SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 6
Bagaimana Mengelola Hubungan
Industrial
 Tanpa Kehadiran Serikat Pekerja

   Oleh: Arbono Lasmahadi**
   Jakarta, 29 April 2004


           Wajah Ginandjar tampak berseri-seri sore itu ketika ia baru saja keluar dari sebuah
           kantor di Kawasan Bisnis Segitiga Emas. Betapa tidak, Ia baru saja menanda-tangani
              kesepakatan kerja dengan sebuah perusahaan di Kawasan Elite tersebut, sebagai
        seorang Manajer di Divisi Sumber Daya Manusia (SDM). Di perusahaan yang baru ini dan
          dengan posisinya yang baru, Ginandjar akan mendapatkan tanggung jawab kerja dan
                wewenang yang lebih luas dari peran yang selama ini ia jalankan di perusahaan
           tempatnya bekerja saat ini. Posisinya saat ini adalah sebagai Manajer Pelatihan dan
               Pengembangan yang bertanggung Jawab untuk mengelola proses rekrutmen dan
        seleksi , pelatihan dan pengembangan karyawan. Sementara di posisinya yang baru, ia
       akan bertanggung jawab untuk mengelola seluruh spektrum dari Fungsi SDM yang ada di
                perusahaan yang bersangkutan, yaitu dimulai dari proses rerutmen dan seleksi,
             pelatihan dan pengembangan, remunerasi, administrasi personalia, dan hubungan
                                              industrial, hingga penanganan masalah pensiun.
           Bila melihat tanggung jawab yang akan diembannya di perusahaan yang baru, wajar
       saja bila Ginandjar cukup senang atas tantangan yang ditawarkan oleh perusahaan yang
           baru. Namun di balik keceriaan yang ditampilkannya sore itu, ada terbesit di dalam
          pikiran Ginandjar, satu peran baru yang membuatnya sedikit cemas, yaitu mengenai
         pengelolaan hubungan industrial di perusahaan. Masalahnya adalah adanya perbedaan
           persepsi yang ada pada dirinya mengenai hubungan industrial dengan keinginan dari
       pihak manajemen perusahaan. Dalam pandangan Ginandjar , fungsi hubungan industrial
                   sebaiknya dikelola dengan melibatkan serikat pekerja. Sedangkan dari pihak
       manajemen perusahaan menginginkan bahwa pengelolaan hubungan industrial dilakukan
       tanpa kehadiran serikat pekerja. Hal ini terjadi karena manajemen perusahaan percaya
          bahwa hubungan industrial yang positif dapat dibangun tanpa perlu hadirnya serikat.
       Sepanjang pengetahuannya semua perusahaan yang mempekerjakan minimum 25 orang
          karyawan wajib mempunyai sebuah serikat pekerja. Mungkinkan hubungan industrial
                                      yang positif terjalin tanpa kehadiran dari serikat pekerja?
     Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam benak Ginandjar sering pula menjadi
      kekhawatiran para praktisi SDM yang mungkin sedang mengalami situasi yang mirip
    seperti yang dihadapi oleh Ginandjar atau yang berkeinginan untuk mengembangkan
   karirnya menjadi seorang generalis di bidang SDM. Pada dasarnya di dalam mengelola
        hubungan industrial di perusahaan, keberadaan Serikat Pekerja bukanlah sebuah
     kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Bila kita merujuk kepada Undang
                    Undang Ketenaga-kerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 106 dinyatakan :

      1.     Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh
             atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit.
      2.     Lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
             sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di
             perusahaan
      3.     Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada
             ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh
             pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh di
             perusahaan yang bersangkutan
Berdasarkan Undang-undang tersebut di atas, yang wajib dipenuhi oleh perusahaan
          dalam mengelola hubungan industrialnya adalah adanya lembaga kerjasama
  bipartite, dan tidak harus melulu melalui hubungan dengan Serikat Pekerja. Dengan
   perkataan lain, perusahaan dimungkinkan untuk mengelola hubungan industrialnya
     tanpa ada keterlibatan dari Serikat Pekerja. Meskipun Undang Undang Ketenaga-
        kerjaan No. 13 Tahun 2003 memberikan kemungkinan untuk itu, bukan berarti
    perusahaan dapat melakukan kampanye anti serikat pekerja di perusahaan dalam
     mengelola hubungan industrialnya, karena hal ini bertentangan dengan Pasal 28
      Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh,yang
                                                                  mengamanatkan :


 "Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk
 atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota
       atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan
                                             serikat pekerja/serikat buruh dengan cara :


 1.    Melakukan PHK, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan atau melakukan
                                                                            mutasi

 2.                                Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh

 3.   Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun

 4.   Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh"

     Apabila anda menjadi Ginandjar, apa yang akan anda lakukan dalam mengelola
 hubungan industrial di perusahaan tanpa melibatkan serikat pekerja ? Uraian-uraian
   berikut ini akan menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
     mengelola hubungan industrial di dalam perusahaan yang tidak memiliki serikat
pekerja. Uraian-uraian ini dibuat berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penulis;
  yang pernah bekerja di perusahaan yang mengelola hubungan industrialnya dengan
keterlibatan dari serikat pekerja dan tanpa serikat pekerja; serta dari studi literatur
                                                                             yang ada


 A.                                  Hubungan Industrial Tanpa Serikat Pekerja

        Perusahaan-perusahaan yang membangun hubungan industrial yang produktif
       namun tidak ingin melibatkan serikat pekerja di dalam keseluruhan prosesnya
                                  dapat mempertahankan kondisi tersebut apabila :
      1. Mampu meningkatkan faktor-faktor yang dapat menurunkan kesempatan
                                      terjadinya pengorganisasian serikat pekerja
         2. Manajemen perusahaan mampu dan berkeinginan untuk menawarkan
                  kondisi kerja yang sama atau lebih baik dari yang dapat mereka
                 harapkan dari serikat pekerja (Mondy, Noe, & Premeaux, 2002)

A.1. Faktor faktor yang dapat menurunkan kesempatan terjadinya
pengorganisasian serikat pekerja
 Menurut American Federation of Labor and Congress of Industrial Organizations; AFL
    - CIO (Nation Business No. 54, 1966) ada sejumlah faktor yang dapat menurunkan
  kesempatan bagi terjadinya pengorganisasian serikat pekerja di perusahaan, seperti
                                                                           berikut :
oAdanya keyakinan dari karyawan bahwa atasannya tidak memanfaatkannya.
                            o Para karyawan yang bangga dengan pekerjaannya.
  o Catatan-catatan mengenai prestasi kerja yang baik disimpan oleh perusahaan.
         Para karyawan merasa aman saat mereka mengetahui bahwa upaya-upaya
                                                         mereka diakui dan dihargai.
  o Tidak adanya tuntutan atas perlakuan yang sewenang-wenang. Para karyawan
     menghargai disiplin yang tegas tapi adil. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
     Stone (1998) yang mengemukakan bahwa Kesewenang-wenangan dan ketidak-
       adilan dari manajemen mendorong pekerja untuk bergabung dengan serikat
                                                                            pekerja
   o Tidak adanya favoritisme; yang biasanya diperoleh melalui mekanisme diluar
                                                                     prestasi kerja.
    o Para supervisor yang mempunyai hubungan baik dengan para bawahannya.

