Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal dalam rongga pleura yang dapat berupa transudat atau eksudat. Tindakan kolaboratif untuk klien dengan efusi pleura meliputi perawatan preoperasi seperti pengkajian dan persiapan, perawatan intra operasi seperti pemantauan status anastesia dan pelaksanaan pembedahan, serta perawatan post operasi seperti pemantauan tanda vital dan luka operasi.
1. TINDAKAN KOLABORATIF
PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
Dosen Pengampu : Bejo Danang, S.Kep, Ns
Disusun oleh :
1. Siti Karina H
2. Anah Nur Aliyah
3. Tuminah
4. Mey Ferdita S.P
5. Khasbulah
6. Joni Koswara
7. Rachmawati Nur K
8. Nilam Marwanti
9. Retno Dwi J
10. Nurul Khasanah
11. Novieka Dwi M
12. Lutfi Tri K
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
2. KONSEP DASAR
EFUSI PLEURA
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane,
2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
Jadi kesimpulan dari efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal
atau penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura baik transudate
maupun eksudat.
B. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) adalah:
1. Keluhan utama
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Takipneu
d. Hipoksemia
2. Keluhan Tambahan
a. Kesulitan Bernapas
b. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
c. Keletihan
d. Batuk
3. C. TINDAKAN KOLABORATIF
1. Perawatan Preoperasi
Pra bedah (Preoperasi) merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan dimulai sejak ditentukannya persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Aktivitas
keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain:
a. Melakukan pengkajian pada klien
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan sesuai dengan pengkajian
yang telah didapat sebelumnya
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
1) Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi :
a) Foto Thorax
b) CT – SCAN
c) Biopsi Pleura
d) Torasentesis
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Biokimia
b) Analisis cairan pleura
c) Perhitungan sel dan sitologi
d) Bakteriologis
d. Pemeriksaan fisik pada efusi pleura
1) Status Kesehatan Umum
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Bagaimana penampilan pasien secara umum (ekspresi
wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan
perilaku pasien terhadap petugas)
4. c) Bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
d) Pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang
sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar,
pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke
arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi
trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien
biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang
jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada
yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah
cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura,
maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung
dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi
duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini
paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada
posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya
ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja
akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis
kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan
tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-
kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut
egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol,
1994,79).
3) Merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan
individu
5. 4) Memberikan penyuluhan preoperasi untuk klien orang terdekat
(keluarga)
5) Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak
siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
6) Persetujuan pembedahan
2. Perawatan Intra Operasi
Intra bedah (bedah) merupakan masa pembedahan yang dimulai
sejak ditransfer kemeja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke
ruang pemulihan. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi.
Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau
menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien.
Aktivitas keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain:
a. Pemantauan status anastesia
Pemeriksaan sebelum dilakukan anastesia pembedahan, pasien
akan melewati pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk
menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien.
Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist).Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan
teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
b. Persiapan kulit untuk pembedahan
c. Pengaturan posisi
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi
pasien selama prosedur pembedahan. Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan
6. pada klien dan memudahkan pembedahan. Operasi yang berbeda
akan membutuhkan posisi yang berbeda pula:
1) Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy
eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.
2) Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal :
Lamninectomy
3) Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas
abdomen, sering digunakan untuk operasi pada daerah
abdomen bawah atau pelvis.
4) Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal
dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan
kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy
5) Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul
d. Pelaksanaan pembedahan
3. Perawatan post Operasi
Postoperasi (pasca bedah) adalah masa yang dimulai ketika
masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Selama periode ini
proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada
keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi. Perawatan post operatif meliputi beberapa
tahapan, diantaranya adalah:
a. Monitor tanda-tanda vital pasien.
b. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal.
c. Lakukan gerakan ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan
mengeluarkan sekret dan lendir.
d. Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi dan
memasang suction.
7. e. Mempertahankan ventilasi dengan pemberian bantuan nafas
melalui nasal kanul.
f. Observasi keadaan umum untuk mengetahui keadaan pasien.
g. Memperhatikan input dan output cairan klien.
h. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury.
i. Memantau asupan nutrisi
Pasien diharapkan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran yang kaya
nutrisi, sereal, gandum dan roti untuk mendapatkan kesehatan paru-
paru secara khusus dan kesehatan tubuh secara umum.
8. DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pdoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC
http://www.academia.edu/tindakan-kolaboratif