SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 38
Baixar para ler offline
i
Proposal Skripsi
PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L)
SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
Diusulkan Oleh :
BAMBANG SUCITRO
NIM 11-122-001
PROGRAM STUDY BUDIDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L)
SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) adalah benar
merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Gresik, 23 September 2015
BAMBANG SUCITRO
NIM. 111 22 001
iii
RINGKASAN
BAMBANG SUCITRO. 11122001. Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Gresik. PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna
subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus
gouramy). Dosen pembimbing I: Sri Rahmaningsih,S.Pi.,MP. Dosen
Pembimbing II:Farikhah,S.Pi.,M.Si.
Berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ikan
(Osphronemus gouramy) maka banyak inovasi yang diciptakan untuk
meningkatkan produksi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan produksi ikan adalah dengan menggunakan pakan pelet dengan
campuran kacang Bambara sehingga diupayakan bisa meningkatkan laju
pertumbuhan ikan lebih singkat. Pemberian pelet dengan kacang Bambara
merupakan inovasi di bidang aquakultur kususnya ikan gurami.
Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang
dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah. Hal
ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya,
maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang
baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat
meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil
panen serta kegagalan panen.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 di Laboratorium
Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik. Metode
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 kali ulangan, antara lain : Perlakuan A : 30% Kacang Bambara,
Perlakuan B : 45% Kacang Bambara, Perlakuan C : 60% Kacang Bambara,
Perlakuan D : 0% Kacang Bambara, pakan buatan pabrik.
Masing-masing ulangan berisi 6 ekor ikan gurami yang berukuran panjang
Sampling rata-rata 11-12cm yang ditempatkan dalam kolam beton berukuran
2x2x2 meter sebanyak 3 kolam yang letaknya berjejer. Kualitas air diukur setiap
7 hari sekali yang meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut. Setiap minggu sekali air
disipon untuk membuang kotoran di dasar kolam.
iv
PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L)
SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Gresik
Diusulkan Oleh :
BAMBANG SUCITRO
111-22-001
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2015
v
Lembar Pengesahan
SKRIPSI
Judul :
Nama :
NIM :
PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna
subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN
GURAMI (Osphronemus gouramy)
BAMBANG SUCITRO
111-22-001
Diterima dan disahkan
Pada tanggal : 5 Agustus 2015
Ka. Prodi
( Ummul Firmani, S.Pi., M.Si )
NIP. 012 1503 172
Pembimbing 1
( Sri Rahmaningsih, S.Pi., MP. )
NIP. 01 231 203 295
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
( Ir.Rahmad Jumadi, M.Kes. )
NIP. 196605291993031001
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul
” Pengaruh Pemberian Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L) dalam
Pertumbuhan Ikan (Osphronemus gouramy) melalui Pakan Pelet” ini dapat
diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Program Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang
setulustulusnya kepada :
1. Sri Rahmaningsih, S.Pi., MP selaku Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
2. Ibu Rusiyem, Saudara-saudara yang selalu member motivasi untuk
menyelesaikan proposal skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan
ini. Amin.
Gresik, 5 Agustus 2015
(BAMBANG SUCITRO)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lamongan, 02 Maret 1988, adalah anak keempat dari
lima bersaudara dari ayah bernama Syamsul Hadi (Alm.) dan ibu Rusiyem.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN I Padengan Ploso pada 2001.
Pada 2004 Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di MTs. Muhammadiyah
30 Padenganploso Setelah menyelesaikan Pendidikan di SMK PGRI Sukodadi
Pada tahun 2007 dan Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Gresik angkatan 2011 di
Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perikanan.
Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai
Ketua Badan Usaha Milik Himakua (BUMH) 2012/2013, Penulis aktif di
organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah 2011/2012. Selain itu Penulis perna
mengelolah usaha mulai dari warung kopi, warnet dan depo isi ulang yang bekerja
sama dengan saudara sekandung, bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di PT.
Harapan Jaya, PT. CITRA ADI SARANA dan pekerjaan terakhir di PT. Barata
Indonesia.
Mengembangkan ilmu yang didapat dari perkuliaan di bidang budidaya
perairan, Penulis mengambil judul Tugas akhir di perguruan tinggi (Skripsi) yang
berjudul ”Pengaruh Pemberian Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt
L) dalam Pertumbuhan Ikan (Osphronemus gouramy) melalui Pakan Pelet”
Motto Hidup : Jadikanlah Kamu Orang Yang Mampu dan Berilmu
viii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................... i
Pernyataan mengenai skripsi dan sumber informasi ............................ ii
Ringkasan ............................................................................................... iii
Lembar pengesahan ............................................................................... vi
Kata Pengantar....................................................................................... vii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Kerangkah Konsep Penelitian.................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................... 4
1.5 Hipotesis.................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Klasifikasi ikan gurami ........................................................... 5
2.2 Morfologi ikan gurami ............................................................ 5
2.3 Jenis–jenis ikan gurami............................................................ 6
2.4 Kebiasaan makanan ................................................................. 7
2.5 Pertumbuhan ikan gurami........................................................ 7
2.6 Kacang Bambara..................................................................... 11
2.7 Kualitas air.............................................................................. 14
2.6.1 Suhu .............................................................................. 14
2.6.2 pH ................................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 16
3.1 Waktu dan tempat ................................................................... 16
3.2 Rancangan penelitian .............................................................. 16
3.3 Prosedur penelitian.................................................................. 16
3.3.1 Alat dan bahan............................................................... 16
3.3.2 Persiapan kolam............................................................. 16
3.3.3 Penyusunan jaring.......................................................... 16
3.3.4 Adaptasi benih............................................................... 16
3.3.5 Penyusunan formulasi pakan dan pembuatan pakan....... 18
3.3.5.1 Langkah-langkah pembuatan pakan................... 19
3.3.5.2 Proses pembuatan pakan.................................... 19
3.3.6 Percobaan pakan pada ikan .......................................... 21
3.3.7 Penimbangan dan pengukuran panjang ikan ................. 22
3.4.8.1 Renterensi protein............................................. 21
3.4.8.2 Perhitungan bobot mutlak................................. 23
3.4.8.3 Perhitungan panjang mutlak.............................. 23
3.4 Renterensi protein ................................................................... 22
3.5 Efesiensi Pakan....................................................................... 22
3.6 Pertumbuhan Bobot Mutlak..................................................... 23
3.7 Analisi Data ............................................................................ 23
3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 24
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikan Gurami ............................................................................ 5
Gambar 2. Kacang bambara...................................................................... 12
Gambar 3. Lay Out Unit Percobaan........................................................... 16
Gambar 4. Proses penjemuran................................................................... 14
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami................................................... 9
Tabel 2. Kandungan gizi kacang bambara................................................. 12
Tabel 3. Komposisi Pakan Buatan............................................................. 18
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian..................................................... 23
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan
yang memiliki pertumbuhan tergolong lambat. Namun ikan ini memiliki
keistimewaan terutama pada tekstur dagingnya sehingga banyak digemari
konsumen. Hal ini karena harga ikan merupakan yang paling tinggi dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan mujair. Namun, masa
pemeliharaan ikan (Osphronemus gouramy) mulai dari menetas telur hingga
mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) adalah 1,5 tahun sedangkan
pemeliharaan ikan mas dari menetas telur hingga mencapai ukuran 500 g/ekor
hanya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan (Pertamawati, 2006).
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi
tersebut, telah dilakukan oleh (Sarah, 2002) yang meneliti tentang benih ikan
untuk ukuran 0,5 cm hingga ukuran 2 cm. Namun dari informasi yang sudah ada
masih belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan oleh para pembudidaya
ikan karena kenyataan di lapangan usaha pendederan benih tersegmentasi
berdasarkan ukuran ikan. Para pembudidaya ikan cenderung memilih untuk
memelihara ikan yang lebih besar karena ikan yang lebih besar lebih mudah
dipelihara.
Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang
dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah
(Maharani dan Yusrin, 2012). Hal ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang
diperlukan dalam usaha budidaya, maka dari itu pemanfaatan pakan secara
maksimal dan penyerapan pakan yang baik sangat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. konversi pakan menjadi tinggi,
periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi,
sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen
(Kordi dan Ghufran, 2004).
Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan
antara lain kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L). Kacang Bambara
2
di daerah asalnya Afrika Barat daya dikenal sebagai bambara groundnut.
Tanaman ini di Gresik, Jawa Timur disebut sebagai kacang kapri dan dikenal
sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim kering, lahan marginal (low input)
dan tahan hama penyakit. Kandungan gizinya cukup tinggi yaitu Protein 20.75%,
Karbohidrat 59.93%, 5.88% Lemak, 10.43% Air, dan 3.03% abu (Hidayah, 2005).
Protein kacang Bambara mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia
yang rendah lysine apabila dikonsumsi bersama–sama (Hidayah, 2005).
Meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap ikan gurami
(Osphronemus gouramy) maka banyak inovasi yang diciptakan untuk
meningkatkan produksi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan produksi ikan adalah dengan menggunakan pakan pelet dengan
campuran kacang Bambara sehingga diharapkam mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ikan lebih singkat. Terhadap Pemberian pelet dengan campuran
kacang Bambara. Hal ini merupakan inovasi di bidang aquakultur kususnya
pertumbuhan ikan gurami.
1.2 Perumusan Masalah
Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang
dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah. Hal
ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya,
maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang
baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat
meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil
panen serta kegagalan panen.
Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan
antara lain kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L). Kacang Bambara
di daerah asalnya Afrika Barat daya dikenal sebagai bambara groundnut.
Tanaman ini di Gresik, Jawa Timur disebut sebagai kacang kapri dan dikenal
sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim kering, lahan marginal (low input)
dan tahan hama penyakit. Kandungan gizinya cukup tinggi yaitu Protein 20.75%,
3
Karbohidrat 59.93%, 5.88% Lemak, 10.43% Air, dan 3.03% abu. Protein kacang
Bambara mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia yang rendah
lysine apabila dikonsumsi bersama–sama.
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1 Bagaimana pengaruh pemberian kacang bambara dapat meningkatkan
pertumbuhan ikan gurami?
2 Bagaimana komposisi pakan yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan
ikan gurami ?
3 Bagaimana pengaruh pemberiaan kacang bambara sebagai pakan pelet
terhadap efisiensi pakan ikan gurami?
1.3 Kerangkah Konsep Penelitian
Aklimatisasi benih ikan
Pengeringan Kacang Bambara
Pembuatan Tepung Kacang
Penimbangan bobot
awal
Penebaran benih
Pengujian Pakan Ke Ikan Gurami
Pemberian Pakan
Kacang Bambara
(Selama 60 Hari)
Pengukuran
suhu dan pH
Sampling 1 Minggu Sekali
Pencatat
Pertumbuhan Setiap
Minggunya
 Menganalisis Pengaruh Kacang Bambara
Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami.
 Efisiensi pakan
Persiapan Wadah
Uji Reterensi Protein
Pembuatan Pakan
Penyusunan Laporan
4
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah penggunaan kacang bambara sebagai pakan
buatan dalam meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan gurami,
Komposisi pakan terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi
pakan ikan gurami.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan penjelasan tentang latar belakang dan rumusan di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : Diduga pemberian pakan pelet dengan kacang Bambara tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pada
pembesaran ikan gurami
H1 : Diduga pemberian pakan pelet dengan kacang Bambara memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pada pembesaran ikan
gurami
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Jangkaru (2002) menyatakan klasifikasi ikan secara lengkap adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Family : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus gouramy, Lac.
Gambar 1. Ikan gurami (Sumber: Dokumentasi Pribadi tahun 2014)
2.2 Morfologi
Secara taksonomi, ikan termasuk family Osphronemidae. Ikan ini dapat
memijah sepanjang tahun. Ikan memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin
sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen.
Secara morfologi, ikan memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak
terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah (Khairuman dan
Amri, 2011) : Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 12 buah–13 jari sirip–sirip
sirip keras dan 11buah–13 buah jari–jari sirip lunak, Sirip dada (pectoral fin) yang
memiliki 2 buah jari–jari sirip yang mengeras dan 13 buah–14 buah jari–jari sirip
lunak, Sirip perut (ventral fin) yang memiliki 1 buah jari–jari sirip keras dan 5
6
buah jari–jari sirip lunak, Sirip anal (anal fin) yang memiliki 9 buah–11 buah jari–
jari sirip keras dan 16 buah–22 buah jari–jari sirip lunak, sirip ekor membulat.
Jari–jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi
sebagai alat peraba, tinggi badan 2,0–2,1 dari panjang standar, pada daerah
pangkal ekor terdapat titik hitam bulat, pada ikan muda terdapat garis–garis tegak
berwarna hitam berjumlah 8 buah–10 buah, induk jantan ditandai dengan adanya
benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan tidak adanya bintik hitam
di kelopak sirip dada, induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas
datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik.
2.3 Jenis–jenis Ikan Gurami
Berdasarkan bentuk tubuhnya, dikenal delapan macam jenis (Khairuman
dan Amri, 2011) sebagai berikut : Angsa (soang) bentuk badan relatif panjang
dengan sisik relatif lebar. Pertumbuhannya bongsor, bisa mencapai 6–12 kg/ekor
dengan bobot rata–rata 8 kg dan panjang tubuh 65 cm. Warna tubuh umumnya
putih abu–abu dan ini dikenal juga dengan sebutan galunggung, Jepang (Jepun)
bentuk badan lebih pendek dan sisik lebih kecil. Bobot sekitar 3,5 kg/ekor dengan
panjang 45 cm. Warna tubuh abu–abu kemerahan (ujung–ujung sirip), Blausafir
cirinya, tubuh berwarna merah muda cerah. Bobot maksimum yang bisa dicapai
hanya sekitar 2 kg. jumlah telur berkisar 5.000–7.000 butir setiap kali pemijahan,
Paris memiliki tubuh berwarna merah muda cerah. Kepalanya berwarna putih
dengan bintik–bintik hitam. Bobot maksimum bisa mencapai 1,5 kg dengan
kemampuan bertelur 5.000–6.000 butir setiap kali memijah, Porselan berwarna
merah muda dengan ukuran kepala relatif kecil. Bobot induk sekitar 1,5–2 kg.
Porselan unggul dalam menghasilkan sekitar 10.000 butir setiap kali memijah.
karena itu, porselan paling banyak dicari oleh pembenih sebagai pilihan.
Bastar memiliki sisik yang besar serta warna agak kehitaman dan kepala
putih polos. Laju pertumbuhannya lebih cepat, tetapi produksi telurnya hanya
2.000–3.000 butir setiap kali pemijahan, kapas berwarna putih keperakan seperti
kapas. Sisiknya kasar berukuran besar. Benihnya cepat berkembang. Bahkan
dalam jangka waktu 13 bulan, bobot seekor kapas bisa mencapai 1 kg terhitung
sejak menetas. Sekali memijah, kapas dapat menghasilkan sekitar 3.000 butir
7