      Walaupun faktor-faktor tersebut muncul di Amerika Serikat, namun berdasarkan
 pengalaman penulis menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut masih relevan untuk
   dipertimbangkan dalam konteks hubungan industrial di Indonesia. Sebagai contoh :
  penulis dalam kapasitasnya sebagai Manajer SDM pernah menyelesaikan pembuatan
   peraturan perusahaan dengan baik tanpa menimbulkan konflik, di perusahaan yang
   tidak memiliki serikat pekerja. Dalam proses pembuatan peraturan perusahaan ini,
 para perwakilan karyawan dilibatkan dalam memberikan usulan perubahan terhadap
    peraturan perusahaan yang ada. Memang tidak semua usulan perwakilan karyawan
dapat diterima. Namun demikian, dengan pendekatan ini para karyawan tidak merasa
 diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak perusahaan. Dengan pendekatan ini pula,
     para perwakilan karyawan akan mempunyai rasa memiliki terhadap aturan-aturan
      yang ada. Hal ini kelak akan memudahkan pihak manajemen dalam menegakkan
peraturan yang ada. Disamping itu hubungan baik yang terjalin antara penulis dengan
perwakilan karyawan yang ada memudahkan penulis untuk menjelaskan alasan-alasan
        yang menyebabkan usulan-usulan perwakilan karyawan belum dapat dipenuhi.

            A.2. Faktor-faktor di dalam perusahaan yang dapat menahan munculnya
                                              keinginan membentuk serikat pekerja

        Menurut Mondy, Noe, Premeaux ( 2002) ada sejumlah faktor yang apabila tidak
      dikelola dengan baik akan dapat mengundang munculnya serikat pekerja. Faktor-
                                                           faktor tersebut adalah :
 a.                                                            Supervisor lini pertama yang berfungsi efektif



               Hal yang paling penting bagi perusahaan agar tetap mempunyai kemampuan
                dalam mempertahankan status bebas serikat pekerja adalah efektifitas dari
            manajemennya, khususnya para Supervisor pada lini pertama. Para Supervisor
               ini merupakan pertahanan awal pihak manajemen terhadap serikat pekerja.
                   Kemampuan para Supervisor ini dalam menangani masalah-masalah yang
            berkaitan dengan pekerjaan, penilaian karya , keluhan karyawan, penegakkan
                  disiplin dan pemberian penghargaan, akan mempengaruhi sikap karyawan
              terhadap perusahaan. Bila mereka mampu menangani masalah-masalah yang
                 muncul dengan baik, kemungkinan besar sikap karyawan akan lebih positif
            terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat menghindarkan karyawan untuk
             berpikir mencari alternatif pemecahan masalah yang lain, yang salah satunya
                   melalui serikat pekerja. Peran para Supervisor ini tidak dapat diabaikan,
           walaupun mereka adalah tingkatan manajemen terendah di dalam perusahaan.
                 Hal ini terjadi karena para Supervisor biasanya mempunyai pengaruhi yang
          lebih besar kepada para karyawan dibandingkan dengan para Manajer lainnya.
b.                                          Adanya kebijakan bebas serikat pekerja
            Apabila perusahaan mempunyai sasaran untuk tetap mengelola hubungan
           industrialnya tanpa keterlibatan serikat pekerja, maka kebijakan tersebut
           seharusnya dikomunikasikan dengan baik dan berulang-ulang pada seluruh
      karyawannya. Para karyawan harus diberikan informasi yang lengkap dan tepat
            tentang alasan-alasan yang mendasari pihak manajemen organisasi untuk
     mengambil kebijakan ini dan dampak kebijakan ini terhadap seluruh karyawan.
       Komunikasi yang efektif diperlukan untuk meyakinkan para karyawan tentang
     manfaat yang diperoleh oleh organisasi dan juga para karyawan atas penetapan
         kebijakan bebas serikat pekerja ini. Khususnya di Indonesia, penetapan dan
                 penerapan kebijakan bebas serikat pekerja ini tidak dapat dilakukan
     sepenuhnya seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Dengan demikian hal ini
     harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan bahwa langkah yang diambil
         organisasi ini tidak dianggap sebagai upaya untuk melakukan kampanye anti
          serikat pekerja. Sesuatu kebijakan yang akan dianggap melanggar pasal 28
                                                  Undang Undang No. 21 Tahun 2000.

               Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, banyak perusahaan di
           Indonesia yang tidak secara resmi atau tertulis menyatakan bahwa mereka
         memiliki kebijakan bebas serikat pekerja. Namun dalam prakteknya mereka
          melakukan hal tersebut. Hal ini mungkin bagian dari taktik perusahaan agar
          tidak dianggap melanggar undang undang. Namun demikian menurut hemat
                   penulis, seandainya memang perusahaan ingin mengelola hubungan
         industrialnya tanpa keterlibaan serikat pekerja, maka sebaiknya perusahaan
       tidak perlu menetapkan dan menyatakan kebijakan ini secara terbuka kepada
           siapapun. Selain itu, praktisi SDM yang ada di perusahaan harus memahami
         dengan baik ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai serikat pekerja.
c.                                                        Komunikasi yang efektif
       Agar tetap bebas dari serikat pekerja, perusahaan harus mampu membangun
          sebuah komunikasi yang efektif dengan seluruh elemen yang ada di dalam
     organisasi. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membangun proses komunikasi
                             yang efektif di dalam perusahaan, antara lain melalui :
                                                         1. Manajemen partisipatif
        Melalui manajemen partisipatif ini, para karyawan diberi kesempatan untuk
         ikut serta dalam proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan
            tertentu oleh atasannya. Dengan pendekatan ini demikian para manajer
                dapat mendengarkan dan memahami gagasan-gagasan, umpan balik,
            maupun keberatan dari para karyawan. Dampak utama yang diharapkan
           dari pendekatan ini adalah terbentuknya sikap positif dan keyakinan dari
           para karyawan bahwa mereka telah diperlakukan dengan baik dan bahwa
             atasan mereka merupakan pihak yang tepat untuk menyalurkan aspirasi
                                                mereka, dan bukan serikat pekerja.
                                 2. Manajemen Kinerja (Performance Management)
                  Salah satu bentuk dari komunikasi yang efektif adalah apabila para
               karyawan memahami tugas-tugas yang harus dilakukannya, diberikan
        informasi yang diperlukan mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik,
        dan diberikan umpan balik atas kinerja yang ditampilkannya. Semua kondisi
          tersebut di atas hanya dapat terjadi apabila proses manajemen kinerja di
                   dalam perusahaan sudah berjalan dengan baik. Dengan penerapan
        manajemen kinerja yang baik maka akan menghindarkan munculnya konflik
             di tempat kerja yang disebabkan oleh ketidak-jelasan tugas-tugas yang
          harus dilakukan oleh para karyawan. Konflik yang tidak dapat diselesaikan
                dengan baik dapat menciptakan ruang bagi kemungkinan munculnya
keinginan dari karyawan untuk membentuk serikat pekerja. Khususnya bila
        karyawan yang bersangkutan merasa tidak puas dengan penyelesaian konflik
                 yang dilakukan oleh atasannya atau pihak manajemen perusahaan.
                                                                3. Open door policy
       Open door policy adalah kebijakan perusahaan yang memberikan hak kepada
           para karyawan untuk membawa berbagai masalah/keluhan kepada atasan
            dari atasan langsung, apabila penyelesaian yang memuaskan tidak dapat
                 diperoleh dari atasannya langsung. Dengan kebijakan ini, maka para
          karyawan didorong untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapinya
         tetap dalam kerangka struktur organisasi yang ada. Dengan demikian dapat
               memastikan bahwa berbagai masalah yang muncul dapat diselesaikan
          dengan memuaskan Dengan demikian memperkecil ruang bagi munculnya
                   keinginan untuk mencari penyelesaian di luar struktur organisasi.
         Agar kebijakan ini berjalan dengan efektif maka para karyawan tidak boleh
         merasa takut bahwa dengan melaporkan masalah yang dihadapinya kepada
           atasan dari atasan langsungnya, akan menghambat karirnya. Untuk itulah
              para pihak yang terlibat dalam proses ini harus memiliki sikap dewasa,
        terbuka dan saling percaya satu dengan lainnya. Kebijakan ini akan menjadi
              kontra produktif bila karyawan yang melaporkan keluhannya kemudian
              dihukum atau dihambat karirnya karena telah mem”bypass” atasannya
                                                                            langsung.
d.                                                   Kepercayaan dan keterbukaan

     Kepercayaan dan keterbukaan dari para manajer dan para karyawan merupakan
        hal yang tidak dapat dilupakan bagi perusahaan untuk tetap dapat mengelola
       hubungan industrialnya tanpa kehadiran dari serikat pekerja. Kredibilitas yang
                didasarkan atas kepercayaan harus ada diantara manajemen dan para
            karyawan. Bila para karyawan mempersepsikan bahwa manajernya cukup
      terbuka dan dapat menerima gagasan-gagasan dari mereka, maka akan muncul
        lebih banyak umpan balik kepada manajernya. Manajer membutuhkan umpan
          balik ini untuk melaksanakannya pekerjaannya secara efektif. Bila manajer
          memberikan kesan bahwa perintah-perintahnya tidak boleh dipertanyakan,
      maka komunikasi akan tersumbat dan kredibilitas manajer perlahan-lahan akan
                                                                               hilang.
e.                                       Program-program kompensasi yang efektif
     Tak dapat dipungkiri lagi bahwa program kompensasi yang efektif akan menjadi
            daya tahan tersendiri bagi perusahaan dari “gempuran” pihak-pihak yang
            menginginkan berdirinya serikat pekerja di perusahaan. Kompensasi yang
         efektif berarti bahwa sistim penggajian dan kesejahteraan diberikan secara
           tepat guna kepada karyawan untuk mendorong mereka berprestasi secara
      maksimal di dalam perusahaan. Contoh : Pemberian bonus bagi para karyawan
      yang berprestasi di atas rata-rata, kenaikan gaji berkala yang dilakukan sesuai
             dengan kemampuan perusahaan dan kenaikan gaji pada industri sejenis,
     bantuan biaya pendidikan bagi karyawan yang ingin melanjutkan pendidikannya
                 ke jenjang yang lebih tinggi yang relevan dengan pekerjaannya, dll.
           Berdasarkan pengalaman penulis dalam menangani permasalahan serikat
      pekerja, diketahui bahwa umumnya isu yang menjadi bahan perselisihan oleh
          serikat pekerja adalah menyangkut hal-hal yang bersifat normatif, seperti
       kenaikan gaji, uang lembur, jaminan kesehatan, jamsostek , dan sebagainya.
          Dengan demikian, apabila perusahaan telah mempunyai program-program
         kompensasi yang efektif, maka sebagain besar potensi masalah yang dapat
       menjadi titik awal munculnya perselisihan perburuhan, yang dapat mengarah
pada upaya pembentukan serikat pekerja telah dapat dieleminir. Namun
                demikian, program kompensasi yang efektif yang diberikan oleh pihak
        perusahaan harus secara berkala ditinjau ulang dan dikelola dengan baik. Hal
        ini untuk memastikan bahwa program-program yang ada tetap kompetitif dan
             menarik bagi para karyawan, khususnya bagi karyawan yang berprestasi.
      Pemberian kompensasi yang menarik namun tidak dikelola secara efektif malah
      akan menjadi pemicu munculnya ketidak-puasan karyawan, yang pada akhirnya
         akan menstimulasi munculnya perselisihan yang dapat mendorong munculnya
                                         upaya-upaya pembentukan serikat pekerja.

 f.                                           Lingkungan kerja yang sehat dan aman
             Lingkungan kerja, tak pelak lagi menjadi faktor penting yang tidak dapat
            diabaikan dalam membangun hubungan industrial tanpa kehadiran serikat
       pekerja. Lingkungan kerja yang sehat dan aman akan menciptakan ketenangan
                bekerja bagi para karyawan. Lingkungan kerja yang tidak memberikan
      perlindungan yang baik bagi karyawan, akan memberikan ruang bagi terjadinya
                  kecelakaan kerja. Semakin banyak terjadinya kecelakaan kerja akan
              mendorong karyawan menuntut pada pihak perusahaan untuk memenuhi
              kewajiban normatifnya. Bukan tidak mungkin, karyawan akan membawa
                  masalah ini kepada pihak luar, bila pihak perusahaan tidak berupaya
        menananggapi masalah ini arif. Bila hal ini terus berkepanjangan, maka ruang
             bagi munculnya serikat pekerja telah terbuka dengan luas di perusahaan.


