2. Pengertian
Zat untuk membunuh atau
mengendalikan hama
Pestisida mencakup bahan-bahan racun
yang digunakan untuk membunuh jasad
hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak
dan sebagainya yang diusahakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya.
Pest berarti hama, sedangkan cide berarti
membunuh.
3. Penggolongan Pestisida Menurut
Sasarannya
Insektisida, racun serangga (insekta)
Fungisida, racun cendawan / jamur
Herbisida, racun gulma / tumbuhan
pengganggu
Akarisida, racun tungau dan caplak
(Acarina)
Rodentisida, racun binatang pengerat
(tikus dsb.)
Nematisida, racun nematoda
4. Penggolongan Mnrt Asal dan Sifat
Kimia
1. Sintetik
a. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat,
flourida
tembaga sulfat dan garam merkuri.
b. Organik :
- Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
- Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
- Organofosfat : malathion, biothion dll.
- Karbamat : Furadan, Sevin dll.
- Dinitrofenol : Dinex dll.
- Thiosianat : lethane dll.
- Sulfonat, sulfida, sulfon.
- Lain-lain : methylbromida dll.
2. Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
5. Negara2 Yg telah menggunakan
pestisida
Amerika Serikat 45%
Eropa Barat 25%
Jepang 12%
Negara berkembang
lainnya 18%
6. Jenis Racun Pestisida
Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui
sistem organisme misalnya melalui akar atau
daun kemudian diserap ke dalam jaringan
tanaman yang akan bersentuhan atau
dimakan oleh hama sehingga mengakibatkan
peracunan bagi hama.
Racun kontak, langsung dapat menyerap
melalui kulit pada saat pemberian insektisida
atau dapat pula serangga target kemudian
kena sisa insektisida (residu) insektisida
beberapa waktu setelah penyemprotan.
7. Syarat2 Pestisida Ekonomis
Efektif – memiliki daya mematikan hama
yang tinggi
Aman terhadap manusia terutama operator,
juga hewan ternak dan komponen lingkungan
lainnya, cukup selektif (tidak membunuh
jasad yang bukan sasaran), kurang persisten,
tidak menyebabkan biomagnifikasi.
Ekonomis, efektif, efisien : broad spectrum
(dapat digunakan untuk berbagai hama),
cukup spesifik, dan relatif tidak mahal.
8. Cara Pemakaian
1. Penyemprotan (spraying) : merupakan metode
yang paling banyak digunakan. Biasanya
digunakan 100-200 liter enceran insektisida per
ha. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang
paling kecil 1 liter/ha.
2. Dusting : untuk hama rayap kayu kering
Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat
mencapai koloni karena racun dapat menyebar
sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
3. Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya
untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap,
serangga tanah di persemaian dsb.
9. 4. Injeksi batang : dengan insektisida
sistemik bagi hama batang, daun,
penggerek dll.
5. Dipping : perendaman / pencelupan
seperti untuk biji / benih, kayu.
6. Fumigasi : penguapan, misalnya pada
hama gudang atau hama kayu.
7. Impregnasi : metode dengan tekanan
(pressure) misalnya dalam pengawetan
kayu.
10. Organofosfat
Disintesis I di Jerman pd awal PD II
Pd awal synthesisnya diproduksi senyawa
tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion
dan schordan yang sangat efektif sebagai
insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap
mamalia.
Penelitian berkembang,ditemukan komponen
yang poten terhadap insekta tetapi kurang
toksik terhadap orang (mis: malathion),
tetapi masih sangat toksik terhadap insekta..
11. Struktur Organofosfat
Nama Structure
Tetraethylpyrophosphate
(TEPP)
Parathion
Malathion
Sarin
12. Mekanisme Toksisitas
Organophosphat adalah insektisida yg
paling toksik diantara jenis pestisida
lainnya & sering menyebabkan keracunan
Organofosfat menghambat aksi
pseudokholinesterase dlm plasma &
kholinesterase dlm sel darah merah & pd
sinapsisnya.
Enzim tersebut scr normal menghidrolisis
asetylcholin menjadi asetat dan kholin.
13. Pd saat enzim dihambat, mengakibatkan
jumlah asetylkholin meningkat dan
berikatan dengan reseptor muskarinik dan
nikotinik pada system saraf pusat dan
perifer.
Hal tersebut menyebabkan timbulnya
gejala keracunan yang berpengaruh pada
seluruh bagian tubuh.
14.
15. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat
pada toksisitas organofosfat.
Efek Gejala
1. Muskarinik − Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
− Kejang perut
− Nausea dan vomitus
− Bradicardia
− Miosis
− Berkeringat
2. nikotinik − Pegal-pegal, lemah
− Tremor
− Paralysis
− Dyspnea
− Tachicardia
3. sistem saraf pusat − Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
− Sakit kepala
− Emosi tidak stabil
− Bicara terbata-bata
− Kelemahan umum
− Convulsi
− Depresi respirasi dan gangguan jantung
− Koma
16. Carbamate
Insektisida karbamat telah berkembang
setelah organofosfat.
Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya
rendah thd mamalia dibandingkan dg
organofosfat, ttp sangat efektif utk
membunuh insekta.
Mekanisme toksisitas dari karbamate
adalah sama dengan organofosfat
18. Organoklorin
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated
hydrocarbon” terdiri dr bbrp klmpk yg
diklasifikasi mnrt bentuk kimianya.
Yang paling populer dan pertama kali
disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-
trichloroethan” atau disebut DDT.
20. Mekanisme toksisitas dari DDT msh
diperdebatan, wlaupun komponen kimia ini sudah
disinthesis sjk thn 1874.
Tapi pd dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pd
neurotoksin dan otak.
Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta
kortek motorik mrpk target toksisitas.
Dilain pihak bila tjd efek keracunan perubahan
patologiknya tidaklah nyata.
Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg
akan dpt menyebabkan keracunan, hal tsb tjd dlm
wkt bbrp jam. Perkiraan LD50 utk manusia adalah
300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972,
tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai
beberapa tahun kemudian, bahkan sampai
sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi.
21. Pengobatan
Pengobatan keracunan pestisida cepat dilakukan
terutama untuk toksisitas organophosphat.
Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit
akan dapat menyebabkan kematian.
Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan
terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya
yang saling berhubungan.
Pada keracunan yang berat ,
pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt
kholinesterase harus diukur dan bila
kandungannya jauh dibawah normal, keracunan
mesti terjadi dan gejala segera timbul.
22. Pengobatan dengan pemberian atrophin
sulfat dosis 1-2 mg dan biasanya diberikan
setiap jam dari 25-50 mg.
Atrophin akan memblok efek muskarinik
dan beberapa pusat reseptor muskarinik.
Pralidoxim (2-PAM) adalah obat spesifik
untuk antidotum keracunan organofosfat.
Obat tersebut dijual secara komersiil dan
tersedia sebagai garam chlorin.