SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 21
Baixar para ler offline
RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN
PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK
PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP)
Budi Raharjo, STP, MSi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian untuk
Peningkatan Indeks Pertanaman
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Kol. H. Burlian No. 83 Km. 6 Palembang
4. Sumber Dana : DIPA TA. 2018
5. Status Kegiatan : Lanjutan
6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Budi Raharjo, STP.,M.Si.
b. Pangkat / Golongan : Pembina/ IV a
c. Jabatan : Peneliti Madya
7. Lokasi : Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel
8. Agroekosistem : Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering
9. Tahun Mulai : 2017
10. Tahun Selesai : 2018
11. Output : Peningkatan IP:
1. Diterapkannya paket teknologi mendukung inovasi
pertanian dalam peningkatan IP sawah tadah hujan
dan lahan kering.
2. Tersideminasinya paket teknologi mendukung inovasi
pertanian dalam peningkatan IP sawah tadah hujan
dan lahan kering.
Pola Tanam:
1. Terlaksananya Sosialisasi, Verifikasi, dan Uji-
Adaptasi paket teknologi (waktu tanam, luas tanam,
pola tanam setahun, varietas, dosis pupuk,
kerentanan hama/penyakit, dan alsintan) Sistem
Informasi Kalander Tanam MH 2017/2018 dan MK
2018.
2. Data/informasi realisasi waktu tanam dan luas
tambah tanam (LTT) Pajale pada MH 2017/2018
dan MK 2018.
3. Diperolehnya alternatif pola tanam setahun yang
dapat dikembangkan untuk perencanaan pola tanam
pada tahun mendatang.
Survey SDA:
Terlaksananya survey sumberdaya air (SDA) di Provinsi
Sumatera Selatan
2
Koordinator Program Penanggung Jawab
Budi Raharjo, STP.,M.Si.
NIP 19710828 20003 1 001
Budi Raharjo, STP.,M.Si.
NIP 19710828 20003 1 001
Mengetahui
Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian,
Kepala Balai,
Dr.Ir. Haris Syahbudin, DEA
NIP. 19650415 199203 1 001
Dr. Ir. Priatna Sasmita, MSi
NIP 19641104 199203 1 001
3
RINGKASAN
Tantangan penyediaan pangan akan terus menjadi dan semakin berat, disamping
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga, produksi pangan juga dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan bahan untuk pakan, bahan baku industri pengolahan
pangan dan energi. Dalam penyediaan pangan khususnya padi, hambatan dan
masalah yang menjadi ganjalan dalam peningkatan produksi pangan utamanya adalah;
(1) Terbatasnya sumberdaya pertanian terutama sumberdaya lahan dan air,
sumberdaya manusia dan penerapan iptek, dan (2) Disamping itu adanya faktor
perubahan iklim global telah mempengaruhi sistem produksi dan meningkatkan resiko
produksi pertanian. Potensi peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan an
lahan kering di Sumsel masih sangat besar. Saat ini pemanfaatannya masih sederhana,
teknologi yang diterapkan oleh petani sebagian besar masih teknologi berdasarkan
petani, sehingga produktivitas yang dicapai masih rendah dan sangat bervariasi dari
satu lokasi ke lokasi lainnya (yaitu sekitar 1 – 3 t/ha). Sebagian besar lahan sawah
tadah hujan dan lahan kering yang ada pada saat ini, hanya ditanami sekali dengan
padi dalam setahun, padahal sesungguhnya masih dapat diusahakan tanaman palawija
setelah panen padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan varietas
yang sesuai, dan dengan teknologi budidaya yang tepat, produktivitas padi, jagung
dan kedelai di sawah tadah hujan dan lahan kering dapat menyamai provitas tanaman
di agroekosistem lainnya (sawah irigasi). Tujuan dari pengkajian ‘Dukungan Inovasi
untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai di Lahan Suboptimal
Sumatera Selatan”m yaitu: (1) Mengidentifikasi dan inventarisasi potensi pemanfaatan
lahan suboptimal untuk pembangunan infrastruktur dan tata kelola air,(2)
Menginventarisasi potensi indeks pertanaman, pola tanam, infrastruktur dan tata kelola
air, serta kelembagaannya pada kondisi eksisting,(3) Melaksanakan koordinasi dan
sinkronisasi kegiatan di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan dengan instansi
terkait,(4) Melakukan pengkajian dukungan inovasi pertanian dalam peningkatan IP
lahan suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering. Adapun ruang lingkup kegitan
meliputi: (1) Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dengan dinas/instansi lingkup
pertanian di level Provinsi Sumatera dan Kabupaten OKI , (2) Survei RRA untuk
menginventarisasi potensi indeks pertanaman, pola tanam, infrastruktur dan tata kelola
air, serta kelembagaannya pada kondisi eksisting, (3) Identifikasi dan inventarisasi
potensi pemanfaatan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan tata kelola air, (4)
Pelaksanaan pengkajian dukungan inovasi pertanian dalam peningkatan IP sawah
tadah hujan (IP 300) dan lahan kering (IP 200) di lahan petani dengan menerapkan
teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai dengan pendekatan PTT, (5) Pengawalan
dan pendampingan teknologi oleh tim pengkajian, dan (6) Pertemuan kelompok. Serta
(7) Pertemuan lapang. Pengkajian ini direncanakan di Kabupaten Ogan Komering Ilir
pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Petani terlibat atau kooperator dipilih
pada satu hamparan dengan luas 8,0 ha dengan mempertimbangkan ketersedian
sumber daya air di lokasi tersebut. Pelaksanaan dilakukan pada musim tanam kedua
MK 1(musim kemarau 1) dan MK 2 2018.
4
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tantangan penyediaan pangan akan terus menjadi dan semakin berat,
disamping untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga, produksi pangan juga
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan untuk pakan, bahan baku industri
pengolahan pangan dan energi. Dalam penyediaan pangan khususnya padi, hambatan
dan masalah yang menjadi ganjalan dalam peningkatan produksi pangan utamanya
adalah; (1) Terbatasnya sumberdaya pertanian terutama sumberdaya lahan dan air,
sumberdaya manusia dan penerapan iptek, dan (2) Disamping itu adanya faktor
perubahan iklim global telah mempengaruhi sistem produksi dan meningkatkan resiko
produksi pertanian.
Swasembada Pangan merupakan prasyarat terbangunnya ketahanan,
kemandirian dan kedaulatan pangan. Agenda pemerintah mewujudkan kedaulatan
pangan melalui swasembada padi, jagung, kedele, harus di dukung sepenuhnya.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi lahan
yang luas yang terdistribusi pada beberapa agroekosistem yang spesifik.
Potensi lahan pertanian di Sumsel berdasarkan Zona Agroekosistemnya terdiri
dari: lahan rawa pasang surut, rawa lebak, irigasi, lahan kering dan tadah hujan.
Lahan rawa di Sumsel sangat luas, seperti: lahan rawa pasang surut yang potensial
untuk pertanian luasnya mencapai kurang lebih sekitar 980.000 ha, yang baru
direklamasi 360.000 ha dan yang sudah dimanfaatkan kurang lebih seluas 180.000 ha;
lahan rawa lebak seluas 650.000 ha baru dimanfaatkan 190.000 ha; lahan irigasi di
Sumsel relatif luas, diantaranya adalah irigasi teknis Upper Komering (dari 320.000 ha,
baru dimanfaatkan seluas 84.000 ha); dan lahan kering luasnya mencapai kurang lebih
1.462.135 ha dan baru dimanfaatkan seluas 239.244 ha.
Tantangan yang dihadapi usahatani padi pada saat ini semakin beragam,
faktanya yang dikemukakan oleh Abdurachman et al., (2001) menunjukkan bahwa
sejak tahun 1994, peningkatan luas panen dan produksi padi sawah semakin kecil,
sedangkan produktivitas nampaknya telah mencapai titik maksimum yaitu rata-rata 4,6
t/ha. Sedangkan menurut Sri Adiningsih et al., (1995) dalam periode tahun-tahun
terakhir ini peningkatan produktivitas padi mulai berkurang, tidak sejalan dengan
peningkatan penggunaan pupuk (mengalami pelandaian produktivitas atau levelling
off) dimana hasil yang didapatkan dari setiap unit penambahan input produksi sudah
tidak seimbang lagi dengan biaya yang diinvestasikan oleh petani. Tantangan lain
adalah semakin menyempitnya lahan sawah irigasi yang subur. Di lain pihak tingkat
5
konsumsi beras dan permintaan semakin tinggi. Beban biaya produksi akibat sarana
produksi yang semakin mahal bagi petani, sehingga petani padi cenderung beralih ke
komoditas lain (perkebunan dan hortikultura).
Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi pangan
kita adalah dengan menggali peningkatan produksi padi di lahan kering dan sawah
tadah hujan, yang hingga saat ini belum mendapatkan perhatian. Lahan sawah tadah
hujan dan lahan kering merupakan salah satu sumberdaya yang masih potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber pertumbuhan produksi pangan. Pada saat ini
pemanfaatan lahan tersebut sebagian besar hanya ditanami padi sawah sekali setahun
untuk lahan sawah tadah hujan dan padi gogo atau kedelai atau jagung untuk lahan
kering dengan penerapan teknologi yang sederhana, sehingga banyak mengalami
kegagalan dan kurang produktif.
Masalah utama yang dihadapi pada usahatani di lahan kering dan sawah tadah
hujan adalah ketersediaan air yang terbatas dan tidak menentu, sehingga upaya yang