                                                                       Kesimpulan
     Membangun hubungan industrial di perusahaan tanpa kehadiran serikat pekerja,
      bukanlah sesuatu hal yang mustahil dan tidak bertentangan dengan ketentuan-
   ketentuan yang berlaku di bidang ketenaga-kerjaan yang ada di Indonesia. Banyak
perusahaan yang telah menerapkan hal ini. Namun demikian dalam melaksanakan hal
     tersebut di atas, pihak perusahaan harus berhati-hati dalam merencanakan dan
   melaksanakannya. Hal ini penting untuk menghindarkan perusahaan dari tuntutan
 hukum karena dianggap menghalangi pembentukan serikat pekerja, yang merupakan
            pelanggaran terhadap Undang-Undang no 21 tahun 2000 Tentang Serikat
                                                                   Pekerja/Buruh.
       Hubungan industrial tanpa keterlibatan serikat pekerja, dapat dibangun apabila
     faktor-faktor yang dapat menahan upaya pengorganisasian serikat pekerja seperti
telah disebutkan dan dijabarkan di atas, telah dimiliki atau telah dibangun oleh pihak
         perusahaan. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa semua faktor tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan memperkuat satu sama lainnya.
         Tidak adanya salah satu faktor dari faktor-faktor yang tersebut di atas, dapat
  mengurangi kemampuan perusahaan untuk menghindari terjadinya pengorganisasian
     serikat pekerja di perusahaan. Ulasan di atas, diharapkan dapat membantu Anda,
        mengambil sikap yang tepat, dalam menjawab tantangan-tuntutan- kebutuhan
   seputar serikat kerja di perusahaan tempat Anda bekerja. Semoga bermanfaat. (jr)

**Penulis adalah alumnus Program Pasca Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi SDM –
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Saat ini penulis merupakan praktisi
SDM di sebuah perusahaan Multinasional Asing

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...
“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...
“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...SeptiAlsi
 
[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda
[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda
[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_andamuhamad nawawi
 
bab1 Latar belakang revisi2
bab1 Latar belakang revisi2bab1 Latar belakang revisi2
bab1 Latar belakang revisi2Mhd Zain A
 
Sistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraan
Sistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraanSistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraan
Sistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraanAditya Budianto
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...Muhammad Frayogi
 
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...Edi Putra, S.Inf., M.M., ASCA
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...Melania Bastian
 
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...NovitaHerlissha
 
Harmonisasi puk & pengusaha
Harmonisasi puk & pengusahaHarmonisasi puk & pengusaha
Harmonisasi puk & pengusahaWahyu Saputro
 
15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...
15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...
15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...ApriliaSafitri2
 
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2rohma wati
 
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...Tubagus Angga Dheviests
 
Modul 1 hubungan industrial
Modul 1 hubungan industrialModul 1 hubungan industrial
Modul 1 hubungan industrialriswan ludfi
 

Mais procurados (13)

“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...
“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...
“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASION...
 
[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda
[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda
[Sdm]sebuah cara pandang_yang_berbeda_terhadap_karir_anda
 
bab1 Latar belakang revisi2
bab1 Latar belakang revisi2bab1 Latar belakang revisi2
bab1 Latar belakang revisi2
 
Sistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraan
Sistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraanSistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraan
Sistem outsourcing serta dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraan
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Employee Responsibilities and Rigths _Univer...
 
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
 
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
 
Harmonisasi puk & pengusaha
Harmonisasi puk & pengusahaHarmonisasi puk & pengusaha
Harmonisasi puk & pengusaha
 
15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...
15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...
15, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate gove...
 
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi 2
 
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
 
Modul 1 hubungan industrial
Modul 1 hubungan industrialModul 1 hubungan industrial
Modul 1 hubungan industrial
 

Destaque

No Wonder It's So Hard To Make Money Online!
No Wonder It's So Hard To Make Money Online!No Wonder It's So Hard To Make Money Online!
No Wonder It's So Hard To Make Money Online!believe52
 
Enhancement of Data Hiding Capacity in Audio Steganography
Enhancement of Data Hiding Capacity in Audio SteganographyEnhancement of Data Hiding Capacity in Audio Steganography
Enhancement of Data Hiding Capacity in Audio SteganographyIOSR Journals
 
K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...
K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...
K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...IOSR Journals
 
An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...
An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...
An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...IOSR Journals
 
To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...
To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...
To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...IOSR Journals
 
Use Email Marketing wisely; Stand out from Junk Mail
Use Email Marketing wisely; Stand out from Junk MailUse Email Marketing wisely; Stand out from Junk Mail
Use Email Marketing wisely; Stand out from Junk Mailbelieve52
 
Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...
Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...
Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...IOSR Journals
 
Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property
Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property
Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property David Zak Lawyer
 
International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...
International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...
International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...Odyssey Recruitment
 
Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...
Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...
Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...Anastasia Lanina
 
Improving Security Measures of E-Learning Database
Improving Security Measures of E-Learning DatabaseImproving Security Measures of E-Learning Database
Improving Security Measures of E-Learning DatabaseIOSR Journals
 
Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...
Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...
Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...IOSR Journals
 
Poster and magazine analysis media
Poster and magazine analysis   mediaPoster and magazine analysis   media
Poster and magazine analysis mediaTemibaybee
 
7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay
7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay
7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBaybelieve52
 

Destaque (18)

No Wonder It's So Hard To Make Money Online!
No Wonder It's So Hard To Make Money Online!No Wonder It's So Hard To Make Money Online!
No Wonder It's So Hard To Make Money Online!
 
Enhancement of Data Hiding Capacity in Audio Steganography
Enhancement of Data Hiding Capacity in Audio SteganographyEnhancement of Data Hiding Capacity in Audio Steganography
Enhancement of Data Hiding Capacity in Audio Steganography
 
K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...
K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...
K Means Clustering Algorithm for Partitioning Data Sets Evaluated From Horizo...
 
