Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberkulosis (TBC), termasuk penyebabnya (bakteri Mycobacterium tuberculosis), gejala klinisnya, dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penularannya. TBC merupakan masalah kesehatan global yang sering menyerang paru-paru dan dapat menular dari orang ke orang melalui udara yang tercemar. Pengobatan yang tepat dan disiplin diperlukan untuk mencegah penularan le
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
Tbc epid
1. BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus
menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit
tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis
yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat,
praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian
dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia
Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah
penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya
meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika
Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di
Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam
menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis
akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin
bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan
pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau
berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus
berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal
2. akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (
multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi
pengentasan tuberkulosis di Indonesia
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24
Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai
penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.
2. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana penyebab penyakit TBC ?
B. Jelaskan riwayat alamiah penyakit TBC ?
C. Bagaimana upaya pencegahan penyaki tTBC ?
D. Bagaimana transisi epidemiologi penyakit TBC ?
E. Bagaimana etika epidemiologi dari penyakit TBC ?
F. Bagaimana segitiga epidemiologi penyakit TBC ?
G. Bagiamana aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC?
3. TUJUAN MASALAH
A. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC
B. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit TBC
C. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyaki t TBC
D. Untuk mengetahui transisi epidemiologi penyakit TBC
E. Untuk mengetahui etika epidemiologi dari penyakit TBC
F. Untuk mengetahui segitiga epidemiologi penyakit TBC
G. Untuk mengetahui aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB PENYAKIT
1. TEORI TERJADINYA PENYAKIT TBC
Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia dikejutkan dengan
munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan utama manusia, yaitu
paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert Koch (1882) berhasil
mengidentifikasi kuman penyebab infeksi tersebut, Mycobacterium
tuberculosis.Tuberculosis a atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang bisa
bersifat akut maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung
meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan
dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya.Hingga kini, TBC menjadi salah satu problem
utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO
(1964) untuk dunia, secara keseluruhan sekitar 15 juta jiwa menderita infeksi TBC dan
lebih dari 3 juta kematian dapat dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk
tiap tahunnya muncul 2-3 juta kasus baru TBC.
Geografis dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik tempat
maupunwaktu. Dalam perkembangannya, kematian yang disebabkan oleh TBC
perlahan menurun, sehingga TBC sebagai penyebab kematian turun dari posisi ke-2
pada tahun 1900 menjadi posisi ke-16 di tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak
berlaku di beberapa tempat yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama
di belahan dunia ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan
ketidakmampuan, dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14
tahun.
2. HUBUNGAN PENYEBAB DAN PENYAKIT
4. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
WEB OF CAUSATION
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian
reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.
Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi
sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
3. MODEL HUBUNGAN KAUSAL.
5. a. Kausal mutlak yaitu penyebab pasti yang akan menimbulkan penyakit TBC
b. Kausal esensial yaitu kausal yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya penyakit
TBC yaitu virus , Mycobacterium tuberculosis.
c. Kausal suffesien yaitu beberapa kausal yang bersama sama untuk menjadi cukup
dalam menyebabkan penyakit TBC yaitu penyakit TBC dapat juga disebabkan oleh
lingkungan yang tidak sehat dan perilaku individu yang menderita penyakit TBC
sehingga dapat menularkan ke orang yang ada di sekitarnya
4. FAKTOR AGENT DARI PENYAKIT TBC
a. Lingkungan biologi
Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
Vektor pembawa infeksi
Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber kehidupan)
maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP).
b. Lingkungan kimia
Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan kimia ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul
akibat manusia sendiri
6. c. Lingkungan fisika
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran
pada air
d. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi.
Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat,
dan
Kebiasaan hidup masyarakat
Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan
sosial lainnya.
B. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
1. TAHAP PREPATOGENESIS
Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage
of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi
antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh,
dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman
mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.
2. TAHAP PATOGENESIS
7. a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit.
Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan
pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai
pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap
penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat
dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai
terinfeksi samapi menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu
b. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan
diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan
segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan.
Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan Gejala
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
8. yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
d. Tahap penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen
berupa cacat.
Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
Berakhir dengan kematian.