telur, Batu memiliki warna hitam yang merata di seluruh tubuhnya. batu
memiliki sisik yang kasar. Pertumbuhannya juga lambat. Bobot ikan jenis kapas
hanya mampu mencapai 0,5 kg dalam jangka waktu 13 bulan terhitung sejak
menetas.
2.4 Kebiasaan Makan
Merupakan ikan pemakan hewan dan tumbuhan. Sifat tersebut
memungkinkan untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang hanya
memakan hewan atau tumbuhan saja. Di habitat aslinya ikan gurami, memakan
segala macam hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitarnya, mulai dari
fitoplankton sampai serangga dan daun-daunan lunak (Sutanmuda, 1997).
Pakan alami/dedaunan yang diberikan adalah daun sente/talas, ketela
pohon, dan kangkung. Pakan alami diberikan kepada ikan gurami berusia dewasa,
karena sifatnya sudah berubah menjadi herbivora dan sangat tepat bila diberikan
pakan dedaunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyuddin (2009), pakan
tumbuhan (hijauan) yang disukai oleh ikan gurami dewasa adalah daun talas,
sente, daun ketela pohon, daun pepaya dan daun kangkung.
Sebagai ikan pemakan tumbuhan, sangat menyukai hijauan berupa daun-
daunan, terutama daun yang masih muda. Daun yang paling disukai adalah talas
(keladi). Kebiasaan menyabik mangsa dan menyobek daun-daunan sebelum
memakannya dapat dilihat dari keberadaan gigi pada bagian rahang (Prihartono,
2007).
Untuk pakan alami adalah daun talas, daun pepaya, daun ubi kayu dan
kangkung. Saat dibudidayakan, ikan dapat dioptimalkan pertumbuhannya dengan
memberinya pellet (Puspowardoyo dan Djariyah, 2002).
2.5 Pertumbuhan Ikan Gurami
Pertumbuhan ikan gurami cenderung lambat, hal ini dikarenakan ikan
gurami mengalami perubahan kebiasaan makan pada tiap fase
perrtumbuhannya yaitu karnivora pada fase satu bulan kehidupannya,
omnivora pada fase remaja dan herbivora pada fase dewasa. Pakan yang baik
8
biasanya pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan
karbohidrat karena protein merupakan sumber energi utama bagi ikan.
Menurut Khairuman dan Amri (2005), kandungan protein pakan yang
memberikan hasil pertambahan berat optimal bagi gurami adalah 32%. Protein
merupakan sumber protein hewani yang berasal dari ikan sehingga dapat mudah
diserap oleh tubuh ikan. Akan tetapi pada ikan herbivora, karbohidrat pada
pakan dapat digunakan dengan lebih efektif sebagai sumber energi dan
kelebihannya disimpan dalam bentuk lemak (Kusumah, 2014). Sehingga ikan
herbivora dapat memanfaatkan karbohidrat untuk pertumbuhan dengan dibantu
oleh enzim pencernaan yang dapat memecah karbohidrat yaitu enzim amilase.
Meningkatan aktivitas enzim amilase yaitu dengan memanfaatkan
bakteri saluran pencernaan ikan gurami karena bakteri yang terdapat pada
saluran pencernaan membantu dalam mencerna pakan. Pakan yang dikonsumsi
akan melalui saluran pencernaan terlebih dahulu, dengan demikian kondisi
saluran pencernaan memegang peranan penting dalam mengubah senyawa
kompleks dari pakan menjadi nutrien sederhana yang kemudian akan
dimanfaatkan ikan sebagai sember energi (Zulfa dkk., 2003).
Bakteri yang digunakan berasal dari saluran pencernaan ikan gurami
(indigeneous) karena memiliki hubungan mutualisme dengan inangnya.
keunggulan bakteri indigeneous yaitu kesesuaian habitat, baik dengan bakteri
patogen maupun dengan ikan di lokasi budidaya tersebut (Verschuere dkk.,
2000). Sehingga perlu dilakukannya kajian isolasi (penapisan) bakteri dari
usus ikan gurami sebagai upaya untuk mendapatkan bakteri indigeneous
berupa kandidat bakteri penghasil enzim amilase yang berpotensi untuk
meningkatkan kinerja saluran pencernaan ikan gurami dalam memecah sumber
karbohidrat pada pakan
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Pakan buatan untuk ikan gurami
(Osphronemus goramy, Lac.). Adapun kebutuhan nutrisi pakan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami
No. Parameter Satuan
Persyaratan
Ukuran
ikan
3cm-5cm
Ukuran
ikan
5cm-15cm
Ukuran ikan
<15cm
1 Kadar air, maks. % 12 12 12
2 Kadar abu, maks. % 12 12 13
3 Kadar protein, min % 38 32 28
4 Kadar lemak, min. % 7 6 5
5 Kadar serat kasar,
maks.
% 5 6 8
6 Nitrogen bebas
(NAmoniak), maks.
% 0.20 0.20 0.20
7 Diameter pakan mm 1-2 2-3 3-6
8 Kandungan cemaran
mikroba/toksin
 Aflatoksin, maks.
 Kapang, maks.
 Salmonella
ppb
kol/g
kol/g
50
50
neg
50
50
neg
50
50
neg
9 Kandungan antibiotik ppb 0 0 0
Sumber : SNI 7473:2009
Pertumbuhan ikan gurami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
ukuran ikan, umur ikan, kualitas protein, kandungan energi pakan, suhu air dan
tingkat pemberian pakan (Suhenda dkk, 2003).
Nematipour dkk, (1992) mengemukakan bahwa tingginya energi dalam
pakan menyebabkan terjadinya akumulasi atau deposit lemak yang tinggi pada
tubuh ikan. Disamping kadar protein, faktor lain yang juga perlu diperhatikan
dalam pakan ikan adalah adanya keseimbangan yang tepat antara energi dan
protein pakan. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi
oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat, apabila energi yang
berasal dari sumber nonprotein cukup tersedia maka sebagian besar protein akan
dimanfaatkan untuk tumbuh, namun apabila energi dari nonprotein tidak terpenuhi
maka protein akan digunakan sebagai sumber energi sehingga fungsi protein
sebagai pembangun tubuh akan berkurang (Adelina, 2000).
Kebutuhan pakan berenergi begitu penting dalam menejemen kualitas
pakan. Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan
perkembangbiakan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang
10
utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak, sedangkan karbohidrat
menjadi sumber energi yang ketiga (Yuwono, 2003).
Pengembangan budidaya perikanan dapat dilaksanakan jika aspek pakan
untuk jenis ikan tersebut diketahui, sehingga para pelaku usaha perikanan dapat
menentukan formulasi pakan yang tepat dengan berpedoman pada kebutuhan
nutrien dan mutu bahan makanan. Nutrien tersebut digunakan untuk sintesis
(anabolisme) dan sebagai sumber energi (katabolisme) (Yuwono, 2003). Hal ini
berpengaruh terhadap efisiensi pakan. Efisiensi pakan menjadi hal penting karena
menunjang keuntungan para pelaku usaha perikanan. Efisiensi pakan merupakan
penambahan berat basah ikan per unit berat kering pakan. Efisiensi pakan
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kenaikan bobot basah tubuh ikan
dengan pakan yang dikonsumsi sebanyak satu gram. Efisiensi pakan dapat
diketahui dengan melihat nilai rasio efisiensi pakan (Purwanto, 2007).
Menurut Haetami dkk, (2008), kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh
tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya, sedangkan jumlah pemberian
pakan dipengaruhi oleh kapasitas saluran pencernaan ikan, jika tingkat energi
protein melebihi kebutuhan maka akan menurunkan konsumsi sehingga
pengambilan nutrien lainnya termasuk protein akan menurun. Oleh karena itu
diperlukan keseimbangan yang tepat antara energi dan protein agar dicapai
keefisienan dan keefektifan pemanfaatan pakan.
Protein merupakan zat yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh,
pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak, serta
penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan (Suhenda dkk, 2005).
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga
maupun untuk pertumbuhan. Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga yang
paling utama, mutu protein dipengaruhi oleh sumber asalnya serta oleh kandungan
asam aminonya (Mudjiman, 2008).
Kandungan asam amino dalam daging ikan sangat bervariasi, tergantung
pada jenis ikan. Pada umumnya, kandungan asam amino dalam daging ikan kaya
lisin, tetapi kurang kandungan triptofan (Junianto, 2003). Hal ini membuktikan
bahwa protein memang komponen pakan yang sangat penting, akan tetapi
kelebihan dalam pakan dapat mengakibatkan gejala kelebihan protein (excessive
11
protein syndrome). Rasio efesiensi protein dapat digunakan untuk menilai
kualiatas protein suatu bahan karena efesiensi protein adalah banyaknya protein
yang dapat diretensi oleh ternak dan digunakan untuk pertumbuhan atau produksi.
2.6 Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L)
Kacang Bambara (Fachruddin, 2000) anggota famili Leguminoceae /
Papilionaceae, subfamili Papilionoidae, genus Vigna dan spesies Vigna
subterranea Verdcourt L, mempunyai jumlah kromosom 2n=2x=22 pasang
kromosom (2n=22). Kacang Bambara termasuk tanaman menyerbuk sendiri.
Bunga hampir sama dengan bunga kacang panjang, baik bentuk, susunan maupun
warnanya. Penyerbukan sendiri pada kacang Bambara sangat didukung oleh
struktur bunganya.
Kacang Bambara cocok tumbuh sampai ketinggian 1.600 meter dari
permukaan laut. Sebagai salah satu jenis kacang tanah, persyaratan hidup kacang
Bambara, mirip tanaman kacang tanah. Suhu rata-rata tahunan yang dibutuhkan
19-270
C, dengan penyinaran matahari yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki
berkisar antara 500-3.500 mm per tahun (Astawan, 2009). Penanaman di dataran
rendah banyak dilakukan di Indonesia.
Salah satu kelebihan kacang Bambara adalah kemampuannya untuk hidup
di tanah dengan unsur hara yang minim dan kurang air. Kemampuan tersebut
menjadikan tanaman ini mampu tumbuh dan banyak dikembangkan di daerah
kering Afrika tropis (Astawan, 2009). Sebagai tanaman kacang-kacangan,
tanaman kacang Bambara juga dapat mengikat nitrogen melalui simbiosis dengan
bakteri rhizobium seperti halnya sifat tanaman kacang-kacangan lainnya (Ntundu
dkk., 2004).
Kacang bambara (Vigna subterranea) atau kacang bambara,
merupakan salah satu sumber pangan alternatif di Indonesia. Kacang
bambara berasal dari Afrika, kemudian berkembang di kawasan Amerika.
Saat ini, kacang bambara telah menyebar ke Sukabumi, Majalengka,
Tasikmalaya, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur (Gresik), Lampung, NTB
dan NTT (Rahmat dan Rukmana, 2000). Berbeda dengan tanaman legume pada
12
umumnya, kacang bambara lebih adaptif dan toleran pada daerah yang kurang
subur (Stephens, 2003).
Budidaya kacang bambara banyak ditemukan Jawa Barat, Banten dan
pesisir utara Jawa Timur. Distribusi tanaman yang banyak ditemukan di kota
Bambara dan kota Gresik. Penanaman di sekitar bambara menyebabkan
tanaman ini dinamakan kacang bambara, sedangkan di Gresik biasa disebut
dengan nama kacang kapri. Berbagai publikasi internasional, menyebutkan
kacang bambara dengan nama bambara groundnut (Liu, 2011). Dalam
perkembangan selanjutnya, tanaman kacang bambara tersebar ke Sukabumi
dan Bandung. Sebagian masyarakat menyebut kacang tersebut dengan nama
kacang Bandung (Rahmat dan Rukmana, 2000).
Gambar 2. Kacang bambara (Referensi : kesehatandia.blogspot.com/2014)
Bentuk Polongnya yang berbentuk membulat, berkerut-kerut, dengan
panjang 1 - 1,5cm. satu polong biasanya berisi satu biji, atau dua biji. Bentuk
bijinya membulat, halus, dan keras jika telah masak dan kering. Warna biji krem,
coklat, merah, atau bertutul-tutul. Kandungan protein pada biji kacang bambara
berkisar 14 - 24% dan karbohidrat 60%. Proteinnya kaya asam amino metionin.
Biji kacang bambara hanya mengandung 6-12% minyak, sekitar separuh dari
kandungan minyak kacang tanah. Menurut (Rahmat dan Rukmana, 2000).
Tabel 2. Kandungan Gizi Kacang Bambara
Zat gizi per 100 gr Jumlah
Enegi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
370
16.0
6.0
65.0
85
264
4.2
Sumber: (Direktorat Gizi Depkes RI 2000 : 10)
13
Mencukupi kebutuhan pakan nabati, bisa disediakan berbagai jenis hijauan
seperti daun sente, kangkung, daun ubi kayu, tanaman air atau daun tanaman darat
yang lunak dan masih muda. Pemberian daun sente (Alocasia machoriza), sejenis
talas-talasan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik (Agus, 2001).
Kadar protein yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan gurami adalah
43,29% untuk ukuran 0,15-0,18 g/ekor. Sedangkan pada ikan gurami
berukuran 27-35 g/ekor dibutuhkan kadar protein 32,14% (Yulfiperius, 2003).
Penggunaan pakan yang sesuai akan mampu meningkatkan produktifitas
dan keuntungan dalam budidaya perikanan serta mengurangi buangan atau pun
dampak yang bisa ditimbulkan bagi lingkungan budidaya (Komang, 2010).
Menurut Jangkaru (2004), Lemak secara normal dicerna cukup baik =
8,5 kcal ME/gram. Ikan membutuhkan lemak sebagai :
a. Sumber energi dan untuk memelihara bentuk dan fungsi
membran/jaringan (phospolipid).
b. Cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama
periode yang penuh aktifitas atau tanpa makan dan menjaga
keseimbangan dan daya apung ikan di dalam air.
Peranan lemak bagi ikan adalah sebagai sumber energi diurutan
kedua setelah protein. Lemak dalam makanan ikan mempunyai peran yang
penting sebagai sumber energi karena lemak dapat mengahasilkan sumber
energi yang lebih besar (Mudjiman, 2008).
Menurut Reezky (2012), mineral pada ikan diperlukan untuk menjaga
kesehatan tulang, gigi, dan bahkan sisik. Mineral utama yang diperlkukan adalah
kaslium dan fosfor. Selain itu mereka juga memerlukan besi, iodine,
magnesium, natrium, kalium, tembaga dan seng. Kalsium dapat dijumpai
pada air-air berkesadahan tinggi, sedangkan fosfor bisa dijumpai pada
tanaman air.
Aspek fisiologi pencernaan dan pakan merupakan faktor penting untuk
memacu pertumbuhan, karena menurut Wiadnya, dkk (2000), lambatnya
pertumbuhan diduga disebabkan dua faktor utama, yaitu :
14
a. Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam
mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh.
Benih ikan nila gift merupakan ikan yang termasuk hasil perbaikan
genetika dari ikan mujair dan ikan nila, sehingga potensi tumbuhnya
lebih baik.
b. Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung
sumber nutrien yang tepat dan lengkap bagi ikan sehingga tidak dapat
memacu pertumbuhan pada tingkat optimal.
2.7 Kualitas Air
Air keruh menyebabkan ikan kekurangan oksigen, nafsu makan berkurang,
batas pandang ikan berkurang serta tertutupnya insang oleh partikel lumpur.
Menurut (Khairuman dan Amri, 2012), paling menyukai perairan yang jernih,
tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Kecerahan air optimum yang dapat
menunjang kehidupan ikan yaitu 40-60 cm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Lesmana (2001) menyatakan peran air adalah sebagai media, baik
sebagai media internal ataupun eksternal. Sebagai media internal air
berfungsi sebagai bahan baku untuk reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan
makanan ke seluruh tubuh dan pengatur atau penyangga suhu tubuh dan media
eksternal Sebagai media eksternal air berfungsi sebagai habitatnya.
2.7.1 Suhu Air
Kisaran suhu yang optimum bagi kehidupan ikan adalah 25-52 ºC
(Kordi, 2004). Menurut Sitanggang dan Sarwono (2002), suhu air untuk
budidaya adalah 24-28 ºC. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi
karena adanya penyerapan angin dan aliran tegak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah : letak ketinggian dari permukaan
laut (altitude), musim, cuaca, waktu pengukuran dan kedalaman air.
15
2.7.2 pH (point of Hydrogen)
pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan
menyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu
tertentu (Kordi, 2004). Dengan demikian, nilai pH suatu perairan akan
menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa.
Air merupakan kombinasi dari hidrogen dan oksigen dengan
perbandingan dua atom hydrogen dan satu atom Oksigen. Nilai maksimal untuk
derajat keasaman adalah 14 (Lesmana, 2001). (Zonneveld dkk, 1991) melaporkan
bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan pada kolam air tenang adalah
6,7–8,2. Ikan akan tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara kisaran optimal
adalah pH 7,5–8,5 (Ghufran dan Tancung, 2007).
.
16
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2015 di
Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik.
3.2 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, Dosis kacang bambara yang
diberikan pada masing-masing perlakuan antara lain :
Perlakuan A : 30 mg/kg pakan Kacang Bambara
Perlakuan B : 45 mg/kg pakan Kacang Bambara
Perlakuan C : 60 mg/kg pakan Kacang Bambara
Perlakuan D : 0 mg/kg pakan Kacang Bambara, pakan buatan pabrik.
Model percobaan yang digunakan dalam penelitian inimengikuti Steel dan
Torrie (1991) yaitu :
Yij = μ+ σi + εij
Keterangan :
Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai tengah dari pengamatan
σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Masing-masing ulangan berisi 6 ekor ikan gurami yang berukuran panjang
rata-rata 17 cm dan berbobot ± 100 g yang ditempatkan dalam kolam beton
berukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam yang letaknya berjejer. Kualitas air
diukur setiap 7 hari sekali yang meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut. Setiap
minggu sekali air disipon untuk membuang kotoran di dasar kolam. Unit
percobaan ditempatkan secara acak dan layout percobaan pada Gambar 2.
3.1
3.2
3.3Gambar 3. Layout unit percobaan
C3 B1
D2 B3
A2 D1
C1 A1
B2 D3
C2 A3
17
Rancangan acak Lengakap (RAL) adalah suatu rancangan acak yang
dilakukan dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang
homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan secara
acak di dalam masing-masing kelompok. Rancangan acak kelompok biasanya
digunakan pada percobaan yang tempat , kondisi lingkungannya, atau keadaanya
berbeda. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan adalah untuk membuat
keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masing-masing kelompok sekecil
mungkin (Rahmawati, 2008).
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mesin pencetak
pelet, kolam beton ukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam, timbangan digital,
penggaris, nampan, jaring ikan, kayu bambu, toples dan botol sprayer.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ikan gurami
berbobot ± 100 g sebanyak 60 ekor, kacang bambara, tepung terigu, pakan pabrik,
dan probiotik.
3.3.2 Persiapan Kolam
Kolam yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu menggunakan
kaporit sebanyak 120 ppm. Setelah diberi kaporit, kolam dikeringkan selama ± 24
jam untuk menguapkan bau kaporit dan gas beracun. Selanjutnya, kolam diisi air
tawar yang bersumber dari PDAM setinggi ± 40 cm dan diberi aerasi. Enceng
