SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 22
LAPORAN PRESENTASI
    PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
        Di susun oleh :

          Kelompok
              4


    Anggota kelompok

              Aripin
          Deden Atim
        Gun gun Wiguna
         Kiki Nurcahyo
         Yana Suryana
        2 mesin 4
 SMK Taruna Mandiri Cimahi
LEMBAR PENGESAHAN




Anggota kelompok   GURU MATA PELAJARAN

                   Dra. Nina Herlina. MM
Aipin
Deden Atim
Gun gun Wiguna
Kiki Nurcahyo
Yana Suryana
                                           1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pendidikan kewarganegaraan.

Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.




CIMAHI , 22 OKTOBER 2012




Penyusun




                                                                                                   2
Daftar Isi
Lembar Pengasahan                       1
Kata Pengantar                      2
Daftar Isi                              3
BAB 1 Permasalahan yang terjadi         4

BAB 2    Teori Teori                     5
   2.1   Budaya Politik                  5
   2.2   Tipe Tipe Budaya Politik        6
   2.3   Sosialisasi Politik             7
   2.4   Agen Sosialisasi Politik        9
   2.5   Partai Politik                 10
   2.6   Fungsi Partai Politik
   11
   2.7   Wahana Politik Praktis         12
BAB 3 Tanya Jawab                       12
   3.1 Pertanyaan                       12
   3.2 Jawaban                          13

BAB 4 Kesimpulan                        14


Daftar Pustaka                          15


                                         3
BAB 1
               PERMASALAHAN YANG TERJADI
1.1 Latar Belakang MasalahNegara republik Indonesia menganut asas demokrasi yang
bersumber kepada nilai-nilaikehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia.
Perwujudan asas demokrasi itudiartikan sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber
kepada nilai kebersamaan,kekeluargaan dan kegotongroyongan. Demokrasi pancasila yang
dianut oleh bangsaIndonesia juga memberikan penghargaan yang tinggi kepada nilai
musyawarah yangmencerminkan kesungguhan dan tekad dari bangsa Indonesia untuk berdiri
diatas kebenaranuntuk berpartisipasi dalam pemerintahan serta turut menentukan haluan Negara.
Namun,kebebasan tersebut disertai pula dengan tanggung jawab yang bukan hanya di tujukan
kepadamanusia, melainkan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, kita harus
pedulipada keadaan dan masa depan bangsa. Namun, kepedulian itu hendaknya diwujudkan
melalicara yang benar, konstitusional dan bertanggung jawab. 1


1.2 Bentuk – Bentuk Pemerintahan

a. OligarkiOligarki berasal dari kata oligoi yang berarti kelompok teman, sedikit atau beberapa,
sedangkanarchein yang berarti memerintah. Jadi, Oligarki yaitu pemerintahan yang dipegang
oleh beberapa(sedikit) orang untuk kepentingan mereka sendiri. Dari bentuk pemerintahan
Oligarki ini akanlahir bentuk Pluktorasi (Plutos berarti bodoh, archien atau cratein berarti
memerintah).Puktorasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh orang – orang kaya yang
kurang terdidik.

b. AnarkiAnarki berasal dari bahasa Yunani (An = tidak, Archie= memerintah).ajdi Anarki
adalahpemerintahan para warga negaranya tidak mau tunduk pada kekuasaa pemerintahan
danmenganggap dirinya tidak terikat kepada peraturan perundang – undangan yang berlaku.

c. Mobokrasi Mobokrasi adalah pemerintahan yang dikuasai oleh sekelompok orang untuk
kepentingankelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat.

d. DictatorDiktator mempunyai arti satu orang memerintah dengan kekuasaan tidak terbatas.
Dalammemperoleh kekuasaan biasanya dilakukan melalui suatu jalan revolusi dengan
memaksakankehendak kepada rakyat. Seorang diktator tidak tunduk pada undang – undang
Negara danmenjadi pemegang tunggal atas kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif. 2
4


                                       BAB 2
                                    TEORI- TEORI


2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila
Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi
dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi
yang berada dibawah komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang
berada dibawah pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan daripada
suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama
dalam lembaga-lembaga negara.

Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri
demokrasi Pancasila :

       pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi
       adanya pemilu secara berkesinambungan
       adanya peran-peran kelompok kepentingan
       adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas.
       Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan
       masalah.
       Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat
dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu
Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.

2.2Prinsip Demokrasi Pancasila
Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

   1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
   2. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah
   3. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan yang
      merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh
      Presiden, BPK, DPR atau lainnya
   4. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk menyalurkan
      aspirasi rakyat
   5. Pelaksanaan Pemilihan Umum
   6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (pasal
      1 ayat 2 UUD 1945)
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
   8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri
       sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain
   9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
   10. Pemerintahan berdasarkan hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:

a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(machtstaat) b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan tidak terbatas) c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.

2.3Tujuh Sendi Pokok
Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi pokok yang menjadi landasan,
yaitu[5]:

       1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum.

Seluruh tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan kedudukan dalam hukum bagi
semua warga negara harus tercermin di dalamnya.

       2. Indonesia menganut sistem konstitusional

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.

       3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang
       tertinggi

Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman terdahulu, bahwa
(kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan
demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai tugas pokok, yaitu:

       Menetapkan UUD;
       Menetapkan GBHN; dan
       Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden

Wewenang MPR, yaitu:

       Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain, seperti
       penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden
       Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan GBHN
       Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
       Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila
       presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan UUD;
       Mengubah undang-undang.
4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis
       Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi. Presiden selain diangkat
oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris
MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.

       5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat
(kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam
pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang, presiden harus
mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang legislatif ialah hak inisiatif, hak amandemen,
dan hak budget.

Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:

       Hak tanya/bertanya kepada pemerintah
       Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah
       Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah
       Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal
       Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.

       6 Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab
       kepada DPR

Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Menteri ini
tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal tersebut, berarti
sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensil.

Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai
tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam prakteknya berada di bawah
koordinasi presiden.

       7 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas

Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya kekuasaan
tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan DPR kuat
karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota
MPR. DPR sejajar dengan presiden.

2.4Fungsi Demokrasi Pancasila
Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

       Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara

Contohnya:
Ikut menyukseskan Pemilu
       Ikut menyukseskan pembangunan
       Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.

       Menjamin tetap tegaknya negara RI
       Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem konstitusional
       Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila
       Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga negara
       Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,

Contohnya:

       Presiden adalah mandataris MPR,
       Presiden bertanggung jawab kepada MPR.

2.5 Demokrasi Deliberatif
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 dan sila ke-4 Pancasila, dirumuskan bahwa “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”. Dengan demikian
berarti demokrasi Pancasila merupakan demokrasi deliberatif.

Dalam demokrasi deliberatif terdapat tiga prinsip utama:

   1. prinsip deliberasi, artinya sebelum mengambil keputusan perlu melakukan pertimbangan
      yang mendalam dengan semua pihak yang terkait.
   2. prinsip reasonableness, artinya dalam melakukan pertimbangan bersama hendaknya ada
      kesediaan untuk memahami pihak lain, dan argumentasi yang dilontarkan dapat
      dipertanggungjawabkan secara rasional.
   3. prinsip kebebasan dan kesetaraan kedudukan, artinya semua pihak yang terkait memiliki
      peluang yang sama dan memiliki kebebasan dalam menyampaikan pikiran, pertimbangan,
      dan gagasannya secara terbuka serta kesediaan untuk mendengarkan.

Demokrasi yang deliberatif diperlukan untuk menyatukan berbagai kepentingan yang timbul dalam
masyarakat Indonesia yang heteroge. Jadi setiap kebijakan publik hendaknya lahir dari musyawarah
bukan dipaksakan. Deliberasi dilakukan untuk mencapai resolusi atas terjadinya konflik
kepentingan. Maka diperlukan suatu proses yang fair demi memperoleh dukungan mayoritas atas
sebuah kebijakan publik demi suatu ketertiban sosial dan stabilitas nasional.

