1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan di Indonesia tidak sedikit yang menggunakan bahan-bahan kimia beracun sebagai
salah satu material guna memproduksi produk dari perusahaan itu sendiri. Baik digunakan sebagai
bahan bakar, atau perusahaan langsung berhubungan dengan bahan kimia tersebut, contohnya kilang
minyak.
Setiap aktivitas kerja manusia akan selalu memiliki peluang atau potensi untuk terjadi
kecelakaan terhadap bahan kimia maka diperlukan pengetahuan tentang faktor kimia di tempat kerja
menjadi sangat penting.
Dalam statistik kecelakaan akibat faktor kimia yang terjadi di Indonesia perlu adanya
kesadaran baik dari pihak perusahaan maupun komponennya untuk bisa menguasai faktor-faktor
kimia secara menyeluruh yang ada di tempat kerja.
Dengan demikian penting dikaji tentang faktor kimia sehingga dapat memahami tentang
faktor kimia baik dari segi pengetahuan dan penerapannya tentang pengendalian bahan kimia beracun.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam faktor kimia bahan berbahaya beracun (B3) beserta
klasifikasinya secara spesifik baik berdasarkan sifat beserta bahanya?
2. Bagaimana pengendalian yang aman dan benar atas B3 tersebut?
3. Undang-Undang apa saja yang mengatur tentang faktor kimia B3 di tempat kerja?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui B3 beserta klasifikasinya.
2. Dapat mengendalikan faktor-faktor kimia B3 dengan baik dan benar.
3. Dapat menentukan secara umum faktor kimia di tempat kerja dengan landasan UU yang
mengaturnya.
1.4 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan pengertian beserta tata cara pengendaliannya tentang
faktor kimia di tempat kerja.
2. Memberikan pendapat tentang faktor kimia di tempat kerja secara umum.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pengerjaan kajian ini adalah:
1. Mengkaji B3 secara umum.
2. Pengendalian B3 secara umum.
3. Kajian makalah ini hanya sebagai pengetahuan dasar tentang fakor kimia di tempat kerja.
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Faktor Kimia B3 dan Klasifikasinya
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat memberi
pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan. Ada beberapa
faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi.
Dalam makalah ini bahaya kimia yang akan kita kaji lebih lanjut. Fakta mengenai potensi bahaya
yang bersumber dari bahan kimia di dunia industri memang tak terbantahkan. Karena hampir dapat
dipastikan setiap jenis industri kimia mempergunakan bahan kimia berbahaya, baik yang berupa gas,
cairan maupun padatan.
Tereksposnya tubuh oleh B3 bisa berakibat buruk baik terhadap keselamatan maupun
terganggunya kesehatan seseorang. Orang yang terkena langsung dengan cairan asam misalnya,
kulitnya akan mengalami oksidasi, berubah warnanya menjadi putih disertai dengan rasa perih dan
gatal.
Bahkan pada industri kimia yang menggunakan B3, potensi bahayanya bisa lebih fatal, yaitu
menyebabkan kematian bila sampai menghirup B3 dengan konsentrasi tertentu.
Adapun jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:
Pernapasan ( inhalation ),
Kulit (skin absorption ),
Tertelan ( ingestion )
2.1.1. Klasifikasi B3
1. Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi
kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
2. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan
reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan
sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh :
Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,
ozone.
3. Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ
pernapasan
Contoh :
Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners,
turpentine.
Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
4. Asfiksiasi
3. Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada
kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang
dari 19,5% volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah
oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide
5. Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti
menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-
naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);
Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates,
beryllium
6. Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada
keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.
Contoh : Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury.
Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.
7. Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.
Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
Berikut adapun beberapapenjelasan tentang arti simbol/logo berbahaya dari beberapa bahan kimia
yang ada di tempat kerja:
Explosive (bersifat mudah meledak)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi
gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang
diberikan dalam Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi
kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat
4. dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol,
dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman
praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus
dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk
bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3.
Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu
Contoh : ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT
Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas
Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya tidak mudah
terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka
dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan
anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida
organik.Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab
timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api
Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor
Flammable (mudah terbakar)
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya “extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat
rendah (di bawah 0 0C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat
5. sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12.
Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah
subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai
titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang
amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas
di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi
label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11.
Bahaya : mudah terbakar
Meliputi :zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan : hindari campuran
dengan udara.
Gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran dengan udara dan
hindari sumber api.
Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.
Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C. contoh : aseton dan benzene.
Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.
Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, terteln atau
kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida
Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke
dokter bila kemungkinan keracunan.
6. Harmful Irritant (bahaya iritasi)
Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan
formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke
tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant
yaitu R36, R37, R38 dan R41.