An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...
An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...
An Approach For Identifying The Forest Fire Using Land Surface Imagery By Loc...
 
To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...
To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...
To Improve the Recognition Rate with High Security with Ear/Iris Biometric Re...
 
Use Email Marketing wisely; Stand out from Junk Mail
Use Email Marketing wisely; Stand out from Junk MailUse Email Marketing wisely; Stand out from Junk Mail
Use Email Marketing wisely; Stand out from Junk Mail
 
Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...
Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...
Characterization of Arsenic contaminated Rice (Oryza Sativa L.) through RAPD ...
 
Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property
Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property
Why U.S. Bank Lost Its Case against Ibanez on a Foreclosed Property
 
International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...
International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...
International Medical Careers Forum Oct 15 2016 Sharing My Own Trip Dr Ameed ...
 
OFIPA
OFIPAOFIPA
OFIPA
 
Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...
Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...
Презентация Тепликского РРЦГ "Результаты работы ІІ Фазы Проекта МРГ в Тепликс...
 
Improving Security Measures of E-Learning Database
Improving Security Measures of E-Learning DatabaseImproving Security Measures of E-Learning Database
Improving Security Measures of E-Learning Database
 
I0925259
I0925259I0925259
I0925259
 
Final Year Project
Final Year ProjectFinal Year Project
Final Year Project
 
Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...
Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...
Tools for Ontology Building from Texts: Analysis and Improvement of the Resul...
 
Poster and magazine analysis media
Poster and magazine analysis   mediaPoster and magazine analysis   media
Poster and magazine analysis media
 
7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay
7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay
7 Tips for Selling Expensive Collectibles On eBay
 
D0952832
D0952832D0952832
D0952832
 

Semelhante a Cara Mengelola Hubungan Industrial Tanpa Serikat Pekerja

Management Human Resource
Management Human ResourceManagement Human Resource
Management Human ResourceFarrow Richie
 
Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015Antonius Aris Trianto, S.Sos
 
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian PerdanawatiEMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian PerdanawatiAsteria Dian Perdanawati
 
001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt
001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt
001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.pptwongalus3
 
001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx
001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx
001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptxUmmuFaizah4
 
349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt
349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt
349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.pptUmmuFaizah4
 
Hasil penelitian hubungan industrial
Hasil penelitian hubungan industrialHasil penelitian hubungan industrial
Hasil penelitian hubungan industrialRia Palupi
 
Tugas SDM Serikat Pekerja.ppt
Tugas SDM Serikat Pekerja.pptTugas SDM Serikat Pekerja.ppt
Tugas SDM Serikat Pekerja.pptsnowSuper
 
Individu dalam organisasi - ETIKA BISNIS
Individu dalam organisasi - ETIKA BISNISIndividu dalam organisasi - ETIKA BISNIS
Individu dalam organisasi - ETIKA BISNISFalanni Firyal Fawwaz
 
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mmHukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mmDadang Budiaji
 
SWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdf
SWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdfSWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdf
SWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdfSWINDANGGEA
 
Union Representatif & Collective Bargaining.pdf
Union Representatif & Collective Bargaining.pdfUnion Representatif & Collective Bargaining.pdf
Union Representatif & Collective Bargaining.pdfEngeChristina1
 
Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...
Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...
Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...yusuf Arrasyid
 
Fungsi dan peran serikat pekerja
Fungsi dan peran serikat pekerjaFungsi dan peran serikat pekerja
Fungsi dan peran serikat pekerjamuhammad hamdi
 
9.keadilan dalam organisasi
9.keadilan dalam organisasi9.keadilan dalam organisasi
9.keadilan dalam organisasiTesya Suha Berra
 

Semelhante a Cara Mengelola Hubungan Industrial Tanpa Serikat Pekerja (20)

Management Human Resource
Management Human ResourceManagement Human Resource
Management Human Resource
 
Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
 
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian PerdanawatiEMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
EMPLOYERS RESPOSIBILITY AND EMPLOYERS RIGHTS, Asteria Dian Perdanawati
 
001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt
001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt
001-MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL.ppt
 
001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx
001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx
001-manajemenhubunganindustrial-230126083750-b92bff2f.pptx
 
349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt
349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt
349046872-Hubungan-invgjvdustrial-ppt.ppt
 
Hasil penelitian hubungan industrial
Hasil penelitian hubungan industrialHasil penelitian hubungan industrial
Hasil penelitian hubungan industrial
 
Tugas SDM Serikat Pekerja.ppt
Tugas SDM Serikat Pekerja.pptTugas SDM Serikat Pekerja.ppt
Tugas SDM Serikat Pekerja.ppt
 
MAKALAH.docx
MAKALAH.docxMAKALAH.docx
MAKALAH.docx
 
Individu dalam organisasi - ETIKA BISNIS
Individu dalam organisasi - ETIKA BISNISIndividu dalam organisasi - ETIKA BISNIS
Individu dalam organisasi - ETIKA BISNIS
 
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mmHukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
 
SWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdf
SWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdfSWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdf
SWINDANG GEA (TUGAS METPEN2).pdf
 
Union Representatif & Collective Bargaining.pdf
Union Representatif & Collective Bargaining.pdfUnion Representatif & Collective Bargaining.pdf
Union Representatif & Collective Bargaining.pdf
 
ETIKA BISNIS RATNA 12.ppt
ETIKA BISNIS RATNA 12.pptETIKA BISNIS RATNA 12.ppt
ETIKA BISNIS RATNA 12.ppt
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...
Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...
Be & gg, m, yusuf ar rasyid, hapzi ali, ethical decision making, employer...
 
