Modul ini membahas tentang perencanaan pelatihan pendamping desa, meliputi 10 langkah pengelolaan pelatihan sistematis mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Modul ini juga menjelaskan pentingnya merancang kurikulum pelatihan berbasis matrik yang memuat pokok bahasan, tujuan, metode, dan media sesuai kebutuhan peserta.
1. MEDIA TAYANG
PB 3.3
PAKET MODUL PELATIHAN
DIREKTORAT PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI
2016
Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
2. Merancang kurikulum pelatihan;
Menyusun panduan proses dari setiap pokok
materi pelatihan menjadi modul pelatihan yang
menempatkan peserta pelatihan sebagai sumber
belajar.
WAKTU : 1 JPL
TUJUAN
3. Proses belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman yang yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan
lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan
tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik, yakni:
(1) terjadi secara sadar;
(2) bersifat kontinu dan fungsional;
(3) bersifat positif dan aktif;
(4) bersifat permanen, bukan sementara;
(5) bertujuan atau terarah, dan;
(6) mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Prinsip-prinsip Pelatihan
4. Daur manajemen pelatihan diatas merupakan “Pendekatan Pelatihan
Sistematis” (Sistematic Training Approach). Pendekatan ini berkaitan dengan
prosedur mengelola pelatihan, yang diawali dari adanya permasalahan yang
dihadapi yang dapat mengganggu pencapaian tujuan yang diharapkan,
sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut yang sesuai dengan upaya
pemecahan masalah melalui pelatihan.
Pengelolaan Pelatihan
5. Langkah 1:Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
Langkah 2:Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas
Langkah 3:Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan
Langkah 4:Rumuskan Tujuan Pelatihan
Langkah 5:Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan
Langkah 6:Perencanaan Program Pelatihan
Langkah 7:Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR)
Langkah 8:Pelaksanaan Program Pelatihan
Langkah 9:Evaluasi Program Pelatihan
Langkah 10:Tindak Lanjut Pelatihan
Prosedur Pengelolaan Pelatihan
6. Metode pembelajaran yang berorientasi pada masyarakat adalah dengan
menggunakan pengalaman, yang disebut dengan experiential learning. Dalam
experiential learning, pengelola kelas lebih bersifat sebagai seorang fasilitator.
Untuk itu perlu dikenali fungsi-fungsi fasilitator sebagai berikut:
•Emotional stimulation, dimana perilaku ekspresif fasilitator harus mampu
merangsang ekspresi emosi peserta secara lebih bebas
•Caring, dimana fasilitator harus mampu mengembangkan hubungan
interpersonal yang hangat dan bersahabat.
•Meaning attribution, dimana fasilitator berfungsi untuk menyediakan penjelasan
kognitif atas perilaku dan kegiatan yang dilaksanakan, atau dengan kata lain
fasilitator harus mampu mengarahkan peserta dalam pemberian arti atas
sesuatu pengalaman belajar
•Executive function, dimana fasilitator berfungsi sebagai seorang eksekutif dalam
kelas.
Metode pembelajaran berorientasi pada
masyarakat
7. Participant Centered Training
Peserta merupakan pusat perhatian dari suatu pelatihan. Dalam pendekatan
pelatihan yang berpusat pada peserta ini, proses belajar bertumpu pada peserta.
Seorang trainer tidak selalu siap untuk memberikan pemecahan masalah yang
tepat atau menjawab setiap pertanyaan. Pendekatan ini berangkat dari asumsi
bahwa pesertalah yang lebih tahu dan memahami permasalahan mereka, seorang
trainer hanya membantu dalam proses belajarnya.
Terjadinya peningkatan kepercayaan diri tersebut karena dalam proses
pembelajarannya peserta pelatihan memang benar-benar dituntut untuk
berpartisipasi aktif melalui metode games, role play, case study, simulasi, maupun
focused group discussion.
8. Apa Itu Matrik Kurikulum ??
Merupakan matrik Rencana pembelajaran
(kurikulum) yang disusun setidaknya memuat materi
(pokok bahasan), tujuan, metode, alat bantu (media)
yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan untuk
pelatihan.
9. Materi Pelatihan (Pokok Bahasan)
Merupakan judul pembahasan pokok materi tertentu yang akan dibahas
selama pelatihan,
Merujuk dari hasil penjajagan dan atau rekaman hasil pendampingan,
identifikasi kesenjangan yang ada dari pelaku yang akan dilatih.
Kesenjangan dimaksud adalah gep antara kompetensi yang dipersyaratkan
untuk melaksanakan tugas dengan kompetensi aktual yang dimiliki pelaku.
Rumuskan materi apa yang cocok untuk menjawab kesenjangan tersebut.
Tetapkan materi pelatihan sebagai Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
(bila diperlukan)
Materi pelatihan mencakup peningkatan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan (PSK)
Materi pelatihan sesuaikan dengan daya tangkap peserta
10. Tujuan Pelatihan :
Rumuskan tentang hasil yang diharapkan dapat dicapai selama dan setelah
pembahasan materi dari masing-masing pokok/sub pokok bahasan.
Rumusan tentang tujuan ini perlu dibuat spesifik dan dapat diukur.
Artinya menunjukkan hasil yang nyata dapat diketahui selama dan setelah
pembahasan masing-masing pokok/sub pokok bahasan.
Kata kunci dalam merumuskan tujuan pokok/sub pokok bahasan misalnya
:
Mampu : Menjelaskan
Mengerjakan
Menyebutkan
Menemukan : Rumusan
Perbedaan
11. Metode :
Merupakan jenis metode yang dipergunakan di dalam membahas materi
Tetapkan metode yang akan dipakai dalam fasilitasi masing-masing pokok/sub pokok
bahasan.
Metode hendaknya disesuaikan dengan aspek pelatihan yang akan dikuatkan (Pengetahuan,
Sikap mental, Ketrampilan).
Sebagai rujukan kesesuaian metode dengan aspek penguatan misalnya :
Aspek Metode
Pengetahuan Observasi
Diskusi
Tanya Jawab
Sumbang Saran
Sikap Mental Diskusi
Bermain Peran
Ketrampilan Penugasan
Studi literatur
12. Media :
Media pembelajaran adalah ”segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta
latih sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.”
Tetapkan dan persiapkan media yang memungkinkan didapatkan di
lapangan untuk membantu proses fasilitasi sehingga memudahkan
pencapaian tujuan pembelajaran.
Waktu :
Merupakan rumusan tentang jumlah waktu yang disediakan untuk
pembahasan materi dari suatu pokok/sub pokok bahasan tertentu
Rumusan waktu biasanya dinyatakan dalam jumlah yang efektif yang
diperlukan