model regresi-non-linear
Model regresi-non-linearModel regresi-non-linear
Model regresi-non-linear
 
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umum
 
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
2 analisis sinyal_seismik_gunung_merapi__jawa_tengah_-_indonesia_menggunakan_...
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 
Bab 3 model model variabel keadaan
Bab 3 model model variabel keadaanBab 3 model model variabel keadaan
Bab 3 model model variabel keadaan
 
Bahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresiBahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresi
 
Software Matematika Sebagai Penunjang Proses Belajar
Software Matematika Sebagai Penunjang Proses BelajarSoftware Matematika Sebagai Penunjang Proses Belajar
Software Matematika Sebagai Penunjang Proses Belajar
 
Pengembangan model
Pengembangan modelPengembangan model
Pengembangan model
 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
 
Ekonometrika
EkonometrikaEkonometrika
Ekonometrika
 
Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawatiMakalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
 
Algoritma floyd warshall dengan siklus negatif
Algoritma floyd warshall dengan siklus negatifAlgoritma floyd warshall dengan siklus negatif
Algoritma floyd warshall dengan siklus negatif
 
12714108.ppt
12714108.ppt12714108.ppt
12714108.ppt
 
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
 
Konsep Array_sns
Konsep Array_snsKonsep Array_sns
Konsep Array_sns
 
Resampling Methods Kelompok 4.pptx
Resampling Methods Kelompok 4.pptxResampling Methods Kelompok 4.pptx
Resampling Methods Kelompok 4.pptx
 
Analisis Multivariat-Regresi Berganda.ppt
Analisis Multivariat-Regresi Berganda.pptAnalisis Multivariat-Regresi Berganda.ppt
Analisis Multivariat-Regresi Berganda.ppt
 
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIFJawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
 

Mais de dessybudiyanti

Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)
dessybudiyanti
 
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
dessybudiyanti
 
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
dessybudiyanti
 
Fast and Bootstrap Robust for LTS
Fast and Bootstrap Robust for LTSFast and Bootstrap Robust for LTS
Fast and Bootstrap Robust for LTS
dessybudiyanti
 
Pemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model TerbaikPemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model Terbaik
dessybudiyanti
 
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
dessybudiyanti
 
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
dessybudiyanti
 
Presentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi LinearPresentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi Linear
dessybudiyanti
 
Analisis Korespondensi
Analisis KorespondensiAnalisis Korespondensi
Analisis Korespondensi
dessybudiyanti
 
Optimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface
Optimasi Produksi Dengan Metode Respon SurfaceOptimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface
Optimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface
dessybudiyanti
 
Simple Linier Regression
Simple Linier RegressionSimple Linier Regression
Simple Linier Regression
dessybudiyanti
 
Presentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHPPresentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHP
dessybudiyanti
 
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
dessybudiyanti
 

Mais de dessybudiyanti (20)

a space time model
a space time modela space time model
a space time model
 
a space-time model
 a space-time model a space-time model
a space-time model
 
Kapita Selekta-a space time model (Salisa & Anna)
Kapita Selekta-a space time model (Salisa & Anna)Kapita Selekta-a space time model (Salisa & Anna)
Kapita Selekta-a space time model (Salisa & Anna)
 
Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Botstrap Robust for LTS" (Mega&Ika)
 
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
 
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
Presentasi "Fast and Bootstrap Robust LTS" (Mega&Ika)
 
Fast and Bootstrap Robust for LTS
Fast and Bootstrap Robust for LTSFast and Bootstrap Robust for LTS
Fast and Bootstrap Robust for LTS
 
Greenacre Lewi
Greenacre LewiGreenacre Lewi
Greenacre Lewi
 
Deteksi Influence
Deteksi InfluenceDeteksi Influence
Deteksi Influence
 
Pemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model TerbaikPemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model Terbaik
 
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
 
Teknik Sampling
Teknik SamplingTeknik Sampling
Teknik Sampling
 
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
 
Presentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi LinearPresentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi Linear
 
Analisis Korespondensi
Analisis KorespondensiAnalisis Korespondensi
Analisis Korespondensi
 
Optimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface
Optimasi Produksi Dengan Metode Respon SurfaceOptimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface
Optimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface
 
Simple Linier Regression
Simple Linier RegressionSimple Linier Regression
Simple Linier Regression
 
Presentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHPPresentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHP
 
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
 
Uji Klinik
Uji KlinikUji Klinik
Uji Klinik
 

Último

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 

Último (20)

PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

Jurnal Time Series

  • 1. J. Indones. Math. Soc. (MIHMI) Vol. xx, No. xx (20xx), pp. xx–xx. UJI LINEARITAS TIPE LAGRANGE MULTIPLIER DENGAN EKSPANSI TAYLOR UNTUK DETEKSI HUBUNGAN NONLINEAR PADA DATA TIME SERIES SUBANAR and SUHARTONO Abstract. This paper discusses some latest progress on nonlinear time series analy- sis, particularly about linearity tests that developed based on concepts from theory of neural networks. These statistics tests are for preliminary identification whether a non- linear model must be used to analyze a time series. In general, there are two kinds of the neural networks linearity tests which are included a Lagrange Multiplier (LM) test, those are White test and Terasvirta test. Both of these tests are derived from the same single-hidden-layer neural networks. White test is based on the random sampling of the parameter values of neural networks model, whereas Terasvirta test is using Taylor ex- pansion. This research is focused on the Terasvirta test. Here, the theoretical study is considered and also the possibility to develop a new statistics test for linearity using neural networks is discussed. Finally, simulation study is used to evaluate the power of the test and to compare to the result of White test. The result of the simulation study shows that Terasvirta test is more effective than White test to detect nonlinearity in time series. 1. PENDAHULUAN Pada beberapa dekade terakhir ini, pemodelan yang digunakan untuk menje- laskan hubungan nonlinear antar variabel dan beberapa prosedur pengujian untuk Received dd-mm-yyyy, Accepted dd-mm-yyyy. 2000 Mathematics Subject Classification: Key words and Phrases: Neural networks, Lagrange Multiplier test, Terasvirta test, nonlinear time series 1
  • 2. 2 Subanar and Suhartono mendeteksi adanya keterkaitan nonlinear mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sebagai overview hal ini dapat dilihat pada [5]. Perkembangan yang pe- sat ini juga terjadi dalam pemodelan statistik, khususnya model-model untuk time series dan ekonometrika. Banyak tipe model yang sudah dikembangkan untuk pe- modelan time series yang nonlinear, parametrik maupun nonparametrik. Pemodelan time series yang dibahas di sini dikonsentrasikan pada suatu kon- disi khusus, yaitu hanya satu variabel dependen yt . Misalkan wt adalah suatu himpunan informasi yang didefinisikan wt = {yt−j , j > 0; xt−i , i ≥ 0}, t = 1, 2, . . . , n (1) yang menyatakan semua variabel lag yt dan suatu vektor dari variabel eksogen xt . Proses pemodelan bertujuan mendapatkan suatu pendekatan yang baik untuk f (wt ) sedemikian hingga E[yt |wt ] = f (wt ). (2) Strategi pemodelan yang banyak dilakukan pada time series nonlinear adalah: (i) Uji linearitas yt dengan menggunakan informasi wt . Banyak kemungkinan bentuk dari nonlinearitas, dan rupanya tidak ada satu tes yang mampu melakukan semua kemungkinan nonlinear tersebut, sehingga beberapa tes mungkin diperlukan. (ii) Jika linearitas ditolak, gunakan beberapa model parametrik alternatif dan/atau model-model nonparametrik. Hasil uji linearitas juga mungkin memberikan petunjuk tentang model nonlinear yang sebaiknya digunakan. (iii) Model-model tersebut selanjutnya diestimasi dalam sampel (in-sample) dan dibandingkan pada data validasi (out-of-sample) Sifat-sifat dari model taksiran harus diselidiki dan divalidasi. Jika suatu model tunggal terbaik yang dibutuhkan, maka model yang memberikan hasil out-of- sample terbaik yang dipilih, dan kemudian lakukan estimasi kembali pada semua datum yang ada. Strategi ini tidak memberikan jaminan kesuksesan. Sebagai contoh, jika nonlin- earitas yang ada suatu bentuk nonlinear tertentu dari data dan bentuk ini tidak terjadi pada periode evaluasi setelah sampel, maka model nonlinear tidak akan memberikan hasil yang lebih baik daripada model linear. Banyak model nonlinear yang digunakan untuk menyelesaikan suatu data time series. Menurut Terasvitra dkk. [14], secara umum model-model nonlinear terbagi dalam tiga kelompok, yaitu model-model dari teori time series, model-model statistik parametrik yang fleksibel dan model-model nonparametrik. Model linear autoregresif, moving average, dan fungsi transfer adalah model-model yang popu- ler dalam literatur time series sebagai hasil kerja dari Box dan Jenkins [3]. Dalam
