Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas masalah pergaulan bebas dan penyebabnya seperti kurangnya perhatian orang tua dan pengaruh lingkungan serta media sosial.
2. Beberapa cara yang disarankan untuk mencegah pergaulan bebas adalah dengan meningkatkan peran orang tua, memberikan perhatian penuh kepada anak, mengawasi media sosial, dan menjadi orang
1. Oleh Kelompok 9:
• Laila Arifiyani
• Ayu Lulu ul Musyoyyaroh
• Fera Marentika
~ MEREBUT CINTAMU KEMBALI ~
2. MASALAH PERGAULAN BEBAS YANG
TERJADI DI SEKITAR
Pacaran dan saling memanggil dengan sebutan yang harusnya di
pakai untuk pasutri (mamah, papah, cintah^^)
Berhubungan secara fisik di depan umum (bergandengan,
berpelukan, berciuman, bermesraan)
Membuktikan cinta dengan menyerahkan kehormatan
Mengikuti kegiatan yang mempertontonkan aurat di depan umum
Melakukan sexting
Maraknya LGBT
Pesta sex dan kumpul kebo
Narkoba dan Miras
3. APA PENYEBABNYA?
Fitrah seksualitas yang tidak tumbuh sempurna sesuai fasenya
Kurang curahan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang
tuanya
Kurangnya bekal pengetahuan tentang sex education
Penguasaan gadget yang terlalu bebas
Pencarian jati diri yang salah arah/ tidak terarah
Lingkungan pergaulan yang lepas dari pengawasan dan
kontrol orang tua
Sudut pandang orang tua yang salah kepada anak
6. ORANG TUA KEMBALI KE PERANNYA MASING-
MASING SESUAI DENGAN FITRAHNYA
Anak adalah amanah dari Allah.Tapi kenyataannya, banyak orang
tua yang lalai, tugas mendidik diserahkan kepada sekolah/ tempat
les atau guru ngaji. Orang tua hanya menerima hasil dari apa yang
mereka bayar.Tujuan menikah pun bergeser, hanya untuk
mendapatkan keturunan saja.
Banyak anak yang lepas kontrol (sex bebas, narkoba) karena orang
tua yang terlalu sibuk dengan aktivitas di luar rumah. Mungkin
mereka lupa bahwa seharusnya:
“pendidikan utama dan pertama ada di tangan orang tua.”
Bekerja boleh, tapi jangan lupakan peran masing-masing dan
kewajibannya di dalam keluarga.
7. MEMBERIKAN PERHATIAN SEUTUHNYA
KEPADA ANAK
Usia remaja (7-10th) atau kita sebut fase pre-aqil baligh 1,
anak harus dekat dengan kedua orang tuanya sesuai gender.
Anak diajarkan hal yang berkaitan dengan jenis kelaminnya:
Laki-laki dengan ayah: Sudah harus mengerti tentang mimpi
basah, mandi wajib, kewajiban (sholat) dan kegiatan
maskulin lainnya (main bola, basket, bowling, bersepeda,
cuci mobil, dll.)
Perempuan dengan ibu: Sudah harus mengerti tentang haidh,
mandi wajib, kewajiban beribadah, kewajiban menutup
aurat, serta membekali dengan keterampilan kewanitaan
(memasak, menjahit, membersihkan dan menata rumah, dll.)
8. MENGAWASI DAN MENJADI TEMAN
DALAM BERSOSIAL MEDIA
Banyak sekarang orang tua memberikan gadget terbaru dan
terbaik agar anaknya terlihat up-to-date, tapi ternyata gadget itu
malah menjadi boomerang bagi orang tuanya.
Beberapa cara mengawasi anak dalam bergadget:
Berikan wawasan anak tentang efek positif dan negatif dari
penggunaan internet
Pantau gadget anak secara berkala (cek yang mereka follow,
cek history youtube atau socmed lainnya)
Install aplikasi untuk mengawasi anak
9. TIDAK MEMBERIKAN KEBEBASAN DALAM
HAL FINANSIAL ATAUPUN PERGAULAN
Tidak memasang wifi secara unlimited
Beri kuota terbatas pada gadget anak
Memilihkan lingkungan yang positif kepada anak, misal dengan
memilih sekolah yang bagus
Menganjurkan anak untuk mengikuti kegiatan positif
(ekstrakulikuler sesuai hobi, kursus/ les, dll.) di waktu luangnya
Membatasi waktu bermain dan meminta anak untuk berikan
info detail (dengan siapa, dimana, berapa lama)
Mengetahui jelas keluarga teman bermain anak (nama orang
tua, alamat rumah, no tlp rumah, no tlp orang tua)
10. MENJADI ORANG TUA “TETASYIK”
Menjadi orang tua “tetasyik” (tegas tapi asyik).
Banyak anak menganggap orang tua yang tegas itu kaku,
kuno, ga gaul, semua serba terbatas, ini ga boleh itu ga
boleh. Ortu zaman old banget deh! Nah, agar kita lebih
asyik kita harus mengikuti cara bergaul anak, tapi tatap
dengan prinsip kita.
Pada fase pre-aqil baligh 2 (10-14th) anak mulai di
dekatkan dengan lawan jenis. Ayah dengan anak
perempuan dan ibu dengan anak laki-lakinya, agar anak
dapat mengerti perasaan dan keadaan lawan jenisnya
(persiapan masa aqil baligh/menikah).
11. CONTOH
Ayah ketat dengan pergaulan anak perempuannya (tidak
boleh pergi sendiri/ tidak pergi dengan lawan jenis), tapi
ayah menggantikan rasa penasaran anak terhadap lawan
jenisnya dengan menjadi “first love & hero” bagi anak
perempuannya.
Anak perempuan yang biasa mendapatkan cinta kasih
seutuhnya dari ayahnya tidak akan mudah jatuh cinta, tidak
mudah klepek-klepek dengan laki-laki lain atau bahkan
menyerahkan kehormatannya karena sudah didapatkannya
dari sosok Ayah “first love”.
Dan anak perempuan tidak mudah meminta bantuan/
tergantung dengan laki-laki lain karena belajar menjadi
tangguh dan mandiri dari sosok ayah “hero”.
12. CONTOH
Begitu juga anak laki-laki, anak laki-laki akan belajar arti
sebuah dari kehormatan wanita yang sangat dijaga dari
sosok seorang ibu, sehingga ia akan berfikir tidak akan
menyakiti seorang perempuan dengan merenggut
kehormatannya.
Dan yang lebih penting adalah ayah dan ibu harus menjadi
tempat menumpahkan segala keluh kesah anak dan menjadi
teman, sahabat tanpa syarat.
13. REFERENSI
Buku Bunda Sayang,Institut Ibu Profesional
http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-pergaulan-bebas-
penyebab.html
https://ekoharsono.wordpress.com/2017/08/07/mendidik-fitrah-
seksualitas/