ST .pdf
ST .pdfST .pdf
ST .pdf
 
Fungsi dan peran serikat pekerja
Fungsi dan peran serikat pekerjaFungsi dan peran serikat pekerja
Fungsi dan peran serikat pekerja
 
9.keadilan dalam organisasi
9.keadilan dalam organisasi9.keadilan dalam organisasi
9.keadilan dalam organisasi
 
Etika bisnis (7th week)
Etika bisnis (7th week)Etika bisnis (7th week)
Etika bisnis (7th week)
 

Cara Mengelola Hubungan Industrial Tanpa Serikat Pekerja

  • 1. Bagaimana Mengelola Hubungan Industrial Tanpa Kehadiran Serikat Pekerja Oleh: Arbono Lasmahadi** Jakarta, 29 April 2004 Wajah Ginandjar tampak berseri-seri sore itu ketika ia baru saja keluar dari sebuah kantor di Kawasan Bisnis Segitiga Emas. Betapa tidak, Ia baru saja menanda-tangani kesepakatan kerja dengan sebuah perusahaan di Kawasan Elite tersebut, sebagai seorang Manajer di Divisi Sumber Daya Manusia (SDM). Di perusahaan yang baru ini dan dengan posisinya yang baru, Ginandjar akan mendapatkan tanggung jawab kerja dan wewenang yang lebih luas dari peran yang selama ini ia jalankan di perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Posisinya saat ini adalah sebagai Manajer Pelatihan dan Pengembangan yang bertanggung Jawab untuk mengelola proses rekrutmen dan seleksi , pelatihan dan pengembangan karyawan. Sementara di posisinya yang baru, ia akan bertanggung jawab untuk mengelola seluruh spektrum dari Fungsi SDM yang ada di perusahaan yang bersangkutan, yaitu dimulai dari proses rerutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, remunerasi, administrasi personalia, dan hubungan industrial, hingga penanganan masalah pensiun. Bila melihat tanggung jawab yang akan diembannya di perusahaan yang baru, wajar saja bila Ginandjar cukup senang atas tantangan yang ditawarkan oleh perusahaan yang baru. Namun di balik keceriaan yang ditampilkannya sore itu, ada terbesit di dalam pikiran Ginandjar, satu peran baru yang membuatnya sedikit cemas, yaitu mengenai pengelolaan hubungan industrial di perusahaan. Masalahnya adalah adanya perbedaan persepsi yang ada pada dirinya mengenai hubungan industrial dengan keinginan dari pihak manajemen perusahaan. Dalam pandangan Ginandjar , fungsi hubungan industrial sebaiknya dikelola dengan melibatkan serikat pekerja. Sedangkan dari pihak manajemen perusahaan menginginkan bahwa pengelolaan hubungan industrial dilakukan tanpa kehadiran serikat pekerja. Hal ini terjadi karena manajemen perusahaan percaya bahwa hubungan industrial yang positif dapat dibangun tanpa perlu hadirnya serikat. Sepanjang pengetahuannya semua perusahaan yang mempekerjakan minimum 25 orang karyawan wajib mempunyai sebuah serikat pekerja. Mungkinkan hubungan industrial yang positif terjalin tanpa kehadiran dari serikat pekerja? Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam benak Ginandjar sering pula menjadi kekhawatiran para praktisi SDM yang mungkin sedang mengalami situasi yang mirip seperti yang dihadapi oleh Ginandjar atau yang berkeinginan untuk mengembangkan karirnya menjadi seorang generalis di bidang SDM. Pada dasarnya di dalam mengelola hubungan industrial di perusahaan, keberadaan Serikat Pekerja bukanlah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Bila kita merujuk kepada Undang Undang Ketenaga-kerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 106 dinyatakan : 1. Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. 2. Lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan 3. Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan
  • 2. Berdasarkan Undang-undang tersebut di atas, yang wajib dipenuhi oleh perusahaan dalam mengelola hubungan industrialnya adalah adanya lembaga kerjasama bipartite, dan tidak harus melulu melalui hubungan dengan Serikat Pekerja. Dengan perkataan lain, perusahaan dimungkinkan untuk mengelola hubungan industrialnya tanpa ada keterlibatan dari Serikat Pekerja. Meskipun Undang Undang Ketenaga- kerjaan No. 13 Tahun 2003 memberikan kemungkinan untuk itu, bukan berarti perusahaan dapat melakukan kampanye anti serikat pekerja di perusahaan dalam mengelola hubungan industrialnya, karena hal ini bertentangan dengan Pasal 28 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh,yang mengamanatkan : "Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara : 1. Melakukan PHK, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan atau melakukan mutasi 2. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh 3. Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun 4. Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh" Apabila anda menjadi Ginandjar, apa yang akan anda lakukan dalam mengelola hubungan industrial di perusahaan tanpa melibatkan serikat pekerja ? Uraian-uraian berikut ini akan menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola hubungan industrial di dalam perusahaan yang tidak memiliki serikat pekerja. Uraian-uraian ini dibuat berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penulis; yang pernah bekerja di perusahaan yang mengelola hubungan industrialnya dengan keterlibatan dari serikat pekerja dan tanpa serikat pekerja; serta dari studi literatur yang ada A. Hubungan Industrial Tanpa Serikat Pekerja Perusahaan-perusahaan yang membangun hubungan industrial yang produktif namun tidak ingin melibatkan serikat pekerja di dalam keseluruhan prosesnya dapat mempertahankan kondisi tersebut apabila : 1. Mampu meningkatkan faktor-faktor yang dapat menurunkan kesempatan terjadinya pengorganisasian serikat pekerja 2. Manajemen perusahaan mampu dan berkeinginan untuk menawarkan kondisi kerja yang sama atau lebih baik dari yang dapat mereka harapkan dari serikat pekerja (Mondy, Noe, & Premeaux, 2002) A.1. Faktor faktor yang dapat menurunkan kesempatan terjadinya pengorganisasian serikat pekerja Menurut American Federation of Labor and Congress of Industrial Organizations; AFL - CIO (Nation Business No. 54, 1966) ada sejumlah faktor yang dapat menurunkan kesempatan bagi terjadinya pengorganisasian serikat pekerja di perusahaan, seperti berikut :