3. TAHAP PASCAPATOGENESIS
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC
yang diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik,
atau berakhir dengan kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan
pengobatan yang rutin
9. C. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TBC
1. Primordial prevention ( pencegahan tingkat awal )
Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan ditahap
selanjutnya penderita mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu
yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persistent
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
2. Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama )
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,
walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar
kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan
TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan
internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau
beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan
dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak
dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3)
Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
3. Secondary prevention ( pencegahan tingkat kedua )
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan
kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga.
Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC
sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan
tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang
paling efektif.
10. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,
dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol
lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat
mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi
lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan
ketidakmampuan untuk membatasi kasus b`aru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan
menghindari tekanan psikis.
4. Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ketiga )
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara
psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian
rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan
kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial
dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan
sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC,
yaitu dengan jalan sebagai berikut :
1. Perkembangan media.
2. Metode solusi problem keresistenan obat.
3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.
6. Studi lain yang intensif.
7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.
D. TRANSISI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
11. SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERCULOSIS DI INDONESIA
Januari-desember 2012
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis,sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga
mengenai organ tubuh bagian lainnya.
Pada tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi
dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi yang paling ekonomis
paling efeftif yang terdiri dari 5 kunci :
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak yang mikroskopis yang terjamin mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana
kasus yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT (obat anti TB) yang bermutu
5. System pencataatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian tehadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja kerja secara keseluruhan.
Angka prevalensi insidensi dan mortalitas yang dinyatakan dala 100.000 pada
tahun 1990 dan 2012 berdasarkan hasil penghitungan WHO dalam WHO report 2012
global tuberculosis control angka insiden semua tipe TB tahun 2012 sebesar 189 per
100.000 penduduk mengalami penurunan disbanding tahun 1990 yaitu (343 per
100.000 penduduk).angka prevalensi berhasil diturunkan hamper setengahnya pada
tahun 2012 (423 per 100.000 penduduk) dibandingkan dengan tahun 1990 (289 per
100.000 penduduk) sama halnya dengan angka mortalitas yang berhasil diturunkan
lebih dari separuhya pada tahun 2012 (27 pr 100.000 penduduk) disbanding tahun 1990
(51 per 100.000 penduduk) hal tersebut membuktikan bahwa program pengendalian TB
berhasil menurunkan insidens prevalensi dan mortalitas akibat TB.
E. ETIKA EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
12. Upaya pemerintah dalam mencegah penularan penyakit tuberculosis (TBC/TB)
terus berjalan salah satunya dengan menghimbau rumah sakit di seluruh Indonesia
untuk mengadakan pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis.pencegahan dan
pengndalian infeksi wajib ada di setiap rumah sakit apalagi penyakit TB sering
ditemukan pada penderita HIV/AIDS sebab daya tahan tubuh mereka rendah sehingga
mudah tertular penyakit TB.
Menurut Dalima Astra Winata beliau adalah salah satu perwakilan Kemenkes
RI,salah satu hal sederhana dalam menangani penularan penyakit TB adalah dengan
memberikan penyuluhan mengenai etika batuk pada penderita TBC.
Ini ,menjadi bukti bahwa epidemiologi berusaha mencari solusi agar para
penderita TB tidak menularkan penyakitnya ke orang yang sehat dengan program etika
batuk pada penderita TBC.etika batuk yang dapat diterapkan oleh masyarakatadalah
dengam menutup mulut dengan lengan bukan dengan tangan ketika batuk.karena
ketika bersalaman kuman TB dapat berpindah.cara ampuh lainnya dengan
menggunakan masker ketika menderita batuk sehingga kuman tidak menyebar dan
menulari orang lain.
F. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
Segitiga epidemiologi
Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak
kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua
penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3)
puncak sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin
tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan
penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan
tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi
13. memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang
disebabkan rendahnya kondisi sosio-ekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara
familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi
keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam
keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC,
sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi keseatan secara
umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum
juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer
memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.
Agent
TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis,baktri gram positif berbentuk
batang halus mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan
kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka
waktu yang lama.
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium
Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya
tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius
yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan
keharusan mengembangkan obat baru.