  • 3. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 3 perkembangannya, telah ada berbagai variasi dari generalisasi model linear terse- but dalam bentuk-bentuk nonlinear. Beberapa model yang termasuk di dalam- nya adalah model autoregresi nonlinear, model fungsi transfer nonlinear, model bilinear (lihat [11]), model moving average nonlinear, dan model-model stokastik ganda (lihat [15]). Model trigonometri dan model neural networks adalah model- model kelompok statistik parametrik yang fleksibel. Sedangkan model-model non- parametrik mencakup model-model yang dikembangkan dari fungsi penghalus atau metode kernel. 2. UJI LINEARITAS TIPE LAGRANGE MULTIPLIER (LM) DENGAN EKSPANSI TAYLOR Perhatikan model nonlinear yt = ϕ(γ ′ wt ) + β ′ wt + ut (3) dengan ut ∼ nid(0, σ 2 ), wt = (1, wt )′ , wt = (yt−1 , . . . , yt−p )′ , β = (β0 , β1 , . . . , βp )′ , ′ ′ ′ ′ γ = (γ0 , γ ) dan γ = (γ1 , . . . , γp ) . Dalam model (3) ini, wt dibatasi hanya variabel lag yt dan tidak melibatkan variabel eksogen xt . Misal diberikan ϕ(γ ′ wt ) = θ0 ψ(γ ′ wt ), (4) dengan (lihat [13]) 1 ψ(γ ′ wt ) = {1 + exp(−γ ′ wt )}−1 − (5) 2 Dengan demikian persamaan (3) dapat diinterpretasikan sebagai suatu model au- toregresi nonlinear dengan kostanta β0 + θ0 ψ(γ ′ wt ), yang variatif terhadap waktu dan berubah secara halus dari (β0 − θ0 /2) ke (β0 + θ0 /2) dengan γ ′ wt . Model (3) adalah kasus khusus dari model neural networks dengan satu layer tersembunyi, yaitu (lihat [13]) q 1 yt = β ′ wt + ′ θ0j {ψ(γj wt ) − } + ut , (6) j=1 2 dengan q adalah banyaknya unit neuron pada layer tersembunyai. Secara visual, arsitektur dari model neural networks ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 1. Perhatikan persamaan (3) dengan (4) dan uji hipotesis bahwa yt adalah linear, yaitu yt = β ′ wt +ut dengan asumsi bahwa proses stasioner. Jadi hipotesis nol dapat didefinisikan sebagai H0 : θ0 = 0. Untuk model (6) hipotesis nolnya H0 : θ01 = θ02 = · · · = θ0q = 0, yang disebut hipotesis linearitas dari uji neural networks melawan nonlinearitas yang terabaikan (lihat [7]) dan [16]). Selanjutnya, jika diberikan bahwa ψ(0) = 0
  • 4. 4 Subanar and Suhartono maka hal ini berimplikasi pada kemungkinan lain untuk hipotesis nol untuk linear- itas, yaitu ∗ H0 : γ = 0 (7) melawan hipotesis alternatif γ = 0. Gambar 1: Arsitektur model neural networks satu layer tersembunyi pada persamaan (6), dengan γj adalah bobot-bobot yang diproses bersama dengan input-input pada fungsi ak- tifasi logistik sigmoid di layer tersembunyi, θ0j adalah bobot-bobot yang diproses bersama output dari layer tersembunyi pada fungsi linear di layer output, dan β ′ adalah bobot- bobot yang diproses bersama dengan input-input pada fungsi linear di layer output. Hipotesis (7) memberikan suatu titik awal yang menarik untuk mempela- jari permasalahan uji linearitas dalam kerangka pengujian LM. Perhatikan kembali bahwa model (3) hanya diidentifikasi di bawah alternatif γ = 0. Seperti Saikkonen dan Luukkonen [10] dan Luukkonen dkk. [8], tulisan ini mencoba menyelesaikan masalah ini dengan mengganti ϕ dalam (3) dengan pendekatan ekspansi Taylor pada γ = 0. Pendekatan ekspansi Taylor yang paling mudah adalah suatu pen- dekatan order pertama. Dari (4) dan (5) dapat ditunjukkan bahwa ∂ψ(γ ′ wt ) 1 = ψ ′ (0)wt = wt (8) ∂γ γ=0 4 Dengan demikian pendekatan ekspansi Taylor orde pertama, yang dinotasikan