  • 3. oAdanya keyakinan dari karyawan bahwa atasannya tidak memanfaatkannya. o Para karyawan yang bangga dengan pekerjaannya. o Catatan-catatan mengenai prestasi kerja yang baik disimpan oleh perusahaan. Para karyawan merasa aman saat mereka mengetahui bahwa upaya-upaya mereka diakui dan dihargai. o Tidak adanya tuntutan atas perlakuan yang sewenang-wenang. Para karyawan menghargai disiplin yang tegas tapi adil. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Stone (1998) yang mengemukakan bahwa Kesewenang-wenangan dan ketidak- adilan dari manajemen mendorong pekerja untuk bergabung dengan serikat pekerja o Tidak adanya favoritisme; yang biasanya diperoleh melalui mekanisme diluar prestasi kerja. o Para supervisor yang mempunyai hubungan baik dengan para bawahannya. Walaupun faktor-faktor tersebut muncul di Amerika Serikat, namun berdasarkan pengalaman penulis menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut masih relevan untuk dipertimbangkan dalam konteks hubungan industrial di Indonesia. Sebagai contoh : penulis dalam kapasitasnya sebagai Manajer SDM pernah menyelesaikan pembuatan peraturan perusahaan dengan baik tanpa menimbulkan konflik, di perusahaan yang tidak memiliki serikat pekerja. Dalam proses pembuatan peraturan perusahaan ini, para perwakilan karyawan dilibatkan dalam memberikan usulan perubahan terhadap peraturan perusahaan yang ada. Memang tidak semua usulan perwakilan karyawan dapat diterima. Namun demikian, dengan pendekatan ini para karyawan tidak merasa diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak perusahaan. Dengan pendekatan ini pula, para perwakilan karyawan akan mempunyai rasa memiliki terhadap aturan-aturan yang ada. Hal ini kelak akan memudahkan pihak manajemen dalam menegakkan peraturan yang ada. Disamping itu hubungan baik yang terjalin antara penulis dengan perwakilan karyawan yang ada memudahkan penulis untuk menjelaskan alasan-alasan yang menyebabkan usulan-usulan perwakilan karyawan belum dapat dipenuhi. A.2. Faktor-faktor di dalam perusahaan yang dapat menahan munculnya keinginan membentuk serikat pekerja Menurut Mondy, Noe, Premeaux ( 2002) ada sejumlah faktor yang apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat mengundang munculnya serikat pekerja. Faktor- faktor tersebut adalah : a. Supervisor lini pertama yang berfungsi efektif Hal yang paling penting bagi perusahaan agar tetap mempunyai kemampuan dalam mempertahankan status bebas serikat pekerja adalah efektifitas dari manajemennya, khususnya para Supervisor pada lini pertama. Para Supervisor ini merupakan pertahanan awal pihak manajemen terhadap serikat pekerja. Kemampuan para Supervisor ini dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, penilaian karya , keluhan karyawan, penegakkan disiplin dan pemberian penghargaan, akan mempengaruhi sikap karyawan terhadap perusahaan. Bila mereka mampu menangani masalah-masalah yang muncul dengan baik, kemungkinan besar sikap karyawan akan lebih positif terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat menghindarkan karyawan untuk berpikir mencari alternatif pemecahan masalah yang lain, yang salah satunya melalui serikat pekerja. Peran para Supervisor ini tidak dapat diabaikan, walaupun mereka adalah tingkatan manajemen terendah di dalam perusahaan. Hal ini terjadi karena para Supervisor biasanya mempunyai pengaruhi yang lebih besar kepada para karyawan dibandingkan dengan para Manajer lainnya.
  • 4. b. Adanya kebijakan bebas serikat pekerja Apabila perusahaan mempunyai sasaran untuk tetap mengelola hubungan industrialnya tanpa keterlibatan serikat pekerja, maka kebijakan tersebut seharusnya dikomunikasikan dengan baik dan berulang-ulang pada seluruh karyawannya. Para karyawan harus diberikan informasi yang lengkap dan tepat tentang alasan-alasan yang mendasari pihak manajemen organisasi untuk mengambil kebijakan ini dan dampak kebijakan ini terhadap seluruh karyawan. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk meyakinkan para karyawan tentang manfaat yang diperoleh oleh organisasi dan juga para karyawan atas penetapan kebijakan bebas serikat pekerja ini. Khususnya di Indonesia, penetapan dan penerapan kebijakan bebas serikat pekerja ini tidak dapat dilakukan sepenuhnya seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Dengan demikian hal ini harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan bahwa langkah yang diambil organisasi ini tidak dianggap sebagai upaya untuk melakukan kampanye anti serikat pekerja. Sesuatu kebijakan yang akan dianggap melanggar pasal 28 Undang Undang No. 21 Tahun 2000. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, banyak perusahaan di Indonesia yang tidak secara resmi atau tertulis menyatakan bahwa mereka memiliki kebijakan bebas serikat pekerja. Namun dalam prakteknya mereka melakukan hal tersebut. Hal ini mungkin bagian dari taktik perusahaan agar tidak dianggap melanggar undang undang. Namun demikian menurut hemat penulis, seandainya memang perusahaan ingin mengelola hubungan industrialnya tanpa keterlibaan serikat pekerja, maka sebaiknya perusahaan tidak perlu menetapkan dan menyatakan kebijakan ini secara terbuka kepada siapapun. Selain itu, praktisi SDM yang ada di perusahaan harus memahami dengan baik ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai serikat pekerja. c. Komunikasi yang efektif Agar tetap bebas dari serikat pekerja, perusahaan harus mampu membangun sebuah komunikasi yang efektif dengan seluruh elemen yang ada di dalam organisasi. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membangun proses komunikasi yang efektif di dalam perusahaan, antara lain melalui : 1. Manajemen partisipatif Melalui manajemen partisipatif ini, para karyawan diberi kesempatan untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan tertentu oleh atasannya. Dengan pendekatan ini demikian para manajer dapat mendengarkan dan memahami gagasan-gagasan, umpan balik, maupun keberatan dari para karyawan. Dampak utama yang diharapkan dari pendekatan ini adalah terbentuknya sikap positif dan keyakinan dari para karyawan bahwa mereka telah diperlakukan dengan baik dan bahwa atasan mereka merupakan pihak yang tepat untuk menyalurkan aspirasi mereka, dan bukan serikat pekerja. 2. Manajemen Kinerja (Performance Management) Salah satu bentuk dari komunikasi yang efektif adalah apabila para karyawan memahami tugas-tugas yang harus dilakukannya, diberikan informasi yang diperlukan mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik, dan diberikan umpan balik atas kinerja yang ditampilkannya. Semua kondisi tersebut di atas hanya dapat terjadi apabila proses manajemen kinerja di dalam perusahaan sudah berjalan dengan baik. Dengan penerapan manajemen kinerja yang baik maka akan menghindarkan munculnya konflik di tempat kerja yang disebabkan oleh ketidak-jelasan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh para karyawan. Konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menciptakan ruang bagi kemungkinan munculnya
