Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran sekolah sabat ke 4 triwulan iii 2018
1. Pelajaran 4 untuk 28 Juli 2018
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
Kisah Para Rasul 6:7
“Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem
makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan
diri dan percaya.”
2. 1. Pengangkatan para pemimpin. Kisah 6:1-7
2. Pelayanan Stefanus:
Berkhotbah dan menghadapi pertentangan. Kisah 6:8-15
Khotbah dan peringatan. Kisah 7:1-53
Penglihatan dan kematian. Kisah 7:54-8:2
3. Pelayanan Filipus:
Samaria. Acts 8:3-25
“Sampai ke ujung bumi.” Kisah 8:26-40
Pertumbuhan Gereja yang mula-
mula sangat luar biasa. Ribuan
orang bergabung dengan gereja,
termasuk beberapa imam.
Namun, beberapa masalah
muncul di antara persekutuan
mereka. Masalah-masalah ini
harus ditangani dan diselesaikan
sebelum terjadi perpecahan.
Mengangkat para pemimpin yang cakap akhirnya
memecahkan masalah-masalah tersebut dan
berkontribusi untuk menggenapi misi Gereja.
3. PENGANGKATAN
PARA PEMIMPIN
“Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu
mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman
dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor,
Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut
agama Yahudi dari Antiokhia.” (Kisah 6:5)
MASALAH
Semua orang percaya dalam kasus ini adalah orang Yahudi,
tetapi beberapa dari mereka berasal dari luar Yudea. Orang-
orang “Yunani” itu mengeluh tentang diskriminasi terhadap
mereka dalam pembagian bantuan untuk para janda.
SOLUSI
Para rasul menyarankan agar para pemimpin diangkat
yang akan “melayani meja [diakineō]” sementara
mereka (para rasul) menyerahkan diri mereka kepada
“pelayanan [diakonia] firman.” Para diaken itu akan
melayani kebutuhan jasmani dan rohani Gereja.
KECAKAPAN
Para pemimpin yang diangkat oleh Gereja hendaknya
memiliki kesaksian yang baik, penuh dengan Roh Kudus
dan berhikmat.
Kisah 6:1-7
4. BERKHOTBAH DAN
PERTENTANGAN
“Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa,
mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di
antara orang banyak.” (Kisah 6:8)
Selain mengurus Gereja, Stefanus juga berkhotbah
kepada orang Yahudi yang bukan berasal dari Yudea.
Dia menghadapi pertentangan yang keras di sinagog.
Namun, mereka yang menentangnya tidak dapat
menyangkal argumennya (Kisah 6:10), sehingga
mereka menyuap saksi palsu untuk menuduhnya di
hadapan Sanhedrin (Kisah 6:11)
Mereka menuduhnya berbicara menentang Musa dan bait suci (Kisah 6:14).
Itu menyiratkan bahwa Stefanus mungkin mengatakan bahwa Yesus adalah
Anak Domba yang menghapus dosa (sehingga menjadikan korban-korabn di
bait suci tidak lagi diperlukan)
Kisah 6:8-15
5. KHOTBAH DAN PERTENTANGAN (1)
“Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan
telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu,
demikian juga kamu.” (Kisah 7:51)
Stefanus membela diri dengan berbicara
tentang bagaimana TUHAN memelihara nenek
moyang KITA (Stefanus dan Orang Yahudi).
Sanhedrin menolak pekabarannya, sehingga
Stefanus menghentikan khotbahnya.
Kemudian, dia menegur mereka dengan
keras? (Kisah 7:51). Dia melepaskan dirinya
dari para pemimpin Yahudi dengan berbicara
tentang nenek moyang MEREKA (Orang
Yahudi saja, tanpa Stefanus). Mereka
membunuh Mesias sebagaimana nenek
moyang mereka membunuh para nabi di masa
lalu.
Tidak ada panggilan untuk pertobatan dalam
peringatan Stefanus. Sanhedrin memeteraikan
takdir Israel dengan menolak pelayanan
Stefanus.
