SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 20
Baixar para ler offline
VEKTOR DI RUANG DIMENSI 2 DAN 3

Setiap objek pembicaraan dalam matematika memiliki ruang himpunan di mana objek itu
berasal. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang berlaku yang dipenuhi oleh setiap
anggotanya.     Misalnya, semua bilangan nyata tergabung dalam sebuah himpunan
bilangan yang dinamakan himpunan bilangan real (โ„). Semua sifat-sifat dan aturan
perhitungan bilangan real berlaku bagi semua himpunan anggotanya, seperti pada
bilangan rasional, irasional, bulat, pecahan, dan lain- lain.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai vektor, akan diperkenalkan tentang konsep
ruang, mulai dari dimensi terkecil hingga dimensi yang digeneralisasi, sebagai ruang-n.

1. Ruang Dimensi-n
   Himpunan bilangan nyata (real) biasanya digambarkan ke dalam sebuah gambar
   sederhana yang disebut garis bilangan. Garis bilangan dapat dianggap sebagai grafik
   sederhana yang menyatakan letak suatu bilangan, di mana bilangan yang lebih besar
   berada di sebelah kanan bilangan yang lebih kecil.
   Karena garis bilangan hanya memiliki satu dimensi yaitu panjang, maka himpunan
   bilangan real dapat dinyatakan sebagai ruang berdimensi-1. Meskipun kata โ€žruangโ€Ÿ
   menunjukkan suatu tempat berdimensi-3, namun dalam matematika โ€žruangโ€Ÿ
   mempunyai makna tersendiri. Berdasarkan definisinya, ruang dalam matematika
   merupakan himpunan dari objek-objek yang memiliki sifat yang sama dan memenuhi
   semua aturan yang berlaku dalam ruang tersebut.

   Definisi Ruang-1 atau ๐‘… 1
   Ruang dimensi-1 atau ruang-1 (๐‘… 1 ) adalah himpunan semua bilangan real (โ„).
   Himpunan bilangan real dapat digambarkan oleh garis bilangan real :
                                       Bil. Rasional & irasional




                             -3   -2       -1      0      1        2    3
                             Bulat Negatif        Nol         Bulat Positif

   Jadi, garis bilangan berfungsi untuk menunjukkan letak suatu titik pada s uatu garis
   berdasarkan besarnya. Gagasan ini memunculkan gagasan berikutnya bahwa suatu
   titik dapat berada pada suatu bidang ataupun ruang. Pada pertengahan abad ke-17
   lahirlah konsep ruang dimensi-2 dan dimensi-3, yang kemudian pada akhir abad ke-19
   para ahli matematika dan fisika memperluas gagasannya hingga ruang dimensi-n.
                                                                Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 29
Definisi Ruang-2 atau ๐‘… 2
Ruang dimensi-2 atau ruang-2 (๐‘… 2 ) adalah himpunan pasangan bilangan berurutan
(๐‘ฅ, ๐‘ฆ), di mana x dan y adalah bilangan-bilangan real. Pasangan bilangan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ)
dinamakan titik (point) dalam ๐‘… 2 , misal suatu titik P dapat ditulis ๐‘ƒ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ). Bilangan x
dan y disebut koordinat dari titik P.

Untuk menggambarkan titik-titik di ๐‘… 2 secara geometris, koordinat x dan y dianggap
berada pada dua garis bilangan yang berbeda yang membentuk suatu sistem koordinat.
Garis bilangan tersebut dinamakan sumbu koordinat. Sumbu koordinat tersebut
digambarkan saling tegak lurus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem
koordinat siku-siku. Pada ๐‘… 2 sistem ini dinamakan sistem koordinat-xy atau sistem
koordinat kartesius (Cartesian system) yang dibangun oleh :
๏‚ท Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (x, 0).
๏‚ท Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, y).
Suatu titik yang berada tepat di kedua sumbu dinamakan titik asal (origin point) ditulis
O(0, 0). Titik ini adalah titik di mana sumbu x dan y saling berpotongan.


                                            y




                                                               x
                                        O




Definisi Ruang-3 atau ๐‘… 3
Ruang dimensi-3 atau ruang-3 (๐‘… 3 ) adalah himpunan tripel bilangan berurutan
(๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง), di mana x, y, dan z adalah bilangan-bilangan real. Tripel bilangan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง)
dinamakan titik (point) dalam ๐‘… 3 , misal suatu titik P dapat ditulis ๐‘ƒ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง). Bilangan
x, y, dan z, disebut koordinat dari titik P.

Seperti halnya ๐‘… 2 , ๐‘… 3 memiliki sistem koordinat siku-siku yaitu sistem koordinat-xyz,
dengan titik asal ๐‘‚ 0, 0, 0 , yang dibangun oleh :
๏‚ท Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat
   (๐‘ฅ, 0, 0).

                                                  Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 30
๏‚ท Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat
   (0, ๐‘ฆ, 0).
๏‚ท Sumbu z (z-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat
   (0, 0, ๐‘ง).




Menjelang akhir abad 19, para matematikawan dan fisikawan mulai menemukan
gagasan bahwa dimensi tidak hanya terbatas pada dimensi-3 dengan tripel
bilangannya, tetapi juga kuadrupel sebagai titik pada ruang dimensi-4, kuintupel pada
ruang dimensi-5, dan seterusnya. Hal ini menghasilkan generalisasi untuk ruang
dimensi-n.

Definisi tupel -n-berurutan
Jika n adalah sebuah bilangan positif, maka tupel-n-berurutan (ordered-n-tuple)
adalah sebuah urutan n buah bilangan real (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› ).

Definisi Ruang-n atau ๐‘… ๐‘›

Ruang dimensi-n atau ruang-n (๐‘… ๐‘› ) adalah himpunan semua tupel-n-berurutan
(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› ), dengan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , dan ๐‘Ž ๐‘› adalah bilangan-bilangan real. Tupel-n
bilangan     ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› dinamakan titik (point) dalam ๐‘… ๐‘› , misal suatu titik P dapat
ditulis ๐‘ƒ(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› ). Bilangan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , dan ๐‘Ž ๐‘› disebut koordinat dari P.

Jelas bahwa ruang dimensi-n dengan n > 3 tidak dapat divisualisasikan secara
geometris, namun penemuan ini sangat berguna dalam pekerjaan analitik dan numerik,
karena tidak sedikit permasalahan nyata tidak dapat divisualisasikan dengan grafis
namun memerlukan penalaran dan penyelesaian secara matematis.
๐‘… ๐‘› yang merupakan generalisasi dari ๐‘… 1 , ๐‘… 2 , dan ๐‘… 3 , menyebabkan sifat-sifat dan
aturan-aturan di dalamnya adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada ukuran atau

                                                         Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 31
banyak komponen yang akan dihitung. Walaupun bab ini hanya menyajikan definisi,
  teorema, atau sifat-sifat dalam ๐‘… 2 dan ๐‘… 3 , tetapi semuanya akan berlaku untuk ๐‘… ๐‘› ,
  setelah dimodifikasi sesuai dimensinya. Seperti definisi jarak antar dua titik dalam ๐‘… 2
  dan ๐‘… 3 berikut yang dapat digeneralisasi untuk ๐‘… ๐‘› .

  Definisi Jarak Dua Titik
  Jarak antara dua titik ๐ด(๐‘ฅ 1 , ๐‘ฆ1 ) dan ๐ต(๐‘ฅ 2 , ๐‘ฆ2 ) di ๐‘… 2 didefinisikan oleh :

                                 ๐ด๐ต =        ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ 1   2+     ๐‘ฆ2 โˆ’๐‘ฆ1   2


  Jarak antara dua titik ๐ด(๐‘ฅ 1 , ๐‘ฆ1 , ๐‘ง1 ) dan ๐ต(๐‘ฅ 2 , ๐‘ฆ2 , ๐‘ง2 ) di ๐‘… 3 didefinisikan oleh :

                          ๐ด๐ต =        ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1   2   + ๐‘ฆ2 โˆ’๐‘ฆ1   2   + ๐‘ง2 โˆ’๐‘ง1   2


2. Titik dan Garis
  Pada bagian sebelumnya telah dibahas pengertian titik pada                  ๐‘… 2 dan   ๐‘… 3 serta ๐‘… ๐‘›
  secara umum. Definisi titik ini sama untuk semua rua ng, yang berbeda hanyalah
  kedudukannya di dalam masing- masing ruang tersebut. Dua titik atau lebih jika
  dihubungkan akan membentuk garis, kumpulan garis-garis akan menjadi bidang, dan
  kumpulan bidang-bidang akan menjadi ruang.
  Geometri adalah cabang matematika yang khusus mempelajari titik, garis, dan bidang.
  Mengenai garis, geometri hanya terbatas pada kuantitas dan kedudukan, seperti
  panjang garis atau besar sudut antara dua garis, tetapi tidak pada arahnya serta
  kedudukannya dalam suatu bidang atau ruang. Ilmu vektor merupakan cabang dari
  matematika yang mempelajari ruas garis berarah yang dinamakan vektor.

3. Vektor
  Banyak kuantitas fisis, seperti luas, panjang, massa, suhu, dan lainnya, dapat
  dijelaskan secara lengkap hanya dari besarnya, misalnya 50 kg, 100 m, 30 โ„ƒ, dll.
  Kuantitas fisis ini dinamakan skalar. Dalam matematika, skalar mengacu pada semua
  bilangan yang bersifat konstan.
  Namun, ada kuantitas fisis lain yang tidak hanya memiliki besar/nilai tapi juga arah,
  seperti kecepatan, gaya, pergeseran, dan lain- lain. Kuantitas fisis ini dalam fisika
  maupun matematika dinamakan vektor. Dalam matematika, ilmu vektor menjadi salah
  satu cabang ilmu yang semakin luas perkembangannya serta penerapannya, dan tidak
  terbatas pada mempelajari besaran-besaran yang memiliki nilai dan arah tetapi sebagai
  suatu besaran yang memiliki banyak komponen yang membentuk satu kesatuan dari
  besaran itu sendiri.

                                                         Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 32
Notasi Vektor
Vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil tebal (a), atau diberi tanda panah di
atasnya (๐‘Ž), atau tanda garis bawah ( ๐‘Ž ).

Definisi Vektor
Sebuah vektor a dengan komponen-n (berdimensi-n) di dalam ๐‘… ๐‘› adalah suatu aturan
tupel-n dari bilangan-bilangan yang ditulis sebagai baris (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ) atau sebagai
          ๐‘Ž1
          ๐‘Ž2
kolom     โ‹ฎ , dengan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› adalah bilangan-bilangan real dan dinamakan
          ๐‘Ž๐‘›
komponen dari vektor a.
                                                                           ๐‘Ž1
Dengan demikian, di ๐‘… 2 vektor dapat ditulis : ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 ) atau ๐š =     ๐‘Ž2 , dan di ๐‘…
                                                                                         3


                                                       ๐‘Ž1
vektor dapat ditulis : ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) atau ๐š =    ๐‘Ž2 . Pada bagian berikutnya, vektor
                                                       ๐‘Ž3
akan sering disajikan dalam bentuk baris (vektor baris).
Berdasarkan definisi titik dan vektor, simbol (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ) mempunyai dua tafsiran
geometrik yang berbeda, yaitu sebagai titik dalam hal ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› adalah koordinat,
dan sebagai vektor dalam hal ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› adalah komponen.

Arti Geometrik Vektor
Secara geometris, vektor dinyatakan sebagai segmen garis berarah atau panah. Arah
panah menentukan arah vektor dan panjangnya menyatakan besar vektor. Ekor panah
dinamakan titik awal (initial point) dan ujung panah dinamakan titik ujung/terminal
(terminal point).

                                                           Titik ujung

                                                 a

                                  Titik awal

Komponen-komponen vektor menentukan besar dan arah vektor. Misal pada ๐‘… 2 ,
vektor   ๐ฏ = (2, 3) berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke kanan, kemudian 3
satuan ke atas. Pada ๐‘… 3 , misalkan sebuah vektor ๐ฏ = 3, 4, โˆ’2 berarti dari titik awal
bergerak 2 satuan ke depan (x-positif), 4 satuan ke kanan (y-positif), dan 2 satuan ke
bawah (z- negatif).
Definisi berikut dapat memperjelas tafsiran geometrik vektor.

                                                      Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 33
Definisi Vektor Posisi
Vektor posisi dari ๐ด(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ) adalah suatu vektor yang titik awalnya adalah titik

asal O dan titik ujungnya adalah A, dan ditulis ๐‘‚๐ด = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ).

