SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 17
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus
menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit
tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis
yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat,
praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian
dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia
Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah
penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya
meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika
Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di
Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam
menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis
akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin
bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan
pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau
berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus
berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal
akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (
multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi
pengentasan tuberkulosis di Indonesia
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24
Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai
penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.
2. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana penyebab penyakit TBC ?
B. Jelaskan riwayat alamiah penyakit TBC ?
C. Bagaimana upaya pencegahan penyaki tTBC ?
D. Bagaimana transisi epidemiologi penyakit TBC ?
E. Bagaimana etika epidemiologi dari penyakit TBC ?
F. Bagaimana segitiga epidemiologi penyakit TBC ?
G. Bagiamana aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC?
3. TUJUAN MASALAH
A. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC
B. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit TBC
C. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyaki t TBC
D. Untuk mengetahui transisi epidemiologi penyakit TBC
E. Untuk mengetahui etika epidemiologi dari penyakit TBC
F. Untuk mengetahui segitiga epidemiologi penyakit TBC
G. Untuk mengetahui aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB PENYAKIT
1. TEORI TERJADINYA PENYAKIT TBC
Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia dikejutkan dengan
munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan utama manusia, yaitu
paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert Koch (1882) berhasil
mengidentifikasi kuman penyebab infeksi tersebut, Mycobacterium
tuberculosis.Tuberculosis a atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang bisa
bersifat akut maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung
meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan
dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya.Hingga kini, TBC menjadi salah satu problem
utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO
(1964) untuk dunia, secara keseluruhan sekitar 15 juta jiwa menderita infeksi TBC dan
lebih dari 3 juta kematian dapat dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk
tiap tahunnya muncul 2-3 juta kasus baru TBC.
Geografis dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik tempat
maupunwaktu. Dalam perkembangannya, kematian yang disebabkan oleh TBC
perlahan menurun, sehingga TBC sebagai penyebab kematian turun dari posisi ke-2
pada tahun 1900 menjadi posisi ke-16 di tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak
berlaku di beberapa tempat yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama
di belahan dunia ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan
ketidakmampuan, dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14
tahun.
2. HUBUNGAN PENYEBAB DAN PENYAKIT
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
WEB OF CAUSATION
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian
reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.
Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi
sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
3. MODEL HUBUNGAN KAUSAL.
a. Kausal mutlak yaitu penyebab pasti yang akan menimbulkan penyakit TBC
b. Kausal esensial yaitu kausal yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya penyakit
TBC yaitu virus , Mycobacterium tuberculosis.
c. Kausal suffesien yaitu beberapa kausal yang bersama sama untuk menjadi cukup
dalam menyebabkan penyakit TBC yaitu penyakit TBC dapat juga disebabkan oleh
lingkungan yang tidak sehat dan perilaku individu yang menderita penyakit TBC
sehingga dapat menularkan ke orang yang ada di sekitarnya
4. FAKTOR AGENT DARI PENYAKIT TBC
a. Lingkungan biologi
 Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
Vektor pembawa infeksi
 Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber kehidupan)
maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP).
b. Lingkungan kimia
 Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan kimia ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul
akibat manusia sendiri
c. Lingkungan fisika
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
 Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
 Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran
pada air
d. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi.
Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
 Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
 Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
 Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat,
dan
 Kebiasaan hidup masyarakat
 Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan
sosial lainnya.
B. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
1. TAHAP PREPATOGENESIS
Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage
of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi
antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh,
dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman
mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.
2. TAHAP PATOGENESIS
a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit.
Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan
pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai
pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap
penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat
dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai
terinfeksi samapi menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu
b. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan
diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan
segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan.
Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan Gejala
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
 ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
d. Tahap penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
 Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen
berupa cacat.
 Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
 Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
 Berakhir dengan kematian.
3. TAHAP PASCAPATOGENESIS
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC
yang diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik,
atau berakhir dengan kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan
pengobatan yang rutin
C. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TBC
1. Primordial prevention ( pencegahan tingkat awal )
Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan ditahap
selanjutnya penderita mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu
yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persistent
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
2. Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama )
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,
walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar
kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan
TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan
internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau
beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan
dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak
dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3)
Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
3. Secondary prevention ( pencegahan tingkat kedua )
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan
kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga.
Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC
sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan
tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang
paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,
dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol
lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat
mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi
lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan
ketidakmampuan untuk membatasi kasus b`aru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan
menghindari tekanan psikis.
4. Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ketiga )
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara
psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian
rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan
kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial
dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan
sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC,
yaitu dengan jalan sebagai berikut :
1. Perkembangan media.
2. Metode solusi problem keresistenan obat.
3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.
6. Studi lain yang intensif.
7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.
D. TRANSISI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERCULOSIS DI INDONESIA
Januari-desember 2012
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis,sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga
mengenai organ tubuh bagian lainnya.
Pada tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi
dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi yang paling ekonomis
paling efeftif yang terdiri dari 5 kunci :
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak yang mikroskopis yang terjamin mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana
kasus yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT (obat anti TB) yang bermutu
5. System pencataatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian tehadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja kerja secara keseluruhan.
Angka prevalensi insidensi dan mortalitas yang dinyatakan dala 100.000 pada
tahun 1990 dan 2012 berdasarkan hasil penghitungan WHO dalam WHO report 2012
global tuberculosis control angka insiden semua tipe TB tahun 2012 sebesar 189 per
100.000 penduduk mengalami penurunan disbanding tahun 1990 yaitu (343 per
100.000 penduduk).angka prevalensi berhasil diturunkan hamper setengahnya pada
tahun 2012 (423 per 100.000 penduduk) dibandingkan dengan tahun 1990 (289 per
100.000 penduduk) sama halnya dengan angka mortalitas yang berhasil diturunkan
lebih dari separuhya pada tahun 2012 (27 pr 100.000 penduduk) disbanding tahun 1990
(51 per 100.000 penduduk) hal tersebut membuktikan bahwa program pengendalian TB
berhasil menurunkan insidens prevalensi dan mortalitas akibat TB.
E. ETIKA EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
Upaya pemerintah dalam mencegah penularan penyakit tuberculosis (TBC/TB)
terus berjalan salah satunya dengan menghimbau rumah sakit di seluruh Indonesia
untuk mengadakan pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis.pencegahan dan
pengndalian infeksi wajib ada di setiap rumah sakit apalagi penyakit TB sering
ditemukan pada penderita HIV/AIDS sebab daya tahan tubuh mereka rendah sehingga
mudah tertular penyakit TB.
Menurut Dalima Astra Winata beliau adalah salah satu perwakilan Kemenkes
RI,salah satu hal sederhana dalam menangani penularan penyakit TB adalah dengan
memberikan penyuluhan mengenai etika batuk pada penderita TBC.
Ini ,menjadi bukti bahwa epidemiologi berusaha mencari solusi agar para
penderita TB tidak menularkan penyakitnya ke orang yang sehat dengan program etika
batuk pada penderita TBC.etika batuk yang dapat diterapkan oleh masyarakatadalah
dengam menutup mulut dengan lengan bukan dengan tangan ketika batuk.karena
ketika bersalaman kuman TB dapat berpindah.cara ampuh lainnya dengan
menggunakan masker ketika menderita batuk sehingga kuman tidak menyebar dan
