1. 1
PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4
SDN 3 CANDIRENGGO PADA PEMBELAJARAN IPA
MATERI GAYA
Oleh:
Bachtiyar Firmansyah
NIM 858551061
bachtiyar.gol@gmail.com
ABSTRAK
Kompetisi yang terjadi antar siswa berdampak pada kurangnya komunikasi. Siswa
berlomba untuk menjadi yang terbaik. Akibatnya diskusi tidak berjalan lancar dikarenakan
diskusi kelompok didominasi oleh beberapa kelompok saja dengan harapan mendapat nilai
paling baik dan diakui sebagai siswa paling pintar. Peneliti berusaha meningkatkan
komunikasi dan kerjasama antar siswa menggunakan pendekatan Cooperative Learning.
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan dampak penerapan Cooperative Learning pada
siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo pada pembelajaran tema 8 materi gaya. Subjek
penelitian adalah 24 siswa terdiri dari 9 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus masing-masing terdiri atas tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran menggunakan Cooperative Learning,
terjadi peningkatan aspek keterampilan belajar siswa. Selama diskusi kelas, tidak lagi
dikuasai oleh beberapa siswa atau satu kelompok saja, tetapi merata di setiap kelompok.
Hal tersebut berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas 4. Rata-rata
evaluasi belajar pada pra tindakan sebesar 56,67, meningkat menjadi 74,48 pada siklus 1,
kemudian meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 84,38. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penerapan Cooperative Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar dan juga
prestasi belajar siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo materi gaya.
Kata Kunci: Cooperative Learning, Kerja Kelompok, Prestasi Belajar.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Modal dasar memunculkan prakarsa belajar diperlukan persepsi dan
sikap positif terhadap belajar. Tanpa hal tersebut maka prestasi belajar mungkin
tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Untuk menciptakan persepsi yang
positif perlu didukung proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Oleh karena itu, setiap guru harus mampu mengembangkan sikap dan persepsi
siswa yang positif, agar siswa betah dan memperoleh kenikmatan dalam proses
2. 2
belajar, karena seorang murid yang merasa tidak nyaman berada di dalam kelas,
tidak akan sepenuhnya terlibat dalam kegiatan belajar.
Salah satu penyebab kurangnya persepsi positif siswa adalah kebiasaan
guru di skolah mengajar dengan menggunakan pendekatan dan juga metode
pembelajaran yang kurang bervariatif dan tidak sesuai dengan tahap
perkembangan psikologi anak. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa
yang tidak merata, terutama bagi siswa yang tidak mendapatkan bimbingan
belajar selain di sekolah.
Kompetisi yang terjadi antar siswa berdampak pada kurangnya
komunikasi. Siswa berlomba untuk menjadi yang terbaik. Selain itu terjadi
kompetisi antar siswa sehingga berdampak pada kurangnya komunikasi. Siswa
berlomba untuk menjadi yang terbaik.
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri 3 Candirenggo kelas
4 pembelajaran tema 8 mata pelajaran IPA materi gaya, kegiatan diskusi
kelompok tidak berjalan dengan baik. Pemilihan anggota kelompok tidak
seimbang dari segi kemampuan masing-masing anggota kelompok. Dalam
satu kelompok ada yang terdiri dari siswa dengan kemampuan di atas rata-
rata siswa lainnya, tetapi ada juga satu kelompok dengan kemampuan
anggota di bawah rata-rata. Akibatnya kegiatan diskusi dikuasai oleh
kelompok dengan anggota yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Mereka ingin menunjukkan bahwa kelompok mereka adalah yang terbaik
dari kelompok lain. Sedangkan kelompok yang terdiri dari siswa dengan
kemampuan rendah cenderung pasif dan hanya menunggu teman atau
kelompok lain untuk menjawab pertanyaan dari guru atau dari lembar
diskusi.
2. Analisis masalah
Menurut hasil analisis masalah pada pembelajaran tema 8 subtema
2 materi gaya siswa kelas 4 di SD Negeri 3 Candirenggo Kecamatan
Singosari, penyebab diskusi tidak berjalan lancar dikarenakan diskusi
kelompok didominasi oleh beberapa kelompok saja yang berisi golongan
3. 3
siswa dengan kemampuan di atas rata-rata. Antar anggota kelompok juga
terjadi sebuah kompetisi yang berdampak dengan kurangnya komunikasi
untuk saling berperan dalam diskusi ataupun menjawab pertanyaan.
Mereka cenderung untuk memiliki sendiri informasi yang mereka peroleh.
Kompetisi menurut pandangan Soerjono (1990:98) adalah sebuah proses
dimana setiap orang atau kelompok orang bersaing mendapatkan
keuntungan melalui bidang kehidupan. Hal ini berdampak antar siswa
berusaha mencapai tujuan untuk diri mereka sendiri dengan cara
mengalahkan orang lain.
Pada saat mengajukan pertanyaan, sebetulnya guru sudah memberi
kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusi mereka, tetapi beberapa kelompok masih belum menyelesaikan
kegiatan diskusinya. Mereka merasa kesulitan menjawab pertanyaan
diskusi, tetapi tidak meminta penjelasan atau arahan dari guru. Sehingga
terkesan lebih menunggu jawaban dari kelompok diskusi lain daripada
mencari tahu jawaban.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah, peneliti
berusaha untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar siswa.