Berdasarkan definisi ini dapat dibuktikan bahwa, dari sebuah titik dapat dibuat tepat
satu buah vektor posisi. Dengan kata lain setiap titik dalam ruang memiliki vektor
posisi yang berbeda-beda.

Jika vektor v dengan titik awal A dan titik ujung B, maka v dapat ditulis sebagai : ๐ด๐ต .
Komponen-komponen dari ๐ด๐ต akan dijelaskan setelah mempelajari aritmetika vektor.

Definisi Vektor-Vektor Ekuivalen
Vektor- vektor ekuivalen adalah vektor- vektor yang memiliki panjang dan arah yang
sama.
Vektor- vektor ekuivalen dianggap sebagai vektor yang sama meskipun kedudukannya
berbeda-beda. Jika v dan w ekuivalen maka dapat dituliskan v = w.
Contoh 1 :




Keempat ruas garis berarah di atas berawal di suatu titik tertentu yang kemudian
digerakkan 2 satuan ke kiri dan 5 satuan ke atas. Keempatnya dinamakan vektor dan
                                            โˆ’2
dapat dinotasikan oleh ๐ฏ = โˆ’2, 5 =             . Keempat ruas garis berarah di atas
                                             5
dinamakan representasi dari vektor v. โˆŽ

Definisi Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang semua komponennya adalah nol, dan ditulis
๐ŸŽ = (0, 0, 0).
Dengan demikian vektor nol adalah vektor yang tidak mempunyai panjang dan arah.


                                                    Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 34
Definisi Negatif Vektor
Negatif dari vektor v, atau โ€“v didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai besar
yang sama dengan v, namun arahnya berlawanan dengan v.




Definisi Vektor satuan/unit (Unit Vectors)
Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya adalah 1.

Definisi Vektor Basis/Satuan Standar (Standard Unit Vectors)
Vektor satuan baku adalah vektor yang mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang
sumbu-sumbu koordinat.
Untuk ๐‘… 2 , vektor satuan baku ditulis : i = 1, 0 dan j = 0, 1 .
Untuk ๐‘… 3 , vektor satuan baku ditulis : i = 1, 0, 0 , j = 0, 1, 0 , dan k = 0, 0, 1 .
Dengan demikian setiap vektor v = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) di ๐‘… 3 dapat ditulis
     v=     ๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 = ๐‘ฃ1 1, 0, 0 + ๐‘ฃ2 0, 1, 0 + ๐‘ฃ3 0, 0, 1 = ๐‘ฃ1 ๐ข + ๐‘ฃ2 ๐ฃ + ๐‘ฃ3 ๐ค




Contoh 2 :
Nyatakan v = 2, โˆ’3, 4 dalam vektor basis.
Penyelesaian :
 ๐ฏ = 2, โˆ’3, 4 = 2 1, 0, 0 + โˆ’3 0, 1, 0 + 4 0, 0, 1 = 2๐ข โˆ’ 3๐ฃ + 4๐ค             โˆŽ

                                                  Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 35
4. Aritmetika Vektor
  Pada bagian ini, definisi serta teorema yang diberikan hanya untuk vektor-vektor di
   ๐‘… 3 , sedangkan interpretasi geometris sedapatnya diberikan dalam             ๐‘… 3 , namun
  kebanyakan dalam ๐‘… 2 . Hal ini bertujuan hanya untuk mempermudah pemahaman
  analitik dan geometrik. Secara konsep, teoretis, dan numeris, semua definisi, teorema,
  dan rumus-rumus dapat dengan mudah dimodifikasi sesuai dimensi yang diinginkan.
  Definisi Penjumlahan Vektor

  Diberikan vektor ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) dan ๐› = (๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 ) vektor- vektor di ๐‘… 3 , maka
  penjumlahan a dan b didefinisikan oleh
                                ๐š + ๐› = (๐‘Ž1 + ๐‘1 , ๐‘Ž2 + ๐‘2 , ๐‘Ž3 + ๐‘3 )

  Secara geometris, penjumlahan a + b dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan aturan
  segitiga (triangle law) dan aturan jajar genjang (parallelogram law). Aturan segitiga
  dilakukan dengan menghubungkan titik awal b dengan titik ujung a, kemudian
  menghubungkan titik awal a dan titik ujung b sebagai (a + b). Sedangkan aturan jajar
  genjang dilakukan dengan menghubungkan kedua titik asal a dan b, sehingga a dan b
  membentuk jajaran genjang. Diagonal yang dibuat dari titik awal kedua vektor akan
  menjadi (a + b). Seperti ilustrasi berikut :




                     ๐’‚+ ๐’ƒ               ๐’ƒ




                            ๐’‚


  Contoh 3 :
  Misalkan ๐ฎ = 1, 2, 3 , ๐ฏ = 2, โˆ’3, 1 , dan ๐ฐ = (3, 2, โˆ’1) vektor- vektor di ๐‘… 3 , maka
            ๐ฎ + ๐ฏ + ๐ฐ = (1 + 2 + 3, 2 + โˆ’3 + 2, 3 + 1 + โˆ’1 = 6, 1, 3 โˆŽ

  Definisi Pengurangan Vektor

  Diberikan vektor ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) dan ๐› = (๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 ), maka pengurangan a oleh b
  didefinisikan oleh :
              ๐š โˆ’ ๐› = ๐š + โˆ’๐› = [ ๐‘Ž1 + (โˆ’๐‘1 , ๐‘Ž2 + (โˆ’๐‘2 ), ๐‘Ž3 + (โˆ’๐‘3 )]
                                      = ( ๐‘Ž1 โˆ’ ๐‘1 , ๐‘Ž2 โˆ’ ๐‘2 , ๐‘Ž3 โˆ’ ๐‘3 )
                                                        Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 36
Seperti halnya pada penjumlahan vektor, secara geometris pengurangan vektor dapat
dilakukan dengan aturan segitiga ataupun jajar genjang seperti ilustrasi berikut.




Contoh 4 :

Misalkan ๐ฎ = 1, 2, 3 , ๐ฏ = 2, โˆ’3, 1 , dan ๐ฐ = (3, 2, โˆ’1) vektor- vektor di ๐‘… 3 , maka
          ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ โˆ’ ๐ฐ = (1 โˆ’ 2 โˆ’ 3, 2 โˆ’ โˆ’3 โˆ’ 2, 3 โˆ’ 1 โˆ’ โˆ’1 = โˆ’4, 3, 3 โˆŽ
Berdasarkan definisi ini, komponen-komponen dari vektor yang titik awalnya bukan

titik asal,   misal ๐ด(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) dan titik ujung ๐ต(๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 ), sehingga ๐š = ๐‘‚๐ด =
  ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 dan ๐› = ๐‘‚๐ต = ๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 adalah :
                ๐ด๐ต = ๐‘‚๐ต โ€“ ๐‘‚๐ด = ๐› โ€“ ๐š = ๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 โˆ’ ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3
                                  = (๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž1 , ๐‘2 โˆ’ ๐‘Ž2 , ๐‘3 โˆ’ ๐‘Ž3 )
Contoh 5 :
Vektor dengan titik awal dan titik ujung berturut-turut ๐‘ƒ1 2, โˆ’7, 0 dan ๐‘ƒ2 (1, โˆ’3, โˆ’5)
adalah    ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 = 1 โˆ’ 2, โˆ’3 โˆ’ โˆ’7 , โˆ’5 โˆ’ 0 = โˆ’1, 4, โˆ’5 โˆŽ

Dengan memisalkan semua koordinat ada di sumbu-sumbu positif, vektor            ๐ด๐ต di ๐‘… 3 ,
dengan koordinat ๐ด ๐‘ฅ1 , ๐‘ฆ1 , ๐‘ง1 dan ๐ต(๐‘ฅ2 , ๐‘ฆ2 , ๐‘ง2 ), dapat digambarkan sebagai berikut.




Sehingga ๐ด๐ต = (๐‘ฅ 2 โˆ’ ๐‘ฅ 1 , ๐‘ฆ2 โˆ’ ๐‘ฆ1 , ๐‘ง2 โˆ’ ๐‘ง1 ).

                                                  Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 37
Definisi Perkalian Skalar-Vektor
Jika ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) adalah vektor tak- nol dan k adalah bilangan real tak-nol, maka
hasil kali kv didefinisikan oleh
                         ๐‘˜๐ฏ = ๐‘˜ ๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 = (๐‘˜๐‘ฃ1 , ๐‘˜๐‘ฃ2 , ๐‘˜๐‘ฃ3 )

Secara geometris, hasil kali kv adalah vektor yang panjangnya k kali panjang v, yang
arahnya sama dengan v jika k > 0, dan berlawanan arah dengan v jika k < 0.
Contoh 6 :
                                                            1
Misalkan suatu vektor di ๐‘… 2 , ๐š = (2, 4). Hitunglah 3๐š,        ๐š, dan โˆ’ 2๐š, dan gambarkan
                                                            2

keempat vektor tersebut ke dalam satu sistem koordinat.
Penyelesaian :
Berdasarkan definisi perkalian skalar-vektor, maka
                                   1
                  3๐š = 6, 12 ;        ๐š = 1, 2 ; โˆ’2๐š = (โˆ’4, โˆ’8)
                                   2




                                                                       โˆŽ
Norma/Panjang Vektor
Panjang suatu garis dapat diperoleh dengan menggunakan aturan Phytagoras. Karena
vektor adalah ruas garis berarah, maka panjang vektor, baik di ๐‘… 2 maupun ๐‘… 3 dapat
diperoleh dengan rumus yang sama.
Definisi Norma Vektor
Norma atau panjang vektor ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) didefinisikan oleh :
                                   ๐ฏ =     ๐‘ฃ1 2 + ๐‘ฃ2 2 + ๐‘ฃ3 2

Berdasarkan definisi di atas, jika    ๐ฏ = 0 maka        ๐ฏ = ๐ŸŽ. Dan, jika v vektor satuan,
maka    ๐ฏ = 1, begitu pula dengan vektor basis ๐ข = 1, ๐ฃ = 1, dan             ๐ค = 1.
Contoh 7 :
Misalkan ๐š = (3, โˆ’5, 10) maka        ๐š =    9 + 25 + 100 =        134 โˆŽ

                                                    Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 38
Teorema : Aturan Dasar Aritmetika Vektor
  Jika u, v, dan w adalah vektor-vektor di ๐‘… 2 atau ๐‘… 3 , dan k serta l adalah skalar
  (bilangan real), maka hubungan berikut akan berlaku,
  a.   u+v=v+ u
  b.   (u + v) + w = u + (v + w)
  c.   u+0=0+ u= u
  d.   u + (-u) = 0
  e.   k( lu ) = ( kl )u
  f.   k(u + v) = ku + kv
  g.   (k + l)u = ku + lu
  h.   1u = u

5. Perkalian Titik / Perkalian Dalam (Dot Product/Inner Product)
  Definisi pertama dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan sifat-sifat
  geometrisnya, yaitu norma kedua vektor dan besar sudut di antara keduanya, dengan
  asumsi titik-titik awalnya berimpit.
  Definisi 1
  Jika u dan v adalah vektor-vektor di ๐‘… 2 dan ๐‘… 3 , dan ๐œƒ adalah sudut di antara u dan v,
  maka perkalian titik (dot product) atau perkalian dalam Euclidis (Euclidean inner
  product) ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ didefinisikan oleh
                                   ๐ฎ           ๐ฏ cos ๐œƒ   ; jika ๐ฎ โ‰  ๐ŸŽ dan ๐ฏ โ‰  ๐ŸŽ
                           ๐ฎโˆ™ ๐ฏ=
                                       0                 ; jika ๐ฎ = ๐ŸŽ atau ๐ฏ = ๐ŸŽ

  Pekalian ini juga dinamakan perkalian skalar (scalar product) karena hasil perkalian
  titik dua vektor akan menghasilkan skalar (bilangan real). Dari definisi jelas bahwa
  norma vektor u dan v serta nilai cosinus sebarang sudut di antara keduanya adalah
  bilangan real, sehingga hasil kali ketiganya adalah bilangan real. Jika salah satu atau
  kedua vektor merupakan vektor nol, maka hasilnya adalah nol.