dapat dilakukan untuk menanggulanginya adalah memilih jenis komoditas dan varietas
yang toleran terhadap kekeringan dan teknologi bercocok tanam yang efisien
memanfaatkan air yang tersedia serta menggali peluang pemanfaatan potensi
sumberdaya alam khususnya air yang tersedia.
Hasil penelitian lapang di Sumsel tentang teknologi pengembangan lahan
sawah tadah hujan dan lahan kering belum banyak yang tersedia dan petani mengelola
hanya berdasarkan atas pengalaman yang mereka laksanakan. Walaupun demikian,
beberapa peneliti telah mengemukakan peluang dari hasil survei antara lain:
Margaretha et al. (1994a); Margaretha et al. (1994 b) telah mengulas tentang
beberapa peluang pengembangan tanaman palawija setelah tanaman padi pada sawah
tadah hujan di beberapa daerah berupa studi kasus di Sulawesi Selatan. Komoditas
kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, jagung, ubijalar maupun sayur-sayuran
masih sangat potensial ditanam segera menyusul tanaman padi pada lahan sawah
tadah hujan selama MK I dan bahkan pada MK II pun masih dapat ditanami apabila
terdapat sumber air. Introduksi varietas setiap jenis komoditas yang toleran kekeringan
yang disertai dengan teknologi tanpa olah tanah dan teknologi budidaya yang sesuai
dengan kondisi setempat memberikan peluang besar untuk meningkatkan
produktivitas, indeks panen sekaligus meningkatkan pendapatan petani.
Khusus teknologi budidaya padi di lahan sawah tadah hujan, Fagi et al. (2002)
mengemukakan beberapa alternatif kegiatan/teknologi untuk meningkatkan produksi
padi pada lahan sawah tadah hujan, yaitu: penanaman varietas unggul, penerapan
6
PTT gogo rancah, pembangunan tandon air (embung), perbaikan mutu dan penekanan
kehilangan hasil (panen dan pasca panen). Lebih lanjut dinyatakan bahwa program
jangka pendek untuk peningkatan intensifikasi lahan sawah tadah hujan adalah dengan
menerapkan padi gora dan walik jerami di Jawa, sedangkan di luar Jawa menanam
varietas unggul dan menerapkan padi sistem gogo rancah. Untuk jangka menengah
dan panjang perlu dikembangkan embung-embung atau penampungan air. Dan untuk
mempertahankan kesuburan tanah perlu dilakukan pemupukan organik yang diperoleh
dari ternak sapi melalui pengembangan crop livestock system. Dipandang dari faktor
efisiensi pemanfaatan air, Irsal Las (1998) menyatakan bahwa kebutuhan air pada
sawah tadah hujan pada prinsipnya sama dengan sawah irigasi, namun demikian
karena sumber airnya sebagian besar atau seluruhnya dari hujan, maka kebutuhan air
aktual menjadi lebih sedikit jika jumlah curah hujan tidak cukup untuk menggenangi
petakan dalam periode tertentu sebagimana padi sawah irigasi. Sedangkan untuk
teknologi gogo rancah, kebutuhan air secara operasional akan berkurang sekitar 30-
40% dari kebutuhan padi sawah karena kebutuhan air untuk pengolahan tanah dan
lamanya penggenangan petakan lebih sedikit dan curah hujan yang jatuh pada
petakan dapat dimanfaatkan secara efektif.
Mengacu dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di desa Muara Lawai
Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat memperlihatkan bahwa tanaman padi yang
ditanam secara gogo dengan melalaui pendekatan PTT memberikan produksi yang
lebih tinggi. Thamrin et al. (2009) melaporkan bahwa padi varietas Cirata yang
ditanam secara gogo pada MK 2009 memberikan hasil sebesar 6,81 t/ha.
Hasil wawancara dengan beberapa petani menunjukkan bahwa umumnya
mereka telah mengenal istilah gogo rancah dan menyatakan bahwa menanam secara
gogo rancah (gora) memang baik dan peluang berhasil lebih besar karena waktu
tanam dilakukan lebih awal. Hanya saja menurut mereka biaya usahatani lebih tinggi
karena masalah pengolahan tanah yang dilakukan sebelum hujan turun
pelaksanaannya cukup berat dan masalah gulma selama lahan masih kondisi gogo.
Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa walaupun petani meyakini kalau
sistem gora memiliki peluang berhasil lebih tinggi, namun sebagai akibat beratnya
dilakukan persiapan lahannya dan biaya penyiangan terlalu berat, sehingga sistem
gora tersebut belum bisa dikembangkan oleh petani. Namun dengan tersedianya
berbagai macam herbisida pada saat ini memberikan peluang untuk mengatasi gulma
dengan baik.
7
Pertanaman padi sistem gogorancah pada lahan sawah tadah hujan merupakan
alternatif yang tepat menentukan keberhasilan pertanaman palawija. Dengan
pertanaman padi sistem gogorancah, berarti meningkatkan efisiensi waktu pertanaman
palawija setelah panen padi sehingga biaya produksi palawija dapat ditekan, terutama
biaya pengairan. Dengan waktu panen padi yang lebih awal, peluang menanam padi
MT kedua yang toleran kekeringan dapat dilakukan.
1.2. Dasar Pertimbangan
Potensi peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan an lahan kering di
Sumsel masih sangat besar. Saat ini pemanfaatannya masih sederhana, teknologi yang
diterapkan oleh petani sebagian besar masih teknologi berdasarkan petani, sehingga
produktivitas yang dicapai masih rendah dan sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi
lainnya (yaitu sekitar 1 – 3 t/ha). Sebagian besar lahan sawah tadah hujan dan lahan
kering yang ada pada saat ini, hanya ditanami sekali dengan padi dalam setahun,
padahal sesungguhnya masih dapat diusahakan tanaman palawija setelah panen padi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan varietas yang sesuai, dan
dengan teknologi budidaya yang tepat, produktivitas padi, jagung dan kedelai di sawah
tadah hujan dan lahan kering dapat menyamai provitas tanaman di agroekosistem
lainnya (sawah irigasi).
Pemilihan jenis/varietas padi yang berumur genjah, toleran terhadap
kekeringan dan berdaya hasil cukup tinggi, akan memperbesar peluang keberhasilan
tanaman padi, walaupun curah hujan relatif rendah dan singkat. Faktor penunjang
yang sangat mendukung adalah semakin berkembangnya teknologi pengendalian
gulma, berbagai jenis herbisida yang dapat dipilih kesesuaiannya dengan jenis gulma
yang dominan di lapang.
Penerapan cara tanam padi secara gogorancah yang dikombinasi dengan
persiapan lahan secara tanpa olah tanah dapat memajukan waktu tanam dan waktu
panen padi, sehingga tanaman dapat terhindar dari kegagalan panen akibat
kekeringan. Dengan waktu panen yang lebih awal, memberi peluang kepada petani
untuk menanam palawija segera setelah panen dengan memanfaatkan curah hujan
yang masih tersisa, atau dengan pompanisasi air tanah atau sungai yang tersedia.
Pada beberapa daerah/kabupaten di Sumsel, telah mulai berkembang usahatani
palawija maupun di lahan sawah tadah hujan, terutama pada wilayah-wilayah yang
memiliki sumber air tanah dangkal maupun aliran sungai.
Teknologi cara tanam tanpa olah tanah yang dikombinasi dengan penggunaan
herbisida untuk mengendalikan gulma, diharapkan pertanaman padi yang ditanam
8
secara gogorancah dapat meningkatkan keberhasilan tanaman padi. Selanjutnya
dengan keberhasilan tersebut, diharapkan teknologi tersebut akan diterima oleh petani.
Dengan penanaman padi secara gogorancah pada musim tanam pertama,
memungkinkan untuk panen lebih awal, sehingga pada saat panen, sawah masih
dalam kondisi basah dan masih diharapkan masih ada sisa hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk menanam padi kedua dengan memanfaatkan ketersedian sumber
air seperti sungai, embung atau air tanah dangkal. Varietas padi yang ditanam pada
tanam kedua berumur pendek dan tahan dengan kekeringan.
1.3. Tujuan
Penerapan inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP):
1. Menerapkan inovasi teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal
sawah tadah hujan dan lahan kering.
2. Mendiseminasikan paket teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal
sawah tadah hujan dan lahan kering.
Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan:
1. Terlaksananya Sosialisasi, Verifikasi, dan Uji-Adaptasi paket teknologi (waktu tanam,
luas tanam, pola tanam setahun, varietas, dosis pupuk, kerentanan hama/penyakit,
dan alsintan) Sistem Informasi Kalander Tanam MH 2017/2018 dan MK 2018.
2. Data/informasi realisasi waktu tanam dan luas tambah tanam (LTT) Pajale pada MH
2017/2018 dan MK 2018.
3. Diperolehnya alternatif pola tanam setahun yang dapat dikembangkan untuk
perencanaan pola tanam pada tahun mendatang.
Survey Sumberdaya Air (SDA):
Melaksanakan survey sumberdaya air (SDA) di Provinsi Sumatera Selatan.
9
1.4. Perkiraan Keluaran
Penerapan inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP):
1. Diterapkannya inovasi teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal
sawah tadah hujan dan lahan kering.
2. Terdiseminasikannya paket teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan
suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering.
Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan:
1. Terlaksananya Sosialisasi, Verifikasi, dan Uji-Adaptasi paket teknologi (waktu tanam,
luas tanam, pola tanam setahun, varietas, dosis pupuk, kerentanan hama/penyakit,
dan alsintan) Sistem Informasi Kalander Tanam MH 2017/2018 dan MK 2018.
2. Data/informasi realisasi waktu tanam dan luas tambah tanam (LTT) Pajale pada MH