Pendekatan pembelajaran yang dipilih yaitu menggunakan Cooperative
Learning. Dalam Cooperative Learning itu dikembangkan tujuan
kelompok, yang menuntut kesamaan harapan, kesamaan strategi, dan
kebersamaan dalam pencapaian target penguasaan dalam kerangka mastery
learning. Dalam belajar kooperatif bukan kompetisi yang dikedepankan,
melainkan kebersamaan dan kerja sama serta saling membantu satu sama
lain untuk mencapai keberhasilan masing-masing siswa dalam mencapai
kompetensi ideal, yang pada akhirnya akan membentuk image kompetensi
kelas.
Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dalam
berntuk penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Cooperative
4. 4
Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 4 SDN 3
Candirenggo pada Pembelajaran IPA Materi Gaya.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan permasalahan di atas maka secara operasional,
rumusan masalah yang dikemukakan peneliti adalah:
1. Bagaimana dampak penerapan Cooperative Learning pada siswa kelas
4 SD Negeri 3 Candirenggo pada pembelajaran tema 8 subtema 2
materi gaya?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar dengan penerapan
Cooperative Learning pada siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo
pada pembelajaran tema 8 subtema 2 materi gaya?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran/ Pengembangan
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka peneliti
menguraikan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dampak penerapan Cooperative Learning pada
siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo pada pembelajaran tema 8
subtema 2 materi gaya.
2. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar dengan penerapan
Cooperative Learning pada siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo
pada pembelajaran tema 8 subtema 2 materi gaya.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran/ Pengembangan
Manfaat yang diperoleh dari penelitian perbaikan ini adalah:
1. Bagi siswa untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya materi gaya.
2. Bagi guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan
solusi tentang masalah yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
3. Bagi sekolah membantu untuk berkembang, karena dengan adanya
penelitian perbaikan akan meningkatkan kemampuan siswa dan guru
yang berdampak pada peningkatan atau kemajuan sekolah.
4. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai referensi untuk memperluas
ruang lingkup kajian dalam penelitian berikutnya.
5. 5
II. Kajian Pustaka
A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Trianto (2007:102) IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan untuk
menghasilkan sebuah penjelasan tentang gejala melalui pengamatan,
eksperimen, dan deduksi yang bisa diperoleh siswa dengan cara pengumpulan
data yang dapat dipercaya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan bisa
menjadi wadah bagi siswa agar bisa mempelajari diri sendiri serta
lingkungannya, serta mengembangkan lebih lanjut menerapkan dalam
kehidupan berdasarkan metode ilmiah.
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi, diketahui
bahwa pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa dapat:
1. Memperoleh keyakinan atas kebesaran Tuhan berdasarkan keindahan,
keberadaan, dan keteraturan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan pemahaman dan pengetahuan konsep IPA yang
bermanfaat sehingga bisa diterapkan dan dipraktekkan di kehidupan
mereka.
3. Mengembangkan kesadaran, keingintahuan, dan sikap positip
mengenai hubungan saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan
Alam, lingkungan sekitar, kemajuan teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar
dan memecahkan masalah sehingga dapat membuat keputusan.
5. Meningkatkan rasa sadar agar ikut berperan serta menjaga,
memelihara, serta melestarikan lingkungan sekitar.
6. Meningkatkan kesadaran supaya bisa menghargai alam dengan segala
keteraturannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
7. Mendapatkan bekal pengetahuan, keterampilan, dan konsep IPA
sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya.
Pembelajaran IPA di kelas SD merupakan pembelajaran IPA
disesuaikan dengan tahap-tahap kognitif siswa. Menurut teori Piaget (dalam
Haditomo 2004:220) menyebutkan secara umum anak SD tahap berfikirnya
masih dalam tahap operasional konkret, dimana dalam usia ini anak melakukan
6. 6
sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak memandang dunia adalah
keseluruhan yang utuh. Berdasarkan teori diatas dapat dijelaskan bahwa siswa
SD dalam belajar masih membutuhkan benda-benda yang bersifat konkret,
sehingga dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasana belajar
yang kondusif bagi siswa agar pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih
bermakna.
B. Konsep Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013
Sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pendekatan
ilmiah atau pendekatan scientific jika memenuhi beberapa kriteria seperti
pendapat dari Daryanto (2014), yaitu:
1. Materi pembelajaran berdasarkan fakta yang bisa dijelaskan dengan
logika ataupun penalaran ilmiah; bukan sebatas kira-kira.
2. Penjelasan dari guru, respon siswa, serta interaksi edukatif antara guru
dan siswa terbebas dari penalaran yang menyimpang dari alur
prasangka tidak beralasan atau berdasar.
3. Dapat memberi inspirasi kepada siswa untuk berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mampu mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu berpikir
hipotetik dalam melihat kesamaan, perbedaan, dan tautan antar sesama
teman dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu memahami dan
mengembangkan, kemudian menerapkan pola pikir yang rasional dan
objektif untuk merespon materi pembelajaran yang diajarkan.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara singkat dan jelas, namun
penyajiannya mampu menarik minat dan perhatian belajar.