                                                a


                                       ๐š
                                                          b
                                           ๐œฝ
                                                    ๐›



                                                           Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 39
Contoh 8 :
Misalkan ๐ฎ = 0, 0, 1 dan ๐ฏ = (0, 2, 2) sedangkan sudut di antaranya adalah 45ยฐ,
                                                                               1
maka ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ =      ๐ฎ   ๐ฏ cos 45ยฐ =       02 + 02 + 12          02 + 22 + 22         =2โˆŽ
                                                                               2

Definisi ke-dua dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan komponen-
komponen dari masing- masing vektor.
Definisi 2

Jika ๐ฎ = (๐‘ข 1 , ๐‘ข 2 ) dan ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 ) adalah vektor di ๐‘… 2 , maka perkalian titik/perkalian
dalam ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ didefinisikan oleh :
                                    ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐‘ข 1 ๐‘ฃ1 + ๐‘ข 2 ๐‘ฃ2
Jika ๐ฎ = (๐‘ข 1 , ๐‘ข 2 , ๐‘ข 3 ) dan ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) adalah vektor di ๐‘… 3 , maka perkalian titik
๐ฎ โˆ™ ๐ฏ didefinisikan oleh :
                                ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐‘ข 1 ๐‘ฃ1 + ๐‘ข 2 ๐‘ฃ2 + ๐‘ข 3 ๐‘ฃ3
Contoh 9 :
Misalkan ๐š = 0, 3, โˆ’7 dan ๐› = (2, 3, 1) maka ๐š โˆ™ ๐› = 0.2 + 3.3 + โˆ’7 . 1 = 2 โˆŽ

Kedua definisi ini saling berkaitan karena salah satu definisi diperoleh dari definisi
yang lain. Dalam beberapa buku, salah satu definisi dituliskan sebagai โ€œdefinisiโ€,
kemudian definisi yang lainnya dituliskan sebagai โ€œteoremaโ€ yang diturunkan dari
definisi sebelumnya. Biasanya kedua definisi digabungkan untuk mencari besar sudut
di antara u dan v jika komponen u dan v diketahui.
Contoh 10 :
Misalkan ๐ฎ = (2, โˆ’1, 1) dan        ๐ฏ = (1, 1, 2), Hitunglah ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ dan tentukan sudut di
antara keduanya.
Penyelesaian :

  ๐ฎ =     22 + (โˆ’1)2 + 12 =        6 ; ๐ฏ = 12 + 12 + 22 =            6 ; dan
                              ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = 2.1 + โˆ’1 . 1 + 1.2 = 3
sehingga,
                                        ๐ฎโˆ™ ๐ฏ   3   1             1
๐ฎโˆ™ ๐ฏ =      ๐ฎ   ๐ฏ cos ๐œƒ โ‡” cos ๐œƒ =            =    = โ‡” ๐œƒ = arccos   = 60ยฐ โˆŽ
                                       ๐ฎ ๐ฏ     6 6 2             2

Teorema : Sudut Antara Dua Vektor
Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol, dan ๐œƒ adalah besar sudut di antara kedua
vektor tersebut, maka


                                                     Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 40
๐œƒ lancip    (0ยฐ < ๐œƒ < 90ยฐ)       jika dan hanya jika      ๐ฎโˆ™ ๐ฏ > 0
   ๐œƒ tumpul   (90ยฐ < ๐œƒ < 180ยฐ)      jika dan hanya jika      ๐ฎโˆ™ ๐ฏ < 0
   ๐œƒ siku-siku (๐œƒ = 90ยฐ)            jika dan hanya jika   ๐ฎโˆ™ ๐ฏ = 0
  Dua vektor yang membentuk sudut siku-siku dinamakan ortogonal (tegak lurus).

  Teorema : Sifat-sifat Perkalian Titik

  Jika u, v, dan w adalah vektor- vektor di ๐‘… 2 atau ๐‘… 3 dan k adalah skalar, maka
  a.   ๐ฎโˆ™ ๐ฏ = ๐ฏโˆ™ ๐ฎ
  b.   ๐ฎโˆ™ ๐ฏ+ ๐ฐ = ๐ฎโˆ™ ๐ฏ+ ๐ฎ โˆ™ ๐ฐ
  c.   ๐‘˜ ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐‘˜๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐ฎ โˆ™ (๐‘˜๐ฏ)
  d.   ๐ฏ โˆ™ ๐ฏ > 0 jika ๐ฏ โ‰  ๐ŸŽ dan ๐ฏ โˆ™ ๐ฏ = 0 jika ๐ฏ = ๐ŸŽ

6. Proyeksi
  Dua vektor yang titik asalnya berimpit dapat menghasilkan vektor lain yang
  dinamakan vektor proyeksi. Perhatikan ilustrasi berikut.




  Misalkan a dan b berimpit di titik asalnya. Jika dari titik ujung b ditarik garis menuju
  a sedemikian sehingga tegak lurus a (diproyeksikan terhadap a), maka vektor yang
  dapat dibuat dengan titik asal yang sama dan berujung di titik di mana b
  diproyeksikan pada a dinamakan vektor proyeksi b terhadap a. Vektor ini disebut juga
  proyeksi ortogonal b pada a.
  Dengan cara yang sama dapat diperoleh vektor proyeksi a terhadap b.
  Notasi Vektor Proyeksi

  Vektor proyeksi b terhadap a dinotasikan proy ๐š ๐›
  Vektor proyeksi a terhadap b dinotasikan dengan proy ๐š ๐›

                                                   Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 41
Teorema : Proyeksi Ortogonal
  Jika u dan v adalah vektor di ๐‘… 2 atau ๐‘… 3 dan keduanya bukan vektor nol, maka
                                   ๐šโˆ™ ๐›                                       ๐šโˆ™ ๐›
                      proy ๐š ๐› =        ๐š            dan         proy ๐› ๐š =        ๐›
                                    ๐š 2                                        ๐› 2
  Sedangkan panjang dari vektor-vektor proyeksi tersebut adalah
                                      ๐šโˆ™ ๐›                                         ๐šโˆ™ ๐›
                       proy ๐š ๐› =                    dan          proy ๐› ๐š =
                                        ๐š                                           ๐›
  Contoh 11 :
  Jika ๐š = (1, 0, โˆ’2) dan ๐› = (2, 1, โˆ’1) , tentukan vektor proyeksi a pada b.
                                           2
  Penyelesaian : ๐š โˆ™ ๐› = 4 dan        ๐›        = 6 maka proyeksi ortogonal a pada b adalah
                                   ๐šโˆ™ ๐›    4           4 2 2
                    proy ๐› ๐š =        2
                                        ๐› = 2, 1, โˆ’1 =  , ,โˆ’                            โˆŽ
                                    ๐›      6           3 3 3

7. Perkalian Silang (Cross Product)
  Berikut akan diperkenalkan sebuah operasi antar vektor dalam ๐‘… 3 . Jika perkalian titik
  akan menghasilkan skalar/bilangan, maka perkalian silang akan menghasilkan vektor.
  Dan jika proyeksi ortogonal suatu vektor terhadap vektor la in akan menghasilkan
  vektor baru yang berimpit dengan vektor tersebut, maka perkalian silang dua vektor
  akan menghasilkan vektor baru yang tegak lurus dengan kedua vektor tersebut.
  Definisi Perkalian Silang

  Jika ๐ฎ = (๐‘ข 1 , ๐‘ข 2 , ๐‘ข 3 ) dan ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) adalah vektor di ๐‘… 3 , maka perkalian silang
   ๐ฎ ร— ๐ฏ didefinisikan oleh
                     ๐ฎ ร— ๐ฏ = (๐‘ข 2 ๐‘ฃ3 โˆ’ ๐‘ข 3 ๐‘ฃ2 , ๐‘ข 3 ๐‘ฃ1 โˆ’ ๐‘ข 1 ๐‘ฃ3 , ๐‘ข 1 ๐‘ฃ2 โˆ’ ๐‘ข 2 ๐‘ฃ1 )
  atau dalam notasi determinan
                                      ๐‘ข2        ๐‘ข3     ๐‘ข          ๐‘ข3   ๐‘ข      ๐‘ข2
                         ๐ฎร— ๐ฏ=        ๐‘ฃ2        ๐‘ฃ3 , โˆ’ ๐‘ฃ1         ๐‘ฃ3 , ๐‘ฃ1     ๐‘ฃ2
                                                        1               1

  Rumus di atas dapat dibuat pola yang mudah diingat. Bentuklah matriks 2 ร— 3 :
                                                ๐‘ข1   ๐‘ข2     ๐‘ข3
                                                ๐‘ฃ1   ๐‘ฃ2     ๐‘ฃ3
  Komponen pertama dari ๐ฎ ร— ๐ฏ adalah determinan matriks tersebut setelah kolom
  pertama dicoret, komponen ke-2 adalah negatif dari determinan matriks setelah kolom
  ke-2 dicoret, dan komponen ke-3 adalah determinan matriks setelah kolom ke-3
  dicoret.




                                                             Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 42
Contoh 12 :
Misalkan ๐ฎ = (1, 2, โˆ’2) dan ๐ฏ = (3, 0, 1), maka
                                          1 2 โˆ’2
                                          3 0    1
                           2        โˆ’2    1 โˆ’2 1 2
                ๐ฎร— ๐ฏ =                 ,โˆ’      ,             = 2, โˆ’7, โˆ’6 โˆŽ
                           0         1    3   1 3 0
Secara geometris, perkalian silang ๐ฎ ร— ๐ฏ dapat diinterpretasikn oleh gambar berikut,




Arah ๐ฎ ร— ๐ฏ dapat ditentukan dengan โ€œaturan tangan kananโ€ (right hand rule).
Misalkan ๐œƒ adalah sudut di antara u dan v, dan anggaplah u terotasi sejauh sudut ๐œƒ
menuju v (sehingga berimpit dengan v). Jika jari-jari tangan kanan menunjukkan arah
rotasi u maka ibu jari menunjukkan arah ๐ฎ ร— ๐ฏ.
Dengan menggunakan definisi ataupun dengan mempraktekkan aturan ini, dapat
diperoleh hasil- hasil berikut :
                                    ๐ขร— ๐ข= ๐ฃร— ๐ฃ= ๐คร— ๐ค= ๐ŸŽ
                          ๐ขร— ๐ฃ= ๐ค,         ๐ฃร— ๐ค= ๐ข,          ๐คร— ๐ข= ๐ฃ
                      ๐ฃ ร— ๐ข = โˆ’๐ค ,        ๐ค ร— ๐ฃ = โˆ’๐ข ,       ๐ข ร— ๐ค = โˆ’๐ฃ
Diagram berikut dapat membantu untuk mengingat hasil perkalian di atas.
                                                 i

                                           k             j



Perkalian silang ๐ฎ ร— ๐ฏ dapat dinyatakan secara simbolis dalam bentuk determinan
3ร—3 :
                      ๐ข         ๐ฃ     ๐ค   ๐‘ข     ๐‘ข3     ๐‘ข1      ๐‘ข3     ๐‘ข1   ๐‘ข2
             ๐ฎ ร— ๐ฏ = ๐‘ข1        ๐‘ข2    ๐‘ข3 = ๐‘ฃ 2
                                           2    ๐‘ฃ3 ๐ข โˆ’ ๐‘ฃ1      ๐‘ฃ3 ๐ฃ + ๐‘ฃ1   ๐‘ฃ2 ๐ค
                     ๐‘ฃ1        ๐‘ฃ2    ๐‘ฃ3


                                                     Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 43
Contoh 13 :
Contoh 11 dapat dikejakan dengan cara :
             ๐ข         ๐ฃ ๐ค
                             2 โˆ’2    1 โˆ’2    1                          2
     ๐ฎร— ๐ฏ = 1         2 โˆ’2 =      ๐ขโˆ’      ๐ฃ+                              ๐ค = 2๐ข โˆ’ 7๐ฃ โˆ’ 6๐ค โˆŽ
                             0  1    3  1    3                          0
            3         0  1

Teorema : Hubungan Perkalian Silang dan Perkalian titik
Jika u dan v adalah vektor di ๐‘… 3 , maka :
a.   ๐ฎ โˆ™ ๐ฎร— ๐ฏ = 0                                   ( ๐ฎ ร— ๐ฏ ortogonal ke u )
b.   ๐ฏโˆ™   ๐ฎร— ๐ฏ = 0                                  ( ๐ฎ ร— ๐ฏ ortogonal ke u )
              ๐Ÿ            ๐Ÿ       ๐Ÿ            ๐Ÿ
c.     ๐ฎร— ๐ฏ       =    ๐ฎ       ๐ฏ       โˆ’ ๐ฎโˆ™ ๐ฏ        (Identitas Lagrange/Lagrange Identity)

Teorema : Sifat-Sifat Perkalian Silang
Jika u, v, dan w dalah sebarang vektor di ๐‘… 3 ddan k adalah sebarang skalar, maka :
a.   ๐ฎร— ๐ฏ=โˆ’ ๐ฏร— ๐ฎ
b.   ๐ฎ ร— ๐ฏ + ๐ฐ = ๐ฎ ร— ๐ฏ + (๐ฎ ร— ๐ฐ)
c.    ๐ฎ + ๐ฏ ร— ๐ฐ = ๐ฎ ร— ๐ฐ + (๐ฏ ร— ๐ฐ)
d.   ๐‘˜ ๐ฎร— ๐ฏ =         ๐‘˜๐ฎ ร— ๐ฏ = ๐ฎ ร— (๐‘˜๐ฏ)
e.   ๐ฎร— ๐ŸŽ= ๐ŸŽร— ๐ฎ= ๐ŸŽ
f.   ๐ฎร— ๐ฎ= ๐ŸŽ
                             ๐‘ข1                     ๐‘ข2   ๐‘ข3
g.   ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ ร— ๐ฐ = ๐ฎ ร— ๐ฏ โˆ™ ๐ฐ = ๐‘ฃ1                     ๐‘ฃ2   ๐‘ฃ3
                             ๐‘ค1                     ๐‘ค2   ๐‘ค3
Berdasarkan teorema-teorema sebelumnya, dapat diturunkan teorema berikut.