gondok dan batu-batuan disusun di dalam kolam untuk membuat ikan nyaman.
Setelah 24 jam, ikan bisa dimasukkan ke dalam kolam dengan diadaptasikan
terlebih dahulu. Setiap kolam diisi 6 ekor ikan gurami.
3.3.3 Penyusunan Jaring
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan gurami adalah
kolam beton 2cm x 2 cm x 2cm sebanyak 3 unit dan dipetak-petak masing-
masing kolam menjadi 4 bagian menggunakan jaring sehingga satu petaknya
18
berukuran 1cm x 1cm x 1cm dan diisi air masing-masing (ketinggian 1.5 m),
serta ditempatkan termostat dan aerasi untuk suplai oksigen.
3.3.4 Adaptasi Benih
Dalam penelitian ini digunakan ikan uji berupa benih ikan gurami dengan
ukuran panjang rata-rata 11cm-13cm yang didatangkan dari Desa Surowono,
Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ikan kemudian ditebar dengan
kepadatan 5 ekor/m pada setiap perlakuan. Selama tiga hari ikan uji tidak diberi
perlakuan terlebih dahulu. Selanjutnya pada hari ke empat dilakukan pengambilan
sampel awal berupa biomassa ikan awal dengan pengambilan sampel 30 % dari
setiap perlakuan. Benih selanjutnya dipelihara selama 60 hari.
3.3.5 Penyusunan Formulasi dan Pembuatan Pakan
Formulasi komposisi pakan dibuat berdasarkan persentase kebutuhan
masing-masing bahan yang diinginkan dan hasilnya dicantumkan dalam Tabel 1.
Tabel 3. Komposisi pakan percobaan
No. Bahan (gr)
Ransum (gr)
A B C D
1 Kacang bambara 30 45 60 0
2 Dedak halus 376.92 325.04 273.16 0
3 Tepung terigu 10 10 10 0
4 Jumlah Protein 32% 32% 32% 32%
Proses pembuatan pakan diawali dengan penghalusan bahan, kemudian
pengayakan, pencampuran, pengukusan, pencetakan, pengeringan dan
pengemasan. Penghalusan bahan dilakukan dengan menggunakan mesin
penepung maupun blender. Setelah halus, bahan diayak untuk menyamakan
ukuran partikel. Tujuan dari penepungan dan pengayakan adalah agar pada waktu
dicampur bahan pakan bisa tercampur merata dan menjadi rekat. Setelah
pengayakan, dilakukan pencampuran bahan, dimulai dari bahan yang jumlahnya
sedikit sampai bahan yang jumlahnya banyak dengan menambahkan sedikit air.
Selanjutnya, bahan dikukus dan dicetak menggunakan mesin pencetak pellet.
Kemudian, pakan dijemur dengan menggunakan oven pada suhu 30o
C sampai
kadar airnya sekitar 10%. Setelah kering, pakan disimpan dalam wadah plastik
kering dan diletakkan ditempat yang tidak lembab agar tidak jamuran.
19
3.3.5.1 Langkah - langkah Pembuatan Pakan
Proses pembuatan pakan secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
a. Penurunan ukuran partikel (penepungan)
b. Pencampuran awal (pre mixing)
c. Pelleting
d. Pengemasan
e. Penyimpanan
3.3.5.2 Proses Pembuatan Pakan
Alat Bahan
a Wadah plastik
b Pemberat
c Pengayak
d Kolam beton
e Timbangan analitik.
a Kacang bambara
b Dedak
c Tepung terigu
d Vitamin
Langkah kerja
a Pengeringan Kacang Bambara
Kacang bambara direbus dengan air + 10 menit, setelah itu ditiriskan agar
air cepat menguap dan dikeringkan sampai benar-benar kering agar saat proses
penghalusan tidak membutuhkan waktu lama.
b Penepungan (Grinding)
Bahan baku yang akan digunakan dihancurkan sehingga menjadi tepung
dengan menggunakan alat berupa penggiling tepung. Alat yang digunakan dapat
berupa penggiling jagung, penggiling kopi, dan alat penggiling daging. Alat
penggiling jagung digunakan untuk menggiling bahan baku yang kasar menjadi
tepung halus (Murtidjo, 2001).
Peralatan yang digunakan pada proses penepungan menggunakan saringan
adalah menggunakan alat penepung disc mill (gambar 5) dan hammer mill
(gambar 6). Disc mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara berputarnya
suatu pasangan piringan logam baja yang satu berputar sedangkan yang lainnya
20
sebagai landasan. Hammer mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara
prinsip palu, yaitu memukul suatu bahan baku yang akan ditepung sampai bahan
hancur menjadi tepung (Irma, 2008).
c Pengayakan
Alat ini berfungsi untuk menyaring bahan yang digiling dari alat disk mill
sehingga ukuran bahan menjadi seragam dan akan memudahkan pengolahan
selanjutnya. Sebaiknya menggunakan ukuran mash yang kecil sehingga bagian
yang masih kasar akan digiling kembali (Gunawan, 2010).
d Penimbangan
Alat penimbang dan penakar penting untuk mengetahui jumlah tiap-tiap
bagian dalam suatu susunan ransum. Bahan dalam jumlah sedikit ditimbang
dengan timbangan emas. Timbangan yang lebih teliti lagi adalah timbangan atau
neraca analitis (Masyamsir, 2001).
Masing-masing bahan yang akan dipakai untuk membuat pakan dan telah
berbentuk tepung kering lalu diambil dan ditimbang satu persatu sesuai dengan
formulasi yang telah ditentukan. Penimbangan dilakukan menggunakan
timbangan analitik dengan sensitifitas sebesar 0,1 gram. Bahan-bahan yang telah
sesuai dengan takaran yang ditentukan lalu ditampung kedalam ember atau plastik
secara terpisah untuk selanjutnya dilakukan pencampuran.
e Pencampuran
Proses pencampuran bahan baku harus dilakukan dengan cara mencampur
bahan baku yang jumlahnya paling sedikit kemudian secara bertahap ditambahkan
jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin banyak dengan tujuan agar
semua bahan baku tersebut dapat tercampur secara homogen (Gusrina, 2008).
Pencampuran bahan dengan mengunakan air hangat secukupnya dengan dibantu
alat sendok.
21
f Pencetaan
Alat pencetak adalah alat yang digunakan untuk mencetak pakan buatan.
Alat pencetak (pelleting) mengunakan alat penggiling daging.
g Pengeringan
Alat pengering berfungsi untuk mengeringkan bahan baku dan pakan yang
sudah jadi. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), proses pengeringan pakan
buatan dengan menggunakan alat pengering khusus lebih menguntungkan sebab
tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, lebih bersih, dan lebih cepat.
h Penyimpanan
Pakan kering dapat disimpan dalam beberapa ukuran, untuk jumlah yang
sedikit dapat menggunakan stoples, sedangkan jika jumlahnya agak banyak
menggunakan drum plastik yang bertutup atau disimpan di dalam karung plastik
(bagor). Pakan kering lebih baik disimpan dalam tempat yang kering dan tidak
lembab (Mudjiman, 2004).
Fasilitas penyimpanan yang tidak memadai akan menyebabkan penurunan
kualitas pakan, dan berakibat pada pertumbuhan ikan yang buruk, kekurangan
nutrisi, masalah kesehatan ikan dan mungkin kematian ikan yang tinggi. Hal-hal
tersebut merugikan usaha budidaya (Sugama dkk, 2001).
3.3.6 Percobaan pakan ke ikan gurami
Pakan perlakuan A, B, C dan D diberikan ke ikan gurami sebanyak 5%
dari bobot ikan keseluruhan dalam satu kolam. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari selama 90 hari. Pakan diberi
campuran probiotik sebanyak 3 ml/kg pakan setiap 5 hari sekali.
3.3.7 Penimbangan dan pengukuran panjang ikan gurami
Kegiatan sampling biomassa untuk mengamati meningkatnya bobot ikan
baik kontrol maupun ikan yang diberi perlakuan dengan Pakan Buatan. Jumlah
sampel ditentukan berdasarkan jumlah individu dalam populasi satu unit kolam,
jika jumlah ikan lebih dari 50 ekor/kolam maka sampling 10% dan apabila
22
jumlah ikan dalam satu kolam kurang dari 50 ekor/kolam maka sampling 30%.
Pada kegiatan ini Sampel ikan ditentukan 30% dari ikan uji yang berjumlah total
60 Ekor.
Penimbangan bobot dan pengukuran panjang ikan dilakukan setiap 1 minggu
pada seluruh ikan. Jumlah pakan yang akan diberikan disesuaikan dengan
pertambahan bobot ikan. Variabel penelitian yang diukur antara lain :
3.4 Renterensi Protein
Efisiensi retensi protein pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
endogen dan eksogen (Halver dan Hardy, 2002). Salah satu faktor utama yang
berhubungan dengan efisiensi diet adalah Protein untuk rasio Energi (P / E).
Parameter ini harus diestimasi untuk jenis ikan tertentu dan tahapan. Ketika diet
memiliki kelebihan protein, akan digunakan sebagai sumber energi, bukan
pertumbuhan tubuh. Sebaliknya, diet dengan kelebihan energi dan kekurangan
protein dapat mengurangi konsumsi pakan dan mempengaruhi pertumbuhan
(NRC, 2011).
Perhitungan renterensi protein meliputi sebagai berikut : Ikan sampel awal
tebar, ikan sampel akhir tebar, kadar pakan kacang bambara (30mg/pakan, 45
mg/pakan dan 60mg/pakan).
Rumus Retensi Protein menurut Watanabe et al. (2001) dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Retensi Protein = Pertambahan protein tubuh (g)
Protein yang terkonsumsi (g)
3.5 Efisiensi Pakan
Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut (Takeuchi, 1988):
EP = {[(Wt + D) - Wo] / F} x 100%
Keterangan :
EP : Efisiensi pakan (%)
F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wt : Biomassa akhir pemeliharaan (g)
Wo : Biomassa awal pemeliharaan (g)
D : Biomassa ikan mati (g)
x 100%
23
3.6 Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot mutlak adalah pertambahan berat ikan setiap harinya
selama pemeliharaan. Pertambahan bobot mutlak ditunjukkan dalam satuan
gram/hari. Rumus mencari pertumbuhan bobot mutlak :
GR = (Wt-Wo)/t
Keterangan :
GR = Pertumbuhan Bobot Mutlak (g/hari)
Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu ke-t (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g)
t = waktu pemeliharaan (hari)
3.7 Analisis Data
Data laju pertumbuhan harian, konversi pakan, pertumbuhan bobot mutlak
dan pertumbuhan panjang mutlak dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
atau (One Way ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika terdapat
perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka, dilanjutkan dengan uji Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) 5%. Keeratan hubungan antar variable dianalisis
dengan uji korelasi.
3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahapan
Bulan dalam Tahun 2015
Agustus September Oktober Nofember Desember
Pembuatan proposal penelitian
Persiapan alat dan bahan
Adaptasi ikan dan
pelaksanaan penelitian
Analisis data dan
laporan hasil penelitian
24
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T. Ratnawati, E. dan R. Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif.
Penebar Swadaya. Jakarta. 85 hal.
Adelina,. I. Mokoginta., R. Affandi., D. Jusadi. 2000. Pengaruh Kadar Protein dan
Rasio Energi Protein Pakan yang Berbedaterhadap Kinerja Pertumbuhan
Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Pert. Indo. Vol.
9(2).
Afrianto, E dan E. Liviawati. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 37-
141.
Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian Penebar
Swadaya : Jakarta.
Agus. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta:
Kanisius.
Amri, Khairul dan Khairuman. 2005. Budidaya Ikan Nila secara Intensif (Cetakan
Keempat). PT Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Borkenau, P. & Ostendorf, F. 1993.NEO-Fünf-Faktoren Inventar (NEO-FFI)
nachCosta und McCrae. Göttingen: Hogrefe. Preis DM 84.
Badan Standarisasi Nasional [BSN]. 2000. SNI: 01–6484.4–2000: Produksi benih
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus X C fuscus) kelas benih sebar. 6 hal.
Bugri. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan (Osphronemus goramy Lac). ukuran 2 cm.
Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian
Bambara. hlm 17.
Darmawangsa, M. G. 2008. Pengaruh Padat penebaran 10, 15, 20 Ekor/Liter
terhadap Kelangsunga Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan
(Osphronnemus gouramy lac). Ukuran 2cm. Skripsi. Institut Pertanian
Bambara. Bambara.
Fachruddin, L. 2000. Budi Daya Kacang-kacangan. Kanisius : Yogyakarta.
Ghufran. M, dan Tancung, A.B. 2007 Oktober 2001. Budidaya ikan . Jogyakarta.
Agromedia Pustaka.
Gunawan, D. 2010. Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil Dan Proses
Pengolahan Pakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. 30 hal.
25
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 491 hal.
Halver, J.E. 2002. The vitamins. In J.E. Halver & R.W. Hardy, eds. Fish
nutrition, 3rd Edn., pp. 61–141. New York, Academic Press Inc.
Haetami RR.2008. Karakteristik surirni hasil pengkomposisian tetelan ikan kakap
merah (Lutjanus sp) dan ikan layang (Decapterus sp) pada penyimpanan
beku. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan clan Ilmu kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Hidayah, T. 2005. Pengaruh suhu proses ekstrusi dan campuran ubijalar merah
dengan kacang Bambara terhadap beberapa karakteristik fisik ekstrudat.
Jurnal Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang 6(2):121-130.
Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari Nusantara
Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal.
Jangkaru, Z. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan. Jakarta : Penebar Swadaya. 96 hal.
Jangkaru, Z. 2004. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Junianto, (2003), Teknik Penanganan Ikan, Penebar Swadaya, Jakarta
Yuwono, E., P. Sukardi dan SulistyoI.. 2005. Konsumsi dan Efisiensi Pakan pada
Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Dipuasakan Secara
Periodik. Berkala Penelitian Hayati 19 (2): 129-132.
Khairuman, H. dan Amri K. 2012. Pembesaran Nila di Kolam Air Deras.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45 Tahun 2004 tentang
Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan.
Kordi, M. G. H dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka
Cipta. Jakarta.
Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan
Per ama. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Komang, S. 2010. Tentang Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Pakan Alami
dan Pakan Buatan Dalam Budidaya Perikanan.
26
Kusuma,Galih Arif, 2014. “Uji Daya Hambat dari Ekstrak Tanaman Pacar
Air (Impatiens balsamica L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophila”. Jurnal Ilmiah. PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado.
Vol 2,No1(2014).
Lenawan, E. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L Terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan (Osphronemus
Gouramy Lac.) Ukuran 0,5 Cm. Fakultas Perikanan dan Ilmu Laut Institut
Pertanian Bambara. 64 hal.
Lesmana, D. S. 2001. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Lesmana, D. S. dan I. Darmawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Liu, F. 2011 Effect of a short and severe intermittent drought on transpiration,
seed yield, yield components, and harvest index in four landraces of
bambara groundnut. International Journal of Plant Production, 5 (1). pp. 25-
36.
Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Modul Program Keahlian
Budidaya Ikan. Depdiknas. Jakarta. 32 hal.
Maharani, E.T. dan Yusrin. 2010. Kadar Protein Curah yang Dijual Petambak
Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Prosiding Seminar
Nasional UNIMUS. Semarang. 6 hal.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
146-148 : 157-165.
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal
13 : 56 : 77.
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Penerbit Swadaya. Jakarta
Ntundu, W.H., I.C Bach, J.L. Christiansen, and S.B. Anderson. 2004. Analysis of
Genetic Deversity In Bambara Groundnut [Vigna Subterranea (L) Verdc]
Landraces Using Amplified Fragment Lergth Polymorphism (AFLP)
Markers. African Journal of Biotechnology (3):4PP. 220–225.
Nematipour, G.R., M.L. Brown, dan D.M. Gatlin III. 1992. Effects of dietary
energy protein ratio on growth characteristic and body consumption of
hybrid striped bass. Aquaculture, 107 :359-368.
Pertamawati, L.H. 2006. Diseconomies Integrasi Vertikal Usaha Budidaya Ikan
Gurami. Institut Pertanian Bambara.
Prihartono, E, R. 2007. Permasalahan dan solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
27
Purseglove, J.W. 1974. Tropical Crops: Dicotyledons. Longman, London, 242–
246.
Puspowardoyo, H. Dan A.S. Djariyah. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele
Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Purwanto, J. 2007. Pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan
padat penebaran yang berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia. 6(2):85-89.
Rukmana, H. Rahmat 2000 "Ganyong : budidaya dan pascapanen / H. Rahmat
Rukmana".
Sarah S. 2002. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac).Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut
Pertanian Bambara. hlm 39.
Sitanggang, M dan B.Sarwono. 2002. Budidaya . Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sutanmuda. 1997. Kumpulan Gurami Kliping Ikan. Jakarta : trubus. Trijdoko,
DKK//,1993. Pengaruh Pakan Segar Terhadap Perkembangan Gonat Ikan :
Jurnal Penelitian Budidaya Perikanan vol 9-No.Gondol.Bali.
Suhenda, N., L. Setijaningsih & Y. Suryani. 2003. Penentuan rasio antara kadar
karbohidrat dan lemak pada pakan benih ikan patin jambal (Pangasius
djambal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(1):21-30.
Sugama, K., Slamet, B., Ismi, S., Setiadi, E. and Kawahara, S. 2001. Manual for
the seed production for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Gondol
Research Institute for Mariculture and Japan International Cooperation
Agency, Bali, Indonesia. 37 hal.
Stephens, J.M. 2003. Bambara Groundnut Voandzeia subterranea (L.)
Thouars. University of Florida. IFAS Extension. Florida.
Reezky . 2012. http://www.zonaikan.com/2012/11/kebutuhan-nutrisi-ikan.html
Verschuere L, Dhont J, Sorgeloos P, Verstraete W. Monitoring Biolog patterns
ans r/K-strategists in the intensive culture of Artemia juveniles. J Appl
Microbiol. 1997;83:603–612.
Yulfiperius, Mokoginta, Jusadi Dedi.2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam
Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypothalmus).
IPB: Bogor.
28
Wiadnya, D.G.R, Hartati, Y. Suryanti, Subagyo, dan A.M. Hariati. 2000.
Periode Pemberian Pakan yang mengandung Kitin untuk Memacu
Pertumbuhan dan Produksi Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.).
Jurnal Peneltian Perikanan Indonesia, 6(2) :62-67.
Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
ikan. Penerjemah. Pustaka Utama. Gramedia, Jakarta, 71 hlm.
Zulfa Fauzia3
, Fadil Othman1,*
, Johan Sohaili1
, Moh Faiqun Ni’am2
,
Environmental Engineering Department., Faculty of Engineering, Universiti
Teknologi Malaysia, Johor, Malaysia.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)Adeyan Alfikri
 
Contoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadana
Contoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadanaContoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadana
Contoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadanaFergieta Prahasdhika
 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoErnalia Rosita
 
Learning management system makalah kel 3
Learning management system makalah kel 3Learning management system makalah kel 3
Learning management system makalah kel 3emri ardi
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)rizky hadi
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianAlvian Alvian
 
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanianKepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanianKhairullah Khairullah
 
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )adhyriyadi clever
 
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Andria Bin Muhayat
 
Tugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkompTugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkompDaniriPusmasari
 

Mais procurados (20)

Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)
 
Contoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadana
Contoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadanaContoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadana
Contoh Report transaksi bulanan Investasi saham dalam bentuk reksadana
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Teknologi pengolahan ekstrusi
Teknologi pengolahan ekstrusiTeknologi pengolahan ekstrusi
Teknologi pengolahan ekstrusi
 
Presentasi Jurnal
Presentasi JurnalPresentasi Jurnal
Presentasi Jurnal
 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum Bakso
 
Learning management system makalah kel 3
Learning management system makalah kel 3Learning management system makalah kel 3
Learning management system makalah kel 3
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
5. proses thermal
5. proses thermal5. proses thermal
5. proses thermal
 
Penyusunan program-kerja-kkn
Penyusunan program-kerja-kknPenyusunan program-kerja-kkn
Penyusunan program-kerja-kkn
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
 
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanianKepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
 
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
 
Alat alat pembekuan
Alat alat pembekuanAlat alat pembekuan
Alat alat pembekuan
 
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
 
Product planning !!!
Product planning !!!Product planning !!!
Product planning !!!
 
Tugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkompTugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkomp
 
Haccp
HaccpHaccp
Haccp
 

Destaque

contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)Iqmal Muttaqin
 
Pemanfaatan limbah udang
Pemanfaatan limbah udangPemanfaatan limbah udang
Pemanfaatan limbah udangNur Chawhytz
 
Pengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikanPengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikanDenik Jayanti
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianSODRI UNJ
 
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarBriket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarWahyu Ikhsan
 
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Umi Lestari
 
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar BioetanolPemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar BioetanolFransisca Niastiwa
 
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapaProposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapariabetaria
 
Ikan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangIkan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangHendra Wiguna
 
manajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapumanajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapuJulita Anggrek
 
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananMakalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananAji Sanjaya
 
Perkembangan perdagangan ikan tuna
Perkembangan perdagangan ikan tunaPerkembangan perdagangan ikan tuna
Perkembangan perdagangan ikan tunaKiki Kemalasari
 
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanPemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanNahdya Maulina
 
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desaSkripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desaOperator Warnet Vast Raha
 
Unud 410-439046392-cover +abstrak tesis
Unud 410-439046392-cover +abstrak tesisUnud 410-439046392-cover +abstrak tesis
Unud 410-439046392-cover +abstrak tesismaftuha
 

Destaque (20)

contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
 
Makalah budidaya ikan gurame
Makalah budidaya ikan gurameMakalah budidaya ikan gurame
Makalah budidaya ikan gurame
 
Pemanfaatan limbah udang
Pemanfaatan limbah udangPemanfaatan limbah udang
Pemanfaatan limbah udang
 
Makalah MKP NAPZA (isi)
Makalah MKP NAPZA (isi)Makalah MKP NAPZA (isi)
Makalah MKP NAPZA (isi)
 
Pengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikanPengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikan
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarBriket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
 
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
 
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar BioetanolPemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
 
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapaProposal penelitian pkm  bioetanol dari sabut kelapa
Proposal penelitian pkm bioetanol dari sabut kelapa
 
Ikan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangIkan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karang
 
manajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapumanajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapu
 
Skripsi lengkap
Skripsi lengkapSkripsi lengkap
Skripsi lengkap
 
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananMakalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
 
Perkembangan perdagangan ikan tuna
Perkembangan perdagangan ikan tunaPerkembangan perdagangan ikan tuna
Perkembangan perdagangan ikan tuna
 
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanPemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
 
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desaSkripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
 
Unud 410-439046392-cover +abstrak tesis
Unud 410-439046392-cover +abstrak tesisUnud 410-439046392-cover +abstrak tesis
Unud 410-439046392-cover +abstrak tesis
 

Semelhante a JUDUL

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...Herry Rachmat Safi'i
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...BdpWinarti
 
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Andinursaban
 
Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvareziiBudidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvareziiesri yanti
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Hartina Iyen
 
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017rama BDP
 
Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...
Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...
Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...Sahira Sahira
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Ahmad Alwhy
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...enda ganteng
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...sadaria bdp
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
 
LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017
LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017
LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017Jeslin Jes
 
KTI NOVITA RAHMAN.pdf
KTI NOVITA RAHMAN.pdfKTI NOVITA RAHMAN.pdf
KTI NOVITA RAHMAN.pdfwaode18
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019hasni
 
Laporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraLaporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraAndi Asfian
 
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...Fajar Santoso
 

Semelhante a JUDUL (20)

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
 
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
 
Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvareziiBudidaya Rumput Laut K. alvarezii
Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
 
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
 
Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...
Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...
Seaweed Cultivation (Kappaphycus alvarezii) uses Seed Culture Culture at Bung...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
 
Marsidi laporan
Marsidi laporanMarsidi laporan
Marsidi laporan
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
 
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAUKti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
 
LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017
LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017
LAPORAN PKL MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2017
 
KTI NOVITA RAHMAN.pdf
KTI NOVITA RAHMAN.pdfKTI NOVITA RAHMAN.pdf
KTI NOVITA RAHMAN.pdf
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
 
Laporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraLaporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputra
 
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
 

Último

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Último (20)