2017/2018 dan MK 2018.
3. Diperolehnya alternatif pola tanam setahun yang dapat dikembangkan untuk
perencanaan pola tanam pada tahun mendatang.
Survey Sumberdaya Air (SDA):
Terlaksananya survey sumberdaya air (SDA) di Provinsi Sumatera Selatan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Pengembangan Lahan Kering Masam
Lahan kering dapat didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang tidak
pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Lahan
kering masam adalah lahan yang mempunyai sifat-sifat seperti pH rendah, kapasitas
tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan Corganik rendah, kandungan aluminium
(kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi dan mangan mendekati batas
meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik.
Luas lahan kering di Propinsi Sumsel mencapai 3,9 juta ha. Dari luasan tersebut
sekitar 2,8 juta ha (32,3%) berpotensi untuk pengembangan integrasi tanaman
tahunan dan tanaman pangan dalam sistem pertanian wanatani/agroforestry (Zona
IIIax) dan terdapat sekitar 1,1 juta ha (12,88%), yang berpotensi untuk
pengembangan tanaman pangan monokultur atau tumpangsari (Zona Ivax2) (Arief et
al., 2004).
Berdasarkan keadaan curah hujannya, lahan kering dapat dibedakan menjadi 2
yaitu lahan kering beriklim basah dan lahan kering beriklim kering. Pembeda keduanya
adalah jumlah bulan basah dan tinggi curah hujan dimana bulan basah adalah tinggi
curah hujan > 100 mm/bulan sedangkan bulan kering adalah curah hujan < 100
mm/bulan. Lahan kering beriklim basah, yaitu daerah-daerah yang mempunyai bulan
basah selama 6-7 bulan, dan bulan kering selama 3-4 bulan, atau curah hujan tahunan
minimal lebih dari 2.000 mm. Lahan kering beriklim kering, yaitu daerah-daerah yang
mempunyai bulan kering selama 7-9 bulan dan basah 3-4 bulan, atau curah hujan
tahunan kurang dari 2.000 mm. Khusus untuk lahan kering beriklim basah, meskipun
secara potensial kuantitas sumberdaya air hujan relatif tinggi, namun secara faktual
ketersediaannya untuk pertanian sangat rendah dan berfluktuasi (Yonky dkk., 2003).
Meskipun demikian peluang pengembangan pertanian di lahan kering masam
cukup besar. Kendala teknis dapat diatasi dengan menerapkan teknologi pemupukan,
pengapuran, pengelolaan bahan organik, serta pemilihan komoditas yang sesuai.
Teknologi pengelolaan lahan kering masam akan mudah diterapkan oleh petani yang
mempunyai kemampuan teknis dan modal yang cukup serta pengetahuan maju.
Permasalahannya, petani umumnya kurang mampu dan tidak memiliki modal cukup
untuk menerapkan teknologi tersebut. Kondisi ini terutama terjadi pada wilayah yang
usaha taninya berbasis tanaman pangan. Pemanfaatan air permukaan (kolam,
11
embung, dam parit, sungai, air irigasi) ataupun air tanah dalam (irigasi suplemen atau
pompanisani) juga dapat meningkatkan indeks pertanaman (Anonim, 2006).
2.2. Potensi Pengembangan Lahan Sawah Tadah Hujan
Salah satu potensi lahan yang dapat dioptimalkan sebagai persawahan adalah
sawah tadah hujan. Luas lahan sawah tadah hujan di Sumsel adalah sekitar 80.727 ha
atau sekitar 13 % dari luas lahan sawah yang ditanami padi (620.632 ha) yang ada
(BPS, 2015). Sebaran terluas sawah tadah hujan di Sumatera Selatan pada beberapa
kabupaten yaitu, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu Timur,
Musi Rawas, Musi Rawas Utara dan Muara Enim, sisanya menyebar di kabupaten/kota
lainnya (BPS, 2015). Potensi tersebut ditunjang oleh perhatian Pemerintah pusat
maunun daerah yang sangat besar dalam memacu peningkatan produksi padi, hal ini
terlihat dalam program upaya khusus (UPSUS) padi di Sumatera Selatan (Sumsel).
12
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan
Pengkajian ini direncanakan di Provinsi Sumatera Selatan pada lahan sawah
tadah hujan dan lahan kering. Petani terlibat atau kooperator dipilih pada satu
hamparan dengan luas 8,0 ha dengan mempertimbangkan ketersedian sumber daya
air di lokasi tersebut. Pelaksanaan dilakukan pada musim tanam kedua MK 1(musim
kemarau 1) dan MK 2 2018.
Kajian dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air di
lahan sawah tadah hujan untuk meningkatkan indeks pertanaman padi, jagung dan
kedelai IP 300 dan lP 200 di lahan kering dengan dukungan beberapa inovasi pertanian
terdiri atas 3 paket teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai. Adapun paket
teknologi dan uraian rakitan teknologi budidaya yang dilakukan berdasarkan
rekomendasi teknologi spesifik lokasi (BPTP Sumsel, 2016 dan Thamrin et al., 2013)
dapat dilihat pada Tabel 1.
13
Tabel 1. Komponen teknologi budidaya PTT padi , jagung dan kedelai IP 300 di sawah
tadah hujan
Uraian/Komoditas Padi Jagung Kedelai
Varietas Inpari 39 dan Inpari 40 Pioneer 27 (P-27) Anjasmoro dan Kaba
Persiapan lahan Olah Tanah Minimum Olah Tanah Minimum Olah Tanah
Minimum
Cara Tanam Tanam benih langsung
(menggunakan Amator)
Tugal, dengan jarak
tanam 75 x 20 cm
Tugal dengan jarak
tanam 40 x 10 cm,
2 biji/lubang
Persiapan benih Seed treatment: benih
direndam selama 24
jam dan diperam satu
malam. Benih padi
direndam dalam larutan
fungisida misalnya
berbahan aktif tembaga
oksida 56% dosis 1 g/5
L air selama 24 jam
Seed treatment: 2g
metalaksil per 1 kg
benih dan dicampur
dengan 10 ml air.
Rhizobium 200
gr/ha
Kebutuhan Benih
(kg/ha)
30 15-20 40-50
Takaran pupuk
(kg/ha)
200 kg urea + 100 kg
TSP + 100 kg KCl
350 kg urea + 100 kg
TSP + 100 kg KCl
75 kg urea + 100 kg
TSP + 100 kg KCl
Pupuk kandang
(kg/ha)
1000 1000 1000
Pengairan Curah hujan dan air
tanah
Curah hujan dan air
tanah
Curah hujan dan air
tanah
Pemeliharaan Gulma Disiang +
Herbisida
Gulma Disiang +
Herbisida
Gulma Disiang +
Herbisida umur 15
dan 45 HST
Pengendalian
Hama dan
penyakit
PHT dan Pestisida
Selektif
PHT dan Pestisida
Selektif
PHT dan Pestisida
Selektif
Panen dan Pasca
Panen
Panen dilakukan saat
90% malai menguning
dengan menggunakan
combine harvester,
selanjutnya gabah
(GKP) dikeringkan
hingga kadar air 14%
(GKG) dengan sinar
matahari atau
menggunakan box
dryer
Panen dilakukan atas
kriteria: kelobot sudah
kering, umur panen
sudah sampai (sesuai
deskripsi), sudah
terbentuk lapisan hitam
pada dasar biji. Jagung
yang telah dipanen dan
sekaligus dipipil dengan
menggunakan mesin
panen jagung
berkelobot, dan
selanjutnya dikeringkan
dengan sinar matahari
atau menggunakan box
dryer
Peromtokan dengan
cara mekanis
dengan pedal/power
thresher. Pegeringan
dengan sinar
matahari atau mesin
pengering box dryer)
14
3.2.. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dengan dinas/instansi lingkup pertanian di level
Provinsi Sumatera dan Kabupaten OKI ,
2. Survei RRA untuk menginventarisasi potensi indeks pertanaman, pola tanam,
infrastruktur dan tata kelola air, serta kelembagaannya pada kondisi eksisting,
3. Identifikasi dan inventarisasi potensi pemanfaatan lahan untuk pembangunan
infrastruktur dan tata kelola air,
4. Pelaksanaan pengkajian dukungan inovasi pertanian dalam peningkatan IP sawah
tadah hujan (IP 300) dan lahan kering (IP 200) di lahan petani dengan menerapkan
teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai dengan pendekatan PTT,
5. Pengawalan dan pendampingan teknologi oleh tim pengkajian,
6. Pertemuan kelompok,
7. Temu lapang,
8. Sosialisasi, Uji Uji Adaptasi SI Kalender Terpadu, pengumpulan data target dan
realisasi luas tambah tanam (LTT harian, bulanan, MH 2017/2018 dan MK 2018),
9. Pertemuan/diskusi kelompok (FGD), pengolahan, dan analisis data,
10. Pelaporan; Penyusunan laporan (laporan tengah tahun dan akhir) dilakukan
sebagai bentuk pertanggung-jawaban kegiatan maupun keuangan.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Bahan yang digunakan pada kegiatan ini berupa: benih padi, jagung dan
kedelai, sarana produksi yang meliputi; pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida,
herbisida. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain: (1) traktor tangan untuk
pengolahan tanah, (2) cangkul dan alat pertanian lain untuk pembuatan saluran dan
pematang, (3) alat penyiangan, (4) pompa air dan selang untuk irigasi, (5) alat tanam
benih langsung modifikasi yang ditarik traktor (Amator), (6) sprayer untuk
penyemprotan pestisida, (7) plastik pagar,(8) bubu tikus, dan (9) alat pengukur seperti
timbangan, mistar, meteran serta (10) alat tulis dan dokumentasi.
Pengkajian budidaya komoditas dengan pendekatan PTT meliputi adalah 3
(tiga) paket teknologi budidaya komoditas padi, jagung, kedelai di sawah tadah hujan
yang dilaksanakan di lahan petani. Masing-masing komoditas mempunyai luasan yang
berbeda dikaitkan dengan potensi sumber daya air pada musim tanam ketiga,
sehingga totalluasan 8 (delapan) ha meliputi, 4 ha jagung, 2 ha kedelai dan 2 ha
tanaman padi.
15
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi terhadap kondisi pertanaman,
pengamatan langsung dilakukan terhadap pertumbuhan dan produksi. Data input dan
output usahatani diliput melalui catatan petani (farmer diary) dan wawancara terhadap
petani kooperator secara perorangan. Pengambilan sampel hasil panen padi, jagung