2.6Demokrasi Pancasila dalam Beberapa Bidang
       Bidang ekonomi

Demokrasi Pancasila menuntut rakyat menjadi subjek dalam pembangunan ekonomi. Pemerintah
memberikan peluang bagi terwujudnya hak-hak ekonomi rakyat dengan menjamin tegaknya prinsip
keadilan sosial sehingga segala bentuk hegemoni kekayaan alam atau sumber-sumber ekonomi
harus ditolak agar semua rakyat memiliki kesempatan yang sama dalam penggunaan kekayaan
negara. dalam implikasi pernah diwujudkan dalam Program ekonomi banteng tahun 1950, Sumitro
plan tahun 1951, Rencana lima tahun pertama tahun 1955 s.d. tahun 1960, Rencana delapan tahun
dan terakhir dalam Repelita kesemuanya malah menyuburkan korupsi dan merusaknya sarana
produksi. Hal ini ditujukan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan pasal
33 UUD 1945 dan sila ke-5 Pancasila. Maka secara kongkrit, rakyat berperan melalui wakil-wakil
rakyat di parlemen dalam menentukan kebijakan ekonomi.

        Bidang kebudayaan nasional

Demokrasi Pancasila menjamin adanya fasilitasi dari pihak pemerintah agar keunikan dan
kemajemukan Budaya Indonesia dapat tetap dipertahankan dan ditumbuhkembangkan sehingga
kekayaan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Terdapat
penolakan terhadap uniformitas budaya dan pemerintah menciptakan peluang bagi berkembangnya
budaya lokal sehingga identitas suatu komunitas mendapat pengakuan dan penghargaan.

2.7 Pemilihan Umum 2004
        Pemilu 2004 telah membawa Indonesia memasuki babak baru dalam perpolitikkan nasional. Pada

pemilu 2004 ini untuk pertama kalinya pemilihan anggota legislatif, pemilihan anggota Dewan Perwakilan

Daerah (DPD) dan Presiden dibedakan. Masyarakat pemilih sedikitnya melakukan 2 kali pemilihan. Pada

pemilu pertama yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004, masyarakat melakukan pemilihan anggota

DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupataten/ kota. Selain itu mereka juga melakukan pemilihan anggota

DPD yang nantinya akan menjadi wakil daerah (provinsi) di MPR.

        Pemilu kedua, adalah pemilihan presiden (pilpres) secara langsung. Pilpres putaran pertama yang

berlangsung 5 Juli 2004 menghasilkan 2 pasangan calon presiden, Susilo Bambang Yudoyono- Yusuf Kalla

dan Megawati- Hasyim Muzadi yang akan bersaing kembali dalam pilpres putaran kedua yang

diselenggarakan pada 20 September 2004.

        Dua putaran pilpres ini merupakan peristiwa politik besar, karena sejak Indonesia merdeka sampai

pilpres 2004 ini, belum pernah ada presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat, mulai dari Soekarno,

Soeharto, BJ. Habibie, Abdurahman Wahid sampai Megawati, semuanya dipilih secara tidak langsung yaitu

melalui MPR

        Ada 4 perubahan mendasar dari format pemilu 2004 ini jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu

sebelumnya. Pertama, adanya kebebasan memilih bagi masyarakat; kedua, terbukanya peluang yang sama

diantara partai-partai politik peserta pemilu; ketiga, berkurangnya secara signifikan peluang birokrasi untuk

melakukan upaya pendistorsian pemilu, karena penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang merupakan lembaga independen dan keempat; terbukanya peluang bagi masyarakat untuk ikut

serta melakukan pengawasan terhadap semua tahapan dalam proses pemilu.




           Kriteria- kriteria Pemilu yang sukses
           Paling tidak, ada 3 hal yang penting yang bisa dipakai sebagai indikator sukses–tidaknya pelaksanaan

pemilu, yaitu sistem pemilu, penyelenggara pemilu dan mekanisme penegakan hukum atas pelanggaran yang

terjadi dalam pemilu. Sejalan dengan itu, apakah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu

mampu menciptakan pemilu yang aman, adil dan demokratis.

           Pertama; Sistem Pemilu.

           Pada umumnya, kita mengenal dua sistem pemilu dengan beberapa variasinya, yaitu sistem distrik

dan sistem proporsional (Sartori, 1987). Dalam sistem distrik, satu wilayah (distrik pemilihan) memilih satu

wakil tunggal (single –member constituency) atas dasar suara terbanyak (pluralitas). Dalam sistem ini, negara

dibagi dalam sejumlah distrik pemilihan yang kurang lebih hampir sama jumlah penduduknya. Jumlah

penduduk dalam distrik berbeda-beda dari satu negara dengan negara lain. Di Inggris, misalnya satu distrik

kira-kira mewakili 500.000 penduduk, sedang di India dapat mencapai 2.000.000 penduduk. Karena satu

distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara terbanyak dianggap menang. Gejala

ini dinamakan ”the first past the post”. Artinya suara yang mendukung calon yang kalah dianggap hilang dan

tidak dihitung lagi untuk membantu partainya di distrik lainnya. Sistem pemilu distrik sering dipakai oleh

negara- negara yang menganut sistem kepartaian ”dwi partai”, seperti Amerika Serikat, India, Malaysia dan

Inggris.

           Sedang sistem proporsional, satu wilayah (daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multi-

member constituency), yang jumlahnya ditentukan atas dasar rasio tertentu, misalnya satu wakil parlemen

untuk 500.000 penduduk. Dalam sistem ini, suatu kesatuan administratif-pemerintahan                  (provinsi,

kabupaten/kota) dipakai sebagai daerah pemilihan. Jumlah suara yang diperoleh setiap partai menentukan

jumlah kursi di parlemen, artinya rasio perolehan suara antar partai sama dengan rasio perolehan kursi di
parlemen. Negara-negara yang menganut sistem ini adalah negara-negara dengan ”banyak partai” seperti

Nederland, Italia, Swedia dan Indonesia.




        Bagaimana dengan Pemilu Legislatif 2004 ?
        Pemilu Legislatif 2004 menggunakan sistem proporsional terbuka, dimana sistem ini masih

memberikan kedudukan yang kuat pada partai melalui sistem daftar. Meskipun sistem ini memberikan

peluang bagi calon yang populer (dapat memenuhi Bilangan Pembagi Pemilih; BPP) tanpa melihat nomor

urut, tetapi pada kenyataannya banyak calon yang memperoleh suara terbanyak, tetapi tidak mencapai BPP

dan tidak berada pada nomor urut jadi, kesempatan untuk menjadi wakil parlemen menjadi sirna. Kondisi

inilah yang mendominasi selama pemilu legislatif 2004 yang lalu. Secara teoritis, sistem proporsional

(terbuka) dianggap paling demokratis dan representatif, dalam arti jumlah wakil partai dalam parlemen sesuai

dengan jumlah suara yang dipeolehnya dalam pemilu, namun sistem ini sering mengundang lahirnya konflik

internal partai. Dan pada akhirnya akan merepotkan KPU sebagai penyelenggara pemilu.

        Faktor lain yang kurang menguntungkan adalah lahirnya elitisme dan oligarkhi partai. Seseorang

yang terpilih (terutama yang tidak memenuhi BPP) cenderung kurang erat hubungannya dengan masa

pemilihnya dan seorang calon akan lebih terikat pada kepentingan partai termasuk di dalamnya kepada elite

partai. Kondisi ini akan mempersulit terbentuknya konsolidasi demokrasi, dimana seseorang lebih

mementingkan partainya (delegational democracy) daripada pemilih yang diwakilinya (representative

democracy; O,Donnel, 1986).




        Bagaimana dengan Pilpres 2004 ?
        Pada pemilihan presiden secara langsung (pilpres) yang lalu mensyaratkan adanya dukungan partai

politik sebagai satu-satunya pintu (entry point) bagi bakal calon presiden menjadi calon presiden.

Persoalannya, apakah Partai Politik (parpol) sudah siap untuk dipakai sebagai satu-satunya pintu bagi calon

presiden. Untuk keperluan ini, semestinya parpol mampu menjalankan fungsi- fungsi politik sebagaimana

yang dilakukan oleh parpol modern. Menurut Almond dan Bingham Powell, jr. (1966), parpol memiliki
peran artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, sosialisasi politik dan rekruitmen

politik. Apakah peran-peran seperti di atas telah dilakukan oleh parpol kita ?

        Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa parpol kita sangat lemah dalam menjalankan fungsi-

fungsi politik di atas. Faktor penyebabnya, antara lain kuatnya pengaruh birokrasi dan militer selama

kekuasaan Orde Baru. Tetapi faktor ini sebenarnya dapat dibantah, karena selama reformasi (1998-2004)

parpol kembali memiliki peran yang sangat besar dalam perpolitikkan nasional kita. Masalahnya, selama

reformasi ini, partai terlalu sibuk ”mencari rejeki”, sehingga melupakan tugas-tugas politik yang seharusnya

mereka lakukan, yaitu mempersiapkan kader-kader partai untuk memperebutkan jabatan-jabatan politik

melalui sosialisasi politik dan rekruitmen politik yang teratur, terarah dan terukur.