  • 5. keinginan dari karyawan untuk membentuk serikat pekerja. Khususnya bila karyawan yang bersangkutan merasa tidak puas dengan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh atasannya atau pihak manajemen perusahaan. 3. Open door policy Open door policy adalah kebijakan perusahaan yang memberikan hak kepada para karyawan untuk membawa berbagai masalah/keluhan kepada atasan dari atasan langsung, apabila penyelesaian yang memuaskan tidak dapat diperoleh dari atasannya langsung. Dengan kebijakan ini, maka para karyawan didorong untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapinya tetap dalam kerangka struktur organisasi yang ada. Dengan demikian dapat memastikan bahwa berbagai masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan memuaskan Dengan demikian memperkecil ruang bagi munculnya keinginan untuk mencari penyelesaian di luar struktur organisasi. Agar kebijakan ini berjalan dengan efektif maka para karyawan tidak boleh merasa takut bahwa dengan melaporkan masalah yang dihadapinya kepada atasan dari atasan langsungnya, akan menghambat karirnya. Untuk itulah para pihak yang terlibat dalam proses ini harus memiliki sikap dewasa, terbuka dan saling percaya satu dengan lainnya. Kebijakan ini akan menjadi kontra produktif bila karyawan yang melaporkan keluhannya kemudian dihukum atau dihambat karirnya karena telah mem”bypass” atasannya langsung. d. Kepercayaan dan keterbukaan Kepercayaan dan keterbukaan dari para manajer dan para karyawan merupakan hal yang tidak dapat dilupakan bagi perusahaan untuk tetap dapat mengelola hubungan industrialnya tanpa kehadiran dari serikat pekerja. Kredibilitas yang didasarkan atas kepercayaan harus ada diantara manajemen dan para karyawan. Bila para karyawan mempersepsikan bahwa manajernya cukup terbuka dan dapat menerima gagasan-gagasan dari mereka, maka akan muncul lebih banyak umpan balik kepada manajernya. Manajer membutuhkan umpan balik ini untuk melaksanakannya pekerjaannya secara efektif. Bila manajer memberikan kesan bahwa perintah-perintahnya tidak boleh dipertanyakan, maka komunikasi akan tersumbat dan kredibilitas manajer perlahan-lahan akan hilang. e. Program-program kompensasi yang efektif Tak dapat dipungkiri lagi bahwa program kompensasi yang efektif akan menjadi daya tahan tersendiri bagi perusahaan dari “gempuran” pihak-pihak yang menginginkan berdirinya serikat pekerja di perusahaan. Kompensasi yang efektif berarti bahwa sistim penggajian dan kesejahteraan diberikan secara tepat guna kepada karyawan untuk mendorong mereka berprestasi secara maksimal di dalam perusahaan. Contoh : Pemberian bonus bagi para karyawan yang berprestasi di atas rata-rata, kenaikan gaji berkala yang dilakukan sesuai dengan kemampuan perusahaan dan kenaikan gaji pada industri sejenis, bantuan biaya pendidikan bagi karyawan yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yang relevan dengan pekerjaannya, dll. Berdasarkan pengalaman penulis dalam menangani permasalahan serikat pekerja, diketahui bahwa umumnya isu yang menjadi bahan perselisihan oleh serikat pekerja adalah menyangkut hal-hal yang bersifat normatif, seperti kenaikan gaji, uang lembur, jaminan kesehatan, jamsostek , dan sebagainya. Dengan demikian, apabila perusahaan telah mempunyai program-program kompensasi yang efektif, maka sebagain besar potensi masalah yang dapat menjadi titik awal munculnya perselisihan perburuhan, yang dapat mengarah
  • 6. pada upaya pembentukan serikat pekerja telah dapat dieleminir. Namun demikian, program kompensasi yang efektif yang diberikan oleh pihak perusahaan harus secara berkala ditinjau ulang dan dikelola dengan baik. Hal ini untuk memastikan bahwa program-program yang ada tetap kompetitif dan menarik bagi para karyawan, khususnya bagi karyawan yang berprestasi. Pemberian kompensasi yang menarik namun tidak dikelola secara efektif malah akan menjadi pemicu munculnya ketidak-puasan karyawan, yang pada akhirnya akan menstimulasi munculnya perselisihan yang dapat mendorong munculnya upaya-upaya pembentukan serikat pekerja. f. Lingkungan kerja yang sehat dan aman Lingkungan kerja, tak pelak lagi menjadi faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam membangun hubungan industrial tanpa kehadiran serikat pekerja. Lingkungan kerja yang sehat dan aman akan menciptakan ketenangan bekerja bagi para karyawan. Lingkungan kerja yang tidak memberikan perlindungan yang baik bagi karyawan, akan memberikan ruang bagi terjadinya kecelakaan kerja. Semakin banyak terjadinya kecelakaan kerja akan mendorong karyawan menuntut pada pihak perusahaan untuk memenuhi kewajiban normatifnya. Bukan tidak mungkin, karyawan akan membawa masalah ini kepada pihak luar, bila pihak perusahaan tidak berupaya menananggapi masalah ini arif. Bila hal ini terus berkepanjangan, maka ruang bagi munculnya serikat pekerja telah terbuka dengan luas di perusahaan. Kesimpulan Membangun hubungan industrial di perusahaan tanpa kehadiran serikat pekerja, bukanlah sesuatu hal yang mustahil dan tidak bertentangan dengan ketentuan- ketentuan yang berlaku di bidang ketenaga-kerjaan yang ada di Indonesia. Banyak perusahaan yang telah menerapkan hal ini. Namun demikian dalam melaksanakan hal tersebut di atas, pihak perusahaan harus berhati-hati dalam merencanakan dan melaksanakannya. Hal ini penting untuk menghindarkan perusahaan dari tuntutan hukum karena dianggap menghalangi pembentukan serikat pekerja, yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang no 21 tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Buruh. Hubungan industrial tanpa keterlibatan serikat pekerja, dapat dibangun apabila faktor-faktor yang dapat menahan upaya pengorganisasian serikat pekerja seperti telah disebutkan dan dijabarkan di atas, telah dimiliki atau telah dibangun oleh pihak perusahaan. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa semua faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan memperkuat satu sama lainnya. Tidak adanya salah satu faktor dari faktor-faktor yang tersebut di atas, dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk menghindari terjadinya pengorganisasian serikat pekerja di perusahaan. Ulasan di atas, diharapkan dapat membantu Anda, mengambil sikap yang tepat, dalam menjawab tantangan-tuntutan- kebutuhan seputar serikat kerja di perusahaan tempat Anda bekerja. Semoga bermanfaat. (jr) **Penulis adalah alumnus Program Pasca Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi SDM – Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Saat ini penulis merupakan praktisi SDM di sebuah perusahaan Multinasional Asing