dan kedelai dilakukan pada saat panen.
Komponen pertumbuhan tanaman yang diamati di antaranya: jagung (tinggi
tanaman, tinggi letak tongkol, kerebahan, umur berbunga, umur panen), padi (tinggi
tanaman, jumlah anakan/produktif, umur berbunga, umur panen), kedelai (tinggi
tanaman, jumlah cabang); sedangkan komponen hasil yang diamati diantaranya:
jagung (produktivitas, bobot 100 biji, diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris
biji, jumlah biji per tongkol), padi (produktivitas, bobot 1000 biji, jumlah malai per
rumpun, persentase gabah isi/hampa, panjang malai) kedelai (produktivitas, bobot 100
biji, jumlah polong isi dan hampa). Data komponen pertumbuhan dan hasil tanaman ini
selanjutnya akan dianalisis sidik ragam untuk mengetahui perbedaannya dan
selanjutnya dilakukan uji lanjut. Data lain yang diliput adalah; serangan hama penyakit
di lapangan dan data meteorology selama pelaksanaan pengkajian, serta respon
petani sekitar tempat pengkajian terhadap penampilan tanaman).
Untuk data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda BNT
atau Duncan Multiple Range Test.
Data untuk analisa usaha tani meliputi penggunaan sarana produksi, benih,
pupuk, pestisida dan curahan tenaga kerja (pengolahan tanah, tanam, penyiangan,
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pasca panen) dan
distribusi tenaga kerja berdasarkan sumber tenaga kerja (keluarga atau upahan
berdasarkan gender) dan data harga sarana produksi dan produksi usahatani dari
masing-masing paket teknologi.
Data diliput dengan cara observasi langsung dan wawancara terhadap petani
kooperator secara perorangan dan Focus Group Discussion. Data dianalisis secara
deskriptif dengan menampilkan nilai rata-rata dan MBCR.
16
IV. ANALISIS RISIKO
4.2. Daftar Penanganan Risiko
No Risiko Penyebab Dampak
1. Serangan hama dan
penyakit
Anomali iklim Pertumbuhan tanaman
kurang optimal,
penurunan hasil
2. Pertumbuhan
vegetatifdan generatif
kurang baik
Kekeringan dan
kebanjiran, serta serangan
hama dan penyakit
tanaman
Produktivitas menjadi
berkurang
4.3. Daftar Penanganan Risiko
No Risiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan
1. Serangan
hama dan
penyakit
Anomali iklim Pertumbuhan
tanaman kurang
optimal,
penurunan hasil
Penerapan
pengelolaan hama dan
penyakit terpadu
(PHT)
2. Pertumbuhan
vegetatif dan
generatif
tanaman
kurang baik
Kekeringan dan
kebanjiran,
serta serangan
hama dan
penyakit
tanaman
Produktivitas
menjadi
berkurang
Penanaman tepat
waktunya, menanam
varietas yang tahan
dan pemilihan
pestisida yang
tepat/selektif
17
V. TENAGA DAN OGRANISASI PELAKSANA
5.1 Tenaga yang terkait dalam kegiatan Dukungan Inovasi untuk Peningkatan Indeks
Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai di Lahan Suboptimal Sumatera Selatan
No Nama/NIP
Jabatan
Fungsional/
Bidang Keahlian
Jabatan
dalam
Kegiatan
Uraian Tugas
Alokasi
Waktu
(Jam/
minggu)
1.
Dr. Ir.Priyatna Sasmita, M.Si
19641104 199203 1 001
Peneliti
Madya/Pemulian
Penjab
Program
Mengkoordinir
Penanggung
jawab kegiatan
4
2. Budi Raharjo, STP.M,Si
19710828 200003 1 001
Peneliti Madya/
Mekanisasi
Penanggung
Jawab
Menyusunan
proposal,
pelaporan,
mengkoordinir
pelaksanaan
kegiatan
6
3. Tumarlan Thamrin, SP.MP.
19690317 199703 1 001
Peneliti Madya/
SUP
Penanggung
Jawab
peliput data/
informasi dan
analisis data,
pelaporan
4
4. Ir. Yanter Hutapea,M.Si/
19630430 198903 1 001
Peneliti Utama/
Sosek Pertanian
Anggota tim peliput data/
informasi dan
analisis data,
pelaporan
4
5. Ir. NP. Sri Ratmini, M.Sc Peneliti Madya/
Ilmu Tanah
Anggota tim peliput data/
informasi dan
analisis data,
pelaporan
4
6. Ir. Dedeh Hadiyanti Penyuluh
Madya /
Agronomi
Anggota tim peliput data/
informasi dan
analisis data,
pelaporan
4
7. Syahri, SP Peneliti Muda/
SUP
Anggota tim peliput data/
informasi dan
analisis data,
pelaporan
4
8. Yayam Suryana, SST Penyuluh
Pertama
Anggota tim Peliput data/
informasi dan
pelaksanaan
pelatihan dan
temu lapang
4
9. Koharudin Teknisi Anggota tim peliput data/
informasi dan
analisis data,
pelaporan
4
10. PM Administrasi Membantu
penyelesaian
administrasi
4
18
5.2. Jadwal Waktu Kegiatan Dukungan Inovasi untuk Peningkatan Indeks
Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai di Lahan Suboptimal Sumatera
Selatan
No Uraian Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan pembuatan RPTP/ ROPP X
2. Koordinasi, Sosialisasi dengan stake
holder
X
3. Inventarisasi sumber daya air dan
penerapan teknologi dan pola tanam
eksisting
x
4. Pemantapan rancangan pengkajian
dan komponen teknologi pada ROPP
yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan
5. Demplot Budidaya Padi IP 200 x x x x x
Penataan lahan, pembuatan saluran x
Pengolahan Tanah x
Tanam Padi x
Pemeliharaan Tanaman x x x x
Panen dan Pasca Panen x
Demplot Budidaya Jagung IP
300
x x x x
Pengolahan Tanah x
Tanam Jagung x
Pemeliharaan Tanaman x x x
Panen dan Pasca Panen x
Demplot Budidaya Kedelai IP
300
x x x x
Pengolahan Tanah x
Tanam Kedelai x
Pemeliharaan Tanaman x x x
Panen dan Pasca Panen x
6. Pengumpulan data dan informasi x x x x x x
7. Pengolahan data x x x
8 Temu Lapang x
9. Penulisan Laporan x x x
10. Penggandaan, pendistribusian
laporan
x
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., D.A. Suriadikarta dan A. Sofyan, 2001. Masalah tanah sawah “sakit”
dan peningkatan produktivitasnya. Apresiasi Teknis Program Litkaji Sistem
Usahatani Tanaman Ternak. Bogor, 22-29 April 2001Puslitbangnak, Ciawi. Bogor.
Anonim. 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1987 – 1991.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 116p.
Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Sumatera Selatan.
64 p.
Balitpa. 2002. Anomali Iklim dan Produksi Padi. Strategi dan Antisipadi
Penanggulangan. Penyunting M.Syam. Balai Penelitian Tanaman Padi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 39p.
Dobermann, A and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient disorder & nutrient management.
Potash and Phosphate Institute of Canada and International Rice Research
Institute. 191 p.
Fagi, A.M. 1995. Strategies for improving rainfed lowland rice production system in
Central Java. p:189-199 in Rainfed Lowland Rice. Agriculutural Research for
High-Risk Environments. International Rice Research Institute, Los Banos -
Philippines.
Fagi, A.M, S. Partohardjono dan E.E. Ananto. 2002. Strategi pemenuhan kebutuhan
pangan beras 2010. Makalah Utama Seminar IPTEK Padi Pekan Padi Nasional,
Sukamandi 5 Maret 2002.
Las, I., Hidayat Pawitan, dan A. Sarnita. 1998. Ketersediaan dan potensi sumberdaya
air dan perairan umum untuk pengembangan pertanian pangan. Prosiding
Analisis Ketersediaan Sumberdaya Pangan dan Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan, hal 18-50. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Mamaril, C.P., A.Wihardjaka, S. Abdulrachman, Suprapto, A.M. Fagi and S. Diah. 1995.
Respon of rainfed lowland rice to potassium and sulfur under intensive and
diversified cropping system and low fertility. p.215-225 In Rainfed Lowland Rice
Agricultural Research for High-Risk Environments. International Rice Research
Institute. Los Banos - Philippines.
Margaretha SL., S. Bachrein, Syahrir Pakki, Sriwidodo, dan Sudjak Senong. 1994a.
Pengembangan palawija pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan
Labakkang, Kabupaten Pangkep. Pengembangan Tanaman Pangan pada Sawah
Tadah Hujan di Pantai Barat (Takbar) Sulawesi Selatan. Edisi Khusus, hal. 47-
64.. Balittan Maros.
Margaretha SL., Sudjak Saenong, Sriwidodo, S. Pakki, dan S. bachrein. 1994b.
Pengembangan palawija pada sawah tadah hujan di kecamatan
Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Pengembangan Tanaman Pangan pada
Sawah Tadah Hujan di Pantai Barat (Takbar) Sulawesi Selatan. Edisi Khuisus, hal.
6 – 26. Balittan Maros.
Pandey, S. and L. Velasco. 2000. Economic of Direct Seeding in Asia: Paterns of
Adoption and Research Priorities. International Rice Research Notes 24.2/1999.
Los Banos: IRRI. 11 p.
20
Rusastra, IW., Handewi P. Saliem, Supriati dan Saptana. 2004. Prospek
Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan di Indonesia.
Forum Penelitian Agro EKonomi. Vol. 22(1): 37-53.
Savant NK, De Data SK. 1982. Nitrogen transformation in wetland rice soil. Adv. Agron.
35 : 241-302.
Subandi dan I. Manwan. 1990. Teknologi dan Peningkatan Produksi Jagung di
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. pp 1-
20.
Thamrin, T., Yanter Hutapea dan Rudy Soehendi. 2010. Pengkajian Introduksi
Varietas Unggul Padi Gogo dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani melalui
Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Prosiding Seminar Nasional BPTP
Papua. Jayapura, 7-8 Oktober 2010. p. 388-397.
Wihardjaka, A., G.J.D. Kirk, S.Abdulrachman, and C.P. Mamaril. 1998. Potassium
balances in rainfed loland rice on light-textured soil. p.127-137. In Rainfed
Lowland Rice: Advances in Nutrient Management Research. Internatioanal Rice
Research Institute, Los Banos -Philippines.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...ripto atmaja
 