        Mari kita lihat kiprah parpol dalam mempersiapkan kadernya dalam pilpres yang lalu.

        Pasangan Megawati-Hasyim Muzadi, yang diusung oleh PDIP (dan NU struktural), jika dilihat dari

track record    Megawati sebagai pemimpin PDIP, seharusnya tidak perlu dicalonkan kembali, sebab

Megawati adalah pemimpin yang gagal dalam pemilu legislatif 2004, dari 34 % suara pada pemilu 1999

turun menjadi 18 % pada pemilu 2004. Di negara manapun yang menganut sistem kepartaian modern,

seharusnya dia diganti dengan calon lainnya yang lebih segar dan menjanjikan.

        Pasangan Wiranto- Salahudin Wahid, yang diusung oleh Golkar (dan NU kultural) adalah sebuah

fenomena yang mengarah kepada ”anomali”. Tidak lazim, bagi pemimpin yang sukses, seperti Akbar

Tanjung yang mampu menjadi pemenang dalam pemilu legislatif 2004 dikalahkan oleh Wiranto yang nota

bene bukan pengurus partai Golkar dalam konvensi partai. Sehingga wajar kalau Wiranto rontok dalam

pilpres putaran pertama.

        Yang paling menarik, adalah pasangan Susilo Bambang Yudoyono-Yusuf Kalla yang diusung Partai

Demokrat dan Golkar (undercover) yang pada akhirnya menjadi pemenang pilpres putaran kedua. Partai

Demokrat didirikan oleh SBY dengan ”sembunyi dan malu-malu”, sebenarnya kemenanganya disebabkan

oleh perilaku Partai Golkar yang anomali dan PDIP yang tradisional dan mengandalkan nama besar

Soekarno.



        Kedua, Penyelenggara Pemilu.
Menurut Bingham Powell, Jr.(1982), pemilu memiliki hubungan yang signifikan dengan kehidupan

demokrasi dalam suatu negara, bahkan di dunia ketiga pemilu sering diidentikkan dengan simbol demokrasi.

Ada lima indikator bagi pemilu yang demokratis, yakni :

 1. Legitimasi pemerintah berdasarkan klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili rakyat;

 2. Pengaturan yang mengorganisasi ”bargainning” untuk memperoleh legitimasi dilaksanakan melalui

       pemilu yang kompetitif;

 3. Sebagian orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan baik sebagai pemilih maupun sebagai

       calon untuk menduduki jabatan penting;

 4. Pemimpin dipilih dengan interval yang teratur dan pemilih dapat memilih diantara beberapa alternatif.

       (bukan calon tunggal; pen.)

  5. Terjaminnya hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan kebebasan pers.

       Secara teoritis, kelima hal di atas dapat terlaksana jika penyelenggara pemilu tersebut bebas dari

intervensi pemerintah . Mari kita perhatikan penyelenggara pemilu di Indonesia. Pemilu 1955

diselenggarakan oleh parpol; Pemilu era Orde Baru (1971, 1977,1982,1987,1992,1997) diselenggarakan oleh

pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri lewat Lembaga Pemilihan Umum (LPU); Pemilu 1999

dilaksanakan oleh parpol dan pemerintah lewat Komisi Pemilihan Umum (KPU); sedang Pemilu 2004 baik

Pemilu legislatif maupun pilpres diselenggarakan oleh KPU yang merupakan lembaga independen yang

anggotanya terdiri dari akademisi dan tokoh LSM.

       Menurut Pasal 19 UU No.12 tahun2003, disebutkan :

 (1) Calon anggota KPU diusulkan oleh Presiden untuk mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

       untuk ditetapkan sebagai anggota KPU.

 (2)    Calon anggota KPU Provinsi diusulkan oleh gubernur untuk mendapat persetujuan KPU untuk

       ditetapkan sebagai anggota KPU Provinsi.

 (3) Calon anggota KPU Kabupaten/Kota diusulkan oleh bupati/walikota untuk mendapat persetujuan

       KPU Provinsi untuk ditetapkan sebagai anggota KPU Kabupaten/Kota.

Kalimat diusulkan oleh Presiden untuk KPU Pusat, Gubernur untuk KPU Propinsi dan Bupati/walikota untuk

KPU Kabupaten/Kota berdasar atas pemberitaan media massa (content analysis) sering menimbulkan
persoalan. Persoalan ini dipicu oleh dua hal; pertama, kepentingan pemerintah dan parpol untuk KPU Pusat,

Gubernur untuk KPU Provinsi dan Bupati/Walikota untuk KPU Kabupaten/Kota dan kedua; Calon anggota

KPU itu sendiri.

        Mundurnya dua anggota KPU Pusat yaitu Romo Mudji Sutrisno dan Imam Prasodjo disebabkan oleh

faktor kepentingan politik terutama parpol yang masih mencurigai elemen birokrasi (PNS) tidak netral, di

samping faktor kepentingan dari dua anggota KPU tersebut yang lebih mengutamakan sebagai akademisi.

        Sedang untuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota disebabkan tidak transparannya pemerintah

daerah dalam menjaring calon anggota KPU atau paling kurang masih mengentalnya kepentingan pemerintah

daerah (baca; parpol yang berkuasa) untuk menempatkan “kadernya” dilembaga penyelenggara pemilu.

Disamping itu, faktor “jaminan uang yang menggiurkan” menjadi faktor tidak kondusifnya proses seleksi

anggota KPUD. Di Provinsi Jawa Tengah, faktor kedua ini menyebabkan seorang anggota KPU Provinsi

nyaris diberhentikan.

        Hal lain yang perlu dikritisi adalah pembagian kerja antara KPU dan Sekretariat Jenderal. Menurut

aturan, yaitu Pasal 25 UU No.12 Th.2003, KPU bertugas sebagai lembaga pembuat kebijakan- kebijakan

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu, sedangkan Sekretariat Jenderal bertugas di bidang teknis-

administratif. Tampaknya, pembagian tugas ini tumpang tindih, bahkan cenderung dilakukan sendiri oleh

KPU, akibatnya tahapan-tahapan pada pemilu, terutama pemilu legislatif sering terganggu. Dan yang paling

menyakitkan, sekarang ini KPU Pusat terlibat dalam kasus korupsi yang pada akhirnya akan menjatuhkan

citra KPU sebagai lembaga yang bermartabat . Di daerah, sering bergantinya sekretariat KPU karena sering

konflik dengan anggota KPUD terutama mengenai pembagian kewenangan.



        Ketiga, Penegakan Hukum.

        Dalam negara demokrasi, penegakan hukum merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Artinya

apapun bentuk pelanggarannya dan siapapun pelanggarnya harus ditindak. Berkaitan dengan penegakan

hukum ini, pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pilpres penegakan hukum atas pelanggaran pemilu

sangat lemah.
Bahkan antara KPU dan Panwas di berbagai tingkatan berbeda sangat tajam. KPU dalam

menghadapi pelanggaran pemilu berkencenderungan pasif dan tidak mau mencari masalah, yang penting

pemilu dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Sebaliknya Panwas, meskipun lembaga ini bentukan KPU dan

menurut aturan bertanggung jawab kepada KPU, Ia menganggap Panwas sebagai representasi dari

pengawasan masyarakat, sehingga bersikap pro-aktif dan kadang-kadang ”berani” mengintepretasikan

pengawasan pemilu bukan sekedar tahapan-tahapan pemilu sebagaimana dalam UU No.12 Th.2003 tetapi

mengawasi penyelenggara pemilu (KPU) yang nota bene adalah ”atasannya”.

        Di tingkat pusat, Panwas sering bersinggungan dengan KPU, bahkan berani melakukan uji material

terhadap pasal-pasal yang menyangkut kewenangan Panwas dan KPU dalam kasus ditolaknya pencalonan

presiden Gus Dur karena faktor kesehatan. Di Jawa Tengah tidak kalah menariknya, dimana seluruh anggota

KPU Provinsi dilaporkan oleh Panwas ke Polda karena persoalan pencemaran nama.