Teorema : Aplikasi Geometri Perkalian Silang

Jika u, v, dan w vektor- vektor di ๐‘… 3 dengan titik asal yang sama, maka
a.   Jika ๐œƒ adalah sudut di antara u dan v, maka               ๐ฎร— ๐ฏ =     ๐ฎ   ๐ฏ sin ๐œƒ
b.   Norma dari ๐ฎ ร— ๐ฏ sama dengan luas jajaran genjang yang dibentuk oleh u dan v,
     atau Luas jajar genjang =           ๐ฎร— ๐ฏ
c.   Volume bangun yang dibentuk oleh ketiganya adalah ๐‘Ž๐‘๐‘ [๐ฎ โˆ™ ๐ฏ ร— ๐ฐ ].

Contoh 14 :
a, b, dan c adalah sebarang vektor di ๐‘… 3                 yang berimpit di titik awalnya. Jika
ketiganya dihubungkan akan membentuk suatu bangun dimensi-3 (parallelpiped).




                                                              Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 44
Luas masing- masing sisinya adalah :
                           ๐šร— ๐›    ,        ๐›ร— ๐œ   ,       ๐šร— ๐œ
Sedangkan volume bangun tersebut adalah :
                                       ๐‘Ž๐‘๐‘ (๐š โˆ™ ๐› ร— ๐œ )
Rumus volume di atas biasanya digunakan untuk mengetahui apakah ketiga vektor
berada pada bidang yang sama. Jika volume yang dihitung bernilai nol, maka
ketiganya berada pada bidang yang sama, dan sebaliknya jika volumenya tidak sama
dengan nol. Fungsi abs(absolute)/mutlak berguna untuk mempositifkan hasil akhir
perhitungan volume.
Contoh 15 :
Tentukan apakah ketiga vektor ๐š = (1, 4, โˆ’7), ๐› = (2, โˆ’1, 4), dan ๐œ = (0, โˆ’9, 18)
terletak pada satu bidang di ๐‘… 3 atau tidak.
Penyelesaian :
          1         4 โˆ’7 1         4
๐šโˆ™ ๐›ร— ๐œ = 2        โˆ’1 4 2         โˆ’1
          0        โˆ’9 18 0        โˆ’9

            = 1 โˆ’1 18 + 4 4 0 + โˆ’7 2 โˆ’9 โ€”

                 { 7 โˆ’1 0 + 1 4 โˆ’9 + 4 2 18 }

            = โˆ’18 + 126 โˆ’ 144 + 36

            =0

Jadi, ketiga vektor tersebut terletak pada satu bidang di ๐‘… 3 โˆŽ
Contoh 16 :
Carilah luas segitiga yang dibentuk oleh ๐‘ƒ1 2, 2, 0 , ๐‘ƒ2 โˆ’1, 0, 2 , dan ๐‘ƒ3 (0, 4, 3) .

                                                   Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 45
Penyelesaian :                      z




                              ๐‘ƒ2 โˆ’1, 0, 2                  ๐‘ƒ3 (0, 4, 3)


                                                                              y

                                          ๐‘ƒ1 2, 2, 0
                     x

  Luas segitiga tersebut adalah ยฝ luas jajaran genjang yang dibentuk ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 dan ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3, di
  mana
                         ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 = โˆ’1, 0, 2 โˆ’ 2, 2, 0 = (โˆ’3, โˆ’2, 2)
                             ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3 = 0, 4, 3 โˆ’ 2, 2, 0 = (โˆ’2, 2, 3)
                                  ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 ร— ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3 = (โˆ’10, 5, โˆ’10)
                              1                        1                  1
  Sehingga Luas segitiga =          ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 ร— ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3 =         15 = 7 2 โˆŽ
                              2                        2


  Latihan I
1. Carilah komponen vektor yang mempunyai titik awal ๐‘ƒ1 dan titik ujung ๐‘ƒ2.
  a.   ๐‘ƒ1 3, 5 ; ๐‘ƒ2 (2, 8)
  b.   ๐‘ƒ1 7, โˆ’2 ; ๐‘ƒ2 (0, 0)
  c.   ๐‘ƒ1 6, 5, 8 ; ๐‘ƒ2 (8, โˆ’7, 3)
  d.   ๐‘ƒ1 0, 0, 0 ; ๐‘ƒ2 (โˆ’8, 7, 4)
2. Misalkan    ๐ฎ = 1, โˆ’ 2, 3 , ๐ฏ = 2, โˆ’3, 1        dan        ๐ฐ = (3, 2, โˆ’1). Carilah komponen-
  komponen dari :
  a. u โ€“ w
  b. 7v + 3w
  c. โ€“w + v
  d. 3(u โ€“ 7v)
  e. โ€“ 3v โ€“ 8w
  f. 2v โ€“ (u + w)
3. Carilah vektor dengan titik awal ๐‘ƒ(2, โˆ’1, 4) yang mempunyai arah yang sama dengan
   ๐ฏ = (7, 6, โˆ’3).
4. Carilah vektor yang berlawanan arah dengan ๐ฏ = (โˆ’2, 4, โˆ’1) yang mempunyai titik
  terminal di ๐‘„(2, 0, โˆ’7).

                                                             Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 46
5. Misalkan ๐‘ƒ(2, 3, โˆ’2) dan ๐‘„(7, โˆ’4, 1).
  a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q.

  b. Carilah titik pada segmen garis ๐‘ƒ๐‘„ sehingga dari P ke titik itu adalah ยพ dari ๐‘ƒ๐‘„.

  Latihan II
1. Hitunglah norma/panjang v jika
  a. ๐ฏ = (3, 4)
  b. ๐ฏ = (โˆ’1, 7)
  c. ๐ฏ = (0, โˆ’3)
  d. ๐ฏ = (1, 1, 1)
  e. ๐ฏ = (โˆ’8, 7, 4)
  f. ๐ฏ = (9, 0, 0)
2. Hitunglah jarak di antara A dan B.
  a. ๐ด 2, 3 , ๐ต(4, 6)
  b. ๐ด โˆ’2, 7 , ๐ต(0, โˆ’3)
  c. ๐ด 8, โˆ’4, 2 , ๐ต(โˆ’6, โˆ’1, 0)
  d. ๐ด 1, 1, 1 , ๐ต(6, โˆ’7, 3)
3. Misalkan ๐ฎ = 1, โˆ’3, 2 , ๐ฏ = 1, 1, 0 dan ๐ฐ = (2, 2, โˆ’4). Carilah :
  a.   ๐ฎ+ ๐ฏ
  b.   ๐ฎ +             ๐ฏ
  c.   โˆ’2๐ฎ + 2 ๐ฎ
  d. 3๐ฎ โˆ’ 5๐ฏ + ๐ฐ
       1
  e.           ๐ฐ
       ๐ฐ

           1
  f.               ๐ฐ
           ๐ฐ

4. Carilah semua skalar k sehingga      ๐‘˜๐ฏ = 3, di mana ๐ฏ = 1, 2, 4 .

  Latihan III
1. Carilah ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ untuk :
  a. ๐ฎ = 1, 2 , ๐ฏ = 6, โˆ’8
  b. ๐ฎ = โˆ’7, โˆ’3 , ๐ฏ = 0, 1
  c. ๐ฎ = 1, โˆ’3, 7 , ๐ฏ = 8, โˆ’2, โˆ’2
  d. ๐ฎ = โˆ’3, 1, 2 , ๐ฏ = 4, 2, โˆ’5

2. Tentukan apakah u dan v membentuk sudut lancip, tumpul, atau keduanya ortogonal.

                                                    Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 47
a.   ๐ฎ = 7, 3, 5 , ๐ฏ = โˆ’8, 4, 2
   b. ๐ฎ = 6, 1, 3 , ๐ฏ = 4, 0, โˆ’6
   c. ๐ฎ = 1, 1, 1 , ๐ฏ = โˆ’1, 0, 0
   d. ๐ฎ = 4, 1, 6 , ๐ฏ = โˆ’3, 0, 2
3. Carilah proyeksi ortogonal u pada a, jika :
   a. ๐ฎ = 2, 1 , ๐š = โˆ’3, 2
   b. ๐ฎ = 2, 6 , ๐š = โˆ’9, 3
   c. ๐ฎ = โˆ’7, 1, 3 , ๐š = 5, 0, 1
   d. ๐ฎ = 0, 0, 1 , ๐š = 8, 3, 4
4. Carilah     ๐‘๐‘Ÿ๐‘œ๐‘ฆ ๐š ๐ฎ , jika :
   a. ๐ฎ = 2, โˆ’1 , ๐š = 3, 4
   b. ๐ฎ = 4, 5 , ๐š = 1, โˆ’2
   c. ๐ฎ = 2, โˆ’1, 3 , ๐š = 1, 2, 2
   d. ๐ฎ = 4, โˆ’1, 7 , ๐š = 2, 3, โˆ’6
5. Misalkan ๐ฎ = 1, 2 , ๐ฏ = 4, โˆ’2 , dan ๐ฐ = (6, 0). Carilah :
   a. ๐ฎ โˆ™ 7๐ฏ + ๐ฐ
   b.       ๐ฎโˆ™ ๐ฐ ๐ฐ
   c.   ๐ฎ     ๐ฏโˆ™ ๐ฐ
   d.       ๐ฎ ๐ฏ โˆ™ ๐ฐ
   Latihan IV

1. Misal ๐ฎ = 2, โˆ’1, 3 , ๐ฏ = 0, 1, 7 , dan ๐ฐ = (1, 4, 5). Nyatakan dalam vektor basis :
   a. ๐ฏ ร— ๐ฐ
   b. ๐ฎ ร— (๐ฏ ร— ๐ฐ)
   c.   ๐ฎร— ๐ฏ ร— ๐ฐ
   d. (๐ฎ ร— ๐ฏ) ร— (๐ฏ ร— ๐ฐ)
   e. ๐ฎ ร— (๐ฏ โˆ’ 2๐ฐ)
   f.   ๐ฎ ร— ๐ฏ โˆ’ 2๐ฐ)
2. Carilah vektor yang ortogonal terhadap u dan v.
   a. ๐ฎ = โˆ’7, 3, 1 , ๐ฏ = 2, 0, 4
   b. ๐ฎ = โˆ’1, โˆ’1, โˆ’1 , ๐ฏ = 2, 0, 2
3. Carilah luas segitiga yang mempunyai titik sudut P, Q, dan R.
   a. ๐‘ƒ 1, 5, โˆ’2       ๐‘„ 0, 0, 0   ๐‘… 3, 5, 1
   b. ๐‘ƒ 2, 0, โˆ’3       ๐‘„ 1, 4, 5   ๐‘…(7, 2, 9)

                                                     Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 48

Mais conteรบdo relacionado

Mais procurados

Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganDia Cahyawati
ย 
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalAksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalagusloveridha
ย 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaNailul Hasibuan
ย 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
ย 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Nia Matus
ย 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
ย 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
ย 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
ย 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Mkls Rivership
ย 
Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)
Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)
Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)bernypebo
ย 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulervionk
ย 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
ย 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
ย 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaranNia Matus
ย 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran barian11
ย 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
ย 

Mais procurados (20)

ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ย 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
ย 
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalAksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
ย 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
ย 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
ย 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
ย 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
ย 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
ย 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
ย 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
ย 
Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)
Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)
Partisi matriks untuk menghitung nilai eigen (Bagian I)
ย 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema euler
ย 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
ย 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
ย 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
ย 
Koset
KosetKoset
Koset
ย 
Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1
ย 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
ย 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
ย 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
ย 