menulari orang lain.
F. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
 Segitiga epidemiologi
 Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak
kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua
penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3)
puncak sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin
tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan
penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan
tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi
memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang
disebabkan rendahnya kondisi sosio-ekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara
familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi
keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam
keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC,
sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi keseatan secara
umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum
juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer
memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.
 Agent
TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis,baktri gram positif berbentuk
batang halus mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan
kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka
waktu yang lama.
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium
Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya
tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius
yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan
keharusan mengembangkan obat baru.
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang
terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta
transmisi kongenital yang jarang terjadi.
 Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi
merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan
adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan,
perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat
pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas
perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak
adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan
pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud
kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah
berbahaya.
 Portal of exit and portal of entry
Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit)
 Saluran pernafasan
 Saluran pencernaan
 Perkemihan
 Melalui kulit.
Cara Transmisi dari Orang ke Orang Secara Langsung,
Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan
ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.
Tempat masuknya penyebab penyakit ke pejamu baru (Portal of Entry).
 Saluran pernafasan
 Saluran pencernaan
 Perkemihan
 Melalui kulit
Kerentanan Pejamu Tergantung faktor genetik, daya tahan tubuh, keadaan gizi,
gaya hidup dll.
G. APLIKASI EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
Salah satu tokoh epidemiologi adalah Robert Korch dia adalah penemu
Tuberkolin tau pemyaki TBC beliau melalui Aplikasi epidemiologi dalam menangani
penyakit menular seperti penyakit TBC menemukan DOTS sebagai salah satu
pengobatan terhadap penderita penyakit TBC yaitu pengobatan yang berlangsung
selama 6 bulan
Untuk dapat memelihara dan meningkatakan derajat kesehatan mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perlu disediakan dan diselenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat yang sebaik-baiknya yang sesuai sengan
kebutuhan.apabila dalam lingkungan masyarakat banyak ditemukan penyakit menular
seperti TBC maka pelayana kesehatan yang di sediakan akan lebih diarahkan kepada
upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi dan
penyebaran penyakit TBC dan factor-faktor yang mempengaruhi dari penyakit TBC
adapu penggunaan/aplikasi epidemilogi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam
penyakit TBC yaitu: penentuan abnormalitas .batas seseorang dapat disebut sebagai
pengidap TBC,membantu menetapakan penerapan diagnosis,untuk mengetahui riwayat
pennyakit TBC sehingga dapat menyerang manusia dan menular ke orang yang sehat
serta mencari efektifitas suatu tindakan dalam menangani penderita TBC dan mencari
bentuk-bentuk upaya pencegahan terhadap penyakit TBC
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Selama saya mengikuti perkuliahan semester 3 dengan mempelajari DASAR-
DASAR EPIDEMIOLOGI yang dibawakan ole ibu Henni Kumaladewi SKM.M.kes saya
mendapatkan banyak pengetahuan tentang epidemiologi dan semua apa yang telah
diajarkan sangat bermanfaat untuk saya untuk mengambil keputusan dalam
menentukan jurusan yang akan saya pilih kedepannya.dalam proses pembelajaran
dapat saya terima dengan mudah karena disertai dengan contoh yan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.Sebagai saran cara ibu mengajar sangat bagus tetapi apabila
kami diberi tugas sebaiknya dijelasakn secara detail karena terkadang saya bingung
model tugas yang akan saya kerjakan
DAFTAR PUSTAKA
 Supayanto.2010.Riwayat Alamiah Penyakit.Jakarta.[diakses pada tanggal 13 Januari
2013 di http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/06/riwayat-alamiah-penyakit.html]
 Toni.2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.[diakses pada tanggal 13 januari di
http://who.org/orgs/dissease/tuberculosis/epidemiology.htm ]
 Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB.Jakarta: PT
Rineka Cipta.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di
http://eka78.wordpress.com/2010/11/12/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-penyakit-
tb- /]
 Dr. dr. H. Sardjana, SpOG (k), SH dan Hoirun Nisa, M.Kes. 2007. Epidemiologi
Penyakit Menular. Jakarta:UIN Press.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm]
 Sugeng Juwono Mardihusodo.2008.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan
Kejadian Epidemik Penyakit TB.Jakarta.[diakses pda tanggal 13 januari 2013 di
http://intanpuja.blogspot.com/2011/10/makalah-penyakit-tbc.html]
 Wirawan Dewa Nyoman, dr. MPH. 2004. Epidemiology of Tuberculosis. Epidemiologi
Dasar. Laboratorium Epidemiologi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar.[siakses pada tanggal 13 januari 2013 di
http://epidemiologidkn.blogspot.com]






Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Permasalahan Dalam SKN Indonesia
Permasalahan Dalam SKN IndonesiaPermasalahan Dalam SKN Indonesia
Permasalahan Dalam SKN IndonesiaBudi Perdana
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)NajMah Usman
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1HMRojali
 
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbPenyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbHMRojali
 
Makalah perencanaan program kesehatan
Makalah perencanaan program kesehatanMakalah perencanaan program kesehatan
Makalah perencanaan program kesehatanMuklis Bat'Rock
 
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatKonsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatFransiska Oktafiani
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueNajMah Usman
 
Kelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptx
Kelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptxKelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptx
Kelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptxshofi48
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanMuh Saleh
 
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukIndeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukNindya Harum Solicha
 
Ukuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiUkuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiIrfrans D' Rayyan
 
Interpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologiInterpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologiAnggita Dewi
 
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-pptNadia Ginting
 
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahKonsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahAnggita Dewi
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologiHMRojali
 

Mais procurados (20)

Permasalahan Dalam SKN Indonesia
Permasalahan Dalam SKN IndonesiaPermasalahan Dalam SKN Indonesia
Permasalahan Dalam SKN Indonesia
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbPenyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
 
Makalah perencanaan program kesehatan
Makalah perencanaan program kesehatanMakalah perencanaan program kesehatan
Makalah perencanaan program kesehatan
 
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatKonsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
 
KONSEP K3 RS
KONSEP K3 RSKONSEP K3 RS
KONSEP K3 RS
 
Kelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptx
Kelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptxKelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptx
Kelompok 1_Reformasi Sistem Kesehatan Nasional - Copy.pptx
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
Pokok bahasan SKD KLB
Pokok bahasan SKD KLBPokok bahasan SKD KLB
Pokok bahasan SKD KLB
 
Advokasi Kesehatan
Advokasi KesehatanAdvokasi Kesehatan
Advokasi Kesehatan
 
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukIndeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
 
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakatFaktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
Faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
 
Ukuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiUkuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologi
 
Interpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologiInterpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologi
 
Konsep Advokasi dalam Promosi Kesehatan
Konsep Advokasi dalam Promosi KesehatanKonsep Advokasi dalam Promosi Kesehatan
Konsep Advokasi dalam Promosi Kesehatan
 
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
 
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahKonsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
 

Destaque

Destaque (20)

POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Tuberculosis Talk
Tuberculosis TalkTuberculosis Talk
Tuberculosis Talk
 
Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
 
Ctps
CtpsCtps
Ctps
 
ruang lingkup epidemiologi
ruang lingkup epidemiologiruang lingkup epidemiologi
ruang lingkup epidemiologi
 
ruang lingkup epidemiologi
ruang lingkup epidemiologiruang lingkup epidemiologi
ruang lingkup epidemiologi
 
riwayat alamiah penyakit
riwayat alamiah penyakitriwayat alamiah penyakit
riwayat alamiah penyakit
 
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB ParuFaktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
 
Cme tb 1
Cme tb 1Cme tb 1
Cme tb 1
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Powerpoint gonorea
Powerpoint gonoreaPowerpoint gonorea
Powerpoint gonorea
 
Tuberculosis
TuberculosisTuberculosis
Tuberculosis
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Promosi Kes & Pencegahan TB
Promosi Kes & Pencegahan TBPromosi Kes & Pencegahan TB
Promosi Kes & Pencegahan TB
 
Tuberculosis @ TB @ Batuk Kering - Komunikasi Kesihatan
Tuberculosis @ TB @ Batuk Kering - Komunikasi KesihatanTuberculosis @ TB @ Batuk Kering - Komunikasi Kesihatan
Tuberculosis @ TB @ Batuk Kering - Komunikasi Kesihatan
 