  • 5. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 5 dengan t1 , yaitu θ0 t1 (γ ′ wt ) = θ0 ψ ′ (0)γ ′ wt = 1 θ0 γ ′ wt bergabung dengan bagian li- 4 near dari model (3), sehingga semua informasi tentang nonlinearitas tereliminir. Hal ini merupakan cara lain untuk melihat bahwa (3) dengan (4) dan model linear autoregresi order p adalah alternatif yang secara lokal sama dengan dasar (7). Untuk mengatasi permasalahan tereliminasinya informasi tentang nonlinear- itas di atas, dilakukan hal seperti dalam Luukkonen dkk. [8] dan gantikan ψ dalam (3) melalui pendekatan ekspansi Taylor dengan orde yang lebih tinggi, orde ketiga, yang dinotasikan dengan t3 untuk menurunkan suatu uji yang tepat. Diberikan p p p ′ ∂ψ(0) 1 ∂ 2 ψ(0) t3 (γj wt ) = ψ(0) + γi + i=0 ∂γi 2 i=0 j=0 ∂γi ∂γj p p p 1 ∂ 3 ψ(0) + γi γj γk (9) 6 i=0 j=0 k=0 ∂γi ∂γj ∂γk dan gantikan ψ dalam (3) oleh (8). Dengan substitusi tersebut akan diperoleh ∂2ψ {exp(−γ ′ wt ) − exp(−2γ ′ wt )} =− yt−i yt−j untuk i, j ≥ 1, ∂γi ∂γj {1 + exp(−γ ′ wt )}3 dan ∂ 3ψ {exp(−γ ′ wt ) − 4 exp(−2γ ′ wt ) + exp(−3γ ′ wt )} =− yt−i yt−j yt−k ∂γi ∂γj ∂γk {1 + exp(−γ ′ wt )}4 untuk i, j, k ≥ 1. (Lihat [12] untuk bukti penjabaran penurunannya) Dari hasil-hasil penjabaran di atas, pendekatan ekspansi Taylor pada γ = 0 akan menghasilkan ∂ 2 ψ(0) {exp(0) − exp(0)} =− yt−i yt−j = 0, ∂γi ∂γj {1 + exp(−0)}3 dan ∂ 3 ψ(0) {exp(0) − 4 exp(0) + exp(0)} = − yt−i yt−j yt−k ∂γi ∂γj ∂γk {1 + exp(0)}4 1 = − yt−i yt−j yt−k , untuk i, j, k ≥ 1. 8 ∂ 3 ψ(0) 1 Jika i, j ≥ 1 dan k = 0 diperoleh ∂γi ∂γj ∂γk = − 8 yt−i yt−j . Dengan demikian, model (3) menjadi p p p p p yt = β ′ wt + δij yt−i yt−j + δijk yt−i yt−j yt−k + ut , (10) i=1 j=i i=1 j=i k=j
  • 6. 6 Subanar and Suhartono dengan β adalah gabungan antara β dengan koefisien-koefisien bagian linear hasil pendekatan Taylor orde pertama, δij = dij θ0 γi γj , dan δijk = dijk θ0 γi γj γk dengan 1 dij = dijk = − 48 . Jika γ0 = 0 adalah suatu informasi dari model, sehingga γ ′ wt = γ ′ wt (bagian eksponensial tidak mengandung suatu kostanta), maka δij = 0 untuk semua i, j. Dalam kasus ini, persamaan (10) tidak mempunyai suku orde kedua. Hipotesis nol yang bersesuaian dengan (7) adalah ∗ H0 : δij = 0, δijk = 0 untuk i = 1, . . . , p; j = 1, . . . , p; k = j, . . . , p. Dengan demikian, uji linearitas tipe LM melawan (3) terdiri dari deret orde ketiga dari ekspansi Volterra (lihat [9]) suatu fungsi nonlinear. Dalam hal ini, uji hipotesis nolnya menyatakan bahwa koefisien-koefisien dari suku-suku kuadratik dan kubik adalah sama dengan nol. Jika ada argumen yang menyatakan bahwa fungsi tidak mengandung suatu kostanta, maka dalam hal ini tidak ada suku kuadratik dalam ekspansi Taylor pada γ = 0. Selanjutnya, perhatikan bahwa (6) merupakan bentuk dasar dari uji neural networks. Jika q > 1, (6) tidak secara global dapat diidentifikasi di bawah hipotesis nol ∗ H0 : γ1 = · · · = γq = 0 (11) ataupun di bawah hipotesis alternatif bahwa hipotesis nol adalah tidak benar. Su- atu konsekuensi dari ini adalah kenyataan bahwa penurunan suatu uji yang dapat diterapkan untuk hipotesis nol pada (11) mengikuti argumen di atas menghasilkan (10) dengan q q δij = dij θ0 γhi γhj γh0 dan δijk = dijk θ0 γhi γhj γhk . h=1 h=1 Dengan demikian, uji linearitas berdasarkan dual (suku kuadratik dan kubik) dari ekspansi Volterra tetap tidak berubah ketika proses pembangkitan data adalah seperti (6) pengganti dari (3) Uji ini tidak selalu tergantung pada asumsi bahwa fungsi ”squashing” dalam model neural networks adalah logistik. Seperti yang telah dikerjakan Lukkonen dkk. [8], uji yang sama akan dapat diperoleh dengan asumsi bahwa (i) ψ(γ ′ wt ) dalam (4) adalah suatu fungsi terbatas, ganjil, naik secara monoton dengan suatu turunan ketiga berhingga pada suatu persekitaran dari daerah asal, dan (ii) ψ(0) = 0, dan turunan parsial pertama dan ketiga dari ψ pada nol adalah tidak sama dengan nol. Hal ini berimplikasi bahwa uji tersebut mempunyai kuasa (power) dibanding bebe- rapa model nonlinear, tidak hanya satu bentuk nonlinearitas yang dicirikan dengan fungsi logistik. Fungsi logistik yang digunakan dalam menurunkan uji disini dise- babkan karena fungsi tersebut yang dipakai pada (6).