        Kurang kompaknya, elemen penyelenggara pemilu 2004 menyebabkan penegakan hukum atas

pelanggaran-pelanggaran dalam setiap tahapan pemilu kurang optimal. Biasanya yang dilakukan adalah

penegakan hukum yang berkaitan dengan teknis-administratif, seperti ijasah palsu, salah nama; sedang

pelanggaran yang sifatnya substantif seperti money politic, serangan fajar masih jauh dari jangkauan hukum.




        Kesimpulan :

        Pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pilpres tampaknya sudah memenuhi pemilu yang

demokratis secara prosedural, tetapi secara substansial pemilu 2004 masih menyisakan berbagai persoalan.

Persoalan-persoalan tersebut adalah :

  1.    Sistem pemilu proporsional terbuka ternyata belum mampu mengikis elitisme dan oligarkhi partai.

       Kondisi ini menyebabkan calon yang terpilih lebih terikat pada partai daripada masyarakat pemilihnya.

       Sehingga demokrasi perwakilan yang menggunakan sistem proporsional terbuka ini belum mampu

       menciptakan wakil rakyat yang peduli dengan pemilihnya.
2.     Dalam pilpres, parpol tampaknya belum siap sebagai partai modern yang senantiasa melakukan

     fungsi-fungsi artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, sosialisasi politik dan

     rekruitmen politik. Yang dilakukan parpol sekarang ini hanya sekedar sebagai “perahu” bagi bakal

     calon presiden.

3.     KPU sebagai penyelenggara pemilu yang independen, ternyata membawa cacat bawaan berupa

     proses seleksi anggota KPU yang masih mengundang campur tangan politik dan adanya rebutan

     kapling antara KPU dan Sekretariat KPU.

4.    Penegakan hukum selama Pemilu 2004 hanya menyentuh persoalan teknis –administratif, sedang

     pelanggaran substantif kurang optimal. Kelemahan penegakan hukum ini disebabkan kurang

     harmonisnya antara KPU dan Panwas.




                                                                                                         11
BAB 3
                                      TANYA JAWAB

                                     PERTANYAAN
1. Ridwan kurniawan (kelompok 2)
      - Fungsi dan peran partai politik diantaranya : sebagai sarana rekrutmen politik .
         Tapi mengapa pada umumnya digunakan sebagai objek poltik praktis ?
2. Agung M Firman (kelompok 3)
      - Apa yang di maksud dengan formal dan non formal ?
3. Kiki Nurcahyo (kelompok 4)
      - Ada banyak definisi atau pengertian dari partai poltik yang di kemukakan oleh
         para ahli. Sebutkan siapa saja para ahli tersebut dan berikan pendapat mereka
         serta sebutkan pula perbedaannya !
4. Asep Taryana (kelompok 5)
      - Apakah dampak negatif dari kontak kontak politik ?
5.       ……… (kelompok 6)
      - Apa perbedaan sistem pemilihan mekanis dan sistem pemilihan organis ?
6. Yogi Yustisio (kelompok 7)
      - Mengapa disebut budaya politik partisipan ?




   Jawaban
1. Aries muhamad
   . terjadi demikian karena orang orang pada saat ini hanya ingin kedudukan nya saja tanpa memikirkan
   kedepan nya. Dengan kata lain ia hanya ingin memuaskan keinginan pribadinya

2. Achmad aldi
   . dalam pembahasan ini , yang di maksud dengan formal adalah resmi atau milik pemerintah. Sedangkan non
   formal berarti tidak resmi atau bukan milik pemerintah.

3. Asep sendi
. pengertian partai politik menurut para ahli antara lain :
    1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha untuk
    memperoleh dan menggunakan kekuasaan.
2. Sigmund Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha untuk menguasai
  kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan suatu golongan atau
  golongan-golongan lain yang tidak sepaham.
  3. Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
  merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya sehingga
  penguasaan itu memberikan mamfaat kepada anggota partainya baik bersifat ideal maupun material.

  Pada umumnya semua mengarah pada inti yang sama tentang pengertian partai politik, hanya berbeda sudut
  pandang saja

4. M. Teddy
  . Dampak negative dari kontak kontak politik antara lain dapat terjadi perselisihan , karena contoh dari
  kontak politik itu adalah di abaikan partainya, di tipu, dan lain lain.

5. Isun suntana
  . Sistem Pemilihan Organis : pemilihan yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu, seperti halnya
  kelompok keluarga, kelompok daerah/wilayah, kelompok cendekiawan, buruh, tani, (lapisan sosial),
  lembaga-lembaga lainnya. Persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.
          Sistem pemilihan mekanis di tinjau dari rakyat pemilih pada umumnya berkisar pada dua prinsip
  pokok yaitu distrik dimana satu daerah pemilihan memilih satu wakil, proporsional berimbang yaitu satu
  daerah pemilihan beberapa wakil.

6. Heryono
  di sebut budaya politik partisipan karena sudah banyak masyarakat yang mau ikut serta dalam kegiatan
  politik. Dan arti lain dari partisipan itu adalah ikut serta.
                                                                                                              13



                                             BAB 4
                                     Kesimpulan Budaya Politik
  Budaya politik adalah cara individu berpikir, merasa, dan bertindak terhadap sistem politik serta bagian-
  bagian yang ada di dalamnya, termasuk sikap atas peranan mereka sendiri di dalam sistem politik.

              1. Orientasi Kognitif - Pengetahuan atas mekanisme input dan output sistem politik, termasuk
                 pengetahuan atas hak dan kewajiban selaku warganegara.
              2. Orientasi Afektif - Perasaan individu terhadap sistem politik, termasuk peran para aktor
                 (politisi) dan lembaga-lembaga politik (partai politik, eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
              3. Orientasi Evaluatif - Keputusan dan pendapat individu tentang obyek-obyek politik yang
                 secara tipikal melibatkan standar nilai, kriteria informasi dan perasaan, misalnya tampak saat
                 pemilu

  Tipe-tipe Budaya Politik

      1. Budaya Politik Parokial.
      2. Budaya Politik Subyek
      3. Budaya Politik Partisipan

  Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang
kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sistem politik dapat saja
berupa input politik, output politik, maupun orang-orang yang menjalankan pemerintahan. Fungsi sosialisasi
menurut Rush dan Althoff adalah:

                    1. Melatih Individu
                    2. Memelihara Sistem Politik

Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat 3 cara, yaitu:

        1. Imitasi
        2. Instruksi
        3. Motivasi

Agen-agen Sosialisasi Politik
Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Rush dan Althoff menggariskan terdapatnya 5
agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu:

        1. Keluarga

        Sekolah
Daftar Pustaka

   www.google.com
   www.wikipedia.com
   www.pemilunews.com
   www.slideshare.com
   www.slideshare.net
15

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...
laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...
laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...Kiki Nurcahyo
 
Konsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi IndonesiaKonsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi IndonesiaApri'Leo Pasoepati
 
Presentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi IndonesiaPresentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi Indonesia'kopral Jontit
 
Demokrasi dan Pentingnya Pendidikan Demokrasi
Demokrasi dan Pentingnya Pendidikan DemokrasiDemokrasi dan Pentingnya Pendidikan Demokrasi
Demokrasi dan Pentingnya Pendidikan DemokrasiJenn Anastasya
 
Power point Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
Power point Pengertian dan Ciri-ciri DemokrasiPower point Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
Power point Pengertian dan Ciri-ciri DemokrasiNoshadiba Frisya Rahma
 
Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)Felicia Amanda
 
Tugas makalah (demokrasi pancasila)
Tugas makalah (demokrasi pancasila)Tugas makalah (demokrasi pancasila)
Tugas makalah (demokrasi pancasila)Rietz Wiguna
 
Tugas makalah (budaya demokrasi)
Tugas makalah (budaya demokrasi) Tugas makalah (budaya demokrasi)
Tugas makalah (budaya demokrasi) Rietz Wiguna
 
Power poin budaya demokrasi
Power poin budaya demokrasiPower poin budaya demokrasi
Power poin budaya demokrasiznathar
 
Makalah PKN tentang Demokrasi Islam dan Barat
Makalah PKN tentang Demokrasi Islam dan BaratMakalah PKN tentang Demokrasi Islam dan Barat
Makalah PKN tentang Demokrasi Islam dan BaratReeda Imuet
 

Mais procurados (18)

Makalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasiMakalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasi
 
PKn Kelas 8 Demokrasi
PKn Kelas 8 DemokrasiPKn Kelas 8 Demokrasi
PKn Kelas 8 Demokrasi
 
Makalah demokrasi
Makalah demokrasi Makalah demokrasi
Makalah demokrasi
 
laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...
laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...
laporan presentasi power point demokrasi pancasila Kiki nurcahyo stm taruna m...
 
Konsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi IndonesiaKonsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi Indonesia
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
 
Presentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi IndonesiaPresentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi Indonesia
 
Makalah demokrasi
Makalah demokrasiMakalah demokrasi
Makalah demokrasi
 
Demokrasi dan Pentingnya Pendidikan Demokrasi
Demokrasi dan Pentingnya Pendidikan DemokrasiDemokrasi dan Pentingnya Pendidikan Demokrasi
Demokrasi dan Pentingnya Pendidikan Demokrasi
 
Power point Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
Power point Pengertian dan Ciri-ciri DemokrasiPower point Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
Power point Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
 
Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)
 
Tugas makalah (demokrasi pancasila)
Tugas makalah (demokrasi pancasila)Tugas makalah (demokrasi pancasila)
Tugas makalah (demokrasi pancasila)
 
Tugas makalah (budaya demokrasi)
Tugas makalah (budaya demokrasi) Tugas makalah (budaya demokrasi)
Tugas makalah (budaya demokrasi)
 
Power poin budaya demokrasi
Power poin budaya demokrasiPower poin budaya demokrasi
Power poin budaya demokrasi
 
Ppt pkn demokrasi
Ppt pkn demokrasiPpt pkn demokrasi
Ppt pkn demokrasi
 
Demokrasi indonesia
Demokrasi indonesiaDemokrasi indonesia
Demokrasi indonesia
 
Demokrasi pancasila ppt
Demokrasi pancasila pptDemokrasi pancasila ppt
Demokrasi pancasila ppt
 
Makalah PKN tentang Demokrasi Islam dan Barat
Makalah PKN tentang Demokrasi Islam dan BaratMakalah PKN tentang Demokrasi Islam dan Barat
Makalah PKN tentang Demokrasi Islam dan Barat
 

Semelhante a Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Semelhante a Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri) (20)

Demokrasi di Indonesia
Demokrasi di IndonesiaDemokrasi di Indonesia
Demokrasi di Indonesia
 
Pancasila vs liberalisme
Pancasila vs liberalismePancasila vs liberalisme
Pancasila vs liberalisme
 
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.docx
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.docxPengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.docx
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.docx
 
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.pdf
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.pdfPengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.pdf
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila.pdf
 
Makalah.docx
Makalah.docxMakalah.docx
Makalah.docx
 
2017 d moh_najmi
2017 d moh_najmi2017 d moh_najmi
2017 d moh_najmi
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Ppkn rrhp
Ppkn rrhpPpkn rrhp
Ppkn rrhp
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan ham
 
Minggu 2
Minggu 2Minggu 2
Minggu 2
 
Tugas makalah (budaya demokrasi)
Tugas makalah (budaya demokrasi)Tugas makalah (budaya demokrasi)
Tugas makalah (budaya demokrasi)
 
Tugas makalah (budaya demokrasi) harits
Tugas makalah (budaya demokrasi) haritsTugas makalah (budaya demokrasi) harits
Tugas makalah (budaya demokrasi) harits
 
Demokrasi Pancasila
Demokrasi PancasilaDemokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila
 
Pkn modul 2 kb 2
Pkn modul 2 kb 2Pkn modul 2 kb 2
Pkn modul 2 kb 2
 
Ujian Tengah Semester
Ujian Tengah Semester Ujian Tengah Semester
Ujian Tengah Semester
 
Tugas ideologi
Tugas ideologiTugas ideologi
Tugas ideologi
 
PPT Penerapan Sila Ke-4 Dalam Demokrasi Di Indonesia
PPT Penerapan Sila Ke-4 Dalam Demokrasi Di IndonesiaPPT Penerapan Sila Ke-4 Dalam Demokrasi Di Indonesia
PPT Penerapan Sila Ke-4 Dalam Demokrasi Di Indonesia
 
Demokrasi kelompok 9
Demokrasi kelompok 9Demokrasi kelompok 9
Demokrasi kelompok 9
 
Dinamika penerapan demokrasi
Dinamika penerapan demokrasiDinamika penerapan demokrasi
Dinamika penerapan demokrasi
 