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...NurdinUng
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...Repository Ipb
 
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...NurdinUng
 
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...NurdinUng
 
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
 
Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3Reza Fahri
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Purwandaru Widyasunu
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanianbagask_25
 
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...NurdinUng
 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
 
sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...
sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...
sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...aulia rachmawati
 
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASIEKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASIAna Puja Prihatin
 

Mais procurados (20)

KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
 
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
 
Potret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang SulawesiPotret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang Sulawesi
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
 
Pengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kelPengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kel
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
 
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
 
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
 
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
 
Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
 
Padi protan print
Padi protan printPadi protan print
Padi protan print
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanian
 
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
 
sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...
sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...
sumberdaya dalam pertanian dan karakteristik ekonomi pertanian di indonesia (...
 
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASIEKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI
 
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley croppingMakalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
 
0107 kedelai
0107 kedelai0107 kedelai
0107 kedelai
 
2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia
 

Semelhante a Peningkatan IP Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering

Kelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptx
Kelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptxKelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptx
Kelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptxMIzhar6
 
Food security paper-summary
Food security paper-summaryFood security paper-summary
Food security paper-summaryEla Afellay
 
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganKeynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganZain Corps
 
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesiaLaporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesiapdatarawa
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut KritisPengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut KritisPeople Power
 
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...Dharma Cooporation
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIRizki Chairunnisya
 
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Ilham saleh Lubis
 
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptxMateri Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptxnovitawale
 
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi MalaysiaAsia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi MalaysiaSharifah Nor Hadaniah
 
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...Repository Ipb
 
Praktek lapang sembawa rifa sotia
Praktek lapang sembawa   rifa sotia Praktek lapang sembawa   rifa sotia
Praktek lapang sembawa rifa sotia Rifa Rifa
 
hhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fndd
hhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fnddhhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fndd
hhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fnddspettarani
 

Semelhante a Peningkatan IP Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering (20)

Rktm kp karang agung
Rktm kp karang agungRktm kp karang agung
Rktm kp karang agung
 
Kelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptx
Kelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptxKelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptx
Kelompok 1_Lahan Kering_SPT-01.pptx
 
Food security paper-summary
Food security paper-summaryFood security paper-summary
Food security paper-summary
 
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganKeynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
 
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesiaLaporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Makalah sosial-ekonomi-budaya
Makalah sosial-ekonomi-budayaMakalah sosial-ekonomi-budaya
Makalah sosial-ekonomi-budaya
 
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut KritisPengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
 
Rptp integrasi 2018
Rptp integrasi  2018Rptp integrasi  2018
Rptp integrasi 2018
 
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
 
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptxMateri Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
 
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi MalaysiaAsia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
Asia Tenggara Dalam Transformasi : contoh pertanian padi Malaysia
 
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
 
Praktek lapang sembawa rifa sotia
Praktek lapang sembawa   rifa sotia Praktek lapang sembawa   rifa sotia
Praktek lapang sembawa rifa sotia
 
Rdhp upbs jagung 2018
Rdhp upbs jagung 2018Rdhp upbs jagung 2018
Rdhp upbs jagung 2018
 
hhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fndd
hhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fnddhhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fndd
hhsgfnsj ldgugutgnsjk laznur fndd
 

Mais de BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SUMATERA SELATAN

Mais de BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SUMATERA SELATAN (20)

daftar-aset-2021.pdf
daftar-aset-2021.pdfdaftar-aset-2021.pdf
daftar-aset-2021.pdf
 
PENCEGAHAN COVID-19.pdf
PENCEGAHAN COVID-19.pdfPENCEGAHAN COVID-19.pdf
PENCEGAHAN COVID-19.pdf
 
MITIGASI BENCANA BANJIR.pdf
MITIGASI BENCANA BANJIR.pdfMITIGASI BENCANA BANJIR.pdf
MITIGASI BENCANA BANJIR.pdf
 
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdfEVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
 
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdfSurat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
 
simak bmn.pdf
simak bmn.pdfsimak bmn.pdf
simak bmn.pdf
 
Laporan Keuangan 2021.pdf
Laporan Keuangan 2021.pdfLaporan Keuangan 2021.pdf
Laporan Keuangan 2021.pdf
 
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdfNOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
 
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdfNOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
 
SURAT PERNYATAAN LELANG.pdf
SURAT PERNYATAAN LELANG.pdfSURAT PERNYATAAN LELANG.pdf
SURAT PERNYATAAN LELANG.pdf
 
RealisasiAnggarantw2 2021.pdf
RealisasiAnggarantw2 2021.pdfRealisasiAnggarantw2 2021.pdf
RealisasiAnggarantw2 2021.pdf
 
RealisasiAnggarantw1 2022.pdf
RealisasiAnggarantw1 2022.pdfRealisasiAnggarantw1 2022.pdf
RealisasiAnggarantw1 2022.pdf
 
STATISTIK LAP KEU 2022.pdf
STATISTIK LAP KEU 2022.pdfSTATISTIK LAP KEU 2022.pdf
STATISTIK LAP KEU 2022.pdf
 
REKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdf
REKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdfREKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdf
REKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdf
 
JUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdf
JUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdfJUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdf
JUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdf
 
Agenda KEG INSTANSI.pdf
Agenda KEG INSTANSI.pdfAgenda KEG INSTANSI.pdf
Agenda KEG INSTANSI.pdf
 
SURAT KELUAR DAN MASUK.pdf
SURAT KELUAR DAN MASUK.pdfSURAT KELUAR DAN MASUK.pdf
SURAT KELUAR DAN MASUK.pdf
 
Daftar Rancangan Peraturan.pdf
Daftar Rancangan Peraturan.pdfDaftar Rancangan Peraturan.pdf
Daftar Rancangan Peraturan.pdf
 
SE Larangan Mudik.pdf
SE Larangan Mudik.pdfSE Larangan Mudik.pdf
SE Larangan Mudik.pdf
 