Langkah-langkah pembelajaran scientific yang disampaikan oleh E.
Mulyasa (2013: 103) ada lima (5) yaitu,
1. Observing atau mengamati;
7. 7
2. Questioning atau menanya;
3. Associating atau menalar;
4. Experimening atau mencoba; dan
5. Networking atau membentuk jejaring.
Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah, para saintis lebih mementingkan penggunaan
pelararan induktif (inductive reasoning) daripada penggunaan penalaran
deduktif (deductive reasoning).
C. Pembelajaran Kooperatif dan Metode Kerja Kelompok
Menurut Kauchak (1998:234) berpendapat bahwa Cooperative
Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar bersama,
saling membantu antar sesama yang telah disepakati bersama kompetensi atau
tujuan yang ingin dicapai, setiap siswa memiliki akuntabilitas pribadi dan wajib
memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan.
Siswa seringkali berkompetisi dengan siswa lainnya agar lebih diakui
dan dikenal oleh gurunya sebagai anak yang pintar dan mendapatkan peringkat
terbaik di kelasnya. Strategi Cooperative Learning memiliki tujuan yang perlu
disepakati bersama, yaitu membentuk image bahwa kelas mereka
mengedepankan kerjasama, kebersamaan, dan saling membantu antar
temannya demi mencapai keberhasilan setiap siswa untuk mencapai
kompetensi yang ideal. Bukan mengutamakan kompetisi untuk saling
menjatuhkan antar siswa.
Dalam pendekatan kooperatif, siswa mempunyai dua tanggung jawab
sekaligus, yaitu belajar materi yang telah direncanakan dan meningkatkan kerja
sama diantara semua anggota kelompok. Menurut Ali Sudin (2014:106), dalam
pembelajaran kooperatif harus mampu menunjukkan empat hal yaitu (1)
perilaku kerjasama antar anggota kelompok), (2) memberikan sesuatu insentif
kepada masing-masing anggota kelompoknya, (3) dalam satu kelompok perlu
saling membantu dan bekerjasama antara siswa yang kuat dan lemah, dan (4)
mengembangkan motif atau membudayakan kerjasama yang baik.
8. 8
Metode kerja kelompok merupakan sebuah metode mengajar dengan
mengkondisikan siswa pada suatu kelompok menjadi satu kesatuan dan
diberikan tugas atau petunjuk untuk dibahas dalam kelompok diskusi tersebut.
Menurut Moedjiono (1992:62), metode kerja kelompok adalah format belajar
mengajar guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama-sama yang
menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu
kelompok. Oleh karenanya, guru seharusnya bisa memfasilitasi siswa dengan
menyediakan bahan pembelajaran sehingga bisa mengaktifkan siswa
berkolaborasi dan bekerjasama dalam kelompok.
Dalam kegiatan kelompok, siswa harus belajar menerima pendapat
siswa lain dan mendorong siswa lain untuk mengemukakan pendapatnya.
Melalui kegiatan kelompok, siswa akan saling membantu, bukan saling
mengejek atau mejatuhkan. Selain itu, siswa juga belajar menerima serta
menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota kelompoknya.
Oemar Hamalik (2002) mengemukakan enam hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan kelompok
yaitu: (1) perilaku yang diharapkan, (2) kepemimpinan, (3) pola persahabatan
siswa, (4) norma, (5) kemampuan berkomunikasi, (6) kebersamaan.
D. Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Moeliono (1990:700) adalah hasil yang
berhasil dicapai (dari proses pembelajaran). Sedangkan, menurut Harahap
(dalam Djamarah, 1994:21) prestasi belajar adalah penilaian pendidikan
tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berhubungan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum. Sardiman (dalam Djamarah, 1994:21) mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil dari serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik
untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya yang bersangkutpaut dengan
ranah afektif, kognitif, psikomotorik, unsur cipta, rasa, dan karsa.
Muslich (2007:64) mengemukakan bahwa dalam proses belajar
mengajar hendaknya bercirikan hal sebagai berikut; 1) mengalami dan
9. 9
bereksplorasi, 2) interaksi, 3) komunikasi, 4) refleksi. Jika hal tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik maka prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian perbaikan pembelajaran adalah siswa kelas 4 SD
Negeri 3 Candirenggo Kecamatan Singosari sebanyak 24 siswa. Terdiri
dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 3
Candirenggo Kecamatan Singosari Kab. Malang yang merupakan tempat
peneliti mengajar saat ini. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini dengan
alasan agar peneliti tidak sampai meninggalkan kewajibannya sebagai
pengajar. Selain itu peneliti juga sudah mengenal karakteristik siswanya.
3. Waktu Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan yaitu dimulai bulan April sampai Mei tahun 2022. Karena
keterbatasan waktu penelitian, peneliti membatasi perbaikan pembelajaran
pada materi tema 8 ”Daerah Tempat Tinggalku” mata pelajaran IPA materi
pokok Gaya, kompetensi dasar ”Menghubungkan gaya dengan gerak pada
peristiwa di lingkungan sekitar”.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
(Hoppkins, dalam Wiraatmajda, 2006). Penelitian ini bersifat individual dan
luwes. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas tidak menyita banyak waktu
sebab peneliti melakukan penelitian tanpa meninggalkan tugas mengajarnya.