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

JUDUL

  • 1. i Proposal Skripsi PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Diusulkan Oleh : BAMBANG SUCITRO NIM 11-122-001 PROGRAM STUDY BUDIDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK 2015
  • 2. ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Gresik, 23 September 2015 BAMBANG SUCITRO NIM. 111 22 001
  • 3. iii RINGKASAN BAMBANG SUCITRO. 11122001. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Gresik. PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy). Dosen pembimbing I: Sri Rahmaningsih,S.Pi.,MP. Dosen Pembimbing II:Farikhah,S.Pi.,M.Si. Berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ikan (Osphronemus gouramy) maka banyak inovasi yang diciptakan untuk meningkatkan produksi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi ikan adalah dengan menggunakan pakan pelet dengan campuran kacang Bambara sehingga diupayakan bisa meningkatkan laju pertumbuhan ikan lebih singkat. Pemberian pelet dengan kacang Bambara merupakan inovasi di bidang aquakultur kususnya ikan gurami. Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah. Hal ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya, maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, antara lain : Perlakuan A : 30% Kacang Bambara, Perlakuan B : 45% Kacang Bambara, Perlakuan C : 60% Kacang Bambara, Perlakuan D : 0% Kacang Bambara, pakan buatan pabrik. Masing-masing ulangan berisi 6 ekor ikan gurami yang berukuran panjang Sampling rata-rata 11-12cm yang ditempatkan dalam kolam beton berukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam yang letaknya berjejer. Kualitas air diukur setiap 7 hari sekali yang meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut. Setiap minggu sekali air disipon untuk membuang kotoran di dasar kolam.
  • 4. iv PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik Diusulkan Oleh : BAMBANG SUCITRO 111-22-001 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK 2015
  • 5. v Lembar Pengesahan SKRIPSI Judul : Nama : NIM : PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) BAMBANG SUCITRO 111-22-001 Diterima dan disahkan Pada tanggal : 5 Agustus 2015 Ka. Prodi ( Ummul Firmani, S.Pi., M.Si ) NIP. 012 1503 172 Pembimbing 1 ( Sri Rahmaningsih, S.Pi., MP. ) NIP. 01 231 203 295 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian ( Ir.Rahmad Jumadi, M.Kes. ) NIP. 196605291993031001
  • 6. vi KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul ” Pengaruh Pemberian Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L) dalam Pertumbuhan Ikan (Osphronemus gouramy) melalui Pakan Pelet” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik. Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada : 1. Sri Rahmaningsih, S.Pi., MP selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. 2. Ibu Rusiyem, Saudara-saudara yang selalu member motivasi untuk menyelesaikan proposal skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin. Gresik, 5 Agustus 2015 (BAMBANG SUCITRO)
  • 7. vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan, 02 Maret 1988, adalah anak keempat dari lima bersaudara dari ayah bernama Syamsul Hadi (Alm.) dan ibu Rusiyem. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN I Padengan Ploso pada 2001. Pada 2004 Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di MTs. Muhammadiyah 30 Padenganploso Setelah menyelesaikan Pendidikan di SMK PGRI Sukodadi Pada tahun 2007 dan Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Gresik angkatan 2011 di Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perikanan. Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai Ketua Badan Usaha Milik Himakua (BUMH) 2012/2013, Penulis aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah 2011/2012. Selain itu Penulis perna mengelolah usaha mulai dari warung kopi, warnet dan depo isi ulang yang bekerja sama dengan saudara sekandung, bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di PT. Harapan Jaya, PT. CITRA ADI SARANA dan pekerjaan terakhir di PT. Barata Indonesia. Mengembangkan ilmu yang didapat dari perkuliaan di bidang budidaya perairan, Penulis mengambil judul Tugas akhir di perguruan tinggi (Skripsi) yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L) dalam Pertumbuhan Ikan (Osphronemus gouramy) melalui Pakan Pelet” Motto Hidup : Jadikanlah Kamu Orang Yang Mampu dan Berilmu
  • 8. viii DAFTAR ISI COVER ................................................................................................... i Pernyataan mengenai skripsi dan sumber informasi ............................ ii Ringkasan ............................................................................................... iii Lembar pengesahan ............................................................................... vi Kata Pengantar....................................................................................... vii Daftar Riwayat Hidup ............................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah................................................................. 2 1.3 Kerangkah Konsep Penelitian.................................................. 3 1.4 Tujuan Penelitian..................................................................... 4 1.5 Hipotesis.................................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5 2.1 Klasifikasi ikan gurami ........................................................... 5 2.2 Morfologi ikan gurami ............................................................ 5 2.3 Jenis–jenis ikan gurami............................................................ 6 2.4 Kebiasaan makanan ................................................................. 7 2.5 Pertumbuhan ikan gurami........................................................ 7 2.6 Kacang Bambara..................................................................... 11 2.7 Kualitas air.............................................................................. 14 2.6.1 Suhu .............................................................................. 14 2.6.2 pH ................................................................................. 15 BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 16 3.1 Waktu dan tempat ................................................................... 16 3.2 Rancangan penelitian .............................................................. 16 3.3 Prosedur penelitian.................................................................. 16 3.3.1 Alat dan bahan............................................................... 16 3.3.2 Persiapan kolam............................................................. 16 3.3.3 Penyusunan jaring.......................................................... 16 3.3.4 Adaptasi benih............................................................... 16 3.3.5 Penyusunan formulasi pakan dan pembuatan pakan....... 18 3.3.5.1 Langkah-langkah pembuatan pakan................... 19 3.3.5.2 Proses pembuatan pakan.................................... 19 3.3.6 Percobaan pakan pada ikan .......................................... 21 3.3.7 Penimbangan dan pengukuran panjang ikan ................. 22 3.4.8.1 Renterensi protein............................................. 21 3.4.8.2 Perhitungan bobot mutlak................................. 23 3.4.8.3 Perhitungan panjang mutlak.............................. 23 3.4 Renterensi protein ................................................................... 22 3.5 Efesiensi Pakan....................................................................... 22 3.6 Pertumbuhan Bobot Mutlak..................................................... 23 3.7 Analisi Data ............................................................................ 23 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 24
  • 9. ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ikan Gurami ............................................................................ 5 Gambar 2. Kacang bambara...................................................................... 12 Gambar 3. Lay Out Unit Percobaan........................................................... 16 Gambar 4. Proses penjemuran................................................................... 14
  • 10. x DAFTAR TABEL Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami................................................... 9 Tabel 2. Kandungan gizi kacang bambara................................................. 12 Tabel 3. Komposisi Pakan Buatan............................................................. 18 Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian..................................................... 23
  • 11. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki pertumbuhan tergolong lambat. Namun ikan ini memiliki keistimewaan terutama pada tekstur dagingnya sehingga banyak digemari konsumen. Hal ini karena harga ikan merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan mujair. Namun, masa pemeliharaan ikan (Osphronemus gouramy) mulai dari menetas telur hingga mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) adalah 1,5 tahun sedangkan pemeliharaan ikan mas dari menetas telur hingga mencapai ukuran 500 g/ekor hanya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan (Pertamawati, 2006). Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi tersebut, telah dilakukan oleh (Sarah, 2002) yang meneliti tentang benih ikan untuk ukuran 0,5 cm hingga ukuran 2 cm. Namun dari informasi yang sudah ada masih belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan oleh para pembudidaya ikan karena kenyataan di lapangan usaha pendederan benih tersegmentasi berdasarkan ukuran ikan. Para pembudidaya ikan cenderung memilih untuk memelihara ikan yang lebih besar karena ikan yang lebih besar lebih mudah dipelihara. Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah (Maharani dan Yusrin, 2012). Hal ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya, maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen (Kordi dan Ghufran, 2004). Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan antara lain kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L). Kacang Bambara
  • 12. 2 di daerah asalnya Afrika Barat daya dikenal sebagai bambara groundnut. Tanaman ini di Gresik, Jawa Timur disebut sebagai kacang kapri dan dikenal sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim kering, lahan marginal (low input) dan tahan hama penyakit. Kandungan gizinya cukup tinggi yaitu Protein 20.75%, Karbohidrat 59.93%, 5.88% Lemak, 10.43% Air, dan 3.03% abu (Hidayah, 2005). Protein kacang Bambara mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia yang rendah lysine apabila dikonsumsi bersama–sama (Hidayah, 2005). Meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap ikan gurami (Osphronemus gouramy) maka banyak inovasi yang diciptakan untuk meningkatkan produksi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi ikan adalah dengan menggunakan pakan pelet dengan campuran kacang Bambara sehingga diharapkam mampu meningkatkan laju pertumbuhan ikan lebih singkat. Terhadap Pemberian pelet dengan campuran kacang Bambara. Hal ini merupakan inovasi di bidang aquakultur kususnya pertumbuhan ikan gurami. 1.2 Perumusan Masalah Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah. Hal ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya, maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen. Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan antara lain kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L). Kacang Bambara di daerah asalnya Afrika Barat daya dikenal sebagai bambara groundnut. Tanaman ini di Gresik, Jawa Timur disebut sebagai kacang kapri dan dikenal sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim kering, lahan marginal (low input) dan tahan hama penyakit. Kandungan gizinya cukup tinggi yaitu Protein 20.75%,
  • 13. 3 Karbohidrat 59.93%, 5.88% Lemak, 10.43% Air, dan 3.03% abu. Protein kacang Bambara mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia yang rendah lysine apabila dikonsumsi bersama–sama. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1 Bagaimana pengaruh pemberian kacang bambara dapat meningkatkan pertumbuhan ikan gurami? 2 Bagaimana komposisi pakan yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ikan gurami ? 3 Bagaimana pengaruh pemberiaan kacang bambara sebagai pakan pelet terhadap efisiensi pakan ikan gurami? 1.3 Kerangkah Konsep Penelitian Aklimatisasi benih ikan Pengeringan Kacang Bambara Pembuatan Tepung Kacang Penimbangan bobot awal Penebaran benih Pengujian Pakan Ke Ikan Gurami Pemberian Pakan Kacang Bambara (Selama 60 Hari) Pengukuran suhu dan pH Sampling 1 Minggu Sekali Pencatat Pertumbuhan Setiap Minggunya  Menganalisis Pengaruh Kacang Bambara Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami.  Efisiensi pakan Persiapan Wadah Uji Reterensi Protein Pembuatan Pakan Penyusunan Laporan
  • 14. 4 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah penggunaan kacang bambara sebagai pakan buatan dalam meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan gurami, Komposisi pakan terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan gurami. 1.5 Hipotesis Berdasarkan penjelasan tentang latar belakang dan rumusan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H0 : Diduga pemberian pakan pelet dengan kacang Bambara tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pada pembesaran ikan gurami H1 : Diduga pemberian pakan pelet dengan kacang Bambara memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pada pembesaran ikan gurami
  • 15. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Jangkaru (2002) menyatakan klasifikasi ikan secara lengkap adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Pisces Ordo : Labyrinthici Sub Ordo : Anabantoidae Family : Osphronemidae Genus : Osphronemus Species : Osphronemus gouramy, Lac. Gambar 1. Ikan gurami (Sumber: Dokumentasi Pribadi tahun 2014) 2.2 Morfologi Secara taksonomi, ikan termasuk family Osphronemidae. Ikan ini dapat memijah sepanjang tahun. Ikan memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen. Secara morfologi, ikan memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah (Khairuman dan Amri, 2011) : Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 12 buah–13 jari sirip–sirip sirip keras dan 11buah–13 buah jari–jari sirip lunak, Sirip dada (pectoral fin) yang memiliki 2 buah jari–jari sirip yang mengeras dan 13 buah–14 buah jari–jari sirip lunak, Sirip perut (ventral fin) yang memiliki 1 buah jari–jari sirip keras dan 5
  • 16. 6 buah jari–jari sirip lunak, Sirip anal (anal fin) yang memiliki 9 buah–11 buah jari– jari sirip keras dan 16 buah–22 buah jari–jari sirip lunak, sirip ekor membulat. Jari–jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba, tinggi badan 2,0–2,1 dari panjang standar, pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat, pada ikan muda terdapat garis–garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 buah–10 buah, induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan tidak adanya bintik hitam di kelopak sirip dada, induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik. 2.3 Jenis–jenis Ikan Gurami Berdasarkan bentuk tubuhnya, dikenal delapan macam jenis (Khairuman dan Amri, 2011) sebagai berikut : Angsa (soang) bentuk badan relatif panjang dengan sisik relatif lebar. Pertumbuhannya bongsor, bisa mencapai 6–12 kg/ekor dengan bobot rata–rata 8 kg dan panjang tubuh 65 cm. Warna tubuh umumnya putih abu–abu dan ini dikenal juga dengan sebutan galunggung, Jepang (Jepun) bentuk badan lebih pendek dan sisik lebih kecil. Bobot sekitar 3,5 kg/ekor dengan panjang 45 cm. Warna tubuh abu–abu kemerahan (ujung–ujung sirip), Blausafir cirinya, tubuh berwarna merah muda cerah. Bobot maksimum yang bisa dicapai hanya sekitar 2 kg. jumlah telur berkisar 5.000–7.000 butir setiap kali pemijahan, Paris memiliki tubuh berwarna merah muda cerah. Kepalanya berwarna putih dengan bintik–bintik hitam. Bobot maksimum bisa mencapai 1,5 kg dengan kemampuan bertelur 5.000–6.000 butir setiap kali memijah, Porselan berwarna merah muda dengan ukuran kepala relatif kecil. Bobot induk sekitar 1,5–2 kg. Porselan unggul dalam menghasilkan sekitar 10.000 butir setiap kali memijah. karena itu, porselan paling banyak dicari oleh pembenih sebagai pilihan. Bastar memiliki sisik yang besar serta warna agak kehitaman dan kepala putih polos. Laju pertumbuhannya lebih cepat, tetapi produksi telurnya hanya 2.000–3.000 butir setiap kali pemijahan, kapas berwarna putih keperakan seperti kapas. Sisiknya kasar berukuran besar. Benihnya cepat berkembang. Bahkan dalam jangka waktu 13 bulan, bobot seekor kapas bisa mencapai 1 kg terhitung sejak menetas. Sekali memijah, kapas dapat menghasilkan sekitar 3.000 butir