Tuberculosis
TuberculosisTuberculosis
Tuberculosis
 
Pentingnya cuci tangan pakai sabun
Pentingnya cuci tangan pakai sabunPentingnya cuci tangan pakai sabun
Pentingnya cuci tangan pakai sabun
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
 
Power Point Ekonomi Kelas XI
Power Point Ekonomi Kelas XIPower Point Ekonomi Kelas XI
Power Point Ekonomi Kelas XI
 

Semelhante a Tbc epid (20)

Penyakit tuberkulosis
Penyakit tuberkulosisPenyakit tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis
 
Makalah agen penyakit
Makalah agen penyakitMakalah agen penyakit
Makalah agen penyakit
 
Makalah TBC
Makalah TBCMakalah TBC
Makalah TBC
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdf
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdfMakalah ikm revisi baruuuuuu pdf
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdf
 
Ppt TBC 1
Ppt TBC 1Ppt TBC 1
Ppt TBC 1
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNATbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
TB Paru ppt essay pulmo.pptx
TB Paru ppt essay pulmo.pptxTB Paru ppt essay pulmo.pptx
TB Paru ppt essay pulmo.pptx
 
Perencanaan program tbc akper pemkab muna
Perencanaan program tbc akper pemkab munaPerencanaan program tbc akper pemkab muna
Perencanaan program tbc akper pemkab muna
 
Maklah tbc1
Maklah tbc1Maklah tbc1
Maklah tbc1
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbcSatuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
 
Copy sendiri
Copy sendiriCopy sendiri
Copy sendiri
 
12. tb.paru
12. tb.paru12. tb.paru
12. tb.paru
 
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 

Mais de bjahboi

152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakitbjahboi
 
Balance score card 3
Balance score card 3Balance score card 3
Balance score card 3bjahboi
 
Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud)
Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud) Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud)
Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud) bjahboi
 
Balance score card
Balance score cardBalance score card
Balance score cardbjahboi
 
Balancing score card 4
Balancing score card 4Balancing score card 4
Balancing score card 4bjahboi
 
6. pedoman-bangunan-igd
6. pedoman-bangunan-igd6. pedoman-bangunan-igd
6. pedoman-bangunan-igdbjahboi
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iibjahboi
 
Jbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-d
Jbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-dJbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-d
Jbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-dbjahboi
 
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakitbjahboi
 
1758 chapter i
1758 chapter i1758 chapter i
1758 chapter ibjahboi
 
Core concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketingCore concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketingbjahboi
 
Summaryofkotler.unlocked libre
Summaryofkotler.unlocked libreSummaryofkotler.unlocked libre
Summaryofkotler.unlocked librebjahboi
 
Core concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketingCore concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketingbjahboi
 
Hospital marketing _management_-_septo_pawelas_arso
Hospital marketing _management_-_septo_pawelas_arsoHospital marketing _management_-_septo_pawelas_arso
Hospital marketing _management_-_septo_pawelas_arsobjahboi
 
What are nursing sensitive quality indicators anyway
What are nursing sensitive quality indicators anywayWhat are nursing sensitive quality indicators anyway
What are nursing sensitive quality indicators anywaybjahboi
 
Communicating nursing’s excellence and value
Communicating nursing’s excellence and valueCommunicating nursing’s excellence and value
Communicating nursing’s excellence and valuebjahboi
 

Mais de bjahboi (16)

152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
 
Balance score card 3
Balance score card 3Balance score card 3
Balance score card 3
 
Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud)
Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud) Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud)
Balanced scorecard pada rumah sakit umum daerah (rsud)
 
Balance score card
Balance score cardBalance score card
Balance score card
 
Balancing score card 4
Balancing score card 4Balancing score card 4
Balancing score card 4
 
6. pedoman-bangunan-igd
6. pedoman-bangunan-igd6. pedoman-bangunan-igd
6. pedoman-bangunan-igd
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Jbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-d
Jbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-dJbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-d
Jbptunikompp gdl-muhammadik-25683-2-bab2-muh-d
 