Kode Xn (Harmful)
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,
Contoh : peridin
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup,
segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Kode Xi (irritant)
Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
Contoh : ammonia dan benzyl klorida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan
mata.
Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan
merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan
uji, seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu
R34 dan R35.
7. Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
Contoh : klor, belerang dioksida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan
mata
Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-
tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara,
tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi
lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.
Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi
Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin
Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan
2.2 Pengendaliannya Bahan Berbahaya Beracundisertai Undang Undang yang
Mengatur
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dimana di dalamnya mengkategorikan B3 yang
dilarang digunakan, terbatas digunakan dan bebas digunakan (Lampiran 1).
Salah satu contoh jenis B3 adalah pestisida. Departemen Pertanian melalui Keputusan Menteri
Pertanian nomor 949/Kpts.270/12/1998 mengelompokan jenis-jenis pestisida yang dilarang dan
terbatas (Lampiran 2).
FSC (Forest Stewardship Council) memiliki peraturan sendiri tentang pelarangan penggunaan
pestisida di dalam kawasan hutan (Lampiran 3). Suatu jenis pestisida dilarang jika :
1. Golongan CHC (Chlorinated Hydrocarbon)
2. Termasuk dalam daftar Tabel 1 kelas 1a WHO (Lampiran 4)
3. Termasuk dalam daftar Tabel 2 kelas 1b WHO (Lampiran 4)
4. Bersifat toksik, persisiten, bioakumulan, biomagnifician, mutagenik dan karsinogenik.
5. Mengandung Timbal (Pb), Cadmium (Cd), Arsenik (As), dan Mercury (Hg).
8. CHC adalah golongan senyawa yang hanya memiliki 1 atom carbon (C), 1 atom hidrogen (H) dan 1
atau lebih atom halogen.
Tabel 1 kelas 1a WHO adalah daftar pestisida sangat berbahaya sekali.
Tabel 2 kelas 1b WHO adalah daftar pestisida sangat perbahaya
Toksik adalah sifat bahan penyebab racun, dengan indikator LD50, RfD dan LC50
Persisten adalah sifat bahan yang dapat bertahan lama/tetap di dalam suatu bahan lain.
Bioakumulan adalah substansi beracun (seperti logam berat dan polychlorine biphenyls) yang secara
perlahan terakumulasi pada tubuh organisme (termasuk bakteri, alga, jamur/fungi dan tanaman).
Bioakumulan memasuki tubuh melalui udara, air dan atau makanan yang terkontaminasi, dan tetap
terakumulasi karena bahan-bahan tersebut termetabolis secara lambat, tidak termetabolis secara
keseluruhan atau dieksresikan secara lambat.
Biomagnifician adalah sifat bioakumulasi pestisida yang dapat berakumulasi pada individu organisme
mengikuti rantai makanan, semakin tinggi tingkat tropiknya maka semakin tinggi biokonsentrasinya.
Indikatornya adalah tinkat Kow atau log Kow.
Karsinogen adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
Mutagen adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah
genetika.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
di Tempat Kerja
Pengendalian bahaya yang bersumber daribahan kimia berbahaya dan beracun atau B3 telah diatur
oleh keputusan menteri, yakni Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/MEN/1999. Dalam
keputusan menteri (kepmen) ini dinyatakan bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan,
menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja, wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja danpenyakit
akibat kerja.
Konkritnya, menurut kepmenaker no.187/MEN/1999 ini pengendalian bahaya dari bahan kimia
berbahaya meliputi penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) atau Material Safety
Data Sheet (MSDS) dan label, serta penunjukkan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.
Pokok-pokok Isi
Selain mewajibkan pengendalian bahaya dengan MSDS, label dan petugas/ahli K3 kimia, di dalam
kepmen ini juga disebutkan beberapa hal pokok diantaranya:
1. Pengusaha wajib melaporkan daftar nama, sifat dan kuantitas (jumlah) bahan kimia berbahaya yang
ada di tempat kerja.
2. Potensi bahaya masing-masing perusahaan diklasifikasikan menjadi bahaya besar dan bahaya
menengah. Klasifikasi atau kategori ini didasarkan pada kriteria dan Nilai Ambang Kuantitas (NAK)
bahan kimia berbahaya yang ada di perusahaan tersebut.
3. Kriteria bahan kimia berbahaya terdiri dari bahan beracun, bahan sangat beracun, cairan mudah
terbakar, cairan sangat mudah terbakar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif dan
bahan oksidator.
4. NAK untuk masing-masing bahan berbahaya ditetapkan. Sebagai contoh NAK untuk bahan kimia
beracun adalah 10 ton.