  • 17. 7 telur, Batu memiliki warna hitam yang merata di seluruh tubuhnya. batu memiliki sisik yang kasar. Pertumbuhannya juga lambat. Bobot ikan jenis kapas hanya mampu mencapai 0,5 kg dalam jangka waktu 13 bulan terhitung sejak menetas. 2.4 Kebiasaan Makan Merupakan ikan pemakan hewan dan tumbuhan. Sifat tersebut memungkinkan untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang hanya memakan hewan atau tumbuhan saja. Di habitat aslinya ikan gurami, memakan segala macam hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitarnya, mulai dari fitoplankton sampai serangga dan daun-daunan lunak (Sutanmuda, 1997). Pakan alami/dedaunan yang diberikan adalah daun sente/talas, ketela pohon, dan kangkung. Pakan alami diberikan kepada ikan gurami berusia dewasa, karena sifatnya sudah berubah menjadi herbivora dan sangat tepat bila diberikan pakan dedaunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyuddin (2009), pakan tumbuhan (hijauan) yang disukai oleh ikan gurami dewasa adalah daun talas, sente, daun ketela pohon, daun pepaya dan daun kangkung. Sebagai ikan pemakan tumbuhan, sangat menyukai hijauan berupa daun- daunan, terutama daun yang masih muda. Daun yang paling disukai adalah talas (keladi). Kebiasaan menyabik mangsa dan menyobek daun-daunan sebelum memakannya dapat dilihat dari keberadaan gigi pada bagian rahang (Prihartono, 2007). Untuk pakan alami adalah daun talas, daun pepaya, daun ubi kayu dan kangkung. Saat dibudidayakan, ikan dapat dioptimalkan pertumbuhannya dengan memberinya pellet (Puspowardoyo dan Djariyah, 2002). 2.5 Pertumbuhan Ikan Gurami Pertumbuhan ikan gurami cenderung lambat, hal ini dikarenakan ikan gurami mengalami perubahan kebiasaan makan pada tiap fase perrtumbuhannya yaitu karnivora pada fase satu bulan kehidupannya, omnivora pada fase remaja dan herbivora pada fase dewasa. Pakan yang baik
  • 18. 8 biasanya pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan karbohidrat karena protein merupakan sumber energi utama bagi ikan. Menurut Khairuman dan Amri (2005), kandungan protein pakan yang memberikan hasil pertambahan berat optimal bagi gurami adalah 32%. Protein merupakan sumber protein hewani yang berasal dari ikan sehingga dapat mudah diserap oleh tubuh ikan. Akan tetapi pada ikan herbivora, karbohidrat pada pakan dapat digunakan dengan lebih efektif sebagai sumber energi dan kelebihannya disimpan dalam bentuk lemak (Kusumah, 2014). Sehingga ikan herbivora dapat memanfaatkan karbohidrat untuk pertumbuhan dengan dibantu oleh enzim pencernaan yang dapat memecah karbohidrat yaitu enzim amilase. Meningkatan aktivitas enzim amilase yaitu dengan memanfaatkan bakteri saluran pencernaan ikan gurami karena bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan membantu dalam mencerna pakan. Pakan yang dikonsumsi akan melalui saluran pencernaan terlebih dahulu, dengan demikian kondisi saluran pencernaan memegang peranan penting dalam mengubah senyawa kompleks dari pakan menjadi nutrien sederhana yang kemudian akan dimanfaatkan ikan sebagai sember energi (Zulfa dkk., 2003). Bakteri yang digunakan berasal dari saluran pencernaan ikan gurami (indigeneous) karena memiliki hubungan mutualisme dengan inangnya. keunggulan bakteri indigeneous yaitu kesesuaian habitat, baik dengan bakteri patogen maupun dengan ikan di lokasi budidaya tersebut (Verschuere dkk., 2000). Sehingga perlu dilakukannya kajian isolasi (penapisan) bakteri dari usus ikan gurami sebagai upaya untuk mendapatkan bakteri indigeneous berupa kandidat bakteri penghasil enzim amilase yang berpotensi untuk meningkatkan kinerja saluran pencernaan ikan gurami dalam memecah sumber karbohidrat pada pakan Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Pakan buatan untuk ikan gurami (Osphronemus goramy, Lac.). Adapun kebutuhan nutrisi pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 1.
  • 19. 9 Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami No. Parameter Satuan Persyaratan Ukuran ikan 3cm-5cm Ukuran ikan 5cm-15cm Ukuran ikan <15cm 1 Kadar air, maks. % 12 12 12 2 Kadar abu, maks. % 12 12 13 3 Kadar protein, min % 38 32 28 4 Kadar lemak, min. % 7 6 5 5 Kadar serat kasar, maks. % 5 6 8 6 Nitrogen bebas (NAmoniak), maks. % 0.20 0.20 0.20 7 Diameter pakan mm 1-2 2-3 3-6 8 Kandungan cemaran mikroba/toksin  Aflatoksin, maks.  Kapang, maks.  Salmonella ppb kol/g kol/g 50 50 neg 50 50 neg 50 50 neg 9 Kandungan antibiotik ppb 0 0 0 Sumber : SNI 7473:2009 Pertumbuhan ikan gurami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran ikan, umur ikan, kualitas protein, kandungan energi pakan, suhu air dan tingkat pemberian pakan (Suhenda dkk, 2003). Nematipour dkk, (1992) mengemukakan bahwa tingginya energi dalam pakan menyebabkan terjadinya akumulasi atau deposit lemak yang tinggi pada tubuh ikan. Disamping kadar protein, faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam pakan ikan adalah adanya keseimbangan yang tepat antara energi dan protein pakan. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat, apabila energi yang berasal dari sumber nonprotein cukup tersedia maka sebagian besar protein akan dimanfaatkan untuk tumbuh, namun apabila energi dari nonprotein tidak terpenuhi maka protein akan digunakan sebagai sumber energi sehingga fungsi protein sebagai pembangun tubuh akan berkurang (Adelina, 2000). Kebutuhan pakan berenergi begitu penting dalam menejemen kualitas pakan. Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang
  • 20. 10 utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak, sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga (Yuwono, 2003). Pengembangan budidaya perikanan dapat dilaksanakan jika aspek pakan untuk jenis ikan tersebut diketahui, sehingga para pelaku usaha perikanan dapat menentukan formulasi pakan yang tepat dengan berpedoman pada kebutuhan nutrien dan mutu bahan makanan. Nutrien tersebut digunakan untuk sintesis (anabolisme) dan sebagai sumber energi (katabolisme) (Yuwono, 2003). Hal ini berpengaruh terhadap efisiensi pakan. Efisiensi pakan menjadi hal penting karena menunjang keuntungan para pelaku usaha perikanan. Efisiensi pakan merupakan penambahan berat basah ikan per unit berat kering pakan. Efisiensi pakan digunakan untuk mengetahui seberapa besar kenaikan bobot basah tubuh ikan dengan pakan yang dikonsumsi sebanyak satu gram. Efisiensi pakan dapat diketahui dengan melihat nilai rasio efisiensi pakan (Purwanto, 2007). Menurut Haetami dkk, (2008), kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya, sedangkan jumlah pemberian pakan dipengaruhi oleh kapasitas saluran pencernaan ikan, jika tingkat energi protein melebihi kebutuhan maka akan menurunkan konsumsi sehingga pengambilan nutrien lainnya termasuk protein akan menurun. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan yang tepat antara energi dan protein agar dicapai keefisienan dan keefektifan pemanfaatan pakan. Protein merupakan zat yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak, serta penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan (Suhenda dkk, 2005). Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga yang paling utama, mutu protein dipengaruhi oleh sumber asalnya serta oleh kandungan asam aminonya (Mudjiman, 2008). Kandungan asam amino dalam daging ikan sangat bervariasi, tergantung pada jenis ikan. Pada umumnya, kandungan asam amino dalam daging ikan kaya lisin, tetapi kurang kandungan triptofan (Junianto, 2003). Hal ini membuktikan bahwa protein memang komponen pakan yang sangat penting, akan tetapi kelebihan dalam pakan dapat mengakibatkan gejala kelebihan protein (excessive
  • 21. 11 protein syndrome). Rasio efesiensi protein dapat digunakan untuk menilai kualiatas protein suatu bahan karena efesiensi protein adalah banyaknya protein yang dapat diretensi oleh ternak dan digunakan untuk pertumbuhan atau produksi. 2.6 Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L) Kacang Bambara (Fachruddin, 2000) anggota famili Leguminoceae / Papilionaceae, subfamili Papilionoidae, genus Vigna dan spesies Vigna subterranea Verdcourt L, mempunyai jumlah kromosom 2n=2x=22 pasang kromosom (2n=22). Kacang Bambara termasuk tanaman menyerbuk sendiri. Bunga hampir sama dengan bunga kacang panjang, baik bentuk, susunan maupun warnanya. Penyerbukan sendiri pada kacang Bambara sangat didukung oleh struktur bunganya. Kacang Bambara cocok tumbuh sampai ketinggian 1.600 meter dari permukaan laut. Sebagai salah satu jenis kacang tanah, persyaratan hidup kacang Bambara, mirip tanaman kacang tanah. Suhu rata-rata tahunan yang dibutuhkan 19-270 C, dengan penyinaran matahari yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara 500-3.500 mm per tahun (Astawan, 2009). Penanaman di dataran rendah banyak dilakukan di Indonesia. Salah satu kelebihan kacang Bambara adalah kemampuannya untuk hidup di tanah dengan unsur hara yang minim dan kurang air. Kemampuan tersebut menjadikan tanaman ini mampu tumbuh dan banyak dikembangkan di daerah kering Afrika tropis (Astawan, 2009). Sebagai tanaman kacang-kacangan, tanaman kacang Bambara juga dapat mengikat nitrogen melalui simbiosis dengan bakteri rhizobium seperti halnya sifat tanaman kacang-kacangan lainnya (Ntundu dkk., 2004). Kacang bambara (Vigna subterranea) atau kacang bambara, merupakan salah satu sumber pangan alternatif di Indonesia. Kacang bambara berasal dari Afrika, kemudian berkembang di kawasan Amerika. Saat ini, kacang bambara telah menyebar ke Sukabumi, Majalengka, Tasikmalaya, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur (Gresik), Lampung, NTB dan NTT (Rahmat dan Rukmana, 2000). Berbeda dengan tanaman legume pada
  • 22. 12 umumnya, kacang bambara lebih adaptif dan toleran pada daerah yang kurang subur (Stephens, 2003). Budidaya kacang bambara banyak ditemukan Jawa Barat, Banten dan pesisir utara Jawa Timur. Distribusi tanaman yang banyak ditemukan di kota Bambara dan kota Gresik. Penanaman di sekitar bambara menyebabkan tanaman ini dinamakan kacang bambara, sedangkan di Gresik biasa disebut dengan nama kacang kapri. Berbagai publikasi internasional, menyebutkan kacang bambara dengan nama bambara groundnut (Liu, 2011). Dalam perkembangan selanjutnya, tanaman kacang bambara tersebar ke Sukabumi dan Bandung. Sebagian masyarakat menyebut kacang tersebut dengan nama kacang Bandung (Rahmat dan Rukmana, 2000). Gambar 2. Kacang bambara (Referensi : kesehatandia.blogspot.com/2014) Bentuk Polongnya yang berbentuk membulat, berkerut-kerut, dengan panjang 1 - 1,5cm. satu polong biasanya berisi satu biji, atau dua biji. Bentuk bijinya membulat, halus, dan keras jika telah masak dan kering. Warna biji krem, coklat, merah, atau bertutul-tutul. Kandungan protein pada biji kacang bambara berkisar 14 - 24% dan karbohidrat 60%. Proteinnya kaya asam amino metionin. Biji kacang bambara hanya mengandung 6-12% minyak, sekitar separuh dari kandungan minyak kacang tanah. Menurut (Rahmat dan Rukmana, 2000). Tabel 2. Kandungan Gizi Kacang Bambara Zat gizi per 100 gr Jumlah Enegi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) 370 16.0 6.0 65.0 85 264 4.2 Sumber: (Direktorat Gizi Depkes RI 2000 : 10)
  • 23. 13 Mencukupi kebutuhan pakan nabati, bisa disediakan berbagai jenis hijauan seperti daun sente, kangkung, daun ubi kayu, tanaman air atau daun tanaman darat yang lunak dan masih muda. Pemberian daun sente (Alocasia machoriza), sejenis talas-talasan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik (Agus, 2001). Kadar protein yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan gurami adalah 43,29% untuk ukuran 0,15-0,18 g/ekor. Sedangkan pada ikan gurami berukuran 27-35 g/ekor dibutuhkan kadar protein 32,14% (Yulfiperius, 2003). Penggunaan pakan yang sesuai akan mampu meningkatkan produktifitas dan keuntungan dalam budidaya perikanan serta mengurangi buangan atau pun dampak yang bisa ditimbulkan bagi lingkungan budidaya (Komang, 2010). Menurut Jangkaru (2004), Lemak secara normal dicerna cukup baik = 8,5 kcal ME/gram. Ikan membutuhkan lemak sebagai : a. Sumber energi dan untuk memelihara bentuk dan fungsi membran/jaringan (phospolipid). b. Cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode yang penuh aktifitas atau tanpa makan dan menjaga keseimbangan dan daya apung ikan di dalam air. Peranan lemak bagi ikan adalah sebagai sumber energi diurutan kedua setelah protein. Lemak dalam makanan ikan mempunyai peran yang penting sebagai sumber energi karena lemak dapat mengahasilkan sumber energi yang lebih besar (Mudjiman, 2008). Menurut Reezky (2012), mineral pada ikan diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan bahkan sisik. Mineral utama yang diperlkukan adalah kaslium dan fosfor. Selain itu mereka juga memerlukan besi, iodine, magnesium, natrium, kalium, tembaga dan seng. Kalsium dapat dijumpai pada air-air berkesadahan tinggi, sedangkan fosfor bisa dijumpai pada tanaman air. Aspek fisiologi pencernaan dan pakan merupakan faktor penting untuk memacu pertumbuhan, karena menurut Wiadnya, dkk (2000), lambatnya pertumbuhan diduga disebabkan dua faktor utama, yaitu :
  • 24. 14 a. Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh. Benih ikan nila gift merupakan ikan yang termasuk hasil perbaikan genetika dari ikan mujair dan ikan nila, sehingga potensi tumbuhnya lebih baik. b. Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung sumber nutrien yang tepat dan lengkap bagi ikan sehingga tidak dapat memacu pertumbuhan pada tingkat optimal. 2.7 Kualitas Air Air keruh menyebabkan ikan kekurangan oksigen, nafsu makan berkurang, batas pandang ikan berkurang serta tertutupnya insang oleh partikel lumpur. Menurut (Khairuman dan Amri, 2012), paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Kecerahan air optimum yang dapat menunjang kehidupan ikan yaitu 40-60 cm (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Lesmana (2001) menyatakan peran air adalah sebagai media, baik sebagai media internal ataupun eksternal. Sebagai media internal air berfungsi sebagai bahan baku untuk reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan ke seluruh tubuh dan pengatur atau penyangga suhu tubuh dan media eksternal Sebagai media eksternal air berfungsi sebagai habitatnya. 2.7.1 Suhu Air Kisaran suhu yang optimum bagi kehidupan ikan adalah 25-52 ºC (Kordi, 2004). Menurut Sitanggang dan Sarwono (2002), suhu air untuk budidaya adalah 24-28 ºC. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan angin dan aliran tegak. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah : letak ketinggian dari permukaan laut (altitude), musim, cuaca, waktu pengukuran dan kedalaman air.
  • 25. 15 2.7.2 pH (point of Hydrogen) pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan menyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu (Kordi, 2004). Dengan demikian, nilai pH suatu perairan akan menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa. Air merupakan kombinasi dari hidrogen dan oksigen dengan perbandingan dua atom hydrogen dan satu atom Oksigen. Nilai maksimal untuk derajat keasaman adalah 14 (Lesmana, 2001). (Zonneveld dkk, 1991) melaporkan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan pada kolam air tenang adalah 6,7–8,2. Ikan akan tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara kisaran optimal adalah pH 7,5–8,5 (Ghufran dan Tancung, 2007). .
  • 26. 16 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2015 di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik. 3.2 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, Dosis kacang bambara yang diberikan pada masing-masing perlakuan antara lain : Perlakuan A : 30 mg/kg pakan Kacang Bambara Perlakuan B : 45 mg/kg pakan Kacang Bambara Perlakuan C : 60 mg/kg pakan Kacang Bambara Perlakuan D : 0 mg/kg pakan Kacang Bambara, pakan buatan pabrik. Model percobaan yang digunakan dalam penelitian inimengikuti Steel dan Torrie (1991) yaitu : Yij = μ+ σi + εij Keterangan : Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah dari pengamatan σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Masing-masing ulangan berisi 6 ekor ikan gurami yang berukuran panjang rata-rata 17 cm dan berbobot ± 100 g yang ditempatkan dalam kolam beton berukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam yang letaknya berjejer. Kualitas air diukur setiap 7 hari sekali yang meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut. Setiap minggu sekali air disipon untuk membuang kotoran di dasar kolam. Unit percobaan ditempatkan secara acak dan layout percobaan pada Gambar 2. 3.1 3.2 3.3Gambar 3. Layout unit percobaan C3 B1 D2 B3 A2 D1 C1 A1 B2 D3 C2 A3
  • 27. 17 Rancangan acak Lengakap (RAL) adalah suatu rancangan acak yang dilakukan dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan secara acak di dalam masing-masing kelompok. Rancangan acak kelompok biasanya digunakan pada percobaan yang tempat , kondisi lingkungannya, atau keadaanya berbeda. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masing-masing kelompok sekecil mungkin (Rahmawati, 2008). 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Alat dan Bahan Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mesin pencetak pelet, kolam beton ukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam, timbangan digital, penggaris, nampan, jaring ikan, kayu bambu, toples dan botol sprayer. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ikan gurami berbobot ± 100 g sebanyak 60 ekor, kacang bambara, tepung terigu, pakan pabrik, dan probiotik. 3.3.2 Persiapan Kolam Kolam yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu menggunakan kaporit sebanyak 120 ppm. Setelah diberi kaporit, kolam dikeringkan selama ± 24 jam untuk menguapkan bau kaporit dan gas beracun. Selanjutnya, kolam diisi air tawar yang bersumber dari PDAM setinggi ± 40 cm dan diberi aerasi. Enceng gondok dan batu-batuan disusun di dalam kolam untuk membuat ikan nyaman. Setelah 24 jam, ikan bisa dimasukkan ke dalam kolam dengan diadaptasikan terlebih dahulu. Setiap kolam diisi 6 ekor ikan gurami. 3.3.3 Penyusunan Jaring Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan gurami adalah kolam beton 2cm x 2 cm x 2cm sebanyak 3 unit dan dipetak-petak masing- masing kolam menjadi 4 bagian menggunakan jaring sehingga satu petaknya