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang
terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta
transmisi kongenital yang jarang terjadi.
Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
14. sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi
merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan
adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan,
perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat
pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas
perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak
adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan
pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud
kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah
berbahaya.
Portal of exit and portal of entry
Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit)
Saluran pernafasan
Saluran pencernaan
Perkemihan
Melalui kulit.
Cara Transmisi dari Orang ke Orang Secara Langsung,
Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan
ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.
Tempat masuknya penyebab penyakit ke pejamu baru (Portal of Entry).
Saluran pernafasan
Saluran pencernaan
Perkemihan
Melalui kulit
Kerentanan Pejamu Tergantung faktor genetik, daya tahan tubuh, keadaan gizi,
gaya hidup dll.
G. APLIKASI EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
15. Salah satu tokoh epidemiologi adalah Robert Korch dia adalah penemu
Tuberkolin tau pemyaki TBC beliau melalui Aplikasi epidemiologi dalam menangani
penyakit menular seperti penyakit TBC menemukan DOTS sebagai salah satu
pengobatan terhadap penderita penyakit TBC yaitu pengobatan yang berlangsung
selama 6 bulan
Untuk dapat memelihara dan meningkatakan derajat kesehatan mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perlu disediakan dan diselenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat yang sebaik-baiknya yang sesuai sengan
kebutuhan.apabila dalam lingkungan masyarakat banyak ditemukan penyakit menular
seperti TBC maka pelayana kesehatan yang di sediakan akan lebih diarahkan kepada
upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi dan
penyebaran penyakit TBC dan factor-faktor yang mempengaruhi dari penyakit TBC
adapu penggunaan/aplikasi epidemilogi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam
penyakit TBC yaitu: penentuan abnormalitas .batas seseorang dapat disebut sebagai
pengidap TBC,membantu menetapakan penerapan diagnosis,untuk mengetahui riwayat
pennyakit TBC sehingga dapat menyerang manusia dan menular ke orang yang sehat
serta mencari efektifitas suatu tindakan dalam menangani penderita TBC dan mencari
bentuk-bentuk upaya pencegahan terhadap penyakit TBC
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Selama saya mengikuti perkuliahan semester 3 dengan mempelajari DASAR-
DASAR EPIDEMIOLOGI yang dibawakan ole ibu Henni Kumaladewi SKM.M.kes saya
mendapatkan banyak pengetahuan tentang epidemiologi dan semua apa yang telah
diajarkan sangat bermanfaat untuk saya untuk mengambil keputusan dalam
16. menentukan jurusan yang akan saya pilih kedepannya.dalam proses pembelajaran
dapat saya terima dengan mudah karena disertai dengan contoh yan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.Sebagai saran cara ibu mengajar sangat bagus tetapi apabila
kami diberi tugas sebaiknya dijelasakn secara detail karena terkadang saya bingung
model tugas yang akan saya kerjakan
17. DAFTAR PUSTAKA
Supayanto.2010.Riwayat Alamiah Penyakit.Jakarta.[diakses pada tanggal 13 Januari
2013 di http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/06/riwayat-alamiah-penyakit.html]
Toni.2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.[diakses pada tanggal 13 januari di
http://who.org/orgs/dissease/tuberculosis/epidemiology.htm ]
Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB.Jakarta: PT
Rineka Cipta.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di
http://eka78.wordpress.com/2010/11/12/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-penyakit-
tb- /]
Dr. dr. H. Sardjana, SpOG (k), SH dan Hoirun Nisa, M.Kes. 2007. Epidemiologi
Penyakit Menular. Jakarta:UIN Press.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm]
Sugeng Juwono Mardihusodo.2008.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan
Kejadian Epidemik Penyakit TB.Jakarta.[diakses pda tanggal 13 januari 2013 di
http://intanpuja.blogspot.com/2011/10/makalah-penyakit-tbc.html]
Wirawan Dewa Nyoman, dr. MPH. 2004. Epidemiology of Tuberculosis. Epidemiologi
Dasar. Laboratorium Epidemiologi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar.[siakses pada tanggal 13 januari 2013 di
http://epidemiologidkn.blogspot.com]