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
 

Peningkatan IP Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering

  • 1. RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) Budi Raharjo, STP, MSi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018
  • 2. 1 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP : Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian untuk Peningkatan Indeks Pertanaman 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Kol. H. Burlian No. 83 Km. 6 Palembang 4. Sumber Dana : DIPA TA. 2018 5. Status Kegiatan : Lanjutan 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Budi Raharjo, STP.,M.Si. b. Pangkat / Golongan : Pembina/ IV a c. Jabatan : Peneliti Madya 7. Lokasi : Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel 8. Agroekosistem : Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering 9. Tahun Mulai : 2017 10. Tahun Selesai : 2018 11. Output : Peningkatan IP: 1. Diterapkannya paket teknologi mendukung inovasi pertanian dalam peningkatan IP sawah tadah hujan dan lahan kering. 2. Tersideminasinya paket teknologi mendukung inovasi pertanian dalam peningkatan IP sawah tadah hujan dan lahan kering. Pola Tanam: 1. Terlaksananya Sosialisasi, Verifikasi, dan Uji- Adaptasi paket teknologi (waktu tanam, luas tanam, pola tanam setahun, varietas, dosis pupuk, kerentanan hama/penyakit, dan alsintan) Sistem Informasi Kalander Tanam MH 2017/2018 dan MK 2018. 2. Data/informasi realisasi waktu tanam dan luas tambah tanam (LTT) Pajale pada MH 2017/2018 dan MK 2018. 3. Diperolehnya alternatif pola tanam setahun yang dapat dikembangkan untuk perencanaan pola tanam pada tahun mendatang. Survey SDA: Terlaksananya survey sumberdaya air (SDA) di Provinsi Sumatera Selatan
  • 3. 2 Koordinator Program Penanggung Jawab Budi Raharjo, STP.,M.Si. NIP 19710828 20003 1 001 Budi Raharjo, STP.,M.Si. NIP 19710828 20003 1 001 Mengetahui Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Kepala Balai, Dr.Ir. Haris Syahbudin, DEA NIP. 19650415 199203 1 001 Dr. Ir. Priatna Sasmita, MSi NIP 19641104 199203 1 001
  • 4. 3 RINGKASAN Tantangan penyediaan pangan akan terus menjadi dan semakin berat, disamping untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga, produksi pangan juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan untuk pakan, bahan baku industri pengolahan pangan dan energi. Dalam penyediaan pangan khususnya padi, hambatan dan masalah yang menjadi ganjalan dalam peningkatan produksi pangan utamanya adalah; (1) Terbatasnya sumberdaya pertanian terutama sumberdaya lahan dan air, sumberdaya manusia dan penerapan iptek, dan (2) Disamping itu adanya faktor perubahan iklim global telah mempengaruhi sistem produksi dan meningkatkan resiko produksi pertanian. Potensi peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan an lahan kering di Sumsel masih sangat besar. Saat ini pemanfaatannya masih sederhana, teknologi yang diterapkan oleh petani sebagian besar masih teknologi berdasarkan petani, sehingga produktivitas yang dicapai masih rendah dan sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya (yaitu sekitar 1 – 3 t/ha). Sebagian besar lahan sawah tadah hujan dan lahan kering yang ada pada saat ini, hanya ditanami sekali dengan padi dalam setahun, padahal sesungguhnya masih dapat diusahakan tanaman palawija setelah panen padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan varietas yang sesuai, dan dengan teknologi budidaya yang tepat, produktivitas padi, jagung dan kedelai di sawah tadah hujan dan lahan kering dapat menyamai provitas tanaman di agroekosistem lainnya (sawah irigasi). Tujuan dari pengkajian ‘Dukungan Inovasi untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai di Lahan Suboptimal Sumatera Selatan”m yaitu: (1) Mengidentifikasi dan inventarisasi potensi pemanfaatan lahan suboptimal untuk pembangunan infrastruktur dan tata kelola air,(2) Menginventarisasi potensi indeks pertanaman, pola tanam, infrastruktur dan tata kelola air, serta kelembagaannya pada kondisi eksisting,(3) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan dengan instansi terkait,(4) Melakukan pengkajian dukungan inovasi pertanian dalam peningkatan IP lahan suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering. Adapun ruang lingkup kegitan meliputi: (1) Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dengan dinas/instansi lingkup pertanian di level Provinsi Sumatera dan Kabupaten OKI , (2) Survei RRA untuk menginventarisasi potensi indeks pertanaman, pola tanam, infrastruktur dan tata kelola air, serta kelembagaannya pada kondisi eksisting, (3) Identifikasi dan inventarisasi potensi pemanfaatan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan tata kelola air, (4) Pelaksanaan pengkajian dukungan inovasi pertanian dalam peningkatan IP sawah tadah hujan (IP 300) dan lahan kering (IP 200) di lahan petani dengan menerapkan teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai dengan pendekatan PTT, (5) Pengawalan dan pendampingan teknologi oleh tim pengkajian, dan (6) Pertemuan kelompok. Serta (7) Pertemuan lapang. Pengkajian ini direncanakan di Kabupaten Ogan Komering Ilir pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Petani terlibat atau kooperator dipilih pada satu hamparan dengan luas 8,0 ha dengan mempertimbangkan ketersedian sumber daya air di lokasi tersebut. Pelaksanaan dilakukan pada musim tanam kedua MK 1(musim kemarau 1) dan MK 2 2018.
  • 5. 4 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan penyediaan pangan akan terus menjadi dan semakin berat, disamping untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga, produksi pangan juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan untuk pakan, bahan baku industri pengolahan pangan dan energi. Dalam penyediaan pangan khususnya padi, hambatan dan masalah yang menjadi ganjalan dalam peningkatan produksi pangan utamanya adalah; (1) Terbatasnya sumberdaya pertanian terutama sumberdaya lahan dan air, sumberdaya manusia dan penerapan iptek, dan (2) Disamping itu adanya faktor perubahan iklim global telah mempengaruhi sistem produksi dan meningkatkan resiko produksi pertanian. Swasembada Pangan merupakan prasyarat terbangunnya ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan. Agenda pemerintah mewujudkan kedaulatan pangan melalui swasembada padi, jagung, kedele, harus di dukung sepenuhnya. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi lahan yang luas yang terdistribusi pada beberapa agroekosistem yang spesifik. Potensi lahan pertanian di Sumsel berdasarkan Zona Agroekosistemnya terdiri dari: lahan rawa pasang surut, rawa lebak, irigasi, lahan kering dan tadah hujan. Lahan rawa di Sumsel sangat luas, seperti: lahan rawa pasang surut yang potensial untuk pertanian luasnya mencapai kurang lebih sekitar 980.000 ha, yang baru direklamasi 360.000 ha dan yang sudah dimanfaatkan kurang lebih seluas 180.000 ha; lahan rawa lebak seluas 650.000 ha baru dimanfaatkan 190.000 ha; lahan irigasi di Sumsel relatif luas, diantaranya adalah irigasi teknis Upper Komering (dari 320.000 ha, baru dimanfaatkan seluas 84.000 ha); dan lahan kering luasnya mencapai kurang lebih 1.462.135 ha dan baru dimanfaatkan seluas 239.244 ha. Tantangan yang dihadapi usahatani padi pada saat ini semakin beragam, faktanya yang dikemukakan oleh Abdurachman et al., (2001) menunjukkan bahwa sejak tahun 1994, peningkatan luas panen dan produksi padi sawah semakin kecil, sedangkan produktivitas nampaknya telah mencapai titik maksimum yaitu rata-rata 4,6 t/ha. Sedangkan menurut Sri Adiningsih et al., (1995) dalam periode tahun-tahun terakhir ini peningkatan produktivitas padi mulai berkurang, tidak sejalan dengan peningkatan penggunaan pupuk (mengalami pelandaian produktivitas atau levelling off) dimana hasil yang didapatkan dari setiap unit penambahan input produksi sudah tidak seimbang lagi dengan biaya yang diinvestasikan oleh petani. Tantangan lain adalah semakin menyempitnya lahan sawah irigasi yang subur. Di lain pihak tingkat
  • 6. 5 konsumsi beras dan permintaan semakin tinggi. Beban biaya produksi akibat sarana produksi yang semakin mahal bagi petani, sehingga petani padi cenderung beralih ke komoditas lain (perkebunan dan hortikultura). Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi pangan kita adalah dengan menggali peningkatan produksi padi di lahan kering dan sawah tadah hujan, yang hingga saat ini belum mendapatkan perhatian. Lahan sawah tadah hujan dan lahan kering merupakan salah satu sumberdaya yang masih potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber pertumbuhan produksi pangan. Pada saat ini pemanfaatan lahan tersebut sebagian besar hanya ditanami padi sawah sekali setahun untuk lahan sawah tadah hujan dan padi gogo atau kedelai atau jagung untuk lahan kering dengan penerapan teknologi yang sederhana, sehingga banyak mengalami kegagalan dan kurang produktif. Masalah utama yang dihadapi pada usahatani di lahan kering dan sawah tadah hujan adalah ketersediaan air yang terbatas dan tidak menentu, sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya adalah memilih jenis komoditas dan varietas yang toleran terhadap kekeringan dan teknologi bercocok tanam yang efisien memanfaatkan air yang tersedia serta menggali peluang pemanfaatan potensi sumberdaya alam khususnya air yang tersedia. Hasil penelitian lapang di Sumsel tentang teknologi pengembangan lahan sawah tadah hujan dan lahan kering belum banyak yang tersedia dan petani mengelola hanya berdasarkan atas pengalaman yang mereka laksanakan. Walaupun demikian, beberapa peneliti telah mengemukakan peluang dari hasil survei antara lain: Margaretha et al. (1994a); Margaretha et al. (1994 b) telah mengulas tentang beberapa peluang pengembangan tanaman palawija setelah tanaman padi pada sawah tadah hujan di beberapa daerah berupa studi kasus di Sulawesi Selatan. Komoditas kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, jagung, ubijalar maupun sayur-sayuran masih sangat potensial ditanam segera menyusul tanaman padi pada lahan sawah tadah hujan selama MK I dan bahkan pada MK II pun masih dapat ditanami apabila terdapat sumber air. Introduksi varietas setiap jenis komoditas yang toleran kekeringan yang disertai dengan teknologi tanpa olah tanah dan teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi setempat memberikan peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, indeks panen sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Khusus teknologi budidaya padi di lahan sawah tadah hujan, Fagi et al. (2002) mengemukakan beberapa alternatif kegiatan/teknologi untuk meningkatkan produksi padi pada lahan sawah tadah hujan, yaitu: penanaman varietas unggul, penerapan