  • 28. 18 berukuran 1cm x 1cm x 1cm dan diisi air masing-masing (ketinggian 1.5 m), serta ditempatkan termostat dan aerasi untuk suplai oksigen. 3.3.4 Adaptasi Benih Dalam penelitian ini digunakan ikan uji berupa benih ikan gurami dengan ukuran panjang rata-rata 11cm-13cm yang didatangkan dari Desa Surowono, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ikan kemudian ditebar dengan kepadatan 5 ekor/m pada setiap perlakuan. Selama tiga hari ikan uji tidak diberi perlakuan terlebih dahulu. Selanjutnya pada hari ke empat dilakukan pengambilan sampel awal berupa biomassa ikan awal dengan pengambilan sampel 30 % dari setiap perlakuan. Benih selanjutnya dipelihara selama 60 hari. 3.3.5 Penyusunan Formulasi dan Pembuatan Pakan Formulasi komposisi pakan dibuat berdasarkan persentase kebutuhan masing-masing bahan yang diinginkan dan hasilnya dicantumkan dalam Tabel 1. Tabel 3. Komposisi pakan percobaan No. Bahan (gr) Ransum (gr) A B C D 1 Kacang bambara 30 45 60 0 2 Dedak halus 376.92 325.04 273.16 0 3 Tepung terigu 10 10 10 0 4 Jumlah Protein 32% 32% 32% 32% Proses pembuatan pakan diawali dengan penghalusan bahan, kemudian pengayakan, pencampuran, pengukusan, pencetakan, pengeringan dan pengemasan. Penghalusan bahan dilakukan dengan menggunakan mesin penepung maupun blender. Setelah halus, bahan diayak untuk menyamakan ukuran partikel. Tujuan dari penepungan dan pengayakan adalah agar pada waktu dicampur bahan pakan bisa tercampur merata dan menjadi rekat. Setelah pengayakan, dilakukan pencampuran bahan, dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit sampai bahan yang jumlahnya banyak dengan menambahkan sedikit air. Selanjutnya, bahan dikukus dan dicetak menggunakan mesin pencetak pellet. Kemudian, pakan dijemur dengan menggunakan oven pada suhu 30o C sampai kadar airnya sekitar 10%. Setelah kering, pakan disimpan dalam wadah plastik kering dan diletakkan ditempat yang tidak lembab agar tidak jamuran.
  • 29. 19 3.3.5.1 Langkah - langkah Pembuatan Pakan Proses pembuatan pakan secara berturut-turut adalah sebagai berikut : a. Penurunan ukuran partikel (penepungan) b. Pencampuran awal (pre mixing) c. Pelleting d. Pengemasan e. Penyimpanan 3.3.5.2 Proses Pembuatan Pakan Alat Bahan a Wadah plastik b Pemberat c Pengayak d Kolam beton e Timbangan analitik. a Kacang bambara b Dedak c Tepung terigu d Vitamin Langkah kerja a Pengeringan Kacang Bambara Kacang bambara direbus dengan air + 10 menit, setelah itu ditiriskan agar air cepat menguap dan dikeringkan sampai benar-benar kering agar saat proses penghalusan tidak membutuhkan waktu lama. b Penepungan (Grinding) Bahan baku yang akan digunakan dihancurkan sehingga menjadi tepung dengan menggunakan alat berupa penggiling tepung. Alat yang digunakan dapat berupa penggiling jagung, penggiling kopi, dan alat penggiling daging. Alat penggiling jagung digunakan untuk menggiling bahan baku yang kasar menjadi tepung halus (Murtidjo, 2001). Peralatan yang digunakan pada proses penepungan menggunakan saringan adalah menggunakan alat penepung disc mill (gambar 5) dan hammer mill (gambar 6). Disc mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara berputarnya suatu pasangan piringan logam baja yang satu berputar sedangkan yang lainnya
  • 30. 20 sebagai landasan. Hammer mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara prinsip palu, yaitu memukul suatu bahan baku yang akan ditepung sampai bahan hancur menjadi tepung (Irma, 2008). c Pengayakan Alat ini berfungsi untuk menyaring bahan yang digiling dari alat disk mill sehingga ukuran bahan menjadi seragam dan akan memudahkan pengolahan selanjutnya. Sebaiknya menggunakan ukuran mash yang kecil sehingga bagian yang masih kasar akan digiling kembali (Gunawan, 2010). d Penimbangan Alat penimbang dan penakar penting untuk mengetahui jumlah tiap-tiap bagian dalam suatu susunan ransum. Bahan dalam jumlah sedikit ditimbang dengan timbangan emas. Timbangan yang lebih teliti lagi adalah timbangan atau neraca analitis (Masyamsir, 2001). Masing-masing bahan yang akan dipakai untuk membuat pakan dan telah berbentuk tepung kering lalu diambil dan ditimbang satu persatu sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan analitik dengan sensitifitas sebesar 0,1 gram. Bahan-bahan yang telah sesuai dengan takaran yang ditentukan lalu ditampung kedalam ember atau plastik secara terpisah untuk selanjutnya dilakukan pencampuran. e Pencampuran Proses pencampuran bahan baku harus dilakukan dengan cara mencampur bahan baku yang jumlahnya paling sedikit kemudian secara bertahap ditambahkan jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin banyak dengan tujuan agar semua bahan baku tersebut dapat tercampur secara homogen (Gusrina, 2008). Pencampuran bahan dengan mengunakan air hangat secukupnya dengan dibantu alat sendok.
  • 31. 21 f Pencetaan Alat pencetak adalah alat yang digunakan untuk mencetak pakan buatan. Alat pencetak (pelleting) mengunakan alat penggiling daging. g Pengeringan Alat pengering berfungsi untuk mengeringkan bahan baku dan pakan yang sudah jadi. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), proses pengeringan pakan buatan dengan menggunakan alat pengering khusus lebih menguntungkan sebab tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, lebih bersih, dan lebih cepat. h Penyimpanan Pakan kering dapat disimpan dalam beberapa ukuran, untuk jumlah yang sedikit dapat menggunakan stoples, sedangkan jika jumlahnya agak banyak menggunakan drum plastik yang bertutup atau disimpan di dalam karung plastik (bagor). Pakan kering lebih baik disimpan dalam tempat yang kering dan tidak lembab (Mudjiman, 2004). Fasilitas penyimpanan yang tidak memadai akan menyebabkan penurunan kualitas pakan, dan berakibat pada pertumbuhan ikan yang buruk, kekurangan nutrisi, masalah kesehatan ikan dan mungkin kematian ikan yang tinggi. Hal-hal tersebut merugikan usaha budidaya (Sugama dkk, 2001). 3.3.6 Percobaan pakan ke ikan gurami Pakan perlakuan A, B, C dan D diberikan ke ikan gurami sebanyak 5% dari bobot ikan keseluruhan dalam satu kolam. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari selama 90 hari. Pakan diberi campuran probiotik sebanyak 3 ml/kg pakan setiap 5 hari sekali. 3.3.7 Penimbangan dan pengukuran panjang ikan gurami Kegiatan sampling biomassa untuk mengamati meningkatnya bobot ikan baik kontrol maupun ikan yang diberi perlakuan dengan Pakan Buatan. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah individu dalam populasi satu unit kolam, jika jumlah ikan lebih dari 50 ekor/kolam maka sampling 10% dan apabila
  • 32. 22 jumlah ikan dalam satu kolam kurang dari 50 ekor/kolam maka sampling 30%. Pada kegiatan ini Sampel ikan ditentukan 30% dari ikan uji yang berjumlah total 60 Ekor. Penimbangan bobot dan pengukuran panjang ikan dilakukan setiap 1 minggu pada seluruh ikan. Jumlah pakan yang akan diberikan disesuaikan dengan pertambahan bobot ikan. Variabel penelitian yang diukur antara lain : 3.4 Renterensi Protein Efisiensi retensi protein pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor endogen dan eksogen (Halver dan Hardy, 2002). Salah satu faktor utama yang berhubungan dengan efisiensi diet adalah Protein untuk rasio Energi (P / E). Parameter ini harus diestimasi untuk jenis ikan tertentu dan tahapan. Ketika diet memiliki kelebihan protein, akan digunakan sebagai sumber energi, bukan pertumbuhan tubuh. Sebaliknya, diet dengan kelebihan energi dan kekurangan protein dapat mengurangi konsumsi pakan dan mempengaruhi pertumbuhan (NRC, 2011). Perhitungan renterensi protein meliputi sebagai berikut : Ikan sampel awal tebar, ikan sampel akhir tebar, kadar pakan kacang bambara (30mg/pakan, 45 mg/pakan dan 60mg/pakan). Rumus Retensi Protein menurut Watanabe et al. (2001) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Retensi Protein = Pertambahan protein tubuh (g) Protein yang terkonsumsi (g) 3.5 Efisiensi Pakan Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Takeuchi, 1988): EP = {[(Wt + D) - Wo] / F} x 100% Keterangan : EP : Efisiensi pakan (%) F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt : Biomassa akhir pemeliharaan (g) Wo : Biomassa awal pemeliharaan (g) D : Biomassa ikan mati (g) x 100%
  • 33. 23 3.6 Pertumbuhan Bobot Mutlak Pertumbuhan bobot mutlak adalah pertambahan berat ikan setiap harinya selama pemeliharaan. Pertambahan bobot mutlak ditunjukkan dalam satuan gram/hari. Rumus mencari pertumbuhan bobot mutlak : GR = (Wt-Wo)/t Keterangan : GR = Pertumbuhan Bobot Mutlak (g/hari) Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu ke-t (g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g) t = waktu pemeliharaan (hari) 3.7 Analisis Data Data laju pertumbuhan harian, konversi pakan, pertumbuhan bobot mutlak dan pertumbuhan panjang mutlak dianalisis menggunakan analisis sidik ragam atau (One Way ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka, dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%. Keeratan hubungan antar variable dianalisis dengan uji korelasi. 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahapan Bulan dalam Tahun 2015 Agustus September Oktober Nofember Desember Pembuatan proposal penelitian Persiapan alat dan bahan Adaptasi ikan dan pelaksanaan penelitian Analisis data dan laporan hasil penelitian
  • 34. 24 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, T. Ratnawati, E. dan R. Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 85 hal. Adelina,. I. Mokoginta., R. Affandi., D. Jusadi. 2000. Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Pakan yang Berbedaterhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Pert. Indo. Vol. 9(2). Afrianto, E dan E. Liviawati. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 37- 141. Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian Penebar Swadaya : Jakarta. Agus. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Kanisius. Amri, Khairul dan Khairuman. 2005. Budidaya Ikan Nila secara Intensif (Cetakan Keempat). PT Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Borkenau, P. & Ostendorf, F. 1993.NEO-Fünf-Faktoren Inventar (NEO-FFI) nachCosta und McCrae. Göttingen: Hogrefe. Preis DM 84. Badan Standarisasi Nasional [BSN]. 2000. SNI: 01–6484.4–2000: Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus X C fuscus) kelas benih sebar. 6 hal. Bugri. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan (Osphronemus goramy Lac). ukuran 2 cm. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bambara. hlm 17. Darmawangsa, M. G. 2008. Pengaruh Padat penebaran 10, 15, 20 Ekor/Liter terhadap Kelangsunga Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan (Osphronnemus gouramy lac). Ukuran 2cm. Skripsi. Institut Pertanian Bambara. Bambara. Fachruddin, L. 2000. Budi Daya Kacang-kacangan. Kanisius : Yogyakarta. Ghufran. M, dan Tancung, A.B. 2007 Oktober 2001. Budidaya ikan . Jogyakarta. Agromedia Pustaka. Gunawan, D. 2010. Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil Dan Proses Pengolahan Pakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. 30 hal.
  • 35. 25 Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 491 hal. Halver, J.E. 2002. The vitamins. In J.E. Halver & R.W. Hardy, eds. Fish nutrition, 3rd Edn., pp. 61–141. New York, Academic Press Inc. Haetami RR.2008. Karakteristik surirni hasil pengkomposisian tetelan ikan kakap merah (Lutjanus sp) dan ikan layang (Decapterus sp) pada penyimpanan beku. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan clan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hidayah, T. 2005. Pengaruh suhu proses ekstrusi dan campuran ubijalar merah dengan kacang Bambara terhadap beberapa karakteristik fisik ekstrudat. Jurnal Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang 6(2):121-130. Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari Nusantara Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal. Jangkaru, Z. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Jakarta : Penebar Swadaya. 96 hal. Jangkaru, Z. 2004. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Junianto, (2003), Teknik Penanganan Ikan, Penebar Swadaya, Jakarta Yuwono, E., P. Sukardi dan SulistyoI.. 2005. Konsumsi dan Efisiensi Pakan pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Dipuasakan Secara Periodik. Berkala Penelitian Hayati 19 (2): 129-132. Khairuman, H. dan Amri K. 2012. Pembesaran Nila di Kolam Air Deras. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45 Tahun 2004 tentang Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan. Kordi, M. G. H dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta. Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Per ama. Jakarta: PT Rineka Cipta. Komang, S. 2010. Tentang Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Pakan Alami dan Pakan Buatan Dalam Budidaya Perikanan.
  • 36. 26 Kusuma,Galih Arif, 2014. “Uji Daya Hambat dari Ekstrak Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamica L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila”. Jurnal Ilmiah. PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado. Vol 2,No1(2014). Lenawan, E. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan (Osphronemus Gouramy Lac.) Ukuran 0,5 Cm. Fakultas Perikanan dan Ilmu Laut Institut Pertanian Bambara. 64 hal. Lesmana, D. S. 2001. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya. Lesmana, D. S. dan I. Darmawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta. Liu, F. 2011 Effect of a short and severe intermittent drought on transpiration, seed yield, yield components, and harvest index in four landraces of bambara groundnut. International Journal of Plant Production, 5 (1). pp. 25- 36. Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Modul Program Keahlian Budidaya Ikan. Depdiknas. Jakarta. 32 hal. Maharani, E.T. dan Yusrin. 2010. Kadar Protein Curah yang Dijual Petambak Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS. Semarang. 6 hal. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 146-148 : 157-165. Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 13 : 56 : 77. Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Penerbit Swadaya. Jakarta Ntundu, W.H., I.C Bach, J.L. Christiansen, and S.B. Anderson. 2004. Analysis of Genetic Deversity In Bambara Groundnut [Vigna Subterranea (L) Verdc] Landraces Using Amplified Fragment Lergth Polymorphism (AFLP) Markers. African Journal of Biotechnology (3):4PP. 220–225. Nematipour, G.R., M.L. Brown, dan D.M. Gatlin III. 1992. Effects of dietary energy protein ratio on growth characteristic and body consumption of hybrid striped bass. Aquaculture, 107 :359-368. Pertamawati, L.H. 2006. Diseconomies Integrasi Vertikal Usaha Budidaya Ikan Gurami. Institut Pertanian Bambara. Prihartono, E, R. 2007. Permasalahan dan solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
  • 37. 27 Purseglove, J.W. 1974. Tropical Crops: Dicotyledons. Longman, London, 242– 246. Puspowardoyo, H. Dan A.S. Djariyah. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Purwanto, J. 2007. Pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan padat penebaran yang berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia. 6(2):85-89. Rukmana, H. Rahmat 2000 "Ganyong : budidaya dan pascapanen / H. Rahmat Rukmana". Sarah S. 2002. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac).Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bambara. hlm 39. Sitanggang, M dan B.Sarwono. 2002. Budidaya . Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanmuda. 1997. Kumpulan Gurami Kliping Ikan. Jakarta : trubus. Trijdoko, DKK//,1993. Pengaruh Pakan Segar Terhadap Perkembangan Gonat Ikan : Jurnal Penelitian Budidaya Perikanan vol 9-No.Gondol.Bali. Suhenda, N., L. Setijaningsih & Y. Suryani. 2003. Penentuan rasio antara kadar karbohidrat dan lemak pada pakan benih ikan patin jambal (Pangasius djambal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(1):21-30. Sugama, K., Slamet, B., Ismi, S., Setiadi, E. and Kawahara, S. 2001. Manual for the seed production for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Gondol Research Institute for Mariculture and Japan International Cooperation Agency, Bali, Indonesia. 37 hal. Stephens, J.M. 2003. Bambara Groundnut Voandzeia subterranea (L.) Thouars. University of Florida. IFAS Extension. Florida. Reezky . 2012. http://www.zonaikan.com/2012/11/kebutuhan-nutrisi-ikan.html Verschuere L, Dhont J, Sorgeloos P, Verstraete W. Monitoring Biolog patterns ans r/K-strategists in the intensive culture of Artemia juveniles. J Appl Microbiol. 1997;83:603–612. Yulfiperius, Mokoginta, Jusadi Dedi.2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypothalmus). IPB: Bogor.
  • 38. 28 Wiadnya, D.G.R, Hartati, Y. Suryanti, Subagyo, dan A.M. Hariati. 2000. Periode Pemberian Pakan yang mengandung Kitin untuk Memacu Pertumbuhan dan Produksi Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.). Jurnal Peneltian Perikanan Indonesia, 6(2) :62-67. Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya ikan. Penerjemah. Pustaka Utama. Gramedia, Jakarta, 71 hlm. Zulfa Fauzia3 , Fadil Othman1,* , Johan Sohaili1 , Moh Faiqun Ni’am2 , Environmental Engineering Department., Faculty of Engineering, Universiti Teknologi Malaysia, Johor, Malaysia.