  • 7. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 7 3. UJI LINEARITAS TIPE LAGRANGE MULTIPLIER (LM) DENGAN SAMPLING ACAK Uji neural networks dalam White [16] dan Lee dkk. [7] adalah suatu uji lain untuk linearitas melawan (6), yaitu q 1 yt = β ′ wt + ′ θ0j {ψ(γj wt ) + } + ut . j=1 2 Hipotesis nolnya adalah H0 : θ01 = θ02 = · · · θ0q = 0 (12) Permasalahan identifikasi di atas diselesaikan dengan menetapkan nilai-nilai dari ′ γ1 , . . . , γq sehingga nilai-nilai dari ψ(γj wt ) dapat dihitung. Hal ini dilakukan melalui penentuan vektor-vektor itu secara acak dari suatu distribusi yang mungkin. Se- bagai contoh, Lee dkk. [7] menggunakan suatu ditribusi uniform. Karena variabel- ′ variabel ψ(γj wt ) dimungkinkan sangat berkorelasi, Lee dkk. [7] menerapkan suatu transformasi komponen utama menjadi ¯ ψt = [ψ(γ1 wt ), . . . , ψ(γq wt )]′ ′ ′ dan menggunakan dua komponen utama yang ortonormal ke dalam bagian linear dari model pada regresi tambahan untuk uji linearitas. Implementasi praktis dari uji linearitas, merupakan tipe LM yang dikenalkan oleh Lee dkk. [7], dan yang dikenalkan oleh Terasvirta dkk. [13], dapat dilakukan melalui dua statistik uji, yaitu uji χ2 atau uji F . Prosedur untuk mendapatkan uji χ2 adalah sebagai berikut: (i) Regresikan yt pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan hitung residual ut = yt − yt . ˆ ˆ (ii) Regresikan ut pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan m prediktor tambahan, dan kemu- ˆ dian hitung koefisien determinasi dari regresi R2 . Pada uji yang dikenalkan oleh ′ Lee dkk. [7], m prediktor tambahan ini adalah nilai-nilai dari ψ(γj wt ) pada per- samaan (6). Selanjutnya pada uji Terasvirta dkk. [13] ini adalah suku kuadratik dan kubik yang merupakan hasil dari pendekatan ekspansi Taylor seperti yang telah dijelaskan pada bagian 3 persamaan (10) sebelumnya. (iii) Hitung χ2 = nR2 , dengan n adalah banyaknya pengamatan yang digunakan. Dibawah hipotesis linearitas, χ2 mendekati distribusi χ2 (m), dengan m adalah banyaknya prediktor tambahan. Kajian teoritik berkaitan dengan pendekatan d asimtotis nR2 −→ χ2 dapat dilihat pada [17]. Sedangkan prosedur uji F untuk uji linearitas tipe LM ini adalah sebagai berikut: (i) Regresikan yt pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan hitung nilai-nilai residual ut dan hitung ˆ jumlah kuadrat residual SSR0 = u2 . ˆ1
  • 8. 8 Subanar and Suhartono (ii) Regresikan ut pada 1, yt−1 , . . . , yt−p dan m prediktor tambahan, dan kemudian ˆ ˆ ˆ ˆ hitung residual vt = ut − ut dan jumlah kuadrat residual SSR1 = ˆ ˆ2 v1 . (m dan prediktor-prediktor yang terlibat bervariasi untuk suatu uji dengan uji yang lain, seperti yang ditunjukkan pada bagian sebelumnya). (iii) Hitung (SSR0 − SSR1 )/m F = , (13) SSR1 /(n − p − 1 − m) dengan n adalah banyaknya pengamatan yang digunakan. Dibawah hipotesis linearitas, F mendekati distribusi F dengan derajat bebas m dan (n − p − 1 − m). Penggunaan dari uji F menggantikan uji χ2 ini didasarkan oleh rekomendasi dari teori asimtotis dalam sampel kecil, yaitu karena uji ini mem- punyai sifat-sifat kuasa dan ukuran yang baik (lihat[6]). 4. DESAIN STUDI SIMULASI Studi simulasi yang dilakukan difokuskan pada perbandingan kuasa (power) antara kedua uji linearitas tipe LM yang dibahas sebelumnya, yaitu uji Terasvirta dan uji White. Isu yang akan dikaji dalam studi simulasi ini adalah bagaimana perbandingan kuasa kedua uji itu pada model-model linear dan nonlinear. Eksperimen Monte Carlo secara umum berupa dua kelompok pembangkitan data univariat, yaitu linear dan nonlinear. Model-model linear yang dipilih dalam eksperimen ini adalah model Autoregresi orde 2 atau AR(2) dan model Gerak Acak. Model AR(2) mewakili kelompok model linear ARIMA dan dalam hal