Adapun rincian waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
10. 10
Tabel 3.1 Kegiatan perencanaan perbaikan pembelajaran tiap siklus
No Kegiatan
Tanggal
Pelaksanaan
Materi
Pelajaran
Kelas Keterangan
1 Pra tindakan 26 April 2022 Gaya IV
2 Siklus I 17 Mei 2022 Gaya IV
3 Siklus II 21 Mei 2022 Gaya IV
Perbaikan pembelajaran direncanakan sebanyak 2 siklus dimana setiap
siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Hasil identifikasi dan analisis masalah pada pra tindakan menjadi
acuan untuk menentukan alternatif masalah yang digunakan pada perbaikan
pembelajaran.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dari hasil identifikasi dan analisis masalah pada pra tindakan,
diketahui bahwa permasalahan yang terjadi adalah kegiatan diskusi
kelompok tidak berjalan dengan baik. Untuk mencapai tujuan
perbaikan maka langkah-langkah persiapan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
➢ Menentukan pendekatan pembelajaran
➢ Membuat skenario pembelajaran berupa RPP
➢ Menyiapkan kelengkapan pembelajaran, meliputi sarana
pembelajaran, lembar kegiatan kelompok, dan lembar
evaluasi
➢ Membuat lembar pengamatan untuk siswa dan guru sesuai
dengan format yang sudah tersedia
b. Pelaksanaan
Melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan skenario:
➢ Melaksanakan kegiatan pendahuluan meliputi: Salam, berdoa,
presensi, apersepsi, menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran.
11. 11
➢ Siswa membentuk diskusi kelompok berdasarkan pembagian
oleh guru.
➢ Siswa mendapatkan LKK dari guru dan mendiskusikan
bersama kelompoknya.
➢ Guru memberi penguatan tentang pentingnya menjalin
komunikasi antar anggota diskusi.
➢ Perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi secara
bergantian, Kelompok lain memberikan tanggapan.
➢ Kegiatan penutup ,meliputi: kesimpulan, tes evaluasi,
menyampaikan pesan moral, diakhiri dengan doa.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah
kegiatan diskusi siswa dan keterampilan guru mengajar. Instrumen
pengamatan menggunakan lembar observasi, dokumentasi, dan catatan
lapangan.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, supervisor 2 menyampaikan hasil pengamatan
selama perbaikan pembelajaran berdasarkan lembar pengamatan,
dokumentasi, maupun catatan lapangan. Data yang diperoleh
supervisor 2 digunakan sebagai bahan analisis untuk mengetahui
tingkat keberhasilan proses perbaikan meliputi keberhasilan model
pembelajaran dan juga ketuntasan belajar siswa. Hasil analisis data
digunakan sebagai acuan menentukan tahap berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Masukan dari supervisor 2 pada pembelajaran siklus 1 dijadikan
acuan untuk merencanakan peningkatan kualitas pembelajaran. Pada
tahap perencanaan yang harus disiapkan adalah instrumen penelitian
diantaranya adalah :
12. 12
➢ Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) melalui pendekatan
Cooperative Learning mata pelajaran IPA materi Gaya.
➢ Lembar Kegiatan Kelompok yang akan dilaksanakan siswa
secara berkelompok dalam kegiatan belajar mengajar.
➢ Lembar observasi dan refleksi tentang pelaksanaan perbaikan
pembelajaran.
➢ Tes evaluasi hasil belajar.
b. Pelaksanaan
Setelah merencanakan perbaikan pembelajaran secara matang ,
peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang
sudah dikonsultasikan kepada supervisor 2. Melaksanakan perbaikan
pembelajaran sesuai dengan skenario:
➢ Melaksanakan kegiatan pendahuluan meliputi: Salam, berdoa,
presensi, apersepsi, menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran.
➢ Siswa membentuk diskusi kelompok berdasarkan pembagian
oleh guru
➢ Siswa mendapatkan LKK dari guru dan mendiskusikan
bersama kelompoknya
➢ Guru memberi penguatan tentang pentingnya menjalin
komunikasi antar anggota diskusi
➢ Perwakilan kelompok diskusi menyampaikan hasil diskusi
secara bergantian
➢ Kelompok lain memberikan tanggapan hasil presentasi
➢ Kegiatan penutup ,meliputi: kesimpulan, tes evaluasi,
menyampaikan pesan moral, diakhiri dengan doa.
c. Pengamatan
Kegiatan observasi (pengamatan) dilaksanakan selama perbaikan
pembelajaran berlangsung. Subjek yang diamati adalah guru sebagai
peneliti dan juga siswa. Dalam melakukan pengamatan, peneliti
dibantu supervisor 2. Yang perlu diamati selama kegiatan adalah:
13. 13
➢ kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan skenario yang
sudah direncanakan;
➢ keterlaksanaan model pembelajaran yang ditentukan peneliti;
➢ kejadian selama proses perbaikan
Instrumen pengamatan menggunakan lembar observasi,
dokumentasi, dan catatan lapangan.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, supervisor 2 menyampaikan hasil pengamatan
selama perbaikan pembelajaran berdasarkan lembar pengamatan,
dokumentasi, maupun catatan lapangan. Data yang diperoleh
supervisor 2 digunakan sebagai bahan analisis untuk mengetahui
tingkat keberhasilan proses perbaikan meliputi keberhasilan model
pembelajaran dan juga ketuntasan belajar siswa. Jika tujuan perbaikan
masih belum tercapai maka diperlukan siklus berikutnya. Kelemahan
dan kendala yang terjadi selama pembelajaran akan dijadikan acuan
untuk pembelajaran. Namun jika tujuan perbaikan sudah tercapai maka
tindakan perbaikan sudah tidak diperlukan.
C. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah mereduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan, verifikasi, dan refleksi.
1. Reduksi Data
Proses mereduksi data diperoleh dari hasil pengamatan lapangan
serta wawancara singkat dengan narasumber ditulis berupa rekaman data,
dirangkum, dikelompokkan, kemudian dipilih hal yang pokok. Setelah itu
dilihat polanya. Jadi, bahan data mentah singkat sebagai rekaman data
disusun secara sistematis, ditonjolkan hal-hal yang pokok sehingga hasil
pengamatan lebih tajam dalam penelitian.
2. Penyajian Data
Reduksi data yang sudah diolah dan dikelompokkan, kemudian
dideskripsikan menggunakan kata-kata atau grafik untuk dilihat bagian
14. 14
tertentu ataupun gambaran secara keseluruhan. Kemudian data disajikan
dalam bentuk paparan data.
3. Penarikan kesimpulan, verifikasi, dan refleksi
Data yang sudah dipaparkan kemudian dicari hubungan, pola, atau
perihal lain yang sering muncul dari data tadi, dan setelah itu dihasilkan
kesimpulan sementara yang kita sebut temuan peneliti. Penarikan
kesimpulan dilakukan oleh temuan peneliti dalam bentuk indikator yang
berikutnya diberikan refleksi atau pemaknaan sehingga dihasilkan
kesimpulan akhir.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi
dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1. Lembar observasi pengelolaan pembelajaran
Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif oleh pengamat dengan
memberikan skor pada tiap aspek yang diamati dinilai dengan skala
penilaian sebagai berikut :
A : Sempurna C : Baik
B : Sangat Baik D : Cukup (Depdiknas, 2004 : 218)
2. Tes hasil belajar siswa
Analisis data tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengecek
hasil kompetensi pengetahuan siswa sebagai dampak adanya perbaikan
proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan pendekatan Cooperative
Learning. Penentuan peningkatan kompetensi pengetahuan belajar siswa
dapat dianalisis menggunakan statistik prosentase ( % ) sebagai berikut :
Daya serap = %
100
x
maksimal
nilai
Jumlah
nilai
Jumlah
Siswa dianggap tuntas dalam kegiatan belajar jika daya serap siswa
mencapai 75%. Sedangkan ketuntasan kelas menggunakan persamaan :
Ketuntasan Kelas = %
100
x
siswa
total
Jumlah
tuntas
yang
siswa
Jumlah
(Depdiknas, 2004 : 218)
15. 15
Siswa secara kelompok (kelas) dinyatakan tuntas dalam kegiatan
belajar jika ketuntasan kelas mencapai 85%. (Depdiknas, 2004 : 218)
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu berupa satuan pelajaran yang dibuat oleh
peneliti bersama kolaborator dengan menggunakan foto-foto yang diambil
mulai dari proses awal belajar mengajar sampai selesai di kelas IV SD
Negeri 3 Candirenggo.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran/ kegiatan
Pengembangan
1. Siklus I
a. Perencanaan perbaikan
Pada tahap perencanaan, peneliti mencoba menerapkan
pendekatan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan peran
anggota diskusi kelompok. Mata pelajaran yang dipilih adalah IPA
dengan materi gaya. Kemudian peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari RPP, lembar pengamatan, lembar
kegitan kelompok (LKK), dan lembar evaluasi (terlampir). Dalam
merencanakan perbaikan, peneliti mendapat masukan dari teman
sejawat yaitu ibu Yusnita, S.Pd selaku supervisor 2.
b. Pelaksanaan perbaikan
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 17 Mei 2022. Pada tahap pelaksanaan perbaikan, peneliti
bertindak sebagai guru, sedangkan supervisor 2 membantu dalam
mengamati setiap kejadian selama proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran mengacu pada skenario dalam RPP perbaikan yang
sudah dikonsultasikan kepada supervisor 2 menggunakan pendekatan
Cooperative Learning.
Kegiatan diawali dengan salam kemudian guru menanyakan kabar
siswa, yang diikuti dengan yel-yel penyemangat. Setelah itu salah satu
16. 16
siswa memimpin berdoa dilanjutkan membaca teks Pancasila sebagai
pembiasaan. Sebagai pengantar materi, guru melakukan tanya jawab
seputar gambar media yang ditampilkan kemudian menghubungkan
dengan materi dan tujuan pembelajaran hari ini.
Pada kegiatan inti, guru membentuk kelompok diskusi secara
merata sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Masing-masing
kelompok menerima LKK sebagai petunjuk melakukan diskusi.