Semelhante a Vektor di ruang 2 dan 3

topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdfGaungPradana2
ย 
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptxPPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptxIndartiIndarti2
ย 
Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2PamujiYani
ย 
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga DimensiUniversitas Negeri Medan
ย 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Ana Sugiyarti
ย 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitikputriyani13
ย 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruangEdhy Suadnyanayasa
ย 
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangVektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangMuhammadFirzha1
ย 
Bab 3 mtk
Bab 3 mtkBab 3 mtk
Bab 3 mtkliaoktivita
ย 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10ElisabethYesi
ย 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanMaisyah Wanda
ย 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
ย 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1nico popo
ย 
Matematika Vektor Kelompok2
Matematika Vektor Kelompok2Matematika Vektor Kelompok2
Matematika Vektor Kelompok2XI Akuntansi 3
ย 

Semelhante a Vektor di ruang 2 dan 3 (20)

Bab0
Bab0Bab0
Bab0
ย 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
ย 
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptxPPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
ย 
GAR-1.pptx
GAR-1.pptxGAR-1.pptx
GAR-1.pptx
ย 
Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2
ย 
1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik
ย 
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
ย 
1.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R31.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R3
ย 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
ย 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
ย 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
ย 
Bab 1 ok
Bab 1 okBab 1 ok
Bab 1 ok
ย 
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangVektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
ย 
Bab 3 mtk
Bab 3 mtkBab 3 mtk
Bab 3 mtk
ย 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10
ย 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika Peminatan
ย 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
ย 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
ย 
Matematika Vektor Kelompok2
Matematika Vektor Kelompok2Matematika Vektor Kelompok2
Matematika Vektor Kelompok2
ย 
1.4 Perkalian Silang
1.4 Perkalian Silang1.4 Perkalian Silang
1.4 Perkalian Silang
ย 

Mais de Khotibul Umam

Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptxSalinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptxKhotibul Umam
ย 
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkPanduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkKhotibul Umam
ย 
Skripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikanSkripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikanKhotibul Umam
ย 
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasalRpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasalKhotibul Umam
ย 
Pelatihan excel
Pelatihan excelPelatihan excel
Pelatihan excelKhotibul Umam
ย 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linearKhotibul Umam
ย 
Penggunaan turunan
Penggunaan turunanPenggunaan turunan
Penggunaan turunanKhotibul Umam
ย 

Mais de Khotibul Umam (8)

Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptxSalinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
ย 
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkPanduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
ย 
Skripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikanSkripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikan
ย 
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasalRpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
ย 
Pelatihan excel
Pelatihan excelPelatihan excel
Pelatihan excel
ย 
Turunan
TurunanTurunan
Turunan
ย 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linear
ย 
Penggunaan turunan
Penggunaan turunanPenggunaan turunan
Penggunaan turunan
ย 

รšltimo

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
ย 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
ย 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
ย 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
ย 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
ย 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
ย 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
ย 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
ย 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
ย 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
ย 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
ย 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
ย 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
ย 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
ย 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
ย 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
ย 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
ย 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
ย 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
ย 

รšltimo (20)

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
ย 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
ย 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
ย 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
ย 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
ย 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
ย 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
ย 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
ย 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
ย 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
ย 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
ย 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
ย 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
ย 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
ย 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
ย 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
ย 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
ย 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 