ini dipilih koefisien 1,2 dan -0,6 yang memenuhi syarat stasioneritas. Sedangkan model Gerak Acak mewakili kelompok model linear yang tidak memenuhi syarat stasioner. Ada dua model nonlinear yang digunakan dalam studi simulasi ini yaitu model Logistic Smooth Transition Autoregressive (LSTAR) dan Exponential Smooth Tran- sition Autoregressive (ESTAR). Model LSTAR yang digunakan secara umum mem- punyai bentuk yang sama dengan yang telah digunakan oleh Terasvirta dkk. [13]. Sedangkan model ESTAR yang dipilih adalah model yang mempunyai bentuk yang sama dengan yang digunakan oleh Connor dkk. [4]. Perbedaan kedua model ini adalah terletak pada besarnya nilai-nilai parameter yang digunakan. Secara lengkap model linear dan nonlinear yang digunakan dalam studi si- mulasi ini adalah: a Kelompok model linear (i) Model AR(2) : yt = 1.2yt−1 − 0.6yt−2 + ut , dengan ut ∼ nid(0, 0.52 ). (ii) Gerak Acak: yt = yt−1 + ut , dengan ut ∼ nid(0, 0.52 ). b Kelompok model nonlinear
  • 9. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 9 (i) Model LSTAR: yt = 1.2yt−1 − 0.6yt−2 + (θ0 − 0.9yt−1 + 0.795yt−2)F (yt−1 ) + ut dengan F (yt−1 ) = [1 + exp{−γ(yt−1 − 0.02)}]−1 , θ0 = 0.02, γ = 100, dan ut ∼ nid(0, 0.052). (ii) Model ESTAR: yt = 6.5yt−1 . exp(−0.25yt−1) + ut dengan ut ∼ nid(0, 0.52 ) 2 Untuk masing-masing model, besar ukuran sampel yang digunakan adalah 200. Studi simulasi ini dilakukan dengan menggunakan program R. 5. DATA HASIL STUDI SIMULASI MODEL LINEAR Ilustrasi grafik yang berupa plot time series dan plot data dengan lag-lagnya dari hasil simulasi untuk kelompok model linear dapat dilihat pada Gambar 2 un- tuk model AR(2) dan Gambar 3 untuk model Gerak Acak. Gambar 2: Plot time series data (2a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 2b dengan lag 1, 2c dengan lag 2, 2d dengan lag 3, dan 2e dengan lag 4, dari data simulasi AR(2). Dari Gambar 2a dapat dilihat bahwa data relatif stasioner dan hal ini sesuai dengan yang dipostulatkan. Berdasarkan plot lag-lagnya, yaitu Gambar 2b sampai
  • 10. 10 Subanar and Suhartono dengan 2e, dapat dijelaskan bahwa lag-lag yang relatif kuat berhubungan linear dengan kejadian pada waktu ke-t, yt , adalah lag 1 dan 2, atau yt−1 dan yt−2 . Gambar 3: Plot time series data (3a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 3b dengan lag 1, 3c dengan lag 2, 3d dengan lag 3, dan 3e dengan lag 4, dari data Gerak Acak. Hasil pada gambar 3a menunjukkan bahwa pola data tidak stasioner dan dari Gambar 3b sampai dengan 3e terlihat jelas bahwa ada hubungan linear yang san- gat kuat antara lag 1, 2, 3 dan 4, atau yt−1 , yt−2 , yt−3 dan yt−4 , dengan kejadian pada waktu ke-t atau yt . Adanya hubungan yang sangat kuat terutama antara yt−1 dengan yt menunjukkan bahwa hasil simulasi telah sesuai dengan postulat model yang sebenarnya, dimana hanya lag 1 yang ada dalam model. 6. DATA HASIL STUDI SIMULASI MODEL NONLINEAR Gambar 4 dan 5 adalah hasil ilustrasi grafik yang berupa plot time series data dan plot data dengan lag-lagnya dari simulasi untuk kelompok model non- linear. Dari Gambar 4a dapat dilihat bahwa pola data fluktuatif di sekitar angka nol. Secara visual pola data terlihat stasioner dan sulit membedakan dengan model linear pada Gambar 2a sebelumnya. Begitu juga dengan visualisasi data dengan lag-lagnya mengindikasikan bahwa bentuk hubungan linear dengan lag-lag data masih relatif ada. Hal ini terutama dapat dilihat pada plot dengan lag 1 di gam- bar 4b. Kondisi ini sesuai dengan yang dipostulatkan dalam model bahwa model LSTAR juga mengandung unsur model linear didalamnya. Gambar 4d dan 4e juga