Último

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 

Último (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 

Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

  • 1. LAPORAN PRESENTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Di susun oleh : Kelompok 4 Anggota kelompok Aripin Deden Atim Gun gun Wiguna Kiki Nurcahyo Yana Suryana 2 mesin 4 SMK Taruna Mandiri Cimahi
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN Anggota kelompok GURU MATA PELAJARAN Dra. Nina Herlina. MM Aipin Deden Atim Gun gun Wiguna Kiki Nurcahyo Yana Suryana 1
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pendidikan kewarganegaraan. Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. CIMAHI , 22 OKTOBER 2012 Penyusun 2
  • 4. Daftar Isi Lembar Pengasahan 1 Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 BAB 1 Permasalahan yang terjadi 4 BAB 2 Teori Teori 5 2.1 Budaya Politik 5 2.2 Tipe Tipe Budaya Politik 6 2.3 Sosialisasi Politik 7 2.4 Agen Sosialisasi Politik 9 2.5 Partai Politik 10 2.6 Fungsi Partai Politik 11 2.7 Wahana Politik Praktis 12 BAB 3 Tanya Jawab 12 3.1 Pertanyaan 12 3.2 Jawaban 13 BAB 4 Kesimpulan 14 Daftar Pustaka 15 3
  • 5. BAB 1 PERMASALAHAN YANG TERJADI 1.1 Latar Belakang MasalahNegara republik Indonesia menganut asas demokrasi yang bersumber kepada nilai-nilaikehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia. Perwujudan asas demokrasi itudiartikan sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber kepada nilai kebersamaan,kekeluargaan dan kegotongroyongan. Demokrasi pancasila yang dianut oleh bangsaIndonesia juga memberikan penghargaan yang tinggi kepada nilai musyawarah yangmencerminkan kesungguhan dan tekad dari bangsa Indonesia untuk berdiri diatas kebenaranuntuk berpartisipasi dalam pemerintahan serta turut menentukan haluan Negara. Namun,kebebasan tersebut disertai pula dengan tanggung jawab yang bukan hanya di tujukan kepadamanusia, melainkan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, kita harus pedulipada keadaan dan masa depan bangsa. Namun, kepedulian itu hendaknya diwujudkan melalicara yang benar, konstitusional dan bertanggung jawab. 1 1.2 Bentuk – Bentuk Pemerintahan a. OligarkiOligarki berasal dari kata oligoi yang berarti kelompok teman, sedikit atau beberapa, sedangkanarchein yang berarti memerintah. Jadi, Oligarki yaitu pemerintahan yang dipegang oleh beberapa(sedikit) orang untuk kepentingan mereka sendiri. Dari bentuk pemerintahan Oligarki ini akanlahir bentuk Pluktorasi (Plutos berarti bodoh, archien atau cratein berarti memerintah).Puktorasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh orang – orang kaya yang kurang terdidik. b. AnarkiAnarki berasal dari bahasa Yunani (An = tidak, Archie= memerintah).ajdi Anarki adalahpemerintahan para warga negaranya tidak mau tunduk pada kekuasaa pemerintahan danmenganggap dirinya tidak terikat kepada peraturan perundang – undangan yang berlaku. c. Mobokrasi Mobokrasi adalah pemerintahan yang dikuasai oleh sekelompok orang untuk kepentingankelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat. d. DictatorDiktator mempunyai arti satu orang memerintah dengan kekuasaan tidak terbatas. Dalammemperoleh kekuasaan biasanya dilakukan melalui suatu jalan revolusi dengan memaksakankehendak kepada rakyat. Seorang diktator tidak tunduk pada undang – undang Negara danmenjadi pemegang tunggal atas kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif. 2
  • 6. 4 BAB 2 TEORI- TEORI 2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan daripada suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga negara. Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri demokrasi Pancasila : pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi adanya pemilu secara berkesinambungan adanya peran-peran kelompok kepentingan adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas. Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan masalah. Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945. 2.2Prinsip Demokrasi Pancasila Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut: 1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia 2. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah 3. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR atau lainnya 4. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat 5. Pelaksanaan Pemilihan Umum 6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD 1945)
  • 7. 7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban 8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain 9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional 10. Pemerintahan berdasarkan hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat) b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas) c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat. 2.3Tujuh Sendi Pokok Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi pokok yang menjadi landasan, yaitu[5]: 1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum. Seluruh tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan kedudukan dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin di dalamnya. 2. Indonesia menganut sistem konstitusional Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi. 3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai tugas pokok, yaitu: Menetapkan UUD; Menetapkan GBHN; dan Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden Wewenang MPR, yaitu: Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain, seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan GBHN Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan UUD; Mengubah undang-undang.
  • 8. 4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR. 5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang legislatif ialah hak inisiatif, hak amandemen, dan hak budget. Hak DPR di bidang pengawasan meliputi: Hak tanya/bertanya kepada pemerintah Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah. 6 Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensil. Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam prakteknya berada di bawah koordinasi presiden. 7 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden. 2.4Fungsi Demokrasi Pancasila Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut: Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara Contohnya:
  • 9. Ikut menyukseskan Pemilu Ikut menyukseskan pembangunan Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan. Menjamin tetap tegaknya negara RI Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem konstitusional Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga negara Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab, Contohnya: Presiden adalah mandataris MPR, Presiden bertanggung jawab kepada MPR. 2.5 Demokrasi Deliberatif Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 dan sila ke-4 Pancasila, dirumuskan bahwa “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”. Dengan demikian berarti demokrasi Pancasila merupakan demokrasi deliberatif. Dalam demokrasi deliberatif terdapat tiga prinsip utama: 1. prinsip deliberasi, artinya sebelum mengambil keputusan perlu melakukan pertimbangan yang mendalam dengan semua pihak yang terkait. 2. prinsip reasonableness, artinya dalam melakukan pertimbangan bersama hendaknya ada kesediaan untuk memahami pihak lain, dan argumentasi yang dilontarkan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. 3. prinsip kebebasan dan kesetaraan kedudukan, artinya semua pihak yang terkait memiliki peluang yang sama dan memiliki kebebasan dalam menyampaikan pikiran, pertimbangan, dan gagasannya secara terbuka serta kesediaan untuk mendengarkan. Demokrasi yang deliberatif diperlukan untuk menyatukan berbagai kepentingan yang timbul dalam masyarakat Indonesia yang heteroge. Jadi setiap kebijakan publik hendaknya lahir dari musyawarah bukan dipaksakan. Deliberasi dilakukan untuk mencapai resolusi atas terjadinya konflik kepentingan. Maka diperlukan suatu proses yang fair demi memperoleh dukungan mayoritas atas sebuah kebijakan publik demi suatu ketertiban sosial dan stabilitas nasional. 2.6Demokrasi Pancasila dalam Beberapa Bidang Bidang ekonomi Demokrasi Pancasila menuntut rakyat menjadi subjek dalam pembangunan ekonomi. Pemerintah memberikan peluang bagi terwujudnya hak-hak ekonomi rakyat dengan menjamin tegaknya prinsip keadilan sosial sehingga segala bentuk hegemoni kekayaan alam atau sumber-sumber ekonomi harus ditolak agar semua rakyat memiliki kesempatan yang sama dalam penggunaan kekayaan negara. dalam implikasi pernah diwujudkan dalam Program ekonomi banteng tahun 1950, Sumitro plan tahun 1951, Rencana lima tahun pertama tahun 1955 s.d. tahun 1960, Rencana delapan tahun