Sebelum melaksanakan diskusi, guru memberikan penguatan tentang
pentingnya bekerja sama dalam kelompok diskusi. Jangan sampai
kegiatan diskusi dikuasai atau dimonopoli oleh siswa tertentu saja,
karena setiap anggota kelompok diskusi punya hak untuk berpendapat
atau mendapat ilmu. Setelah selesai diskusi, beberapa perwakilan
kelompok mempresentasikan hasilnya sedangkan kelompok lain
memperhatikan dan memberikan tanggapan.
Setelah membuat kesimpulan, guru memberikan tes evaluasi untuk
mengukur kemampuan masing-masing siswa dalam memperoleh
pengetahuan. Tidak lupa guru juga memberikan tugas untuk dikerjakan
di rumah dengan pendampingan orang tua. Pembelajaran ditutup
dengan berdoa dan salam
c. Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, guru sudah melaksanakan
pembelajaran dengan sangat baik dan sudah berjalan sistematis. Tetapi
guru kurang dalam mengelola ruang dan kelengkapan fasilitas belajar.
Nilai keterampilan siswa selama siklus I sudah cukup baik dengan
mayoritas sudah berada dalam kategori B, tetapi sedikit yang masuk
kategori A. Terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dan kurangnya
kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Data hasil prestasi belajar
siswa menunjukkan yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 16
siswa (66,67%) dengan nilai rata-rata kelas kelas adalah 74,48.
Dari data di atas maka dapat dikatakan bahwa secara klasikal
pembelajaran pada siklus I belum mencapai ketuntasan karena rata-rata
17. 17
kelas masih di bawah KKM yaitu 75 dan ketuntasan belajar masih
dibawah 85%, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
d. Refleksi
Ada beberapa catatan yang diberikan supervisor kepada peneliti,
yaitu sebagai berikut:
➢ Kelemahan :
- Penggunaan media gambar masih belum maksimal
- Tidak ada pemberian nama kelompok
- Kurangnya pemberian reward kepada kelompok
- Ada beberapa siswa yang tidak berpartisipasi aktif dalam
kegiatan diskusi karena faktor sosial
➢ Kelebihan :
- Kegiatan diskusi kelompok berjalan dengan baik
- Siswa terlibat aktif dengan melakukan demonstrasi
- Pemberian pesan moral berkaitan dengan materi Gaya
➢ Upaya perbaikan pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi di atas, supervisor 2 berusaha
memberikan masukan untuk perbaikan pembelajaran pada
siklus berikutnya, yaitu:
- Sebaiknya media pembelajaran diperbesar agar jelas.
- Ada baiknya jika kelompok yang aktif diberi reward
(seperti tanda bintang atau permen).
- Agar siswa lebih antusias dalam kegiatan kelompok,
sebaiknya di setiap meja kelompok diberi nama.
2. Siklus II
Kegiatan perbaikan pembelajaran di siklus II dilaksanakan
melalui empat (4) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
(observasi), dan refleksi.
a. Perencanaan perbaikan
Pada tahap perencanaan, peneliti merevisi skenario pembelajaran
dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
18. 18
Saran dan kritikan dari supervisor 2 dijadikan acuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran serta meningkatkan dampak
penerapan Cooperative Learning. Kemudian peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, lembar pengamatan,
lembar kegitan kelompok (LKK), dan lembar evaluasi (terlampir).
Dalam merencanakan perbaikan, peneliti mendapat masukan dari
teman sejawat yaitu ibu Yusnita, S.Pd selaku supervisor 2.
b. Pelaksanaan perbaikan
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 21 Mei 2022. Pada tahap pelaksanaan perbaikan, peneliti
bertindak sebagai guru, sedangkan supervisor 2 membantu dalam
mengamati setiap kejadian selama proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran mengacu pada skenario dalam RPP perbaikan yang
sudah dikonsultasikan kepada supervisor 2 menggunakan pendekatan
Cooperative Learning.
Kegiatan diawali dengan salam dan mengecek kehadiran siswa.
Setelah itu salah satu siswa memimpin berdoa dan dilanjutkan
membaca teks Pancasila. Sebagai pengantar materi, guru menampilkan
sebuah cuplikan video kemudian melakukan tanya jawab seputar video
tersebut. Dari hasil tanya jawab, guru menghubungkan dengan materi
dan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru membentuk kelompok diskusi secara
merata menyesuaikan tingkat kemampuan berpikir dan komunikasi
sosial. Masing-masing kelompok menerima LKK sebagai petunjuk
melakukan diskusi. Sebelum melaksanakan diskusi, guru memberikan
penguatan tentang pentingnya bekerja sama dalam kelompok diskusi.
Jangan sampai kegiatan diskusi dikuasai atau dimonopoli oleh siswa
tertentu saja. Setelah selesai diskusi, beberapa perwakilan kelompok
mempresentasikan hasilnya sedangkan kelompok lain memperhatikan
dan memberikan tanggapan. Guru memberikan reward kepada
kelompok yang ikut berpartisipasi, baik itu kelompok yang
19. 19
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya maupun kelompok yang
memberikan tanggapan terhadap kelompok presentasi.