  • 11. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 11 menunjukkan bahwa lag 3 dan lag 4 relatif tidak berhubungan dengan yt . Indikasi ini digambarkan dengan bentuk titik-titik pada plot lag-lag tersebut yang relatif menyerupai suatu lingkaran. Gambar 4: Plot time series data (4a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 4b dengan lag 1, 4c dengan lag 2, 4d dengan lag 3, dan 4e dengan lag 4, dari data simulasi LSTAR. Berbeda dengan model LSTAR sebelumnya, Gambar 5a mengindikasikan bahwa data cenderung tidak stasioner dan berfluktuasi dengan pola yang teratur disekitar angka nol. Hasil pada Gambar 5b sampai dengan 5e menunjukkan de- ngan jelas bahwa bentuk hubungan dengan lag-lag data adalah nonlinear. Hal ini terutama dapat dilihat pada plot data dengan lag 1 di Gambar 5b. Kondisi ini sesuai dengan postulat model sebenarnya yaitu lebih didominasi unsur nonlinear- nya. 7. HASIL PERBANDINGAN POWER PADA STUDI SIMULASI Studi simulasi ini dilakukan pada masing-masing model di atas dengan peng- ulangan sebanyak 1000 kali dan ukuran sampel sebesar 200. Banyak pengulangan ini sama seperti yang telah dilakukan oleh Terasvirta dkk. [13], sedangkan besarnya ukuran sampel tersebut mewakili besar data yang besar untuk suatu data time se- ries. Secara ringkas hasil-hasil perhitungan dari power pada uji Terasvirta dan uji White pada keempat model simulasi di atas dapat dilihat pada Tabel 1 dan secara grafik ditampilkan pada Gambar 6.
  • 12. 12 Subanar and Suhartono Gambar 5: Plot time series data (5a), dan plot data dengan lag-lagnya, yaitu 5b dengan lag 1, 5c dengan lag 2, 5d dengan lag 3, dan 5e dengan lag 4, dari data simulasi ESTAR. Nilai power ini adalah banyaknya terjadi kesimpulan tolak H0 dalam 1000 kali pengujian pada masing-masing model. Dari Tabel 1 dan Gambar 6a dan 6b dapat dilihat dengan jelas bahwa power pada kedua uji ini untuk model yang sesungguh- nya linear dan stasioner adalah sangat kecil. Dari hasil pada model AR(2) dapat dilihat dengan jelas bahwa nilai power pada kedua uji tersebut mendekati nilai level signifikasi, yaitu antara 0,01 dan 0,05. Level signifikansi 0,05 Level signifikansi 0,01 Model Uji White Uji Terasvirta Uji White Uji Terasvirta F χ2 F χ2 F χ2 F χ2 AR(2) 0,065 0,052 0,059 0,048 0,018 0,008 0,011 0,008 Gerak Acak 0,119 0,122 0,142 0,136 0,038 0,035 0,043 0,042 LSTAR 0,568 0,558 0,973 0,972 0,402 0,393 0,917 0,907 ESTAR 1,000 0,999 1,000 1,000 1,000 0,999 1,000 1,000 Tabel 1. Hasil perbandingan power uji Terasvirta dan uji White pada keempat model simulasi (1000 kali pengulangan) Power ini akan semakin besar pada saat model yang ada adalah model yang tidak stasioner, yang dalam penelitian ini diwakili oleh model Gerak Acak pada Gambar 6b. Perbandingan uji nonlinearitas dan uji ketidakstasioneran data (unit root test) pada suatu data time series secara mendalam dapat dilihat pada [2].
  • 13. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 13 Gambar 6: Plot hasil perbandingan nilai-nilai power pada keempat model simulasi dengan level signifikasi 0,05. Berdasarkan hasil-hasil pada tabel 1, Gambar 6c dan 6d dapat dilihat bahwa hasil perbandingan power kedua uji pada model-model yang nonlinear menunjukkan bahwa uji Terasvirta cenderung mempunyai power yang lebih tinggi dibanding uji White. Hal ini terlihat jelas pada nilai power pada model nonlinear LSTAR di gambar 6c, baik pada level signifikasi 0,05 ataupun 0,01. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa untuk data time series yang indikasi nonlinearnya sangat kuat, dalam hal ini seperti pada model ESTAR, maka kedua uji ini memberikan hasil yang sama baiknya dan hal ini dapat dilihat secara nyata pada Gambar 6d di atas. 8. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil-hasil dari studi simulasi dan perbandingan power antara uji Teras- virta dan uji White untuk mendeteksi adanya nonlinearitas pada suatu data time series dapat disimpulkan bahwa uji Terasvirta merupakan uji yang lebih baik dalam mendeteksi