  • 7. 6 PTT gogo rancah, pembangunan tandon air (embung), perbaikan mutu dan penekanan kehilangan hasil (panen dan pasca panen). Lebih lanjut dinyatakan bahwa program jangka pendek untuk peningkatan intensifikasi lahan sawah tadah hujan adalah dengan menerapkan padi gora dan walik jerami di Jawa, sedangkan di luar Jawa menanam varietas unggul dan menerapkan padi sistem gogo rancah. Untuk jangka menengah dan panjang perlu dikembangkan embung-embung atau penampungan air. Dan untuk mempertahankan kesuburan tanah perlu dilakukan pemupukan organik yang diperoleh dari ternak sapi melalui pengembangan crop livestock system. Dipandang dari faktor efisiensi pemanfaatan air, Irsal Las (1998) menyatakan bahwa kebutuhan air pada sawah tadah hujan pada prinsipnya sama dengan sawah irigasi, namun demikian karena sumber airnya sebagian besar atau seluruhnya dari hujan, maka kebutuhan air aktual menjadi lebih sedikit jika jumlah curah hujan tidak cukup untuk menggenangi petakan dalam periode tertentu sebagimana padi sawah irigasi. Sedangkan untuk teknologi gogo rancah, kebutuhan air secara operasional akan berkurang sekitar 30- 40% dari kebutuhan padi sawah karena kebutuhan air untuk pengolahan tanah dan lamanya penggenangan petakan lebih sedikit dan curah hujan yang jatuh pada petakan dapat dimanfaatkan secara efektif. Mengacu dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di desa Muara Lawai Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat memperlihatkan bahwa tanaman padi yang ditanam secara gogo dengan melalaui pendekatan PTT memberikan produksi yang lebih tinggi. Thamrin et al. (2009) melaporkan bahwa padi varietas Cirata yang ditanam secara gogo pada MK 2009 memberikan hasil sebesar 6,81 t/ha. Hasil wawancara dengan beberapa petani menunjukkan bahwa umumnya mereka telah mengenal istilah gogo rancah dan menyatakan bahwa menanam secara gogo rancah (gora) memang baik dan peluang berhasil lebih besar karena waktu tanam dilakukan lebih awal. Hanya saja menurut mereka biaya usahatani lebih tinggi karena masalah pengolahan tanah yang dilakukan sebelum hujan turun pelaksanaannya cukup berat dan masalah gulma selama lahan masih kondisi gogo. Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa walaupun petani meyakini kalau sistem gora memiliki peluang berhasil lebih tinggi, namun sebagai akibat beratnya dilakukan persiapan lahannya dan biaya penyiangan terlalu berat, sehingga sistem gora tersebut belum bisa dikembangkan oleh petani. Namun dengan tersedianya berbagai macam herbisida pada saat ini memberikan peluang untuk mengatasi gulma dengan baik.
  • 8. 7 Pertanaman padi sistem gogorancah pada lahan sawah tadah hujan merupakan alternatif yang tepat menentukan keberhasilan pertanaman palawija. Dengan pertanaman padi sistem gogorancah, berarti meningkatkan efisiensi waktu pertanaman palawija setelah panen padi sehingga biaya produksi palawija dapat ditekan, terutama biaya pengairan. Dengan waktu panen padi yang lebih awal, peluang menanam padi MT kedua yang toleran kekeringan dapat dilakukan. 1.2. Dasar Pertimbangan Potensi peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan an lahan kering di Sumsel masih sangat besar. Saat ini pemanfaatannya masih sederhana, teknologi yang diterapkan oleh petani sebagian besar masih teknologi berdasarkan petani, sehingga produktivitas yang dicapai masih rendah dan sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya (yaitu sekitar 1 – 3 t/ha). Sebagian besar lahan sawah tadah hujan dan lahan kering yang ada pada saat ini, hanya ditanami sekali dengan padi dalam setahun, padahal sesungguhnya masih dapat diusahakan tanaman palawija setelah panen padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan varietas yang sesuai, dan dengan teknologi budidaya yang tepat, produktivitas padi, jagung dan kedelai di sawah tadah hujan dan lahan kering dapat menyamai provitas tanaman di agroekosistem lainnya (sawah irigasi). Pemilihan jenis/varietas padi yang berumur genjah, toleran terhadap kekeringan dan berdaya hasil cukup tinggi, akan memperbesar peluang keberhasilan tanaman padi, walaupun curah hujan relatif rendah dan singkat. Faktor penunjang yang sangat mendukung adalah semakin berkembangnya teknologi pengendalian gulma, berbagai jenis herbisida yang dapat dipilih kesesuaiannya dengan jenis gulma yang dominan di lapang. Penerapan cara tanam padi secara gogorancah yang dikombinasi dengan persiapan lahan secara tanpa olah tanah dapat memajukan waktu tanam dan waktu panen padi, sehingga tanaman dapat terhindar dari kegagalan panen akibat kekeringan. Dengan waktu panen yang lebih awal, memberi peluang kepada petani untuk menanam palawija segera setelah panen dengan memanfaatkan curah hujan yang masih tersisa, atau dengan pompanisasi air tanah atau sungai yang tersedia. Pada beberapa daerah/kabupaten di Sumsel, telah mulai berkembang usahatani palawija maupun di lahan sawah tadah hujan, terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki sumber air tanah dangkal maupun aliran sungai. Teknologi cara tanam tanpa olah tanah yang dikombinasi dengan penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma, diharapkan pertanaman padi yang ditanam
  • 9. 8 secara gogorancah dapat meningkatkan keberhasilan tanaman padi. Selanjutnya dengan keberhasilan tersebut, diharapkan teknologi tersebut akan diterima oleh petani. Dengan penanaman padi secara gogorancah pada musim tanam pertama, memungkinkan untuk panen lebih awal, sehingga pada saat panen, sawah masih dalam kondisi basah dan masih diharapkan masih ada sisa hujan yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi kedua dengan memanfaatkan ketersedian sumber air seperti sungai, embung atau air tanah dangkal. Varietas padi yang ditanam pada tanam kedua berumur pendek dan tahan dengan kekeringan. 1.3. Tujuan Penerapan inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP): 1. Menerapkan inovasi teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering. 2. Mendiseminasikan paket teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering. Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan: 1. Terlaksananya Sosialisasi, Verifikasi, dan Uji-Adaptasi paket teknologi (waktu tanam, luas tanam, pola tanam setahun, varietas, dosis pupuk, kerentanan hama/penyakit, dan alsintan) Sistem Informasi Kalander Tanam MH 2017/2018 dan MK 2018. 2. Data/informasi realisasi waktu tanam dan luas tambah tanam (LTT) Pajale pada MH 2017/2018 dan MK 2018. 3. Diperolehnya alternatif pola tanam setahun yang dapat dikembangkan untuk perencanaan pola tanam pada tahun mendatang. Survey Sumberdaya Air (SDA): Melaksanakan survey sumberdaya air (SDA) di Provinsi Sumatera Selatan.
  • 10. 9 1.4. Perkiraan Keluaran Penerapan inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP): 1. Diterapkannya inovasi teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering. 2. Terdiseminasikannya paket teknologi budidaya dalam peningkatan IP lahan suboptimal sawah tadah hujan dan lahan kering. Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan: 1. Terlaksananya Sosialisasi, Verifikasi, dan Uji-Adaptasi paket teknologi (waktu tanam, luas tanam, pola tanam setahun, varietas, dosis pupuk, kerentanan hama/penyakit, dan alsintan) Sistem Informasi Kalander Tanam MH 2017/2018 dan MK 2018. 2. Data/informasi realisasi waktu tanam dan luas tambah tanam (LTT) Pajale pada MH 2017/2018 dan MK 2018. 3. Diperolehnya alternatif pola tanam setahun yang dapat dikembangkan untuk perencanaan pola tanam pada tahun mendatang. Survey Sumberdaya Air (SDA): Terlaksananya survey sumberdaya air (SDA) di Provinsi Sumatera Selatan.
  • 11. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Pengembangan Lahan Kering Masam Lahan kering dapat didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Lahan kering masam adalah lahan yang mempunyai sifat-sifat seperti pH rendah, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan Corganik rendah, kandungan aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi dan mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik. Luas lahan kering di Propinsi Sumsel mencapai 3,9 juta ha. Dari luasan tersebut sekitar 2,8 juta ha (32,3%) berpotensi untuk pengembangan integrasi tanaman tahunan dan tanaman pangan dalam sistem pertanian wanatani/agroforestry (Zona IIIax) dan terdapat sekitar 1,1 juta ha (12,88%), yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan monokultur atau tumpangsari (Zona Ivax2) (Arief et al., 2004). Berdasarkan keadaan curah hujannya, lahan kering dapat dibedakan menjadi 2 yaitu lahan kering beriklim basah dan lahan kering beriklim kering. Pembeda keduanya adalah jumlah bulan basah dan tinggi curah hujan dimana bulan basah adalah tinggi curah hujan > 100 mm/bulan sedangkan bulan kering adalah curah hujan < 100 mm/bulan. Lahan kering beriklim basah, yaitu daerah-daerah yang mempunyai bulan basah selama 6-7 bulan, dan bulan kering selama 3-4 bulan, atau curah hujan tahunan minimal lebih dari 2.000 mm. Lahan kering beriklim kering, yaitu daerah-daerah yang mempunyai bulan kering selama 7-9 bulan dan basah 3-4 bulan, atau curah hujan tahunan kurang dari 2.000 mm. Khusus untuk lahan kering beriklim basah, meskipun secara potensial kuantitas sumberdaya air hujan relatif tinggi, namun secara faktual ketersediaannya untuk pertanian sangat rendah dan berfluktuasi (Yonky dkk., 2003). Meskipun demikian peluang pengembangan pertanian di lahan kering masam cukup besar. Kendala teknis dapat diatasi dengan menerapkan teknologi pemupukan, pengapuran, pengelolaan bahan organik, serta pemilihan komoditas yang sesuai. Teknologi pengelolaan lahan kering masam akan mudah diterapkan oleh petani yang mempunyai kemampuan teknis dan modal yang cukup serta pengetahuan maju. Permasalahannya, petani umumnya kurang mampu dan tidak memiliki modal cukup untuk menerapkan teknologi tersebut. Kondisi ini terutama terjadi pada wilayah yang usaha taninya berbasis tanaman pangan. Pemanfaatan air permukaan (kolam,
  • 12. 11 embung, dam parit, sungai, air irigasi) ataupun air tanah dalam (irigasi suplemen atau pompanisani) juga dapat meningkatkan indeks pertanaman (Anonim, 2006). 2.2. Potensi Pengembangan Lahan Sawah Tadah Hujan Salah satu potensi lahan yang dapat dioptimalkan sebagai persawahan adalah sawah tadah hujan. Luas lahan sawah tadah hujan di Sumsel adalah sekitar 80.727 ha atau sekitar 13 % dari luas lahan sawah yang ditanami padi (620.632 ha) yang ada (BPS, 2015). Sebaran terluas sawah tadah hujan di Sumatera Selatan pada beberapa kabupaten yaitu, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu Timur, Musi Rawas, Musi Rawas Utara dan Muara Enim, sisanya menyebar di kabupaten/kota lainnya (BPS, 2015). Potensi tersebut ditunjang oleh perhatian Pemerintah pusat maunun daerah yang sangat besar dalam memacu peningkatan produksi padi, hal ini terlihat dalam program upaya khusus (UPSUS) padi di Sumatera Selatan (Sumsel).
  • 13. 12 III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan Pengkajian ini direncanakan di Provinsi Sumatera Selatan pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Petani terlibat atau kooperator dipilih pada satu hamparan dengan luas 8,0 ha dengan mempertimbangkan ketersedian sumber daya air di lokasi tersebut. Pelaksanaan dilakukan pada musim tanam kedua MK 1(musim kemarau 1) dan MK 2 2018. Kajian dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air di lahan sawah tadah hujan untuk meningkatkan indeks pertanaman padi, jagung dan kedelai IP 300 dan lP 200 di lahan kering dengan dukungan beberapa inovasi pertanian terdiri atas 3 paket teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai. Adapun paket teknologi dan uraian rakitan teknologi budidaya yang dilakukan berdasarkan rekomendasi teknologi spesifik lokasi (BPTP Sumsel, 2016 dan Thamrin et al., 2013) dapat dilihat pada Tabel 1.
  • 14. 13 Tabel 1. Komponen teknologi budidaya PTT padi , jagung dan kedelai IP 300 di sawah tadah hujan Uraian/Komoditas Padi Jagung Kedelai Varietas Inpari 39 dan Inpari 40 Pioneer 27 (P-27) Anjasmoro dan Kaba Persiapan lahan Olah Tanah Minimum Olah Tanah Minimum Olah Tanah Minimum Cara Tanam Tanam benih langsung (menggunakan Amator) Tugal, dengan jarak tanam 75 x 20 cm Tugal dengan jarak tanam 40 x 10 cm, 2 biji/lubang Persiapan benih Seed treatment: benih direndam selama 24 jam dan diperam satu malam. Benih padi direndam dalam larutan fungisida misalnya berbahan aktif tembaga oksida 56% dosis 1 g/5 L air selama 24 jam Seed treatment: 2g metalaksil per 1 kg benih dan dicampur dengan 10 ml air. Rhizobium 200 gr/ha Kebutuhan Benih (kg/ha) 30 15-20 40-50 Takaran pupuk (kg/ha) 200 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl 350 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl 75 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl Pupuk kandang (kg/ha) 1000 1000 1000 Pengairan Curah hujan dan air tanah Curah hujan dan air tanah Curah hujan dan air tanah Pemeliharaan Gulma Disiang + Herbisida Gulma Disiang + Herbisida Gulma Disiang + Herbisida umur 15 dan 45 HST Pengendalian Hama dan penyakit PHT dan Pestisida Selektif PHT dan Pestisida Selektif PHT dan Pestisida Selektif Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan saat 90% malai menguning dengan menggunakan combine harvester, selanjutnya gabah (GKP) dikeringkan hingga kadar air 14% (GKG) dengan sinar matahari atau menggunakan box dryer Panen dilakukan atas kriteria: kelobot sudah kering, umur panen sudah sampai (sesuai deskripsi), sudah terbentuk lapisan hitam pada dasar biji. Jagung yang telah dipanen dan sekaligus dipipil dengan menggunakan mesin panen jagung berkelobot, dan selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari atau menggunakan box dryer Peromtokan dengan cara mekanis dengan pedal/power thresher. Pegeringan dengan sinar matahari atau mesin pengering box dryer)