Vektor di ruang 2 dan 3

  • 1. VEKTOR DI RUANG DIMENSI 2 DAN 3 Setiap objek pembicaraan dalam matematika memiliki ruang himpunan di mana objek itu berasal. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang berlaku yang dipenuhi oleh setiap anggotanya. Misalnya, semua bilangan nyata tergabung dalam sebuah himpunan bilangan yang dinamakan himpunan bilangan real (โ„). Semua sifat-sifat dan aturan perhitungan bilangan real berlaku bagi semua himpunan anggotanya, seperti pada bilangan rasional, irasional, bulat, pecahan, dan lain- lain. Sebelum membahas lebih jauh mengenai vektor, akan diperkenalkan tentang konsep ruang, mulai dari dimensi terkecil hingga dimensi yang digeneralisasi, sebagai ruang-n. 1. Ruang Dimensi-n Himpunan bilangan nyata (real) biasanya digambarkan ke dalam sebuah gambar sederhana yang disebut garis bilangan. Garis bilangan dapat dianggap sebagai grafik sederhana yang menyatakan letak suatu bilangan, di mana bilangan yang lebih besar berada di sebelah kanan bilangan yang lebih kecil. Karena garis bilangan hanya memiliki satu dimensi yaitu panjang, maka himpunan bilangan real dapat dinyatakan sebagai ruang berdimensi-1. Meskipun kata โ€žruangโ€Ÿ menunjukkan suatu tempat berdimensi-3, namun dalam matematika โ€žruangโ€Ÿ mempunyai makna tersendiri. Berdasarkan definisinya, ruang dalam matematika merupakan himpunan dari objek-objek yang memiliki sifat yang sama dan memenuhi semua aturan yang berlaku dalam ruang tersebut. Definisi Ruang-1 atau ๐‘… 1 Ruang dimensi-1 atau ruang-1 (๐‘… 1 ) adalah himpunan semua bilangan real (โ„). Himpunan bilangan real dapat digambarkan oleh garis bilangan real : Bil. Rasional & irasional -3 -2 -1 0 1 2 3 Bulat Negatif Nol Bulat Positif Jadi, garis bilangan berfungsi untuk menunjukkan letak suatu titik pada s uatu garis berdasarkan besarnya. Gagasan ini memunculkan gagasan berikutnya bahwa suatu titik dapat berada pada suatu bidang ataupun ruang. Pada pertengahan abad ke-17 lahirlah konsep ruang dimensi-2 dan dimensi-3, yang kemudian pada akhir abad ke-19 para ahli matematika dan fisika memperluas gagasannya hingga ruang dimensi-n. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 29
  • 2. Definisi Ruang-2 atau ๐‘… 2 Ruang dimensi-2 atau ruang-2 (๐‘… 2 ) adalah himpunan pasangan bilangan berurutan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ), di mana x dan y adalah bilangan-bilangan real. Pasangan bilangan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) dinamakan titik (point) dalam ๐‘… 2 , misal suatu titik P dapat ditulis ๐‘ƒ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ). Bilangan x dan y disebut koordinat dari titik P. Untuk menggambarkan titik-titik di ๐‘… 2 secara geometris, koordinat x dan y dianggap berada pada dua garis bilangan yang berbeda yang membentuk suatu sistem koordinat. Garis bilangan tersebut dinamakan sumbu koordinat. Sumbu koordinat tersebut digambarkan saling tegak lurus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem koordinat siku-siku. Pada ๐‘… 2 sistem ini dinamakan sistem koordinat-xy atau sistem koordinat kartesius (Cartesian system) yang dibangun oleh : ๏‚ท Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (x, 0). ๏‚ท Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, y). Suatu titik yang berada tepat di kedua sumbu dinamakan titik asal (origin point) ditulis O(0, 0). Titik ini adalah titik di mana sumbu x dan y saling berpotongan. y x O Definisi Ruang-3 atau ๐‘… 3 Ruang dimensi-3 atau ruang-3 (๐‘… 3 ) adalah himpunan tripel bilangan berurutan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง), di mana x, y, dan z adalah bilangan-bilangan real. Tripel bilangan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง) dinamakan titik (point) dalam ๐‘… 3 , misal suatu titik P dapat ditulis ๐‘ƒ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง). Bilangan x, y, dan z, disebut koordinat dari titik P. Seperti halnya ๐‘… 2 , ๐‘… 3 memiliki sistem koordinat siku-siku yaitu sistem koordinat-xyz, dengan titik asal ๐‘‚ 0, 0, 0 , yang dibangun oleh : ๏‚ท Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (๐‘ฅ, 0, 0). Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 30
  • 3. ๏‚ท Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, ๐‘ฆ, 0). ๏‚ท Sumbu z (z-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, 0, ๐‘ง). Menjelang akhir abad 19, para matematikawan dan fisikawan mulai menemukan gagasan bahwa dimensi tidak hanya terbatas pada dimensi-3 dengan tripel bilangannya, tetapi juga kuadrupel sebagai titik pada ruang dimensi-4, kuintupel pada ruang dimensi-5, dan seterusnya. Hal ini menghasilkan generalisasi untuk ruang dimensi-n. Definisi tupel -n-berurutan Jika n adalah sebuah bilangan positif, maka tupel-n-berurutan (ordered-n-tuple) adalah sebuah urutan n buah bilangan real (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› ). Definisi Ruang-n atau ๐‘… ๐‘› Ruang dimensi-n atau ruang-n (๐‘… ๐‘› ) adalah himpunan semua tupel-n-berurutan (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› ), dengan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , dan ๐‘Ž ๐‘› adalah bilangan-bilangan real. Tupel-n bilangan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› dinamakan titik (point) dalam ๐‘… ๐‘› , misal suatu titik P dapat ditulis ๐‘ƒ(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , ๐‘Ž ๐‘› ). Bilangan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , . . . , dan ๐‘Ž ๐‘› disebut koordinat dari P. Jelas bahwa ruang dimensi-n dengan n > 3 tidak dapat divisualisasikan secara geometris, namun penemuan ini sangat berguna dalam pekerjaan analitik dan numerik, karena tidak sedikit permasalahan nyata tidak dapat divisualisasikan dengan grafis namun memerlukan penalaran dan penyelesaian secara matematis. ๐‘… ๐‘› yang merupakan generalisasi dari ๐‘… 1 , ๐‘… 2 , dan ๐‘… 3 , menyebabkan sifat-sifat dan aturan-aturan di dalamnya adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada ukuran atau Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 31
  • 4. banyak komponen yang akan dihitung. Walaupun bab ini hanya menyajikan definisi, teorema, atau sifat-sifat dalam ๐‘… 2 dan ๐‘… 3 , tetapi semuanya akan berlaku untuk ๐‘… ๐‘› , setelah dimodifikasi sesuai dimensinya. Seperti definisi jarak antar dua titik dalam ๐‘… 2 dan ๐‘… 3 berikut yang dapat digeneralisasi untuk ๐‘… ๐‘› . Definisi Jarak Dua Titik Jarak antara dua titik ๐ด(๐‘ฅ 1 , ๐‘ฆ1 ) dan ๐ต(๐‘ฅ 2 , ๐‘ฆ2 ) di ๐‘… 2 didefinisikan oleh : ๐ด๐ต = ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ 1 2+ ๐‘ฆ2 โˆ’๐‘ฆ1 2 Jarak antara dua titik ๐ด(๐‘ฅ 1 , ๐‘ฆ1 , ๐‘ง1 ) dan ๐ต(๐‘ฅ 2 , ๐‘ฆ2 , ๐‘ง2 ) di ๐‘… 3 didefinisikan oleh : ๐ด๐ต = ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1 2 + ๐‘ฆ2 โˆ’๐‘ฆ1 2 + ๐‘ง2 โˆ’๐‘ง1 2 2. Titik dan Garis Pada bagian sebelumnya telah dibahas pengertian titik pada ๐‘… 2 dan ๐‘… 3 serta ๐‘… ๐‘› secara umum. Definisi titik ini sama untuk semua rua ng, yang berbeda hanyalah kedudukannya di dalam masing- masing ruang tersebut. Dua titik atau lebih jika dihubungkan akan membentuk garis, kumpulan garis-garis akan menjadi bidang, dan kumpulan bidang-bidang akan menjadi ruang. Geometri adalah cabang matematika yang khusus mempelajari titik, garis, dan bidang. Mengenai garis, geometri hanya terbatas pada kuantitas dan kedudukan, seperti panjang garis atau besar sudut antara dua garis, tetapi tidak pada arahnya serta kedudukannya dalam suatu bidang atau ruang. Ilmu vektor merupakan cabang dari matematika yang mempelajari ruas garis berarah yang dinamakan vektor. 3. Vektor Banyak kuantitas fisis, seperti luas, panjang, massa, suhu, dan lainnya, dapat dijelaskan secara lengkap hanya dari besarnya, misalnya 50 kg, 100 m, 30 โ„ƒ, dll. Kuantitas fisis ini dinamakan skalar. Dalam matematika, skalar mengacu pada semua bilangan yang bersifat konstan. Namun, ada kuantitas fisis lain yang tidak hanya memiliki besar/nilai tapi juga arah, seperti kecepatan, gaya, pergeseran, dan lain- lain. Kuantitas fisis ini dalam fisika maupun matematika dinamakan vektor. Dalam matematika, ilmu vektor menjadi salah satu cabang ilmu yang semakin luas perkembangannya serta penerapannya, dan tidak terbatas pada mempelajari besaran-besaran yang memiliki nilai dan arah tetapi sebagai suatu besaran yang memiliki banyak komponen yang membentuk satu kesatuan dari besaran itu sendiri. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 32
  • 5. Notasi Vektor Vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil tebal (a), atau diberi tanda panah di atasnya (๐‘Ž), atau tanda garis bawah ( ๐‘Ž ). Definisi Vektor Sebuah vektor a dengan komponen-n (berdimensi-n) di dalam ๐‘… ๐‘› adalah suatu aturan tupel-n dari bilangan-bilangan yang ditulis sebagai baris (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ) atau sebagai ๐‘Ž1 ๐‘Ž2 kolom โ‹ฎ , dengan ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› adalah bilangan-bilangan real dan dinamakan ๐‘Ž๐‘› komponen dari vektor a. ๐‘Ž1 Dengan demikian, di ๐‘… 2 vektor dapat ditulis : ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 ) atau ๐š = ๐‘Ž2 , dan di ๐‘… 3 ๐‘Ž1 vektor dapat ditulis : ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) atau ๐š = ๐‘Ž2 . Pada bagian berikutnya, vektor ๐‘Ž3 akan sering disajikan dalam bentuk baris (vektor baris). Berdasarkan definisi titik dan vektor, simbol (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ) mempunyai dua tafsiran geometrik yang berbeda, yaitu sebagai titik dalam hal ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› adalah koordinat, dan sebagai vektor dalam hal ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› adalah komponen. Arti Geometrik Vektor Secara geometris, vektor dinyatakan sebagai segmen garis berarah atau panah. Arah panah menentukan arah vektor dan panjangnya menyatakan besar vektor. Ekor panah dinamakan titik awal (initial point) dan ujung panah dinamakan titik ujung/terminal (terminal point). Titik ujung a Titik awal Komponen-komponen vektor menentukan besar dan arah vektor. Misal pada ๐‘… 2 , vektor ๐ฏ = (2, 3) berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke kanan, kemudian 3 satuan ke atas. Pada ๐‘… 3 , misalkan sebuah vektor ๐ฏ = 3, 4, โˆ’2 berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke depan (x-positif), 4 satuan ke kanan (y-positif), dan 2 satuan ke bawah (z- negatif). Definisi berikut dapat memperjelas tafsiran geometrik vektor. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 33