Setelah membuat kesimpulan, guru memberikan tes evaluasi untuk
mengukur kemampuan masing-masing siswa dalam memperoleh
pengetahuan. Tidak lupa guru juga memberikan tugas untuk dikerjakan
di rumah dengan pendampingan orang tua. Sebelum menutup
pembelajaran, guru menyampaikan pesan moral untuk memnafaatkan
gaya dengan bijak. Pembelajaran ditutup dengan berdoa dan salam.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat penilaian dan
lembar observasi dengan hasil observasi sebagai berikut.
Dari hasil pengamatan, guru sudah melaksanakan pembelajaran
dengan sangat baik dan sudah berjalan sistematis sesuai dengan
instrumen yang direncanakan. Tujuan pembelajaran juga sudah
tercapai, guru mampu memaksimalkan diskusi kelompok.
Keterampilan siswa selama siklus II juga mengalami peningkatan dan
sudah mencapai ketuntasan belajar. Mayoritas sudah berada dalam
kategori A. Hanya beberapa siswa masuk kategori B. Data hasil
prestasi belajar, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22
siswa (91,67%) dengan nilai rata-rata kelas 84,38.
Dari data di atas maka dapat dikatakan bahwa secara klasikal
pembelajaran pada siklus II sudah mencapai ketuntasan karena rata-
rata kelas di atas KKM yaitu 75 dan ketuntasan belajar di atas 85%.
d. Refleksi
Catatan yang diberikan supervisor kepada peneliti, yaitu:
➢ Kelemahan :
- Komunikasi tidak berjalan lancar karena guru lupa dengan
kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang sudah dibuat.
➢ Kelebihan :
- Kegiatan diskusi kelompok berjalan lancar dan tertib.
20. 20
- Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai telah tersampaikan
dengan baik.
- Menggunakan media audia visual yang sangat menarik
perhatian siswa.
- Menyisipkan pesan moral selama proses pembelajaran
sehingga pembelajaran menajdi bermakna bagi siswa.
➢ Upaya perbaikan pembelajaran
Guru hendaknya mempelajari skenario pembelajaran yang
sudah dibuat sehingga penyampaian pembelajaran dapat
berjalan lebih lancar.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran/ kegiatan
Pengembangan
1. Pelaksanaan pendekatan Cooperative Learning
Pada pembelajaran siklus I, guru sudah menerapkan metode
Cooperative Learning. Guru mengkondisikan kelas agar siswa dapat saling
bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar. Namun diantara beberapa
siswa masih ada yang tampak pasif selama kegiatan diskusi. Meskipun dia
tidak ikut mengerjakan tetapi tugas kelompok akan diselesaikan oleh
anggota kelompok lainnya. Disini peneliti menjelaskan pada siswa tersebut
bahwa dalam kegiatan diskusi kelompok yang dinilai bukan hanya hasilnya
saja, tetapi juga proses diskusinya, seperti : aktif menyampaikan pendapat,
bertanya jika belum memahami kegiatan di LKK, dan saling bekerja sama
menyelesaikan masalah yang ada di LKK.
Pada pembelajaran siklus II situasi kelas terlihat begitu aktif.
Peneliti selaku guru menanamkan konsep pada siswa bahwa jika ingin
mendapat ilmu maka kita harus aktif mencari, tidak hanya sekedar
menunggu. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan juga supervisor,
siswa yang berkemampuan tinggi mengajari siswa yang berkemampuan
sedang dan rendah. Kejadian monopoli diskusi tidak lagi nampak seperti
yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya. Semua siswa tampak aktif
dalam kegiatan pembelajaran karena meskipun ada siswa yang merasa
21. 21
tidak bisa, mereka bisa bertanya kepada temannya. Guru tetap
membimbing siswa yang berkemampuan rendah untuk memotivasi agar
tetap semangat dan antusias dalam belajar sehingga mendapat hasil yang
bagus.
Kauchak (1998:234) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) merupakan belajar yang dilakukan bersama-sama,
saling membantu antar sesama, dan juga mereka telah menyepakati
kompetensi atau tujuan yang akan dicapai, masing-masing memiliki
akuntabilitas individual dan harus mempunyai kesempatan yang sama
untuk mencapai kesuksesan. Dari kegiatan di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran IPA telah berhasil dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif. Terjalin kerja sama antara siswa dengan siswa dan juga antara
siswa dengan guru.
2. Pembahasan Hasil Observasi Tiap Siklus
a. Pembahasan pengelolaan pembelajaran tiap siklus
Pada saat KBM berlangsung, guru menekankan penguasaan
konsep dan kerja yang baik antar siswa dalam kelompok. Hal ini
mengacu pada pendapat dari Moedjiono (1992:62), metode kerja
kelompok adalah format belajar mengajar guna menyelesaikan tugas
belajar secara bersama-sama yang menitikberatkan kepada interaksi
antara anggota yang lain dalam suatu kelompok. Dengan adanya
interaksi yang baik memungkinkan siswa yang memilliki kemampuan
rendah untuk bertanya jika mereka mengalami kesulitan atau masalah
dalam proses pembelajaran, terutama materi yang belum mereka
pahami. Terjadi peningkatan skor kegiatan pembelajaran yang
dilakukan peneliti dari perbaikan pembelajaran siklus I ke siklus II
sebesar 6,03 dari 89,05 menjadi 95,08.