  • 15. 14 3.2.. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dengan dinas/instansi lingkup pertanian di level Provinsi Sumatera dan Kabupaten OKI , 2. Survei RRA untuk menginventarisasi potensi indeks pertanaman, pola tanam, infrastruktur dan tata kelola air, serta kelembagaannya pada kondisi eksisting, 3. Identifikasi dan inventarisasi potensi pemanfaatan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan tata kelola air, 4. Pelaksanaan pengkajian dukungan inovasi pertanian dalam peningkatan IP sawah tadah hujan (IP 300) dan lahan kering (IP 200) di lahan petani dengan menerapkan teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai dengan pendekatan PTT, 5. Pengawalan dan pendampingan teknologi oleh tim pengkajian, 6. Pertemuan kelompok, 7. Temu lapang, 8. Sosialisasi, Uji Uji Adaptasi SI Kalender Terpadu, pengumpulan data target dan realisasi luas tambah tanam (LTT harian, bulanan, MH 2017/2018 dan MK 2018), 9. Pertemuan/diskusi kelompok (FGD), pengolahan, dan analisis data, 10. Pelaporan; Penyusunan laporan (laporan tengah tahun dan akhir) dilakukan sebagai bentuk pertanggung-jawaban kegiatan maupun keuangan. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Bahan yang digunakan pada kegiatan ini berupa: benih padi, jagung dan kedelai, sarana produksi yang meliputi; pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida, herbisida. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain: (1) traktor tangan untuk pengolahan tanah, (2) cangkul dan alat pertanian lain untuk pembuatan saluran dan pematang, (3) alat penyiangan, (4) pompa air dan selang untuk irigasi, (5) alat tanam benih langsung modifikasi yang ditarik traktor (Amator), (6) sprayer untuk penyemprotan pestisida, (7) plastik pagar,(8) bubu tikus, dan (9) alat pengukur seperti timbangan, mistar, meteran serta (10) alat tulis dan dokumentasi. Pengkajian budidaya komoditas dengan pendekatan PTT meliputi adalah 3 (tiga) paket teknologi budidaya komoditas padi, jagung, kedelai di sawah tadah hujan yang dilaksanakan di lahan petani. Masing-masing komoditas mempunyai luasan yang berbeda dikaitkan dengan potensi sumber daya air pada musim tanam ketiga, sehingga totalluasan 8 (delapan) ha meliputi, 4 ha jagung, 2 ha kedelai dan 2 ha tanaman padi.
  • 16. 15 Pengumpulan data dilakukan melalui observasi terhadap kondisi pertanaman, pengamatan langsung dilakukan terhadap pertumbuhan dan produksi. Data input dan output usahatani diliput melalui catatan petani (farmer diary) dan wawancara terhadap petani kooperator secara perorangan. Pengambilan sampel hasil panen padi, jagung dan kedelai dilakukan pada saat panen. Komponen pertumbuhan tanaman yang diamati di antaranya: jagung (tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, kerebahan, umur berbunga, umur panen), padi (tinggi tanaman, jumlah anakan/produktif, umur berbunga, umur panen), kedelai (tinggi tanaman, jumlah cabang); sedangkan komponen hasil yang diamati diantaranya: jagung (produktivitas, bobot 100 biji, diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji per tongkol), padi (produktivitas, bobot 1000 biji, jumlah malai per rumpun, persentase gabah isi/hampa, panjang malai) kedelai (produktivitas, bobot 100 biji, jumlah polong isi dan hampa). Data komponen pertumbuhan dan hasil tanaman ini selanjutnya akan dianalisis sidik ragam untuk mengetahui perbedaannya dan selanjutnya dilakukan uji lanjut. Data lain yang diliput adalah; serangan hama penyakit di lapangan dan data meteorology selama pelaksanaan pengkajian, serta respon petani sekitar tempat pengkajian terhadap penampilan tanaman). Untuk data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda BNT atau Duncan Multiple Range Test. Data untuk analisa usaha tani meliputi penggunaan sarana produksi, benih, pupuk, pestisida dan curahan tenaga kerja (pengolahan tanah, tanam, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pasca panen) dan distribusi tenaga kerja berdasarkan sumber tenaga kerja (keluarga atau upahan berdasarkan gender) dan data harga sarana produksi dan produksi usahatani dari masing-masing paket teknologi. Data diliput dengan cara observasi langsung dan wawancara terhadap petani kooperator secara perorangan dan Focus Group Discussion. Data dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan nilai rata-rata dan MBCR.
  • 17. 16 IV. ANALISIS RISIKO 4.2. Daftar Penanganan Risiko No Risiko Penyebab Dampak 1. Serangan hama dan penyakit Anomali iklim Pertumbuhan tanaman kurang optimal, penurunan hasil 2. Pertumbuhan vegetatifdan generatif kurang baik Kekeringan dan kebanjiran, serta serangan hama dan penyakit tanaman Produktivitas menjadi berkurang 4.3. Daftar Penanganan Risiko No Risiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan 1. Serangan hama dan penyakit Anomali iklim Pertumbuhan tanaman kurang optimal, penurunan hasil Penerapan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) 2. Pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kurang baik Kekeringan dan kebanjiran, serta serangan hama dan penyakit tanaman Produktivitas menjadi berkurang Penanaman tepat waktunya, menanam varietas yang tahan dan pemilihan pestisida yang tepat/selektif
  • 18. 17 V. TENAGA DAN OGRANISASI PELAKSANA 5.1 Tenaga yang terkait dalam kegiatan Dukungan Inovasi untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai di Lahan Suboptimal Sumatera Selatan No Nama/NIP Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam/ minggu) 1. Dr. Ir.Priyatna Sasmita, M.Si 19641104 199203 1 001 Peneliti Madya/Pemulian Penjab Program Mengkoordinir Penanggung jawab kegiatan 4 2. Budi Raharjo, STP.M,Si 19710828 200003 1 001 Peneliti Madya/ Mekanisasi Penanggung Jawab Menyusunan proposal, pelaporan, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan 6 3. Tumarlan Thamrin, SP.MP. 19690317 199703 1 001 Peneliti Madya/ SUP Penanggung Jawab peliput data/ informasi dan analisis data, pelaporan 4 4. Ir. Yanter Hutapea,M.Si/ 19630430 198903 1 001 Peneliti Utama/ Sosek Pertanian Anggota tim peliput data/ informasi dan analisis data, pelaporan 4 5. Ir. NP. Sri Ratmini, M.Sc Peneliti Madya/ Ilmu Tanah Anggota tim peliput data/ informasi dan analisis data, pelaporan 4 6. Ir. Dedeh Hadiyanti Penyuluh Madya / Agronomi Anggota tim peliput data/ informasi dan analisis data, pelaporan 4 7. Syahri, SP Peneliti Muda/ SUP Anggota tim peliput data/ informasi dan analisis data, pelaporan 4 8. Yayam Suryana, SST Penyuluh Pertama Anggota tim Peliput data/ informasi dan pelaksanaan pelatihan dan temu lapang 4 9. Koharudin Teknisi Anggota tim peliput data/ informasi dan analisis data, pelaporan 4 10. PM Administrasi Membantu penyelesaian administrasi 4
  • 19. 18 5.2. Jadwal Waktu Kegiatan Dukungan Inovasi untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai di Lahan Suboptimal Sumatera Selatan No Uraian Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan pembuatan RPTP/ ROPP X 2. Koordinasi, Sosialisasi dengan stake holder X 3. Inventarisasi sumber daya air dan penerapan teknologi dan pola tanam eksisting x 4. Pemantapan rancangan pengkajian dan komponen teknologi pada ROPP yang disesuaikan dengan kondisi lapangan 5. Demplot Budidaya Padi IP 200 x x x x x Penataan lahan, pembuatan saluran x Pengolahan Tanah x Tanam Padi x Pemeliharaan Tanaman x x x x Panen dan Pasca Panen x Demplot Budidaya Jagung IP 300 x x x x Pengolahan Tanah x Tanam Jagung x Pemeliharaan Tanaman x x x Panen dan Pasca Panen x Demplot Budidaya Kedelai IP 300 x x x x Pengolahan Tanah x Tanam Kedelai x Pemeliharaan Tanaman x x x Panen dan Pasca Panen x 6. Pengumpulan data dan informasi x x x x x x 7. Pengolahan data x x x 8 Temu Lapang x 9. Penulisan Laporan x x x 10. Penggandaan, pendistribusian laporan x
  • 20. 19 DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A., D.A. Suriadikarta dan A. Sofyan, 2001. Masalah tanah sawah “sakit” dan peningkatan produktivitasnya. Apresiasi Teknis Program Litkaji Sistem Usahatani Tanaman Ternak. Bogor, 22-29 April 2001Puslitbangnak, Ciawi. Bogor. Anonim. 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1987 – 1991. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 116p. Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Sumatera Selatan. 64 p. Balitpa. 2002. Anomali Iklim dan Produksi Padi. Strategi dan Antisipadi Penanggulangan. Penyunting M.Syam. Balai Penelitian Tanaman Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 39p. Dobermann, A and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient disorder & nutrient management. Potash and Phosphate Institute of Canada and International Rice Research Institute. 191 p. Fagi, A.M. 1995. Strategies for improving rainfed lowland rice production system in Central Java. p:189-199 in Rainfed Lowland Rice. Agriculutural Research for High-Risk Environments. International Rice Research Institute, Los Banos - Philippines. Fagi, A.M, S. Partohardjono dan E.E. Ananto. 2002. Strategi pemenuhan kebutuhan pangan beras 2010. Makalah Utama Seminar IPTEK Padi Pekan Padi Nasional, Sukamandi 5 Maret 2002. Las, I., Hidayat Pawitan, dan A. Sarnita. 1998. Ketersediaan dan potensi sumberdaya air dan perairan umum untuk pengembangan pertanian pangan. Prosiding Analisis Ketersediaan Sumberdaya Pangan dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, hal 18-50. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Mamaril, C.P., A.Wihardjaka, S. Abdulrachman, Suprapto, A.M. Fagi and S. Diah. 1995. Respon of rainfed lowland rice to potassium and sulfur under intensive and diversified cropping system and low fertility. p.215-225 In Rainfed Lowland Rice Agricultural Research for High-Risk Environments. International Rice Research Institute. Los Banos - Philippines. Margaretha SL., S. Bachrein, Syahrir Pakki, Sriwidodo, dan Sudjak Senong. 1994a. Pengembangan palawija pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep. Pengembangan Tanaman Pangan pada Sawah Tadah Hujan di Pantai Barat (Takbar) Sulawesi Selatan. Edisi Khusus, hal. 47- 64.. Balittan Maros. Margaretha SL., Sudjak Saenong, Sriwidodo, S. Pakki, dan S. bachrein. 1994b. Pengembangan palawija pada sawah tadah hujan di kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Pengembangan Tanaman Pangan pada Sawah Tadah Hujan di Pantai Barat (Takbar) Sulawesi Selatan. Edisi Khuisus, hal. 6 – 26. Balittan Maros. Pandey, S. and L. Velasco. 2000. Economic of Direct Seeding in Asia: Paterns of Adoption and Research Priorities. International Rice Research Notes 24.2/1999. Los Banos: IRRI. 11 p.
  • 21. 20 Rusastra, IW., Handewi P. Saliem, Supriati dan Saptana. 2004. Prospek Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan di Indonesia. Forum Penelitian Agro EKonomi. Vol. 22(1): 37-53. Savant NK, De Data SK. 1982. Nitrogen transformation in wetland rice soil. Adv. Agron. 35 : 241-302. Subandi dan I. Manwan. 1990. Teknologi dan Peningkatan Produksi Jagung di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. pp 1- 20. Thamrin, T., Yanter Hutapea dan Rudy Soehendi. 2010. Pengkajian Introduksi Varietas Unggul Padi Gogo dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Prosiding Seminar Nasional BPTP Papua. Jayapura, 7-8 Oktober 2010. p. 388-397. Wihardjaka, A., G.J.D. Kirk, S.Abdulrachman, and C.P. Mamaril. 1998. Potassium balances in rainfed loland rice on light-textured soil. p.127-137. In Rainfed Lowland Rice: Advances in Nutrient Management Research. Internatioanal Rice Research Institute, Los Banos -Philippines.