  • 6. Definisi Vektor Posisi Vektor posisi dari ๐ด(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ) adalah suatu vektor yang titik awalnya adalah titik asal O dan titik ujungnya adalah A, dan ditulis ๐‘‚๐ด = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘› ). Berdasarkan definisi ini dapat dibuktikan bahwa, dari sebuah titik dapat dibuat tepat satu buah vektor posisi. Dengan kata lain setiap titik dalam ruang memiliki vektor posisi yang berbeda-beda. Jika vektor v dengan titik awal A dan titik ujung B, maka v dapat ditulis sebagai : ๐ด๐ต . Komponen-komponen dari ๐ด๐ต akan dijelaskan setelah mempelajari aritmetika vektor. Definisi Vektor-Vektor Ekuivalen Vektor- vektor ekuivalen adalah vektor- vektor yang memiliki panjang dan arah yang sama. Vektor- vektor ekuivalen dianggap sebagai vektor yang sama meskipun kedudukannya berbeda-beda. Jika v dan w ekuivalen maka dapat dituliskan v = w. Contoh 1 : Keempat ruas garis berarah di atas berawal di suatu titik tertentu yang kemudian digerakkan 2 satuan ke kiri dan 5 satuan ke atas. Keempatnya dinamakan vektor dan โˆ’2 dapat dinotasikan oleh ๐ฏ = โˆ’2, 5 = . Keempat ruas garis berarah di atas 5 dinamakan representasi dari vektor v. โˆŽ Definisi Vektor Nol Vektor nol adalah vektor yang semua komponennya adalah nol, dan ditulis ๐ŸŽ = (0, 0, 0). Dengan demikian vektor nol adalah vektor yang tidak mempunyai panjang dan arah. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 34
  • 7. Definisi Negatif Vektor Negatif dari vektor v, atau โ€“v didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai besar yang sama dengan v, namun arahnya berlawanan dengan v. Definisi Vektor satuan/unit (Unit Vectors) Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya adalah 1. Definisi Vektor Basis/Satuan Standar (Standard Unit Vectors) Vektor satuan baku adalah vektor yang mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang sumbu-sumbu koordinat. Untuk ๐‘… 2 , vektor satuan baku ditulis : i = 1, 0 dan j = 0, 1 . Untuk ๐‘… 3 , vektor satuan baku ditulis : i = 1, 0, 0 , j = 0, 1, 0 , dan k = 0, 0, 1 . Dengan demikian setiap vektor v = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) di ๐‘… 3 dapat ditulis v= ๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 = ๐‘ฃ1 1, 0, 0 + ๐‘ฃ2 0, 1, 0 + ๐‘ฃ3 0, 0, 1 = ๐‘ฃ1 ๐ข + ๐‘ฃ2 ๐ฃ + ๐‘ฃ3 ๐ค Contoh 2 : Nyatakan v = 2, โˆ’3, 4 dalam vektor basis. Penyelesaian : ๐ฏ = 2, โˆ’3, 4 = 2 1, 0, 0 + โˆ’3 0, 1, 0 + 4 0, 0, 1 = 2๐ข โˆ’ 3๐ฃ + 4๐ค โˆŽ Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 35
  • 8. 4. Aritmetika Vektor Pada bagian ini, definisi serta teorema yang diberikan hanya untuk vektor-vektor di ๐‘… 3 , sedangkan interpretasi geometris sedapatnya diberikan dalam ๐‘… 3 , namun kebanyakan dalam ๐‘… 2 . Hal ini bertujuan hanya untuk mempermudah pemahaman analitik dan geometrik. Secara konsep, teoretis, dan numeris, semua definisi, teorema, dan rumus-rumus dapat dengan mudah dimodifikasi sesuai dimensi yang diinginkan. Definisi Penjumlahan Vektor Diberikan vektor ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) dan ๐› = (๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 ) vektor- vektor di ๐‘… 3 , maka penjumlahan a dan b didefinisikan oleh ๐š + ๐› = (๐‘Ž1 + ๐‘1 , ๐‘Ž2 + ๐‘2 , ๐‘Ž3 + ๐‘3 ) Secara geometris, penjumlahan a + b dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan aturan segitiga (triangle law) dan aturan jajar genjang (parallelogram law). Aturan segitiga dilakukan dengan menghubungkan titik awal b dengan titik ujung a, kemudian menghubungkan titik awal a dan titik ujung b sebagai (a + b). Sedangkan aturan jajar genjang dilakukan dengan menghubungkan kedua titik asal a dan b, sehingga a dan b membentuk jajaran genjang. Diagonal yang dibuat dari titik awal kedua vektor akan menjadi (a + b). Seperti ilustrasi berikut : ๐’‚+ ๐’ƒ ๐’ƒ ๐’‚ Contoh 3 : Misalkan ๐ฎ = 1, 2, 3 , ๐ฏ = 2, โˆ’3, 1 , dan ๐ฐ = (3, 2, โˆ’1) vektor- vektor di ๐‘… 3 , maka ๐ฎ + ๐ฏ + ๐ฐ = (1 + 2 + 3, 2 + โˆ’3 + 2, 3 + 1 + โˆ’1 = 6, 1, 3 โˆŽ Definisi Pengurangan Vektor Diberikan vektor ๐š = (๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) dan ๐› = (๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 ), maka pengurangan a oleh b didefinisikan oleh : ๐š โˆ’ ๐› = ๐š + โˆ’๐› = [ ๐‘Ž1 + (โˆ’๐‘1 , ๐‘Ž2 + (โˆ’๐‘2 ), ๐‘Ž3 + (โˆ’๐‘3 )] = ( ๐‘Ž1 โˆ’ ๐‘1 , ๐‘Ž2 โˆ’ ๐‘2 , ๐‘Ž3 โˆ’ ๐‘3 ) Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 36
  • 9. Seperti halnya pada penjumlahan vektor, secara geometris pengurangan vektor dapat dilakukan dengan aturan segitiga ataupun jajar genjang seperti ilustrasi berikut. Contoh 4 : Misalkan ๐ฎ = 1, 2, 3 , ๐ฏ = 2, โˆ’3, 1 , dan ๐ฐ = (3, 2, โˆ’1) vektor- vektor di ๐‘… 3 , maka ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ โˆ’ ๐ฐ = (1 โˆ’ 2 โˆ’ 3, 2 โˆ’ โˆ’3 โˆ’ 2, 3 โˆ’ 1 โˆ’ โˆ’1 = โˆ’4, 3, 3 โˆŽ Berdasarkan definisi ini, komponen-komponen dari vektor yang titik awalnya bukan titik asal, misal ๐ด(๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 ) dan titik ujung ๐ต(๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 ), sehingga ๐š = ๐‘‚๐ด = ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 dan ๐› = ๐‘‚๐ต = ๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 adalah : ๐ด๐ต = ๐‘‚๐ต โ€“ ๐‘‚๐ด = ๐› โ€“ ๐š = ๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 โˆ’ ๐‘Ž1 , ๐‘Ž2 , ๐‘Ž3 = (๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž1 , ๐‘2 โˆ’ ๐‘Ž2 , ๐‘3 โˆ’ ๐‘Ž3 ) Contoh 5 : Vektor dengan titik awal dan titik ujung berturut-turut ๐‘ƒ1 2, โˆ’7, 0 dan ๐‘ƒ2 (1, โˆ’3, โˆ’5) adalah ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 = 1 โˆ’ 2, โˆ’3 โˆ’ โˆ’7 , โˆ’5 โˆ’ 0 = โˆ’1, 4, โˆ’5 โˆŽ Dengan memisalkan semua koordinat ada di sumbu-sumbu positif, vektor ๐ด๐ต di ๐‘… 3 , dengan koordinat ๐ด ๐‘ฅ1 , ๐‘ฆ1 , ๐‘ง1 dan ๐ต(๐‘ฅ2 , ๐‘ฆ2 , ๐‘ง2 ), dapat digambarkan sebagai berikut. Sehingga ๐ด๐ต = (๐‘ฅ 2 โˆ’ ๐‘ฅ 1 , ๐‘ฆ2 โˆ’ ๐‘ฆ1 , ๐‘ง2 โˆ’ ๐‘ง1 ). Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 37
  • 10. Definisi Perkalian Skalar-Vektor Jika ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) adalah vektor tak- nol dan k adalah bilangan real tak-nol, maka hasil kali kv didefinisikan oleh ๐‘˜๐ฏ = ๐‘˜ ๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 = (๐‘˜๐‘ฃ1 , ๐‘˜๐‘ฃ2 , ๐‘˜๐‘ฃ3 ) Secara geometris, hasil kali kv adalah vektor yang panjangnya k kali panjang v, yang arahnya sama dengan v jika k > 0, dan berlawanan arah dengan v jika k < 0. Contoh 6 : 1 Misalkan suatu vektor di ๐‘… 2 , ๐š = (2, 4). Hitunglah 3๐š, ๐š, dan โˆ’ 2๐š, dan gambarkan 2 keempat vektor tersebut ke dalam satu sistem koordinat. Penyelesaian : Berdasarkan definisi perkalian skalar-vektor, maka 1 3๐š = 6, 12 ; ๐š = 1, 2 ; โˆ’2๐š = (โˆ’4, โˆ’8) 2 โˆŽ Norma/Panjang Vektor Panjang suatu garis dapat diperoleh dengan menggunakan aturan Phytagoras. Karena vektor adalah ruas garis berarah, maka panjang vektor, baik di ๐‘… 2 maupun ๐‘… 3 dapat diperoleh dengan rumus yang sama. Definisi Norma Vektor Norma atau panjang vektor ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) didefinisikan oleh : ๐ฏ = ๐‘ฃ1 2 + ๐‘ฃ2 2 + ๐‘ฃ3 2 Berdasarkan definisi di atas, jika ๐ฏ = 0 maka ๐ฏ = ๐ŸŽ. Dan, jika v vektor satuan, maka ๐ฏ = 1, begitu pula dengan vektor basis ๐ข = 1, ๐ฃ = 1, dan ๐ค = 1. Contoh 7 : Misalkan ๐š = (3, โˆ’5, 10) maka ๐š = 9 + 25 + 100 = 134 โˆŽ Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 38
  • 11. Teorema : Aturan Dasar Aritmetika Vektor Jika u, v, dan w adalah vektor-vektor di ๐‘… 2 atau ๐‘… 3 , dan k serta l adalah skalar (bilangan real), maka hubungan berikut akan berlaku, a. u+v=v+ u b. (u + v) + w = u + (v + w) c. u+0=0+ u= u d. u + (-u) = 0 e. k( lu ) = ( kl )u f. k(u + v) = ku + kv g. (k + l)u = ku + lu h. 1u = u 5. Perkalian Titik / Perkalian Dalam (Dot Product/Inner Product) Definisi pertama dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan sifat-sifat geometrisnya, yaitu norma kedua vektor dan besar sudut di antara keduanya, dengan asumsi titik-titik awalnya berimpit. Definisi 1 Jika u dan v adalah vektor-vektor di ๐‘… 2 dan ๐‘… 3 , dan ๐œƒ adalah sudut di antara u dan v, maka perkalian titik (dot product) atau perkalian dalam Euclidis (Euclidean inner product) ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ didefinisikan oleh ๐ฎ ๐ฏ cos ๐œƒ ; jika ๐ฎ โ‰  ๐ŸŽ dan ๐ฏ โ‰  ๐ŸŽ ๐ฎโˆ™ ๐ฏ= 0 ; jika ๐ฎ = ๐ŸŽ atau ๐ฏ = ๐ŸŽ Pekalian ini juga dinamakan perkalian skalar (scalar product) karena hasil perkalian titik dua vektor akan menghasilkan skalar (bilangan real). Dari definisi jelas bahwa norma vektor u dan v serta nilai cosinus sebarang sudut di antara keduanya adalah bilangan real, sehingga hasil kali ketiganya adalah bilangan real. Jika salah satu atau kedua vektor merupakan vektor nol, maka hasilnya adalah nol. a ๐š b ๐œฝ ๐› Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 39
  • 12. Contoh 8 : Misalkan ๐ฎ = 0, 0, 1 dan ๐ฏ = (0, 2, 2) sedangkan sudut di antaranya adalah 45ยฐ, 1 maka ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐ฎ ๐ฏ cos 45ยฐ = 02 + 02 + 12 02 + 22 + 22 =2โˆŽ 2 Definisi ke-dua dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan komponen- komponen dari masing- masing vektor. Definisi 2 Jika ๐ฎ = (๐‘ข 1 , ๐‘ข 2 ) dan ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 ) adalah vektor di ๐‘… 2 , maka perkalian titik/perkalian dalam ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ didefinisikan oleh : ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐‘ข 1 ๐‘ฃ1 + ๐‘ข 2 ๐‘ฃ2 Jika ๐ฎ = (๐‘ข 1 , ๐‘ข 2 , ๐‘ข 3 ) dan ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) adalah vektor di ๐‘… 3 , maka perkalian titik ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ didefinisikan oleh : ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐‘ข 1 ๐‘ฃ1 + ๐‘ข 2 ๐‘ฃ2 + ๐‘ข 3 ๐‘ฃ3 Contoh 9 : Misalkan ๐š = 0, 3, โˆ’7 dan ๐› = (2, 3, 1) maka ๐š โˆ™ ๐› = 0.2 + 3.3 + โˆ’7 . 1 = 2 โˆŽ Kedua definisi ini saling berkaitan karena salah satu definisi diperoleh dari definisi yang lain. Dalam beberapa buku, salah satu definisi dituliskan sebagai โ€œdefinisiโ€, kemudian definisi yang lainnya dituliskan sebagai โ€œteoremaโ€ yang diturunkan dari definisi sebelumnya. Biasanya kedua definisi digabungkan untuk mencari besar sudut di antara u dan v jika komponen u dan v diketahui. Contoh 10 : Misalkan ๐ฎ = (2, โˆ’1, 1) dan ๐ฏ = (1, 1, 2), Hitunglah ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ dan tentukan sudut di antara keduanya. Penyelesaian : ๐ฎ = 22 + (โˆ’1)2 + 12 = 6 ; ๐ฏ = 12 + 12 + 22 = 6 ; dan ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = 2.1 + โˆ’1 . 1 + 1.2 = 3 sehingga, ๐ฎโˆ™ ๐ฏ 3 1 1 ๐ฎโˆ™ ๐ฏ = ๐ฎ ๐ฏ cos ๐œƒ โ‡” cos ๐œƒ = = = โ‡” ๐œƒ = arccos = 60ยฐ โˆŽ ๐ฎ ๐ฏ 6 6 2 2 Teorema : Sudut Antara Dua Vektor Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol, dan ๐œƒ adalah besar sudut di antara kedua vektor tersebut, maka Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 40