b. Pembahasan Keterampilan Belajar Siswa Tiap Siklus
Melalui kegiatan Cooperatif Learning, siswa tampak mengalami
peningkatan dalam hal keaktifan belajar selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa yang memiliki kemampuan kurang, tidak takut
22. 22
atau malu untuk bertanya. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
lebih tinggi juga tidak lagi menguasai atau memonopoli kegiatan
diskusi. Carin (dalam Cahya Barlambang, 1998 : 29) mengemukakan
bahwa banyak siswa belajar lebih efektif dalam situasi belajar
kelompok. Lebih jelasnya peningkatan keterampilan belajar siswa tiap
siklus bisa dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.1 Perbandingan Rata-Rata Keterampilan Belajar Siswa Tiap siklus
c. Pembahasan Prestasi Belajar Tiap Siklus
Meningkatnya keaktifan belajar siswa berdampak pada prestasi
belajar yang diperoleh siswa. Mereka bisa menyelesaikan soal evaluasi
yang diberikan oleh guru, meskipun tidak secara 100% karena mereka
kurang teliti dalam memahami maksud dari pertanyaan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Muslich (2007:64) yang mengemukakan bahwa
dalam proses belajar mengajar hendaknya bercirikan hal sebagai
berikut; 1) mengalami dan bereksplorasi, 2) interaksi, 3) komunikasi,
4) refleksi. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka
prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
Gambar 4.2 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus
16
8
22
2
0
5
10
15
20
25
Tuntas Tidak Tuntas
Siklus I
Siklus II
69,54 73,42 70,13 71,03
83,75 83,96 83,33 83,68
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Keaktifan Kerjasama Menyelesaikan
Masalah
Rata-Rata
Siklus I
Siklus II
23. 23
Peningkatan ketuntasan belajar, berdampak pada nilai rata-rata
siswa dari siklus I ke siklus II Pada pembelajaran siklus I nilai rata-
rata siswa adalah 74,48, sedangkan pada pembelajaran siklus II
meningkat sebesar 9,90 menjadi 84,38. Jadi, secara keseluruhan tujuan
penelitian telah dicapai karena prestasi belajar siswa terus mengalami
peningkatan dan mencapai ketuntasan belajar sebagai dampak dari
penerapan pendekatan Cooperative Learning pada pembelajaran IPA
materi gaya kelas 4.
V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pemaparan data dan pembahasan di atas, maka dapat
kita simpulkan sebagai berikut.
1. Kemampuan siswa yang berbeda-beda membuat diskusi kelompok
tidak dapat berjalan lancar. Ada beberapa siswa yang menguasai
kegiatan diskusi dengan harapan mendapat nilai paling baik.
2. Sebagian siswa menganggap diskusi kelompok sebagai kompetisi antar
sesama anggota, bukan kebersamaan ataupun kerjasama.
3. Dalam pendekatan Cooperative Learning bukan kompetisi yang
dikedepankan, tapi kebersamaan dan kerja sama serta saling membantu
antar anggota kelompok demi mencapai keberhasilan masing-masing
siswa dalam mencapai kompetensi ideal.
4. Pembelajaran pendekatan Cooperatie Learning dapat meningkatkan
aspek keterampilan belajar siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo
mata pelajaran IPA materi gaya.
5. Meningkatnya keterampilan belajar siswa, berdampak pada
meningkatnya prestasi belajar siswa kelas 4 SD Negeri 3 Candirenggo
mata pelajaran IPA materi gaya.
6. Pembelajaran kooperatif secara tidak langsung melatih siswa untuk
berinteraksi atau hubungan sosial sesama teman ataupun guru.
24. 24
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan beberapa saran yang
berkenaan dengan pemanfaatan hasil-hasil penelitian sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya menanamkan pola pikir bahwa berkompetisi tidak
harus dengan sesama teman, melainkan berkompetisi dengan hari
kemarin agar menjadi lebih baik.
2. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru hendaknya dipersiapkan
dengan baik, agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Guru hendaknya selalu memberikan motivasi belajar kepada siswa
untuk selalu menjalin kerjasama selama kegiatan diskusi kelompok
atau diskusi kelas, agar mereka ikut terlibat aktif dalam diskusi
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi mereka.
4. Untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan,
guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi, sehingga siswa merasa senang dan tidak bosan dalam
kegiatan belajar.
5. Sebagai peneliti, hendaknya pendekatan Cooperative Learning dapat
diterapkan pada mata pelajaran lainnya yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2005. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo
Barlambang, Cahya (1998). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Gava Media.
Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional
Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan (Petunjuk Pelaksanaan
Praktis).
25. 25
Eggen & Kauchak (1998) . Methods for Teaching. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Faiq, M. 2013. Karakterisik Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Kurikulum
2013.[online]. Tersedia:
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/karakteristik-
pendekatan-ilmiah-scientific-dalam-kurikulum-2013.html [diakses 5 Mei
2022]
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan
Scientific.(Powerpoint). Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyasa. H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta:
BumiAksara
Soerjono, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudin, Ali. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.