Kisah 7:1-53
6. Perjanjian ALLAH dengan
umat-Nya
Mikha 6:1-2
Kisah 7:2-8
Tindakan ALLAH yang
berkuasa
Mikha 6:3-5
Kisah 7:9-36
Ketentuan Perjanjian dan
pelanggarannya
Mikha 6:6-12
Kisah 7:37-50
Hukuman dari pelanggaran
perjanjian
Mikha 6:13-16
Kisah 7:51-53
Khotbah Stefanus mengikuti pola yang sama yang digunakan para nabi
Perjanjian Lama. Mari bandingkan dengan Mikha 6.
Kisah 7:1-53KHOTBAH DAN PERTENTANGAN (1)
7. PENGLIHATAN
DAN KEMATIAN
Stefanus mengubah khotbahnya karena
sikap antagonis para anggota Sanhedrin.
Dia berdoa untuk terakhir kalinya sambil dilempari
batu. Doa belas kasih bagi orang-orang yang sedang
melemparinya hingga mati.
Doa itu meninggalkan bekas dalam pikiran seorang
saksi: Saulus dari Tarsus.
“Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus,
menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah
dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah
7:55)
Kisah 7:54-8:2
Pada saat itu, Stefanus menerima penglihatan
tentang Yesus yang dimuliakan. Dia menerima
bahwa mereka yang menghakiminya di Bumi pada
suatu hari akan dihakimi oleh Hakim Surgawi.
8. SAMARIA “Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan
memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.”
(Kisah 8:5)
Setelah kematian Stefanus, Saulus
memimpin serangan terhadap Gereja.
Banyak orang Kristen harus meninggalkan
Yerusalem untuk menyelamatkan hidup
mereka.
Filipus pergi ke Samaria, dengan demikian
ia memenuhi misi yang Yesus perintahkan
(Kisah 1:8)
Orang Samaria menerima Pentateukh (lima
buku pertama Musa) dan mengharapkan
Mesias, tetapi agama mereka bercampur
dengan paganisme.
Kisah 8:3-25
Ketika mereka mendengar Filipus dan melihat mujizat yang dia lakukan,
banyak yang menerima Yesus. Petrus dan Yohanes diutus untuk melihat apa
yang terjadi di sana. Atas upaya mereka, banyak orang Samaria yang
menerima Roh Kudus. Mereka menjadi anggota Gereja Kristen.
9. “SAMPAI KE UJUNG BUMI”
“Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus,
katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan,
menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu
jalan yang sunyi.” (Kisah 8:26)
Filipus dipanggil dari khotbah kepada orang banyak
kepada berkhotbah kepada satu orang.
Seorang bendahara Ethiopia perlu memahami Injil,
sehingga dia dapat mengabarkannya di Afrika.
Gereja tidak berhenti di Yudea ataupun di Samaria.
Pekabaran keselamatan harus mencapai seluruh Bumi.
Filipus membaptis orang Etiopia itu lalu ia dibawa ke
Azotus. Dia berkhotbah di seluruh perbatasan Mediterania
hingga Kaisarea. Banyak orang menerima Injil dan
memberitakannya di negeri-negeri yang jauh.
Kisah 8:26-40
10. “Pada setiap zaman para utusan pilihan Allah telah
dicela dan dianiaya, namun lewat penderitaan mereka
pengetahuan akan Allah telah disebarluaskan. Setiap
murid Kristus harus terjun ke dalam barisan itu dan
melaksanakan pekerjaan yang sama, karena ia tahu
bahwa musuhnya tak dapat berbuat apa-apa
menentang kebenaran, tetapi justru untuk kebenaran.
Allah bermaksud supaya kebenaran dinyatakan dan
menjadi pokok ujian dan diskusi, bahkan melalui
hinaan yang diberikan kepada kebenaran itu. Pikiran
orang harus digerakkan, setiap pertentangan, setiap
celaan, setiap upaya untuk membatasi kebebasan hati
nurani, adalah alat Allah untuk membangunkan pikiran
yang tanpa itu bisa tertidur.”
E.G.W. (Thoughts From the Mount of Blessing, cp. 2, p. 33)