5. Kewajiban-kewajiban perusahaan dengan potensi bahaya besar dan potensi bahaya menengah.
6. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi pengadaan petugas K3 kimia, ahli K3 kimia, dokumen
pengendalian bahaya, pelaporan perubahan bahan kimia dan instalasi, pengujian periodik faktor
kimia, pengujian instalasi secara berkala dan pemeriksaan berkala kesehatan tenaga kerja.
7. Kewajiban dan kualifikasi petugas dan ahli K3 kimia.
Pada bagian lampiran dijelaskan pula mengenai bentuk LDKB, form pelaporan daftar bahan kimia
berbahaya dan kuantitasnya, NAK untuk masing-masing bahan kimia berbahaya dan kurikulum
kursus teknis petugas K3 kimia
Adapun pengertian dari pada MSDS yang wajib kita ketahui sebagai calon ahli K3
gunamengetahuiinformasidarisifatsertapengendaliandaribahankimia yang terterapada MSDS sebagai
9. berikut:
Bahan kimia berbahaya atau B3dengan mudah dapat kita temukan dipabrik kimia. Diperlukan
tindakan pengendalian yang tepat agar bahan kimia B3 tidak membahayakan kita sebagai tenaga
kerja, peralatan/instalasi dan tentu tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang berkenaan dengan pengendalian bahan
kimia B3, melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999, yaitu tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999, pada Bab 1 Pasal 1, bahan
kimia B3 adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia atau
fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia B3 adalah
dengan memahami Lembar Keselamatan Bahan atauMSDS (Material Safety Data Sheet) bahan kimia
B3 tersebut. MSDS merupakan salah satu bentuk pengendalian resiko berkaitan dengan bahan kimia
B3.
Jadi sebelum menggunakan bahan kimia B3, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memahami
dengan baik MSDS bahan kimia tersebut. Nah, sekarang mari kita bahas secara singkat satu persatu
hal-hal penting yang terkait dengan MSDS.
Sumber MSDS
Darimana kita bisa memperoleh dokumen MSDS? Mintalah MSDS kepada produsen, distributor atau
suplier di mana kita membeli bahan kimia tersebut. Atau kita bisa mengunduhnya lewat internet.
Pastikan bahwa MSDS yang kita miliki adalah revisi terbarunya.Perludiketahui pula, MSDS yang
terterasebagaianbesardikeluarkanolehprodusendenganbahasainternasionaldalamhalinibahasaInggris.H
anyasebagaiandaribahankimia yangtelahberbahasaIndonesia.Jadikitasebagaicalon AK3
haruslahmengertidanpahamuntukberbahasaInggris.
Konten MSDS
Paling tidak ada 8 informasi penting yang termuat dalam sebuah dokumen MSDS. Informasi tersebut
meliputi:
a. Identifikasi bahan (Material Identification)
b. Komposisi bahan berbahaya (Hazardous Ingredients)
c. Sifat fisika dan kimia (Physical and Chemical Characteristics)
d. Data potensi bahaya kebakaran dan ledakan (Fire and Explosion Hazard Data)
e. Data potensi bahaya terhadap kesehatan (Health Hazard Data)
f. Data reaktifitas (Reactivity Data)
g. Prosedur safety penanganan, tumpahan, kebocoran dan limbah (Precaution for Safety Handling and
Use)
h. Tindakan pengendalian untuk mengurangi bahaya (Control Measures)
Dokumentasi dan Updating
Semua dokumen MSDS harus terdokumentasi dengan baik. Bisa dalam bentuk print out, CD, disk
atau internet. Akan tetapi, pilihlah media yang mudah untuk diakses dan MSDS harus selalu tersedia
di tempat-tempat yang diperlukan.
Dan satu lagi, MSDS yang terdokumentasi harus dengan nomor revisi terbaru atau terakhir. Hal ini
penting, karena akan terus ada informasi baru yang masuk atau diperbaharui. Sebagai contoh, nomor
telepon darurat yang harus dihubungi. Buatlah jadwal kapan status dokumen MSDS harus dimonitor.
Training
Layaknya sebuah Standard Operating Procedure (SOP), training mengenai MSDS mutlak diperlukan.
Semua orang yang akan berhubungan dengan bahan kimia B3 harus mendapatkan training MSDS.
Termasuk pula bagi anda calon karyawan yang akan bekerja di pabrik kimia atau mahasiswa yang
sedang Praktek Kerja Lapangan (PKL).