  • 14. 14 Subanar and Suhartono adanya nonlinearitas pada suatu data time series dibanding uji White. Hal ini ditunjukkan dengan nilai power dari uji Terasvirta yang cenderung lebih besar dalam data time series dari kelompok model nonlinear. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan fungsi aktifasi logis- tik sigmoid pada uji White dan pemilihan bobot dengan sampling acak, yang menghasilkan nilai power yang tidak begitu besar pada model-model time series nonlinear, memberikan peluang kajian teoritik lebih lanjut terhadap penggunaan fungsi aktifasi yang lain dan cara pemilihan bobot yang tidak hanya secara sampling acak dari suatu distribusi uniform. Se- bagai contoh, pengunaan fungsi aktifasi Gaussian yang dikenal dengan model Radial Basis Function untuk uji linearitas pada suatu data time series telah dikembangkan oleh Blake dan Kapetanios [1]. Ucapan Terimakasih. Makalah ini merupakan salah satu bagian dari hasil Hibah Peneli- tian Tim Pascasarjana UGM 2004-2005. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada tim penilai MIHMI atas revisi dan saran yang telah diberikan demi kesempurnaan makalah ini. REFERENSI 1. Blake, A.P. and Kapetanios, G. ”A Radial Basis Function Artificial Neural Networks Test for Neglected Nonlinearity”, Working paper, National Institute of Economic and Social Research, 2000. 2. Blake, A.P. and Kapetanios, G. ”Pure Significance Tests of The Unit Root Hypothesis Against Nonlinear Alternatives”, Journal of Time Series Analysis, 24 (3)(2003), 253- 267. 3. Box, G.E.P. and Jenkins, G.M. Time Series Analysis, Forecasting and Control, Holden- day, San Fransisco, 1970. 4. Connor, J.T., Martin, R.D. and Atlas, L.E. ”Recurrent Neural Networks and Robust Time Series Prediction”, IEEE Transaction on Neural Networks, 5 (2)(1994), 240-254. 5. Granger, C.W.J. and Terasvirta, T. Modeling Nonlinear Economic Relationships, Ox- ford Universiy Press, Oxford, 1993. 6. Harvey, A.C. Econometrics Analysis of time Series, 2ed edition. MA:MIT Press, Cam- bridge, 1990. 7. Lee, T.-H., White, H. and Granger, C.W.J. ”Testing for Neglected Nonlinearity in Time Series Models: A Comparison of Neural Networks Methods and Alternative Test”, Journal of Econometrics, 56 (1993), 269-290. 8. Luukkonen, R., Saikkonen, P. and Terasvirta, T. ”Testing Linearity Agains Smooth Transition Autoregressive Models”, Biometrika, 75 (1988), 491-499. 9. Priestley, M.B. ”State-dependent Models: A General Approach to Non-linear Time Series Analysis”, Journal of Time Series Analysis, 1 (1980), 47-71. 10. Saikkonen, P. and Luukkonen, R. ”Lagrange Multiplier Test for Testing Non-linearities in Time Series Models”, Scandinavian Journal of Statistics, 15 (1988), 55-68. 11. Stensholt, B.K. and Tjostheim, D. ”Multiple Bilinear Time Series Models”, Journal of Time Series Analysis, 8 (1987), 221-233. 12. Suhartono dan Subanar. ”Uji Linearitas dengan Neural Networks pada Pemodelan Time Series”, Laporan Hibah Penelitian Tim Pascasarjana, UGM, Yogyakarta, 2004.
  • 15. Uji linearitas tipe Lagrange Multiplier 15 13. Terasvirta, T., Lin, C.-F. and Granger, C.W.J. ”Power of the Neural Networks Linearity Test”, Journal of Time Series Analysis, 14 (1993), 159-171. 14. Terasvirta, T., Tjostheim, D. and Granger, C.W.J. ”Aspect Modelling Nonlinear Time Series, in RF. Engle and D.L. McFadden”, eds. Handbook of Econometrics, 4 Chapter 48 (1994), 2919-2957. Elsevier Science B.V. 15. Tjostheim, D. ”Some Doubly Stochastic Time Series Models”, Journal of Time Series Analysis, 7 (1986), 51-72. 16. White, H. ”An Additional Hidden Unit Test for Neglected Nonlinearity in Multilayer Feedforward Networks ”, In Proceedings of The International Joint Conference on Neu- ral Networks 451-455 (1989a), Washington DC, CA: SOS Printing, San Diego. 17. White, H. ”Some Asymptotic Results for Learning in Single Hiden-Layer Feedforward Networks Models”, Journal of the Americal Statistical Association , 84 (408) (1989b), 1003-1013. SUBANAR: Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia. E-mail: subanar@yahoo.com SUHARTONO: Mahasiswa S3, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia. E-mail: suhartono@statistika.its.ac.id