  • 10. dan terakhir dalam Repelita kesemuanya malah menyuburkan korupsi dan merusaknya sarana produksi. Hal ini ditujukan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 dan sila ke-5 Pancasila. Maka secara kongkrit, rakyat berperan melalui wakil-wakil rakyat di parlemen dalam menentukan kebijakan ekonomi. Bidang kebudayaan nasional Demokrasi Pancasila menjamin adanya fasilitasi dari pihak pemerintah agar keunikan dan kemajemukan Budaya Indonesia dapat tetap dipertahankan dan ditumbuhkembangkan sehingga kekayaan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Terdapat penolakan terhadap uniformitas budaya dan pemerintah menciptakan peluang bagi berkembangnya budaya lokal sehingga identitas suatu komunitas mendapat pengakuan dan penghargaan. 2.7 Pemilihan Umum 2004 Pemilu 2004 telah membawa Indonesia memasuki babak baru dalam perpolitikkan nasional. Pada pemilu 2004 ini untuk pertama kalinya pemilihan anggota legislatif, pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Presiden dibedakan. Masyarakat pemilih sedikitnya melakukan 2 kali pemilihan. Pada pemilu pertama yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004, masyarakat melakukan pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupataten/ kota. Selain itu mereka juga melakukan pemilihan anggota DPD yang nantinya akan menjadi wakil daerah (provinsi) di MPR. Pemilu kedua, adalah pemilihan presiden (pilpres) secara langsung. Pilpres putaran pertama yang berlangsung 5 Juli 2004 menghasilkan 2 pasangan calon presiden, Susilo Bambang Yudoyono- Yusuf Kalla dan Megawati- Hasyim Muzadi yang akan bersaing kembali dalam pilpres putaran kedua yang diselenggarakan pada 20 September 2004. Dua putaran pilpres ini merupakan peristiwa politik besar, karena sejak Indonesia merdeka sampai pilpres 2004 ini, belum pernah ada presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Abdurahman Wahid sampai Megawati, semuanya dipilih secara tidak langsung yaitu melalui MPR Ada 4 perubahan mendasar dari format pemilu 2004 ini jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pertama, adanya kebebasan memilih bagi masyarakat; kedua, terbukanya peluang yang sama diantara partai-partai politik peserta pemilu; ketiga, berkurangnya secara signifikan peluang birokrasi untuk melakukan upaya pendistorsian pemilu, karena penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum
  • 11. (KPU) yang merupakan lembaga independen dan keempat; terbukanya peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melakukan pengawasan terhadap semua tahapan dalam proses pemilu. Kriteria- kriteria Pemilu yang sukses Paling tidak, ada 3 hal yang penting yang bisa dipakai sebagai indikator sukses–tidaknya pelaksanaan pemilu, yaitu sistem pemilu, penyelenggara pemilu dan mekanisme penegakan hukum atas pelanggaran yang terjadi dalam pemilu. Sejalan dengan itu, apakah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu mampu menciptakan pemilu yang aman, adil dan demokratis. Pertama; Sistem Pemilu. Pada umumnya, kita mengenal dua sistem pemilu dengan beberapa variasinya, yaitu sistem distrik dan sistem proporsional (Sartori, 1987). Dalam sistem distrik, satu wilayah (distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal (single –member constituency) atas dasar suara terbanyak (pluralitas). Dalam sistem ini, negara dibagi dalam sejumlah distrik pemilihan yang kurang lebih hampir sama jumlah penduduknya. Jumlah penduduk dalam distrik berbeda-beda dari satu negara dengan negara lain. Di Inggris, misalnya satu distrik kira-kira mewakili 500.000 penduduk, sedang di India dapat mencapai 2.000.000 penduduk. Karena satu distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara terbanyak dianggap menang. Gejala ini dinamakan ”the first past the post”. Artinya suara yang mendukung calon yang kalah dianggap hilang dan tidak dihitung lagi untuk membantu partainya di distrik lainnya. Sistem pemilu distrik sering dipakai oleh negara- negara yang menganut sistem kepartaian ”dwi partai”, seperti Amerika Serikat, India, Malaysia dan Inggris. Sedang sistem proporsional, satu wilayah (daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multi- member constituency), yang jumlahnya ditentukan atas dasar rasio tertentu, misalnya satu wakil parlemen untuk 500.000 penduduk. Dalam sistem ini, suatu kesatuan administratif-pemerintahan (provinsi, kabupaten/kota) dipakai sebagai daerah pemilihan. Jumlah suara yang diperoleh setiap partai menentukan jumlah kursi di parlemen, artinya rasio perolehan suara antar partai sama dengan rasio perolehan kursi di
  • 12. parlemen. Negara-negara yang menganut sistem ini adalah negara-negara dengan ”banyak partai” seperti Nederland, Italia, Swedia dan Indonesia. Bagaimana dengan Pemilu Legislatif 2004 ? Pemilu Legislatif 2004 menggunakan sistem proporsional terbuka, dimana sistem ini masih memberikan kedudukan yang kuat pada partai melalui sistem daftar. Meskipun sistem ini memberikan peluang bagi calon yang populer (dapat memenuhi Bilangan Pembagi Pemilih; BPP) tanpa melihat nomor urut, tetapi pada kenyataannya banyak calon yang memperoleh suara terbanyak, tetapi tidak mencapai BPP dan tidak berada pada nomor urut jadi, kesempatan untuk menjadi wakil parlemen menjadi sirna. Kondisi inilah yang mendominasi selama pemilu legislatif 2004 yang lalu. Secara teoritis, sistem proporsional (terbuka) dianggap paling demokratis dan representatif, dalam arti jumlah wakil partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara yang dipeolehnya dalam pemilu, namun sistem ini sering mengundang lahirnya konflik internal partai. Dan pada akhirnya akan merepotkan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Faktor lain yang kurang menguntungkan adalah lahirnya elitisme dan oligarkhi partai. Seseorang yang terpilih (terutama yang tidak memenuhi BPP) cenderung kurang erat hubungannya dengan masa pemilihnya dan seorang calon akan lebih terikat pada kepentingan partai termasuk di dalamnya kepada elite partai. Kondisi ini akan mempersulit terbentuknya konsolidasi demokrasi, dimana seseorang lebih mementingkan partainya (delegational democracy) daripada pemilih yang diwakilinya (representative democracy; O,Donnel, 1986). Bagaimana dengan Pilpres 2004 ? Pada pemilihan presiden secara langsung (pilpres) yang lalu mensyaratkan adanya dukungan partai politik sebagai satu-satunya pintu (entry point) bagi bakal calon presiden menjadi calon presiden. Persoalannya, apakah Partai Politik (parpol) sudah siap untuk dipakai sebagai satu-satunya pintu bagi calon presiden. Untuk keperluan ini, semestinya parpol mampu menjalankan fungsi- fungsi politik sebagaimana yang dilakukan oleh parpol modern. Menurut Almond dan Bingham Powell, jr. (1966), parpol memiliki
  • 13. peran artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, sosialisasi politik dan rekruitmen politik. Apakah peran-peran seperti di atas telah dilakukan oleh parpol kita ? Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa parpol kita sangat lemah dalam menjalankan fungsi- fungsi politik di atas. Faktor penyebabnya, antara lain kuatnya pengaruh birokrasi dan militer selama kekuasaan Orde Baru. Tetapi faktor ini sebenarnya dapat dibantah, karena selama reformasi (1998-2004) parpol kembali memiliki peran yang sangat besar dalam perpolitikkan nasional kita. Masalahnya, selama reformasi ini, partai terlalu sibuk ”mencari rejeki”, sehingga melupakan tugas-tugas politik yang seharusnya mereka lakukan, yaitu mempersiapkan kader-kader partai untuk memperebutkan jabatan-jabatan politik melalui sosialisasi politik dan rekruitmen politik yang teratur, terarah dan terukur. Mari kita lihat kiprah parpol dalam mempersiapkan kadernya dalam pilpres yang lalu. Pasangan Megawati-Hasyim Muzadi, yang diusung oleh PDIP (dan NU struktural), jika dilihat dari track record Megawati sebagai pemimpin PDIP, seharusnya tidak perlu dicalonkan kembali, sebab Megawati adalah pemimpin yang gagal dalam pemilu legislatif 2004, dari 34 % suara pada pemilu 1999 turun menjadi 18 % pada pemilu 2004. Di negara manapun yang menganut sistem kepartaian modern, seharusnya dia diganti dengan calon lainnya yang lebih segar dan menjanjikan. Pasangan Wiranto- Salahudin Wahid, yang diusung oleh Golkar (dan NU kultural) adalah sebuah fenomena yang mengarah kepada ”anomali”. Tidak lazim, bagi pemimpin yang sukses, seperti Akbar Tanjung yang mampu menjadi pemenang dalam pemilu legislatif 2004 dikalahkan oleh Wiranto yang nota bene bukan pengurus partai Golkar dalam konvensi partai. Sehingga wajar kalau Wiranto rontok dalam pilpres putaran pertama. Yang paling menarik, adalah pasangan Susilo Bambang Yudoyono-Yusuf Kalla yang diusung Partai Demokrat dan Golkar (undercover) yang pada akhirnya menjadi pemenang pilpres putaran kedua. Partai Demokrat didirikan oleh SBY dengan ”sembunyi dan malu-malu”, sebenarnya kemenanganya disebabkan oleh perilaku Partai Golkar yang anomali dan PDIP yang tradisional dan mengandalkan nama besar Soekarno. Kedua, Penyelenggara Pemilu.
  • 14. Menurut Bingham Powell, Jr.(1982), pemilu memiliki hubungan yang signifikan dengan kehidupan demokrasi dalam suatu negara, bahkan di dunia ketiga pemilu sering diidentikkan dengan simbol demokrasi. Ada lima indikator bagi pemilu yang demokratis, yakni : 1. Legitimasi pemerintah berdasarkan klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili rakyat; 2. Pengaturan yang mengorganisasi ”bargainning” untuk memperoleh legitimasi dilaksanakan melalui pemilu yang kompetitif; 3. Sebagian orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting; 4. Pemimpin dipilih dengan interval yang teratur dan pemilih dapat memilih diantara beberapa alternatif. (bukan calon tunggal; pen.) 5. Terjaminnya hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan kebebasan pers. Secara teoritis, kelima hal di atas dapat terlaksana jika penyelenggara pemilu tersebut bebas dari intervensi pemerintah . Mari kita perhatikan penyelenggara pemilu di Indonesia. Pemilu 1955 diselenggarakan oleh parpol; Pemilu era Orde Baru (1971, 1977,1982,1987,1992,1997) diselenggarakan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri lewat Lembaga Pemilihan Umum (LPU); Pemilu 1999 dilaksanakan oleh parpol dan pemerintah lewat Komisi Pemilihan Umum (KPU); sedang Pemilu 2004 baik Pemilu legislatif maupun pilpres diselenggarakan oleh KPU yang merupakan lembaga independen yang anggotanya terdiri dari akademisi dan tokoh LSM. Menurut Pasal 19 UU No.12 tahun2003, disebutkan : (1) Calon anggota KPU diusulkan oleh Presiden untuk mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk ditetapkan sebagai anggota KPU. (2) Calon anggota KPU Provinsi diusulkan oleh gubernur untuk mendapat persetujuan KPU untuk ditetapkan sebagai anggota KPU Provinsi. (3) Calon anggota KPU Kabupaten/Kota diusulkan oleh bupati/walikota untuk mendapat persetujuan KPU Provinsi untuk ditetapkan sebagai anggota KPU Kabupaten/Kota. Kalimat diusulkan oleh Presiden untuk KPU Pusat, Gubernur untuk KPU Propinsi dan Bupati/walikota untuk KPU Kabupaten/Kota berdasar atas pemberitaan media massa (content analysis) sering menimbulkan