10. BAB III
STUDI KASUS
3.1 Contoh Kasus
Tangki Minyak Medco Meledak, Api Membumbung
Senin, 24 Januari 2011 - 11:38:28 WIB | hit 251
11. PELALAWAN, RIAU, SO--Tak ada yang menduga, tak ada yang mengira, kalau api tiba-tiba
membumbung ke langit dan menimbulkan asap hitam yang menutupi jalan lintas timur Sumatera di
kawasan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Sabtu siang kemarin. Jilatan api yang berkobar ke mana-mana
memang tak sampai menimbulkan korban jiwa. Tapi arus lalulintas di sana sempat macet beberapa
jam.
Menurut Kapolres Pelalawan, AKBP Ari Rachman Nafarin, api berasal dari satu unit tanki berisi
minyak mentah milik PT Medco Energi Internasional di Ukui, Kabupaten Pelalawan.
"Meski tangki itu terbakar, tidak ada korban jiwa dalam insiden kecelakaan yang terjadi di lingkungan
kerja itu," kata AKBP Ari Rachman.
Api yang menyebabkan tangki meledak, menurut kapolres, diduga berasal dari api las listrik dari
aktifitas pekerja yang melakukan tugas di sekitar lokasi kejadian. Diperoleh keterangan, sebelum
kebakaran terjadi ada eeorang pekerja bernama Maniso yang sedang mengelas pipa di sana. Pipa
tersebut rupanya terhubung ke tangki yang terbakar.
Gumpalan asap yang tebal sempat membuat petugas pemadan kebakaran kesulitan bekerja. Setelah
lebih dari satu jam api membakar minyak mentah tersebut, petugas pemadam baru bisa memadamkan
api.
"Insiden ini murni kecelakaan di lingkungan kerja. Tidak ada yang kita tahan karena peristiwa itu
tidak menimbulkan korban ataupun menganggu ketertiban warga sekitar," ucap AKBP Ari Rachman.
12. Untuk mengembangkan penyidikan, petugas kepolisian setempat kemudian melakukan penyelidikan
ke tempat kejadian perkara, mengamankan barang bukti dan memasang garis pembatas, serta meminta
keterangan dari para saksi.
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan, kebakaran
tanki minyak yang diperasikan PT Medco E and P di Kabupaten Pelalawan, Riau diduga akibat
kelalaian dalam pengerjaan pengelasan pipa.
Menurut laporan yang diterima BP Migas, lanjut Baris, insiden tersebut terjadi pada pukul 12.00
WIB. Insiden tersebut menimbulkan kobaran api dan asap hitam mengepul tinggi ke udara hingga
dapat terlihat jelas dari Jalan Lintas Timur Sumatera yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Ia mengatakan regu pemadam kebakaran dari perusahaan berhasil memadamkan api sekitar pukul
14.00 WIB sehingga api tak merambat ke empat tanki minyak lainnya. Baris menyatakan tidak ada
korban jiwa dan pencemaran lingkungan akibat insiden itu.
"Tidak ada korban jiwa serta tidak terjadi tumpahan minyak di lingkungan," katanya. Meski begitu, ia
mengatakan pihaknya belum menerima laporan kerugian dari perusahaan akibat kebakaran itu. Tanki
yang terbakar dikabarkan bisa menampung minyak hingga 10.000 barrel.
Sesuai prosedur, lanjutnya, tempat kejadian akan diamankan dan operator wajib membuat laporan
resmi ke BP Migas dan Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Sementara itu, pihak perusahaan PT Medco Energi Internasional, atau BPMIGAS Sumbagut selaku
pengawas operasi di sektor hulu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) hingga kini
belum mengeluarkan keterangan resmi. better/bima
13. BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perlunya pengetahuan tentang faktor kimia beserta klasifikasinya menjadi sangat penting
mengingat banyak terjadi kecelakaan industri khususnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya
dan beracun. Dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap faktor kimia secara keseluruhan
diharapkan kita dapat meredam laju kecelakaan kerja khususnya dari faktor kimia di tempat kerja.
Secara tidak langsung kita telah dapat mencegah adanya kecelakaan kerja khususnya dari faktor kimia
walaupun hanya dengan pengetahuan tentang faktor kimia yang kita pelajari dapat berupa MSDS,
pengetahuan tentang kimia pula. Dengan hal tersebut kita dapat mengendalikan B3 secara benar dan
aman sesuai dengan UU dan aturan yang telah ada.
4.2 Saran
Perlunyapenekananlebihuntukmempelajariakan pengetahuan tentang faktor kimia dan
B3secaramenyeluruhsesuai UU danaturan yang ada
Diadakannyafasilitas yang baikgunamenunjangpengetahuantentangfaktorkimia di duniakerja