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
152111645 kepmenkes-856-2009-ttg-standar-igd-rumah-sakit
 
1758 chapter i
1758 chapter i1758 chapter i
1758 chapter i
 
Core concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketingCore concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketing
 
Summaryofkotler.unlocked libre
Summaryofkotler.unlocked libreSummaryofkotler.unlocked libre
Summaryofkotler.unlocked libre
 
Core concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketingCore concepts-of-marketing
Core concepts-of-marketing
 
Hospital marketing _management_-_septo_pawelas_arso
Hospital marketing _management_-_septo_pawelas_arsoHospital marketing _management_-_septo_pawelas_arso
Hospital marketing _management_-_septo_pawelas_arso
 
What are nursing sensitive quality indicators anyway
What are nursing sensitive quality indicators anywayWhat are nursing sensitive quality indicators anyway
What are nursing sensitive quality indicators anyway
 
Communicating nursing’s excellence and value
Communicating nursing’s excellence and valueCommunicating nursing’s excellence and value
Communicating nursing’s excellence and value
 

Último

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 

Último (20)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 

Tbc epid

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal
  • 2. akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya. 2. RUMUSAN MASALAH A. Bagaimana penyebab penyakit TBC ? B. Jelaskan riwayat alamiah penyakit TBC ? C. Bagaimana upaya pencegahan penyaki tTBC ? D. Bagaimana transisi epidemiologi penyakit TBC ? E. Bagaimana etika epidemiologi dari penyakit TBC ? F. Bagaimana segitiga epidemiologi penyakit TBC ? G. Bagiamana aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC? 3. TUJUAN MASALAH A. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC B. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit TBC C. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyaki t TBC D. Untuk mengetahui transisi epidemiologi penyakit TBC E. Untuk mengetahui etika epidemiologi dari penyakit TBC F. Untuk mengetahui segitiga epidemiologi penyakit TBC G. Untuk mengetahui aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. PENYEBAB PENYAKIT 1. TEORI TERJADINYA PENYAKIT TBC Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia dikejutkan dengan munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan utama manusia, yaitu paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert Koch (1882) berhasil mengidentifikasi kuman penyebab infeksi tersebut, Mycobacterium tuberculosis.Tuberculosis a atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang bisa bersifat akut maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya.Hingga kini, TBC menjadi salah satu problem utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO (1964) untuk dunia, secara keseluruhan sekitar 15 juta jiwa menderita infeksi TBC dan lebih dari 3 juta kematian dapat dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk tiap tahunnya muncul 2-3 juta kasus baru TBC. Geografis dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik tempat maupunwaktu. Dalam perkembangannya, kematian yang disebabkan oleh TBC perlahan menurun, sehingga TBC sebagai penyebab kematian turun dari posisi ke-2 pada tahun 1900 menjadi posisi ke-16 di tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak berlaku di beberapa tempat yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama di belahan dunia ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan ketidakmampuan, dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14 tahun. 2. HUBUNGAN PENYEBAB DAN PENYAKIT
  • 4. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak- anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. WEB OF CAUSATION Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk- bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang 3. MODEL HUBUNGAN KAUSAL.
  • 5. a. Kausal mutlak yaitu penyebab pasti yang akan menimbulkan penyakit TBC b. Kausal esensial yaitu kausal yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya penyakit TBC yaitu virus , Mycobacterium tuberculosis. c. Kausal suffesien yaitu beberapa kausal yang bersama sama untuk menjadi cukup dalam menyebabkan penyakit TBC yaitu penyakit TBC dapat juga disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat dan perilaku individu yang menderita penyakit TBC sehingga dapat menularkan ke orang yang ada di sekitarnya 4. FAKTOR AGENT DARI PENYAKIT TBC a. Lingkungan biologi  Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen Vektor pembawa infeksi  Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular. Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). b. Lingkungan kimia  Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya. Lingkungan kimia ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri
  • 6. c. Lingkungan fisika Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :  Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan  Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air d. Lingkungan sosial Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :  Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku;  Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat  Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan  Kebiasaan hidup masyarakat  Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya. B. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT 1. TAHAP PREPATOGENESIS Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. 2. TAHAP PATOGENESIS
  • 7. a. Tahap inkubasi Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi samapi menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu b. Tahap penyakit dini Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti  Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.  Penurunan nafsu makan dan berat badan.  Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).  Perasaan tidak enak (malaise), lemah. c. Tahap penyakit lanjut Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan Gejala  Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
  • 8. yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.  ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.  Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. d. Tahap penyakit akhir Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:  Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.  Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.  Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit  Penyakit tetap berlangsung secara kronik.  Berakhir dengan kematian. 3. TAHAP PASCAPATOGENESIS Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC yang diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin
  • 9. C. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TBC 1. Primordial prevention ( pencegahan tingkat awal ) Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan ditahap selanjutnya penderita mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. 2. Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama ) Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental. 3. Secondary prevention ( pencegahan tingkat kedua ) Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
  • 10. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus b`aru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis. 4. Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ketiga ) Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut : 1. Perkembangan media. 2. Metode solusi problem keresistenan obat. 3. Perkembangan obat Bakterisidal baru. 4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin. 5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel. 6. Studi lain yang intensif. 7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol. D. TRANSISI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
  • 11. SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERCULOSIS DI INDONESIA Januari-desember 2012 Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis,sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga mengenai organ tubuh bagian lainnya. Pada tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi yang paling ekonomis paling efeftif yang terdiri dari 5 kunci : 1. Komitmen politis 2. Pemeriksaan dahak yang mikroskopis yang terjamin mutunya 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan 4. Jaminan ketersediaan OAT (obat anti TB) yang bermutu 5. System pencataatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian tehadap hasil pengobatan pasien dan kinerja kerja secara keseluruhan. Angka prevalensi insidensi dan mortalitas yang dinyatakan dala 100.000 pada tahun 1990 dan 2012 berdasarkan hasil penghitungan WHO dalam WHO report 2012 global tuberculosis control angka insiden semua tipe TB tahun 2012 sebesar 189 per 100.000 penduduk mengalami penurunan disbanding tahun 1990 yaitu (343 per 100.000 penduduk).angka prevalensi berhasil diturunkan hamper setengahnya pada tahun 2012 (423 per 100.000 penduduk) dibandingkan dengan tahun 1990 (289 per 100.000 penduduk) sama halnya dengan angka mortalitas yang berhasil diturunkan lebih dari separuhya pada tahun 2012 (27 pr 100.000 penduduk) disbanding tahun 1990 (51 per 100.000 penduduk) hal tersebut membuktikan bahwa program pengendalian TB berhasil menurunkan insidens prevalensi dan mortalitas akibat TB. E. ETIKA EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
  • 12. Upaya pemerintah dalam mencegah penularan penyakit tuberculosis (TBC/TB) terus berjalan salah satunya dengan menghimbau rumah sakit di seluruh Indonesia untuk mengadakan pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis.pencegahan dan pengndalian infeksi wajib ada di setiap rumah sakit apalagi penyakit TB sering ditemukan pada penderita HIV/AIDS sebab daya tahan tubuh mereka rendah sehingga mudah tertular penyakit TB. Menurut Dalima Astra Winata beliau adalah salah satu perwakilan Kemenkes RI,salah satu hal sederhana dalam menangani penularan penyakit TB adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai etika batuk pada penderita TBC. Ini ,menjadi bukti bahwa epidemiologi berusaha mencari solusi agar para penderita TB tidak menularkan penyakitnya ke orang yang sehat dengan program etika batuk pada penderita TBC.etika batuk yang dapat diterapkan oleh masyarakatadalah dengam menutup mulut dengan lengan bukan dengan tangan ketika batuk.karena ketika bersalaman kuman TB dapat berpindah.cara ampuh lainnya dengan menggunakan masker ketika menderita batuk sehingga kuman tidak menyebar dan menulari orang lain. F. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC  Segitiga epidemiologi  Host Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi
  • 13. memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosio-ekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi keseatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.  Agent TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis,baktri gram positif berbentuk batang halus mempunyai sifat tahan asam dan aerobic. Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.  Lingkungan Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
  • 14. sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.  Portal of exit and portal of entry Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit)  Saluran pernafasan  Saluran pencernaan  Perkemihan  Melalui kulit. Cara Transmisi dari Orang ke Orang Secara Langsung, Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas. Tempat masuknya penyebab penyakit ke pejamu baru (Portal of Entry).  Saluran pernafasan  Saluran pencernaan  Perkemihan  Melalui kulit Kerentanan Pejamu Tergantung faktor genetik, daya tahan tubuh, keadaan gizi, gaya hidup dll. G. APLIKASI EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
  • 15. Salah satu tokoh epidemiologi adalah Robert Korch dia adalah penemu Tuberkolin tau pemyaki TBC beliau melalui Aplikasi epidemiologi dalam menangani penyakit menular seperti penyakit TBC menemukan DOTS sebagai salah satu pengobatan terhadap penderita penyakit TBC yaitu pengobatan yang berlangsung selama 6 bulan Untuk dapat memelihara dan meningkatakan derajat kesehatan mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perlu disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang sebaik-baiknya yang sesuai sengan kebutuhan.apabila dalam lingkungan masyarakat banyak ditemukan penyakit menular seperti TBC maka pelayana kesehatan yang di sediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular. Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi dan penyebaran penyakit TBC dan factor-faktor yang mempengaruhi dari penyakit TBC adapu penggunaan/aplikasi epidemilogi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam penyakit TBC yaitu: penentuan abnormalitas .batas seseorang dapat disebut sebagai pengidap TBC,membantu menetapakan penerapan diagnosis,untuk mengetahui riwayat pennyakit TBC sehingga dapat menyerang manusia dan menular ke orang yang sehat serta mencari efektifitas suatu tindakan dalam menangani penderita TBC dan mencari bentuk-bentuk upaya pencegahan terhadap penyakit TBC BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN Selama saya mengikuti perkuliahan semester 3 dengan mempelajari DASAR- DASAR EPIDEMIOLOGI yang dibawakan ole ibu Henni Kumaladewi SKM.M.kes saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang epidemiologi dan semua apa yang telah diajarkan sangat bermanfaat untuk saya untuk mengambil keputusan dalam
  • 16. menentukan jurusan yang akan saya pilih kedepannya.dalam proses pembelajaran dapat saya terima dengan mudah karena disertai dengan contoh yan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Sebagai saran cara ibu mengajar sangat bagus tetapi apabila kami diberi tugas sebaiknya dijelasakn secara detail karena terkadang saya bingung model tugas yang akan saya kerjakan
  • 17. DAFTAR PUSTAKA  Supayanto.2010.Riwayat Alamiah Penyakit.Jakarta.[diakses pada tanggal 13 Januari 2013 di http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/06/riwayat-alamiah-penyakit.html]  Toni.2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.[diakses pada tanggal 13 januari di http://who.org/orgs/dissease/tuberculosis/epidemiology.htm ]  Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB.Jakarta: PT Rineka Cipta.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di http://eka78.wordpress.com/2010/11/12/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-penyakit- tb- /]  Dr. dr. H. Sardjana, SpOG (k), SH dan Hoirun Nisa, M.Kes. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:UIN Press.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm]  Sugeng Juwono Mardihusodo.2008.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik Penyakit TB.Jakarta.[diakses pda tanggal 13 januari 2013 di http://intanpuja.blogspot.com/2011/10/makalah-penyakit-tbc.html]  Wirawan Dewa Nyoman, dr. MPH. 2004. Epidemiology of Tuberculosis. Epidemiologi Dasar. Laboratorium Epidemiologi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar.[siakses pada tanggal 13 januari 2013 di http://epidemiologidkn.blogspot.com]     