  • 15. persoalan. Persoalan ini dipicu oleh dua hal; pertama, kepentingan pemerintah dan parpol untuk KPU Pusat, Gubernur untuk KPU Provinsi dan Bupati/Walikota untuk KPU Kabupaten/Kota dan kedua; Calon anggota KPU itu sendiri. Mundurnya dua anggota KPU Pusat yaitu Romo Mudji Sutrisno dan Imam Prasodjo disebabkan oleh faktor kepentingan politik terutama parpol yang masih mencurigai elemen birokrasi (PNS) tidak netral, di samping faktor kepentingan dari dua anggota KPU tersebut yang lebih mengutamakan sebagai akademisi. Sedang untuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota disebabkan tidak transparannya pemerintah daerah dalam menjaring calon anggota KPU atau paling kurang masih mengentalnya kepentingan pemerintah daerah (baca; parpol yang berkuasa) untuk menempatkan “kadernya” dilembaga penyelenggara pemilu. Disamping itu, faktor “jaminan uang yang menggiurkan” menjadi faktor tidak kondusifnya proses seleksi anggota KPUD. Di Provinsi Jawa Tengah, faktor kedua ini menyebabkan seorang anggota KPU Provinsi nyaris diberhentikan. Hal lain yang perlu dikritisi adalah pembagian kerja antara KPU dan Sekretariat Jenderal. Menurut aturan, yaitu Pasal 25 UU No.12 Th.2003, KPU bertugas sebagai lembaga pembuat kebijakan- kebijakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu, sedangkan Sekretariat Jenderal bertugas di bidang teknis- administratif. Tampaknya, pembagian tugas ini tumpang tindih, bahkan cenderung dilakukan sendiri oleh KPU, akibatnya tahapan-tahapan pada pemilu, terutama pemilu legislatif sering terganggu. Dan yang paling menyakitkan, sekarang ini KPU Pusat terlibat dalam kasus korupsi yang pada akhirnya akan menjatuhkan citra KPU sebagai lembaga yang bermartabat . Di daerah, sering bergantinya sekretariat KPU karena sering konflik dengan anggota KPUD terutama mengenai pembagian kewenangan. Ketiga, Penegakan Hukum. Dalam negara demokrasi, penegakan hukum merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Artinya apapun bentuk pelanggarannya dan siapapun pelanggarnya harus ditindak. Berkaitan dengan penegakan hukum ini, pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pilpres penegakan hukum atas pelanggaran pemilu sangat lemah.
  • 16. Bahkan antara KPU dan Panwas di berbagai tingkatan berbeda sangat tajam. KPU dalam menghadapi pelanggaran pemilu berkencenderungan pasif dan tidak mau mencari masalah, yang penting pemilu dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Sebaliknya Panwas, meskipun lembaga ini bentukan KPU dan menurut aturan bertanggung jawab kepada KPU, Ia menganggap Panwas sebagai representasi dari pengawasan masyarakat, sehingga bersikap pro-aktif dan kadang-kadang ”berani” mengintepretasikan pengawasan pemilu bukan sekedar tahapan-tahapan pemilu sebagaimana dalam UU No.12 Th.2003 tetapi mengawasi penyelenggara pemilu (KPU) yang nota bene adalah ”atasannya”. Di tingkat pusat, Panwas sering bersinggungan dengan KPU, bahkan berani melakukan uji material terhadap pasal-pasal yang menyangkut kewenangan Panwas dan KPU dalam kasus ditolaknya pencalonan presiden Gus Dur karena faktor kesehatan. Di Jawa Tengah tidak kalah menariknya, dimana seluruh anggota KPU Provinsi dilaporkan oleh Panwas ke Polda karena persoalan pencemaran nama. Kurang kompaknya, elemen penyelenggara pemilu 2004 menyebabkan penegakan hukum atas pelanggaran-pelanggaran dalam setiap tahapan pemilu kurang optimal. Biasanya yang dilakukan adalah penegakan hukum yang berkaitan dengan teknis-administratif, seperti ijasah palsu, salah nama; sedang pelanggaran yang sifatnya substantif seperti money politic, serangan fajar masih jauh dari jangkauan hukum. Kesimpulan : Pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pilpres tampaknya sudah memenuhi pemilu yang demokratis secara prosedural, tetapi secara substansial pemilu 2004 masih menyisakan berbagai persoalan. Persoalan-persoalan tersebut adalah : 1. Sistem pemilu proporsional terbuka ternyata belum mampu mengikis elitisme dan oligarkhi partai. Kondisi ini menyebabkan calon yang terpilih lebih terikat pada partai daripada masyarakat pemilihnya. Sehingga demokrasi perwakilan yang menggunakan sistem proporsional terbuka ini belum mampu menciptakan wakil rakyat yang peduli dengan pemilihnya.
  • 17. 2. Dalam pilpres, parpol tampaknya belum siap sebagai partai modern yang senantiasa melakukan fungsi-fungsi artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, sosialisasi politik dan rekruitmen politik. Yang dilakukan parpol sekarang ini hanya sekedar sebagai “perahu” bagi bakal calon presiden. 3. KPU sebagai penyelenggara pemilu yang independen, ternyata membawa cacat bawaan berupa proses seleksi anggota KPU yang masih mengundang campur tangan politik dan adanya rebutan kapling antara KPU dan Sekretariat KPU. 4. Penegakan hukum selama Pemilu 2004 hanya menyentuh persoalan teknis –administratif, sedang pelanggaran substantif kurang optimal. Kelemahan penegakan hukum ini disebabkan kurang harmonisnya antara KPU dan Panwas. 11
  • 18. BAB 3 TANYA JAWAB PERTANYAAN 1. Ridwan kurniawan (kelompok 2) - Fungsi dan peran partai politik diantaranya : sebagai sarana rekrutmen politik . Tapi mengapa pada umumnya digunakan sebagai objek poltik praktis ? 2. Agung M Firman (kelompok 3) - Apa yang di maksud dengan formal dan non formal ? 3. Kiki Nurcahyo (kelompok 4) - Ada banyak definisi atau pengertian dari partai poltik yang di kemukakan oleh para ahli. Sebutkan siapa saja para ahli tersebut dan berikan pendapat mereka serta sebutkan pula perbedaannya ! 4. Asep Taryana (kelompok 5) - Apakah dampak negatif dari kontak kontak politik ? 5. ……… (kelompok 6) - Apa perbedaan sistem pemilihan mekanis dan sistem pemilihan organis ? 6. Yogi Yustisio (kelompok 7) - Mengapa disebut budaya politik partisipan ? Jawaban 1. Aries muhamad . terjadi demikian karena orang orang pada saat ini hanya ingin kedudukan nya saja tanpa memikirkan kedepan nya. Dengan kata lain ia hanya ingin memuaskan keinginan pribadinya 2. Achmad aldi . dalam pembahasan ini , yang di maksud dengan formal adalah resmi atau milik pemerintah. Sedangkan non formal berarti tidak resmi atau bukan milik pemerintah. 3. Asep sendi . pengertian partai politik menurut para ahli antara lain : 1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan.
  • 19. 2. Sigmund Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham. 3. Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya sehingga penguasaan itu memberikan mamfaat kepada anggota partainya baik bersifat ideal maupun material. Pada umumnya semua mengarah pada inti yang sama tentang pengertian partai politik, hanya berbeda sudut pandang saja 4. M. Teddy . Dampak negative dari kontak kontak politik antara lain dapat terjadi perselisihan , karena contoh dari kontak politik itu adalah di abaikan partainya, di tipu, dan lain lain. 5. Isun suntana . Sistem Pemilihan Organis : pemilihan yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu, seperti halnya kelompok keluarga, kelompok daerah/wilayah, kelompok cendekiawan, buruh, tani, (lapisan sosial), lembaga-lembaga lainnya. Persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih. Sistem pemilihan mekanis di tinjau dari rakyat pemilih pada umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu distrik dimana satu daerah pemilihan memilih satu wakil, proporsional berimbang yaitu satu daerah pemilihan beberapa wakil. 6. Heryono di sebut budaya politik partisipan karena sudah banyak masyarakat yang mau ikut serta dalam kegiatan politik. Dan arti lain dari partisipan itu adalah ikut serta. 13 BAB 4 Kesimpulan Budaya Politik Budaya politik adalah cara individu berpikir, merasa, dan bertindak terhadap sistem politik serta bagian- bagian yang ada di dalamnya, termasuk sikap atas peranan mereka sendiri di dalam sistem politik. 1. Orientasi Kognitif - Pengetahuan atas mekanisme input dan output sistem politik, termasuk pengetahuan atas hak dan kewajiban selaku warganegara. 2. Orientasi Afektif - Perasaan individu terhadap sistem politik, termasuk peran para aktor (politisi) dan lembaga-lembaga politik (partai politik, eksekutif, legislatif, dan yudikatif). 3. Orientasi Evaluatif - Keputusan dan pendapat individu tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai, kriteria informasi dan perasaan, misalnya tampak saat pemilu Tipe-tipe Budaya Politik 1. Budaya Politik Parokial. 2. Budaya Politik Subyek 3. Budaya Politik Partisipan Sosialisasi Politik
  • 20. Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sistem politik dapat saja berupa input politik, output politik, maupun orang-orang yang menjalankan pemerintahan. Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah: 1. Melatih Individu 2. Memelihara Sistem Politik Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat 3 cara, yaitu: 1. Imitasi 2. Instruksi 3. Motivasi Agen-agen Sosialisasi Politik Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Rush dan Althoff menggariskan terdapatnya 5 agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu: 1. Keluarga Sekolah
  • 21. Daftar Pustaka  www.google.com  www.wikipedia.com  www.pemilunews.com  www.slideshare.com  www.slideshare.net
  • 22. 15