  • 13. ๐œƒ lancip (0ยฐ < ๐œƒ < 90ยฐ) jika dan hanya jika ๐ฎโˆ™ ๐ฏ > 0 ๐œƒ tumpul (90ยฐ < ๐œƒ < 180ยฐ) jika dan hanya jika ๐ฎโˆ™ ๐ฏ < 0 ๐œƒ siku-siku (๐œƒ = 90ยฐ) jika dan hanya jika ๐ฎโˆ™ ๐ฏ = 0 Dua vektor yang membentuk sudut siku-siku dinamakan ortogonal (tegak lurus). Teorema : Sifat-sifat Perkalian Titik Jika u, v, dan w adalah vektor- vektor di ๐‘… 2 atau ๐‘… 3 dan k adalah skalar, maka a. ๐ฎโˆ™ ๐ฏ = ๐ฏโˆ™ ๐ฎ b. ๐ฎโˆ™ ๐ฏ+ ๐ฐ = ๐ฎโˆ™ ๐ฏ+ ๐ฎ โˆ™ ๐ฐ c. ๐‘˜ ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐‘˜๐ฎ โˆ™ ๐ฏ = ๐ฎ โˆ™ (๐‘˜๐ฏ) d. ๐ฏ โˆ™ ๐ฏ > 0 jika ๐ฏ โ‰  ๐ŸŽ dan ๐ฏ โˆ™ ๐ฏ = 0 jika ๐ฏ = ๐ŸŽ 6. Proyeksi Dua vektor yang titik asalnya berimpit dapat menghasilkan vektor lain yang dinamakan vektor proyeksi. Perhatikan ilustrasi berikut. Misalkan a dan b berimpit di titik asalnya. Jika dari titik ujung b ditarik garis menuju a sedemikian sehingga tegak lurus a (diproyeksikan terhadap a), maka vektor yang dapat dibuat dengan titik asal yang sama dan berujung di titik di mana b diproyeksikan pada a dinamakan vektor proyeksi b terhadap a. Vektor ini disebut juga proyeksi ortogonal b pada a. Dengan cara yang sama dapat diperoleh vektor proyeksi a terhadap b. Notasi Vektor Proyeksi Vektor proyeksi b terhadap a dinotasikan proy ๐š ๐› Vektor proyeksi a terhadap b dinotasikan dengan proy ๐š ๐› Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 41
  • 14. Teorema : Proyeksi Ortogonal Jika u dan v adalah vektor di ๐‘… 2 atau ๐‘… 3 dan keduanya bukan vektor nol, maka ๐šโˆ™ ๐› ๐šโˆ™ ๐› proy ๐š ๐› = ๐š dan proy ๐› ๐š = ๐› ๐š 2 ๐› 2 Sedangkan panjang dari vektor-vektor proyeksi tersebut adalah ๐šโˆ™ ๐› ๐šโˆ™ ๐› proy ๐š ๐› = dan proy ๐› ๐š = ๐š ๐› Contoh 11 : Jika ๐š = (1, 0, โˆ’2) dan ๐› = (2, 1, โˆ’1) , tentukan vektor proyeksi a pada b. 2 Penyelesaian : ๐š โˆ™ ๐› = 4 dan ๐› = 6 maka proyeksi ortogonal a pada b adalah ๐šโˆ™ ๐› 4 4 2 2 proy ๐› ๐š = 2 ๐› = 2, 1, โˆ’1 = , ,โˆ’ โˆŽ ๐› 6 3 3 3 7. Perkalian Silang (Cross Product) Berikut akan diperkenalkan sebuah operasi antar vektor dalam ๐‘… 3 . Jika perkalian titik akan menghasilkan skalar/bilangan, maka perkalian silang akan menghasilkan vektor. Dan jika proyeksi ortogonal suatu vektor terhadap vektor la in akan menghasilkan vektor baru yang berimpit dengan vektor tersebut, maka perkalian silang dua vektor akan menghasilkan vektor baru yang tegak lurus dengan kedua vektor tersebut. Definisi Perkalian Silang Jika ๐ฎ = (๐‘ข 1 , ๐‘ข 2 , ๐‘ข 3 ) dan ๐ฏ = (๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , ๐‘ฃ3 ) adalah vektor di ๐‘… 3 , maka perkalian silang ๐ฎ ร— ๐ฏ didefinisikan oleh ๐ฎ ร— ๐ฏ = (๐‘ข 2 ๐‘ฃ3 โˆ’ ๐‘ข 3 ๐‘ฃ2 , ๐‘ข 3 ๐‘ฃ1 โˆ’ ๐‘ข 1 ๐‘ฃ3 , ๐‘ข 1 ๐‘ฃ2 โˆ’ ๐‘ข 2 ๐‘ฃ1 ) atau dalam notasi determinan ๐‘ข2 ๐‘ข3 ๐‘ข ๐‘ข3 ๐‘ข ๐‘ข2 ๐ฎร— ๐ฏ= ๐‘ฃ2 ๐‘ฃ3 , โˆ’ ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ3 , ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ2 1 1 Rumus di atas dapat dibuat pola yang mudah diingat. Bentuklah matriks 2 ร— 3 : ๐‘ข1 ๐‘ข2 ๐‘ข3 ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ2 ๐‘ฃ3 Komponen pertama dari ๐ฎ ร— ๐ฏ adalah determinan matriks tersebut setelah kolom pertama dicoret, komponen ke-2 adalah negatif dari determinan matriks setelah kolom ke-2 dicoret, dan komponen ke-3 adalah determinan matriks setelah kolom ke-3 dicoret. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 42
  • 15. Contoh 12 : Misalkan ๐ฎ = (1, 2, โˆ’2) dan ๐ฏ = (3, 0, 1), maka 1 2 โˆ’2 3 0 1 2 โˆ’2 1 โˆ’2 1 2 ๐ฎร— ๐ฏ = ,โˆ’ , = 2, โˆ’7, โˆ’6 โˆŽ 0 1 3 1 3 0 Secara geometris, perkalian silang ๐ฎ ร— ๐ฏ dapat diinterpretasikn oleh gambar berikut, Arah ๐ฎ ร— ๐ฏ dapat ditentukan dengan โ€œaturan tangan kananโ€ (right hand rule). Misalkan ๐œƒ adalah sudut di antara u dan v, dan anggaplah u terotasi sejauh sudut ๐œƒ menuju v (sehingga berimpit dengan v). Jika jari-jari tangan kanan menunjukkan arah rotasi u maka ibu jari menunjukkan arah ๐ฎ ร— ๐ฏ. Dengan menggunakan definisi ataupun dengan mempraktekkan aturan ini, dapat diperoleh hasil- hasil berikut : ๐ขร— ๐ข= ๐ฃร— ๐ฃ= ๐คร— ๐ค= ๐ŸŽ ๐ขร— ๐ฃ= ๐ค, ๐ฃร— ๐ค= ๐ข, ๐คร— ๐ข= ๐ฃ ๐ฃ ร— ๐ข = โˆ’๐ค , ๐ค ร— ๐ฃ = โˆ’๐ข , ๐ข ร— ๐ค = โˆ’๐ฃ Diagram berikut dapat membantu untuk mengingat hasil perkalian di atas. i k j Perkalian silang ๐ฎ ร— ๐ฏ dapat dinyatakan secara simbolis dalam bentuk determinan 3ร—3 : ๐ข ๐ฃ ๐ค ๐‘ข ๐‘ข3 ๐‘ข1 ๐‘ข3 ๐‘ข1 ๐‘ข2 ๐ฎ ร— ๐ฏ = ๐‘ข1 ๐‘ข2 ๐‘ข3 = ๐‘ฃ 2 2 ๐‘ฃ3 ๐ข โˆ’ ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ3 ๐ฃ + ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ2 ๐ค ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ2 ๐‘ฃ3 Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 43
  • 16. Contoh 13 : Contoh 11 dapat dikejakan dengan cara : ๐ข ๐ฃ ๐ค 2 โˆ’2 1 โˆ’2 1 2 ๐ฎร— ๐ฏ = 1 2 โˆ’2 = ๐ขโˆ’ ๐ฃ+ ๐ค = 2๐ข โˆ’ 7๐ฃ โˆ’ 6๐ค โˆŽ 0 1 3 1 3 0 3 0 1 Teorema : Hubungan Perkalian Silang dan Perkalian titik Jika u dan v adalah vektor di ๐‘… 3 , maka : a. ๐ฎ โˆ™ ๐ฎร— ๐ฏ = 0 ( ๐ฎ ร— ๐ฏ ortogonal ke u ) b. ๐ฏโˆ™ ๐ฎร— ๐ฏ = 0 ( ๐ฎ ร— ๐ฏ ortogonal ke u ) ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Ÿ c. ๐ฎร— ๐ฏ = ๐ฎ ๐ฏ โˆ’ ๐ฎโˆ™ ๐ฏ (Identitas Lagrange/Lagrange Identity) Teorema : Sifat-Sifat Perkalian Silang Jika u, v, dan w dalah sebarang vektor di ๐‘… 3 ddan k adalah sebarang skalar, maka : a. ๐ฎร— ๐ฏ=โˆ’ ๐ฏร— ๐ฎ b. ๐ฎ ร— ๐ฏ + ๐ฐ = ๐ฎ ร— ๐ฏ + (๐ฎ ร— ๐ฐ) c. ๐ฎ + ๐ฏ ร— ๐ฐ = ๐ฎ ร— ๐ฐ + (๐ฏ ร— ๐ฐ) d. ๐‘˜ ๐ฎร— ๐ฏ = ๐‘˜๐ฎ ร— ๐ฏ = ๐ฎ ร— (๐‘˜๐ฏ) e. ๐ฎร— ๐ŸŽ= ๐ŸŽร— ๐ฎ= ๐ŸŽ f. ๐ฎร— ๐ฎ= ๐ŸŽ ๐‘ข1 ๐‘ข2 ๐‘ข3 g. ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ ร— ๐ฐ = ๐ฎ ร— ๐ฏ โˆ™ ๐ฐ = ๐‘ฃ1 ๐‘ฃ2 ๐‘ฃ3 ๐‘ค1 ๐‘ค2 ๐‘ค3 Berdasarkan teorema-teorema sebelumnya, dapat diturunkan teorema berikut. Teorema : Aplikasi Geometri Perkalian Silang Jika u, v, dan w vektor- vektor di ๐‘… 3 dengan titik asal yang sama, maka a. Jika ๐œƒ adalah sudut di antara u dan v, maka ๐ฎร— ๐ฏ = ๐ฎ ๐ฏ sin ๐œƒ b. Norma dari ๐ฎ ร— ๐ฏ sama dengan luas jajaran genjang yang dibentuk oleh u dan v, atau Luas jajar genjang = ๐ฎร— ๐ฏ c. Volume bangun yang dibentuk oleh ketiganya adalah ๐‘Ž๐‘๐‘ [๐ฎ โˆ™ ๐ฏ ร— ๐ฐ ]. Contoh 14 : a, b, dan c adalah sebarang vektor di ๐‘… 3 yang berimpit di titik awalnya. Jika ketiganya dihubungkan akan membentuk suatu bangun dimensi-3 (parallelpiped). Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 44
  • 17. Luas masing- masing sisinya adalah : ๐šร— ๐› , ๐›ร— ๐œ , ๐šร— ๐œ Sedangkan volume bangun tersebut adalah : ๐‘Ž๐‘๐‘ (๐š โˆ™ ๐› ร— ๐œ ) Rumus volume di atas biasanya digunakan untuk mengetahui apakah ketiga vektor berada pada bidang yang sama. Jika volume yang dihitung bernilai nol, maka ketiganya berada pada bidang yang sama, dan sebaliknya jika volumenya tidak sama dengan nol. Fungsi abs(absolute)/mutlak berguna untuk mempositifkan hasil akhir perhitungan volume. Contoh 15 : Tentukan apakah ketiga vektor ๐š = (1, 4, โˆ’7), ๐› = (2, โˆ’1, 4), dan ๐œ = (0, โˆ’9, 18) terletak pada satu bidang di ๐‘… 3 atau tidak. Penyelesaian : 1 4 โˆ’7 1 4 ๐šโˆ™ ๐›ร— ๐œ = 2 โˆ’1 4 2 โˆ’1 0 โˆ’9 18 0 โˆ’9 = 1 โˆ’1 18 + 4 4 0 + โˆ’7 2 โˆ’9 โ€” { 7 โˆ’1 0 + 1 4 โˆ’9 + 4 2 18 } = โˆ’18 + 126 โˆ’ 144 + 36 =0 Jadi, ketiga vektor tersebut terletak pada satu bidang di ๐‘… 3 โˆŽ Contoh 16 : Carilah luas segitiga yang dibentuk oleh ๐‘ƒ1 2, 2, 0 , ๐‘ƒ2 โˆ’1, 0, 2 , dan ๐‘ƒ3 (0, 4, 3) . Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 45
  • 18. Penyelesaian : z ๐‘ƒ2 โˆ’1, 0, 2 ๐‘ƒ3 (0, 4, 3) y ๐‘ƒ1 2, 2, 0 x Luas segitiga tersebut adalah ยฝ luas jajaran genjang yang dibentuk ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 dan ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3, di mana ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 = โˆ’1, 0, 2 โˆ’ 2, 2, 0 = (โˆ’3, โˆ’2, 2) ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3 = 0, 4, 3 โˆ’ 2, 2, 0 = (โˆ’2, 2, 3) ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 ร— ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3 = (โˆ’10, 5, โˆ’10) 1 1 1 Sehingga Luas segitiga = ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ2 ร— ๐‘ƒ1 ๐‘ƒ3 = 15 = 7 2 โˆŽ 2 2 Latihan I 1. Carilah komponen vektor yang mempunyai titik awal ๐‘ƒ1 dan titik ujung ๐‘ƒ2. a. ๐‘ƒ1 3, 5 ; ๐‘ƒ2 (2, 8) b. ๐‘ƒ1 7, โˆ’2 ; ๐‘ƒ2 (0, 0) c. ๐‘ƒ1 6, 5, 8 ; ๐‘ƒ2 (8, โˆ’7, 3) d. ๐‘ƒ1 0, 0, 0 ; ๐‘ƒ2 (โˆ’8, 7, 4) 2. Misalkan ๐ฎ = 1, โˆ’ 2, 3 , ๐ฏ = 2, โˆ’3, 1 dan ๐ฐ = (3, 2, โˆ’1). Carilah komponen- komponen dari : a. u โ€“ w b. 7v + 3w c. โ€“w + v d. 3(u โ€“ 7v) e. โ€“ 3v โ€“ 8w f. 2v โ€“ (u + w) 3. Carilah vektor dengan titik awal ๐‘ƒ(2, โˆ’1, 4) yang mempunyai arah yang sama dengan ๐ฏ = (7, 6, โˆ’3). 4. Carilah vektor yang berlawanan arah dengan ๐ฏ = (โˆ’2, 4, โˆ’1) yang mempunyai titik terminal di ๐‘„(2, 0, โˆ’7). Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 46
  • 19. 5. Misalkan ๐‘ƒ(2, 3, โˆ’2) dan ๐‘„(7, โˆ’4, 1). a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q. b. Carilah titik pada segmen garis ๐‘ƒ๐‘„ sehingga dari P ke titik itu adalah ยพ dari ๐‘ƒ๐‘„. Latihan II 1. Hitunglah norma/panjang v jika a. ๐ฏ = (3, 4) b. ๐ฏ = (โˆ’1, 7) c. ๐ฏ = (0, โˆ’3) d. ๐ฏ = (1, 1, 1) e. ๐ฏ = (โˆ’8, 7, 4) f. ๐ฏ = (9, 0, 0) 2. Hitunglah jarak di antara A dan B. a. ๐ด 2, 3 , ๐ต(4, 6) b. ๐ด โˆ’2, 7 , ๐ต(0, โˆ’3) c. ๐ด 8, โˆ’4, 2 , ๐ต(โˆ’6, โˆ’1, 0) d. ๐ด 1, 1, 1 , ๐ต(6, โˆ’7, 3) 3. Misalkan ๐ฎ = 1, โˆ’3, 2 , ๐ฏ = 1, 1, 0 dan ๐ฐ = (2, 2, โˆ’4). Carilah : a. ๐ฎ+ ๐ฏ b. ๐ฎ + ๐ฏ c. โˆ’2๐ฎ + 2 ๐ฎ d. 3๐ฎ โˆ’ 5๐ฏ + ๐ฐ 1 e. ๐ฐ ๐ฐ 1 f. ๐ฐ ๐ฐ 4. Carilah semua skalar k sehingga ๐‘˜๐ฏ = 3, di mana ๐ฏ = 1, 2, 4 . Latihan III 1. Carilah ๐ฎ โˆ™ ๐ฏ untuk : a. ๐ฎ = 1, 2 , ๐ฏ = 6, โˆ’8 b. ๐ฎ = โˆ’7, โˆ’3 , ๐ฏ = 0, 1 c. ๐ฎ = 1, โˆ’3, 7 , ๐ฏ = 8, โˆ’2, โˆ’2 d. ๐ฎ = โˆ’3, 1, 2 , ๐ฏ = 4, 2, โˆ’5 2. Tentukan apakah u dan v membentuk sudut lancip, tumpul, atau keduanya ortogonal. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 47
  • 20. a. ๐ฎ = 7, 3, 5 , ๐ฏ = โˆ’8, 4, 2 b. ๐ฎ = 6, 1, 3 , ๐ฏ = 4, 0, โˆ’6 c. ๐ฎ = 1, 1, 1 , ๐ฏ = โˆ’1, 0, 0 d. ๐ฎ = 4, 1, 6 , ๐ฏ = โˆ’3, 0, 2 3. Carilah proyeksi ortogonal u pada a, jika : a. ๐ฎ = 2, 1 , ๐š = โˆ’3, 2 b. ๐ฎ = 2, 6 , ๐š = โˆ’9, 3 c. ๐ฎ = โˆ’7, 1, 3 , ๐š = 5, 0, 1 d. ๐ฎ = 0, 0, 1 , ๐š = 8, 3, 4 4. Carilah ๐‘๐‘Ÿ๐‘œ๐‘ฆ ๐š ๐ฎ , jika : a. ๐ฎ = 2, โˆ’1 , ๐š = 3, 4 b. ๐ฎ = 4, 5 , ๐š = 1, โˆ’2 c. ๐ฎ = 2, โˆ’1, 3 , ๐š = 1, 2, 2 d. ๐ฎ = 4, โˆ’1, 7 , ๐š = 2, 3, โˆ’6 5. Misalkan ๐ฎ = 1, 2 , ๐ฏ = 4, โˆ’2 , dan ๐ฐ = (6, 0). Carilah : a. ๐ฎ โˆ™ 7๐ฏ + ๐ฐ b. ๐ฎโˆ™ ๐ฐ ๐ฐ c. ๐ฎ ๐ฏโˆ™ ๐ฐ d. ๐ฎ ๐ฏ โˆ™ ๐ฐ Latihan IV 1. Misal ๐ฎ = 2, โˆ’1, 3 , ๐ฏ = 0, 1, 7 , dan ๐ฐ = (1, 4, 5). Nyatakan dalam vektor basis : a. ๐ฏ ร— ๐ฐ b. ๐ฎ ร— (๐ฏ ร— ๐ฐ) c. ๐ฎร— ๐ฏ ร— ๐ฐ d. (๐ฎ ร— ๐ฏ) ร— (๐ฏ ร— ๐ฐ) e. ๐ฎ ร— (๐ฏ โˆ’ 2๐ฐ) f. ๐ฎ ร— ๐ฏ โˆ’ 2๐ฐ) 2. Carilah vektor yang ortogonal terhadap u dan v. a. ๐ฎ = โˆ’7, 3, 1 , ๐ฏ = 2, 0, 4 b. ๐ฎ = โˆ’1, โˆ’1, โˆ’1 , ๐ฏ = 2, 0, 2 3. Carilah luas segitiga yang mempunyai titik sudut P, Q, dan R. a. ๐‘ƒ 1, 5, โˆ’2 ๐‘„ 0, 0, 0 ๐‘… 3, 5, 1 b. ๐‘ƒ 2, 0, โˆ’3 ๐‘„ 1, 4, 5 ๐‘…(7, 2, 9) Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 48